Anda di halaman 1dari 19

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/317365323

STRATEGI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN


HUTAN MANGROVE DI TAHURA NGURAH RAI
BALI

Article June 2017


DOI: 10.20886/jakk.2017.14.1.61-77

CITATIONS READS

0 431

4 authors, including:

Iis Alviya
Ministry of Forestry, Indonesia
10 PUBLICATIONS 8 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Enhancing Smallholder Benefits from REDD+ in Indonesia View project

Enhancing Smallholder Benefits from Reduced Emissions from Deforestation and Forest Degradation
in indonesia View project

All content following this page was uploaded by Iis Alviya on 11 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77
p-ISSN 0216-0897
e-ISSN 2502-6267
Terakreditasi No. 755/AU3/P2MI-LIPI/08/2016

STRATEGI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI


TAHURA NGURAH RAI BALI
(Strategy of Mangrove Management in Ngurah Rai Grand Forest Park)
Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia
E-mail: mega_lugina@yahoo.com; iis_alviya@yahoo.com; indartik32@yahoo.co.id; auliamirna@gmail.com

Diterima 29 Januari 2017, direvisi 9 Mei 2017, disetujui 9 Mei 2017

ABSTRACT

Pressures from various interests towards Ngurah Rai Grand Forest Park have potential to trigger of damage on
mangrove ecosystem. The study aims to identify the utilization of mangroves at Ngurah Rai Grand Forest Park by
local communities; to identify internal and external factors of mangrove management; and to determine mangrove
management strategies. Based on SWOT analysis, the two highest internal factors which become the strengths
in mangrove management are the strategic location and the largest proportion of mangrove ecosystem in Bali.
While, the internal factors that become the weaknesses are the existence of garbage, mud and the sedimentation
in downstream area. External factors that become opportunities for mangrove management are among others,
increasing number of tourists and the location that close to other tourist destination. The threats to its management
iclude the interest of certain parties which tend to reduce the existence and sustainability of mangrove forests and
waste disposal from upstream areas. Five mangrove management strategies that should be implemented, namely:
implementation and enforcement of clear rules; waste management and pollution control; raising awareness and
education to local communities on the importance of environment; strategic development planning considering
carrying capacity; tourism development that involves the community and local wisdom.

Keyword: Mangrove ecosystem; Ngurah Rai Grand Forest Park; management strategy; SWOT analysis

ABSTRAK
Adanya tekanan dari berbagai kepentingan terhadap kawasan Tahura Ngurah Rai berpotensi menjadi penyebab
kerusakan tanaman mangrove yang menyebabkan perubahan ekosistem. Penelitian ini bertujuan: mengidentifikasi
pemanfaatan mangrove oleh masyarakat; mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan
mangrove; dan menentukan strategi pengelolaan mangrove. Analisis SWOT digunakan dalam penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dua faktor internal tertinggi yang menjadi kekuatan pengelolaan mangrove di
Bali adalah lokasi yang strategis dan merupakan ekosistem mangrove terbesar di Bali. Sedangkan faktor internal
yang menjadi kelemahan adalah banyaknya sampah dan lumpur serta adanya sedimentasi di Tahura bagian hilir.
Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang pengelolaan mangrove yaitu wisatawan yang terus meningkat
dan lokasi yang dekat dengan objek wisata lain. Sedangkan yang menjadi ancaman pengelolaan adalah adanya
kepentingan pihak-pihak tertentu yang cenderung mengurangi keberadaan dan kelestarian hutan mangrove,
pembuangan sampah di daerah hulu yang masih terjadi, dan pembangunan infrastruktur di sekitar. Lima strategi
pengelolaan mangrove di Bali adalah implementasi dan penegakan aturan yang jelas, terkait zonasi dan regulasi
yang menyertainya; pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran; penyuluhan dan pendidikan lingkungan
terhadap masyarakat; perencanaan pembangunan strategis yang mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung mangrove; pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat dan kearifan lokal.

Kata Kunci: Ekosistem Mangrove; Tahura Ngurah Rai; strategi pengelolaan; analisis SWOT

2017 JAKK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jakk.2017.14.1.61-77 61
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

I. PENDAHULUAN Tahura bertambah lagi dengan dikeluarkannya


Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014
Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai
Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan
Kehutanan (Kepmenhut) Nomor 544/Kpts-
Tabanan, yang membuka peluang kegiatan
II/1993 tanggal 25 September 1993 dengan
reklamasi.
luas 1.373,50 ha. Kawasan Tahura Ngurah
Tidak dapat dipungkiri bahwa lokasi
Rai meliputi enam desa di Denpasar yaitu
Tahura Ngurah Rai yang berada di kawasan
Sanur Kauh, Sidakarya, Sesetan, Serangan,
yang sangat strategis yaitu di pusat bisnis dan
Pedungan dan Pemogan; serta meliputi
pariwisata Bali, menimbulkan banyak tekanan
enam desa di Kabupaten Badung yaitu Kuta,
dari berbagai kepentingan. Tekanan terhadap
Kedongan, Tuban, Jimbaran, Benoa, dan
kawasan Tahura berpotensi menjadi penyebab
Tanjung Benoa (UPT Tahura Ngurah Rai,
kerusakan tanaman mangrove yang akhirnya
2012).
akan menyebabkan perubahan ekosistem.
Ekosistem mangrove di Tahura Ngurah Sementara ekosistem mangrove merupakan
Rai memiliki peran sosial, ekonomi, budaya salah satu sumber daya penting yang memiliki
dan ekologi bagi masyarakat yang tinggal di fungsi fisik, biologi dan ekonomi (Ambinari,
wilayah pesisir dan masyarakat Pulau Bali Darusman, Alikodra, & Santoso, 2016;
pada umumnya. Masyarakat di sekitar Tahura Heriyanto & Subiandono, 2016; Qodrina,
Ngurah Rai memanfaatkan mangrove baik Hamidy, & Zulkarnaini, 2012). Di sisi lain,
secara individu maupun berkelompok yang pengelolaan kawasan Tahura Ngurah Rai
umumnya berupa kelompok nelayan berada sampai saat ini belum berjalan secara optimal
di bawah lembaga adat di masing masing karena adanya berbagai permasalahan yaitu
desa. perambahan, pencemaran, aktivitas penduduk
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi di sekitar kawasan, seperti pembuangan
Bali Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi sampah, pembuangan material urugan,
Jasa Usaha, pengelolaan Tahura Ngurah penebangan, adanya sampah kiriman akibat
Rai berada dibawah Unit Pelaksana Teknis pembuangan sampah ke badan sungai yang
Daerah (UPTD) Tahura Ngurah Rai di bawah bermuara di kawasan mangrove terutama
koordinasi Dinas Kehutanan Provinsi Bali. sampah plastik. Permasalahan sampah
Pengelolaan kawasan Tahura Ngurah Rai merupakan permasalahan yang telah lama
dibagi dalam blok-blok kegiatan meliputi dihadapi dikarenakan kawasan Tahura Ngurah
blok perlindungan, blok pemanfaatan, dan Rai merupakan muara dari dua sungai besar
blok lainnya (khusus; religi, budaya, dan yaitu Tukad Badung Cemengon dan Tukad
sejarah; rehabilitasi; dan tradisional) (UPT Mati.
Tahura Ngurah Rai, 2015). Namun dalam Mengingat pentingnya fungsi ekosistem
kenyataannya, di dalam kawasan Tahura mangrove dan adanya konflik kepentingan
terdapat kegiatan pinjam pakai kawasan penggunaan kawasan Tahura, maka
seluas 178,2245 ha mencakup pinjam pakai diperlukan pengelolaan hutan yang
untuk penggunaan lagoon, pembangkit berkelanjutan dengan memerhatikan kondisi
listrik PLN, kepentingan pembuatan jalan, sosial ekonomi masyarakat, fungsi Tahura
penggunaan untuk estuary dam, areal untuk dan kepentingan para pihak yang ada di
pengembangan keramik, menara pemantau sekitar Tahura. Tujuan penelitian ini yaitu
angin, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan (1) mengidentifikasi pemanfaatan mangrove
Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), oleh masyarakat sekitar Tahura Ngurah Rai,
serta lintasan pipa avtur (Kusumanegara, (2) mengidentifikasi faktor internal dan
2015). Kompleksitas penggunaan kawasan eksternal dalam pengelolaan mangrove, (3)

