BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenasi,
dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton dan menggunakan bantuan
natrium hidroksida. Prinsip dari reaksi pembentukan iodoform adalah berdasarkan reaksi
halogenasi yaitu dimulai dengan pembentukan atom radikal bebas dari halogen.
Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai
desinfektan dan antiseptik Antiseptik merupakan zat yang bekerja bakteriostatik, biasanya
dipakai pada infeksi bakteri pada kulit, mukosa dan melawan bakteri pada luka. Sedangkan
desinfektan merupakan zat yang bekerja bakterisid, digunakan untuk membebaskan ruang
dan pakaian dari mikroba. Iodoform kadang-kadang sebagai antiseptik dan desinfektan di
bidang kedokteran gigi.
Karena kegunaannya yang cukup luas itulah maka setiap mahasiswa farmasi dituntun untuk
mengetahui dan memahami reaksi pembentukan iodoform tersebut. Pada percobaan ini
dilakukan sintesis iodoform untuk menghasilkan iodoform murni.
B. Rumusan Masalah
C. Maksud praktikum
Adaupun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mensintesis iodoform dan memperoleh
persen rendamennya.
D. Tujuan praktikum
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu mengetahui sintesis iodoform dan cara
memperoleh persen rendamennya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Iodine merupakan unsur halogen yang reaktif, dan berbentuk padat berwarna biru hitam
pada suhu kamar, serta dalam bentuk murninya iodine mrupakan senyawa yang bersifat
racun. Seperti sifat halogen lainnya , iodine mudah beraksi dengan unsur unsur lain, dapat
larut dalam air. Selain itu, iodine juga larut dengan cepat dalam larutan natrium iodide
(Sunardi,90).
Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme sebelum
ditemukan berbagai macam antitiroid. Meskipun iodide dibutuhkan dalam jumlah kecil
untuk biosintesis hormone tiroid, dalam jumlah yang berlebihan yodida dapat menyebabkan
goiter dan hipertiroidisme pada orang sehat (Whardini BP,429).
Di alam, iodine terdapat dalam bentuk senyawa senyawa yang banyak tersebar di dalam
air laut, tanah dan batuan. Selain itu iodine juga terdapat dalamjaringan tubuh organisme
laut (misalnya dalam ganggang laut) dan dalam garam Chilli yang mengandung 0,2 5 natrium
iodat (NaIO3-)(Sunardi,: 90).
Senyawa iodium yang terbanyak di alam adalah NaNIO3 yang bercampur dengan NaNO3.
Yodium, meskipun padat, mudah menyublim karena mempunyai tekanan uap yang tinggi.
Untuk mendapatkan yodium, pisahkan NaNIO3 dengan NaNO3 dengan mengkristalkan
NaNO3, kemudian ditambahkan reduktor NaHSO3(Lestari: 86).
a. Obat obatan
a. Natrium iodide (NaI) yang digunakan dalam garam dapur berfungsi untuk mencegah
penyakit gondok.
Iodoform bila kontak dengan tubuh melepaskan iodium secara berangsur dan iodium inilah
yang diharapkan bersifat bakterisid. Iodium adalah suatu zat yang bersifat bakteriostatik
non selektif . sediaan yang mengandung zat ialah iodium tinktur dan lugol. Iodium tinktur
berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, kadang-kadang kulit dapat
mengelupas. Karena toksik dan mudah diperoleh, zat ini sering dipakai untuk percobaan
bunuh diri. Bila terjadi intoksikasi, akan timbul iritasi saluran cerna terdapat banyak
karbohidrat (Ganiswarna: 519).
Iodroform merupakan senyawa organik yang dalam bidang kedokteran gigi masih kadang-
kadang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Desinfektan adalah zat-zat yang
bekerja bakterisid yang digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba,
tetapi juga dipakai pada produk eksresi orang sakit. Zat ini juga bekerja mematikan pada
hampir semua sel hidup lainnya. Sedangkan antiseptik umumnya bekerja bakteriostatik.
Biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka.
(Ebel: 97).
Reaksi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau basa. Telah ditemukan bahwa
kecepatan halogenasi suatu keton berbanding langsung dengan konsentrasi asam yang
ditambahkan, tetapi tidak bergantung pada konsentrasi atau jenis halogen yang digunakan
(klor, brom, atau iod). Halogenasi terhadap keton asimetris seperti metil propil keton
memperlihatkan bahwa orientasi halogenasi terjadi lebih dominan terhadap karbon yang
lebih tersubstitusi. Di dalam halogenasi terkataliss basa terhadap keton, ditemukan juga
bahwa kecepatan reaksi sama sekali tidak tergantung pada konsentrasi dan identitas
halogen (Fessenden: 257).
B. Uraian Bahan
RM / BM : NaOH /40,00
Pemerian :Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras,
rapuh, dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh, mudah basah, sangat
alkalis dan korosif segera menyerap karbondioksida.
RM : I2
BM : 126,1
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam; hitam kelabu;
bau khas.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air,13 bagian dalam
etanol 95 % P, dalam lebih kurang 80 bagian gliserol P, dan dalam lebih kurang 4 bagian
karbondisulfida P; larut kloroform P dan karbontetraklorida P.
Sinonim : Aseton
Sinonim : Iodoform
RM : CHI3
BM : 394
Pemerian :Kepingan kuning hijau atau serbuk mikro halus; bau khas dan sangat
melekat.
Kelarutan :Hampir apat larut dalam air, melarut dalam 67 bagian spritus,
dalam 6,1 bagian eter, dalam 20 bagian oleum olivarum dan dalam 1000 bagian gliserol
Khasiat : Antiseptikum
C. Prosedur Kerja
1. Dalam labu alas datar 500 ml ditaruh 10 gram iodium, tambah 10 gram aseton
2. Tambahkan sedikit-sedikit dari corong pisah larutan NaOH sebanyak 20 ml. (bila
terjadi panas dinginkan dibawah kran atau bungkus dengan lap basah).
3. Segera setelah terbentuk kristal kuning diberi air yang banyak ( 300 ml)
5. Cuci kristal kuning tersebut sampai filtrat tidak bereaksi alkalis lagi baru boleh
direkristalisasi dengan alkohol
1. Dalam 500 cc labu alas datar ditaruh 10 gram iodium tambah 10 gram aseton.
2. Tambahkan sedikit-sedikit dari corong pisah larutan NaOH sebanyak 20 cc. (Resenter
peratus-bila terjadi panas didinginkan di bawah air kran atau bungkus dengan lap basah.
3. Segera setelah terjadi kristal kuning diberi air yang banyak 300 cc.
5. Cuci kristal kuning tersebut sampai filtrate tidak bereaksi alkalis lagi baru boleh
direkristalisasi dengan alcohol.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
Adapun alat yang di pakai adalah Batang pengaduk, Cawan porselin, Corong Buchner,
Erlenmeyer, gelas arloji. Gelas ukur 50 ml, Gelas kimia 500 ml, Labu alas datar 500 ml, pipet
tetes, Sendok tanduk, dan Timbangan analitik.
Alumunium foil, alkohol, Air suling ,Aseton, Iodium, Kertas timbang, Kertas saring, dan
Natrium hidroksida 8 N.
C. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Ditimbang iodium dengan menggunakan
timbangan analitik sebanyak 2,5 gram. Ditimbang aseton sebanyak 5 ml. Ditimbang NaOH
sebanyak 8 ml. Kemudian Iodium dimasukkan ke dalam labu alas datar kemudian
ditambahkan aseton. Setelah itu Dibuat larutan NaOH dengan cara melarutkan NaOH yang
telah ditimbang dengan air kemudian aduk hingga benar-benar larut. Kemudian Dimasukkan
larutan NaOH ke dalam labu alas datar yang diletakkan dalam baskom berisi es, tetes per
tetes hingga terbentuk kristal kuning. setelah terbentuk kristal kuning, penambahan NaOH
dihentikan dan langsung ditambahkan air yang banyak (150 ml). Diaduk erlenmeyer hingga
kristal kuning terbentuk seluruhnya. Kristal kuning iodoform disaring dengan corong
buchner, kemudian dikeringkan. Setelah kering ditimbang berapa berat iodoform yang
didapatkan. Kemudian Dihitung rendamennya.
BAB IV
A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pengamatan
No
Berat filtrat
0,7305 mg
1,0224 mg
0,2919 mg
2. Perhitungan
Mol I2 = Gram I2
BM I2
= 2,5 gram
126,91
= 0,019699 mol
= 0,019699 x 1
= 0,0065 mol
= 0,0065 x 393,78
= 2,55957 gram = 2,6 gram
2,6
B. Pembahasan
Iodoform merupakan senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin dengan etanol/aseton
dan asetildehida dalam suasana basa. Untuk membuat iodoform dari aseton digunakan
reaksi elektrofilik.
Pada percobaan sintesa iodoform ini dilakukan pembuatan iodoform yang diperoleh dari
hasil reaksi antara aseton dan iodium dengan menggunakan NaOH sebagai katalisator yang
akan mempercepat jalannya reaksi.
Pada percobaan ini ditimbang 2,5 gram iod ditambah 5 ml aseton dimasukkan ke dalam labu
dasar datar. Penggunaan labu dasar datar supaya dapat berdiri tanpa dipegang. Kemudian,
ditambahkan 20 ml NaOH sedikit demi sedikit (lewat corong pisah). Hal yang harus dihindari
ialah jangan sampai terlalu banyak menambahkan NaOH sebab, dapat menyebabkan panas.
Namun, apabila terjadi panas, segera dinginkan dengan lap basah atau dengan mengalirkan
air kran atau air es. Fungsi dari penambahan NaOH adalah untuk menghasilkan kristal
iodoform berwarna kuning. Setelah itu, dengan segera ditambahkan 300 cc air.
Penambahan segera 300 cc air setelah terbentuk kristal kuning maksudnya untuk
mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih dan untuk mencegah kecepatan
terhidrolisisnya iodoform yang terbentuk. Hasil kristal kuning yang diperoleh dan telah
ditambahakan air segera disaring dengan corong buchner. Kemudian kristal dicuci sampai
filtrat tidak bereaksi alkalis, atau bebas NaOH karena sisa NaOH dikristal dapat
menyebabkan penguraian iodoform pada waktu kristalisasi dengan alkohol.
Pada percobaan digunakan labu alas datar agar pada saat melakukan percobaan bisa berdiri
sendiri yang dipegang karena akan dikerjakan seperti titrasi hanya lebih kasar. Pemakaian
labu alas bulat disini tidak dibenarkan karena dalam prosedur tidak diadakan pemanasan,
hal ini bermaksud agar kita dapat memilih alat yang tepat dan sesuai.
Penambahan NaOH sebaiknya menggunakan larutan pekat tetapi tidak boleh berlebih.
Untuk menghilangkan kelebihan asam pada larutan.
Dilakukan penambahan air banyak dengan segera setelah terjadi Kristal iodoform dengan
maksud mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih. Jadi mengurangi kecepatan
hidrolisisnya iodoform yang terjadi dengan NaOH. Kristal segera disaring agar filtrat tidak
bereaksi alkalis lagi, karena dengan adanya suasana alkalis maka pada rekristalisasi dengan
alcohol maka iodoform akan terurai dan kemungkinan akan dibebaskan iodium yang terlihat
dengan berwarna coklatnya larut.