Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana kepada masyarakat. Dana yang dikumpulkan oleh bank masuk
ke dalam pasiva, sementara dana yang disalurkan kepada masyarakat masuk dalam aktiva.
Aktiva dan pasiva adalah dua sisi dari pos keuangan bank, baik dalam bentuk kekayaan
ataupun menggambarkan posisi utang, kewajiban dan moal bank. Keduanya harus mencapai
keseimbangan, dimana faktor yang dapata menyeimbangkan diantara keduanya, dalam
bentuk Rugi dan Laba bank yang bersangkutan.
Manajemen aktiva dan pasiva yang disebut pula dengan Assets and Liability
Management (ALMA) sudah dipastikan ada pada setiap bank. Kedua sisi neraca, yaitu sisi
pasiva yang mengambarkan sumber dana dan sisi aktiva yang mengambarkan penggunaan
(alokasi) dana harus dikelola secara efisien, efektif, produktif, dan seoptimal mungkin
karena merupakan bisnis utama bagi setiap bank. Pengelolaan aset dan liabilitas tersebut
juga disebut dengan Manajemen Aset dan Liabilitas yang dikenal dengan ALMA (Asset and
Liability Management). Aset dan liabilitas pada setiap bank ini dikelola oleh Assets and
Liability Committee (ALCO) yang secara organisassi yang tidak terlihat dalam struktur
organisasi, namun kegiatannya ada dan dikelola dalam team work secara serta operasional
umumnya berada di dalam divisi treasury, yang dipimpin oleh wakil direktur utama/direksi
yang membidangi divisi treasury dan kepala divisi treasury umumnya sebagai ketua
pelaksana dengan anggota yang berasal dari divisi treasury, divisi kredit, divisi reserch &
development, divisi pusat administrasi.
Keberadaan ALMA ini adalah untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin timbul
dalam kegiatan bisnis sehari-hari yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memaksimumkan pendapatan sekaligus membatasi risiko aset dan liabilitas dengan
mematuhi ketentuan kebijakan moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang
disebut ALMA.
1
PEMBAHASAN
1
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2014, hal 198.
2
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet), 2005, hal.121
3
Veithzal rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2007,
hal 373.
4
Van Greuning Hennie, Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat) 2011.
Hal. 139
2
b. Kesalahan dalam keputusan dan pengendalian ALMA dapat mengakibatkan gagalnya
suatu bank.
Deregulasi yang berkelanjutan seperti halnya di Indonesia saat ini mengakibatkan
semakin perlunya untuk menerapkan ALMA, karena
a. Kepastian usaha yang semakin berkurang.
b. Risiko usaha yang semakin meningkat.
c. Persaingan untuk memperoleh dana rupiah semakin tajam.
d. Kebutuhan ALMA akan semakin kompleks.
Keputusan ALMA yang tepat harus dapat menjawab tiga tantangan utama risiko
nonkredit, disamping harus tetap meningkatkan kualitas aktiva. Ketiga resiko nonkredit,
yaitu:
a. Liquidity risk.
b. Interest rate risk.
c. Foreign exchange risk.6
6
Frianto Padia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta,2012), hal. 190
3
f. Kontinjen risk : risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen, misalnya
pembukaan L/C, bank garansi dan kontrak valuta asing berjangka.7
b. Gap management
7
Veithzal rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2007,
hal 373.
8
Frianto Padia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta,2012), hal. 191-193
4
Gap management bertujuan untuk mencapai pendapatan yang maksimum dengan
tetap meminimumkan risiko yang berkaitan dengan ketidaktepatan (mismatch) dalam
struktur maturity dari aktiva dan pasiva yang dimiliki oleh bank.
Sasaran Gap management ini yaitu:
1. Melindungi risiko akibat adanya perubahan tarif bunga dengan mengendalikan ukuran
besarnya mis-match gap.
2. Menghasilkan tingkat bunga yang lebih besar (dalam batas-batas risiko yang ada)
sebagai akibat perubahan tingkat bunga.
3. Mendukung kebutuhan yang diperlukan dalam liquidity management.
Beberapa contoh tindakan gap management:
1. Mengubah susunan jatuh tempo pasiva dengan pemilihan atas berbagai alternatif jenis
sumber dana, penetapan harga, dan lain-lain.
2. Mengubah stuktur aktiva kebijakan perkreditan.
3. Mengubah struktur aktiva melalui pembelian atau penjualan aktiva produktif.
4. Organisasi ALCO
Bagi bank-bank besar yang telah mempunyai berbagai akivitas dan jaringan
usahanya sangat luas terlebih-lebih bank yang sudah bertaraf multinasional bank, organisasi
penghimpun dan pengelola dananya sangat komplek, hal ini sesuai dengan tingkat
kompleksitas kegiatan bank-bank tersebut. Ruang lingkup operasional bank-bank besar
mengharuskan bank tersebut mengelola sumber dan pengalokasian dananya secra terpadu.
Pengelolaan sumber dana yang tercermin dalam pos-pos neraca pada sebelah kredit
(liability) tidak terpisahkan harus terpadu dengan pengelolaan pos-pos aplikasi dana (assets),
sehingga mengharuskan bank-bank tersebut menyusun suatu committee dalam
melaksanakan manajemen dananya. Committee ini dikenal dalam berbagai macam
terminologi, antara lain ada yang menyebutnya sebagai ALCO (Assets And Liability
Committee), ALMAC (Asset Liabiliti Management Committee) yang pada dasarnya
merupakan suatu tim yang keanggotaannya terdiri dari berbagai unsur keahlian di bank,
seperti:
1. Ahli ekonomi (Economist)
2. Pengerahan Dana
3. Bendaharawan (Treasury)
4. Kredit
5. Foreign Exchange (Forex)
6. Perencanaan
7. Administrasi
8. Pemasaran dan Pengambangan Usaha
6
Ketua Asset & Liability Committee biasanya dipegang langsung oleh direktur utama
bank yang bersangkutan atau sering juga dijabat oleh Executive Vice President. Secara
singkat struktur organisasi ALCO terdiri dari:
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Anggota
9
Frianto Padia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta,2012), hal. 194-195.
7
2. Net Open Position (Posisi Devisa Neto: berdasarkan metode gross aggregate position
NOP/PDN adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolute unuk jumlah
dari (a) Selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valas ditambah
dengan (b) selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun
kontijensi dalam rekening adminisratif untuk setiap valas. Ketentuan PDN ini juga
berlaku untuk bank syariah.
3. Gap Management : pembahasan mengenai gap management merupakan salah satu hal
yang penting dala ALMA, berbeda dengan komponen di atasnya di mana posisi account
dalam neraca dan rentabilitas bank dianalisis dari perspektif yang statis, dalam gap
management kedua aspek tersebut dibahas dalam perspektif yang dinamis. Disini
terjadinya risiko atau keuntungan yang dapat diperoleh dikaitkan langsunng dengan
terjadinya perubahan-perubahan yang dinamis dari ingkat suku bunga bank.
4. Risk Analysis : adalah analisis risiko-risiko yang dihadapi oleh bank baik secara makro
maupun mikro.
5. Salah satu alat pengendalian ALMA bank bisa juga melalui pengendalian cost of funds
karena cost of funds akan menenukan besaran base landingrae dan berapa margin atau
spread yang diperoleh bank.
Dari uraian di atas ALMA dapat mencakup dua fungsi (a) kebijakna tertulis ALMA
ini dapat mendorong ALCO (Asset Liability Community) menetapkan sasaran (goals) dan
tujuan (objectives) dari bekerjanya penerapan ALMA dan menetapkan sejauh mana
management bersedia memikul risiko yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan atas
tingkat suku bunga bank, (b) kebijakan AlMA tersebut dapat menjadi sarana bagi dewan
direksi bank untuk menetapkan proses AlMA bank dan mendelegasikan kewenangan
pelaksanaannya pada pejabat-pejabat bank yang terkait. Biasanya kebijakan ALMA ini
tercermin ke dalam beberapa hal berikut:
1. Interest Rate Risk Policy: ALCO harus menetapkan toleransi atas risiko yang diimbulkan
oleh terjadinya fluktuasi ingkat suku bunga bank yang dapat diterima oleh management
dan mencatatnya dalam policy statement. Untuk itu ALCO harus terlebih dahulu
menetapkan indikator-indikator apa saja yang dapat dipergunakan untuk mengukur
tingkat risiko suku bunga.
2. Investment Policy: tujuannya adalah sebagai pedoman bagaimana portofolio investasi
harus dikendalikan agar diperoleh return yang maksimal yang dapat menjamin
tersedianya sumber likuiditas yang cukup dan kualitas portofolio kredit yang baik.
8
3. Capital Policy: kebijakan permodalan ini mencakup penegasan bahwa ALCO
bertanggung jawab dalam pengendalian besaran modal agar tetap dapat dijaga jangan
sampia merosot, sehingga berada dibawah dari persyaratan minimum yang ditetapkan
oleh otoritas moneter.
4. Liquidity Policy: di samping bertanggung jawab atas pengendalian risiko suku bunga
dan posisi modal, ALCO juga bertanggung jawab dalam mengendalikan posisi likuiditas
bank.10
B. Tujuan ALMA
ALMA ini berfungsi memberikan rekomendasi pada manajemen bank agar dapat
meminimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan keuntungan serta tetap dalam
koridor sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, ALMA yang kuat dan berkualitas
akan memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis bank. Tujuan
dari ALMA adalah untuk menjaga kesehatan bank yang dapat diukur dengan CAMEL serta
melakukan antisipasi terhadap perubahan eksternal yang berkaitan dengan inflasi dan tingkat
suku bunga serta perubahan atas nilai tukar mata uang (M Ali, 2004) selain itu ALMA
dimaksudkan agar bank memperoleh net income yang optimal bagi bank dengan
pengendalian yang tepat atas aktiva dan pasiva bank diharapkan bank dapat memperoleh
pendapatan dari kegiatan tersebut. 11 Melalui ALMA ini diharapkan:
1. Adanya penetapan kebijakan bisnis yang jelas, terarah, dan terukur
2. Adanya arah dan tujuan yang jelas bagi manajemen dalam proses pelaksanaan tugas serta
cara dalam menetapkan standar-standar operasional bank
3. Diperolehnya data yang akurat serta menjamin bahwa data tersebut dapat menunjang
keputusan ALMA
4. Berkualitasnya analisis yang dilakukan dalam memberikan berbagai alternatif strategi
ALMA sebelum manajemen mengambil keputusan
5. Memudahkan dalam manajemen likuiditas sehingga dana dapat dikelola dengan baik
pada suatu tingkat suku bunga tertentu agar senantiasa dapat memenuhi kewajiban dan
dapat memanfaatkan seiap peluang yang ada
6. Mampu meminimalkan gap sehingga dapat mengoptimalkan dan memeprkecil resiko
10
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2014, hal 210-212.
11
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2014, hal 198.
9
7. Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola valuta asing (terutama ketika
mengalami fluktuasi yang tinggi) dan mengelola gap untuk tiap-tiap mata uang dan antar
mata uang unuk menghasilakan keuntungan yang optimal dengan tetap memerhatikan
kemungkinan risiko yang terjadi
8. Mampu melakukan manajemen pricing secara tepat sebagai langkah strategis dalam
menetapkan tingkat suku bunga (kredit dan dana) dengan memerhatikan gap dan tidak
mengganggu likuiditas.
Dengan adanya ALMA ini, semakin disadari betapa pentingnya suatu bank
mengelola likuiditas secara baik, terutama untuk memperkecil risiko likuiditas yang
disebabkan oleh adanya kekurangan dana seingga dalam memenuhi kewajibannya, bank
terpaksa harus mencari dana dengan suku bunga yang lebih inggi dari suku bunga pasar,
atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan risiko menderita rugi yang relatif besar.
Hal tersebut akan memengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini terus berlanjut, tidak
menutup kemungkinan akan terjadi menurunnya kepercayaan masyarakat kepada bank
tersebut.12
12
Veithzal rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),
2007, hal 372-373.
10
PENUTUP
KESIMPULAN
Asset dan liability manajemen adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara
terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank. Asset dan
liability manajemen merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian
rencana tahunan. Dilihat dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa Asset
dan Liability Manajemen (ALMA) adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan menetapkan strategi
terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko antara lain risiko likuiditas, risiko
bunga bank, risiko nilai tukar, risiiko portepel atau risiko operasional dalam menunjang
pencapaian keuntungan bank.
ALMA ini berfungsi memberikan rekomendasi pada manajemen bank agar dapat
meminimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan keuntungan serta tetap dalam
koridor sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, ALMA yang kuat dan berkualitas
akan memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis bank.
Dengan adanya ALMA ini, semakin disadari betapa pentingnya suatu bank
mengelola likuiditas secara baik, terutama untuk memperkecil risiko likuiditas yang
disebabkan oleh adanya kekurangan dana seingga dalam memenuhi kewajibannya, bank
terpaksa harus mencari dana dengan suku bunga yang lebih inggi dari suku bunga pasar,
atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan risiko menderita rugi yang relatif besar.
11
DAFTAR PUSTAKA
12