PENGENALAN ALAT
PENGENALAN ALAT
Stereoskop adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga
dimensi pasangan foto udara. Fungsinya adalah mengatur agar mata kiri hanya
melihat pasangn foto sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat pasangan foto
sebelah kanan.
Salah satu jenis stereoskop yang paling sederhana adalah seteroskop saku.
Ukuran foto yang dapat dilihat bentuk tiga dimensinya terbatas sekitar 6 cm x 10 cm
stereoskop saku mempunyai lensa positif. Lensa-lensanya biasanya mempunyai
perbesaran 2,5 kali. Stereoskop ini memiliki kelemahan yang sama seperti pemakaian
mata telanjang, yaitu jarak antar titik yang berpasangan tak boleh melebihi panjang
basis mata (basis mata rata rata = 64 mm).
Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari lensa convex
yang sederhana, dan mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar. Bagian
bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung dan tiang penyangga. Kelebihan
stereoskop ini adalah harganya yang murah, praktis dapat dibawa kemana mana,
faktor perbesarannya cukup besar. Kekurangan dari stereoskop ini adalah daerah yang
bisa diamati sangat terbatas.
Stereoskop Cermin
Paralaks bar (paralaks meter) berfungsi untuk mengukur beda paralaks pada suatu
obyek di foto udara. Pengukuran beda paralaks tersebut kemudian bisa menentukan
ukuran-ukuran dari obyek itu sendiri, meliputi panjang, lebar, luas, dan ketinggian.
Paralaks bar ini mempunyai ketelitian yang lebih teliti daripada menggunakan mistar
atau penggaris biasa.
Paralaks bar sendiri terdiri dari dari sebuah batang yang pada kedua ujungnya
terpasang masing-masing lensa, di kedua lensa tersebut terdapat tanda berupa titik,
silang atau lingkaran kecil yang disebut tanda apung (Floting mark) tanda di lensa
sebelah kiri disebut fixed mark, karena pada batang terdapat titik merah atau hita,
dimana jinggayang akan menggunakanya harus menentukan konstanta batang
paralaks dengan memilih salah satu titik tersebut. Bila telah ditetapkan titik merah,
maka selanjutnya lensa kiri ini tidak diubah-ubah lagi (fixed). Lensa sebelah kanan
memiliki tanda juga yang disebut half mark. Titik ini dapat digerakkan sesuai dengan
posisinya pada obyek yang dikehendaki dengan cara memutar-mutar skip
micrometer.
FOTOGRAMETRI
FOTOGRAMETRI
- Kemiringan Lereng
Lereng adalah Kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila
beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga
PETA TOPOGRAFI
PETA TOPOGRAFI
Dalam interpretasi pola aliran dapat mudah dilakukan dengan pemanfaatan data
penginderaan jauh baik citra foto ataupun non foto sangat terlebih lagi apabila data
penginderaan jauh yang stereoskopis (foto udara) dengan menampakkan 3
dimensional, sehingga hasil yang didapatkan akan maksimal. Citra satelit yang paling
baik digunakan untuk mengetahui pola aliran adalah citra radar (ifsar) yang
menghasilkan kenampakan tiga dimensi yang paling baik. Pola aliran mempunyai
berbagai jenis pola, diantaranya ialah dendritic, paralel, radial, trelis, rectangular,
centripetal, angular dan multibasinal.
Gambar 3. merupakan jenis-jenis pola aliran sungai dalam DAS.
Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur
geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air
permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap
erosi.
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai
struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi
batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai
yang dikontrol oleh jenis batuannya.
Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten
terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada
batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang).
Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa
demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat
berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten
cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai.
Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten
akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan
sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara
radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi.
Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar
yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai
yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari
lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya
membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis
adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur
geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-
saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus
dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.
Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di
mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola
aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan
barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan,
di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin
kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara
radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola
aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang
curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran
sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang
sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng
dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala
mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan
dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi
antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
Menurut Liliesand dan Kiefer (1990), penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data
yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau
fenomena yang dikaji. Karena tanpa kontak langsung, diperlukan media supaya
obyek atau gejala tersebut dapat diamati dan didekati oleh si penafsir. Media ini
berupa citra (image, atau gambar). Citra dapat diperoleh melalui perekaman
fotografis, yaitu pemotretan dengan kamera; dan dapat pula diperoleh melalui
perekaman nono-fotografis, misalnya dengan pemindai atau penyiam (scanner).