62
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

merumuskan strategi pengelolaan mangrove dan faktor eksternal dalam pengelolaan


di Tahura Ngurah Rai. mangrove di Tahura Ngurah Rai. Responden
meliputi pengelola Tahura Ngurah Rai (UPT
II. METODE PENELITIAN Tahura), Dinas Kehutanan Provinsi, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
A. Metode Pengumpulan Data Provinsi, Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Penelitian dilakukan mulai Agustus Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Unda
2015 sampai dengan Mei 2016 di Tahura Anyar, Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Ngurah Rai, Bali (Gambar 1), yang terletak (BKSDA) Bali, Balai Pengendalian Perubahan
di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung (639 Iklim, kelompok nelayan, perguruan tinggi,
ha) dan Kecamatan Denpasar Selatan Kota dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Denpasar (734,50 ha) (UPT Tahura Ngurah Setelah diketahui faktor-faktor internal
Rai, 2012). Letak geografis Tahura Ngurah dan eksternal, dilakukan Focus Group
Rai adalah 11510-11515 BT dan 841- Discussion (FGD) untuk menentukan strategi
847 LS. pengelolaan mangrove lestari yang disepakati
Data yang digunakan dalam penelitian oleh para pihak yang berkepentingan dengan
ini berupa data primer dan data sekunder. keberadaan Tahura Ngurah Rai. Pada kajian
Data primer diperoleh dari kuesioner ini, untuk mengetahui persepsi masyarakat
yang digunakan sebagai alat bantu untuk yang tinggal di dalam dan sekitar Tahura
menentukan faktor kunci, faktor internal Ngurah Rai, dilakukan wawancara terhadap

Sumber (Source): Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam, 1999


Gambar 1. Peta Tahura Ngurah Rai
Figure 1. Map of Ngurah Rai Grand Forest Park

63
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

tiga kelompok nelayan yang diasumsikan padat penduduk. Lebih jauh, SWOT
memiliki kepentingan terhadap Tahura. dapat digunakan untuk mengidentifikasi
Ketiga kelompok nelayan tersebut yaitu faktor-faktor internal dan eksternal yang
kelompok nelayan Batu Lumbang, kelompok memengaruhi konservasi keanekaragaman
penangkar penyu Deluang Sari dan kelompok hayati dan pembagian jasa lingkungan dengan
nelayan Wanasari. menggunakan indikator sosial, ekonomi dan
Data sekunder diperoleh melalui lingkungan.
pengumpulan berbagai literatur dari berbagai Kelemahan yang dijumpai dalam analisis
instansi, perguruan tinggi dan situs jaringan. SWOT adalah hasil yang kurang memadai
dan sifatnya sangat umum (normatif) serta
B. Metode Analisis kurang menggambarkan faktor-faktor sebab
Metode Analisis SWOT akibat yang berpengaruh. Akibatnya, proses
pengembangan strategi tidak berhubungan
Analisis Strength, Weakness, Opportunity
dengan output SWOT. Analisis SWOT juga
Threat (SWOT) merupakan metode yang
sering menemui kegagalan dalam melakukan
paling sering digunakan dalam pengembangan
pemeringkatan tingkat kepentingan faktor-
strategi, yaitu dengan mengidentifikasi
faktor yang berbeda dalam satu kategori (Hill
kekuatan dan kelemahan internal pada satu
& Westbrook, 1997). Kelemahan lain dari
sisi serta peluang dan ancaman eksternal pada
SWOT adalah ketergantungan hasilnya pada
sisi yang lain (Rauch et al., 2015). Rangkuti
keahlian dan kemampuan orang-orang yang
(1997) menyatakan bahwa Analisis SWOT
terlibat. Hal ini disebabkan karakternya yang
merupakan suatu analisis yang bertujuan
bersifat analisis kualitatif (Kurttila, Pesonen,
untuk mengidentifikasi berbagai faktor
Kangas & Kajanus, 2000).
secara sistematis dalam merumuskan suatu
Tahap-tahap dalam analisis SWOT pada
strategi. Lebih jauh lagi, Kajanus, et al.
penelitian ini meliputi:
(2012) menyatakan bahwa pemeringkatan
1. Identifikasi faktor kunci. Faktor kunci
kepentingan faktor-faktor dalam kategori
pengelolaan mangrove di suatu daerah
SWOT (contoh: kekuatan) serta pemeringkatan
dapat berupa sumber daya alam, sumber
atas pilihan strategi alternatif dapat dilakukan
daya manusia, sarana-sarana, regulasi dan
dengan keputusan para analis yang terlibat
potensi wisatawan.
(judgement of the analyser).
2. Menganalisis faktor strategi internal dan
Pada dasarnya, analisis SWOT
eksternal. Penentuan berbagai faktor
menggali kekuatan dan kelemahan internal,
serta bobot dan tingkat kepentingan setiap
serta peluang dan ancaman suatu objek
faktor diperoleh dari hasil kuesioner
analisis. Proses SWOT yang mendorong
dan wawancara dengan narasumber
terjadinya diskusi di antara anggota kelompok
yang berkompeten di bidangnya dan
dari berbagai disiplin keahlian mendorong
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
perkembangan penggunaannya sebagai
Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
metode perencanaan partisipatif yang
subyektivitas responden.
melibatkan multi perspektif (Pickton &
Cara penentuan faktor strategi internal dan
Wright, 1998). Scolozzi, Schirpke, Morri &
eksternal adalah sebagai berikut:
D'Amato (2014) menggunakan analisis SWOT
a. Cara penentuan faktor strategi internal
untuk mendukung kebijakan konservasi
1. Menentukan faktor-faktor yang
dan lingkungan dengan mempertimbangkan
menjadi kekuatan serta kelemahan
faktor-faktor yang diasumsikan memengaruhi
dari kegiatan pengelolaan mangrove di
keberhasilan dan kegagalan usaha-usaha
Tahura Ngurah Rai.
konservasi dan perlindungan pada kawasan
2. Memberi bobot masing-masing

64
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

Tabel 1. Diagram Matriks SWOT


Table 1.Matrix diagram of SWOT
Internal (Internal)/ Strength (S) Weakness (W)
Eksternal (External) Tentukan faktor kekuatan internal Tentukan faktor kelemahan
internal
Opportunity (O) Strategy S-O (Strategi menggunakan Strategi W-O (Strategi
Tentukan faktor peluang kekuatan untuk memanfaatkan meminimalkan kelemahan untuk
eksternal peluang) memanfaatkan peluang)
Threat (T) Strategy S-O (Strategi menggunakan Strategi W-O (Strategi
Tentukan faktor ancaman kekuatan untuk mengatasi ancaman) meminimalkan kelemahan untuk
eksternal menghindari anacaman)
Sumber (Source): Rangkuti (1997)

