Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur tercurahkan untuk kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah
kepada kita semua. Berkat Karunia-Nya makalah ini dapat rampung tepat waktu, makalah yang berjudul
Tafsir Ayat Ayat Seputar Pakaian.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Tafsir 2 yang diampu oleh ibu Khoirul Umami. Terimakasih
banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga
dapat menyelesaikan penyusunan makalah. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah membimbing kami.

Surabaya, 5 Mei 2013


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbusana atau menutup aurat pada dasarnya merupakan hak manusia yang diaktualkan pada saat
mereka memiliki kesadaran. Bahkan semenjak bapak kita yang pertama Adam AS telah memiliki pakaian
untuk menutupi aurotnya, juga siti Hawa. Namun di peradaban yang lain, ternyata masih ada golongan
yang belum mengenal pakaian, seperti di Athena kuno, sezaman dengan filosof termasyhur Plato,
menurut sejarahwan ternyata mereka bersosialisasi tanpa menggunakan sehelai pakaian pun.

Dari fenomena ini kemudian timbul beberapa pertanyaan yang terkait, seperti apa makna pakaian itu
sendiri, apa fungsinya, dan seperti apa pakaian yang dianjurkan dalam Alquran?.

B. Rumusan Masalah

Apa saja ayat yang menjelaskan tentang berpakaian?

Jelaskan beserta tafsir setiap ayat tersebut!

C. Tujuan Penulisan

Agar mengerti tentang ayat-ayat yang menerangkan tentang pakaaian.

Dan mengerti tentang cara berpakaian yang baik menurut syariat.


BAB II

PEMBAHASAN

1. An Nahl: 14




Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging
yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur.

Kosa Kata

( Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan untukmu), maksudnya adalah Allah

membuat laut menjadi jinak sehingga dapat dinaiki dan diselami. (daging yang segar) adalah

ikan. ( perhiasan yang kamu pakai) berupa mutiara dan marjan.[1]

Tafsir

Surat an Nahl ayat 14 ini menerangkan tentang isi laut yang disediakan untuk diambil manfaatnya oleh
manusia. Isi laut yang dimaksud dalam ayat ini adalah ikan dan perhiasan. Ikan mengandung gizi yang
bermanfaat bagi tubuh kita yaitu berupa omega 3 dan 6. Disamping itu juga memiliki rasa yang enak dan
dagingnya empuk.[2]

Selain ikan, Allah juga menciptakan mutiara dan marjan sebagai perhiasan yang berharga dan
mempermudahkannya dalam mengeluarkan dari tempatnya.[3] Dan Allah menundukkan laut sehingga
dapat dijadikan sebagai sarana lalu lintas perlayaran, perdagangan, tempat wisata dan sumber
penghasilan para nelayan.

Kapal merupakan alat pengangkutan penting yang telah ada di dunia sejak beribu-ribu tahun yang telah
lalu, mengharungi lautan menghubungkan benua dengan benua, pulau dengan pulau, membawa pindah
boyongan manusia dari benua ke benua, sehingga ahli-ahli ilmu pertumbuhan bangsa-bangsa
(Antropologi), ahli Sejarah Bangsa, ahli ilmu bumi dan lain-lain telah mencari hubungan di antara
bangsa-bangsa yang sekarang berjauhan letak negerinya, padahal satu rumpun juga bangsanya.
Dalam kitab Musnad yang dikarang oleh Al- Hafidz Abu Al-Bazzar menemukan riwayat dari Muhammad
Ibnu Muawiyah Al- Baghdadi bahwa Allah berfirman kepada laut Barat dan Timur. Allah bertanya pada
laut barat sesungguhnya Dia(Allah) akan membawa sebagian dari hambaNya untuk berlayar melaluinya,
kemudian apa reaksi laut barat. Laut Barat menjawab dia akan menenggelamkan hamba-hamba
tersebut, kemudian Allah menjawab Dia kan membawa hamba-hambanya dengan Kekuasaan-Nya dan
mengharamkan perhiasan serta hewan buruan di laut tersebut. Allah juga memberi pertanyaan yang
serupa pada laut timur. Tetapi jawabannya berbeda, dia mengatakan bahwa akan membawa hamba-
hamba tersebut di atas permukaan laut dan seolah-olah menjadi ibu yang melindungi anaknya. Dengan
jawaban tersebut Allah memberinya balasan berupa perhiasan dan hewan buruan di dalamnya.[4]