Perekaman fotografis menghasilkan foto udara, sedangkan perekaman lain
menghasilkan citra non-foto. Citra foto udara selalu berupa gambar tercetak yang
diproduksi dari master rekaman yang berupa film. Citra non-foto biasanya terekam
secara digital dalam format asli, dan memerlukan computer untuk interpretasinya.
Interpretasi foto dapat didefinisikan sebagai: "tindakan memeriksa gambar foto untuk
tujuan mengidentifikasi objek dan menilai signifikansi mereka" (Colwell, 1997).
Menurut Este dan Simonett (1975), interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji
foto udara atau citra dengan maksud untuk megidentifikasi obyek dan menilai arti
pentingnya obyek tersebut.
1. Deteksi
2. Identifikasi
3. Delineasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Klasifikasi
Dari keenam hal tersebut ada tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam proses
interpretasi citra, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis. Deteksi citra merupakan
pengamatan tentang adanya suatu objek, misalkan pendeteksian objek di sebuah
daerah dekat perairan. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirikan
objek yang telah dideteksi dengan menggunkan keterangan yang cukup, misalnya
mengidentifikasikan suatu objek berbentuk kotak sebagai tambak di sekitar perairan
karena objek tersebut dekat dengan laut. Sedangkan analisis merupakan
pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi, seperti penambahan
informasi bahwa tambak tersebut merupakan tambak udang dan diklasifikasikan
sebagai daerah pertambakan udang.
Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk mengenali sebuah
obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki menurut tingkat kesulitan
interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah ini :
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami yang
memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu
yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang
dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat
diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat
masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan
bentuk lahan tersebut adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
Dilihat dari genesisnya (kontrol utama pembentuknya), bentuk lahan dapat dibedakan
menjadi :
bentuk lahan asal structural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah
terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. terbentuk karena
adanya proses endogen berupa tektonisme atau diastropisme . proses ini
meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatankerak bumi sehingga
terbentuk strujtur geologi lipatan dan patahAn. selain itu terdapat struktur
horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan.
dari struktur pokok tersebut dapat dirinci menjadi berbagai bentuk
berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya.
Relief : Perbukitan
b. Patahan (Fault)
Relief : Perbukitan
Proses : Tektonik
Proses erosi vertikal yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar
dan curah hujan yang tinggi membentuk lembah-lembah sungai yang
curam dan rapat serta dibatasi oleh igir-igir yang runcing dengan pola
mengikuti aliran sungai-sungainya. Proses erosi dan denudasional yang
bekerjasama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar dan topografi
yang tinggi dengan kemiringan lereng yang curam pada bagian lereng
atas, kemudian terdapat tekuk lereng (break of slope) yang mencirikan
munculnya mataair membentuk sabuk mataair(spring belt).
a. Dataran Banjir
Relief : Datar
Proses : sedimentasi
b. Tanggul Sungai
Relief : Berombak
c. Teras Depositional
Relief : Datar
Aliran sungai akan mengangkut material dari bagian hulu menuju bagian
hilir. Dalam proses pengangkutan sedimen, kemampuan aliran air dalam
mengangkut sedimen (stream competention) akan berkurang, hal tersebut
ditentukan oleh: berkurangnya debit aliran, kemiringan dasar sungai
semakin kecil, terjadi penambahan sedimen yang terangkut, dan aliran air
sungai semakin melebar. Struktur sedimen dapat dipengaruhi oleh aliran
air, kecepatan aliran, banyaknya material sedimen yang terangkut.
Struktur sedimen yang dihasilkan dapat berupa struktur horizontal,
silangsiur, struktur delta. Permukaan sedimen dapat berombak, dengan
berbagai macam bentuk. Secara vertikal sedimen dapat memilikisebaran
butir, gradasi sangat baik, gradasi baik, gradasi sedang, gradasi buruk,
dan tidak bergradasi. Secara memanjang sungai sebaran sedimen dapat
terjadi sortasi, dengan kriteriasortasi sangat baik, baik, sedang, buruk,
dan tidak ada sortasi.
a. Kubah Kars
Relief : Perbukitan
Karakteristik karst
Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit
di Puncak Gunung Jaya Wijaya, Irian. Bentuk lahan asal glacial dihasilkan oleh
aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari
bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan,
dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan
menjadi gumuk pasir dan endapan debu (LOESS).
