Anda di halaman 1dari 17

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang Air

1. Pengertian Air Bersih

Air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dan makhuk hidup

lainnya memelurkan banyak air untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,

ketersediaan air bagi dari segi kualiatas maupun kuantitas mutlak diperlukan. Seiring

dengan perkembangan zaman dimana pertumbuhan penduduk dan kemajuan bidang

industry berkembang pesat, maka permintaan air semakin meningkat, sedangkan

ketersediaan air di suatu tempat bias berubah baik kualitas maupun kuantitasnya.

Maka dari itu, pengelolaan air dengan baik sangatlah diperlukan. (Kusnaedi, 2010)

Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang SyaratSyarat dan

Pengawasan Kualitas Air, Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-

syarat kesehatan dan langsung dapat diminum.

Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih manusia biasanya memanfaatkan sumber-

sumber air yang berada di sekitar permukiman baik itu air alam, maupun setelah

mengalami proses pengolahan terlebih dahulu.

Menurut Sugiharto (1983) tempat sumber air dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Air hujan, air angkasa, dalam wujud lainnya dapat berupa salju

b. Air permukaan, air yang berada di permukaan bumi dapat berupa air

sungai, air danau, air laut


8

c. Air tanah, terbentuk dari sebagian dari air hujan yang jatuh ke permukaan

dan sebagian meresap ke dalam tanah melalui pori-pori/celah-celah dan

akar tanaman serta bertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang

mengandung air tanah (aquifer), air tanah yang disebut air tanah dalam

atau artesis, artinya air tanah yang letaknya pada dua lapisan tanah yang

kedap air, ada yang sifatnya tertekan dan yang tidak tertekan. Air tanah

dangkal artinya terletak pada aquifer yang dekat dengan permukaan tanah

dan fluktuasi volumennya sangat dipengaruhi oleh adannya curah hujan.

Di Indonesia, sebagaian besar masyarakat (khususnya di daerah pedesaan)

menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Mereka

menggunakan sarana sumur gali untuk mengambil air tanah ini. Sumur gali

merupakan sarana air bersih yang paling sederhana dan sudah lama dikenal

masyarakat. Sesuai dengan namanya, sumur gali dibuat dengan menggali tanah

sampai pada kedalaman lapisan tanah yang kedap air pertama. Air sumur (hal ini

bergantung pada lingkungan), pada umumnya lebih bersih dari air permukaan karena

air yang merembes ke dalam tanah telah disaring oleh lapisan tanah yang dilewatinya.

Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah

pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat lama,

dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat

lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali

jika mengalami pencemaran. (Effendi, 2003 dalam Ahmad Anshori, 2008)


9

2. Pengertian Air Minum

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar

tiga pe empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat

bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain iu, air juga dipergunakan

untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihka kotoran yang ada di sekitar

rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industry,pertanian, pemadam kebakaran,

tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang

manusia juga dapat ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya

dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. (Budiman Chandra, 2006)

Dalam Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air, menyatakan bahwa :

a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang dan air permandian umum.

b. Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum.

c. Air bersih adalah yang digunakan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.


10

3. Persyaratan Kualitas Air

Air yang dijadikan sebagai sumber air bersih ataupun sebagai sumber air minum

haruslah memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat dicegah timbulnya gangguan

atau penyakit yang ditularkan melalui air.

Dalam Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, dinyatakan bahwa pada

dasarnya persyaratan kualitas air bersih dibagi dalam 4 bagian, yaitu :

a. Syarat fisik

1) Kekeruhan

Kekeruhan yang tinggi dapat melindungi mikroorganisme dari proses

desinfektasi, sehingga dapat mendorong pertumbuhan bakteri. Adapun

batas kekeruhan yang diperbolehkan adalah 5 NTU sesuai dengan

Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010).

2) Rasa dan bau

Perubahan rasa yang normal dalam penyediaan air bersih dapat

merupakan suatu indikator tentang kualitas sumber air. Secara umum bau

pada air kebanyakan disebabkan oleh adanya senyawa organik yang

terdapat di dalam air, yang mungkin juga disebabkan oleh pencemaran

akibat limbah industri.


11

3) Warna

Warna pada air disebabkan oleh zat-zat organik yang membusuk,

senyawa logam seperti besi (Fe) atau mangan (Mn), ataupun oleh air

buangan industri yang berwarna pekat.

b. Syarat kimia

Meliputi derajat keasaman (pH), jumlah padatan terlarut total dan

bahan kimia lainnya. Air yang digunakan sebagai sumber air minum dan

air bersih hendaknya jangan sampai tercemar secara berlebihan oleh zat-

zat kimia dan mineral.

