Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

BULIMIA NERVOSA

Disusun Oleh :
Rezki Khairulia Desi Yanti
21504101068

Pembimbing:
dr. Agustina Sjenny, Sp.KJ

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN JIWA


RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

Tidak ada yang patut dipuji seagung-agungnya selain Yang Rahmaan, Allah SWT
yang dengan nikmat-Nya penulis dapat menyusun referat ini dengan tepat waktu.
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik di Laboratorium
Ilmu Kesehatan Jiwa. Laporan ini berisi referat yang didapatkan saat menjalani
Kepaniteraan Klinik di Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa RSUD Blambangan
Banyuwangi.
Penulis berharap agar referat ini dapat dimanfaatkan dan dipahami baik oleh
penulis maupun pembaca.

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

Banyuwangi, November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2
BAB I............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 5
2.1 Definisi .................................................................................................................................. 5
2.2 Etiologi .................................................................................................................................. 5
2.3 Klasifikasi .............................................................................................................................. 6
2.4 Manifestasi Klinis .................................................................................................................. 6
2.5 Diagnosis ............................................................................................................................... 7
2.6 Penatalaksanaan ..................................................................................................................... 9
2.8 Prognosis ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis dan

medis yang serius. Gangguan makan, seperti anorexia nervosa (AN) dan bulimia

nervosa (BN), merupakan penyakit kronis yang didefinisikan sebagai gangguan perilaku

makan atau perilaku dalam mengkontrol berat badan. Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV) mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan

makan yaitu anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder

(BED). AN ditandai dengan keengganan untuk menetapkan berat badan normal,

penyimpangan pandangan terhadap tubuh, ketakutan ekstrim menjadi gemuk, dan

perilaku makan yang sangat terganggu. BN ditandai dengan perilaku makan dalam

jumlah yang besar yang sering dan berulang-ulang, kemudian cuba memuntahkan

kembali, penggunaan obat pencahar, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan

(National Institute of Mental Health (NIMH), 2007).

Diketahui jumlah pasien dengan gangguan makan telah meningkat secara global

sejak 50 tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, dilaporkan satu hingga dua juta wanita

memenuhi kriteria diagnostik untuk BN, dan 500,000 wanita memenuhi kriteria

diagnostik untuk AN (Academy for Eating Disorder, 2006).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bulimia nervosa (BN) ditandai dengan episode berulang makan berlebihan (binge

eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa, beriadah, atau

kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan

ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja, dan beraktifitas secara berlebihan,

serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi

(Sadock, 2012).

Tidak seperti penderita anoreksia yang umumnya terlihat kurus, penderita

bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal bahkan diatasnya. Karena

penderita bulimia terkadang terlihat biasa saja maka cukup sulit dalam menentukan

siapa yang menderita bulimia. Bulimia nervosa cenderung lebih banyak terjadi

dibandingkan anoreksia nervosa penderitanya sekitar 3-4% wanita muda yang berasal

dari level ekonomi menengah keatas.

2.2 Etiologi

Faktor risiko untuk terjadinya BN antara lain ialah (Sadock, 2012):

1. Faktor Biologis :

Kadar endokrin plasma yang meningkat pada beberapa pasien bulimia nervosa

yang muntah, kemungkinan menyebabkan perasaan sehat yang dirasakan oleh

pasien setelah muntah.

2. Faktor Sosial :
Penderita bulimia nervosa mempunyai kedudukan tinggi dan perlu berespon

terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Mereka terdepresi dan memiliki

depresi familiar yang tinggi.

3. Faktor Psikologis :

Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali yang

dilakukan sebagai egodistoni. Kesulitan yang dimiliki pasien ini dalam

mengendalikan impuls seringkali dimanifestasikan dengan makan yang berlebihan

dan mencahar

2.3 Klasifikasi
DSM-IV (Wardlaw&Hampl, 2007) mengategorikan penderita bulimia

nervosa menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Purging Type : Selama episode bulimia nervosa, penderita secara reguler

melakukan muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis

atau enema

2. Nonpurging Type : Selama episode bulimia nervosa, penderita secara

reguler melakukan perilaku kompensasi lainnya seperti berpuasa atau

latihan fisik secara berlebihan. Namun tidak secara reguler melakukan

muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema

2.4 Manifestasi Klinis


Beberapa penderita bulimia nervosa akan mengalami amenorrhoea, edema dan

kerusakan fungsi hati. Dari proses pemuntahan sendiri akan menyebabkan

berkurangnya kadar kalium, klor dan ion hidrogen yang keluar bersamaan dengan

muntah, hal ini akan menyebabkan kelemahan otot, konstipasi dan rasa pusing.

Dijelaskan dalam Wardlaw dan Hampl (2007) bahwa konstipasi adalah efek

samping dari penggunaan obat laksatif. Selain itu, penderita bulimia nervosa akan
memiliki detak jantung yang tidak normal, sakit perut, mudah lemas, sakit pada

tenggorokan dan pembengkakan kelenjar liur. Selain itu penderitanya juga akan

mengalami cardiac arrhythias.

