Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian MKD

Manajemen Keuangan~Dalam mengelolah keuangan dibutuhkan suatu ilmu yang mempelajari


pengelolahan keuangan yang baik dan benar. Ilmu tersebut sering disebut dengan manajemen
keuangan. Manajemen Keuangan sering digunakan dan dibutuhkan dalam pengelolahan
keuangan disegala bidang, tak terkecuali pengelolahan keuangan daerah.

Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000, keuangan daerah menyatakan :

Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD)

Dari pengertian di atas turut mengundang beberapa ahli untuk mendefinisikan mengenai
keuangan daerah diantaranya, sebagai berikut:

1. Drs. Tjahja Supriatna, ia mendfibisikan keuangan daerah sebagai suatu kemampuan


pemerintah daerah untuk mengawasi pengelolahan daerah tersebut mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasi, pengendalian serta pengevaluasian di berbagai
sumber keuangan sesuai dengan kewenangan dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan di daerah yang diwujudkan dalam
bentuk anggaran pendapatan dan belanja daerah (PBD).
2. Jaya, berpendapat bahwa keungan daerah merupakan seluruh tatanan, perangkat
kelembagaan, dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan serta belanja
negara.
3. Mamesah, keuangan daerah merupakan segala hak dan kewajiban yang dapat dibilai
dengan nominal atau uang, demikian juga segala sesuatu baik berupa uang maupun
barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh
negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlaku.

Adapun Manajemen keuangan daerah itu sendiri merupakan proses perencanaan,


pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian terhadap semua hak dan kewajiban daerah
penyelenggaraan pemerintah yang ada yang segalanya dinilai dengan uang, dan masuk dalam
kekayaan yang berhubungan dengan hak serta kewajiban daerah dalam rangka anggaran
pendapatan dan belanja daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kerangka Manajemen Keuangan
Daerah berdasarkan Pasal 3 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, mempunyai fungsi :

1. Fungsi Otorisasi, APBD merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada tahun yang bersangkutan;
2. Fungsi Perencanaan, APBD merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan;
3. Fungsi Pengawasan, APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
4. Fungsi Alokasi, APBD diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;
5. Fungsi Distribusi, APBD harus mengandung arti / memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
6. Fungsi Stabilisasi, APBD harus mengandung arti atau harus menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Tujuan pengelolahan keuangan daerah meliputi taggung jawab, memenuhi kewajiban keuangan,
kejujuran, hasil guna dan daya guna, dan pengendalian.

Dewan perwakilan rakyat daerah merupakan salah satu petugas keuangan pemerintah daerah
oleh sebab itu DPRD harus melakukan pengawasan serta pengendalian agar semua tujuan
tersebut tercapai, mereka harus berusaha agar selalu mendapat informasi yang diperlukan untuk
memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran dan untk membandingakan penerimaan dan
pengeluaran dengan rencana dan sasaran.

Manajemen keuangan daerah merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,


kepemimpinan dan pengendalian terhadap semua hak dan kewajiban daerah penyelenggaraan
pemerintah yang ada yang segalanya dinilai dengan uang, dan masuk dalam kekayaan yang
berhubungan dengan hak serta kewajiban daerah dalam rangka anggaran pendapatan dan
belanja daerah. Manajemen keuangan daerah menjadi begitu penting bagi aparat
pemerintahan di daerah karena merupakan konsekwensi logis dari perspektif pengelolaan
perimbangan antara keuangan pusat dan daerah. Transformasi nilai yang berkembang dalam
era reformasi ini adalah meningkatnya penekanan proses akuntabilitas publik atau bentuk
pertanggungjaawaban horizontal, khususnya bagi aparat pemerintahan di daerah, tanpa
mengesampingkan pertanggungjawaban vertical kepada pemerintahan atasan dalam segala
aspek pemerintahn, termasuk aspek penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah sesuai dengan Surat Keputusan Mendagri No. 29 Tahun 2002.

Anda mungkin juga menyukai