Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia adalah air, bahkan hampir 70%

tubuh manusia mengandung air. Mengingat bahwa dalam memenuhi kebutuhan

hidup,air digunakan sebagai keperluan makan, minum dan pemenuhan kebutuhan

yang lain, maka untuk keperluan tersebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Kebutuhan

tersebut harus mencakup kualitas, dari sebab itu pertimbangan dari berbagai

aspek perlu diperhatikan sebagai dasar perencanaan penyediaan air yang

memenuhi syarat, baik aspek tersebut pendukung maupun penghambat. (Djasio

Sanropia, 1984)

Sebesar 80% dari permukaan bumi ini tertutupi oleh air sehingga persediaan

air di bumi sangat melimpah. Sebagian besar dari persediaan tersebut adalah

96,5% berupa air laut dan hanya sekitar 3,5% yang berupa air tawar. (Budiyono,

Siswono S, 2013)

Di Indonesia dengan penduduk 220 juta jiwa lebih, kebutuhan air sangat

bergantung kepada sumber air baku yang didapat langsung dari alam, seperti air

hujan, sungai, dan air tanah (sumur bor dan sumur gali). Oleh karena itu,

kelestarian sumber air baku adalah harga mati demi kontinuitas air.

Permasalahan perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk yang relatif

tinggi, sediaan air adalah salah satu masalah yang sangat pokok. Pengadaan air
2

minum yang didominasi oleh pengolahan air baku dari air permukaan merupakan

suatu pekerjaan yang relative kompleks. (Ahmad K.Ansori, 2008)

Sumber air baku yang masih banyak mengandung partikel-partikel koloid dan

logam-logam berat harus diolah terlebih dahulu pada instalasi-instalasi

pengolahan air minum dengan menggunakan bahan kimia yang terdiri dari

koagulan, pH dan desinfektan. Air hasil olahan harus memenuhi persyaratan

tertentu hingga aman untuk dikonsumsi seperti yang diisyaratkan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 492/MENKES/IV/2010.

Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air

permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting

pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari

air baku tersebut. Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel

kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 m. Partikel-partikel kecil dan

koloid tersebut tidak lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan

sebagainya. Kekeruhan dapat dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan

kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan

tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III), atau salah satu

polielektrolit organis.

Adapun penggunaan bahan kimia dalam proses penjernihan air minum

dikatakan aman jika penggunaannya tidak melampaui batas. Karena pada kadar

tertentu, bahan kimia tersebut berpotensi merugikan. Aluminuim yang terkandung

dalam tawas pada pH yang rendah dapat mengganggu kehidupan akuatik


3

avertebrata, klorida pada konsentrasi tinggi pada air menjadikan air berasa asin

dan kapur yang lebih dapat mengurangi daya kerja detergen.

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar, terus menerus mengalami

perkembangan melalui tahap demi tahap dalam lintasan sejarah yang cukup

panjang, berawal pada tahun 1924 dengan dibangunnya Instalasi Pengolahan Air

(IPA) 1 Ratulangi oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama Waterleidjding

Bedrijf kapasitas produksi terpasang 50 l/d, kemudian pada jaman pendudukan

Jepang tahun 1937 ditingkatkan menjadi 100 l/d. Air baku diambil dari Sungai

Jeneberang terletak 7 km disebelah selatan kota, dipompa melalui saluran tertutup

ke Instalasi Ratulangi. Tahun 1974 berubah menjadi Dinas Air Minum

Kotamadya Ujung Pandang. Seiring dengan usianya IPA Ratulangi berangsur-

angsur mengalami penurunan kapasitas produksi.

Tahun 1976 perubahan status PDAM, dari Dinas Air Minum menjadi

Perusahaan Air Minum Kodya Ujung Pandang sesuai dengan Perda No.

21/P/II/1976, dengan kapasitas produksi terpasang PDAM turun menjadi 50 l/d,

disebabkan karena usia.

Untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi penduduk Kota Makassar yang

makin meningkat, maka pada tahun 1977 dibangun Instalasi Pengolahan Air

(IPA) 2 Panaikang dengan kapasitas tahap pertama 500 l/d. Sumber Air baku

diambil dari Bendung Lekopancing Sungai Maros sejauh 29,6 Km dari Kota

Makassar, kemudian tahun 1989 IPA 2 Panaikang ditingkatkan kapasitasnya

menjadi 1.000 l/d. Tahun 1985 melalui paket pembangunan Perum Perumnas

dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) 3 Antang dengan kapasitas awal 20 l/d,
4

kemudian tahun 1992 dibangun IPA Antang 2 (dua) dengan demikian total

kapasitas IPA 3 Antang menjadi 40 l/d pada saat itu, saat ini kedua Instalasi

Pengolahan Air tersebut sudah tidak dapat dioperasikan lagi karena rusak berat.

Untuk memenuhi kebutuhan air minum khususnya pada wilayah pelayanan

IPA 3 Antang dimana jumlah pelanggan terus bertambah, maka pada tahun 2003

PDAM Kota Makassar menambah satu Unit IPA dengan kapasitas 50 l/d investasi

PDAM, kemudian tahun 2009 menambah satu unit IPA dengan kapasitas 35 l/d

investasi PDAM, sehingga total kapasitas IPA 3 Antang adalah sebesar 85 l/d.

(Achmad Kamil, 2011)

Air baku yang digunakan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Unit III Antang

PDAM Kota Makassar berasal dari sungai Lekopaccing yang bisa saja keruh pada

musim hujan. Namun, jika melalui proses pengolahan yang baik dan dengan

menggunakan bahan kimia dengan kadar yang tepat sebagai koagulannya dapat

diperoleh air yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Maka dari itu penulis

memilih untuk menganalisis nilai kekeruhan dan sisa klor ada air minum Instalasi

Pengolahan Air (IPA) Unit III Antang PDAM Kota Makassar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah

penelitiannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

Apakah kadar kekeruhan dan sisa klor yang terdapat di Instalasi Pengolahan

dan distribusi Air (IPA) Unit III Antang PDAM Kota Makassar memenuhi standar

kualitas air minum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No:

492/MENKES/IV/2010.
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisa kadar kekeruhan dan sisa klor pada air minum di

Instalasi Pengolahan Air (IPA) Unit III Antang Kota Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisa kadar kekeruhan air minum di Instalasi Pengolahan

Air (IPA) Unit III Antang PDAM Kota Makassar dan dirumah

penduduk.

b. Untuk menganalisa kadar sisa klor air minum di Instalasi Pengolahan

Air (IPA) Unit III Antang PDAM Kota Makassar dan dirumah

penduduk.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang hasil analisa

kekeruhan dan sisa klor di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Unit III Antang

PDAM Kota Makassar.

2. Dengan mengetahui kadar kekeruhan dan sisa klor pada air PDAM maka

dapat diketahui bagaimana kualitas air minum yang dikonsumsi

masyarakat.

3. Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya untuk Mahasiswa/i Akademi

Kesehatan Lingkungan Muhammadiyah Makassar


6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi pada jumlah kadar kekeruhan dan sisa klor pada air minum

yang ada di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Unit III Antang PDAM Kota

Makassar dan air minum yang didistribusikan ke rumah warga di sekitar wilayah

kerja PDAM, dimana peneliti mengambil 3 sampel secara acak dari 3 blok rumah

warga yang berada di wilayah kerja PDAM.

Anda mungkin juga menyukai