Pernyataan-pernyataan di atas adalah sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa,dan semua
diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan manusia serta agar mereka mengambil pelajaran dan
bersyukur

Al Fathir:12





Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.
dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan
perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu Lihat kapal-kapal berlayar
membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.

Kosa Kata


Kata berasala dari kata berati menundukkan. Jika kata ini diperuntukkan untuk
menyifati air maka bermakna air yang sangat tawar sehingga menundukkan/mengalahkan rasa haus.

berarti air yang sangat segar untuk diminum. asin dan berarti pahit. Dan kata adalah
sesuatu yang dapat diperoleh dari laut dan sungai berupa mutiara dan marjan.[5]
Tafsir

Surat al Fathir ayat 12 ini menerangkan tentang kekuasaan Allah dalam mngatur lautan serta isi di
dalamnya. Ayat ini sama dengan surat an Nahl: 14. Ayat ini menguraikan perbedaan air laut dan sungai.
Air laut memiliki air yang rasanya asin dan pahit sedangkan air sungai rasanya sangat tawar, segar dan
enak diminum.

Perbedaan tersebut dijadikan ulama sebagai penggambaran tentang orang mukmin dan kafir.
Keduanya adalah manusia dan memiliki martabat yang sama namun perbedaannya pada sifatnya. Sifat
orang mukmin sejalan dengan fitrahnya sedangkan orang kafir sebaliknya.

Di kedua laut tersebut terdapat ikan, bintang-binatang laut dan juga perhiasan. Dahulu ulama
membatasi pengertian hilyah atau perhiasan hanya pada marjan dan mutiara, dengan dasar surat ar
rahman:22. Namun pendapat ini tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan
manusia. Karena ulama dahulu hanya menganggap mutiara hanya ada di laut yang asin. Tapi ternyata di
air tawar juga ditemukan mutiara seperti yang telah diteliti oleh Negara Inggris, Skotlandia,
Cekoslovakia, Jepang dan lain-lain. Selain mutiara di air tawar juga di temukan batu-batu mulia seperti
berlian.

Perhiasan identik penggunanya adalah wanita. Dalam hal ini ada beberapa pendapat. Al Biqai
menggunakan bentuk maskulin (ditujukan pada pria). Walaupun perhiasan banyak dipakai wanita
namun sebagai kesatuan antra pria dan wanita. Sedangkan Ibnu Asyur memahami dengan taghlib
(penilaian banyak). Kebanyakan perhiasan dipakai oleh wanita kecuali cincin dan hiasan pedang. Bahkan
sekarang cincinpun banyak dipakai wanita.

Dari kedua pendapat di atas yang paling tepat adalah pendapat al Baqaii karena yang mencari
bahan mentah, mengolah atau membelinya adalah pria, jadi redaksi ayat ini juga diperuntukkan untuk
pria.

Dan dapat melihat kapal yang berlayar untuk mencari karuniaNya. Ibnu Asyur memahami kata
karuniaNya pada aktivitas perdagangan. Secara umunya untuk mencari rizki. Hal ini membuktikan
bahwa Allah sang pemberi rizki dan pengatur segalanya serta agar manusia bersyukur.[6]
3. Surah An-Nur Ayat 31











Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Kosa Kata


= bentuk jamak dari khimar, artinya kain kerudung yang dipakai untuk menutupi kepala; dikenal
pula dengan sebutan muqani

= bentuk jamaknya adalah buul artinya suami.


= bentu mudari dari gadda ( )artinya mengurangi pandangan mata atau suara.

= janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya). Kata yubdina adalah bentuk



mudari dari bada ( )artinya muncul dengan jelas.

Tafsir Ayat
Apa yang diharamkan oleh Allah bagi mereka, yaitu memandang kepada selain suami mereka. Karena
itulah kebanyakan ulama berpendapat bahwa wanita tidak boleh memandang lelaki lain yang bukan
maramnya, baik dengan pandangan birahi atau tidak.

Perintah memelihara kemaluan, yaitu memelihara kemaluannya dari perbuatan keji (menurut said
ibnu jubair), sedangkan menurut qatadah dan sufyan adalah memelihara diri dari perbuatan yang tidak
dihalalkan baginya (memeliharanya dari perbuatan zina).

Ayat ini juga menerangkan larangan menampakkan sesuatu dari perhiasannya kepada lelaki lain,
kecuali apa yang tidak bisa disembunyikan. Menurut Ibnu Masud, hal yang dimaksud adalah seperti kain
selendang dan pakaiannya, yakni sesuai dengan tradisi pakaian kaum wanita arab yang menutupi
seluruh tubuhnya, sedangkan bagian bawah pakaian yang kelihatan tidaklah berdosa jika
ditampakkan[7].

Menurut ibnu masud perhiasan itu ada dua macam yaitu:

Perhiasan yang tidak boleh diperlihatkan kecuali hanya kepada suami (cincin dan gelang).

Perhiasan yang boleh terlihat oleh lelaki lain, yaitu bagian luar dari pakaian.

Kecuali yang (biasa) tampak darinya

Ibnu Abbas dan para pengikutnya menafsirkan kalimat ini dengan wajah dan kedua telapak tangan.
Pendapat inilah yang masyhur dikalangan ulama. Hal ini diperkuat oleh sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh imam Abu Daud, bahwa telah menceritakan kepada kami Yaqub Ibnu Kaab Al-Intaki Dan
Muammal Ibnul Fadlal-Harrani; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami al-Walid,
dari Said Ibnu Basyir, dari Qatadah Dari Khalid Ibnu Duraik, dari Aisyah r.a., bahwa Asma binti Abu Bakar
masuk kedalam rumah nabi SAW, dengan memakai pakaian yang tipis, maka nabi memalingkan muka
darinya seraya bersabda:




Hai asma, sesungguhnya wanita itu apabila telah berusia baligh, tidak boleh ada yang terlihat dari
tubuhnya kecuali hanya ini.

Nabi bersabda demikian seraya mengisyaratkan ke arah wajah dan kedua telapak tangannya.

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.

Kerudung yang dimaksud adalah kerudung panjang yang dapat menutupi dada dan bagian sekitarnya,
agar berbeda dengan pakaian wanita jahiliyah. Karena sesungguhnya wanita jahiliyah tidak berpakaian
demikian, bahkan seorang dari mereka lewat dihadapan laki-laki dengan membusungkan dadanya tanpa
ditutupi sehelai kainpun. Adakalanya pula menampakkan lehernya dan rambut yang ada di dekat
telinganya serta anting-antingnya. Maka Allah memerintahkan kepada wanita yang beriman agar
menutupi seluruh tubuhnya.

Atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
perempuan mereka.

Mereka yang disebutkan di atas adalah mahram wanita, mereka diperbolehkan memperlihatkan
perhiasannya kepada orang-orang tersebut., tetapi bukan dengan cara tabarruj. Tidak disebutkan paman
dari pihak ayah, tidak pula paman dari ibu; karena keduanya dinisbatkan kepada anak keduanya. Untuk
itu seorang wanita tidak boleh meletakkan kain kerudungnya di hadapan pamannya, baik dari pihak
ayah maupun dari pihak ibu. Demikian itu karena dikhawatirkan keduanya akan menggambarkan pada
anak-anak keduanya.
Adapun terhadap suami, sesungguhnya hal tersebut hanyalah untuk suaminya. Karena itu, seorang
wanita dianjurkan merias dan mempercantik dirinya di hadapan suaminya,dan tidak boleh di hadapan
lelaki lain.

Atau wanita-wanita Islam.

Seorang wanita diperbolehkan menampakkan perhiasannya kepada wanita muslimat, bukan wanita
kafir Dzimmi agar mereka tidak menceritakan keadaan kaum wanita muslimat kepada kaum laki-laki
mereka. Adapun wanita muslimah, sesungguhnya ia mengetahui bahwa perbuatan menceritakan perihal
wanita lain (kepada lelaki) adalah haram, sehingga ia menahan dirinya dari melakukan hal tersebut

Atau pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita).

Yakni seperti orang-orang sewaan dan para pelayan yang tidak sepadan. Selain dari itu akal mereka
kurang dan lemah, tiada keinginan terhadap wanita pada diri mereka dan tidak pula berselera terhadap
wanita. Ibnu abbas mengatakan, yang dimaksud adalah lelaki dungu yang tidak mempunyai nafsu
syahwat. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah lelaki yang tolol. Sedangkan menurut
ikrimah adalah laki-laki banci yang kemaluannya tidak dapat bereaksi.

Atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Yakni anak-anak kecil mereka yang masih belum mengerti keadaan wanita dan aurat mereka seperti
perkataannya yang lemah lembut lagi merdu, lenggak lenggoknya dalam berjalan, gerak-gerik, dan
sikapnya. Apabila anak lelaki kecil masih memahami hal tersebut, maka ia boleh masuk menemui
wanita.
Adapun jika seorang anak lelaki menginjak masa pubernya atau dekat usia pubernya yang telah
mengenal hal tersebut dan ia dapat membedakan wanita yang jelek danwanita yang cantik, maka tidak
diperkenankan lagi baginya masuk menemui wanita lain. Menemui saudara ipar juga dilarang oleh
Rasulullah, Sebagaimana dalam kitab sahihain telah disebutkan sebuah hadis, Rasulullah bersabda
masuk menemui saudara ipar artinya maut.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya.

Di masa jahiliah bila seorang wanita berjalan di jalan, sedangkan ia memakai gelang kaki; jika tidak ada
laki-laki yang meihat dirinya, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga kaum lelaki mendengar
suara gemerincing gelangnya (dengan maksud menarik perhatian mereka). Maka Allah melarang kaum
wanita mukmin melakukan hal semacam itu. demikian pula halnya bila seorang wanita memakai
perhiasan lainnya yang tidak kelihatan, bila digerakkan akan menimbulkan suara dan dapat menarik
perhatian lawan jenisnya; hal ini pun termasuk ke dalam apa yang dilarang oleh Allah SWT. Termasuk ke
dalam apa yang dilarang adalah memakai parfum bila keluar rumah, sebab kaum laki-laki akan mencium
baunya.

Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.

Artinya adalah, kerjakanlah segala sesuatu yang telah aku perintahkan kepada kalian, yaitu dengan
menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan akhlak-akhlak yang mulia ini. Tinggalkanlah tradisi
masa lalu di zaman jahiliah, yaitu dengan meninggalkan sifat dan akhlaknya yang rendah, karena
sesungguhnya keberuntungan yang paling prima berada dalam mengerjakan segala sesuatu yang
diperintahkan dan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, hanya kepada Allah memohon pertolongan.
4. Al Araf:26





Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

Kosa Kata

= pakaian yang indah untuk perhiasa. Kata ini pada mulanya berarti bulu burung. Sebagaimana bulu

pada burung menjadi hiasan baginya, begitu pula dengan kata risy pada ayat ini maksudnya adalah
pakaian yang indah untuk hiasan.


= pengikut-pengikutnya. Akar katanya adalah -- yang artinya sesuatu yang berhadp-hadapan.

Tafsir Ayat

Ayat ini menjelaskan dua fungsi pakaian, yaitu penutup aurat dan perhiasan. Sebagian ulama bahkan
menyatakan bahwa ayat ini berbicara tentang fungsi ketiga pakaian, yaitu fungsi takwa. Dalam arti
pakaian dapat menghindarkan terjerumus ke dalam bencana dan kesulitan, baik bencana duniawi dan
ukhrawi.


(libasut taqwa) dibaca oleh imam nafi ibnu amir, al-kisai dan abu jafar dengan nashab

(dibaca libasa sehingga kedudukannya sebagai objek penderita). Ini berarti sama dengan pakaian-
pakaian lain yang diciptakan, dan tentunya pakaian ini tidak berbentuk abstrak, melainkan konkrit.
Takwa yang dimaksud adalah pemeliharaan, sehingga yang dimaksud pakaian takwa adalah pakaian
berupa perisai yang digunakan dalam peperangan untuk memelihara dan menghindarkan pemakainya
dari luka dan bencana.

Ada juga yang membaca libasu at-taqwa, sehingga katatersebut tidak berkedudukan sebagai objek.
Namun salah satu makna yang dikandungnya adalah adanya pakaian bathin yang dapat menghindarkan
seseorang dari bencana duniawi dan ukhrawi.
5. An-Nahl 81






Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan
bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu
dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).

Tafsir ayat

Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan

Menurut qatadah, makna yang dimaksud adalah pohon.

Dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung

Yaitu benteng-benteng dan tempat-tempat perlindungan. Seperti juga yang disebutkan dalam firman
selanjutnya:

dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas.


Maksudnya adalah pakaian yang terbuat dari katun, kapas dan bulu.

dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.

Pakaian jenis ini adalah seperti baju besi, tameng, dan lain sebagainya yang digunakan untuk melindungi
diri dalam peperangan.

Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).

Artinya, demikianlah dia menjadikan bagi kalian apa yang dapat kalian jadikan sebagai sarana untuk
urusan kalian, dan apa yang kalian perlukan agar hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana bagi kalian
untuk mengerjakan ketaatan dan beribadah kepada-Nya.


Lafadz menurut tafsir jumhur ulama, dibaca dengan huruf lam yang di-kasrah-kan, yang berasal

dari kata . Abdullah Ibnul Mubarak dan Abbad ibnul Awam telah meriwayatkan dari Hnzalah as-
Sadusi, dari Sahr ibnu Hausyab, dari ibnu Abbas, bahwa ibnu Abbas membacanya dengan huruf lam yang
di-fathah-kan, yakni agar kalian selamat dari pelukan. Abu Ubaid al-Qasim ibnu Salam telah
meriwayatkan asal ini dari Abbad. Ibnu Jarir mengetengahkannya dari dua jalur, dan ia menjawab qiraat
ini.

Qatadah mengatakan bahwa surat ini dinamakan surat an-Niam karena beliau melihat dari firman-

Nya . Ata al-Khurrasani mengatakan, sesungguhnya al-Quran ini diturunkan hanya sebatas
pengetahuan orang-orang Arab. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tidakkah engkau melihat
firman Allah Swt. berikut:

Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat barnaung dari apa yang telah diciptakan, dan dia jadikan bagi
kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung.

Padahal lembah atau daratan rendah yang diciptakan oleh Allah Swt. jauh lebih luas dan lebih besar
daripada pegunungan. Dikatakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) adalah orang-orang
pegunungan.

6. Surat Al-Araf ayat 31 32






31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan

32. Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik? Katakanlah: Semuanya
itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

Tafsir

Perintah makan dan minum, lagi tidak berlebih-lebihan, yakni tidak melampaui batas, merupakan
tuntunan yang harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai
cukup untuk seseorang, boleh jadi telah dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain. Atas
dasar itu, kita dapat berkata bahwa penggalan ayat tersebut mengajarkan sikap proporsional dalam
makan dan minum.[8]

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang dimaksud zinah dalam ayat ini ialah pakaian, yaitu pakaian
yang menutup aurot, terbuat dari kain yang baik dan bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian.
Mereka diperintahkan untuk memakai pakaiannya yang indah disetiap memasuki masjid.
Berdasarkan ayat ini dan hadis yang menerangkan hal yang semisal, disunahkan memakai pakaian yang
indah disaat hendak melakukan salat, terlebih lagi salat jumat dan shalat hari raya. Disunatkan pula
memakai wewangian, karena wewangian termasuk ke dalam pengertian perhiasan. Juga disunahkan
bersiwak, mengingat siwak merupakan kesempurnaan bagi hal tersebut.[9]

Pakaian yang paling utama ialah yang berwarna putih, seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam
Ahmad. Bahwa

Pakailah pakaian kalian yang berwarna putih, karena sesungguhnya pakaian putih adalah pakaian
terbaik kalian, dan kafankanlah dengannya orang-orang mati kalian. Dan sesungguhnya sebaik-baik celak
kalian memakai ismid, karena sesunnguhnya ismid itu dapat mencerahkan pandangan mata dan
menumbuhkan rambut.

Kata Akhraja dikeluarkan dalam firman-Nya () , dipahami dalam arti dinampakkan olehNya
dengan mengilhami manusia mendambakan keindahan, mengekspresikan dan menciptakan, kemudian
menikmatinya, baik dalam rangka menutuoi apa yang buruk pada dirinya, maupun untuk menambah
keindahannya. Keindahan adalah satu dari tiga hal yang yang mencerminkan ketinggian peradaban
manusia. Mencari yang benar menciptakan ilmu, berbuat yang baik membuahkan etika, dan
mengekspresikan yang indah melahirkan seni. Ketiga hal itu, ilmu, etika, dan seni adalah tiga pilar yang
menghasilkan peradaban.

Bahwa yang dituntun untuk digunakan dari rezeki adalah yang baik-baik mengandung yang
menggunakan apa yang sesuai dengan kondisi manusia, baik dalam kedudukannya sebagai jenis,
maupun pribadi demi pribadi. Manusia sebagai satu jenis makhluk yang memiliki ciri-ciri tertentu
jasmani maupun rohani, tentu saja mempunyai kebutuhan bagi kelanjutan dan kenyamanan hidupnya
rohani dan jasmani. Karena itu tidak semua yang terhampar di bumi dapat dia makan atau gunakan. Ada
diantara yang terhampar itu, yang disiapkan Allah bukan untuk dia gunakan atau makan, tetapi untuk
digunakan dan dimakan oleh jenis yang lain yang keberadaannya dibutuhkan manusia. Karbondioksida
tidak dibutuhkan manusia tetapi ia diciptakan Allah karena dibutuhkan oleh tumbuhan demi
kelangsungan hidup jenis itu, dan disisi lain tumbuhan tersebut dibutuhkan manusia. Oksigen
dikeluarkan oleh tumbuhan, tetapi ia amat dibutuhkan oleh jenis manusia. Demikian terlihat, apa yang
baik untuk satu jenis makhluk boleh jadi tidak baik untuk satu jenis makhluk boleh jadi tidak baik untuk
jenis makhluk lain.[10]
BAB III

SIMPULAN

Diharamkan wanita untuk memandang kepada selain suami mereka. Karena itulah kebanyakan ulama
berpendapat bahwa wanita tidak boleh memandang lelaki lain yang bukan maramnya, baik dengan
pandangan birahi atau tidak.

Oleh karena itu, di anjurkan untuk menutup aurat. Dan berpakain yang dengan kain yang tidak
transparan dan ketat. Dilarangan makan, minum serta berpakaian yang berlebihan Karena Allah tidak
menyukai hal tersebut.

Dituntun untuk digunakan dari rezeki adalah yang baik-baik mengandung yang menggunakan apa yang
sesuai dengan kondisi manusia, baik dalam kedudukannya sebagai jenis, maupun pribadi demi pribadi.

[1]Imam Jalaludin al Mahali, Tafsir Jalalain,1073.

[2]Hamka, Tafsir al Azhar Juz 14,( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), 230.

[3]Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 14,( Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2003), 122.

[4]Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir,123.
[5]Ibid, 443-444.

[6]Ibid, 445-446.

[7]Ibid, 275.

[8] Ibid., 76

[9]Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,ter. Abu Bakar, (Bandung: Algensisindo, 2004), hal287

[10]M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal 78

Anda mungkin juga menyukai