S14 Hogback
S20 Graben
V16 Padang abu, tuff, atau lapili F16 Kipas alluvium tidak aktif
V23 Boka
V24 Dike
V25 Baranko
K3 Kubah karst
K6 Uvala, dolin
K7 Polje
K8 Lembah kering
K9 Ngarai karst
37. D5 Dataran
40. D8 Pedimen
CITRA LANDSAT
CITRA LANDSAT
4.2. Struktur
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat kerja
kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi disamping itu
struktur geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk deformasi tektonik .
Cabang geologi yang menjelaskan struktur geologi secara detail disebut GEOLOGI
STRUKTUR ,dimana geologi struktur merupakan cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai bentuk arsitektur kulit bumi.
Kekutan Tektonik dan orogenik yang membentuk struktur geologi itu berupa stress
(Tegangan).
Berdasarkan keseragaman kekuatannya,Stress dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
A.Uniformtress(ConfiningStress)
Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dengan kekuatan yang sama dari atau ke
B.DifferentialStress
Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dari atau ke satu arah saja dan bisa juga
dari atau ke segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang lebih dominan.
Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui cara-cara
berikutini:
a.Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip.
b.Interprestasi peta topografi,yaitu dari penampakan gejala penelusuran
sungai,penelusuran morfologi dan garis kontur serta pola garis konturnya.
c.Fotoudara.
d.Pemboran.
e. Geofisika,yang didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh batuan,yaitu dengan
metode :
Grafity,
Geolectrik,
Seismik,dan
Magnetik.
Batuan bila mengalami gaya atau stress akan berubah atau mengalami
perubahan,dalam geologi struktur hal ini disebut Deformasi.
Tahapan-tahapanDeformasiadalahsebagaiberikut:
1.ElasticDeformation(Deformasisementara)
Deformasi sementara ini terjadi jika kerja stress tidak melebihi batas elastis
batuan.Begitu stress terhenti,maka bentuk atau posisi batuan kembali seperti semula.
2.DuctileDeformation
Yaitu deformasi yang melampaui batas elastis batuan.Mengakibatkan batuan berubah
bentuk dan volume secara permanen,sehingga bentuknya berlainan dengan bentuk
semula.
3.FractureDeformation
Yaitu deformasi yang sangat melampaui batas elastis batuan,sehingga mengakibatkan
pecah.
Seperti diketahui,bumi terdiri dari berbagai bagian yang paling luar (kerak
bumi),tersusun oleh berbagai lapisan batuan.Kedudukan daripada batuan-batuan
tersebut pada setiap tempat tidaklah sama,bergantung dari kekuatan tektonik yang
sangatmempengaruhiya.
Hampir tidak ada suatu singakapan dimuka bumi ini yang tuidak memperlihatkan
gejala rekahan.Rekahan pada batuan bukan merupakan gejala yang
kebetulan.Umumnya hal ini terjadi akibat hasil kekandasan akibat tegangan
(stress),karena itu rekahan akan mempunyai sifat-sifat yang menuruti hukum fisika.
Kekar adalah Struktur rekahan dalam blok batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali
mengalami pergeseran (hanya retak saja),umumnya terisi oleh sedimen setelah
beberapa lama terjadinya rekahan tersebut.Rekahan atau struktur kekar dapat terjadi
pada batuan beku dan batuan sedimen.
Pada batuan beku,kekar terjadi karena pembekuan magma dengan sangat cepat
(secara mendadak).
Dalam batuan sedimen umunya kekar juga dapat terbentuk mulai dari saat
pengendapan atau segera terbentuk setelah pengendapannnya.dimana sedimen
tersebutmasihsedangmengeras.
Struktur kekar dapat berguna dalam memecahkan masalah sebagai berikut :
GeologiTeknik
Geologi Minyak,terutama dengan masalah cadangan dan produksi minyak
Geologi Pertambangan,yaitu dalam hal sistem penambangan maupun pengarahan
3.2.STRUKTURSESAR(FAULT)
Sesar adalah suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga
terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar
dengan bidang patahan.Hal ini terjadi apabila blok batuan yang dipisahkan oleh
rekahan telah bergeser sedemikian rupa hingga lapisan batuan sediment pada blok
yang satu terputus atau terpisah dan tidak bersambungan lagi dengan lapisan sediment
pada blok yang lainnya.Ukuran panjang maupun kedalaman sesar dapat berkisar
antara beberapa centimeter saja sampai mencapai ratusan kilometer.
Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan gejala sesar antara lain :
1. BidangSesar
Merupakan bidang rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran.
2. Bagian-bagianyangtersesarkan(tergeser)
Bagianini terdiri dari Hanging Wall dan Foot Wall.
a.HangingWall(Atapsesar)
Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian atas bidang sesar.
b.FootWall(Alassesar)
Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian bawah bidang sesar.
3. ThrowdanHeave
a. Throw,adalah jarak yang memisahkan lapisan atau vein yang terpatahkan yang
diukur pada sesar dalam bidang tegak lurus padanya.
b. Heave,adalah jarak horizontal yang diukur normal (tegak lurus) pada sesar yang
memisahkan bagian-bagian dari lapisan yang terpatahkan.
1. Sesar Normal (Gravity Fault),yaitu gerak relatif Hanging Wall turun terhadap Foot
Wall.Disebut juga sebagai Sesar Turun.
2. Sesar Naik (Reverse Fault),yaitu gerak relatif Hanging Wall naik terhadap Foot
Wall.Posisi Hanging Wall lebih tinggi daripada Foot Wall.Namun jika Hanging Wall
bergeser naik hingga menutupi Foot Wall,maka sesar tersebut.
3. disebut Thrust Fault yang bergantung pada kuat stress horizontal dan dip
(kemiringan bidang sesar).
3.3LIPATAN(folding)
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang ditunjukkan oleh
lengkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat pengaruh suatu tegangan (gaya)
yang bekerja pada batuan tersebut yang umunya refleksi perlengkungannya
ditunjukkan oleh perlapisan pada batuan sedimen serta bisa juga pada foliasi batuan
metamorf .
Secara umum,jenis-jenis lipatanyang terpenting adalah sebagai berikut :
Lipatan(Folding)
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang ditunjukkan dengan
lengfkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat pengaruh suatu tegangan (gaya)
yang bekerja pada batuan tersebut. Pada umumnya refleksi pelengkungan ditunjukkan
pada pelapisan pada batuan-batuan sedimen atau foliasi pada batuan metamorf.
Kekar(Joint)
Rekahan adlah sebutan untuk struktur rekahan dalam batuan dimana tidak ada atau
sedikit sekali mengalami pergeseran. Rekahan yang telah bergeser disebut sesar.
Struktur kekar merupakan gejala yang paling umum dijumpai dan justru karenanya
banyak dipelajari secaras luas. Struktur-struktur ini merupakan struktur yang palinbg
Sesar(Fault)
Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
sehingga terjadi perpindahan anatara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah
yang sejajar dengan bidang patahan. P[ergeseran-pergeseran yang telah terjadi pasda
sesar, ukuran panjang mauypun kedalaman sesar dapat berkisar antara beberapa
sentimeter saja sampai mencapai ratusan kilometer.
4.3. Litostratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan
sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita
pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-
19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan
batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi).
Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang
terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-
beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada
suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian
Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periode-periode
geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan waktunya. Berawal
dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal
dengan stratigrafi.
-Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap lapis batuan
dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan tersebut.
Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah selaras
(conformity) atau tidak selaras (unconformity).
B. Sandi Stratigrafi
Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara kejadian dan aturan batuan di alam,
dalam kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas aturan, hubungan,
kejadian lapisan serta tubuh batuan di alam. Sandi stratigrafi dimaksudkan untuk
memberikan pengarahan kepada para ahli geologi yang bekerja mempunyai persepsi
yang sama dalam cara penggolongan stratigrafi. Sandi stratigrafi memberikan
kemungkinan untuk tercapainya keseragaman dalam tatanama satuan-satuan
stratigrafi. Pada dasarnya, Sandi Stratigrafi mengakui adanya satuan lithostratigrafi,
satuan litodemik, satuan biostratigrafi, satuan sekuen stratigrafi, satuan
kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat dipakai untuk semua
macam batuan.
