PENDAHULUAN
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari
asi, tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, bendungan asi masih dianggap
sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita
perlu. Bendungan asi dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan
atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit
sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2005).
Pada hari ke tiga atau keempat setelah melahirkan sering kali payudara
terasa penuh, tegang dan nyeri. Hal ini disebabkan karena terjadinya bendungan
prioritas karena faktor gizi turut menentukan kualitas sumber daya manusia.
Dalam kaitanya dengan perwujudan kualitas sumber daya manusia, status gizi
1
2
merupakan hal yang amat penting untuk dinilai. Sebab salah satu indikator
sekitar 57% dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan
pada putingnya, payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi pada hari
ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu
atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta abses payudara yang merupakan
ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi
baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 6
optimal. Selain sebagai sumber energi dan gizi, pemberian ASI juga merupakan
media untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayinya. Hubungan ini
akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada bayinya serta
negeri kita Indonesia. Disatu sisi kita sering begitu gelisah dengan banyak kasus
kematian ibu dan anak, namun disisi lain kita tidak pernah serius, bahkan
makanan bayi yang tidak ada tandingannya dalam menjamin tumbuh kembang
3
anak secara optimal, bahkan dalam mencegah banyak resiko kematian (Roesli,
2008).
bendungan ASI diperkirakan terjadi sebanyak 23,4% kasus (Dinkes Prov. Aceh,
ibu menyusui tercatat 6.202 (82,24%) dari total ibu menyusui seluruhnya 8.049,
dan ibu menyusui yang berkunjung ke Puskesmas dengan keluhan ASI tidak
pengetahuan tentang perawatan dan tanda-tanda bahaya pada masa nifas sehingga
ibu dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa nifas
sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi (Prawirohardjo,
2005).
Asuhan pada masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena masa
nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayinya. Paling sedikit 4 kali
kunjungan pada masa nifas sehingga dapat menilai status ibu dan bayinya, untuk
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi, memberikan pendidikan
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan Apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusui, dan payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
Chik Di pulo Baroh Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen ternyata dari 326
sampai Juni ternyata ada 43 ibu menyusui datang dengan keluhan mengalami
desa dengan rincian ibu menyusui di desa Batee Iliek sebanyak 6 orang, ibu
menyusui di desa Pulo Baroh sebanyak 6 orang, ibu menyusui di desa Lancok
sebanyak 4 orang, ibu menyusui di desa Paloh sebanyak 5 orang, ibu menyusui di
desa Mesjid Baro sebanyak 5 orang, ibu menyusui di desa Ulee Jembatan
menyusui di desa Menasah Luong sebanyak 6 orang. hal ini menunjukkan adanya
gangguan atau masalah dalam pemberian ASI Ekskusif, sedangkan jumlah bayi
dari bulan Januari sampai Bulan Juni 2012 berjumlah 43 bayi. Dari uraian di atas,
Tahun 2012.
1.4.Manfaat Penelitian
bahan referensi untuk pustaka dan hasil penelitian ini dapat dijadikan
bayinya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen laktasi ini harus dipahami oleh tenaga kesehatan agar dapat
(wiknjosastro, 2005).
Varralls, 2003).
d) Pemeriksaan payudara.
menggunakan sabun.
supaya proses menyusui dapat berjalan dengan baik, namun sering kali
proses menyusui dilakukan tidak tepat, akhirnya ASI tidak keluar dan ibu
tidak mau menyusui dan bayinya pun tidak mau menyusu (Utami Roesli,
2001:65). Tidak heran bila hasil survei membuktikan masih sedikit bayi
menghadap puting ibu, kepala dan tubuh bayi berada pada garis lurus,
seluruh puting dan sebagian besar areola (bagian payudara yang berwarna
lebih gelap kecokelatan) masuk ke dalam mulut bayi, dagu bayi menyentuh
Bayi dapat mengisap dengan baik jika mulut terbuka lebar, bibir
bawah terlipat keluar, pipi bayi tidak cekung, tapi membulat dan isapannya
teratur lambat dan dalam. ASI dapat dikatakan benar-benar kurang jika berat
badan (BB) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan, BB
lahir dalam waktu 2 minggu belum kebal, ngompol rata-rata kurang dari 6
kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning (Runtulalo,
2004).
Posisi yang kurang benar dapat menyebabkan rasa sakit, lecet, dan
luka pada puting serta membuat ibu dan bayi frustrasi. Bayi akan frustasi
karena lapar dan ibu akan merasa cemas karena ketidakmampuan menyusui
2006).
Menurut Depkes RI, (2007) cara yang tepat ibu memeluk bayinya saat
menyusui adalah:
dengan puting.
4. Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan, bukan hanya
berikut:
payudara.
sebagai berikut:
berdiri. Penting bagi ibu untuk tetap nyaman dan santai, dan bagi bayi
1. Bagi ibu,
2. Bagi Bayi,
a. tampak sehat,
3. Payudara,
puting.
4. Posisi bayi,
5. Pelekatan bayi:
6. Menghisap,
merupakan bagian awal dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan
makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang
manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu
dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan
tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Kamalia,
2005).
semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai
dengan kebutuhan bayi. Jika dibandingkan dengan susu sapi, Air Susu
infeksi, ASI mudah didapat dan tidak perlu dipersiapkan terlebih dahulu.
Melalui ASI dapat dibina kasih sayang, ketentraman jiwa bagi bayi yang
Oleh karena itu ASI harus diberikan pada bayi, sekalipun produksi
ASI pada hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi.
Pemberian air gula, air teh, air tajin dan makanan prelaktal (sebelum ASI
lahir (dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir) karena daya hisap pada
(Kamalia, 2005).
sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada
bayinya. Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika
ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini
ASI oleh bayi. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada
bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan
(Anonymous, 2010).
limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi dan
badan.
bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak
bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
16
ASI).
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
medis.blogspot.com, 2008).
dan tegang dan ASI tidak mengalir dengan baik. Penderita akan
nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu (Suherni
2009)
2.2.5. Pencegahan
untuk istirahat yang cukup. Secara teratur menyusui bayinya, setiap dua
atau tiga jam sekali sesuai ritme perut bayi, akan dapat mencegah
teratur.
2.2.6. Penatalaksanaan
a. Keluarkan ASI secara manual dan ASI tetap diberikan pada bayi.
menurunkan panas.
18
perubahan, waktu kembali keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-
penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang
priode pasca natal didefinisikan sebagai suatu priode yang kurang dari 10
hari dan tidak lebih dari 28 hari setelah akhir masa persalinan.
Menurut Suherni, dkk (2009) masa nifas disebut juga masa post
partum atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai
kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang
dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama
empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
20
diberikan pada ibu dan bayinya sebagai bagian integral pada proses
minggu. akan tetapi, seluruh alat genatelia baru pulih kembali seperti
21
berikut:
adanya penyulit
a. Mobilisasi dini
22
istirahat vital pertama berakhir. Pada hari kedua telah dapat duduk,
hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
b. Diet / Makanan
hemokosentrasi.
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum.
Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan
e. Demam
f. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa
sedang menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin.
Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban,
beristirahat tidur.
g. Laktasi
24
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
4) Pil zat besi harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya
b. Kebutuhan Ambulasi
pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali. Buang air besar
cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat
kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan
mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis
Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut
perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga kebersihannya
e. Kebutuhan Istirahat
27
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
f. Hubungan Seksual
Pada saat hamil otot perut dan sekitar rahim serta vagina telah
h. Pemberian ASI/laktasi
disusukan.
eklusif)
kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.
Didalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi
merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
(http://bejocomunity.bloggsport.com., 2010).
29
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
terjadinya bendungan ASI adalah, persiapan menyusui, cara menyusui dan lama
terjadinya bendung ASI adalah pendidikan, pengetahuan, daya tahan tubuh dan
29
30
ASI
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di
4.3.2. Sampel
32
33
orang.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data skunder. Data
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dan
penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan untuk diisi dan kemudian data
Data dalam penelitian ini dapat diolah dengan cara (Purwanto, 2004) :
a. Editing
b. Coding
c. Transfering
Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari
d. Tabulating
distribusi frekuensi.
4.6.2.1. Univariat
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi
(a=0,05)
untuk dinarasikan.
36
KUESIONER
I. Identitas Reponden
Nama Responden
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
a. Ya
b. Tidak
B. Cara Menyusui
b. Menyentuh bayi
c. Dibiarkan saja
b. Berdiri
c. Terlentang
38
c. Bayi menangis
8. Tanda-tanda bayi berada dalam posisi yang salah pada saat menyusui
adalah....
9. Salah satu posisi dasar yang harus diketahui oleh ibu agar proses
c. Bayi puas
39
KUNCI JAWABAN
CARA MENYUSUI
1. A
2. A
3. B
4. B
5. B
6. A
7. A
8. C
9. C
10. A
40
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun, Spd, S.SiT, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, EGC, Jakarta,
2009.
Manuaba Ida Bagus Gde, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, ECG, Jakarta, 2002.
Potter dan Perry. Pendidikan ke Arah Budaya Produk Tinggi, LP3ES, Jakarta. 1997.
Roesli,Utami,Dr, Mengenal ASI Eksklusif,Seri I.Jakarta, 2004.
Saifuddin. AB, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
41