Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN


TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Sutomo
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto

ABSTRAK

Proses penuaan pada lansia secara fisiologis akan merubah


konsekuensi terhadap perubahan dan gangguan pada sistem kardiovaskuler,
diantaranya adalah penyakit hipertensi. Hipertensi yang dialami oleh lansia di
Panti Werdha Mojopahit Brangkal Mojokerto semakin meningkat karena
selama ini penanganan hipertensi sebagian besar hanya diberikan terapi
farmakologi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh terapi
relaksasi autogenik terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimen
Pratest-Posttest Control Group Design. Populasi seluruh lansia yang ada di
UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dengan hipertensi, sampel terdiri dari
24 responden dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol dengan menggunakan total sampling. Variable
independent adalah terapi relaksasi autogenik dan variable dependent adalah
tekanan darah pada lansia. Data yang terkumpul melalui observasi dianalisa
dengan uji statistik paired t-test dengan tingkat kemaknaan = 0,05.
Hasil analisa menunjukkan adanya perubahan rata-rata tekanan darah
antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi autogenik dengan nilai
signifikasi pada p value = 0,000 (<0,05) sehingga ada pengaruh terapi
relaksasi autogenik terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada pengaruh
terapi relaksasi autogenik terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi. Melihat hasil penelitian ini maka terapi relaksasi autogenik
ini dapat dijadikan sebagai terapi alternative tambahan selain dengan terapi
pengobatan dalam mengatasi masalah tekanan darah pada lansia.

Kata kunci : Terapi Relaksasi Autogenik, Tekanan darah, Lansia

Halaman | 75
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

PENDAHULUAN adanya penanganan khusus terhadap faktor


Proses penuaan pada lansia secara penyebab lain terutama terhadap stress.
fisiologis akan merubah konsekuensi terhadap Penyebab terjadinya hipertensi pada
perubahan dan gangguan pada sistem lansia disebabkan oleh banyak faktor yang
kardiovaskuler, diantaranya adalah penyakit erat kaitannya dengan proses menua, faktor
hipertensi. Dari banyak penelitian keturunan, ciri perseorangan dan kebiasaan
epidemiologi diketahui bahwa dengan hidup (Gunawan, 2001). Stres merupakan
bertambahnya usia, maka tekanan darah salah satu faktor penyebab utama terjadinya
semakin meningkat (Diyoyen, 2008). Hal ini hipertensi. Seseorang yang mengalami stres
mengakibatkan jumlah lansia yang mengalami biasanya akan disertai dengan ketegangan.
hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit Pada saat mengalami ketegangan, arteri yang
Mojokerto juga semakin meningkat. menyuplai fungsi-fungsi organ penting akan
Penanganan terhadap hipertensi sebagian menyempit sehingga akan menyebabkan
besar dilakukan secara farmakologi, cara ini tekanan darah meningkat (Beevers, 2002).
selain praktis juga efektif. Meskipun demikian, Penanganan hipertensi dapat dilakukan
kestabilan dan keefektifan penanganan dengan farmakologi dan nonfarmakologi.
terhadap hipertensi tidak hanya diberikan Namun pengobatan dengan farmakologi saja
dengan farmakologi saja, namun terapi non tentunya masih kurang efektif selama
farmakologi juga perlu untuk ditangani pemberian terapi hipertensi, oleh karena itu
terutama penanganan terhadap stress penanganan hipertensi selain dengan terapi
(Marliani, 2008). Stres telah diketahui pengobatan juga harus didukung dengan
merupakan salah satu faktor pemicu utama terapi nonfarmakologi seperti diet sehat,
penyebab hipertensi (Setiawan, 2008). Oleh mengatasi obesitas, olahraga, berhenti
karena itu salah satu upaya terapi alternatif merokok dan mengatasi stress, sehingga
yang dapat dilakukan untuk menstabilkan penanganan hipertensi bisa lebih efektif
kondisi stress adalah pemberian terapi (Beevers, 2002). Pengelolaan stres digunakan
modalitas berupa terapi relaksasi autogenik, untuk mengurangi jumlah paling sedikit
sehingga diharapkan dapat membantu stimulasi system syaraf simpatetik. Beberapa
memperbaiki kualitas hidup dari lansia saran mekanisme umpan balik biologis dan
(Beevers, 2002). latihan relaksasi untuk menyelesaikan hal ini.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi Tindakan pencegahan biasanya relative
merupakan penyebab meningkatnya resiko lebih mudah dari pada usaha pengobatan.
penyakit stroke, jantung dan ginjal. Di dunia, Upaya untuk menurunkan tekanan darah
hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang adalah dengan cara menghindari faktor-faktor
dewasa menderita tekanan darah tinggi pemicu timbulnya penyakit tersebut. Oleh
(Ruhyana, 2007). Selain itu menurut Elokdyah karena itu kita sebagai perawat berkewajiban
(2007) kurang lebih 10-30% pendududk di memberikan health education atau pendidikan
hampir semua Negara mangalami hipertensi. kesehatan tentang pencegahan yang baik
Secara prevalensi nasional hipertensi pada (stop high blood preaseure) antara lain
penduduk umur >18 tahun di daerah Jawa dengan mengurangi konsumsi garam,
Timur sebesar 45,2% (Riskesdes, 2007). menghindari kegemukan, membatasi
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada konsumsi lemak, olahraga teratur, banyak
tanggal 5 Maret 2010 di UPT Panti Werdha makan sayur segar, tidak merokok dan tidak
Mojopahit Mojokerto jumlah lansia yang minum alkohol serta pemberian relaksasi
menderita hipertensi mengalami peningkatan sebagai tehnik untuk mengurangi stres.
dari tahun-tahun sebelumnya. Data lansia Berdasarkan dari uraian diatas peneliti tertarik
yang diperoleh dipanti dari tahun 2009 ingin melakukan penelitian apakah ada
diketahui sebanyak 47% lansia dari 45 lansia pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap
mengalami hipertensi, sedangkan pada bulan perubahan tekanan darah pada lansia dengan
Februari 2010 meningkat menjadi 52% dari 46 hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit
lansia. Peningkatan yang terjadi disebabkan Mojokerto.
karena masih kurangnya penanganan yang
efektif dalam menurunkan tekanan darah TUJUAN PENELITIAN
terutama pada lansia, karena selama ini Menganalisa pengaruh terapi relaksasi
penanganan hipertensi dipanti sebagian besar autogenik terhadap perubahan tekanan darah
diberikan terapi farmakologi saja tanpa

