Desiran otot pektoralis adalah adanya volume keras yang terdengar melalui
stetoskop bila pasien berbisik. Pada pernapasan bronkial dan dua perubahan akan
ada, yang harus ada juga adalah (1) terbukanya jalan napas dan tertekannya alveoli,
atau (2) alveoli dimana udara telah digantikan oleh cairan.
Bunyi lain yang terdengar dengan stetoskop meliputi crackles, mengi, dan
gesekan.
a. Crackles adalah bunyi yang jelas, bunyi terus menerus terbentuk oleh jalan napas
kecil yang terbuka kembali atau tertutup kembali selama akhir inspirasi. Crackles
terjadi padapnernonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik
crackles inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis.
Crackles keras dapat terdengar pada edema pulmonalis dan pada pasien sekarat.
Seringkali crackles keras dapat terdengar tanpa stetoskop karena ini terjadi
padajalan napas besar.
b. Dispnea
Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah gejala
umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung terutama jika terdapat
peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Dispnea mendadak pada
individu normal dapat menunjukkan pneumotoraks (udara dalam rongga pleura).
Pada pasien yang sakit atau setelah menjalani pembedahan disonea mendadak
menunjukkan adanya embolisme pulmonal.
c. Orthopnea (tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak,
mungkin ditemukan pada orang yang mengidap penyakit jantung dan penyakit
obstruktif paru menahun (PPOM). Pernapasan bising dapat dijumpai akibat
penyempitan jalan napas atau obstruksi setempat bronkus besar oleh tumor atau
benda asing.
d. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat
disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain.
Bila mengi terdengar hanya pada ekspirasi, disebut mengi; bila bunyi mengi terjadi
pada inspirasi dan ekspirasi, biasanya berhubungan dengan tertahannya sekresi.
Friction rub terdengar bila ada penyakit pleural seperti emboli pulmonal, pnemonia
perifer, atau pleurisi, dan ini sering sulit untuk membedakannya dari ronki. Bila
bunyi abnormal makin jelas setelah batuk, biasanya berarti bunyi tersebut lebih
sebagai ronki daripada friction rub.
Pengkajian Kemampuan Bernafas
Frekuensi Pernafasan
Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernapas 12 s.d 18 kali
permenit (Brunner, 2000). Bradipnea, atau pernapasan lambat berkaitan dengan
penurunan tekanan intra kranial, cedera otak, dan takar lajak obat, sedangakan
takipnea adalah pernapasan cepat, umumnya tanpak pada pasien pneumonia, edema
pulmonal, asidosis metabolik, septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga.
Frekuensi napas normal tergantung umur :
a. Usia baru lahir sekitar 35 50 x/menit
b. Usia < 2 tahun 25 35 x/menit
c. Usia 2-12 tahun 18 26 x/menit
d. Dewasa 16 20 x/menit.
e. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
f. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
g. Apnea : Bila tidak bernapas .
Volume Paru
Pengukuran volume menunjukan jumlah udara. dalam paru-paru selama
beberapa berbagai siklus pernapasan. Tiap volume tidak dapat dibagi kedalam
bagian ang lebih kecil, karena ini menunjukan unit dasar.
a. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang digerakkan masuk dan keluar pada
tiap pernapasan normal. Ini terukur kurang lebih 500 ml pada pria muda normal.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI) menunjukkan jumlah udara dimana seseorang
dapat dengan sekuat-kuatnya menghirup udara setelah inspirasi tidal normal. VC1
biasanya kira-kira 3.000 MI.
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume udara dimana seseorang dapat
dengan sekuat-kuatnya mengeluarkan udara setelah ekshalasi tidal normal. VCE
biasanya kira-kira 1. 100 MI.
d. Volume residu (VR) adalah volume udara sisa setelah ekspirasi kuat. Volume ini
dapat diukur hanya dengan spirometer tak langsung, sedangkan yang lain dapat
diukur secara langsung.
Kapasitas Paru
Pengukuran kapasitas menghitung sebagian siklus paru-paru. Ini diukur
sebagai kombinasi volume sebelumnya.
a. Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat diinhalasi (dihirup)
sengan kuat bila mulai dari tingkat ekspirasi normal. Ini sama dengan VT ditambah
VCI dan kurang lebih 3.500 ml.
b. Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah j umlah sisa udara pada akhir ekspirasi
normal. Ini adalah jumlah dari VCE dan VR dan kurang lebih 2.300 ml.
c. Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat dengan kuat
diekspirasi setelah inspirasi kuat maksimal. Ini jumiah dari VD VT, dan VCE.