faktor tersebut sesuai dengan 1. Matriks SWOT


tingkat kepentingannya atau tingkat Menentukan faktor internal dan faktor
manfaatnya. Bobot dihasilkan dari eksternal selanjutnya faktor-faktor
rata-rata tingkat manfaat semua faktor tersebut dihubungkan dalam matriks
dikalikan 100%. Jumlah seluruh bobot untuk memperoleh beberapa alternatif
harus sebesar 100% atau 1,00. strategi. Matriks ini memungkinkan
3. Menghitung rating atau nilai strategi sebagai berikut (Tabel 1).
kesesuaian untuk masing-masing
faktor berdasarkan pengaruh/respon III. HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor-faktor terhadap pengelolaan
A.
Aturan dan Pemanfaatan Tahura
mangrove lestari di Tahura Ngurah
Ngurah Rai oleh Masyarakat Sekitar
Rai. Pemberian nilai dilakukan dengan
kodefikasi 5 = sangat sesuai, 4 = sesuai, 1. Aturan Pemanfaatan Tahura
3 = cukup sesuai, 2 = tidak sesuai, 1 = Taman hutan raya (Tahura) memiliki
sangat tidak sesuai). keterbatasan dalam hal pemanfaatan oleh
4. Mengalikan bobot dengan rating atau masyarakat dan pengelola. Batasan pengelolaan
Nilai Kesesuaian untuk memperoleh kawasan Tahura berupa peraturan perundang-
skor pembobotan untuk masing-masing undangan yang mengatur tentang pengelolaan
faktor. kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
b. Cara penentuan faktor strategi eksternal alam, tidak terkecuali Tahura Ngurah Rai.
1. Menentukan faktor-faktor yang Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
menjadi peluang dan ancaman dari 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
kegiatan pengembangan wisata Hayati dan Ekosistemnya, taman hutan raya
mangrove di Tahura Ngurah Rai. adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan
2. Memberi bobot masing-masing koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami
faktor tersebut sesuai dengan atau buatan, jenis asli dan bukan asli, yang
tingkat kepentingannya atau tingkat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,
manfaatnya. ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
3. Menghitung rating atau nilai budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
kesesuaian. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan
4. Mengalikan bobot dengan rating atau dengan ciri khas tertentu, baik di darat
nilai kesesuaian untuk memperoleh maupun di perairan yang mempunyai fungsi
skor pembobotan untuk masing- perlindungan sistem penyangga kehidupan,
masing faktor. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan

65
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

dan satwa serta pemanfaatan secara lestari penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. menunjang budidaya, budaya, pariwisata
Pengelolaan kawasan suaka alam dan dan rekreasi; dalam kenyataannya terdapat
kawasan pelestarian alam diatur dalam kegiatan masyarakat/kelompok masyarakat
Peraturan Pemerintah (PP) Republik yang berlokasi di dalam Tahura Ngurah Rai di
Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang luar kegiatan yang diperbolehkan. Kegiatan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan pemanfaatan Tahura yang dilakukan oleh
Pelestarian Alam. Dalam peraturan tersebut, tiga kelompok masyarakat diuraikan sebagai
pengelolaan Tahura terbatas pada kegiatan berikut.
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan (i) Kelompok Nelayan Segara Guna Batu
dan teknologi; pendidikan; koleksi Lumbang
keanekaragaman hayati; penyimpanan/ Kawasan mangrove yang dikelola oleh
penyerapan karbon, pemanfaatan air/energi kelompok nelayan Segara Guna Batu
air, panas, dan angin serta wisata alam; Lumbang merupakan bagian dari kawasan
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam Tahura Ngurah Rai. Pada awalnya, kawasan
rangka budidaya; pemanfaatan tradisional mangrove ini dikelola masyarakat sebagai
oleh masyarakat setempat; dan penangkaran tambak tradisional. Namun kemudian pihak
satwa/perbanyakan tumbuhan. Pemanfaatan pengelola menyewakan kawasan mangrove ke
tradisional yang dimaksud dalam PP tersebut pihak ketiga (swasta) yang memanfaatkannya
yaitu pemungutan hasil hutan bukan kayu, sebagai tambak intensif. Seiring pemanfaatan
budidaya tradisional, serta perburuan kawasan mangrove menjadi tambak intensif
tradisional terbatas untuk jenis yang tidak (perubahan pola pemanfaatan berupa tambak
dilindungi. tradisional menjadi tambak intensif), terjadi
2. Pemanfatan Tahura Ngurah Rai oleh penurunan pendapatan masyarakat secara
Masyarakat sekitar drastis. Fenomena ini membentuk persepsi
Keberadaan Tahura Ngurah Rai sangat nelayan Batu Lumbang yang menganggap
penting bagi kehidupan masyarakat baik keberadaan hutan mangrove lebih bermanfaat
pada saat ini maupun di masa yang akan dibandingkan jika areal mangrove dikonversi
datang. Mengingat masyarakat Bali yang menjadi tambak. Keberadaan mangrove
sebagian besar memiliki kepercayaan Hindu, dipercaya menjamin ketersediaan ikan,
selain mempertimbangkan aspek ekologi apalagi hampir 60% anggota kelompok
dan ekosistem mangrove, masyarakat nelayan memiliki mata pencaharian utama
menginginkan pengelolaan Tahura Ngurah sebagai nelayan.
Rai sesuai dengan kondisi sosial dan budaya Keberadaan mangrove bagi nelayan Batu
masyarakat Hindu. Lumbang tidak dapat dinilai dengan uang
Tingginya ketergantungan masyarakat mengingat fungsinya yang sangat penting dan
sekitar terhadap keberadaan mangrove peranannya bagi sumber pendapatan nelayan.
menuntut pengelolaan Tahura Ngurah Rai Sebagian besar nelayan Batu Lumbang yang
agar melibatkan masyarakat. Masyarakat memeluk agama Hindu memegang konsep
menyadari mereka berperan dalam menjaga Tri Hita Karana yang mengandung pengertian
kelestarian mangrove di Tahura Ngurah Rai. tiga penyebab keharmonisan, terdiri dari
Masyarakat berusaha untuk menerapkan asas parahyangan, pawongan dan palemahan.
keberlanjutan dalam kegiatan pemanfaatan Parahyangan berarti hubungan harmonis
mangrove di Tahura Ngurah Rai. Meskipun antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi
berdasarkan peraturan yang berlaku Wasa Tuhan Yang Maha Esa; pawongan
pengelolaan Tahura terbatas pada kegiatan merupakan hubungan harmonis antara manusia

66
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

dengan sesamanya, meliputi keluarga, teman sebagai penyebab menurunnya pendapatan


dan masyarakat; danpalemahan merupakan masyarakat sekitar yang sebagian besar
hubungan harmonis antara umat manusia berprofesi sebagai nelayan.
dengan lingkungannya. Ketiga konsep inilah Pada tahun 1990-an, dari hasil memancing
yang dijadikan tolak ukur dalam menilai di laut, masyarakat dapat memperoleh
keberhasilan suatu pembangunan. tangkapan 10-15 kg ikan segar per hari. Akan
Nelayan Batu Lumbang tidak menginginkan tetapi gangguan yang ditimbulkan kegiatan
adanya perubahan yang drastis sebagai akibat wisata air mengakibatkan ikan hasil tangkapan
kegiatan pembangunan. Dampak kegiatan hanya mencapai 3 kg/hari. Pada tahun 1993,
pembangunan tidak hanya dipertimbangkan sebanyak 12 orang nelayan membentuk
untuk jangka pendek saja tetapi juga jangka kelompok nelayan dengan tujuan mencari
panjang. Rencana reklamasi Teluk Benoa, alternatif kegiatan yang dapat meningkatkan
yang saat ini mendapat banyak perdebatan pendapatan melalui pengembangan kegiatan
dari banyak pihak, sangat ditentang oleh bersama. Keprihatinan anggota kelompok
kelompok Nelayan Batu Lumbang. Mereka nelayan yang kemudian diberi nama
khawatir rencana reklamasi akan membatasi Kelompok Nelayan Deluang Sari terhadap
mata pencaharian, mengganggu kegiatan semakin punahnya penyu yang ada di kawasan
ibadah serta mengganggu keseimbangan mangrove sekitar, memberi inspirasi untuk
ekosistem mangrove. mengembangkan wisata yang berbasiskan
Untuk mengimbangi kegiatan pemanfaatan penangkaran penyu sebagai daya tarik.
kawasan mangrove, anggota kelompok Kelompok Nelayan Deluang Sari
nelayan melakukan kegiatan penanaman areal membangun penangkaran penyu di Tahura
mangrove yang gundul. Penanaman mangrove Ngurah Rai dengan membabat semak-semak
di pelosok-pelosok dilakukan dengan sekitar. Kegiatan tersebut pada awalnya
menggunakan kano. Untuk meningkatkan ditentang oleh Dinas Kehutanan Provinsi
kesadaran generasi muda mengenai Bali. Ternyata kegiatan penangkaran penyu
pentingnya rehabilitasi mangrove, dilakukan membawa dampak positif baik dari sisi
pelibatan murid-murid sekolah dasar dan konservasi dan ekonomi. Dari sisi konservasi,
Pramuka. Kelompok Nelayan Batu Lumbang dengan adanya kegiatan penangkaran, maka
memiliki pembibitan mangrove untuk kelestarian satwa penyu dapat dipertahankan.
mengganti tanaman mangrove yang mati. Terdapat tiga jenis penyu yang ditangkarkan
Keterampilan cara pembibitan dan penanaman di Deluang Sari Turtle Farm yaitu Penyu
mangrove diperoleh dari pembinaan yang Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik
dilakukan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Lekang
Wilayah I (dengan adanya Peraturan Menteri (Lepidochelys olivachea). Ketiga jenis
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor penyu tersebut merupakan jenis penyu yang
P.13/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 berubah dilindungi oleh peraturan perundangan yang
menjadi Balai Pengendalian Perubahan Iklim berlaku berdasarkan Peraturan Pemerintah
dan Kebakaran Hutan dan Lahan). Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
(ii) Kelompok Nelayan Deluang Sari Seiring berjalannya waktu, perilaku
Kelompok nelayan Deluang Sari kelompok nelayan Deluang Sari yang berusaha
beranggotakan penangkar penyu di sekitar menangkar penyu, mendapat perhatian
Tanjung Benoa, Bali. Latar belakang dari Pemerintah Kabupaten Badung, LSM,
dibentuknya kelompok ini adalah dan BKSDA Bali. Anggota Deluang Sari
berkembangnya wisata air di pantai sekitar memperoleh pelatihan teknik budidaya tukik
Tanjung Benoa. Kegiatan wisata air dianggap dari BKSDA Bali. Kegiatan yang dilakukan

67
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

Deluang Sari berkembang menjadi kegiatan 5. Wisata Air


konservasi yang menarik wisatawan dalam Pengembangan wisata air berupa
maupun luar negeri. menyusuri kawasan mangrove dengan
(iii) Kelompok Nelayan Wanasari menggunakan perahu atau kano.
6. Kuliner
Kelompok nelayan Wanasari berdiri Untuk meningkatkan pendapatan yang
pada tahun 2009 beranggotakan 90 orang diperoleh kelompok; kepiting hasil
nelayan yang memanfaatkan ekosistem hutan budidaya kelompok, panganan berbahan
mangrove sekitar Desa Adat Tuban sebagai mangrove (sirop, keripik, dan kue)
sumber kehidupannya. Nama Wanasari dijual di rumah makan yang dikelola oleh
berasal dari dua kata yaitu wana yang kelompok nelayan.
artinya hutan dan sari yang artinya 7. Seni Budaya
sumber kehidupan. Kehidupan masyarakat Pertunjukan seni budaya berupa tari-
Desa Adat Tuban sangat dipengaruhi oleh tarian dilakukan di rumah makan untuk
keberadaan hutan mangrove, hutan mangrove wisatawan yang menikmati kuliner.
yang terpelihara menjamin ketersediaan Setiap angggota kelompok nelayan
pakan biota laut yang sebagian merupakan Wanasari bertanggung jawab untuk
sumber pendapatan nelayan. Di dalam menjalankan satu dari ke-tujuh program
menyelenggarakan kegiatannya, kelompok yang telah ditetapkan. Di setiap program
nelayan Wanasari memiliki tujuh program ditempatkan 10-15 nelayan yang bertanggung
yang terdiri dari: jawab terhadap berjalannya suatu program.
1. Budidaya kepiting
2. Mangrove dan edukasi B. Faktor Internal Pengelolaan Mangrove
Pengembangan edukasi pentingnya Luas hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai
mangrove dilakukan dalam bentuk mencakup 1.373,50 ha atau sekitar 1,1% dari
program penanaman mangrove. total luas hutan Provinsi Bali yang mencapai
3. Kelompok Pengawas masyarakat 130.868,1 ha (UPT Taman Hutan Raya Ngurah
(Pokmaswas) Rai, 2015). Ada sekitar 16 jenis vegetasi
Kegiatan Pokmaswas meliputi kegiatan mangrove di Tahura ini yang keberadaannya
mengawasi hutan mangrove, menjaga memberikan naungan terhadap keberadaan
hutan dari kegiatan penebangan dan fauna baik yang hidup di air maupun di darat.
perburuan satwa. Kegiatan dilakukan Tercatat ada sekitar 61 jenis burung, 4 reptil,
dengan melakukan patroli secara 30 jenis Crustacease dan 8 jenis ikan (UPT
bergantian. Taman Hutan Raya Ngurah Rai, 2012).
4. Kelompok Pengolah dan Pemasaran Faktor internal pengelolaan mangrove
(Poklasar) dapat dilihat dari kriteria kekuatan dan
Kegiatan Poklasar melibatkan istri-istri kelemahan dalam analisis SWOT yang
nelayan mencakup kegiatan pengolahan ditampilkan dalam Tabel 2. Untuk pengelolaan
buah mangrove, ikan tuna, dan non beras. mangrove di Tahura Ngurah Rai, hasil

Tabel 2. Faktor internal pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah Rai Bali


Table 2. Internal factors of mangrove management of Ngurah Rai Grand Forest Park Bali
Faktor-faktor Internal (Internal Factors) Skoring
(Scoring)
Kekuatan (Strength):
1. Memiliki lokasi yang strategis 0,92
2. Memiliki luasan terbesar dari seluruh mangrove di Bali 0,92

68
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

Faktor-faktor Internal (Internal Factors) Skoring


(Scoring)
3. Adanya rencana pengelolaan Tahura dan aturan (kesepakatan lokal) dalam 0,84
pengelolaan hutan mangrove
4. Keberadaan tumbuhan yang khas 0,84
5. Keberadaan hewan khas 0,84
6. Terdapat masyarakat di sekitar mangrove dengan kearifan lokalnya yang dapat 0,84
dilibatkan dalam pengelolaan mangrove
7. Tersedia lembaga pengelola hutan mangrove 0,80
8. Tersedia pengelolaan hasil hutan non kayu mangrove 0,80
9. Tersedia sumber daya manusia (SDM) yang kompeten 0,80
10. Lokasi aman dari bencana dan kejahatan 0,60
Kelemahan (Weaknesss):

1. Banyak sampah dan lumpur di kawasan mangrove Tahura (hilir) 0,92


2. Terjadi pendangkalan akibat sedimentasi 0,88
3. Ketidakmampuan pengelola untuk mencegah pensertifikatan hak milik dalam 0,80
kawasan
4. Ketidakmampuan pengelola untuk mencegah penggunaan kawasan Tahura untuk 0,76
kegiatan non kehutanan
5. Tingkat kerusakan terluas dari seluruh mangrove Bali 0,64
Sumber (Source): Data primer (Primary data)

analisis menunjukkan lokasi Tahura yang Bali atau 45,8% dari total ekosistem mangrove
strategis merupakan kekuatan yang memiliki di Bali (Dinas Kehutanan Provinsi Bali, 2014).
peringkat tertinggi. Lokasi yang strategis, Adanya rencana pengelolaan hutan mangrove
dikarenakan secara geografis hutan Mangrove dan aturan (kesepakatan lokal) merupakan
Tahura Ngurah Rai berada di Pulau Bali yang kekuatan dalam pengelolaan Tahura Ngurah
merupakan tujuan wisata bagi wisatawan Rai.
domestik maupun manca negara. Lokasi penelitian juga merupakan hutan
Tahura Ngurah Rai juga merupakan luasan mangrove yang terluas di Bali dengan aneka
mangrove dengan proporsi terbesar yaitu flora dan fauna yang khas (Gambar 2).
mencakup 63,1% dari total hutan mangrove di

Sumber (Source): Dokumentasi pribadi (Private documentation)


Gambar 2. Vegetasi mangrove dan sarana ekowisata di Tahura Ngurah Rai
Figure 2. Mangrove vegetation and ecotourism facility at Ngurah Rai Grand Forest Park

69
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

Adanya masyarakat di sekitar mangrove dan Tukad Mati dan langsung bermuara di
dengan kearifan lokalnya merupakan Teluk Benoa. Tukad Mati memiliki panjang
kekuatan berikutnya dalam pengelolaan sekitar 21,7 km dengan luas DAS sekitar 44,5
mangrove. Masyarakat telah lama mengelola km2 (UPT Taman Hutan Raya Ngurah Rai,
hutan mangrove yang ada di sekitar Tahura 2015). Tukad Mati mengalir ke wilayah Kota
secara tradisional dengan menggunakan Denpasar dan Kuta yang keduanya padat
kearifan lokal. Penerapan sistem pengelolaan penduduk sehingga membawa hasil limbah
oleh masing-masing kelompok masyarakat industri dan rumah tangga yang volumenya
didasarkan kondisi karakteristik sosial, relatif tinggi dan bermuara di Kawasan
ekonomi, dan bentang alam sekitar. Bentuk Tahura.
pengelolaan mangrove oleh masyarakat lokal Kelemahan yang ketiga adalah
relatif mendukung kelestarian mangrove ketidakmampuan pengelola untuk mencegah
karena masyarakat lokal kehidupannya pensertifikatan hak milik dalam kawasan.
tergantung pada keberadaan ekosistem Berdasarkan data dari UPTD Tahura, ada
mangrove. beberapa masyarakat yang memiliki sertifikat
Adapun yang menjadi kelemahan utama di atas lahan yang mereka tempati padahal
dalam pengelolaan hutan mangrove di Tahura lahan tersebut masuk dalam kawasan hutan/
Ngurah Rai adalah banyaknya sampah. Tahura. Selain itu, di dalam kawasan Tahura
Sampah yang berada di kawasan Tahura terdapat penggunaan kawasan di luar kegiatan
Ngurah Rai berasal dari sungai, pasang surut kehutanan diantaranya tempat pembuangan
air laut, dan buangan dari masyarakat. akhir (TPA), instalasi pengolahan sampah
Kelemahan pengelolaan Tahura Ngurah Rai terpadu (IPST), instalasi pembuangan air
berikutnya yaitu pendangkalan/sedimentasi limbah (IPAL), dam estuary, lintasan avtur,
yang bersumber dari sungai-sungai di dan jalan (Kusumanegara, 2015). Tidak
sekelilingnya. Kawasan Tahura Ngurah Rai dipungkiri adanya pasang surut air laut
merupakan muara dari dua buah sungai yang menyebabkan terbawanya/hanyutnya sampah
cukup besar, yaitu Tukad Badung dan Tukad dari kawasan TPA/IPAL.
Mati. Tukad Badung berhulu sekitar 13 km
di sebelah utara Kota Denpasar, memiliki C. Faktor Eksternal Pengelolaan
panjang sekitar 22 km, dan luas daerah aliran Mangrove
sungai (DAS) sekitar 38,9 km2 (UPT Taman Dari sisi faktor eksternal, peluang utama
Hutan Raya Ngurah Rai, 2015). Tukad Mati dalam mengelola Tahura Ngurah Rai adalah
yang mengalir melintasi wilayah kuta terdiri potensi wisata asing dan domestik yang terus
dari dua sungai kecil yaitu: Tukad Tebe meningkat. Dari Gambar 3 dapat dilihat

Sumber (Source): Kusumanegara, 2015


Gambar 3. Penerimaan Tahura Ngurah Rai dari kegiatan ekowisata
Figure 3. Income received by Ngurah Rai Grand Forest Park from ecotourism

70
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

penerimaan dari kegiatan ekowisata di Tahura Sementara itu yang menjadi ancaman utama
yang meningkat dari tahun 2010 hingga kelestarian hutan mangrove Tahura Ngurah
tahun 2012. Besarnya retribusi pengunjung Rai adalah kepentingan pihak-pihak tertentu,
yang menikmati kegiatan ekowisata di yaitu kepentingan dari pihak atau sektor lain
kawasan Tahura Ngurah Rai diatur dalam yang ingin mengembangkan wilayah sekitar
Peraturan Gubernur Bali Nomor 68 Tahun Tahura yang cenderung menghilangkan atau
2014. Penurunan pendapatan pada tahun mengurangi keberadaan dan kelestarian hutan
2013 dikarenakan ditutupnya kawasan Tahura mangrove, contohnya rencana Reklamasi Teluk
untuk umum akibat rusaknya tracking pada Benoa. Jika reklamasi terjadi, diperkirakan
beberapa lokasi yang dapat membahayakan banyak menimbulkan permasalahan negatif
pengunjung. Kawasan Tahura Ngurah Rai seperti sedimentasi yang semakin cepat,
dibuka kembali untuk umum pada bulan merubah struktur komunitas mangrove, dan
September 2014. merusak habitat dan ekosistem Tahura. Hal
Peluang pengelolaan Tahura berikutnya tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan
yaitu lokasi Tahura yang dekat dengan obyek hutan mangrove Tahura Ngurah Rai telah
wisata lain yang merupakan tujuan wisatawan mengalami politisasi lingkungan oleh aktor-
domestik dan manca negara. Tahura Ngurah aktor dengan berbagai kepentingannya. Hal
Rai berada di segi tiga emas pusat pariwisata tersebut akan menyebabkan kompleksitas
Bali; di mana lokasinya berdekatan dengan dalam perencanaan dan pengelolaan dan
Pantai Sanur, Pantai Kuta, kawasan Jimbaran, juga akan berdampak terhadap kebijakan
dan Nusa Dua (UPT Tahura Ngurah Rai, 2015). pemerintah kedepannya (Febryano, Suharjito,
Posisi yang strategis ini memungkinkan Darusman, Kusmana, & Hidayat, 2015).
pengunjung obyek wisata lain yang pada Perilaku hidup masyarakat di luar kawasan
awalnya tidak berniat mengunjungi Tahura Tahura Ngurah Rai berpengaruh terhadap
setelah memperoleh informasi/mengetahui pengelolaan Tahura, dimana pembuangan
adanya ekowisata Tahura menjadi tertarik limbah di daerah hulu merupakan ancaman bagi
untuk berkunjung. Tabel 3 menyajikan faktor- kelestarian mangrove. Sungai Tukad Badung
faktor yang menjadi peluang dan ancaman dan Tukad Mati seringkali mengakibatkan
pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah Rai. banjir pada musim hujan akibat tingginya

Tabel 3. Faktor eksternal pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah Rai Bali


Table 3.External factors of mangrove management of Ngurah Rai Grand Forest Park Bali
Faktor-faktor Eksternal (External Factors) Skoring
(Scoring)
Peluang (Opportunities):
1. Potensi wisatawan asing dan domestik terus meningkat 0,88
2. Dekat dengan objek wisata lain yang merupakan tujuan wisatawan domestik & 0,88
manca Negara
3. Pemerintah daerah berkomitmen untuk mengelola mangrove Tahura Ngurah Rai 0,80

Ancaman (Threats):
1. Kepentingan pihak-pihak tertentu 0,88
2. Pembuangan limbah di daerah hulu 0,84
3. Pembangunan infrastruktur akibat lokasi yang strategis 0,76
4. Pencemaran air akibat dekat dengan pelabuhan 0,76
5. Dampak langsung dan tidak langsung dari aktivitas pariwisata yang tinggi 0,60

Sumber (Source): Data primer (Primary data)

71
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

BERBAGAI PELUANG

Kuadran 3 Kuadran 1
Mendukung strategi Mendukung strategi
turn-around agresif

KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL

Kuadran 4 Kuadran 2
Mendukung strategi Mendukung strategi
defensif diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

Sumber (Source) : (Rangkuti, 1997)


Gambar 4. Empat kuadran dalam analisis SWOT
Figure 4. The four quadrant in SWOT analysis
volume sampah di dalam kedua aliran sungai. D. Strategi Pengelolaan Mangrove
Penanganan pengelolaan sampah di daerah Dalam analisis SWOT, kinerja suatu
hulu mendesak untuk dilakukan mengingat pengelolaan dapat ditentukan oleh kombinasi
tingginya volume sampah yang pada akhirnya faktor internal dan eksternal (Rangkuti,
bermuara di kawasan Tahura. 1997). Berdasarkan faktor-faktor internal
Pembangunan infrastruktur akibat lokasi dan eksternal yang telah diidentifikasi,
yang strategis merupakan ancaman bagi pengelolaan hutan mangrove Tahura Ngurah
kelestarian hutan mangrove di Tahura. Tidak Rai berada di kuadran 3 (Gambar 4) di
dipungkiri, kebutuhan infrastruktur di sekitar mana peluang yang dimiliki tinggi akan
Tahura yang mendukung transportasi darat, tetapi terdapat kelemahan internal yang juga
laut, dan udara, berpengaruh terhadap kondisi tinggi. Strategi yang sebaiknya diterapkan
Tahura (Kementerian Lingkungan Hidup pada kondisi kuadran tiga yaitu strategi turn-
dan Kehutanan, 2015). Aktivitas pelabuhan around dimana masalah-masalah internal
laut Benoa, Bandara Internasional Ngurah diminimalkan sehingga dapat memanfaatkan
Rai, dan jalan tol di atas laut berpengaruh peluang-peluang yang ada (Rangkuti, 1997).
terhadap ekosistem mangrove di Tahura. Berdasarkan faktor-faktor internal dan
Aktivitas kapal di pelabuhan yang banyak eksternal dalam pengelolaan hutan mangrove
menggunakan bahan bakar minyak dan oli di Bali serta hasil focus group discussion
mengakibatkan pencemaran air laut yang (FGD) yang melibatkan para pihak terkait,
pada akhirnya memengaruhi kehidupan biota dapat dihasilkan beberapa alternatif strategi
mangrove. Begitu pula dengan kebisingan dalam pengelolaan hutan mangrove Tahura
yang terjadi akibat aktivitas bandara Ngurah Ngurah Rai seperti yang tersaji pada Tabel 4.
Rai, mau tidak mau menjadi penyebab polusi Beberapa alternatif strategi sangat
suara yang mengganggu kehidupan manusia diperlukan dalam perencanaan pengelolaan
dan fauna yang ada di sekitarnya. yang efektif untuk mencapai tujuan
pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan

72
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

Tabel 4. Strategi-strategi alternatif matriks SWOT


Table 4. Alternative strategies of SWOT matrix

Peluang (Oportunities) Strategi S O Strategi W O


1. Potensi wisatawan asing 1. Menyiapkan infrastruktur untuk 1. Penyuluhan dan pendidikan
dan domestik terus menunjang pengembangan lingkungan terhadap masyarakat
meningkat pariwisata 2. Mekanisme pengolahan sampah
2. Dekat dengan objek wisata 2. Pemberdayaan masyarakat dan membudayakan Gerakan
lain yang merupakan atau pembentukan kelompok Anti Sampah Plastik (Gelatik)
destinasi wisatawan kelompok usaha sekitar dalam berupa sosialisasi, penerapan
domestik & mana negara pengolahan hasil hutan non kayu aturan/awig-awig
3. Pemerintah daerah dengan dukungan Pemda secara 3. Penguatan tata batas dan
(Pemda) berkomitmen terus menerus koordinasi dengan instansi
untuk mengelola mangrove 3. Pengembangan pariwisata yang terkait Badan Pertanahan
melibatkan masyarakat dan Nasional (BPN) dan desa/
kearifan lokal kelurahan
4. Melakukan rehabilitasi pada
kawasan yang rusak
Ancaman (Threats) Strategi S T Strategi W T
1. Kepentingan pihak-pihak 1. Membangun TPS bersama di 1. Implementasi dan penegakan
tertentu pemukiman ( luar kawasan aturan yang jelas
2. Pembuangan limbah di Tahura), bekerja sama dengan 2. Pembatasan pembangunan
daerah hulu desa adat infrastruktur yang memberikan
3. Pembangunan infrastruktur 2. Pengelolaan Tahura dengan dampak terhadap kawasan
akibat lokasi yang strategis prinsip ekowisata yang 3. Membentuk kelompok kerja
4. Pencemaran air akibat mempertimbangkan daya antara stakeholder
dekat dengan pelabuhan dukung dan daya tampung 4. Pengendalian pencemaran
5. Dampak langsung dan kawasan terhadap wisatawan lingkungan di wilayah Tahura
tidak langsung dari 3. Perencanaan pembangunan Ngurah Rai
aktivitas pariwisata yang yang bersifat strategis yang
tinggi menghindari terjadinya alih
fungsi lahan
Sumber (Source): Data Primer (Primary Data)

yang mengakomodir kepentingan ekologi, kawasan. Zonasi di Tahura terdiri dari blok
ekonomi dan sosial (Karlina, Kusmana, perlindungan, blok pemanfaatan dan blok
Marimin, & Bismark, 2016). Strategi-strategi lainnya. Masyarakat sekitar Tahura belum
yang dihasilkan dari FGD kemudian diurutkan mengetahui dengan jelas batas-batas zonasi
kembali berdasarkan penilaian kepentingan ini, sehingga perlu adanya sosialisasi.
pihak-pihak terkait untuk menentukan Peraturan perundangan dan kebijakan
urutan strategi yang menjadi prioritas untuk yang tidak tepat dan tidak efektif dapat
dilaksanakan. Dari hasil pengolahan data, berakibat pada kegagalan dalam pengelolaan
strategi yang paling mendapat perhatian dari mangrove lestari seperti yang terjadi di
para pihak dapat dilihat pada Tabel 5. Afrika Barat (Feka, 2015). Tidak jelasnya
Dari Tabel 5 dapat dilihat urutan strategi aturan mengenai lembaga yang menangani
prioritas tertinggi adalah implementasi dan pengelolaan mangrove menyebabkan
penegakan aturan tentang mangrove, terkait banyaknya lembaga yang terlibat akan tetapi
zonasi dan regulasi yang menyertainya. perencanaannya tidak terkoordinasi. Hal
Dengan memahami batas-batas zonasi, para ini berakibat pada kurangnya pertimbangan
pihak terkait dapat menentukan kegiatan apa mengenai hutan mangrove dalam keputusan-
yang diperbolehkan untuk dilakukan dalam keputusan pengelolaaan (Feka, 2015). Hutan

73
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

Tabel 5. Urutas prioritas strategi dalam pengelolaan hutan mangrove Tahura Ngurah Rai
Table 5. Rank of strategy priority in managing mangrove forest in Ngurah Rai Grand Forest Park
Peringkat Strategi Skor
(Ranking) (Strategy) (Score)
1 Implementasi dan penegakan aturan yang jelas 2,4

2 Pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran lingkungan di wilayah 2,2


Tahura
3 Penyuluhan dan pendidikan lingkungan terhadap masyarakat 2,0
4 Perencanaan pembangunan yang strategis yang mempertimbangkan daya 1,9
dukung dan daya tampung mangrove
5 Pengembangan Pariwisata yang melibatkan masyarakat dan kearifan lokal 1,8
Sumber (Source): Data Primer (Primary Data)

mangrove perlu diatur oleh peraturan dan peraturan yang terkait sampah ke dalam
kebijakan khusus yang mempertimbangkan peraturan adat/awig-awig merupakan solusi
aspek sosial, ekonomi, dan ekologi yang ditawarkan.
ekosistem mangrove. Peraturan kebijakan Strategi pengelolaan hutan mangrove
yang diterapkan harus mendorong insentif Tahura Ngurah Rai berikutnya adalah
ekonomi yang mempromosikan pemangku penyuluhan dan pendidikan lingkungan
kepentingan terkait untuk melindungi dan terhadap masyarakat lokal yang dapat
mengelola ekosistem mangrove (Feka, meningkatkan persepsi positif masyarakat
2015). Pada kasus Tahura Ngurah Rai, sudah terhadap pentingnya ekosistem mangrove.
ada lembaga khusus yang menangani yaitu Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
UPTD Tahura Ngurah Rai, akan tetapi masih mangrove sejalan dengan pernyataan
diperlukan penguatan kelembagaan berupa Abdullah et al. (2014) bahwa persepsi
peningkatan kapasitas sumber daya manusia positif dan kesadaran masyarakat lokal akan
(SDM) seperti kemampuan entrepreneurship pentingnya mangrove berkontribusi positif
dan berbahasa asing. terhadap kegiatan rehabilitasi dan konservasi.
Pengelolaan sampah dan pengendalian Pelibatan masyarakat lokal secara aktif harus
pencemaran merupakan strategi berikutnya dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap
yang harus dilakukan. Permasalahan pelaporan, dan proses ini didokumentasikan
sampah merupakan permasalahan terbesar untuk mempermudah untuk pelacakan dan
yang merusak ekosistem mangrove dan replikasi di tempat lain (Nguyen et al., 2016).
mengurangi daya tarik hutan mangrove. Perencanaan pembangunan yang strategis
Untuk melaksanakan strategi ini diperlukan yang mempertimbangkan daya dukung dan
kerja sama dan koordinasi yang baik dari daya tampung mangrove merupakan strategi
hulu hingga hilir baik tingkat masyarakat yang keempat. Kemampuan mangrove untuk
maupun pemerintah. Hal ini sejalan dengan melakukan regenerasi berbeda-beda antar
yang dikemukakan (Abdullah et al., 2014), lokasi sebagaimana setiap hutan mangrove
berdasarkan kajian yang dilakukan di Perak mempunyai karakteristik yang berbeda
dan Selangor bahwa kegiatan peningkatan (Ferreira et al., 2015). Umur vegetasi
kesadaran sebaiknya dilakukan mulai dari mangrove, kekayaan jenis, dan keragaman
tingkat desa (grassroot), kabupaten, dan struktur akan memengaruhi ketersediaan
provinsi; dengan pembagian wewenang dan jasa lingkungan ekosistem mangrove (Van
tanggung jawab antara pembuat kebijakan Oudenhoven et al., 2015). Van Oudenhoven et
dan LSM. Dalam mengatasi permasalahan al. (2015) berargumen bahwa rehabilitasi dan
sampah di Tahura Ngurah Rai, pengintegrasian perlindungan mangrove jangka panjang dapat

74
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

meningkatkan ketersediaan jasa lingkungan dan kearifan lokal yang ada di sekitar Tahura
dari ekosistem mangrove. seperti Kelompok Nelayan Segara Guna Batu
Miteva et al. (2015) mengidentifikasi Lumbang, Kelompok Nelayan Deluang Sari,
beberapa penunjukan kawasan lindung dan Kelompok Nelayan Wanasari; harus
di Indonesia tidak berhasil melindungi dilibatkan dalam usaha-usaha pelestarian
mangrove yang menunjukkan perlunya mangrove.
strategi baru yang membedakan beberapa
tipe kawasan lindung. Penerapan pembayaran IV. KESIMPULAN DAN SARAN
pengurangan emisi karbon berdasarkan
prestasi sebagai kebijakan mitigasi perubahan A. Kesimpulan
iklim, merupakan salah satu alternatif skema Masyarakat sekitar Tahura Ngurah
untuk melindungi ekosistem mangrove. Rai memiliki ketergantungan yang tinggi
Pengembangan pariwisata yang terhadap keberadaan ekosistem mangrove
melibatkan masyarakat dan kearifan lokal Tahuran Ngurah Rai. Masyarakat setempat
merupakan strategi pengelolaan berikutnya. memanfaatkan Tahura dalam bentuk usaha
Saat ini beberapa kelompok masyarakat wisata alam, penangkaran satwa jenis penyu,
setempat telah mengembangkan ekowisata pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya
di dalam kawasan Tahura, akan tetapi masih ikan dan kepiting, serta penangkapan ikan
perlu disesuaikan dengan aturan pengelolaan dan kepiting secara tradisional. Masyarakat
pariwisata di tahura pengelolaannya yang menyadari mereka berperan dalam menjaga
saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah kelestarian mangrove di Tahura, oleh
(PP) Republik Indonesia Nomor 36 Tahun karenanya mereka menerapkan kearifan lokal
2010. Berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 2010 setempat untuk mendukung keberlanjutan
pengusahaan pariwisata di dalam kawasan keberadaan mangrove.
Tahura dilakukan melalui pemberian izin, Faktor internal yang menjadi kekuatan
sedangkan yang dilakukan masyarakat masih dalam pengelolaan mangrove di Tahura
belum memiliki izin. Ngurah Rai Bali yaitu lokasi yang strategis,
Terkait pemanfaatan kawasan Tahura merupakan luasan hutan mengrove terbesar
oleh masyarakat setempat, Pemerintah di Bali, adanya rencana pengelolaan
tidak bisa hanya melarang dan membatasi Tahura dan aturan (kesepakatan lokal) yang
apa yang sudah dikembangkan masyarakat mengatur pengelolaan hutan mangrove, dan
lokal tanpa menyediakan kegiatan sebagai keanekaragaman flora dan fauna yang khas.
sumber pendapatan alternatif lain (Reichel Namun demikian, terdapat juga beberapa
et al., 2009). Selain itu, sumber pendapatan kelemahan dari faktor internal yaitu banyaknya
alternatif harus menawarkan perspektif sampah dan limbah, terjadinya pendangkalan
ekonomi yang lebih dari apa yang dilakukan akibat sedimentasi dan ketidakmampuan
saat ini (yang nantinya akan dilarang pengelola untuk mencegah pensertifikatan
dilakukan). Pemahaman modal budaya suatu Tahura dan penggunaan Tahura untuk kegiatan
masyarakat merupakan pelajaran yang penting non kehutanan.
sebagai usaha untuk mengkonservasi sumber Berdasar faktor eksternal, beberapa
daya alam, terutama mangrove. Hasil kajian hal penting yang menjadi peluang dalam
Salampessy et al., (2015) mengungkapkan pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah
bahwa pengetahuan ekologi tradisional dan Rai Bali adalah potensi wisatawan yang
pembentukan lembaga lokal merupakan terus meningkat, dekat dengan objek wisata
modal budaya yang mendukung kelestarian lain, dan adanya komitmen pemerintah
mangrove di Teluk Ambon Dalam. Untuk daerah untuk mengelola hutan mangrove.
kasus di Tahura Ngurah Rai, lembaga adat Sementara itu, faktor eksternal yang

75
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77

menjadi ancamannya adalah terdapat banyak Mangrove/UPTD PPI, BAPPEDA Propinsi


kepentingan pihak-pihak tertentu yang Bali, BPDASHL Wilayah Bali serta semua
cenderung menghilangkan atau mengurangi pihak yang telah membantu terlaksananya
keberadaan dan kelestarian hutan mangrove. penelitian.
Selain itu adanya pembuangan limbah di
daerah hulu yang menyebabkan kerusakan
mangrove yang terletak di hilir. DAFTAR PUSTAKA
Mengacu pada faktor internal dan eksternal
tersebut, lima urutan strategi prioritas dalam Abdullah, K., Said, A.M., & Omar, D. (2014).
Community-based conservation in managing
pengelolaan hutan mangrove Tahura Ngurah
mangrove rehabilitation in Perak and
Rai adalah: (1) implementasi dan penegakan Selangor. Procedia-Social and Behavioral
aturan yang jelas terkait zonasi dan regulasi Sciences, 153, 121131.
yang menyertainya; (2) pengelolaan Ambinari, M., Darusman, D., Alikodra, H., & Santoso,
sampah dan pengendalian pencemaran; (3) N. (2016). Penataan peran para pihak dalam
penyuluhan dan pendidikan lingkungan pengelolaan hutan mangrove di perkotaan:
Studi kasus pengelolaan hutan mangrove
terhadap masyarakat; (4) perencanaan
di Teluk Jakarta. Jurnal Analisis Kebijakan
pembangunan yang mempertimbangkan daya Kehutanan, 13 (1), 2940.
dukung dan daya tampung mangrove; dan (5) Dinas Kehutanan Provinsi Bali. (2014, Maret).
pengembangan Pariwisata yang melibatkan Kebijakan pembangunan kehutanan Provinsi
masyarakat dan kearifan lokal. Bali dalam mendukung pelestarian mangrove
di Provinsi Bali. (Bahan presentasi Dinas
B. Saran Kehutanan Provinsi Bali di Klungkung).
Untuk mendapatkan nilai yang manfaat Klungkung, 4 Maret 2014.
yang optimal dengan tetap mempertahankan Febryano, I., Suharjito, D., Darusman, D., Kusmana,
kelestarian mangrove, maka pengelolaan C., & Hidayat, A. (2015). Aktor dan relasi
kekuasaan dalam pengelolaan mangrove di
mangrove di Tahura Ngurah Rai diarahkan
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung,
kepada pengembangan ekowisata dan sistem Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan
silvofhisery. Kedua kegiatan tersebut Kehutanan, 12 (2), 123138.
dilakukan dengan melibatkan masyarakat Feka, Z.N. (2015). Sustainable management of
lokal dan diarahkan sebagai sarana pendidikan mangrove forests in West Africa: A new policy
lingkungan. Selain itu, pengembangan perspective. Ocean and Coastal Management,
116, 341352.
ekowisata di Tahura Ngurah Rai yang saat ini
dilakukan oleh masyarakat lokal juga harus Ferreira, A.C.,Ganade, G., & de Attayde, J. . (2015).
Restoration versus natural regeneration in
dirangkul oleh UPTD Tahura Ngurah Rai a neotropical mangrove: effects on plant
sebagai pengelola kawasan untuk meyakinkan biomass and crab communities. Ocean and
bahwa yang dilakukan masyarakat setempat Coastal Management, 110, 3845.
sesuai dengan peraturan perundangan yang Heriyanto, N., & Subiandono, E. (2016). Peran
berlaku.. biomasa mangrove dalam menyimpan karbon
di Kubu Raya Kalimantan Barat. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan, 13 (1), 112.
UCAPAN TERIMA KASIH Hill, T., & Westbrook, R. (1997). SWOT analysis: Its
(ACKNOWLWDGEMENT) time for a product recall. Long Range Plan,
Ucapan terimakasih penulis sampaikan 30, 4652.
kepada Puslitbang Sosial, Ekonomi, Kajanus; Leskinen; Kurttila; Kangas. (2012). Making
use of MCDS methode in SWOT analysis -
Kebijakan dan Perubahan Iklim yang telah lesson learnt in strategic natural recources
mendanai penelitian ini, Dinas Kehutanan management. Forest Policy Econimics, 20,
Propinsi Bali, UPTD Tahura Ngurah Rai, Balai 19.

76
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove...........................(Mega Lugina, Iis Alviya, Indartik, & Mirna Aulia Pribadi)

Karlina, E., Kusmana, C., Marimin, & Bismark, M. Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal
(2016). Analisis keberlanjutan pengelolaan Ilmu Lingkungan , 6 (2), 1--6.
hutan lindung mangrove di Batu Ampar, Rangkuti, F. (1997). Analisis SWOT : Teknik
Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan membedah kasus bisnis - reorientasi konsep
Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, perencanaan strategis untuk menghadapi
13 (3), 201--219. abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Rauch, P., Wolfsmayr, U., Borz, S.A., Triplat, M.,
(2015). Peta kepekaan lingkungan pesisir Krajnc, N., Kolck, M., Handlos, M. (2015).
dan laut Teluk Benoa Bali. (Laporan Akhir). SWOT analysis and strategy development for
Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan forest fuel supply chains in South East Europe.
Kehutanan. Forest Policy and Economic, 61, 87-94.
Kurttila, M., Pesonen, M., Kangas, J., & Kajanus, Reichel, C., Frmming, U.U., & Glaser, M. (2009).
M. (2000). Utilizing the analytic hierarchy Conflicts between stakeholders groups
process (AHP) in SWOT analysis a affecting the ecology and economy of
hybrid method and its application to a forest- the Segara Anakan region. Regional
certification case. Policy Economic, 1, 4652. Environmental Change, 9, 335343.
Kusumanegara, A. (2015, September). Selamat datang Salampessy, M. ., Febryano, I. ., Martin, E., Siahaya,
di kawasan Taman Hutan Raya Ngurah M., & Papilaya, R. (2015). Cultural capital
Rai. (Bahan presentasi pada kunjungan of the communities in the mangrove
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan conservatiom in the coastal areas of Ambon
Timur). Denpasar: 15 September 2015. Dalam Bay, Moluccas, Indonesia. Procedia
Miteva, D.A., Murray, B.C., & Pattanayak, S.K. Environmental Sciences, 23, 222229.
(2015). Do protected areas reduce blue carbon Scolozzi, R., Schirpke, U., Morri, E., & DAmato,
emissions? A quasi-experimental evaluation D. (2014). Ecosystem service-based SWOT
of mangroves in Indonesia. Ecological analysis of protected areas for conservation
Economics, 119, 127135. strategies. Journal of Environmental
Nguyen, T.P., Tam, N.V., Quoi, L.P., & Parnell, K.E. Management, 146, 543551.
(2016). Community perspectives on an Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
internationally funded mangrove restoration Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
project: Kien Giang Province, Vietnam. Ekosistemnya.
Ocean and Coastal Management, 119, 146
UPT Taman Hutan Raya Ngurah Rai. (2012). Wisata
154.
alam taman hutan raya. Denpasar: UPT
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Taman Hutan Raya Ngurah Rai.
7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
UPT Taman Hutan Raya Ngurah Rai. (2015). Penataan
Tumbuhan dan Satwa.
blok pengelolaan Tahura Ngurah Rai.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Denpasar: UPT Taman Hutan Raya Ngurah
Tahun 2011 Tentang Kawasan Suaka Alam Rai.
dan Kawasan Pelestarian Alam.
Van Oudenhoven, A.P.E., Siahainenia, A.J., Sualia,
Pickton, D., & Wright, S. (1998). Whats SWOT in I., Tonneijck, F. H., van der Ploeg, S., de
strategic analysis? Strategic Change, 7, 101 Groot, R., Leemans, R. (2015). Effects of
109. different management regimes on mangrove
Qodrina, P., Hamidy, R., & Zulkarnaini. (2012). ecosystem services in Java, Indonesia. Ocean
Valuasi ekonomi ekosistem mangrove di and Coastal Management, 116, 353367.
Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan

77
78

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai