discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/317365323
CITATIONS READS
0 431
4 authors, including:
Iis Alviya
Ministry of Forestry, Indonesia
10 PUBLICATIONS 8 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Enhancing Smallholder Benefits from Reduced Emissions from Deforestation and Forest Degradation
in indonesia View project
All content following this page was uploaded by Iis Alviya on 11 June 2017.
ABSTRACT
Pressures from various interests towards Ngurah Rai Grand Forest Park have potential to trigger of damage on
mangrove ecosystem. The study aims to identify the utilization of mangroves at Ngurah Rai Grand Forest Park by
local communities; to identify internal and external factors of mangrove management; and to determine mangrove
management strategies. Based on SWOT analysis, the two highest internal factors which become the strengths
in mangrove management are the strategic location and the largest proportion of mangrove ecosystem in Bali.
While, the internal factors that become the weaknesses are the existence of garbage, mud and the sedimentation
in downstream area. External factors that become opportunities for mangrove management are among others,
increasing number of tourists and the location that close to other tourist destination. The threats to its management
iclude the interest of certain parties which tend to reduce the existence and sustainability of mangrove forests and
waste disposal from upstream areas. Five mangrove management strategies that should be implemented, namely:
implementation and enforcement of clear rules; waste management and pollution control; raising awareness and
education to local communities on the importance of environment; strategic development planning considering
carrying capacity; tourism development that involves the community and local wisdom.
Keyword: Mangrove ecosystem; Ngurah Rai Grand Forest Park; management strategy; SWOT analysis
ABSTRAK
Adanya tekanan dari berbagai kepentingan terhadap kawasan Tahura Ngurah Rai berpotensi menjadi penyebab
kerusakan tanaman mangrove yang menyebabkan perubahan ekosistem. Penelitian ini bertujuan: mengidentifikasi
pemanfaatan mangrove oleh masyarakat; mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan
mangrove; dan menentukan strategi pengelolaan mangrove. Analisis SWOT digunakan dalam penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dua faktor internal tertinggi yang menjadi kekuatan pengelolaan mangrove di
Bali adalah lokasi yang strategis dan merupakan ekosistem mangrove terbesar di Bali. Sedangkan faktor internal
yang menjadi kelemahan adalah banyaknya sampah dan lumpur serta adanya sedimentasi di Tahura bagian hilir.
Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang pengelolaan mangrove yaitu wisatawan yang terus meningkat
dan lokasi yang dekat dengan objek wisata lain. Sedangkan yang menjadi ancaman pengelolaan adalah adanya
kepentingan pihak-pihak tertentu yang cenderung mengurangi keberadaan dan kelestarian hutan mangrove,
pembuangan sampah di daerah hulu yang masih terjadi, dan pembangunan infrastruktur di sekitar. Lima strategi
pengelolaan mangrove di Bali adalah implementasi dan penegakan aturan yang jelas, terkait zonasi dan regulasi
yang menyertainya; pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran; penyuluhan dan pendidikan lingkungan
terhadap masyarakat; perencanaan pembangunan strategis yang mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung mangrove; pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat dan kearifan lokal.
Kata Kunci: Ekosistem Mangrove; Tahura Ngurah Rai; strategi pengelolaan; analisis SWOT
2017 JAKK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jakk.2017.14.1.61-77 61
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
62
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
63
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
tiga kelompok nelayan yang diasumsikan padat penduduk. Lebih jauh, SWOT
memiliki kepentingan terhadap Tahura. dapat digunakan untuk mengidentifikasi
Ketiga kelompok nelayan tersebut yaitu faktor-faktor internal dan eksternal yang
kelompok nelayan Batu Lumbang, kelompok memengaruhi konservasi keanekaragaman
penangkar penyu Deluang Sari dan kelompok hayati dan pembagian jasa lingkungan dengan
nelayan Wanasari. menggunakan indikator sosial, ekonomi dan
Data sekunder diperoleh melalui lingkungan.
pengumpulan berbagai literatur dari berbagai Kelemahan yang dijumpai dalam analisis
instansi, perguruan tinggi dan situs jaringan. SWOT adalah hasil yang kurang memadai
dan sifatnya sangat umum (normatif) serta
B. Metode Analisis kurang menggambarkan faktor-faktor sebab
Metode Analisis SWOT akibat yang berpengaruh. Akibatnya, proses
pengembangan strategi tidak berhubungan
Analisis Strength, Weakness, Opportunity
dengan output SWOT. Analisis SWOT juga
Threat (SWOT) merupakan metode yang
sering menemui kegagalan dalam melakukan
paling sering digunakan dalam pengembangan
pemeringkatan tingkat kepentingan faktor-
strategi, yaitu dengan mengidentifikasi
faktor yang berbeda dalam satu kategori (Hill
kekuatan dan kelemahan internal pada satu
& Westbrook, 1997). Kelemahan lain dari
sisi serta peluang dan ancaman eksternal pada
SWOT adalah ketergantungan hasilnya pada
sisi yang lain (Rauch et al., 2015). Rangkuti
keahlian dan kemampuan orang-orang yang
(1997) menyatakan bahwa Analisis SWOT
terlibat. Hal ini disebabkan karakternya yang
merupakan suatu analisis yang bertujuan
bersifat analisis kualitatif (Kurttila, Pesonen,
untuk mengidentifikasi berbagai faktor
Kangas & Kajanus, 2000).
secara sistematis dalam merumuskan suatu
Tahap-tahap dalam analisis SWOT pada
strategi. Lebih jauh lagi, Kajanus, et al.
penelitian ini meliputi:
(2012) menyatakan bahwa pemeringkatan
1. Identifikasi faktor kunci. Faktor kunci
kepentingan faktor-faktor dalam kategori
pengelolaan mangrove di suatu daerah
SWOT (contoh: kekuatan) serta pemeringkatan
dapat berupa sumber daya alam, sumber
atas pilihan strategi alternatif dapat dilakukan
daya manusia, sarana-sarana, regulasi dan
dengan keputusan para analis yang terlibat
potensi wisatawan.
(judgement of the analyser).
2. Menganalisis faktor strategi internal dan
Pada dasarnya, analisis SWOT
eksternal. Penentuan berbagai faktor
menggali kekuatan dan kelemahan internal,
serta bobot dan tingkat kepentingan setiap
serta peluang dan ancaman suatu objek
faktor diperoleh dari hasil kuesioner
analisis. Proses SWOT yang mendorong
dan wawancara dengan narasumber
terjadinya diskusi di antara anggota kelompok
yang berkompeten di bidangnya dan
dari berbagai disiplin keahlian mendorong
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
perkembangan penggunaannya sebagai
Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
metode perencanaan partisipatif yang
subyektivitas responden.
melibatkan multi perspektif (Pickton &
Cara penentuan faktor strategi internal dan
Wright, 1998). Scolozzi, Schirpke, Morri &
eksternal adalah sebagai berikut:
D'Amato (2014) menggunakan analisis SWOT
a. Cara penentuan faktor strategi internal
untuk mendukung kebijakan konservasi
1. Menentukan faktor-faktor yang
dan lingkungan dengan mempertimbangkan
menjadi kekuatan serta kelemahan
faktor-faktor yang diasumsikan memengaruhi
dari kegiatan pengelolaan mangrove di
keberhasilan dan kegagalan usaha-usaha
Tahura Ngurah Rai.
konservasi dan perlindungan pada kawasan
2. Memberi bobot masing-masing
64
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
65
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
dan satwa serta pemanfaatan secara lestari penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. menunjang budidaya, budaya, pariwisata
Pengelolaan kawasan suaka alam dan dan rekreasi; dalam kenyataannya terdapat
kawasan pelestarian alam diatur dalam kegiatan masyarakat/kelompok masyarakat
Peraturan Pemerintah (PP) Republik yang berlokasi di dalam Tahura Ngurah Rai di
Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang luar kegiatan yang diperbolehkan. Kegiatan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan pemanfaatan Tahura yang dilakukan oleh
Pelestarian Alam. Dalam peraturan tersebut, tiga kelompok masyarakat diuraikan sebagai
pengelolaan Tahura terbatas pada kegiatan berikut.
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan (i) Kelompok Nelayan Segara Guna Batu
dan teknologi; pendidikan; koleksi Lumbang
keanekaragaman hayati; penyimpanan/ Kawasan mangrove yang dikelola oleh
penyerapan karbon, pemanfaatan air/energi kelompok nelayan Segara Guna Batu
air, panas, dan angin serta wisata alam; Lumbang merupakan bagian dari kawasan
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam Tahura Ngurah Rai. Pada awalnya, kawasan
rangka budidaya; pemanfaatan tradisional mangrove ini dikelola masyarakat sebagai
oleh masyarakat setempat; dan penangkaran tambak tradisional. Namun kemudian pihak
satwa/perbanyakan tumbuhan. Pemanfaatan pengelola menyewakan kawasan mangrove ke
tradisional yang dimaksud dalam PP tersebut pihak ketiga (swasta) yang memanfaatkannya
yaitu pemungutan hasil hutan bukan kayu, sebagai tambak intensif. Seiring pemanfaatan
budidaya tradisional, serta perburuan kawasan mangrove menjadi tambak intensif
tradisional terbatas untuk jenis yang tidak (perubahan pola pemanfaatan berupa tambak
dilindungi. tradisional menjadi tambak intensif), terjadi
2. Pemanfatan Tahura Ngurah Rai oleh penurunan pendapatan masyarakat secara
Masyarakat sekitar drastis. Fenomena ini membentuk persepsi
Keberadaan Tahura Ngurah Rai sangat nelayan Batu Lumbang yang menganggap
penting bagi kehidupan masyarakat baik keberadaan hutan mangrove lebih bermanfaat
pada saat ini maupun di masa yang akan dibandingkan jika areal mangrove dikonversi
datang. Mengingat masyarakat Bali yang menjadi tambak. Keberadaan mangrove
sebagian besar memiliki kepercayaan Hindu, dipercaya menjamin ketersediaan ikan,
selain mempertimbangkan aspek ekologi apalagi hampir 60% anggota kelompok
dan ekosistem mangrove, masyarakat nelayan memiliki mata pencaharian utama
menginginkan pengelolaan Tahura Ngurah sebagai nelayan.
Rai sesuai dengan kondisi sosial dan budaya Keberadaan mangrove bagi nelayan Batu
masyarakat Hindu. Lumbang tidak dapat dinilai dengan uang
Tingginya ketergantungan masyarakat mengingat fungsinya yang sangat penting dan
sekitar terhadap keberadaan mangrove peranannya bagi sumber pendapatan nelayan.
menuntut pengelolaan Tahura Ngurah Rai Sebagian besar nelayan Batu Lumbang yang
agar melibatkan masyarakat. Masyarakat memeluk agama Hindu memegang konsep
menyadari mereka berperan dalam menjaga Tri Hita Karana yang mengandung pengertian
kelestarian mangrove di Tahura Ngurah Rai. tiga penyebab keharmonisan, terdiri dari
Masyarakat berusaha untuk menerapkan asas parahyangan, pawongan dan palemahan.
keberlanjutan dalam kegiatan pemanfaatan Parahyangan berarti hubungan harmonis
mangrove di Tahura Ngurah Rai. Meskipun antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi
berdasarkan peraturan yang berlaku Wasa Tuhan Yang Maha Esa; pawongan
pengelolaan Tahura terbatas pada kegiatan merupakan hubungan harmonis antara manusia
66
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
67
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
68
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
analisis menunjukkan lokasi Tahura yang Bali atau 45,8% dari total ekosistem mangrove
strategis merupakan kekuatan yang memiliki di Bali (Dinas Kehutanan Provinsi Bali, 2014).
peringkat tertinggi. Lokasi yang strategis, Adanya rencana pengelolaan hutan mangrove
dikarenakan secara geografis hutan Mangrove dan aturan (kesepakatan lokal) merupakan
Tahura Ngurah Rai berada di Pulau Bali yang kekuatan dalam pengelolaan Tahura Ngurah
merupakan tujuan wisata bagi wisatawan Rai.
domestik maupun manca negara. Lokasi penelitian juga merupakan hutan
Tahura Ngurah Rai juga merupakan luasan mangrove yang terluas di Bali dengan aneka
mangrove dengan proporsi terbesar yaitu flora dan fauna yang khas (Gambar 2).
mencakup 63,1% dari total hutan mangrove di
69
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
Adanya masyarakat di sekitar mangrove dan Tukad Mati dan langsung bermuara di
dengan kearifan lokalnya merupakan Teluk Benoa. Tukad Mati memiliki panjang
kekuatan berikutnya dalam pengelolaan sekitar 21,7 km dengan luas DAS sekitar 44,5
mangrove. Masyarakat telah lama mengelola km2 (UPT Taman Hutan Raya Ngurah Rai,
hutan mangrove yang ada di sekitar Tahura 2015). Tukad Mati mengalir ke wilayah Kota
secara tradisional dengan menggunakan Denpasar dan Kuta yang keduanya padat
kearifan lokal. Penerapan sistem pengelolaan penduduk sehingga membawa hasil limbah
oleh masing-masing kelompok masyarakat industri dan rumah tangga yang volumenya
didasarkan kondisi karakteristik sosial, relatif tinggi dan bermuara di Kawasan
ekonomi, dan bentang alam sekitar. Bentuk Tahura.
pengelolaan mangrove oleh masyarakat lokal Kelemahan yang ketiga adalah
relatif mendukung kelestarian mangrove ketidakmampuan pengelola untuk mencegah
karena masyarakat lokal kehidupannya pensertifikatan hak milik dalam kawasan.
tergantung pada keberadaan ekosistem Berdasarkan data dari UPTD Tahura, ada
mangrove. beberapa masyarakat yang memiliki sertifikat
Adapun yang menjadi kelemahan utama di atas lahan yang mereka tempati padahal
dalam pengelolaan hutan mangrove di Tahura lahan tersebut masuk dalam kawasan hutan/
Ngurah Rai adalah banyaknya sampah. Tahura. Selain itu, di dalam kawasan Tahura
Sampah yang berada di kawasan Tahura terdapat penggunaan kawasan di luar kegiatan
Ngurah Rai berasal dari sungai, pasang surut kehutanan diantaranya tempat pembuangan
air laut, dan buangan dari masyarakat. akhir (TPA), instalasi pengolahan sampah
Kelemahan pengelolaan Tahura Ngurah Rai terpadu (IPST), instalasi pembuangan air
berikutnya yaitu pendangkalan/sedimentasi limbah (IPAL), dam estuary, lintasan avtur,
yang bersumber dari sungai-sungai di dan jalan (Kusumanegara, 2015). Tidak
sekelilingnya. Kawasan Tahura Ngurah Rai dipungkiri adanya pasang surut air laut
merupakan muara dari dua buah sungai yang menyebabkan terbawanya/hanyutnya sampah
cukup besar, yaitu Tukad Badung dan Tukad dari kawasan TPA/IPAL.
Mati. Tukad Badung berhulu sekitar 13 km
di sebelah utara Kota Denpasar, memiliki C. Faktor Eksternal Pengelolaan
panjang sekitar 22 km, dan luas daerah aliran Mangrove
sungai (DAS) sekitar 38,9 km2 (UPT Taman Dari sisi faktor eksternal, peluang utama
Hutan Raya Ngurah Rai, 2015). Tukad Mati dalam mengelola Tahura Ngurah Rai adalah
yang mengalir melintasi wilayah kuta terdiri potensi wisata asing dan domestik yang terus
dari dua sungai kecil yaitu: Tukad Tebe meningkat. Dari Gambar 3 dapat dilihat
70
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
penerimaan dari kegiatan ekowisata di Tahura Sementara itu yang menjadi ancaman utama
yang meningkat dari tahun 2010 hingga kelestarian hutan mangrove Tahura Ngurah
tahun 2012. Besarnya retribusi pengunjung Rai adalah kepentingan pihak-pihak tertentu,
yang menikmati kegiatan ekowisata di yaitu kepentingan dari pihak atau sektor lain
kawasan Tahura Ngurah Rai diatur dalam yang ingin mengembangkan wilayah sekitar
Peraturan Gubernur Bali Nomor 68 Tahun Tahura yang cenderung menghilangkan atau
2014. Penurunan pendapatan pada tahun mengurangi keberadaan dan kelestarian hutan
2013 dikarenakan ditutupnya kawasan Tahura mangrove, contohnya rencana Reklamasi Teluk
untuk umum akibat rusaknya tracking pada Benoa. Jika reklamasi terjadi, diperkirakan
beberapa lokasi yang dapat membahayakan banyak menimbulkan permasalahan negatif
pengunjung. Kawasan Tahura Ngurah Rai seperti sedimentasi yang semakin cepat,
dibuka kembali untuk umum pada bulan merubah struktur komunitas mangrove, dan
September 2014. merusak habitat dan ekosistem Tahura. Hal
Peluang pengelolaan Tahura berikutnya tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan
yaitu lokasi Tahura yang dekat dengan obyek hutan mangrove Tahura Ngurah Rai telah
wisata lain yang merupakan tujuan wisatawan mengalami politisasi lingkungan oleh aktor-
domestik dan manca negara. Tahura Ngurah aktor dengan berbagai kepentingannya. Hal
Rai berada di segi tiga emas pusat pariwisata tersebut akan menyebabkan kompleksitas
Bali; di mana lokasinya berdekatan dengan dalam perencanaan dan pengelolaan dan
Pantai Sanur, Pantai Kuta, kawasan Jimbaran, juga akan berdampak terhadap kebijakan
dan Nusa Dua (UPT Tahura Ngurah Rai, 2015). pemerintah kedepannya (Febryano, Suharjito,
Posisi yang strategis ini memungkinkan Darusman, Kusmana, & Hidayat, 2015).
pengunjung obyek wisata lain yang pada Perilaku hidup masyarakat di luar kawasan
awalnya tidak berniat mengunjungi Tahura Tahura Ngurah Rai berpengaruh terhadap
setelah memperoleh informasi/mengetahui pengelolaan Tahura, dimana pembuangan
adanya ekowisata Tahura menjadi tertarik limbah di daerah hulu merupakan ancaman bagi
untuk berkunjung. Tabel 3 menyajikan faktor- kelestarian mangrove. Sungai Tukad Badung
faktor yang menjadi peluang dan ancaman dan Tukad Mati seringkali mengakibatkan
pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah Rai. banjir pada musim hujan akibat tingginya
Ancaman (Threats):
1. Kepentingan pihak-pihak tertentu 0,88
2. Pembuangan limbah di daerah hulu 0,84
3. Pembangunan infrastruktur akibat lokasi yang strategis 0,76
4. Pencemaran air akibat dekat dengan pelabuhan 0,76
5. Dampak langsung dan tidak langsung dari aktivitas pariwisata yang tinggi 0,60
71
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
BERBAGAI PELUANG
Kuadran 3 Kuadran 1
Mendukung strategi Mendukung strategi
turn-around agresif
KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL
Kuadran 4 Kuadran 2
Mendukung strategi Mendukung strategi
defensif diversifikasi
BERBAGAI ANCAMAN
72
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
yang mengakomodir kepentingan ekologi, kawasan. Zonasi di Tahura terdiri dari blok
ekonomi dan sosial (Karlina, Kusmana, perlindungan, blok pemanfaatan dan blok
Marimin, & Bismark, 2016). Strategi-strategi lainnya. Masyarakat sekitar Tahura belum
yang dihasilkan dari FGD kemudian diurutkan mengetahui dengan jelas batas-batas zonasi
kembali berdasarkan penilaian kepentingan ini, sehingga perlu adanya sosialisasi.
pihak-pihak terkait untuk menentukan Peraturan perundangan dan kebijakan
urutan strategi yang menjadi prioritas untuk yang tidak tepat dan tidak efektif dapat
dilaksanakan. Dari hasil pengolahan data, berakibat pada kegagalan dalam pengelolaan
strategi yang paling mendapat perhatian dari mangrove lestari seperti yang terjadi di
para pihak dapat dilihat pada Tabel 5. Afrika Barat (Feka, 2015). Tidak jelasnya
Dari Tabel 5 dapat dilihat urutan strategi aturan mengenai lembaga yang menangani
prioritas tertinggi adalah implementasi dan pengelolaan mangrove menyebabkan
penegakan aturan tentang mangrove, terkait banyaknya lembaga yang terlibat akan tetapi
zonasi dan regulasi yang menyertainya. perencanaannya tidak terkoordinasi. Hal
Dengan memahami batas-batas zonasi, para ini berakibat pada kurangnya pertimbangan
pihak terkait dapat menentukan kegiatan apa mengenai hutan mangrove dalam keputusan-
yang diperbolehkan untuk dilakukan dalam keputusan pengelolaaan (Feka, 2015). Hutan
73
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
Tabel 5. Urutas prioritas strategi dalam pengelolaan hutan mangrove Tahura Ngurah Rai
Table 5. Rank of strategy priority in managing mangrove forest in Ngurah Rai Grand Forest Park
Peringkat Strategi Skor
(Ranking) (Strategy) (Score)
1 Implementasi dan penegakan aturan yang jelas 2,4
mangrove perlu diatur oleh peraturan dan peraturan yang terkait sampah ke dalam
kebijakan khusus yang mempertimbangkan peraturan adat/awig-awig merupakan solusi
aspek sosial, ekonomi, dan ekologi yang ditawarkan.
ekosistem mangrove. Peraturan kebijakan Strategi pengelolaan hutan mangrove
yang diterapkan harus mendorong insentif Tahura Ngurah Rai berikutnya adalah
ekonomi yang mempromosikan pemangku penyuluhan dan pendidikan lingkungan
kepentingan terkait untuk melindungi dan terhadap masyarakat lokal yang dapat
mengelola ekosistem mangrove (Feka, meningkatkan persepsi positif masyarakat
2015). Pada kasus Tahura Ngurah Rai, sudah terhadap pentingnya ekosistem mangrove.
ada lembaga khusus yang menangani yaitu Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
UPTD Tahura Ngurah Rai, akan tetapi masih mangrove sejalan dengan pernyataan
diperlukan penguatan kelembagaan berupa Abdullah et al. (2014) bahwa persepsi
peningkatan kapasitas sumber daya manusia positif dan kesadaran masyarakat lokal akan
(SDM) seperti kemampuan entrepreneurship pentingnya mangrove berkontribusi positif
dan berbahasa asing. terhadap kegiatan rehabilitasi dan konservasi.
Pengelolaan sampah dan pengendalian Pelibatan masyarakat lokal secara aktif harus
pencemaran merupakan strategi berikutnya dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap
yang harus dilakukan. Permasalahan pelaporan, dan proses ini didokumentasikan
sampah merupakan permasalahan terbesar untuk mempermudah untuk pelacakan dan
yang merusak ekosistem mangrove dan replikasi di tempat lain (Nguyen et al., 2016).
mengurangi daya tarik hutan mangrove. Perencanaan pembangunan yang strategis
Untuk melaksanakan strategi ini diperlukan yang mempertimbangkan daya dukung dan
kerja sama dan koordinasi yang baik dari daya tampung mangrove merupakan strategi
hulu hingga hilir baik tingkat masyarakat yang keempat. Kemampuan mangrove untuk
maupun pemerintah. Hal ini sejalan dengan melakukan regenerasi berbeda-beda antar
yang dikemukakan (Abdullah et al., 2014), lokasi sebagaimana setiap hutan mangrove
berdasarkan kajian yang dilakukan di Perak mempunyai karakteristik yang berbeda
dan Selangor bahwa kegiatan peningkatan (Ferreira et al., 2015). Umur vegetasi
kesadaran sebaiknya dilakukan mulai dari mangrove, kekayaan jenis, dan keragaman
tingkat desa (grassroot), kabupaten, dan struktur akan memengaruhi ketersediaan
provinsi; dengan pembagian wewenang dan jasa lingkungan ekosistem mangrove (Van
tanggung jawab antara pembuat kebijakan Oudenhoven et al., 2015). Van Oudenhoven et
dan LSM. Dalam mengatasi permasalahan al. (2015) berargumen bahwa rehabilitasi dan
sampah di Tahura Ngurah Rai, pengintegrasian perlindungan mangrove jangka panjang dapat
74
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
meningkatkan ketersediaan jasa lingkungan dan kearifan lokal yang ada di sekitar Tahura
dari ekosistem mangrove. seperti Kelompok Nelayan Segara Guna Batu
Miteva et al. (2015) mengidentifikasi Lumbang, Kelompok Nelayan Deluang Sari,
beberapa penunjukan kawasan lindung dan Kelompok Nelayan Wanasari; harus
di Indonesia tidak berhasil melindungi dilibatkan dalam usaha-usaha pelestarian
mangrove yang menunjukkan perlunya mangrove.
strategi baru yang membedakan beberapa
tipe kawasan lindung. Penerapan pembayaran IV. KESIMPULAN DAN SARAN
pengurangan emisi karbon berdasarkan
prestasi sebagai kebijakan mitigasi perubahan A. Kesimpulan
iklim, merupakan salah satu alternatif skema Masyarakat sekitar Tahura Ngurah
untuk melindungi ekosistem mangrove. Rai memiliki ketergantungan yang tinggi
Pengembangan pariwisata yang terhadap keberadaan ekosistem mangrove
melibatkan masyarakat dan kearifan lokal Tahuran Ngurah Rai. Masyarakat setempat
merupakan strategi pengelolaan berikutnya. memanfaatkan Tahura dalam bentuk usaha
Saat ini beberapa kelompok masyarakat wisata alam, penangkaran satwa jenis penyu,
setempat telah mengembangkan ekowisata pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya
di dalam kawasan Tahura, akan tetapi masih ikan dan kepiting, serta penangkapan ikan
perlu disesuaikan dengan aturan pengelolaan dan kepiting secara tradisional. Masyarakat
pariwisata di tahura pengelolaannya yang menyadari mereka berperan dalam menjaga
saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah kelestarian mangrove di Tahura, oleh
(PP) Republik Indonesia Nomor 36 Tahun karenanya mereka menerapkan kearifan lokal
2010. Berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 2010 setempat untuk mendukung keberlanjutan
pengusahaan pariwisata di dalam kawasan keberadaan mangrove.
Tahura dilakukan melalui pemberian izin, Faktor internal yang menjadi kekuatan
sedangkan yang dilakukan masyarakat masih dalam pengelolaan mangrove di Tahura
belum memiliki izin. Ngurah Rai Bali yaitu lokasi yang strategis,
Terkait pemanfaatan kawasan Tahura merupakan luasan hutan mengrove terbesar
oleh masyarakat setempat, Pemerintah di Bali, adanya rencana pengelolaan
tidak bisa hanya melarang dan membatasi Tahura dan aturan (kesepakatan lokal) yang
apa yang sudah dikembangkan masyarakat mengatur pengelolaan hutan mangrove, dan
lokal tanpa menyediakan kegiatan sebagai keanekaragaman flora dan fauna yang khas.
sumber pendapatan alternatif lain (Reichel Namun demikian, terdapat juga beberapa
et al., 2009). Selain itu, sumber pendapatan kelemahan dari faktor internal yaitu banyaknya
alternatif harus menawarkan perspektif sampah dan limbah, terjadinya pendangkalan
ekonomi yang lebih dari apa yang dilakukan akibat sedimentasi dan ketidakmampuan
saat ini (yang nantinya akan dilarang pengelola untuk mencegah pensertifikatan
dilakukan). Pemahaman modal budaya suatu Tahura dan penggunaan Tahura untuk kegiatan
masyarakat merupakan pelajaran yang penting non kehutanan.
sebagai usaha untuk mengkonservasi sumber Berdasar faktor eksternal, beberapa
daya alam, terutama mangrove. Hasil kajian hal penting yang menjadi peluang dalam
Salampessy et al., (2015) mengungkapkan pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah
bahwa pengetahuan ekologi tradisional dan Rai Bali adalah potensi wisatawan yang
pembentukan lembaga lokal merupakan terus meningkat, dekat dengan objek wisata
modal budaya yang mendukung kelestarian lain, dan adanya komitmen pemerintah
mangrove di Teluk Ambon Dalam. Untuk daerah untuk mengelola hutan mangrove.
kasus di Tahura Ngurah Rai, lembaga adat Sementara itu, faktor eksternal yang
75
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
76
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)
Karlina, E., Kusmana, C., Marimin, & Bismark, M. Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal
(2016). Analisis keberlanjutan pengelolaan Ilmu Lingkungan , 6 (2), 1--6.
hutan lindung mangrove di Batu Ampar, Rangkuti, F. (1997). Analisis SWOT : Teknik
Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan membedah kasus bisnis - reorientasi konsep
Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, perencanaan strategis untuk menghadapi
13 (3), 201--219. abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Rauch, P., Wolfsmayr, U., Borz, S.A., Triplat, M.,
(2015). Peta kepekaan lingkungan pesisir Krajnc, N., Kolck, M., Handlos, M. (2015).
dan laut Teluk Benoa Bali. (Laporan Akhir). SWOT analysis and strategy development for
Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan forest fuel supply chains in South East Europe.
Kehutanan. Forest Policy and Economic, 61, 87-94.
Kurttila, M., Pesonen, M., Kangas, J., & Kajanus, Reichel, C., Frmming, U.U., & Glaser, M. (2009).
M. (2000). Utilizing the analytic hierarchy Conflicts between stakeholders groups
process (AHP) in SWOT analysis a affecting the ecology and economy of
hybrid method and its application to a forest- the Segara Anakan region. Regional
certification case. Policy Economic, 1, 4652. Environmental Change, 9, 335343.
Kusumanegara, A. (2015, September). Selamat datang Salampessy, M. ., Febryano, I. ., Martin, E., Siahaya,
di kawasan Taman Hutan Raya Ngurah M., & Papilaya, R. (2015). Cultural capital
Rai. (Bahan presentasi pada kunjungan of the communities in the mangrove
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan conservatiom in the coastal areas of Ambon
Timur). Denpasar: 15 September 2015. Dalam Bay, Moluccas, Indonesia. Procedia
Miteva, D.A., Murray, B.C., & Pattanayak, S.K. Environmental Sciences, 23, 222229.
(2015). Do protected areas reduce blue carbon Scolozzi, R., Schirpke, U., Morri, E., & DAmato,
emissions? A quasi-experimental evaluation D. (2014). Ecosystem service-based SWOT
of mangroves in Indonesia. Ecological analysis of protected areas for conservation
Economics, 119, 127135. strategies. Journal of Environmental
Nguyen, T.P., Tam, N.V., Quoi, L.P., & Parnell, K.E. Management, 146, 543551.
(2016). Community perspectives on an Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
internationally funded mangrove restoration Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
project: Kien Giang Province, Vietnam. Ekosistemnya.
Ocean and Coastal Management, 119, 146
UPT Taman Hutan Raya Ngurah Rai. (2012). Wisata
154.
alam taman hutan raya. Denpasar: UPT
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Taman Hutan Raya Ngurah Rai.
7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
UPT Taman Hutan Raya Ngurah Rai. (2015). Penataan
Tumbuhan dan Satwa.
blok pengelolaan Tahura Ngurah Rai.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Denpasar: UPT Taman Hutan Raya Ngurah
Tahun 2011 Tentang Kawasan Suaka Alam Rai.
dan Kawasan Pelestarian Alam.
Van Oudenhoven, A.P.E., Siahainenia, A.J., Sualia,
Pickton, D., & Wright, S. (1998). Whats SWOT in I., Tonneijck, F. H., van der Ploeg, S., de
strategic analysis? Strategic Change, 7, 101 Groot, R., Leemans, R. (2015). Effects of
109. different management regimes on mangrove
Qodrina, P., Hamidy, R., & Zulkarnaini. (2012). ecosystem services in Java, Indonesia. Ocean
Valuasi ekonomi ekosistem mangrove di and Coastal Management, 116, 353367.
Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan
77
78