Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi


proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai (Sanjaya 2008: 215). Pencapaian tujuan pembelajran merupakan out put/
out come dari sistem yang berjalan. Dalam sebuah sistem tentu ada input-proses-
output. Pemebalajaran berada pada posisi tengah yaitu pada proses.
Keberlangsunngan proses sangat dipengaruhi oleh input yang masukan. Sehingga
out put sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses akan berjalan lancar apabila
didukung dengan pengetahuan dan komponen-komponen yang memadai.
Banyak pengajar yang dalam melaksanakan belajar mengajarnya tidak bisa
mencapai tujuan/kompetensi yang ditentukan. Penyebabnya adalah pemebelajaran
tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa inginnya begini pengajar
melakukan begitu tidak ada sinergitas antara pengajar dan siswa. Karakteristik
siswa merupakan salah satu faktor penyebab efektif dan tidaknya pembelajaran.
Dalam pembelajaran kita mengenal istilah pendekatan pemebelajaran,
strategi pemebelajaran dan metode pemebeljaran. Ketiga istilah itulah yang
menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini Karena itu merupakan komponen
yang sangat mendukung untuk memahami karakteristik siswa demi tercapainya
tujuan pembelajaran. Proses pemebelajaran akan berjalan efektif jika pendidik
paham dan mengetahui pendekatan pembelajaran yang berlanjut terhadap
pemahaman strategi pembelajaran dan memahami metode pembelajaran. Ketiga
komponen ini merupakan satu kesatuan yang akan mendukung terhadap
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan karakteristik siswa.
Penulisan dalam makalah ini kami gunakan metode deskriptif kaji pustaka
dengan pendekatan sistem pemebelajaran. Pembelajaran akan berjalan efektif
tergantung sitem yang dijalankannya. Kami menduga bahwa pendekatan
pembelajaran strategi dan metode pemebelajaranlah yang membuat pemebelajaran
berjalan efektif. Kami berharap pembahasan ini akan bermanfaat bagi kelompok
kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
2

1.2.Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan menjadi
pembahasan dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana melaksanakan pemebelajaran yang efektifdan efisien?
2. Bagaimana pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode
pembelajaran yang tepat?

1.3.Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yanng efektif.
2. Untuk mengetahui penekatan pemebelajaran, strategi pembelajaran dan
metode pembelajaran yang tepat.
BAB II
MELAKSANAKAN PEMEBELJARAN YANG EFEKTIF

2.1. Pembelajaran yang Efektif dan Efisien


Yang namanya pemebelajaran, tentu tidak akan terlepas dari belajar dan
mengajar. Belajar dilakukan oleh peserta didik beserta guru dan mengajar
dilakukan oleh guru atau pengajar. Supaya lebih jelas kami kutif definisi belajar
dan mengajar dari beberapa ahli sebagai berikut:.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan (syah
2010: 87). Sedangkan menurut skiner belajar adalah a proses of progressive
behavior adaptation yang artinya suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif. mengajar yaitu: proses membimbing dan
membantu peserta didik dalam menjalani proses perubahanya sendiri, yakni
proses belajar untuk meraih kecakapan cipta,rasa, dan karsa yang menyeluruh dan
utuh.(syah 2010: 178). Sedanngkan efektif adalah pengerjaan sesuatu yang benar
(majalah talenta 2010: 6). Jadi belajar dan mengajar yang efektif adalah proses
perubahan dan bimbingan perubahan secara benar. Yang menjadi permasalahan
disini adalah benar yang dimaksudm, apa yang indikatornya? Asumsi kami benar
yang dimaksud disini yaitu sesuai dengan apa yang direncanakan atau tepatnya
sesuai dengan tujuan.

