TINJAUAN PUSTAKA
16
17
1. Membran timpani
2. Kavum timpani
3. Prosesus mastoideus
4. Tuba Eustachius
1. Membran Timpani5,6
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini
panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-
kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm, letak membran timpani
tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang
arahnya dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari
dataran sagital dan horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut,
dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum timpani,
puncak ini dinamakan umbo.Dari umbo ke muka bawah tampak
refleks cahaya (cone of light).
18
2. Kavum Timpani5,6
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang
temporal, bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter
anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter tranversal 2 -
6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding, yaitu:
3. Prossesus Mastoideus5,6
Antrum mastoid adalah sinus yang berisi udara tulang di dalam
pars petrosa tulang temporal. Berhubungan dengan telinga tengah
21
melalui aditus dan mempunyai sel-sel udara mastoid yang berasal dari
dinding-dindingnya.
Prossesus mastoideus sangat penting untuk sistem pneumatisasi
telinga. Pneumatisasi didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan
atau perkembangan rongga-rongga udara di dalam tulang temporal dan
sel-sel udara yang terdapat di dalam mastoid adalah sebagian dari
sistem pneumatisasi yang meliputi banyak bagian dari tulang temporal.
Sel-sel prossesus mastoideus yang mengandung udara berhubungan
dengan udara didalam telinga tengah.
Sellulae mastoideus seluruhnya berhubungan dengan kavum
timpani.Dekat antrum sel-selnya kecil semakin ke perifer sel-selnya
bertambah besar.Oleh karena itu, bila ada radang pada sel-sel mastoid,
drainase tidak begitu baik sehingga mudah terjadi radang pada mastoid
(mastoiditis).
4. Tuba Eustachius5,6
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani
bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang
menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa
panjang tuba sekitar 36 mm berjalan kebawah, depan, dan medial dari
telinga tengah 13 mm dan pada anak dibawah 9 bulan panjangnya adalah
17,5 mm.
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3
bagian)
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang
(2/3bagian)
Bagian tulang sebelah lateral dari dinding depan kavum timpani
dan bagian tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang
rawan ini berjalan ke arah posterior, superior, dan medial sepanjang 2/3
bagian, keseluruhan panjang tuba (4 cm), kemudian bersatu dengan bagian
22
tulang atau timpani. Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit
yang disebut istmus.Bagian tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang
rawan selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateral nasofaring. Pada
orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2 - 2,5 cm,
lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba
pendek, lebar, dan letaknya mendatarmaka infeksi mudah menjalar dari
nasofaring ke telinga tengah.Tuba dilapisi olehmukosa saluran nafas yang
berisi sel-sel goblet dan kelenjar mukus dan memilikilapisan epitel bersilia
didasarnya.Epitel tuba terdiri dari epitel silinder berlapisdengan sel
selinder.Disini terdapat silia dengan pergerakannya ke arah faring.Sekitar
ostium tuba terdapat jaringan limfosit yang dinamakan tonsil tuba.Otot
yang berhubungan dengan tuba eustachius, yaitu:
1. M. Tensor veli palatini
2. M. Levator veli palatini
3. M. Salphingofaringeus
4. M. Tensor timpani
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan
udara luar, drainase sekret dari kavum timpani ke nasofaring, dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke kavum timpani.
OMSK dapat dibagi atas dua tipe, yakni tipe benigna dan tipe maligna.
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya
OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada
OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma. OMSK tipe maligna ialah
OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan
OMSK tipe bahaya atau tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna
letaknya marginal atau atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada
OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya
atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.
Berdasarkan aktivitas sekret juga dikenal OMSK aktif dan tenang.
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas
melalui tuba eustachius atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui
liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai purulen. Jarang
ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-
sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang
menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol
infeksi atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi
sekunder kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas
kuadran posterosuperior. OMSK tenang ialah OMSK yang pada pemeriksaan
telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah
yang pucat. Gejala ini dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang
dijumpai seperti vertigo, tinnitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
Tabel 1. Perbedaan OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna1
OMSK Tipe Benigna OMSK Tipe Maligna
Proses peradangan terbatas pada Proses peradangan tidak terbatas
mukosa hanya pada mukosa
Proses peradangan tidak mengenai Proses peradangan mengenai tulang
tulang
Perforasi membran timpani tipe Perforasi membran timpani tipe
26
karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang kanalis
semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
OMSK tipe maligna adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma,
disebut tipe maligna (bahaya) karena sering menimbulkan komplikasi
berbahaya. Kolesteatoma sendiri adalah epitel gepeng dan debris tumpukan
pengelupasan keratin yang terjebak di dalam rongga timpanomastoid.
Patofisiologinya bisa karena kongenital atau didapat. Bila telah terbentuk akan
terus meluas. Karena merupakan debris keratin, dapat menjadi lembab karena
menyerap air sehingga mengundang infeksi. Kolesteatoma mengerosi tulang
yang terkena baik akibat efek penekanan oleh tumpukan debris keratin,
maupun akibat aktifitas enzim osteoklas. Kolagenase telah diketahui tinggi
konsentrasinya di epidermis kolesteatoma. Resorpsi tulang dapat
menyebabkan destruksi trabekula mastoid, erosi osikel, fistula labirin,
pemaparan nervus fasialis, dura, serta sinus lateral. Karena perjalanan
penyakitnya itu OMSK dengan kolesteatoma disebut OMSK tipe maligna
(bahaya).
3.3.1. Kolesteatoma1
Kolesteatoma merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi
epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga
kolesteatoma bertambah besar.1
Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johanes Muller pada
tahun 1838 karena disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang
ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan oleh para ahli antara
lain adalah keratoma (schucknecht), squamous epiteliosis (Birrer, l958),
kolesteatosis (Binel, 1958), epidermoid kolesteatoma (Friedman, 1959), kista
epidermoid (Ferlito, I1970), dan epidermosis (Sumarkin, 1988).1
28
3.3.3.Klasifikasi Kolesteatom
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:1
1. Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan
ditemukan pada telinga dengan membran timpani utuh tanpa ada tanda-
tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma biasanya dikavum timpani, daerah
petrosus mastoid, atau di cerebellopontin angle. Kolesteatoma di
cerebellopontin angle sering ditemukan secara tidak sengaja oleh ahli
bedah saraf.1
2. Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi
atas dua:
a. Kolesteatoma akuisital primer
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi
membran timpani. Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi
dari membran timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif
ditelinga tengah akibat gangguan tuba (Teori invaginasi).1
b. Kolesteatoma akuisital sekunder
Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membran
timpani.Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel
kulit dari liangtelinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke
telinga tengah (Teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa
kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (Teori
metaplasi).1
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi
akibat implantasi epitel kulit secara iatrogenik kedalam telinga tengah
sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan pipa ventilasi, atau
setelah miringotomi.1
Primary acquired cholesteatoma merupakan koelsteatoma yang
terjadi pada daerah atik atau pars flaksida. Sedangkan secondary
acquired cholesteatoma berkembang dari suatu kantong retraksi yang
disebabkan peradangan kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars
tensa. Khasnya perforasi marginal pada bagian posterosuperior.
30
tetapi bertumpuk disini. Lambat laun epitel ini hancur dan menjadi
kista.Kista ini tambah lamatambah besar dan tumbuh terus kedalam
kavum timpani dan membentuk kolesteatoma. Ini dinamakan "primary
acquired cholesteatom atau genuines cholesteatom". Mula-mula belum
timbul peradangan, lambat laun dapat terjadi peradangan. Primary dan
secondary acquired cholesteatom ini dinamakan juga
pseudocholesteatoma oleh karena ada pula congenital cholesteatom. Ini
juga merupakan suatu lubang dalam tenggorok terutama pada
os.temporal. Dalam lubang ini terdapat lamel konsentris terdiri dari
epitel yang dapat juga menekan tulang sekitarnya. Beda kolesteatoma
kongenital ini tidak berhubungan dengan telinga dan tidak akan
menimbulkan infeksi.
mastoid yang satunya atau yang normal.Erosi tulang, terutama pada daerah
atik memberi kesan kolesteatoma.
Modalitas pencitraan pilihan adalah CT scankarena CT scan dapat
mendeteksi cacat tulang yang halus sekalipun. Namun, CT scan tidak
selalu bisa membedakan antara jaringan granulasi dan kolesteatoma.
Densitas kolesteatoma dengan cairan serebrospinal hampir sama, yaitu
kurang-lebih -2 sampai +10 Hounsfield Unit, sehingga efek dari desakan
massa itu sendirilah yang lebih penting dalam mendiagnosis kolesteatoma.3,11
Gaurano (2004) telah menunjukkan bahwa perluasan antrum
mastoid dapat dilihat pada 92% dari kolesteatoma telinga tengah dan 92%
pulalah hasil CT scan yang membuktikan erosi halus tulang-tulang
pendengaran.Defek yang dapat dideteksi dengan menggunakan CT scan
adalah sebagai berikut:3
a. Erosi skutum
b. Fistula labirin
c. Cacat di tegmen
Gambar 6.Kolesteatoma (arrow) pada EAC. Lokasi tipikal pada dinding bawah EAC dan
tampak lesi pada fragmen tulang kecil.3
36
3.3.8 Penatalaksanaan
Sejak awal harus dibedakan OMSK yang sebaiknya mendapat terapi
operatif untuk menghindarkan penundaan tindakan operasi pada pasien yang
penyakitnya memang secara medik tak dapat sembuh sejak onsetnya dan
karena tendensi progresifitas penyakitnya.Secara umum, infeksi yang
mengenai daerah atik dan antrum (penyakit antroantral) biasanya terlalu dalam
di telinga untuk dapat dicapai oleh antibiotik. 1
Kolesteatoma berpotensi mendestruksi tulang dan memungkinkan
penyebaran infeksi sehingga memerlukan operasi.OMSK yang disertai
peradangan mukosa difus, karena diikuti granulasi di kavum timpani dan
rongga mastoid umumnya sukar sekali diatasi dengan medikamentosa
saja.OMSK dengan tanda komplikasi intratemporal atau intrakranial harus
direncanakan secepatnya untuktindakan mastoidektomi.Pasien dengan otore
dari perforasi sentral dapat diobati dulu dengan medikamentosa untuk
mengontrol infeksi dan menghentikan otore sebagai tujuan jangka
pendek.Tujuan jangka panjang adalah usaha menutup perforasi membran
timpani dan memperbaiki pendengaran baik secara konservatif maupun
operatif. 1
OMSK tipe maligna bersifat progresif, kolesteatoma yang semakin
luas akan mendestruksi tulang yang dilaluinya, infeksi sekunder akan
37
a. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.Maleus, inkus,
dan krus anterior posterior stapes diangkat kecuali basis stapes. Dinding
batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan
patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran
tidak diperbaiki.1
b. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan kolesteatoma di
daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Dinding
posterior MAE diangkat sebagian, dipertahankan dinding MAE tempat
anulus timpanikus. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua
jaringan patologik dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.1
c. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach
Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang
dikerjakan pada OMSK tipe maligna ataupun tipe benigna dengan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal
(tanpa meruntuhkan dinding posterior telinga).1
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum
timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui
liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi
posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati
oleh ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.1
39
3.3.9 Komplikasi
Komplikasi otitis media terjadi apabila barier (sawar) pertahanan
telinga yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke
struktur sekitarnya.Pertahanan pertama ialah kavum timpani mampu
melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak disekitarnya
akan terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses
subperiosteal, suatukomplikasi yang tidak berbahaya. Apabila infeksi
mengarah kedalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan parese n.
fasialis dan labirinitis. Bila kearah kranial akan menyebabkan abses
ekstradural, tromboflebitits, sinus lateralis meningitis, dan abses otak.9
40
3.3.10. Prognosis4,11,12