Halaman | 76
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

pada lansia dengan hipertensi di UPT Panti 1,2,3 dan seterusnya hingga data yang
Werdha Mojopahit Mojokerto dikumpulkan dirasa cukup oleh peneliti.
Hipotesis Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada lansia yang ada di UPT Panti Werdha
pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap Mojopahit Mojokerto dengan hipertensi
perubahan tekanan darah pada lansia dengan dengan jumlah 24 lansia. Sampel dalam
hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada
Mojokerto di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
yang memenuhi kriteria. Dalam penelitian ini
DESAIN PENELITIAN menggunakan total sampling, dimana
Dalam penelitian ini peneliti sampling ini dilakukan dengan cara
menggunakan desain penelitian Quasy mengambil seluruh sampel sebagai
Experimen Pratest-Posttest Control Group responden yang memenuhi kriteria penelitian.
Design dengan pendekatan Time Series Variabel independen dalam penelitian ini
Design. Desain penelitian Quasy Experimen adalah terapi relaksasi autogenik. Variabel
Pratest-Posttest Control Group Design dependen dalam penelitian ini adalah tekanan
dengan pendekatan Time Series Design yaitu darah. Instrument yang digunakan dalam
rancangan penelitian yang akan dilakukan pengumpulan data pada penelitian ini adalah
oleh peneliti dengan cara peneliti membagi melalui lembar observasi tekanan darah.
dua kelompok sampel penelitian menjadi dua Pengukuran tekanan darah dengan
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan menggunakan Spygnomanometer air raksa
kelompok kontrol, pemilihan kedua kelompok dan stetoskop. Setelah data terkumpul melalui
tidak menggunakan teknik random. Sebelum observasi, kemudian data ditabulasi dan
dilakukan perlakuan (pre-test), kedua dikelompokkan sesuai dengan variabel yang
kelompok akan dilakukan pengukuran diteliti untuk menganalisa terapi relaksasi
tekanan darah, kemudian setelah dilakukan autogenik terhadap perubahan tekanan darah
perlakuan (post-test) kedua kelompok kembali pada lansia digunakan SPSS 17.0 dengan uji
akan dilakukan pengukuran tekanan statistic paired T-test dengan tingkat
darahnya. Dalam rancangan penelitian ini kemaknaan = 0,05 bila hasil yang diperoleh
kelompok eksperimen mendapatkan < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada
perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap
Pada kedua kelompok akan dilakukan perubahan tekanan darah pada lansia dengan
pengukuran pre-test dan post-test pada hari hipertensi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Gambar 1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di UPT Panti Werdha
Mojopahit Mojokerto
80% 75% 75%
60%
40% 25% 25% perlakuan
20% kontrol
0%
laki-laki perempuan

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden pada
kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing adalah perempuan 9 orang (75%) dan
sebagian kecil laki-laki yaitu 3 orang (25%).

Halaman | 77
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Gambar 2 Karakteristik responden berdasarkan umur di UPT Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto
100% 83.30%

50% 50%
50% perlakuan
16.70% kontrol
0% 0%
0%
45-59 tahun 60-74 tahun 75-90 tahun >90 tahun
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan setengahnya umur
responden adalah 60-74 tahun yaitu 6 orang (50%), dan pada kelompok kontrol hampir
seluruhnya umur responden adalah 60-74 tahun yaitu 10 orang (83,3%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Di Panti
Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di UPT Panti Werdha
Mojopahit Mojokerto
50% 41.70% 41.70%
40% 33.30% 33.30%
30% 25%
16.70% perlakuan
20%
8.30%
10% kontrol
0%
0%
<1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan hampir setengah


responden bertempat tinggal dipanti selama 6-10 tahun sebanyak 5 orang (41,7%), dan
pada kelompok kontrol hampir setengah responden bertempat tinggal di panti < 1 tahun
sebanyak 5 orang (41,7%)
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Makan
Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan pola makan di UPT Panti Werdha
Mojopahit Mojokerto
70.00% 58.30%
60.00%
50.00% 41.70%
40.00%
30.00% 25% 25%
16.70% 16.70% perlakuan
20.00% 8.30% 8.30%
10.00% kontrol
0.00%
kadar garam kadar garam rendah tinggi kalium
tinggi rendah kolesterol

Pada gambar 4 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan hampir setengah


responden mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi yaitu 5 orang (41,7%) sedangkan
pada kelompok kontrol sebagian besar responden mengkonsumsi makanan berkadar garam
tinggi yaitu 7 orang (58,3%).

Halaman | 78
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

5. Tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan terapi relaksasi autogenik


Tabel 1 Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dilakukan terapi relaksasi autogenik
pada lansia dengan hipertensi di di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
Kategori Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Hipertensi Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
Ringan 2 16,7 % 2 16,7 %
Sedang 8 66,6 % 8 66,6 %
Berat 2 16,7 % 2 16,7 %
Dilihat dari tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol sebelum dilakukan terapi relaksasi autogenik didapatkan dari 24 orang yang
mengalami hipertensi sebagian besar responden mengalami hipertensi sedang sebanyak 8
orang (66,6%) dan sebagian kecil hipertensi ringan sebanyak 2 orang (16,7%).
6. Tekanan darah pada lansia setelah diberikan terapi relaksasi autogenik
Tabel 2 Tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan terapi relaksasi autogenik
pada lansia dengan hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
Kategori Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Hipertensi Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
Ringan 10 83,3 % 1 8,3 %
Sedang 2 16,7 % 8 66,6 %
Berat 0 0 3 25 %
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa Tekanan darah pada lansia setelah
diberikan terapi relaksasi autogenik pada kelompok perlakuan didapatkan sebagian besar
mengalami hipertensi ringan sebanyak 10 orang (83,3%) dan sebagian kecil hipertensi
sedang sebanyak 2 orang (16,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol mengalami
peningkatan yaitu sebagian besar mengalami hipertensi sedang sebanyak 8 orang (66,6%)
dan sebagian kecil mengalami hipertensi ringan hanya 1 orang (8,3%).
7. Analisa pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi
Tabel 3 Pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan terapi
relaksasi autogenic
Perlakuan Kontrol
Hasil
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
Post Post Post Post
Pre test Pre test Pre test Pre test
test test test test
Rata- 166,25 147,50 98,333 89,583 164,16 166,25 97,916 99,166
rata 00 00 3 3 67 00 7 7
Std. 10,897 8,6602 7,4873 5,8225 9,7312 11,894 6,8947 5,9670
Deviasi 25 5 6 0 4 42 7 8
Uji Paired t-test Uji Paired t-test
Sign p=0,000 p=0,000 p=0,269 p=0,515
Pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa ada perubahan rata-rata penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan, setelah dilakukan Uji Paired t test
pada kelompok perlakuan dengan menggunakan SPSS 17.0 diperoleh hasil tekanan sistolik
p=0,000 sedangkan pada tekanan diastolik diperoleh hasil p=0,000. Hal ini berarti bahwa
nilai p<0,05 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga peneliti dapat menyimpulkan
bahwa ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan setelah
diberikan terapi relaksasi autogenik di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Sedangkan
pada kelompok kontrol terlihat ada perubahan peningkatan rata-rata tekanan darah sistolik
dan diastolik. Kemudian setelah dilakukan Uji Paired t test pada kelompok kontrol dengan
SPSS 17.0 diperoleh hasil tekanan sistolik p=0,269 sedangkan pada tekanan diastolik
diperoleh hasil p= 0,515. Hal ini berarti bahwa nilai p > 0,05 yang artinya H0 diterima dan H1
ditolak , sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak ada perubahan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol setelah diberikan terapi relaksasi autogenik di
UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

Halaman | 79
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

PEMBAHASAN Sedangkan dari segi gaya hidup ada


1. Analisa tekanan darah pada lansia beberapa hal yang perlu untuk
sebelum dilakukan terapi relaksasi diperhatikan, dalam penelitian ini
autogenik didapatkan bahwa pada kelompok
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari perlakuan hampir setengah responden
24 orang yang mengalami hipertensi baik mengkonsumsi makanan berkadar garam
kelompok kontrol maupun kelompok tinggi yaitu 5 orang (41,7%) sedangkan
perlakuan di dapatkan sebagian besar pada kelompok kontrol sebagian besar
responden mengalami hipertensi sedang responden mengkonsumsi makanan
sebanyak 8 orang (66,6%) dan sebagian berkadar garam tinggi sebanyak 7 orang
kecil hipertensi ringan sebanyak 2 orang (58,3%). Hal ini terbukti ketika peneliti
(16,7%). mencoba menanyakan pada beberapa
Diketahui ada beberapa faktor orang sampel penelitian, menunjukkan
kemungkinan penyebab terjadi bahwa sekitar 12 orang merasa kurang
peningkatan tekanan darah pada lansia di asin pada menu makanan yang disediakan
UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto, dipanti dan banyak sebagian dari mereka
diantaranya adalah kerana faktor genetis, yang membeli makanan di warung-warung
faktor keturunan, ciri perseorangan (umur, makan dekat panti sehingga kontrol
jenis kelamin dan ras), dan kebiasaan asupan garam tidak dapat dikendalikan.
hidup (Gunawan, 2001). Konsumsi garam yang tinggi selama
Dari faktor genetis peneliti tidak bertahun-tahun kemungkinan
mengkaji apakah ada riwayat hipertensi meningkatkan tekanan darah karena
pada keluarga sampel, dikarenakan rata- meningkatkan kadar sodium dalam sel-sel
rata lansia banyak yang tidak mengetahui otot halus pada dinding arteriol. Kadar
penyakit yang pernah diderita keluarga sodium yang tinggi ini memudahkan
sebelumnya. Sedangkan perubahan- masuknya kalsium ke dalam sel-sel
perubahan secara biologis yang mungkin tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan
berperan pada terjadinya peningkatan arteriol berkontraksi dan menyempit pada
tekanan darah pada lansia adalah adanya lingkar dalamnya (Beevers, 2002),
perubahan curah jantung, tahanan perifer sehingga dari mekanisme itulah garam
yang meningkat, aliran darah ginjal dan laju dapat berpengaruh pada peningkatan
glomerulus yang menurun (Maryam, 2008). tekanan darah.
Dari gambar 3 menunjukkan bahwa Lansia di UPT Panti Werdha
pada kelompok perlakuan setengahnya Mojopahit Mojokerto sering mengalami
umur responden adalah 60-74 tahun yaitu kecemasan dan stress emosional karena
6 orang (50%), dan pada kelompok kontrol mereka harus berhadapan dengan
hampir seluruhnya umur responden adalah kehilangan peran diri, kependudukan sosial
60-74 tahun yaitu 10 orang (83,3%). serta perpisahan dengan orang-orang yang
Tekanan darah cenderung meningkat dicintai. Hal ini dapat dilihat dari hasil
seiring bertambahnya usia (Beevers, observasi yang dilakukan. Peneliti
2002). Semakin bertambahnya usia hal ini mencatat bahwa hampir sebagian besar
akan menyebabkan jumlah lansia yang sampel sering mengeluh dengan kondisi
mengalami hipertensi juga meningkat. dan keadaan mereka yang tidak
Dari gambar 2 menunjukkan bahwa menyenangkan pada saat ini, diantaranya
sebagian besar jenis kelamin responden adalah ditinggal pasangan hidup, keluarga,
pada kelompok perlakuan dan kontrol dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat,
masing-masing adalah perempuan 9 orang tidak berdaya, hidup sendiri, tidak memiliki
(75%) dan sebagian kecil laki-laki yaitu 3 tempat tinggal tetap dan lain-lain.
orang (25%). Hal ini tidak sesuai dengan Kecemasan dan stress emosional
teori menurut Gunawan, 2001 yang merupakan salah satu faktor penyebab
berpendapat bahwa laki-laki lebih tinggi tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
mengalami hipertensi dari pada (Setiawan, 2008). Menurut Dr. Hans Selye
perempuan. Hal ini disebabkan karena yang dikutip oleh Gunawan (2001),
sebagian besar yang berada di Panti menyatakan bahwa stress yang
Werha Mojopahit Mojokerto adalah berlangsung cukup lama akan
perempuan. menyebabkan tubuh mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan

Halaman | 80
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

organis atau perubahan patologis, gejala baik, yang tidak hanya memberikan
yang muncul dapat berupa hipertensi. perasaan damai atau ketenangan di dalam
Stres akan meningkatkan aktivitas saraf diri individu, teknik ini juga dapat menjadi
simpatis (Guyton & Hall, 1996) hal ini akan sebuah hobby yang positif bila dilakukan
menyebabkan vasokonstriksi dan secara rutin. Ketika terapi relaksasi
peningkatan curah jantung. Sehingga dari autogenik di intervensikana pada lansia
mekanisme diatas stres dapat akan memberikan efek positif dalam
menyebabkan tekanan darah meningkat. menurunkan tekanan darah, dimana
Selain faktor-faktor diatas respon terhadap relaksasi akan
peningkatan tekanan darah juga merangsang kerja korteks dalam aspek
disebabkan karena responden pada kognitif maupun emosi. Sehingga
penelitian ini masih belum mau mencoba menghasilkan persepsi positif. Hasil dari
menurunkan tekanan darah dengan cara persepsi dan emosi yang positif akan
alamiah karena kebanyakan dari mereka memberikan respons koping menjadi
tidak mampu melakukan sendiri. positif. Dengan koping yang positif akan
2. Analisa tekanan darah pada lansia setelah menimbulkan perasaan yang tenang dan
dilakukan terapi relaksasi autogenik rileks terhadap ketegangan yang
Berdasarkan hasil pengukuran ditimbulkan dari stress.
tekanan darah pada kelompok perlakuan Stimulus positif dari relaksasi
yang dilakukan pada saat post test seluruh autogenik akan menurunkan aktivitas
dari 12 responden mengalami penurunan produksi HPA (Hipotalemik-Pituitary-
tekanan darah sistolik dan diastolik, Adrenal) Axis, yang ditandai adanya
didapatkan sebagian besar mengalami penurunan hormon CRF (corticotropin-
hipertensi ringan sebanyak 10 orang releasing-factor) di hipotalamus dan juga
(83,3%) dan sebagian kecil hipertensi akan merangsang pituitary anterior untuk
sedang sebanyak 2 orang (16,7%). memproduksi ACTH menjadi menurun.
Sedangkan pada kelompok kontrol Penurunan ini akan merangsang medulla
mengalami peningkatan pada tekanan adrenal untuk memproduksi hormon
sistolik dan diastolik setelah diberikan katekolamin dan kortisol sebagi homon
terapi relaksasi autogenik. Dari 12 stres manjadi menurun. Penurunan ini
responden kelompok kontrol didapatkan akan menurunkan kerja syaraf simpatis,
sebagian besar mengalami hipertensi dan sebaliknya kerja parasimpatis menjadi
sedang sebanyak 8 orang (66,6%) dan meningkat atau dominan, sehingga
sebagian kecil mengalami hipertensi ringan menyebabkan pelebaran atau vasodilatasi
hanya 1 orang (8,3%). pembuluh darah yang akhirnya dapat
Konsumsi garam yang tinggi selama menurunkan tekanan darah (M.Sholeh,
bertahun-tahun kemungkinan 2006).
meningkatkan tekanan darah karena Penurunan rata-rata tekanan sistolik
meningkatkan kadar sodium dalam sel-sel dan diastolik ini terjadi karena responden
otot halus pada dinding arteriol. Kadar telah diberikan perlakuan dengan cara
sodium yang tinggi ini memudahkan pemberian terapi relaksasi autogenik,
masuknya kalsium ke dalam sel-sel keadaan ini menunjukkan bahwa
tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan pemberian terapi relaksasi autogenik
arteriol berkontraksi dan menyempit pada memberikan pengaruh pada perubahan
lingkar dalamnya (Beevers, 2002), Pada tekanan darah pada kelompok perlakuan.
kelompok kontrol setelah post test ternyata 3. Pengaruh terapi relaksasi autogenik
mengalami peningkatan rata-rata tekanan terhadap perubahan tekanan darah.
darah, mungkin karena pada kelompok Pada tabel 3 diatas dapat dilihat
kontrol tidak diberikan perlakuan apapun, bahwa ada perubahan rata-rata penurunan
sehingga tekanan darah pada kelompok tekanan darah sistolik dan diastolik pada
kontrol rata-rata mengalami peningkatan, kelompok perlakuan, setelah dilakukan Uji
hal ini dikarenakan tidak ada pengontrolan Paired t test pada kelompok perlakuan
mengenai pola makan dan perilaku yang dengan menggunakan SPSS 17.0
dapat menyebabkan perubahan tekanan diperoleh hasil tekanan sistolik p=0,000
darah pada lansia. sedangkan pada tekanan diastolik
Pada dasarnya relaksasi merupakan diperoleh hasil p=0,000. Hal ini berarti
salah satu teknik manajemen stres yang bahwa nilai p<0,05 yang artinya H0 ditolak

Halaman | 81
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

dan H1 diterima, sehingga peneliti dapat kelompok perlakuan diperoleh hasil


menyimpulkan bahwa ada perubahan tekanan sistolik p=0.000 dan pada tekanan
tekanan darah sistolik dan diastolik pada diastolik diperoleh hasil p=0.000,
kelompok perlakuan setelah diberikan sedangkan pada kelompok kontrol
terapi relaksasi autogenik di UPT Panti diperoleh hasil tekanan sistolik p=0.269
Werdha Mojopahit Mojokerto. sedangkan pada tekanan diastolik
Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil p= 0.515.
terlihat ada perubahan peningkatan rata-
rata tekanan darah sistolik dan diastolik. SARAN
Kemudian setelah dilakukan Uji Paired t 1. Bagi UPT Panti Werdha Mojopahit
test pada kelompok kontrol dengan SPSS Mojokerto. Terapi relaksasi autogenik ini
17.0 diperoleh hasil tekanan sistolik dapat dijadikan sebagai terapi alternative
p=0,269 sedangkan pada tekanan diastolik tambahan selain dengan terapi pengobatan
diperoleh hasil p= 0,515. Hal ini berarti dalam mengatasi masalah tekanan darah
bahwa nilai p > 0,05 yang artinya H0 pada lansia.
diterima dan H1 ditolak, sehingga peneliti 2. Bagi lansia. Perlu adanya kontrol dan
dapat menyimpulkan bahwa tidak ada terapi yang teratur sebagai upaya preventif
perubahan tekanan darah sistolik dan mengingat penyakit ini sering muncul tanpa
diastolik pada kelompok kontrol setelah adanya tanda dan gejala yang khas dan
diberikan terapi relaksasi autogenik di UPT untuk menghindari adanya komplikasi yang
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. berkelanjutan.
Beberapa penelitian menunjukkan 3. Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini bisa
pendekatan non farmakologi yang dapat dilanjutkan dengan jumlah sampel yang
mengurangi hipertensi adalah teknik-teknik lebih banyak, dengan waktu yang lebih
mengurangi stress, penurunan berat lama dan perlu adanya pengembangan
badan, mengurangi konsumsi garam, variabel yang di ukur
pembatasan alkohol, natrium, dan
tembakau, melakukan olahraga/latihan DAFTAR PUSTAKA
serta relaksasi merupakan intervansi wajib
yang harus dilakukan terapi antihipertensi Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan Dan
(Arif mutaqqin, 2009). Oleh karena itu, Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I. Jakarta:
penanganan hipertensi selain dengan EGC
terapi pengobatan juga harus didukung
dengan terapi non farmakologi, sehingga Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian
penanganan hipertensi bisa lebih efektif Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rieneka Cipta
KESIMPULAN
1. Tekanan darah pada lansia sebelum Beevers, D.G. 2002. Seri Kesehatan:
diberikan terapi relaksasi autogenik pada Bimbingan Kesehatan Pada Tekanan
kelompok perlakuan dan kontrol Darah. Cetakan I. Jakarta: Dian Rakyat
didapatkan sebagian besar responden
mengalami hipertensi sedang (66,6%) dan Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar
sebagian kecil hipertensi ringan (16,7%). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I.
2. Tekanan darah pada lansia setelah Jakarta: EGC.
diberikan terapi relaksasi autogenik pada
kelompok perlakuan didapatkan sebagian Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi: Tekanan
besar mengalami hipertensi ringan (83,3%) Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius
dan sebagian kecil hipertensi sedang
(16,7%). Sedangkan pada kelompok Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar : Fisiologi
kontrol mengalami peningkatan yaitu Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : Penerbit
sebagian besar mengalami hipertensi buku kedokteran EGC
sedang (66,6%) dan sebagian kecil
mengalami hipertensi ringan (8,3%). Marliani. 2008. 100 Question And Answer:
3. Ada pengaruh terapi relaksasi autogenik Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media
terhadap perubahan tekanan darah pada Computindo
lansia dengan hipertensi. Hal ini
berdasarkan hasil Uji Paired t test pada

Halaman | 82
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep
Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Klinis Proses-Proses Penyakit. Cetakan
Medika I. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Purwanti, Susi, dkk. 2001. Perencanaan Menu
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi
System Kardiovaskuler. Jakarta: EGC Cetakan III. Jakarta: Swadaya

National Safety Council. 2003. Manajemen Setiawan & dkk. 2008. Care Your Self,
Stres. Jakarta: EGC Hipertensi. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Penebar Plus
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia Sholeh, M. 2006. Terapi Sholat Tahajud
Menyembahkan Berbagai Penyakit.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Bandung: Hikmah
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Untuk Pemula. Jakarta: EGC
Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer. 2003. Buku ajar keperwatan
Nursalam dan Siti Pariani. 2001. Pendekatan medikal bedah brunner dan suddart.
Praktis: Metodologi Penelitian Jakarta: EGC
Kesehatan. Jakarta: EGC
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Penyakit
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta :
Metodologi Penelitian Ilmu Balai Penerbit FKUI
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Tapan, Erik. 2004. Penyakit Ginjal Dan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Hipertensi. Jakarta: Elek Media
Komputindo.

Halaman | 83

Anda mungkin juga menyukai