A. Belajar Efektif
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan
beberapa hal berikut :
a). Kondisi Internal
Yang dimaksud dengan kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam
diri siswa itu sendiri misalnya kesehatannya, keamanannya, ketentramannya,
motivasinya dan lain halnya.yang terdiri dari aspek fisiologis(kondisi umum
jasmani),aspek psikologis daiantaranya ;intelegensi siswa,sikap siswa, bakat
siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
4

b). Kondisi Eksternal


Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah yang ada diluar diri pribadi
manusia. Lingkungan sosial diantaranya: para guru, para tenaga kependidikan dan
teman-teman sekelasnya; linngkunngan non sosial daintaranya : gedung sekolah,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa.

c). Strategi Belajar


Belajar yang efektif dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar
yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang
semaksimal mungkin.(slameto 1987: 87) Pendekatannya dapat digunakan
pendekatan bigs, yaitu :
a. pendekatan tinggi: speculative, dan achieving
b. pendekatan sedang : analitical, dan deep
c. pendekatan rendah : repreduktive dan surface (syah 2010: 136)

Setelah aspek-aspek yang disebut di atas harus diperhatikan selanjutnya


kita pahami bagaimana belajar yanng efektif dan efisien itu. Menurut Prof.
Muhibbin Syah efektivitas dan efisiensi belajar yang dicapai siswa ada dua
macam yaitu : 1) efisiensi usaha belajar, 2) efisiensi hasil belajar.(syah 2010:123).
Yang dimaksud efisiensi usaha belajar yaitu prestasi belajar yang didapat
dengan cara yang benar dan usaha yang hemat dan minim. Prestasinya sama
namun caranya berbeda atau dengan bahasa lain sukses sama-sama dengan cara
berbeda-beda. Sebagai contoh ada seorang siswa a yang intelegensinya tinggi
belajarnya giat dan full day sudah pasti dia akan berprestasi, namun tidak mustahil
untuk saat ini seorang siswa b dengan tingkat intelegen yang rendah belajarnya
hanya setengah bahkan seperempat dari anak a tetapi bisa mendapatkan prestasi
atau hasil yang sama. Apa penyebabnya? Inililah yang dimaksud dengan belajar
efektif. Hasil dari efektifitas akan menimbulkan efisien. Belajar yang tidak terlalu
lama namun belajar dengan cara dan pendekatan yang benar itulah usaha belajar
efisien. Bagaimana cara dan pendekatan yanng benar itu? Pada sub bab laian akan
dijelaskan didepan.
Selanjutnya, yang dimaksud efisiensi hasil belajar yaitu prestasi belajar
didapat berbeda meskipun dengan cara dan usaha yang sama. Efisiensi hasil
belajar ini berbanding terbalik dengan efisiensi usaha belajar. Dalam hal ini
seseorang yang lagi belajar mendapatkan hasil yang berbeda lebih baik dari pada
5

yang lainnya meskipun cara dan usahanya sama. Sebagai contoh disatu kelas
terdapat 30 siswa, cara waktu dan tempat belajarnya sama namun pasti akan ada
yang lebih diantara yang 30 siswa tadi. Ini dikarenakan guru atau siswa tadi
memiliki penedekatan yang benar untuk mendapatkan hasil dari belajarnya.

B. Mengajar Efektif
Di atas telah dibahas bagaimana belajar yang efektif. Pembahasan itu
berguna bagi pengajar maupun bagi siswa. Bagi pengajar mengetahui cara belajar
efektif berguna sebagai referensi harus bagaimana mereka memandang
parasiswanya dan menjalankan proses belajar mengajarnya. Lalu, bagaimana
mengajar yang efektif? Pada susbab ini akan kami kupas sedikit tentanng
mengajar yang efekif menurut John W. Santrock.
Mengajar merupakan hal yang kompleks karena murid-murid itu
bervariasi sehingga tidak akan ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk
semua hal. Namun setidaknya seorang guru harus memahami dan mennguasai
beragam perspektif dan strategi juga mengaplikasikannya secara fleksibel.(
santrock 2008 : 7). Hal ini membutuhkan dua hal utama yaitu : 1) pengetahuan
dan keahlian profesional, dan 2) komitmen dan motivasi.
1) Pengetahuan dan keahlian profesional
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau
keterampilan mengajar yang baik. Memahami strategi pengajaran yang baik dan
didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan manajemen
kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomuikasi, dan berhubungan
secara efektif dengan murid-muridnya dengan berbagai karakter dan beragam
latar belakang kultural. Sengaja pemabahsan mengenai belajar yang efektif
didahulukan karena untuk mengajar yang efektif terlebih dahulu harus
mengetahui belajar yang efektif.
2) Komitmen dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi.
Aspek ini mencakup sikap yang baikdan perhatian kepada murid.( santrock
2008: 12). Komitmen dan motivasi akan lahir jika seseorang memiliki landasan
dalam bekerjanya. Bagi seorang muslim, komitmen dan motivasi itu lahir jika
mengajar dijadikan sebagai pengabdian bentuk ibadah kepada allah SWT.
Ibadah tentu berlandaskan ketauhidan. Inti dari katauhidan adalah keikhlasan
6

dan keikhlasanlah yang akan membuat seseorang komitmen. Tidak ada tujuan
lain selain mengharap ridla Allah SWT.
Dengan keikhlasan sikap guru tidak akan bergantung kepada apapun,
entah itu gajih ataupun jabatan akademik guru. Dengan keikhlasan juga sikap
dan keperibadian seorang guru akan terbentuk. Guru harus memiliki kompetensi
kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif, dan dapat menjadi teladan.( Ruswandi
dkk 2010 : 35).

2.2. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran

Efektivitas dan efisiensi pemebelajaran akan tercapai jika menggunakan


pendekatan, strategi dan metode yang tepat. Pada pembahasa sebelumnya telah
dibahas bahwa pembelajaran efektif dan efisien tidak akan tercapai jiks tidak
memahami ketiga komponen ini. Pada sub bab inilah akan dibahas mengenai cara
untuk mencapai efektivitas dan efisiensi yaitu dengan pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran. .

a. Pengertian pendekatan pemebelajaran

Pendekatan pemebelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).

Akhir-akhir ini pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan


pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. CTL merupakan strategi yang
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk
beraktivitas mempelajari materi pembelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajarinya. Belajar dengan konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan
dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.
Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara
7

utuh, yang berkembang tidak hanya asfek kognitif saja, tetapi aspek afektif dan
psikomotor juga. Belajar CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi
yang dipelajarinya.
Ada tiga hal yang harus kita pahami dalam konteks CTL. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untk menemukan materinya,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalama secara langsung.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkapCTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan
nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetap bagaimana materi tersebut dapat mewarnai prilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan di atas akan memengaruhi keberhasilan pemebelajaran.


Apakah guru memeandanng siswa sebagai orang yang sama sekali tidak tahu
(objek learning) atau menganggap siswa memiliki berbagai potensi sehingga guru
hanya sebagai fasilitator? Yang jelas, Dari pendekatan pembelajaran yang telah
ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.

b. Strategi pembelajaran

Secara harfiah, kata strategi dapat daiartikan sebagai seni malaksanakan


stratagem yakni siasat atau rencana (McLeod,1989) dikutif oleh (syah 2010: 210).
Dalam perspektif psikologi, kata strategi yanng berasal dari bahas yunani itu,
berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperngkat langkah untuk memecahakan
maslah atau mencapai tujuan (reber, 1988). Selanjutnya menurut Muhibbin Syah,
strategi yaitu sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan pengajaran tertentu (syah 2010: 211).

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk


mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan a plan of operation achieving something
sedangkan metode adalah a way in achieving something (Sanjaya (2008).
8

c. Strategi Pembelajaran Afektif

Dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa


Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yanng Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan tujuan pendidikan diatas, serat dengan pembentukan sikap. Dengan
demikian, tidaklah lengkap manakala dalam strategi pembelajaran tidak
membahas strategi pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap
dan nilai.
Proses pembentukan sikap
1. Pola pembiasaan
Dalam proses pembelajaran disekolah, baik secara disadari maupun tidak,
guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan.
Misalnya, siswa yang setiap kali menerima perlakuyan yang tidak mengenakan
dari guru, misalnya perilaku mengejek atau perilaku yang menyinggung perasaan
anak, maka lama-kelamaan akan timbul rasa benci dari anak tersebut, dan
perlahan-lahan anak akan mengalihkan sikap sikap negatif tersebut bukan hanya
kepada gurunya itu sendiri, akan tetapi juga kepada mata pelajaran yang
diajarinya. Kemudian, anak mengembalikannya ke sikap positif tidaklah mudah
baginya.
Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu jugadilakukan oleh Skinner
melalui teorinya conditioning. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan
yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap yang dilakukan
Skinner. Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses
peneguhan respons anak. Setiap kali anak menunjukan prestasi yang baik
diberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan. Lama-kelamaan, anak
berusaha meningkatkan sikap positifnya.

2. Modeling
Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah
keinginannya untuk melakukan peniruan (imitasi). Hal ditiru itu adalah perilaku-
9

perilaku yang diperagakan atau didemonstrasikan oleh orang yang menjadi


idolanya.
Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anak kagum terhadap
kepintaran orang lain, misalnya terhadap guru yang dianggapnya bisa melakukan
segala sesuatu yang tidak bisa dilakukannya. Secara perlahan perasaan kagum
akan memengaruhi emosinya dan secara perlahan itu pula anak akan meniru
perilaku yang dilakukan idolanya.
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memiliki 7 asas. Asas-asas
ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CTL, yaitu :

1) Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2) Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta
hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses penemuan sendiri. Belajar pada
dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis.
Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik
intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.
Secara umum inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat kesimpulan
3) Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawabpertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan dari setiap individu, sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
4) Pemodelan (Modeling)
Asas modeling adalah proses pembelajaran yang memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberi
10

contoh bagaimana cara mengoprasikan suatu alat, cara melafalkan kalimat asing,
dan sebagainya.
5) Refleksi(Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir
proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
6) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Dalam CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh
aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek
hasil belajar seperti tes, akan tetapi proses belajar melalui penilaian nyata.
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

d. Pengertian Metode Pembelajaran


Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu.
Secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola
yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta
berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses
pembelajaran pada diri pembelajaran. (Gintings, Abdorrakhman. 2008. h: 42)
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru,
sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. (Siregar, Evelin dan Hartini Nara. 2010. h: 80)
Jadi, Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Pertimbangan dalam Pengembangan Metode Pembelajaran


Sebelum menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan, ada
beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
Pertimbangan ini merupakan pertimbangan pertama yang harus
diperhatikan. Semakin kompleks tujuan yang ingin dicapai maka semakin
11

rumit juga metode pembelajaran yang harus dibuat, metode dibuat sebagai
cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
Materi atau pengalaman belajar merupakan pertimbangan kedua yang
harus diperhatikan.
3. Pertimbangan dari sudut siswa
Siswa adalah subjek yang akan kita ajar. Keadaan siswa yang berbeda-
beda membuat kita untuk merancang metode yang yang sesuai dengan siswa
tersebut.

f. Berbagai Metode Pembelajaran


Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan, tetapi ada
metode pembelajaran yang mendasar, sedangkan selebihnya adalah kombinasi
atau modifikasi dari metode dasar tersebut. Berikut ini adalah metode
pembelajaran dasar, yaitu:
1. Metode Ceramah
Dalam metode ceramah guru menyampaikan materi secara lisan dan
peserta didik mendengarkan. Keunggulan metode ceramah adalah, dapat
digunakan untuk mengajar dalam jumlah peserta didik yang banyak, tujuan
pembelajaran dapat disampaikan dengan mudah, dll. Sedangkan
kekurangannya adalah, Komunikasi cenderung hanya satu arah, sangat
tergantung pada kemampuan komunikasi verbal guru, dll.
2. Metode Tanya Jawab
Materi pembelajaran disampaikan melalui proses tanya-jawab antara
guru dengan peserta didik, dan sesama peserta didik. Keunggulan metode
tanya jawab adalah, memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran secara
aktif, mendorong siswa untuk berfikir kritis, dll.
3. Metode Diskusi
Dalam metode diskusi proses pembelajaran berlangsung melalui
kegiatan berbagi informasi atau pengetahuan diantara sesama peserta didik.
Keunggulan metode diskusi adalah, menumbuhkan sikap ilmiah dan jiwa
demokratis, menciptakan suasana belajar yang interaktif, dll. Adapun
kekurangannya adalah, pembicaraan dalam diskusi bisa keluar dari topik yang
sedang dibahas, diskusi tidak mencapai hasil yang ditentukan jika batas waktu
telah tiba.
12

4. Metode Peragaan atau Demonstrasi


Metode peragaan dapat digunakan sebagai bagian dari pembelajaran
teori maupun praktek. Keunggulan metode peragaan adalah, peserta didik
akan lebih mudah memahami materi belajar, akan menciptakan suasana
belajar aktif, dll. Sedangkan kekurangannya adalah, memerlukan waktu
persiapan yang lebih lama, membutuhkan peralatan yang kadangkala tidak
tersedia di sekolah, dll.
5. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran sangat efektif digunakan untuk
menstimulasikan keadaan nyata. Keunggulan metode bermain peran adalah,
mampu melatik kompetensi siswa dalam melakukan kegiatan praktis yang
mendekati keadaan yang sebenarnya. Kekurangan metode ini adalah, tidak
semua guru memiliki kompetensi merancang kegiatan simulasi, memerlukan
persiapan dan penyiapan yang matang serta membutuhkan banyak waktu dan
sumberdaya lainnya, dll.
6. Metode Pembelajaran Praktek
Keunggulan metode pembelajaran praktek adalah, mempermudah dan
memperdalam pemahaman tentang berbagai teori yang terkait dengan praktek
yang sedang dikerjakan, meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa, dll.
Sedangkan kelemahannya adalah, memerlukan persiapan yang matang
meliputi kegiatan dan peralatan yang diperlukan, memerlukan biaya tinggi
untuk pengadaan bahan dan peralatan praktek, dll.
7. Metode Tutorial
Metode tutorial adalah metode pembelajaran dengan mana seorang guru
memberikan bimbingan belajar kepada peserta didik secara individual.
Keunggulan metode tutorial adalah, peserta didik memperoleh pelayanan
pembelajaran secara individual sehingga permasalahan spesifik yang
dihadapinya dapat dilayani secara spesifik pula, seorang peserta didik dapat
belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuannya tanpa harus
dipengaruhi oleh kecepatan belajar peserta didik yang lain. Sedangkan
kelemahannya adalah, memerlukan waktu yang lama karena guru harus
melayani peserta didik dalam jumlah banyak, memerlukan kesabaran dan
keluasan pemahaman guru tentang materi yang dipelajari siswa.
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat kami simpulkan, bahwa untuk dapat


melaksanakan tugasnya secara profesional yakni melaksanakan pemebelajaran
sesusai dengan kompetensi dan karakteristik siswa seorang guru dituntut dapat
memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan
pendektan, strategi dan metode ssehingga menghasilkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
14

DAFTAR PUSTAKA

John. W. Santrock. Psikologi Pendidikan edisi kedua.2008.jakarta:kencana.


Gintings, abdurarakhman. Belajar dan Pemebelajaran.2008. Bandung:
Humaniora.
Siregar, eveline dan hartin. Teori Belajarda dan Pemebeljaran.2010. Bogor:
ghalia indonesia.
Wina, sanjaya. Kurikulum dan Pemebelajaran.20010. Jakarta: Kencana prenada
Media Group.
Uus, Ruswandi dan Badrudin. Pengembangangn Kepribadian Guru. 2010.
Bandung: Insan Mandiri.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.1997. Bandung:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai