Disusun Oleh :
Pendidikan Ners
Tahun 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan
dan pemahaman dalam mata kuliah KMB 2, materi yang kami bahas mengenai Askep
Kardiomiopati. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
mahasiswa STIKES.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yeni Kartika Sari, M.Kep.,Ns selaku
dosen pengampu dalam mata kuliah KMB. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB V. PENUTUP
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perawat dapat melakukan penyuluhan mengenai bagaimana cara menghindari penyakit
kardiomiopati dengan cara menjaga gaya hidup, pola makan dan lain lain, perawat juga
dapat memberitahu klien atau pasien bagaimana cara mencegah atau mengobati penyakit
kardiomiopati, perawat juga dapat berperan sebagai pengobatan dengan cara melkukan
tindakan pemberian obat yang telah diberi dokter untuk klien dengan penyakit
kardiomiopati disini perawat dapat mengontol apakah obat yang diberikan diminum
sesuai dengan instruksi yang diberi kan okter dan yang terakhir perawat berperan sebagai
rehabilitative agar pengobatan ini berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan dan
proses penyembuhan dapat lebih cepat. Dan disini juga kelompok memiliki alasan
kenapa membahas penyakit ini. Alasan nya membahas penyakit jantung kardiomiopati
yaitu tidak lain untuk mengetahui apa penyebab penyakit kardiomioapti, kenapa bisa
terjadi, apa saja komplikasi nya bagaimana cara penanganan nya dan pengobatan bila
penyakit ini sudah berkelanjutan. Dan apakah penyakit ini disebabkn oleh factor genetic
atau bukan, ini lah alasan kelompok mengangkat masalah penyakit kardiomiopati.
1.2 Tujuan
2
BAB II
2.1 Definisi
. Kardiomiopati adalah penyakit otot yang tidak diketahui sebabnya (Jota, Shanta,
1996).
Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium secara primer dan bukan
sebagai akiba hipertensi, kelainan congenital, katup koroner, arterial dan perikardial.
(Affandi Dedi, 1996 dan Winne Joshua, 2000).
Kardiomiopati adalah setiap penyakit atau cedera pada jantung yang tidak
berhubungan dengan penyakit arteri koroner, hepertensi, atau malformasi congenital.
Kardiomiopati dapat terjadi setelah suatu infeksi jantung, akibat penyakit otoimun,
atau setelah individu terpajan toksin tertentu, termasuk alcohol dan banyak obat anti
kanker. Kardiomiopati dapat terjadi secara idiopatik. (Corwin, 2009).
Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokardium yang menyerang otot jantung
(miokard) dan penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi, hampir pada setiap
penyakit, miokardium jantung dapat turut berubah secara berangsurangsur. Begitu
juga pada penyakit jantung bawaan atau yang didapat, bisa menyebabkan terjadinya
hipertrofi otot jantung. Berbagai keadaan ekstrakardial, misalnya: anemia,
tirotoksikosis, beri-beri, infeksi, dan berbagai penyakit sistemik seperti lupus
eritematosus diseminata, dan periarteritis nodosa dapat mempengaruhi miokard.
(Muttaqin, 2009).
Menurut Goodwin, berdasarkan kelainan pathofisiologinya, terbagi atas terbagi atas
kardiomiopati kongestif/dilatasi, kardiomiopati hipertrofik , dan kardiomiopati
restriktif. (Mansjoer, et.al 2000).
a. Kardiomiopati dilatasi/kongsetif
Penyakit miokard yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan
gagal jantung kongestif akibat berkurangnya fungsi pompa sistolik secara progresif
serta meningkatkan volume akhir diastolic dan sistolik.
b. Kardiomiopati hypertrofi
Suatu penyakit dimana terjadi hypertrofi septum interventrikular secara berlebihan
aliran darah keluar dari ventrikel kiri terhambat.
c. Kardiomiopati restriktif
Suatu penyakit dimana terjadi kelainan komposisi miokardium sehingga menjadi
lebih kaku sehingga pengisian kapiler kiri terganggu, mengurangi curah jantung,
dan meningkatk\
an tekanan pengisian ventrikel kiri.