Pada penderita bulimia nervosa bagian tubuh yang paling terkena dampak besar

adalah cairan tubuh. Berkurangnya volume cairan tubuh terjadi karena melakukan

purging, sehingga akan mengalami dehidrasi. Tidak lupa penderita bulimia juga

akan mengalami kerusakan gigi akibat asam yang keluar dari lambung, hal ini akan

menyebabkan gigi mejadi sakit dan sensitif terhadap panas, dingin dan asam

(Wardlaw& Hampl, 2007). Kasus kematian pada penderita bulimia nervosa lebih

rendah dibandingkan dengan penderita anoreksia nervosa, umumnya kematian

terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan elektrolit bahkan dapat terjadi karena

bunuh diri.

2.5 Diagnosis

Menurut DSM-IV (Wardlaw&Hampl, 2007) kriteria diagnosis untuk para

penderita bulimia nervosa, yaitu:

1. Terjadinya pengulangan periode binge eating. Yang ditandai dengan

dua kriteria berikut:

a. Makan dalam periode waktu tertentu (contoh: tiap 2 jam), dengan

jumlah porsi yang sangat banyak bila dibandingkan dengan porsi

makan kebanyakan orang dalam waktu dan situasi yang sama

b. Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan jumlah porsi yang

dimakan ketika periode itu berlangsung (contoh: merasa tidak dapat

berhenti makan, atau tidak dapat mengendalikan apa atau berapa

banyak porsi yang dimakan)

2. Adanya perilaku kompensasi yang tidak sesuai berulang kali dengan

tujuan mencegah kenaikan berat badan. Contohnya: muntah yang


disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis, enema atau obat lainnya,

berpuasa atau latihan fisik yang berlebihan.

3. Episode binge eating maupun perilaku kompensasi muncul bersamaan,

keduanya berlangsung rata-rata setidaknya dua kali seminggu dalam

tiga bulan

4. Gangguan tersebut tidak terjadi secara eksklusif selama episode

anoreksia nervosa

Diagnosis Bulimia Nervosa menurut PPDGJ III adalah :

1. Untuk diagnosis pasti diutuhkan semua berikut ini :

a) Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan , dan ketagihan (craving)

terhadap makanan yang tidak bisa dilawan; penderita tidak berdaya terhadap

datangnya episode makan berlebihan dimana makanan dalam jumlah yang

besar dimakan dalam waktu yang singkat.

b) Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu atau lebih cara

seperti berikut :

i. Merangsang muntah oeh diri sendiri,

ii. Menggunakan pencahar berlebihan,

iii. Puasa berkala,

iv. Memakai obat obatan seperti penekan nafsu makan

,sediaan tiroid atau diuretika. Jika terjadi pada penderita

diabetes, mereka akan mengabaikan pengobatan

insulinnya.

c) Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luar biasa akan

kegemukkan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang

berat badannya, sangat dibawah berat badan sebelum sakit dianggap berat

badan yang sehat atau optimal.


Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat anoreksia nervosa sebelumnya,

interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara beberapa bulan

sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau

dalambentuk ringan yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang

sedang dan atau sutu fase sementara dari amenore.

2. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita

bulimia sedang mengalami gejala-gejala depresi.

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah :

1. Farmakologi

Antidepresan, termasuk tetrasiklik (Tofranil), Serotonin spesipik re uptake

inhibitor (SSRI) (fluoksetin (prozac)) dan penghambat monoamin oksidase

(MAOI) (fenelzin (Nardil)) bermamfaat untuk mengobati depresi pada buklimia

nervosa.

Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu program therapi yang

menyeluruh dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas dan agitasi

dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM (Sadock, 2012).

2. Non farmakologi

Untuk mengurangi dan mengeliminasi perilaku makan/muntah, individu tersebut

perlu menjalani kaunseling gizi dan psikoterapi, terutama terapi perilaku kognitif

(cognitive behavioral therapy (CBT)). CBT merupakan pengobatan psikologis

jangka pendek (4-6 bulan) yang berfokus pada perhatian berlebihan pada bentuk

dan berat badan, diet yang persisten dan perilaku makan/muntah yang

menggambarkan gangguan ini (Walsh, 2008).


2.8 Prognosis

Prognosis BN lebih baik daripada prognosis AN. Mortalitas yang rendah, dan

penyembuhan sempurna bisa terjadi pada 50% dalam masa 10 tahun. Kira- kira 25%

pasien mengalami simptom BN yang persisten dan ada yang beralih dari BN menjadi

AN. Beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua

tahun
DAFTAR PUSTAKA
Academy for Eating Disorder, 2006. Prevalence of Eating Disorders. Austria: Academy for
Eating Disorder. Available from :
http://www.aedweb.org/eating_disorders/prevalence.cfm

National Institute of Mental Health, 2007. Eating Disorders. NIH Publication. Available
from : http://www.nimh.nih.gov/health/publications/eating
disorders/nimheatingdisorders.pdf

Sadock BJ, Sadock VA. 2012. Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd ed. ECG: Jakarta

Walsh, B. T., 2008. Eating Disorders, in: Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L.,
Braunwald, E., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J., ed. Harrisons Principles of
Internal Medicine. USA: McGraw-Hill Companies, Inc., 473-477.

Wardlaw, GM, Hampl Jeffrey S. 2007. Perspective in Nutrition. New York : McGrow Hill

Anda mungkin juga menyukai