Berikut ini pengertian pengertian mengenai Sandi Stratigrafi sebagai berikut:
- Batas Satuan Stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri satuan
tersebut sebagaimana didefinisikan. Batas satuan Stratigrafi jenis tertentu tidak harus
berimpit dengan batas Satuan Stratigrafi jenis lain, bahkan dapat memotong satu
sama lain.
- Tata nama Satuan Stratigrafi Resmi dan Tak Resmi. Dalam Sandi Stratigrafi diakui
nama resmi dan tak resmi. Aturan pemakaian satuan resmi dan tak resmi masing-
masing satuan stratigrafi, menganut batasan satuan yang bersangkutan. Penamaan
satuan tak resmi hendaknya jangan mengacaukan yang resmi.
- Stratotipe atau Pelapisan Jenis adalah tipe perwujudan alamiah satuan stratigrafi
yang memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas satuan stratigrafi. Tipe ini
merupakan sayatan pangkal suatu satuan stratigrafi. Stratotipe hendaknya
memberikan kemungkinan penyelidikan lebih lanjut.
- Facies adalah aspek fisika, kimia, atau biologi suatu endapan dalam kesamaan
waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda
facies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau biologinya.
1. Satuan Lithostratigrafi
- Azas Tujuan:
Satuan litostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan Sandi, sedangkan
satuan litostratigrafi tak resmmi ialah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi
persyaratan Sandi.
1. Batas satuan litostratigrafi ialah sentuhan antara dua satuan yang berlainan ciri
litologi, yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan tersebut.
2. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya atau
dalam hal perubahan tersebut tidak nyata, batasnya merupakan bidang yang
diperkirakan kedudukannya (batas arbiter).
4. Penyebaran satuan satuan litostratigrafi semata mata ditentukan oleh kelanjutan ciri
ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.
5. Dari segi praktis, penyebarasan suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batas
cekungan pengendapan atau aspek geologi lain.
6. Batas batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai alasan
berakhirnya penyebaran lateral (pelamparan) suatu satuan.
1. Urutan tingkat satuan litostratigrafi resmi dari besar sampai kecil adalah:
Kelompok, Formasi dan Anggota.
2. Satuan Litodemik
- Azas Tujuan:
Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang berbeda ciri
litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat ekstrusif, intrusif, metamorfosa,
tektonik atau kontak berangsur.
- Tingkat Tingkat Satuan Litodemik:
2. Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan Litodemik, satuan dibawah
litodem merupakan satuan tidak resmi.
Tatanama Satuan dasar Litodemik yang terdiri dari nama geografi dan ciri utama
komposisi litologinya, misalnya Diorit Cihara.
3. Satuan Biostratigrafi
- Azas Tujuan:
Satuan biostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan Sandi sedangkan
satuan biostratigrafi tak resmi adalah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi
persyaratan Sandi.
- Kelanjutan Satuan
2. Zona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu takson fosil
atau lebih.
3. Urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai kecil
ialah: Super-Zona, Zona, Sub-Zona, dan Zenula,
- Zona Kumpulan
1. Zona Kumpulan ialah kesatuan sejumpah lapisan yang terdiri oleh kumpulan
alamiah fosil yang hkas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.
3. Batas dan kelanjutan zona Kumpulan ditentukan oleh batas terdapat bersamaannya
(kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan yang wajar.
4. Nama Zona Kisaran harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi
penciri utama kumpulannya.
- Zona Kisaran:
1. Zona kisaran ialah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi untur
terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada
3. Btasa dan Kelanjutan Zona Kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan
mendatar takson (takson-takson) yang mencirikannya.
4. Nama Zona Kisaran diambil dari satu jenis atau lebih yang menjadi ciri utama
Zona.
- Zona Puncak:
2. Kegunaan Zona Puncak dalam hal tertentu ialah untuk menunjukkan kedudukan
kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai sebagai petunjuk lingkungan
pengendapan purba, iklim purba
3. Batas vertikal dan lateral Zona Puncak sedapat mungkin bersifat obyektif
4. Nama-nama Zona Puncak diambil dari nama takson yang berkembang secara
maksimum dalam Zona tersebut.
- Zona Selang:
1. Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua takson
penciri.
2. Kegunaan Zona Selang pada umumnya ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan
batuan
3. Batas atas atau bawah suatu Zona Selang ditentukan oleh pemunculan awal atau
akhir dari takson-takson penciri.
4. Nama Zona Selang diambil dari nama-nama takson penciri yang merupakan batas
atas dan bawah zona tersebut.
Zona Rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh banyaknya fosil
rombakan, berbeda jauh dari pada tubuh lapisan batuan di atas dan di bawahnya.
- Zona Padat
Zona Padat ialah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya fosil dengan
kepadatan populasi jauh lebih banyak dari pada tubuh batuan di atas dan dibawahnya.
4. Satuan Sikuenstratigrafi
- Azas Tujuan:
2. Satuan sikuenstratigrafi ialah suatu tubuh lapisan batuan yang terbentuk dalam
satuan waktu tertentu pada satu siklus perubahan relatif muka laut.
- Batas Satuan:
Batas atas dan bawah satuan sikuenstratigrafi adalah bidang bidang ketidakselarasan
atau bidang keselarasan padanannya.
5. Satuan Kronostratigrafi
- Azas Tujuan:
2. Stratotipe Satuan adalah sayatan selang stratigrafi yang dibatasi oleh stratotipe
batas atas dan bawah di tempat asal nama satuan.
2. Bidang lapisan pada dasarnya adalah bidang kesamaan waktu, oleh karena itu satu
lapisan yang menerus, cirinya mudah dikenal serta mempunyai pelamparan luas,
dapat merupakan penunjuk kesamaan waktu dan dinamakan lapisan pandu. Selang
antara dua lapisan pandu disebut Selang Antara.
Kelanjutan suatu satuan kronostratigrafi dari stratotipe hanya mungkin, bila terdapat
bukti-bukti akan adanya kesamaan waktu.
Pembagian Kronostratigrafi dalam Sandi adalah seperti tercantum pada Skala Waktu
Geologi
Pemakaian istilah satuan kronostratigrafi tak resmi tidak boleh mengacaukan istilah
satuan resmi.
- Pembagian Geokronologi:
Tingkat-tingkat satuan geokronologi dari besar ke kecil adalah: Kurun, Masa, Zaman,
Kala, dan Umur.
- Azas Tujuan:
1. Urutan tingkat satuan tektonostratigrafi resmi, mulai dari yang terbesar: Lajur
(Zone), Komplek (Complex), Mintakat (Terrane), dan Jalur (Belt).
C. Pengukuran Stratigrafi
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan dalam
pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran stratigrafi dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan stratigrafi antar setiap
perlapisan batuan / satuan batuan, ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah
sedimentasi secara vertikal dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan.
3. Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan
urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan
lingkungan pengendapan.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran stratigrafi, jalur
lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili bagian Bawah sedangkan
huruf T (Top) mewakili bagian atas.
3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau tanda
lainnya pada batas-batas satuan litologinya.
4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau atas.
Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah lintasan (mulai
dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng (apabila pengukuran di
lintasan yang berbukit), jarak antar station pengukuran, kedudukan lapisan batuan,
dan pengukuran unsur-unsur geologi lainnya.
5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang penampang,
sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas dan atap dari satuan
ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
a. Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal atau
horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus terhadap
jurus.
b. Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap atau
berubah rubah. Kemungkinan adanya struktur sepanjang penampang, seperti sinklin,
antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi
yang benar.
c. Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat diikuti
di seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan yang sering terlupakan
pada saat pengukuran.
3. Menghitung Ketebalan
Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut
yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah
sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu
dilakukan koreksi untuk mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus
jurus lapisan. Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi
dip untuk pembuatan penampang.
Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus,
ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin (dimana d
adalah jarak terukur di lapangan dan adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila
pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada
cara diatas.
Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti sudut lereng
(s) dan kemiringan lapisan () adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan jurus
atau disebut true dip dan true slope }.
Bila kemiringan lapisan ( ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :
T = d sin ( - s ).
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan tegak lurus
jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:
T = d sin (s - ).
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan
tegak lurus jurus maka:
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900 (lereng
berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka :
T = d (Gambar 2.1 c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka :
Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 2.2 dibawah
ini. Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan batuan/satuan stratigrafi
disesuaikan dengan umur batuan mulai dari yang tertua (paling bawah) hingga yang
termuda (paling atas)
Tabel 8.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang
tersusun dari kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, simbol
litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.