Adapun persyaratan untuk sisa klor yaitu 5 mg/l untuk air minum

sesuai dengan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

c. Syarat mikrobiologis

Aspek mikrobiologis sangat penting untuk suatu penyediaan air bersih

yang memenuhi syarat kesehatan. Paling ideal apabila air yang digunakan

sebagai air minum bebas dari kuman pathogen dan bakteri coli (E.Coli =

0). (Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010). Sedangkan untuk air bersih

total koliform 50/ml untuk sistem perpipaan dan 10/ml untuk yang bukan

perpipaan. (Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990).

Bila terjadi penyimpangan terhadap hal-hal tersebut, maka air dianggap

tidak memenuhi syarat kesehatan.


12

d. Syarat radioaktif

Bahwa air tersebut bebas dari pencemaran radioaktif dalam kadar yang

membahayakan kesehatan.

4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penyimpangan Terhadap Kualitas Air

Menurut Djasio Sanropie (1984), faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan

terhadap kualitas air sehingga tidak memenuhi standar kualitas air yang telah

ditentukan adalah sebagai berikut :

a. Secara alami sumber air yang digunakan mengandung bahan kimia dalam

jumlah yang berlebihan sehingga memerlukan pengolahan yang lebih

sempurna.

b. Kesalahan dalam memilih teknologi pengolahan air sehingga diperoleh hasil

yang tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

c. Terbatasnya dana yang digunakan dalam pengolahan air. Setiap pengolahan

air memerlukan dana. Semakin tinggi kualitas air yang ingin diperoleh,

semakin tinggi juga dana yang dibutuhkan.

d. Air yang memenuhi standar kualitas namun mendapat pencemaran, baik

secara alamiah maupun akibat aktifitas manusia.

e. Kurangnya pengertian individu atau masyarakat dalam menggunakan fasilitas

air bersih.
13

5. Proses Pengolahan Air Minum

Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika,

kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara

mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan,

filtari, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan

bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk

menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Pada pengolahan secara

biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.

PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses

penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di

Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem

pengolahannya.

a. Bangunan Intake

Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air

dari sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil

dari sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi

untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air

akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan

selanjutnya, yaitu WTP Water Treatment Plant.


14

b. Water Treatment Plant

Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah

bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4

bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.

Berikut tata cara pengolahan air :

1) Koagulasi

Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Pada proses

koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya

air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel

koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan

penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan

rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun

secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan

dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 90 detik.

2) Flokulasi

Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit

flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya

adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).

3) Sedimentasi

Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi

dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit
15

sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang

sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat

jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar

daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan

lumpur.

4) Filtrasi

Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini,

sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media

berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga

ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.

Begitulah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses tambahan,

dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, dan lain-lain

sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.

5) Reservoir

Setelah dari WTP dan berupa clear water (air bersih), sebelum didistribusikan,

air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat

penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa

secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi,

maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi

daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas

bukit, atau gunung.


16

Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA (Instalasi Pengolahan

Air). Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan

Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi,

sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang

besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari

reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai

ukuran ke tiap daerah distribusi. (Aryansyah, 2010)


17

B. Kajian Umum Tentang Kekeruhan Air

1. Pengertian Kekeruhan Air

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan

anorganik, seperti lumpur dan buangan dari permukiman tertentu yang menyebabkan

air sungai menjadi keruh. Dari segi estetika, kekeruhan air dihubungkan dengan

kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan. (Unus S, 1996)

Bahan yang menyebabkan air menjadi keruh termasuk tanah liat, endapan

(lumpur), zat organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus,

campuran warna organik yang bisa dilarutkan, plankton, jasad renik (mahluk hidup

yang sangat kecil). (Nuijten, 2007 dalam Lely K, 2011)

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik

dan organic yang berupa plankton dan mikro organism lain.

Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan 1mg/liter

SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau

kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan

menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat

baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan. Satu Unit turbiditas Jackson Candler

Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan


18

menggunakan Jackson Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu membandingkan

air sampel dengan standar.

Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering

diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumbercahaya dilewatkan

pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab

kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan

standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode Nephelometric

adalah NTU (Nephelometric Tubidity Unit).

Peningkatan nilai turbiditas pada perairan dangkal dan jernih sebesar 25 NTU

dapat mengurangi 13%-50% produktivitas primer. Peningkatan turbiditas sebesar 5

NTU di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer berturut-turut

sebesar 75% dan 3%-13%.

Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai

padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi, tetapi tidak berarti memiliki

kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya danau,

lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-

partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak

disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa

lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan

yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya,

pernafasan dan daya lihat organism akuatik, serta dapat menghambat penetrasi
19

cahaya kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha

penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.

