Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KARDIOMIOPATI

Disusun Oleh :

1. Agus Saparudin (1611011)


2. Furkon (16110)
3. Iva Susanti (1611022)
4. Via Arantika (1611031)

Pendidikan Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan
dan pemahaman dalam mata kuliah KMB 2, materi yang kami bahas mengenai Askep
Kardiomiopati. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
mahasiswa STIKES.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yeni Kartika Sari, M.Kep.,Ns selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah KMB. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Blitar, 13 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Tujuan ...........................................................................................................................1

BAB II. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi ..........................................................................................................................2

2.2 Etiologi ..........................................................................................................................2

2.3 Tanda dan Gejala ..........................................................................................................2

2.4 Patofisiologi ..................................................................................................................3

2.5 Manifestasi Klinis .........................................................................................................4

2.6 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................................4

2.7 Penatalaksanaan ............................................................................................................5

2.8 Komplikasi ..................................................................................................................13

BAB III. KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian ...................................................................................................................14

3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................................15

3.3 Intervensi ....................................................................................................................16

BAB IV. APLIKASI KASUS SEMU

4.1 Kasus ...........................................................................................................................21

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................................................22

5.2 Saran ...........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung berfungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh,oleh karena itu kita harus senantiasa memperhatikan
kesehatan jantung kita, selain itu penyakit jantung merupakan penyakit maut yang
mematikan diseluruh dunia. Salah satunya yaitu kardiomiopati, yang akhir-akhir ini
semakin meningkat frekuensinya. Dibeberapa Negara, meliputi Amerika, Eropa, dan
sebagian besar Asia. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi
penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa
Timur. Kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai sebesar 30%.
Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyakit yang langsung mengenai otot
jantung (miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi lemah.
Kardiomiopati pada anak masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
diseluruh dunia. Konsekuensi jangka panjang utama miokarditis adalah terjadinya
kardiomiopati dilatasi/Dilated Cardiomyopathies dengan gagal jantung. Insidensi
kardiomiopati dilatasi diperkirakan 2 8 kasus per 100.000 anak, dengan prevalensi 36
per 100.000. Hampir separuh dari kasus kardiomiopati dilatasi pada anak disebabkan
oleh miokarditis. Setiap tahun di Amerika Serikat lebih dari 750.000 kasus gagal jantung
yang dilaporkan, dengan kematian 250.000, miokarditis dan kardiomiopati dilatasi
merupakan penyebab 25%kasus ini. Insidensi miokarditis pada anak tidak diketahui pasti
karena banyak kasus miokarditis pada anak tidak menunjukkan gejala. Gejala penyakit
juga menunjukkan variasi yang luas, mulai dari gagal jantung kongestif yang timbul
perlahan sampai syok kardiogenik. Selain itu, diagnosis miokarditis seringkali sulit
karena gambaran klinisnya tidak jelas, dapat menyerupai gejala penyakit lain.
Kardiomiopati atau lemah jantung dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak
segera didiagnosis dan ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul, di
antaranya penggumpalan darah hingga terhambatnya aliran ke organ tubuh lain,katup
jantung yang tidak menutup sempurna hingga berisiko menjadi penyebab aliran darah
mengarah kembali ke jantung, atau gagal jantung yang dapat berujung kepada kematian
mendadak. Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan sebelum kondisi
kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat
memiliki peran dalam membantu pasien dengan penyakit jantung kardiomiopati yaitu

1
perawat dapat melakukan penyuluhan mengenai bagaimana cara menghindari penyakit
kardiomiopati dengan cara menjaga gaya hidup, pola makan dan lain lain, perawat juga
dapat memberitahu klien atau pasien bagaimana cara mencegah atau mengobati penyakit
kardiomiopati, perawat juga dapat berperan sebagai pengobatan dengan cara melkukan
tindakan pemberian obat yang telah diberi dokter untuk klien dengan penyakit
kardiomiopati disini perawat dapat mengontol apakah obat yang diberikan diminum
sesuai dengan instruksi yang diberi kan okter dan yang terakhir perawat berperan sebagai
rehabilitative agar pengobatan ini berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan dan
proses penyembuhan dapat lebih cepat. Dan disini juga kelompok memiliki alasan
kenapa membahas penyakit ini. Alasan nya membahas penyakit jantung kardiomiopati
yaitu tidak lain untuk mengetahui apa penyebab penyakit kardiomioapti, kenapa bisa
terjadi, apa saja komplikasi nya bagaimana cara penanganan nya dan pengobatan bila
penyakit ini sudah berkelanjutan. Dan apakah penyakit ini disebabkn oleh factor genetic
atau bukan, ini lah alasan kelompok mengangkat masalah penyakit kardiomiopati.

