Anda di halaman 1dari 4

PERANAN PANCASILA

DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para founding fathers ketika
negara Indonesia didirikan. Nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam Pancasila sudah dipertimbangkan
dengan baik supaya bisa sejalan dengan pandangan dan sifat bangsa Indonesia. Pancasila sering
digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar

paling berpengaruh di dunia. Pancasila tidak berpaham komunisme dan tidak berpaham kapitalisme.
Pancasia berusaha untuk mengambil sisi baik dan menghapus sisi buruk yang terkandung dalam kedua
ideologi itu. Selain itu Pancasila juga mampu bersifat fleksibel terhadap perkembangan zaman. Jika
ditelusuri lebih dalam Pancasila merupakan bentuk ideologi yang paling sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan misalnya pada masalah perekonomian. Kita ambil contoh disini adalah
pada kepemilikan faktor-faktor produksi. Misalnya di negara X yang berpaham komunisme maka faktor-
faktor produksi menjadi milik bersama sehingga tidak boleh ada satu warga negaranya yang meguasai
faktor-faktor produksi tersebut secara pribadi. Di sini tingkat penghasilan akan disamaratakan untuk
seluruh warga negara X sehingga tidak bisa dibedakan mana orang yang berhasil dalam karir dan mana
yang kurang berhasil. Hal ini bisa menimbulkan kecenderungan seseorang untuk malas bekerja.
Selanjutnya kita bandingkan dengan negara Y yang berpaham kapitalisme. Di sini faktor-faktor produksi
menjadi hak sepenuhnya bagi pemilik modal sehingga mereka berkuasa penuh atas apa yang mereka
punya. Di negara Y akan timbul persaingan yang ketat antara para pemilik modal supaya mereka
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Keinginan untuk meraup laba tersebut bisa
menimbulkan eksplorasi secara besar-besaran terhadap para buruh sehingga bisa menimbulkan
hilangnya peri kemanusiaan para penguasa modal dan penderitaan yang berkepanjangan pada kaum
buruh. Dampak negatif lainnya adalah timbulnya kesenjangan sosial di masyarakat karena pada dasarnya
perekonomian telah dikuasai oleh kaum capitalis. Jika dibandingkan dengan kedua ideologi itu, Pancasila
memiliki pandangan yang berbeda karena Pancasila menerapkan sistem demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Maksud dari uraian di atas
adalah Pancasila memperbolehkan/memberikan hak kepada warga negaranya untuk menjadi pemilik
faktor-faktor produksi sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Namun di sini bumi, air,
dan kekayaan yang ada di dalamnya serta faktor-faktor produksi yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara sehingga masyarakat tidak perlu takut akan tertindas oleh pemilik modal.
Dari satu contoh tersebut telah tergambar jelas bahwa Pancasila mampu memenuhi kepentingan semua
lapisan masyarakat Indonesia.

Pada dasarnya Pancasila dibuat untuk menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Peranan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terletak pada bagaimana
seluruh masyarakat Indonesia dari kalangan bawah sampai kalangan atas menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupannya. Penerapan nilai-nilai Pancasila diharapkan bisa diterapkan di semua
bidang kehidupan baik itu di lingkungan pemerintahan (politik), ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan, pendidikan, dan sebagainya. Tiga tataran nilai dalam ideologi Pancasila yang melandasi
penerapan peranan Pancasila meliputi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Untuk
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan maka kita pertama kali harus
mengacu pada nilai dasar yaitu nilai yang ditetapkan oleh para pendiri negara yang berakar pada sejarah
perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Nilai dasar tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Kemudian arah selanjutnya adalah memenuhi nilai instrumental yaitu nilai yang merupakan penjabaran
dari nilai dasar dan disesuaikan dengan tuntutan zaman. Nilai terakhir yang menjadi pedoman
pelaksanaan Pancasila adalah nilai praksis. Nilai ini merupakan nilai yang sangat sulit untuk dipenuhi
karena merupakan aktualisasi dari nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai praksis tidak boleh bertentangan
dengan nilai dasar supaya pelaksanaan nilai Pancasila di era modern ini bisa sejalan dengan tujuan
perumusan dan tujuan lahirnya Pancasila.

Bagi suatu ideologi, yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat mempunyai rumusan yang
amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten pada tahap nilai dasar dan nilai
instrumentalnya, akan tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut tidak dapat diaktualisasikan,
maka ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya.

Peranan Pancasila yang diaplikasikan dengan penerapan nilai-nilai Pancasila akan berjalan dengan
baik apabila tidak terjadi penyimpangan/deviasi. Namun, semua realitas di alam mengalami proses atau
perubahan. Sifat alamiah itu dapat pula dikenakan pada ideologi Pancasila sebagai suatu realitas. Dalam
perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering mengalami berbagai deviasi
dalam aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan
,pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itu sering pula
terjadi upaya pelurusan kembali. Terjadinya proses perubahan (dinamika) dalam aktualisasi nilai
Pancasila tidak semata-mata disebabkan kemampuan dari dalam (potensi) dari Pancasila itu sendiri,
melainkan karena suatu peristiwa atau faktor luar. Dinamika aktualisasi nilai Pancasila bagaikan
pendelum (bandul jam) yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri secara seimbang tanpa pernah
berhenti tepat di tengah sehingga seringkali aktualisasinya berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman. Pengaruh budaya asing banyak dikaitkan dengan mulai tergerusnya nilai-nilai Pancasila di era
globalisasi ini. Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), khususnya teknologi komunikasi
maka terjadi perubahan pola hidup masyarakat yang begitu cepat. Tidak satu pun bangsa dan negara
mampu mengisolir diri dan menutup rapat dari pengaruh budaya asing. Demikian juga terhadap masalah
ideologi. Pancasila harus mampu menghadapi pengaruh budaya

asing, khususnya ilmu dan teknologi modern serta latar belakang filsafatnya yang berasal dari

luar. Kita harus bisa memfilter budaya asing yang masuk ke Indonesia dengan cara selektif mengambil
ilmu dan teknologinya saja dari luar negeri tetapi kita tetap berpedoman pada ideologi Pancasila. Akan
tetapi, Pancasila seharusnya selalu diaktualisasikan dengan benar sesuai dengan nilai-nilainya karena
Pancasila merupakan nilai-nilai yang dicita-citakan dan ingin diwujudkan.Di sisi lain Pancasila merupakan
ideologi terbuka yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa mengubah nilai-
nilai dasarnya sehingga nilai-nilai Pacasila masih tetap bisa digunakan dalam hubungan internasional
terutama antara Indonesia dengan negara-negara di dunia di era globalisasi ini.

Peranan Pancasila secara nyata dapat terlihat pada pembuatan peraturan perundang-undangan
yang harus berpedoman pada Pancasila. Hal ini merupakan contoh penerapan nilai instrumental
Pancasila. Pada dasarnya setiap ketentuan hukum dan perundang-undangan pada segala tingkatan,
harus terbuka terhadap peninjauan dan penilaian atau pengkajian tentang keterkaitan dengan nilai dasar
Pancasila. Peraturan perundang-undangan biasanya mencakup berbagai aspek kehidupan baik itu bidang
politik, budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Peraturan hukum yang sudah berlandaskan
Pancasila harus dilaksanakan dan ditaati oleh semua warga negaranya. Jika seseorang melanggar
peraturan perundang-undangan maka ia akan mendapat sanksi hukum yang sesuai dengan pelanggaran
yang ia lakukan. Sanksi hukum itu juga dibuat berlandaskan Pancasila sebagai konsekuensi Pancasila
sebagai norma hukum. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ini merupakan salah satu perwujudan dari nilai praksis yang kadangkala justru terjadi
penyimpangan.

Selain dalam bentuk peraturan perundang-undangan, peranan Pancasila dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila yang berwujud
norma etik secara pribadi atau kelompok sebagai pedoman bersikap dan bertingkah laku. Penerapan
nilai-nilai itu misalnya beribadah menurut keyakinan dan agama yang dianut masing-masing warga
negara serta bisa juga diwujudkan dalam lingkungan sosial masyarakat yaitu dengan sikap saling
menghargai, menghormati, tolong menolong dan peduli kepada sesama manusia. Sikap-sikap tersebut
merupakan contoh pengamalan sila pertama dan sila kedua Pancasila yaitu nilai sila Ketuhanan dan sila
Kemanusiaan. Sedangkan untuk menjaga persatuan seluruh bangsa Indonesia dapat diambil dari nilai sila
ketiga Pancasila yang berisi prinsip untuk hidup bersesuaian. Jika nilai sila ketiga ini benar-benar
diaplikasikan dengan baik maka tidak akan terjadi perpecahan pada bangsa Indonesia dan bangsa
Indonesia tidak mudah untuk dipecah belah oleh bangsa lain. Apabila terjadi suatu permasalahan di
lingkungan sosial dalam lingkup kecil atau dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada skala yang
besar maka pengambilan keputusan akan dilaksanakan dengan cara musyawarah untuk mencapai
mufakat atau dengan demokrasi dan menghindari penggunaan kekerasan. Hal ini sejalan dengan sila
keempat Pancasila yaitu nilai sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Untuk menerapkan nilai Keadilan pada sila kelima maka dapat
diwujudkan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban yang seimbang antara masyarakat dengan
pemerintah.

Jika semua nilai-nilai Pancasila dapat terealisasikan maka dapat dipastikan bahwa peran Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangatlah baik dan berdampak positif bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Namun yang masih menjadi keraguan di sini ialah bangsa Indonesia sendiri
sebagai penganut ideologi ini kurang memahami makna nilai-nilai Pancasila. Bahkan lebih buruknya lagi
ada sebagian masyarakat Indonesia yang justru tidak hafal dengan isi Pancasila yang cukup singkat itu.
Sumber yang menjadi keprihatinan saat ini yaitu kalangan pejabat negara, wakil rakyat, atau pemimpin
rakyat justru yang tidak hafal Pancasila. Apakah terlalu banyak permasalahan negara yang mereka hadapi
sehingga menjadi penyebab mereka terlupa dengan isi Pancasila?Ataukah mereka menganggap Pancasila
itu tidak penting sehingga hilang begitu saja dari memori otak?Apakah mereka tidak malu dengan
seorang anak TK yang bahkan belum tahu makna nasionalisme tetapi dari bibir mungil mereka terucap
terus menerus isi Pancasila?

Ya, begitulah kondisi bangsa Indonesia. Ideologi yang mereka anut dan mereka elu-elukan
kesempurnaannya ternyata hanya menjadi formalitas saja. Mereka tidak tahu bahkan tidak paham isinya.
Isinya saja tidak hafal lalu mau bagaimana cara penerapannya. Mungkin hanya ada segelintir orang dari
jutaan penduduk Indonesia yang mampu dan mau memahami, memaknai serta menerapkan nilai-nilai
Pancasila yang luhur. Dan mungkin hanya anak-anak yang mau dengan tulus ikhlas dan senang hati
menghafalkan serta membunyikan pasal-pasal Pancasila. Semoga saat ini hingga ke depannya penerapan
nilai-nilai Pancasila bisa semakin nyata dan mampu memperlihatkan kepada dunia bahwa Pancasila bisa
mengambil peranan dalam mengatur tata kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia.
Pancasila mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dan membawa kemajuan yang
pesat bagi Indonesia di lingkungan regional maupun di kancah dunia Internasional.

Anda mungkin juga menyukai