Gambar 8.9 adalah salah satu conto hasil pengamatan sepanjang lintasan sungai,
dimana nomor 1, 2, 3 dst merupakan lokasi pengamatan dan pengukuran
singkapan batuan-batuan pada lintasan sungai. Kedudukan batuan dan jenis batuan /
satuan batuan pada setiap stasiun pengamatan disepanjang lintasan dan pada bagian
bawah adalah sketsa dari profil lintasan yang memperlihatkan hubungan setiap batuan
/ satuan batuan dari yang tertua hingga termuda.
Gambar 8.9 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan (atas) dan
penampang lintasan yang memperlihatkan hubungan antar lapisan batuan atau satuan
batuan.
Gambar 8.11 adalah sketsa penampang stratigrafi lintasan daerah Saguling yang
menunjukan hubungan antar satuan batuan (formasi) dan struktur geologi yang
mengontrol hubungan antar satuan batuan dari yang tertua hingga termuda, yaitu
antara Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala dan Formasi Citarum serta Formasi
Saguling.
8.10 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan Daerah Saguling (Desa
Cipanas Bendungan Saguling)
Gambar 8.13 adalah penamang stratigrafi lintasan Batuasih Gunung Walat yang
memperlihatkan hubungan antara Formasi Bayah, Formasi Batuasih dan Formasi
Rajamandala. Hubungan stratigrafi antara Formasi Bayah dengan Formasi Batuasih
diatasnya adalah tidak selaras, sedangkan hubungan Formasi Batuasih dengan
Formasi Rajamandala diatasnya adalah selaras.
7. Korelasi Lithostratigrafi
1. Korelasi dimulai dari bagian bawah dengan melihat litologi yang sama.
4. Kandungan dan sebaran fosil pada lempung di Sumur-1 sama dengan kandungan
dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga lempung yang ada di Sumur-1
dapat dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.
9. Korelasi Kronostratigrafi
2. Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litoginya sama dan berada pada
umur yang sama, seperti Konglomerat pada Sumur-1 dengan konglomerat pada
Sumur-2, dikarenakan umur geologinya yang sama yaitu Miosen Bawah.
3. Pada kolom umur Miosen Tengah, batupasir pada Sumur-1 dengan batupasir pada
Sumur-2, dan batugamping pada Sumur-1 dan batugamping pada Sumur-2 dapat
dikorelasikan.
4. Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar
diwakili oleh garis warna merah).
PENUTUP
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dengan mempelajari Geomorfologi kita tahu bahwa keberadaan suatu pulau
tidak dapat lepas dari faktor geologi yg mengikutinya atau mengontrolnya,
faktor itu adalah adanya interaksi batas antar lempeng,ini bias terlihat dari
pulau-pulau di Indonesia yg dikontrol oleh interaksi lempeng benua Eurasia,
lempeng samudra Hindia dan lempeng samudra Pasifik.
Kita juga mempelajari peta topografi,kerena peta merupakan ungkapan
miniature suatu posisi permukaan bumi yg terlihat dari atas. Unsur-unsur
dalam peta antara lain : relief, pola pengaliran(drainage), culture, skala,
orientasi peta, judul peta, legenda dan indeks adminitrasi.
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu
kewaktusebagai akibat proses geomorfologi,baik yg berasal dari dlm bumi
(endogen), maupun yg berasal dari luar bumi (eksogen). Proses eksogen
tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan struktur geologi antara
lain:Struktur horizontal (dataran dan plato), Struktur miring (dome, lipatan,
sesar serta struktur volkan) yang akan mengakibatkan perubahan bentuk
permukaan bumi kerena aktifitas gunungapi, tektonik maupun gempa
bumi.Proses eksogen berlangsung pada permukaan bumi dan tenaganya
berasal dari luar kulit bumi, tenaga ini dapat berupa:gletser, angin, air
mengalir, gelombang dan arus laut. Berdasarkan proses yg bekerja pada
permukaan bumi dikenalk proses : Fluvial, Marin, Eolian dan Proses Glasial.
http://quiinyta90.blogspot.com/2011/03/geologi-citra-penginderaan-jauh.html
http://annisamuawanah.blogspot.com/2011/10/interpretasi-citra-penginderaan-
jauh.html
http://yanti-geoblog.blogspot.com/2012/03/inderaja.html
http://lopecasubrata.blogspot.com/2012/05/pola-aliran-sungai.html
http://dwioktavianingrum.wordpress.com/