2.2 Etiologi
Sebagian besar penyebab kardiomiopati tidak diketahui ada beberapa sebab yang
diketahui antara lain: infeksi berbagai mikroorganisme toksik seperti etanol:
metabolic misalnya pada buruknya gizi dan dapat pula diturunkan (Muttaqin, 2009).
Goodwin dalam Mansjoer, et.al 2000, membagi etiologi berdasarkan klasifikasi
kardiomiopati yaitu sebagai berikut:
3
a. Kardiomiopati dilatasi/kongsetif: etiologinya sebagian besar tidak diketahui,
namun mungkin berhubungan dengan virus, penggunaan alcohol yang
berlebihan,penyakit metabolic,kelainan gen dan sebagainya.
b. Kardiomiopati hypertrofi : Penyebabnya tidak diketahui namun sebagian
diturunkan secara autosom dominan.
c. Kardiomiopati restriktif : etiologinya penyakit-penyakit yang menginfiltrasi
miokardium, seperti amiloidosis hemokromatisis, sarkoidosis, dan sebagainya.
Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita.
Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan
tanda gagal jantung. Dispnu saat beraktifitas, parosikmal nocturnal dispnu (PND),
batuk, dan mudah lelah adalah gejala yang pertama kali timbul.Pada pemeriksaan
fisik biasanya ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting
edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar, dan takikardi.(Smeltzer, 2001).
2.4 Patofisiologi
4
Pathway
KARDIOMIOPATI
Kongeesti paru
Penurunan suplai Prognosis kondisi
Edema paru
oksigen ke jaringan penyakit
Adanya program Sesak nafas
terapi
Kecemasan
Pola nafas tidak efektif
Penurunan perfusi
Pemenuhan pendidikan
perifer
kesehatan
Intoleransi
aktivitas
5
2.5 Manifestasi Klinis
Secara umum kardiomiopati dapat terjadi pada semua umur baik pria maupun wanita.
Kebanyakan orang yang mengidap penyakit ini pertama kali datang dengan gejala dan tanda
gagal jantung. Gejala yang pertama kali timbul adalah: dispneu saat beraktifitas, paroksismal
nocturnal dispneu (PND), batuk dan mudah lelah. Kongesti vena sistemik, distensi vena
jugularis, pitting edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar dan takikardi adalah
hal-hal yang biasanya ditemukan pada pemeriksaan fisik.
Manifestasi klinis pada kardiomiopati kongestif/dilatasi yang muncul sesuai dengan gejala
gagal jantung kiri diikuti gejala gagal jantung kanan. Dapat terjadi nyeri dada karena
peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda gagal jantung
kongestif. Biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
1. Radiologi
Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga
ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura.
2. Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan elektrokardiografi ditemukan sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular.
Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang mudah, atau gelombang Q patologis, akibat
fibrosis miokard.
3. Ekokardiografi
Pada pemeriksaan ekokardiografi terlihat ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel
kiri, dan kelainan pergerakan katub mitral waktu diastolic, akibat compliance dan tekanan
pengisian yang abnormal.
Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume
akhir diastolic dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi
ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan panutupan katub aorta bisa
6
terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan
2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
4. Pemeriksaan Radionuklear
Pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai fungsinya yang berkurang.
5. Sadapan Jantung
Pada sadapan jantung akan ditemukan ventrikel kiri membesar serta fungsinya
berkurang, regurgitasi mitral dan atau tricuspid, curah jantung berkurang dan tekanan
intraventrikular meninggi dan tekanan atrium kiri meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolic ventrikel kanan, atrium
kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi.Dengan angiografi ventrikel kiri dapat
disingkirkan aneurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jatung.
2.7 Penatalaksaan
Pembatasan garam dan pemberian diuretic dilatasi untuk mengurangi volume
diastolic akhir. Terapi yang lain untuk gagal jantung mungkin diperlukan.
Diberikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan embolus. Sebagai contoh,
warfarin, heparin, dan obat baru, ximelagatran. Temuan terbaru memperlihatkan
bahwa ximelagatran memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan obat lain dan
pemantauan mungkin tidak diperlukan sebagai obat keras. Ximelagataran sedikit
diketahui berinteraksi dengan makanan atau obat lain.
Penyekat beta diberikan untuk kardiomiopati hipertrofik dengan tujuan menurunkan
kecepatan denyut jantung, sehingga waktu pengisian diastolic meningkat. Obat obat
ini juga mengurangi kekakuan ventrikel.
Dapat diusahakan reseksi bedah pada bagian miokardium yang mengalami hepertrofi.
Penyekat saluran kalsium tidak digunakan karena dapat semakin menurunkan
konraktilitas jantung.
(Corwin, 2009).
2.8 Komplikasi
a. Dapat terjadi infark miokard apabila kebutuhan oksigen ventrikel yang menebal
tidak dapat dipenuhi.
b. Dapat terjadi gagal jantung pada kardiomiopati dilatasi apabila jantung tidak
mampu memompa keluar darah yang masuk.
(Corwin, 2009).
7
BAB III
KONSEP ASKEP
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, no mr, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal masuk RS, dll.
b. Riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan
bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila
diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan
seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4 dan dirasakan sering pada siang dan
malam hari.
2). Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaitu
antimyocardial antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan
metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy), gangguan imunitas (leukimia),
Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan chemoterapi),
proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
3). Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular
infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung
dan diabetes melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala
1) Rambut : biasanya rambut klien bersih, tidak ada lesi dan tidak ada ketombe
2) Mata : biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata simetris kiri
dan kanan
3) Hidung : biasanya hidung bersih, ada secret, tidak ada polip
4) Mulut : biasanya bibir tampak pucat, kering
5) Wajah : biasanya wajah tidak ada edema, lesi atau bekas luka lainnya.
Leher : biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tyroid dan getah bening
Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan, terlihat dyspnea saat
beraktivitas, tampak penggunaan bantuan pernafasan (oksigen dan
medikasi)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor
d) Auskultasi : Biasanya terdapat bunyi cracels dan mengi
Jantung
8
a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat, tachicardia
b) Palpasi : Biasanya terdapat pembesaran jantung dan nyeri dada
c) Perkusi : Biasanya Pekak
d) Auskultasi : Biasanya suara s3 dan s4 pada auskultasi
Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya acites
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara
5-35 kali/menit
c) Palpasi : Biasanya adanya nyeri abdomen kanan atas dan
hepatomegali
d) Perkusi : Biasanya Tympani
Sistem persyarafan : Biasanya Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku,
penurunana kesadaran dan disorientasi
Sistem Integumen : Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba
dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang
lecet.
Ekstremitas : Biasanya Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan
kekuatan/ tonus otot.
3.Data Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Biasanya tidak mengalami anoreksia, penurunan BB
b. Eliminasi
Biasanya pada defekasi terjadi BAB encer
c. Istirahat dan tidur
Biasanya pada pasien membutuhkan istirahat dan tidur
d. Data Sosial Ekonomi
Biasanya Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan
dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim
kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau
menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan
e. Data Psikososial
Biasanya kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien
akibat penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
f. Data Penunjang
Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama
ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri,
dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal.Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan
septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan akhir sistolik
membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF)
mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta
bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan
dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai
9
fungsinya yang berkurang.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar
serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah
jantung berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan
tekanan atrium meningkat.Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan
akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis
akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana
neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.
3.2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard.
b. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan di paru
c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
.
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Penurunan Tujuan : Setelah dilakukan Aktifitas :
Curah jantung tindakan keperawatan 1. Evaluasi adanya nyeri dada.
selama 1 x 24 jam, 2. Catat adanya tanda dan gejala
diharapakan curah jantung penurunan
normal. cardiac output.
Dengan criteria hasil : 3. Monitor / melihat monitor
Cardiac Pump untuk melihat
Effectiveness: adanya perubahan tekanan
Tekanan Darah dalam batas darah.
yang diharapkan 140/ 90 4. Atur periode latihan dan
mmHg. istirahat untuk
RR dalam batas yang menghindari kelelahan.
diharapkan 16-24 x/menit. 5. Monitor / melihat toleransi
Tidak terdapat angina. aktifitas pasien.
Kelemahan ekstermmitas 6. Monitor / melihat adanya
tidak ada dypsnea,
patigue, takipnea dan ortopnea.
7. Anjurkan untuk menurunkan
stress.
10
1. Istirahat dan aktifitas selama aktifitas
seimbang 3. Pantau respon kardiopulmonal
2. Mengetahui keterbatasan 4. Tingkatkan aktifitas secara
energi bertahap
3. Menggunakan teknik 5. Monitor intake nutrisi untuk
konservasi energi memastikan
4. Mengubah gaya hidup kecukupan energi
sesuai dengan tingkat 6. Ajarkan pada klien bagaimana
energi mengggunakan teknik control
5. Persiapan energi cukup pernafasan
untuk beraktifitas ketika beraktifitas.
7. Kaji penyebab gangguan pola
tidur
8. Atur lingkungan sebelum
tidur(cahaya,suhu
ruangan,selimut)
9. Instruksikan pada keluarga
untuk menjaga
lingkungan yang tenang saat
pasien tidur
10. Anjurkan pasien untuk
minum obat
11
BAB IV
4.1 Kasus
Tn. Nandi 50 tahun datang ke poliklinik jantung RS C dengan keluhan sakit kepala pada
bagian belakang kepala dan tidak hilang dengan istirahat dan pemberian analgetik. Riwayat
kesehatan mempunyai kebiasaan merokok 4 bungkus/hari. Riwayat keluarga ibu dan ayah
menderita hypertensi. Tn. Nandi tidak pernah datang kembali ke dokter tersebut untuk control
hypertensinya.
Sepuluh tahun kemudian tn. Nandi datang kembali ke RS C dengan keluhan sesak nafas dan
kaki bengkak. Istri tn. Nandi memberitahukan bahwa suaminya jarang minum obat. TD :
170/110 mmhg, n : 120x/menit, p : 30x/menit, s : 36,5 0c, tampak lemah, ronchi +/+, edema
pitting +/+. Pesanan dokter istirahat, furosemide 3x1 ampul, captopril 3x1 tablet, dan digoxin.
Belum ada pemeriksaan penunjang.
Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn.Nandi
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Suku : Banten
12
Alamat : Jln. Jend. Sudirman, 25
Nama : Ny F.A
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengusaha
Suku : Banten
Lain-lain : Umum
2. RIWAYAT KESEHATAN
13
(leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan
chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
4. Pemeriksaan Fisik
i. Sistem Pernafasan/breath
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil
duduk atau dengan beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan
sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan (oksigen
dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori
pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar
dan mengi.
ii. Sistem Kardiovaskular/blood
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3
dan s4 pada auskultasi jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi,
disritmia (fibril atrium, blok jnatung dll)nadi perifer mungkin
berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi sentral mungkin kuat,
punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
14
iv. Sistem Muskuloskeletal/bone
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus
otot.
v. Sistem Persyarafan/brain
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan
disorientasi
viii. Aktivitas
kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, kelemahan
ix. Seksualitas
Perubahan libido,perubahan aliran mensturasi
x. Nyeri/kenyamanan
Edema ekstermitas
5. Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat
penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
6. Data sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan
kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri
akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.
a. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya
dihubungkan dengan agama yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa
kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.
b. Data Penunjang
15
(a) Pemeriksaan Laboratorium
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel
kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan
angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel
sebagai penyebab gagal jantung.
16
Rencana keperawatan
17
Perubahan membran Kerusakan
kapiler-alveolus, contoh pertukaran gas
DS: pengumpulan/perpindahan
- Klien cairan kedalam area
mengeluh interstitial/alveoli
sesak
DO:
Batuk (+),P: 30
x/menit.
Ronkhi (+),
orthopnea (+)
DO: menurunnya laju filtrasi Kelebihan
Edema (+/+) glomerulus atau volume cairan
TD: 170/110 meningkatnya produksi
mmHg ADH dan retensi natrium
N: 120 x/menit /air.
JVP (+)
Asites pada
abdomen
S3
orthopnea
DS:
Mengeluh
Sesak
18
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kardiomiopati jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup oleh
manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk ini
umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati
dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang
secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-
debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala
yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu.
Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.
5.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20