Volume ini kurang lebih 4.600 ml pada pria normal.
d. Kapasitas paru total (KPT) sama dengan volume dimana paru-paru dapat
diekspansi dengan upaya inspirasi paling kuat. Volume kapasitas kurang lebih
5.800 ml.
Prosedur Endosekopi
Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring,
trakea, dan bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau
bronkoskop yang kaku.
a. Bronkoskopi diagnostik bertujuan :
1. untuk memeriksa jaringan dan mengumpulksn sekret.
2. Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses proses patologi dan untuk
mendapatkan contoh jaringan guna menegakkan diagnosis (dengan forsep biopsi,
kuretase, sikat biopsi).
3. menentukan apakah suatu tumor dapat direseksi atau tidak melalui tindakan bedah.
4. mendiagnosa tempat perdarahan (sumber hemoptisis)
b. Bronkoskopi terapeutik bertujuan:
1. mrngangkat benda asing dari pohon trakeobronkial.
2. mengangkat sekresi yang menyumbat pohon trakeabronkial, ketika pasien tidak
dapat membersihkannya.
3. memberikan pengobatan pascaoperatif pada atelektase.
4. menghancurkan dan mengeksisi lesi
Komplikasi bronkoskop mencakup: reaksi terhadap anestesi lokal, infeksi,
aspirasi, bronkospasme, hipoksemia pneumotoraks, perdarahan dan perfusi.
Pemeriksaan Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisms yang
berkembang dalam sputum. Suatu sputum kultur dan sensitivitas sputum (C dan S)
mengidentifikasi mikroorganisme tertentu dan resistansi serta sensitivitasnya
terhadap obat. Spesimen sputum juga dapat diambi I untuk mengidentifikasi adanya
tuberkel basilus (TB), sputum untuk basilus cepat-asam (sputum for acid-fast
bacillus [AFB]). Spesimen AFB diperoleh riga hari berturut-turut pada awal pagi
hari. Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk
mengidentifikasi kanker paru abnormal dengan tipe set. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan melakukan serangkaian pengumpulan spesimen riga hari berturut-turut
pada awal pagi hari.
Perawat harus memastikan spesimen sputum yang mengandung lendir dari
bagian dalam bronkus dan bukan saliva. Carat warna, konsistensi, jumlah, dan bau
sputum dan dokumentasi tanggal dan waktu spesimen dikirim ke laboratorium
khusus untuk dianalisis.
Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura
dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan
terapeutik atau untuk mengangkat spesimen untuk biopsi. Prosedur dilakukan
dengan teknik aseptik dengan meng-gunakan anestesi lokal. Klien biasanya ducluk
tegak dengan thoraks anterior yang ditopang bantal atau dengan meja di etas tempat
tidur.
Sakit tidaknya prosedur ini tergantung pada toleransi klien terhadap nyeri.
Perawat dapat mengurangi rasa cemas klien dengan menjelaskan prosedur dan
mengatakan kepada klien apa yang akan terjadi seat prosedur dilakukan. Klien
harus memahami pentingnya menahan napas sesuai instruksi dan untuk tidak batuk
selama dilakukan prosedur. Gerakan mendadak dapat menyebabkan pungsi paru
jarum torasentesis. Klien diinstruksikan untuk memberi tabu dokter sebelum batuk
atau bersin sehingga jarum dapat ditarik.
Setelah prosedur, perawat memantau klien untuk melihat adanya tanda-
tanda pneumothoraks; sesak napas mendadak, deviasi trakea, desaturasi oksigen,
dan an-sietas. Terjadinya pneumothoraks setelah pelaksanaan torasentesis
merupakan suatu situasi kedaruratan. Tipe pneumotoraks ini dikenal sebagai
tension pneumotoraks dan tipe ini dapat menyebabkan henti kardiopulmonar jika
tidak ditangam segera.
Biopsi Pleura
Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan
pleuroskopi, yang merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang
dimasukka kedalam spasium pleural. Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat
kebutuhan untuk kultur atau pewarnaan jaringan untuk mengidentifikasi
tuberkulosis atau fungi
Prosedur diagnostik Radioisotop (pemindaian paru)
Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi, pemindaian ventilasi, dan
pemindaianinhalasi. Prosedur ini digunkan untuk mendetekasi fungsi normal paru,
suplai vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.