Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SinarX

2.1.1 Pengertian SinarX

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang

sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet,

tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-X

bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat.

Panjang gelombang sinar-X adalah 1/10.000 panjang gelombang

cahaya tampak, karena panjang gelombang yang sangat pendeklah

sinar-X dapat menembus benda-benda (Rasad, 2005).

2.1.2 SifatSifat SinarX

Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus,

pertebaran, penyerapan, efek fotografik, pendar fluor (fluoresensi),

ionisasi, dan efek biologik.

a. Daya tembus

Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus

sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi

tegangan tabung (besarnya kV) yang digunakan, makin besar daya

tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda,

makin besar daya tembus sinarnya.

b. Pertebaran

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat,

maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala arah,

menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat

8
9

yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar

radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara

menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka di

antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.

c. Penyerapan

Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai

dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi

kepadatannya atau berat atomnya, makin besar penyerapannya.

d. Efek fotografik

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-

bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar

gelap.

e. Pendar fluor (fluorosensi)

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-

tungstat atau Zink sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila

bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X. Luminisensi ada 2 jenis

yaitu:

1. Flurosensi

Flurosensi akan memendarkan cahaya saat terkena sinar-X.

2. Fosforisensi

Pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun

radiasi sinar-X sudah dimatikan (after glow).

f. Ionisasi

Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat

akan menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.


10

g. Efek biologik

Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologic

pada jaringan. Efek biologik ini dipergunakan dalam pengobatan

radioterapi (Rasad, 2005).

2.2 Paparan Dan Laju Paparan Radiasi Sinar-X

2.2.1 Paparan Radiasi

Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan

intensitas sinar-X yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam

jumlah tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka paparan (X)

dapat dirumuskan dengan:

X = dQ / dm

Keterangan :

X : Paparan
dQ : muatan elektron
dM : massa atom

Dengan dQ adalah jumlah muatan elektron yang timbul sebagai

akibat reaksi antara foton dengan atom-atom udara dalam volume

udara bermassa dm. Besaran paparan ini mempunyai satuan Coloumb

per kilogram-udara (C. 1) dan diberi nama khusus Rontgen,

disingkat R (Akhadi, 2000). Paparan Radiasi adalah penyinaran

Radiasi yang diterima oleh manusia atau materi, baik disengaja atau

tidak, yang berasal dari Radiasi interna maupun eksterna (BAPETEN,

2013).

2.2.2 Laju Paparan

Laju paparan adalah besar paparan persatuan waktu, dan diberi

simbol 0 . Satuan laju paparan dalam SI adalah C/kg.jam dan satuan

lama adalah R/jam.


11

2.3 CT Scan

2.3.1 Pengertian CT Scan

CT Scan merupakan perkembangan modalitas radiologi

menggunakan prinsip kerja tomography sehingga mampu

menghasilkan potongan tubuh setelah melalui perhitungan matematis

dalam bentuk axial, coronal, tangensial maupun 3D (Sari dkk, 2014).

Prinsip kerja CT Scan merupakan teknologi sinar-X komputer

dan televisi. Secara garis besar yaitu tabung sinar-X memutari dan

menyinari obyek yang selanjutnya detektor yang berhadapan

dengan tabung sinar-X menangkap sinar-X yang telah menembus

obyek tersebut, proses tersebut dinamakan akuisisi data. Pada

saat yang bersamaan detektor referensi menangkap sinar-X yang

langsung dari sumber.

Berkas-berkas sinar-X tersebut diubah oleh detecto

menjadi sinyal listrik, dan sinyal listrik ini kembali diubah oleh

ADC (Analaog to Digital Converter) menjjadi data digital dan

selanjutnya dikirim ke komputer diolah dan direkontruksi

dengan penerapan prinsip matematika atau rekontruksi

alogaritma. Setelah selesai diproses maka data analog

ditampilkan di monitor berupa citra anatomi irisan obyek

(Kurniawan dkk, 2013).

2.3.2 Ruangan CT Scan

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer

1014/MENKES/SK/XI/2008, beberapa persyaratan ruangan untuk

radiologi diagnostik adalah sebagai berikut :


12

a. Ketebalan Dinding

Bata merah dan plester dengan ketebalan 25 cm atau beton

dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam

(pb), sehingga tingkat radiasi disekitar ruangan radiologi diagnostik

tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv atau satu milisievert per

tahun.

b. Pintu dan Ventilasi

Pintu ruangan pesawat sinar-X dilapisi dengan timah hitam

dengan ketebelan tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar

ruangan pesawat sinarX tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv

atau satu milisievert per tahun.

Ventilasi setinggi 2 meter dari lantai sebelah luar, agar orang

di luar tidak terkena paparan radiasi. Di atas pintu masuk ruang

pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada saat

pesawat dihidupkan, sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran

atau lampu peringatan tanda bahaya radiasi.

c. Jenis dan Ukuran Ruangan :

1. Ruang CT Scan

a). Ukuran : 6m (p) x 4m (l) x 3m (t)

b). Dilengkapi dengan :

1). Ruang Operator

2). Ruang Mesin

3). Ruang AHU (Air Handling Unit)/Chiller

4). Contoh ruang CT Scan (dapat dimodifikasi)


13

Gambar 2.2 Alat ukur Surveymeter (BATAN, 2010)

2.4 Kendali Mutu

Kendali Mutu adalah bagian dari program jaminan mutu (quality

assurance) yang berhubungan dengan teknik yang digunakan untuk

pemantauan dan pemeliharaan teknis dari sistem yang mempengaruhi

sistem kualitas gambar. Kendali mutu meliputi pengujian kolimator pengujian

sinar-X, pengujian kebocoran pesawat sinar-X, pengujian kesesuaian grid,

pengujian kebocoran kaset sinar-X dan salah satunya adalah pengujian laju

paparan radiasi (Papp, 2011).

2.5 Proteksi Radiasi

2.5.1 Pengertian proteksi radiasi

Proteksi radiasi sering dikenal dengan istilah keselamatan kerja


14

terhadap bahan radiasi, yaitu cabang ilmu pengetahuan atau teknik

yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan

dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

atau sekelompok orang lain, ataupun kepada keturunan terhadap

kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.

2.5.2 Dasar proteksi radiasi

Program proteksi radiasi ditujukan pula untuk memperkecil dan

mengontrol kemungkinan terjadinya penyebaran radiasi ke

lingkungan. Asas proteksi radiasi ada tiga, adalah sebagai berikut :

a. Asas Justifikasi adalah setiap kegiatan yang mengakibatkan

paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan

pengkajian yang mendalam yang mana manfaatnya lebih besar

dibandingkan dengan kerugiannya.

b. Asas Optimisasi adalah asas ini dikenal dengan sebutan ALARA

atau As Low As Reasonably Achievable. Asas ini menghendaki

agar paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah

mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.

c. Asas Limitasi adalah asas ini menghendaki agar dosis yang

diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak

boleh melebihi batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang

berwenang.

2.5.3 Tujuan proteksi radiasi

Tujuan dari proteksi radiasi adalah mencegah terjadinya efek non

stokastik yang membahayakan dan mengurangi terjadinya efek

stokastik serendah mungkin. Bahaya radiasi sinar-X dapat


15

dikendalikan dengan menggunakan tiga prinsip yaitu waktu, jarak,

dan pelindung.

a. Waktu

Dosis yang diterima oleh seseorang pekerja yang bekerja di

daerah yang mempunyai laju dosis tertentu akan berbanding lurus

dengan jumlah waktu selama pekerja berada di daerah tersebut.

Dengan demikian, maka dosis yang diterimanya dapat

dikendalikan dengan membatasi waktu seseorang berada

didaerah tersebut.

b. Jarak

Beberapa daerah dengan laju dosis radiasi yang sangat tinggi

digunakan suatu cara untuk memperkecil laju dosis yang sampai

pada petugas yaitu dengan menambah jarak antara petugas dan

sumber radiasi. Pengendalian radiasi dengan faktor jarak berlaku

hukum kuadrat terbalik dimana dua kali jarak penyinaran maka

intensitas radiasi menjadi seperempat intensitas semula.

c. Pelindung

Cara ini lebih mudah karena menghasilkan kondisi kerja

secara sangat aman tanpa harus memperlihatkan batasan waktu

dan jarak.

2.5.4 Pemantauan Paparan Radiasi

Dalam kegiatan ini digunakan alat ukur radiasi atau lebih

dikenal dengan surveymeter radiasi. Surveymeter beta-gamma

merupakan alat ukur portable untuk pemantauan radiasi lapangan

yang umumnya memberikan hasil pengukuran berupa laju paparan


16

dengan satuan mR/jam. Tingkat laju dosis radiasi pada suatu daerah

kerja dapat diketahui melalui skala penunjukan oleh jarum penunjuk

pada alat tersebut. Sebagian besar surveymeter saat ini dirancang

mampu mendeteksi sinar-X atau gamma maupun beta (Akhadi,

2000).

2.5.5 Nilai Batas Dosis Radiasi

Menurut Perka Bapaten no.8 pasal 30 ayat 3 tahun 2011 Nilai

batas dosis untuk pekerja radiasi dan anggota masyarakat tidak

boleh melampaui :

a. Pekerja Radiasi

1. Dosis efektif sebesar 20 mSv (dua puluh milisievert) per

tahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut;

2. Dosis efektif sebesar 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam1

(satu) tahun tertentu;

3. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus

lima puluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun

4. Dosis ekuivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500

mSv (lima ratus milisievert) dalam 1 (satu) tahun.

b. Anggota Masyarakat

1. Dosis efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam 1 (satu)

tahun

2. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (lima belas

milisievert) dalam 1 (satu) tahun

3. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (lima puluh

milisievert) dalam 1 (satu) tahun.


17

2.6 Alat Ukur

Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari

detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya.

Alat ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan

dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam

rem atau sievert. Alat ukur laju paparan radiasi adalah surveymeter.

Surveymeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada

suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat

memperkirakan jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di

suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan

surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan

radiasi yang melebihi batas ambang yang diizinkan.

Detektor Penguat
Ratemeter

HV

Speaker

Gambar 2.1 Bagian Alat Ukur surveymeter (Haditjahyono, 2006).

Sebagaimana fungsinya, suatu surveymeter harus bersifat portable

meskipun tidak perlu sekecil sebuah dosimeter personal. Konstruksi

surveymeter terdiri atas detektor dan peralatan penunjang seperti terlihat

gambar berikut. Cara pengukuran yang diterapkan adalah cara arus (current

mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas radiasi.

Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala dosis,

misalnya dengan satuan roentgent/jam.


18

Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung,

seperti detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari

segi praktis dan ekonomis, detektor isian gas Geiger Muller yang paling

banyak digunakan. Detektor sintilasi juga banyak digunakan, khususnya

NaI(Tl) untuk radiasi gamma, karena mempunyai efisiensi yang tinggi.

2.6.1 Jenis Surveymeter

Terdapat beberapa jenis Surveymeter yang digunakan untuk

jenis radiasi yang sesuai sebagai berikut.

a. Surveymeter Gamma

Surveymeter gamma merupakan Surveymeter yang sering

digunakan dan pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur

radiasi sinar-X. Hanya saja perlu diperhatikan faktor kalibrasinya,

apakah dikalibrasi untuk gamma atau sinar-X. Detektor yang

sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional, GM atau

detektor sintilasi NaI(Tl).

b. Surveymeter Beta dan Gamma

Berbeda dengan Surveymeter gamma biasa, detektor dari

Surveymeter ini terletak di luar badan Surveymeter dan

mempunyai jendela yang dapat dibuka atau tutup. Bila

digunakan untuk mengukur radiasi beta, maka jendelanya harus

dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya ditutup. Juga

perlu diperhatikan bahwa faktor kalibrasi yang tercantum,

biasanya hanya berlaku untuk radiasi gamma saja sedangkan

untuk radiasi beta perlu perhitungan tersendiri. Detektor yang

sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau GM.


19

c. Surveymeter Alpha

Sebagaimana Surveymeter beta, detektor dari Surveymeter

alpha juga terletak di luar badan Surveymeter. Perlu diperhatikan

bahwa selalu terdapat satu permukaan detektor yang terbuat dari

lapisan film yang sangat tipis, biasanya terbuat dari berrilium,

sehingga mudah sobek bila tersentuh atau tergores benda tajam.

Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas proporsional

atau detektor sintilasi ZnS(Ag).

d. Surveymeter Neutron

Detektor yang digunakan pada Surveymeter neutron adalah

detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau gas Helium.

Karena yang dapat berinteraksi dengan unsur Boron atau Helium

adalah neutron termal saja, maka Surveymeter neutron biasanya

dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari parafin atau

polietilen yang berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat

menjadi neutron termal. Moderator ini hanya digunakan bila radiasi

neutron yang akan diukur adalah neutron cepat.

e. Surveymeter Multi Guna

Terdapat pula Surveymeter yang mempunyai dua jenis

detektor di dalamnya sehingga dapat mengukur beberapa jenis

radiasi yang berbeda. Selain itu, ada juga Surveymeter yang

menyediakan fasilitas konektor untuk detektor eksternal. Biasanya,

produsen Surveymeter juga menjual secara terpisah (optional)

jenis-jenis detektor yang dapat dihubungkan ke Surveymeter.


20

2.6.2 Langkah-langkah menggunakan Surveymeter

Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum

menggunakan surveymeter yaitu memeriksa baterai, memeriksa

sertifikat kalibrasi, mempelajari pengoperasian dan pembacaan.

a. Periksa baterai

Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi suatu daya

tegangan tinggi detektor. Bila tegangan tinggi detektor tidak sesuai

dengan yang dibutuhkan, maka detektor tidak peka atau tidak

sensitiv terhadap radiasi yang mengenainya, akibatnya

surveymeter menunjukan nilai yang salah. Karena hal ini sangat

membahayakan, maka langkah pemeriksaan baterai ini harus

dilakukan setiap kali surveymeter akan digunakan.

b. Pemeriksaan sertifikat kalibrasi

Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus memperhatikan faktor

kalibrasi alat dan memeriksa tanggal validasi sertifikat. Faktor

kalibrasi merupakan suatu parameter yang membandingkan nilai

yang ditunjukan oleh alat ukur dan nilai dosis sebenarnya. Oleh

karena itu, surveymeter dianggap sangat penting dalam

keselamatan radiasi, maka setiap surveymeter harus dikalibrasi

bila sudah melewati batas waktunya dan dilakukan dikalibrasi

ulang sebelum dapat digunakan lagi.

c. Pelajari pengoperasian dan pembacaan

Setiap surveymeter mempunyai tombol-tombol dan saklar-

saklar yang berbeda-beda, biasanya terdapat beberapa faktor

pengalian misalnya x1; x10; x100 dan sebagainya. Sedang


21

display-nya juga berbeda-beda, ada yang berskala rontgen/jam;

rad/jam; sievert/jam atau mSievert/jam atau bahkan masih dalam

cpm atau counts per minutes (Haditjahyono, 2006).

Gambar 2.2 Alat ukur Surveymeter (Haditjahyono, 2006).

2.6.3 Prosedur Pengukuran Laju Paparan Radiasi Pada Ruangan

Menurut Perka Bapeten nomor 7 tahun 2009 tentang

keselamatan radiasi dalam penggunaan peralatan radiografi

industri, prosedur pengukuran laju paparan radiasi pada ruangan

adalah sebagai berikut :

a. Mencatat data pesawat sinar-X meliputi merk pesawat, tipe

tabung dan nomor seri tabung (tabung bagian dalam

/inserttube, bukan wadah tabung /tube housing), filter bawaan

dan filter tambahan.

b. Melakukan identifikasi ruangan yang akan diukur meluputi

ukuran ruangan, dinding, ruang operator, pintu, tanpa radiasi.

c. Menyiapkan surveymeter untuk mengukur laju paparan

radiasi.

d. Menggunakan apron sebelum melakukan penyinaran.

e. Melakukan penyinaran untuk kondisi penyinaran tertentu,

misalnya cranium dan mencatat faktor eksposi 120 kV, 50

mAs.
22

f. Memposisikan switch pada survey meter diawali dengan skala

yang lebih besar untuk pengukuran laju paparan radiasi, bila

tidak terbaca maka mengulangi dengan skala yang lebih kecil

hingga skala penunjuk terbaca saat pengukuran dilakukan.

g. Melakukan pengukuran laju paparan radiasi di beberapa

tempat atau titik tertentu, misalnya tempat operator, balik

pintu, ruang tunggu, dan ruang sekitar atau sesuai dengan

lembar data pengukuran dengan kondisi ruang penyinaran

tertutup.

2.7 Evaluasi

Analisa data dapat dilakukan dengan mengolah data pengukuran, di

sekitar ruang pesawat Sinar-X. Data yang telah diolah selanjutnya

dilakukan verikasi data menurut acuan paparan radiasi yang telah

diizinkan. Tolak ukur paparan radiasi yang ditempati oleh pekerja radiasi

tidak boleh melebihi 2,5 mR/jam, sedangkan untuk penduduk umum tidak

boleh melebihi 0,25 mR/jam (Susilo dkk, 2012).


23

2.8 Kerang Teori

Sinar-X

CT Scan

Kendali Mutu

Laju Paparan Radiasi

Pengukuran

Surveymeter

Proteksi Radiasi

Nilai Batas Dosis

2,5 mR/jam

Gambar 2.3 Kerangka Teori (Rasad, 2005), (Sari dkk, 2014), (Kurniawan dkk,
2013), (Papp, 2011), (BAPETEN, 2013), (Haditjahyono 2006),
(Akhadi, 2000), (Bapaten, 2011), (Susilo dkk, 2012).

Anda mungkin juga menyukai