(Effendi,2003 dalam Lely K, 2011)

Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur,

bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang

tersuspensi lainnya. Nilai yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada bahan-

bahan tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel.

Nilai ini tidak secara langsung menunjukkan banyaknya bahan tersuspensi, tetapi

ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen terhadap air tersebut.

Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi

tidak disenangi karena rupanya. Untuk membuat air memuaskan untuk penggunaan

rumah tangga, usaha penghilangan secara hampir sempurna bahan-bahan yang

menyebabkan kekeruhan, adalah penting.

Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public health Service mengenai kekeruhan ini

adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam angka praktik angka

standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air yang

modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Menurut Clair N

Sawyer dkk. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan

dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan

mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. (Sutrisno, 2006 dalam Lely K, 2011).


20

Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan

seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk

mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut.

Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang

berukuran 10 nm sampai 10 m. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut tidak lain

adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebagainya.

Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-

sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun

dapat pula garam Fe (III), atau salah satu polielektrolit organis. Selain pembubuhan

flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flog-flog ini

mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan

akhirnya bersama-sama mengendap.

Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai

dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan

mana yang tidak keruh, agak keruh, dan paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh

dan tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya. (Lely

K, 2011)
21

C. Kajian Umum Tentang Sisa Klor

1. Pengertian Klorin

Klor atau Klorin adalah unsur yang umum di Bumi, tetapi tidak ditemukan secara

alami dalam keadaan murni karena sangat reaktif dan cenderung membentuk senyawa

dengan unsur-unsur lainnya. Pada suhu kamar dan tekanan normal, klorin adalah gas

kuning-hijau yang lebih berat dari udara. Meskipun beberapa senyawa yang sangat

penting untuk berbagai bentuk kehidupan termasuk manusia dalam bentuk unsur, gas

sangat beracun. Klorin digunakan dalam industri untuk memproduksi plastik,

insektisida, dan obat-obatan; untuk membersihkan air untuk minum dan kolam

renang; dan sebagai agen pemutih dalam industri kertas.

2. Manfaat Penggunaan Klor Dalam Penjernihan Air

Sifat pengoksidasi unsur ini membuatnya sangat efektif dalam membunuh

mikroorganisme berbahaya. Lebih dari 25.000 orang di seluruh dunia meninggal

setiap hari akibat penyakit yang ditularkan melalui air, seperti kolera dan tipus.

Klorinasi air adalah salah satu yang paling banyak digunakan pengamanan untuk

pasokan air minum. Klorin dapat ditambahkan ke air sebagai gas atau dalam bentuk

senyawa hipoklorit, yang mungkin padat atau dalam larutan cair. Hipoklorit

melepaskan sejumlah kecil unsur ke dalam air.

Pada konsentrasi yang sangat rendah, klorin cukup untuk membunuh sebagian

besar organisme penyebab penyakit. Meskipun biasanya ditambahkan pada instalasi

pengolahan air, jumlah yang sangat kecil yang diizinkan untuk tetap berada dalam air
22

dalam kasus itu menjadi terkontaminasi dalam perjalanannya ke rumah. Beberapa

kekhawatiran telah diungkapkan tentang efek kesehatan yang mungkin dari unsur ini

dan produk sampingan dalam air minum, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan

bahwa itu berbahaya. Konsensus adalah bahwa manfaat dari klorinasi air jauh lebih

besar daripada risiko. Pada tahun 1991, wabah kolera besar di Amerika Latin

disalahkan oleh pejabat kesehatan internasional tentang keputusan oleh pemerintah

Peru untuk menghentikan klorinasi beberapa pasokan air dalam menanggapi

kekhawatiran tentang efek terhadap kesehatan manusia. (Sri Dianti, 2013).

3. Pengaruh Kadar Sisa Klor Yang Tinggi Terhadap Kesehatan

Sisa klor pada air dapat mempengaruhi kesehatan, tergantung pada tingkat dan

durasi paparan. Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang

mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung

kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan

melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat

bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran

kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula

kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. (Setia Permana, 2010)

Umumnya Klorin bersifat korosif dan mengiritasi pada mata, kulit, dan saluran

pernapasan. Paparan langsung konsentrasi rendah dapat menyebabkan sakit

tenggorokan, mata dan kulit iritasi, dan batuk. Pada konsentrasi paparan yang lebih

tinggi, gas dapat menyebabkan penyempitan bronkus, membakar mata, dan warna
23

biru pada kulit. Hal ini juga dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru dan

sakit di dada. (Sri Dianti, 2013).

Anda mungkin juga menyukai