1.2 Tujuan

1. Menjelaskan definisi kardiomiopati


2. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko penyakit kardiomiopati
3. Menjelaskan patofisiologi serta gejala manifestasi klinis kardiomiopati
4. Menjelaskan asuhan eperawatan pada pasien kardiomiopati

2
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi

. Kardiomiopati adalah penyakit otot yang tidak diketahui sebabnya (Jota, Shanta,
1996).
Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium secara primer dan bukan
sebagai akiba hipertensi, kelainan congenital, katup koroner, arterial dan perikardial.
(Affandi Dedi, 1996 dan Winne Joshua, 2000).
Kardiomiopati adalah setiap penyakit atau cedera pada jantung yang tidak
berhubungan dengan penyakit arteri koroner, hepertensi, atau malformasi congenital.
Kardiomiopati dapat terjadi setelah suatu infeksi jantung, akibat penyakit otoimun,
atau setelah individu terpajan toksin tertentu, termasuk alcohol dan banyak obat anti
kanker. Kardiomiopati dapat terjadi secara idiopatik. (Corwin, 2009).
Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokardium yang menyerang otot jantung
(miokard) dan penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi, hampir pada setiap
penyakit, miokardium jantung dapat turut berubah secara berangsurangsur. Begitu
juga pada penyakit jantung bawaan atau yang didapat, bisa menyebabkan terjadinya
hipertrofi otot jantung. Berbagai keadaan ekstrakardial, misalnya: anemia,
tirotoksikosis, beri-beri, infeksi, dan berbagai penyakit sistemik seperti lupus
eritematosus diseminata, dan periarteritis nodosa dapat mempengaruhi miokard.
(Muttaqin, 2009).
Menurut Goodwin, berdasarkan kelainan pathofisiologinya, terbagi atas terbagi atas
kardiomiopati kongestif/dilatasi, kardiomiopati hipertrofik , dan kardiomiopati
restriktif. (Mansjoer, et.al 2000).
a. Kardiomiopati dilatasi/kongsetif
Penyakit miokard yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan
gagal jantung kongestif akibat berkurangnya fungsi pompa sistolik secara progresif
serta meningkatkan volume akhir diastolic dan sistolik.
b. Kardiomiopati hypertrofi
Suatu penyakit dimana terjadi hypertrofi septum interventrikular secara berlebihan
aliran darah keluar dari ventrikel kiri terhambat.
c. Kardiomiopati restriktif
Suatu penyakit dimana terjadi kelainan komposisi miokardium sehingga menjadi
lebih kaku sehingga pengisian kapiler kiri terganggu, mengurangi curah jantung,
dan meningkatk\
an tekanan pengisian ventrikel kiri.

2.2 Etiologi

Sebagian besar penyebab kardiomiopati tidak diketahui ada beberapa sebab yang
diketahui antara lain: infeksi berbagai mikroorganisme toksik seperti etanol:
metabolic misalnya pada buruknya gizi dan dapat pula diturunkan (Muttaqin, 2009).
Goodwin dalam Mansjoer, et.al 2000, membagi etiologi berdasarkan klasifikasi
kardiomiopati yaitu sebagai berikut:

3
a. Kardiomiopati dilatasi/kongsetif: etiologinya sebagian besar tidak diketahui,
namun mungkin berhubungan dengan virus, penggunaan alcohol yang
berlebihan,penyakit metabolic,kelainan gen dan sebagainya.
b. Kardiomiopati hypertrofi : Penyebabnya tidak diketahui namun sebagian
diturunkan secara autosom dominan.
c. Kardiomiopati restriktif : etiologinya penyakit-penyakit yang menginfiltrasi
miokardium, seperti amiloidosis hemokromatisis, sarkoidosis, dan sebagainya.

2.3 Tanda dan Gejala

Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita.
Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan
tanda gagal jantung. Dispnu saat beraktifitas, parosikmal nocturnal dispnu (PND),
batuk, dan mudah lelah adalah gejala yang pertama kali timbul.Pada pemeriksaan
fisik biasanya ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting
edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar, dan takikardi.(Smeltzer, 2001).

2.4 Patofisiologi

Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit


yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium.
Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya. Penyakit
ini dikelompokkan menjadi (1) kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif; (2)
kardiomiopati hipertrofik; (3) kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori
dan penyebabnya, penyakit ini dapat mengakibatkan gagal jantung berat dan bahkan
kematian.
Kardiomiopati dilasi atau kongistif adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering
terjadi. Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama
dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan stasis darah dalam
ventrikel. Pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah
elemen kontraktil serat otot. Komsumsi alkohol yang berlebihan sering berakibat
berakibat kardiomiopati jenis ini.
Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi, massa otot
jantung bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi peningkatan ukuran
septum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya,
kategori ini dibagi menjadi obstruktif dan nonobstruktif.
Kardiomiopati restritif adalah jenis terakhir dan kategori paling sering terjadi. Bentuk
ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya.
Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan amiloidosis (dimana amiloid,
suatu protein, tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltrasi lain.
Tanpa memperhatikan perbedaannya masing-masing, fisiologi kardiomiopati
merupakan urutan kejadian yang progresif yang diakhiri dengan terjadinya gangguan
pemompaan ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin berkurang,
maka terjadi stimulasi saraf simpatis, mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler
sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung dengan berbagai penyebab,
ventrikel kiri akan membesar untuk mengakomodasi kebutuhan yang kemudian juga
akan mengalami kegagalan. Kegagalan ventrikel kanan biasanya juga menyertai proses ini.

4
Pathway

KARDIOMIOPATI

Kardiomiopati kongestif Kardiomiopati hipertrofi Kardiomiopati restriktif

Gangguan ejeksi ventrikel kiri

Statis darah dalam ventrikel dan di


atrium

Peningkatan preload dan afterload

Gagal jantung kongestif

Curah jantung Peningkatan beban


volume atrium kiri

Kongeesti paru
Penurunan suplai Prognosis kondisi
Edema paru
oksigen ke jaringan penyakit
Adanya program Sesak nafas
terapi

Kecemasan
Pola nafas tidak efektif
Penurunan perfusi
Pemenuhan pendidikan
perifer
kesehatan
Intoleransi
aktivitas

5
2.5 Manifestasi Klinis

Secara umum kardiomiopati dapat terjadi pada semua umur baik pria maupun wanita.
Kebanyakan orang yang mengidap penyakit ini pertama kali datang dengan gejala dan tanda
gagal jantung. Gejala yang pertama kali timbul adalah: dispneu saat beraktifitas, paroksismal
nocturnal dispneu (PND), batuk dan mudah lelah. Kongesti vena sistemik, distensi vena
jugularis, pitting edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar dan takikardi adalah
hal-hal yang biasanya ditemukan pada pemeriksaan fisik.
Manifestasi klinis pada kardiomiopati kongestif/dilatasi yang muncul sesuai dengan gejala
gagal jantung kiri diikuti gejala gagal jantung kanan. Dapat terjadi nyeri dada karena
peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda gagal jantung
kongestif. Biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi
Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga
ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura.
2. Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan elektrokardiografi ditemukan sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular.
Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang mudah, atau gelombang Q patologis, akibat
fibrosis miokard.
3. Ekokardiografi
Pada pemeriksaan ekokardiografi terlihat ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel
kiri, dan kelainan pergerakan katub mitral waktu diastolic, akibat compliance dan tekanan
pengisian yang abnormal.
Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume
akhir diastolic dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi
ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan panutupan katub aorta bisa

6
terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan
2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
4. Pemeriksaan Radionuklear
Pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai fungsinya yang berkurang.
5. Sadapan Jantung
Pada sadapan jantung akan ditemukan ventrikel kiri membesar serta fungsinya
berkurang, regurgitasi mitral dan atau tricuspid, curah jantung berkurang dan tekanan
intraventrikular meninggi dan tekanan atrium kiri meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolic ventrikel kanan, atrium
kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi.Dengan angiografi ventrikel kiri dapat
disingkirkan aneurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jatung.

2.7 Penatalaksaan
Pembatasan garam dan pemberian diuretic dilatasi untuk mengurangi volume
diastolic akhir. Terapi yang lain untuk gagal jantung mungkin diperlukan.
Diberikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan embolus. Sebagai contoh,
warfarin, heparin, dan obat baru, ximelagatran. Temuan terbaru memperlihatkan
bahwa ximelagatran memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan obat lain dan
pemantauan mungkin tidak diperlukan sebagai obat keras. Ximelagataran sedikit
diketahui berinteraksi dengan makanan atau obat lain.
Penyekat beta diberikan untuk kardiomiopati hipertrofik dengan tujuan menurunkan
kecepatan denyut jantung, sehingga waktu pengisian diastolic meningkat. Obat obat
ini juga mengurangi kekakuan ventrikel.
Dapat diusahakan reseksi bedah pada bagian miokardium yang mengalami hepertrofi.
Penyekat saluran kalsium tidak digunakan karena dapat semakin menurunkan
konraktilitas jantung.
(Corwin, 2009).
2.8 Komplikasi
a. Dapat terjadi infark miokard apabila kebutuhan oksigen ventrikel yang menebal
tidak dapat dipenuhi.
b. Dapat terjadi gagal jantung pada kardiomiopati dilatasi apabila jantung tidak
mampu memompa keluar darah yang masuk.
(Corwin, 2009).

7
BAB III

KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian

a. Identitas
Meliputi nama, umur, no mr, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal masuk RS, dll.
b. Riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan
bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila
diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan
seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4 dan dirasakan sering pada siang dan
malam hari.
2). Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaitu
antimyocardial antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan
metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy), gangguan imunitas (leukimia),
Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan chemoterapi),
proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
3). Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular
infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung
dan diabetes melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala
1) Rambut : biasanya rambut klien bersih, tidak ada lesi dan tidak ada ketombe
2) Mata : biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata simetris kiri
dan kanan
3) Hidung : biasanya hidung bersih, ada secret, tidak ada polip
4) Mulut : biasanya bibir tampak pucat, kering
5) Wajah : biasanya wajah tidak ada edema, lesi atau bekas luka lainnya.
Leher : biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tyroid dan getah bening
Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan, terlihat dyspnea saat
beraktivitas, tampak penggunaan bantuan pernafasan (oksigen dan
medikasi)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor
d) Auskultasi : Biasanya terdapat bunyi cracels dan mengi
Jantung

8
a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat, tachicardia
b) Palpasi : Biasanya terdapat pembesaran jantung dan nyeri dada
c) Perkusi : Biasanya Pekak
d) Auskultasi : Biasanya suara s3 dan s4 pada auskultasi
Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya acites
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara
5-35 kali/menit
c) Palpasi : Biasanya adanya nyeri abdomen kanan atas dan
hepatomegali
d) Perkusi : Biasanya Tympani
Sistem persyarafan : Biasanya Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku,
penurunana kesadaran dan disorientasi
Sistem Integumen : Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba
dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang
lecet.
Ekstremitas : Biasanya Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan
kekuatan/ tonus otot.
3.Data Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Biasanya tidak mengalami anoreksia, penurunan BB
b. Eliminasi
Biasanya pada defekasi terjadi BAB encer
c. Istirahat dan tidur
Biasanya pada pasien membutuhkan istirahat dan tidur
d. Data Sosial Ekonomi
Biasanya Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan
dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim
kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau
menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan
e. Data Psikososial
Biasanya kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien
akibat penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
f. Data Penunjang
Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama
ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri,
dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal.Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan
septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan akhir sistolik
membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF)
mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta
bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan
dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai

9
fungsinya yang berkurang.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar
serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah
jantung berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan
tekanan atrium meningkat.Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan
akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis
akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana
neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.
3.2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard.
b. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan di paru
c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
.
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Penurunan Tujuan : Setelah dilakukan Aktifitas :
Curah jantung tindakan keperawatan 1. Evaluasi adanya nyeri dada.
selama 1 x 24 jam, 2. Catat adanya tanda dan gejala
diharapakan curah jantung penurunan
normal. cardiac output.
Dengan criteria hasil : 3. Monitor / melihat monitor
Cardiac Pump untuk melihat
Effectiveness: adanya perubahan tekanan
Tekanan Darah dalam batas darah.
yang diharapkan 140/ 90 4. Atur periode latihan dan
mmHg. istirahat untuk
RR dalam batas yang menghindari kelelahan.
diharapkan 16-24 x/menit. 5. Monitor / melihat toleransi
Tidak terdapat angina. aktifitas pasien.
Kelemahan ekstermmitas 6. Monitor / melihat adanya
tidak ada dypsnea,
patigue, takipnea dan ortopnea.
7. Anjurkan untuk menurunkan
stress.

2. Pola Napas tidak Aktifitas :


efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Monitoring RR, Irama,
keperawatan selama 1x24 pola Kedalaman, dan
nafas jadi efektif dengan kriteria kekuatan nafas
: 2. Catat pergerakan dada
1. RR dalam batas normal 3. Berikan oksigen yang
2. Sesak tidak ada dibutuhkan
4. Berikan lingkungan yang
nyaman
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan Aktifitas :
keperawatan selama 1x24 1. Menentukan penyebab
jam status nutrisi klien baik, toleransi aktivitas
dengan kriteria hasil: 2. Berikan periode istirahat

10
1. Istirahat dan aktifitas selama aktifitas
seimbang 3. Pantau respon kardiopulmonal
2. Mengetahui keterbatasan 4. Tingkatkan aktifitas secara
energi bertahap
3. Menggunakan teknik 5. Monitor intake nutrisi untuk
konservasi energi memastikan
4. Mengubah gaya hidup kecukupan energi
sesuai dengan tingkat 6. Ajarkan pada klien bagaimana
energi mengggunakan teknik control
5. Persiapan energi cukup pernafasan
untuk beraktifitas ketika beraktifitas.
7. Kaji penyebab gangguan pola
tidur
8. Atur lingkungan sebelum
tidur(cahaya,suhu
ruangan,selimut)
9. Instruksikan pada keluarga
untuk menjaga
lingkungan yang tenang saat
pasien tidur
10. Anjurkan pasien untuk
minum obat

11
BAB IV

APLIKASI KASUS SEMU

4.1 Kasus

Tn. Nandi 50 tahun datang ke poliklinik jantung RS C dengan keluhan sakit kepala pada
bagian belakang kepala dan tidak hilang dengan istirahat dan pemberian analgetik. Riwayat
kesehatan mempunyai kebiasaan merokok 4 bungkus/hari. Riwayat keluarga ibu dan ayah
menderita hypertensi. Tn. Nandi tidak pernah datang kembali ke dokter tersebut untuk control
hypertensinya.

Sepuluh tahun kemudian tn. Nandi datang kembali ke RS C dengan keluhan sesak nafas dan
kaki bengkak. Istri tn. Nandi memberitahukan bahwa suaminya jarang minum obat. TD :
170/110 mmhg, n : 120x/menit, p : 30x/menit, s : 36,5 0c, tampak lemah, ronchi +/+, edema
pitting +/+. Pesanan dokter istirahat, furosemide 3x1 ampul, captopril 3x1 tablet, dan digoxin.
Belum ada pemeriksaan penunjang.

Pengkajian
1. Identitas pasien

Nama : Tn.Nandi

Umur : 50 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan : SMA

Status perkawinan : Menikah

Suku : Banten

12
Alamat : Jln. Jend. Sudirman, 25

Tanggal masuk RS / Jam : 02-10-2016 / 17.15

Tanggal dikaji : 02-10-2016

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny F.A

Umur : 47 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pengusaha

Suku : Banten

Alamat : Jln. Jend. Sudirman, 25

Lain-lain : Umum

2. RIWAYAT KESEHATAN

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang


dirasakan bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan
berkurang bila diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan
pada daerah dada dan seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4 dan
dirasakan sering pada siang dan malam hari.

b) Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi


yaitu antimyocardial antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus),
Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy), gangguan imunitas

13
(leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan
chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)

c) Riwayat kesehatan keluarga

Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit


menular infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit
hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga, bila ada cantumkan
dalam genogram.

3. Pola Aktivitas Sehari-hari


Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan
jenis makanan. Klien mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan
(4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron. Adanya penurunan aktivitas dan
aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan adanya dispneu.
Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada malam hari
untuk eliminasi BAK.

4. Pemeriksaan Fisik
i. Sistem Pernafasan/breath
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil
duduk atau dengan beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan
sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan (oksigen
dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori
pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar
dan mengi.
ii. Sistem Kardiovaskular/blood
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3
dan s4 pada auskultasi jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi,
disritmia (fibril atrium, blok jnatung dll)nadi perifer mungkin
berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi sentral mungkin kuat,
punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.

iii. Sistem Pencernaan/bowel


Kaji adanya peningkatan berat badan secara signifikan, mual dan muntah,
anorexia, adanya nyeri abdomen kanan atas, hepatomegali dan asites

14
iv. Sistem Muskuloskeletal/bone
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus
otot.

v. Sistem Persyarafan/brain
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan
disorientasi

vi. Sistem Perkemihan/bladder


Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih, urine berwarna gelap,
penggunaan dan keadaan kateterisasi .

vii. Sistem Integumen


Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya
kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang lecet.

viii. Aktivitas
kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, kelemahan
ix. Seksualitas
Perubahan libido,perubahan aliran mensturasi
x. Nyeri/kenyamanan
Edema ekstermitas
5. Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat
penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.

6. Data sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan
kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri
akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.

a. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya
dihubungkan dengan agama yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa
kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.

b. Data Penunjang

15
(a) Pemeriksaan Laboratorium

Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama


ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura

Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan


ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah,
atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.

Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri,


dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal.

Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi


paradoksal. Volume akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan
parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang.
Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta bisa terjadi
lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan
pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan ini.

Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri


disertai fungsinya yang berkurang.

Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri


membesar serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid,
curah jantung berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi
dan tekanan atrium meningkat.

Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel
kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan
angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel
sebagai penyebab gagal jantung.

16
Rencana keperawatan

Analisis data Etiologi Masalah NOC(Nursing Outcomes NIC(Nursing


keperawat Classification) Intervention
Classification) :

DS: Ketidakseimban Intoleransi T Terapi Aktifitas:


- Klien mengeluh
gan antara suplai aktifitas
sesak dan mudah
capek saat oksigen/kebutuh f
beraktivitas
an
- Klien mengatakan
aktivitasnya dibantu E
oleh keluarga
kelemahan
DO:
- Klien tampak umum n
berbaring lemah
tirah baring
- TD: 170/110
mmHg lama
- N: 110 X/menit
immobilisasi.
R= 30X/menit

DO: Perubahan Penurunan 1.


TD: 170/110 mmHg n
kontraktilitas curah
N: 120 x/menit
P: 30 x/menit miokardial/peru jantung
JVP (+)
bahan inotropik
Denyut dan irama
jnatung berubah
S3 &S4 (+)
Nadi perifer tidak
teraba
Kulit dingin
JVD (+)
Pitting Edema (+/+)
DS:
Mengeluh sesak

17
Perubahan membran Kerusakan
kapiler-alveolus, contoh pertukaran gas
DS: pengumpulan/perpindahan
- Klien cairan kedalam area
mengeluh interstitial/alveoli
sesak
DO:
Batuk (+),P: 30
x/menit.
Ronkhi (+),
orthopnea (+)
DO: menurunnya laju filtrasi Kelebihan
Edema (+/+) glomerulus atau volume cairan
TD: 170/110 meningkatnya produksi
mmHg ADH dan retensi natrium
N: 120 x/menit /air.
JVP (+)
Asites pada
abdomen
S3
orthopnea
DS:
Mengeluh
Sesak

18
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kardiomiopati jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup oleh
manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk ini
umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati
dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang
secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-
debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala
yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu.
Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.

5.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Ed.3 Jakarta: EGC


Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Ed.3. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. et.al .(2000). Kapita Selekta kedokteran. Ed.3 Jakarta; Media aesculapius
Muttaqin, Arif. (2099). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8
Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai