DEFINISI
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlah berlebihan, dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia, penyakit neoplastik yang beragam, atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid dan diakhiri dengan
kematian.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-
anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa dari pada anak-anak. Tipe
c. Leukemia Limfositik Kronik (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari
55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-
anak.
d. Leukemia Mielositik Kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada
Leukemia kronik : Pada awalnya sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi, dan orang
dengan leukemia jenis ini mungkin tidak menunjukkan gejala. Perlahan-lahan, leukemia kronik
memburuk dan mulai menunjukkan gejala ketika sel leukemia bertambah banyak dan produksi
sel normal berkurang.
2. ETIOLOGI
terjadi akibat proliferasi ganas pada sekelompok sel induk multipotensial yang mengalami
translokasi kromosom yaitu translokasi sebagian lengan panjang kromosom nomor 22 ke nomor
9. Kromosom yang telah mengalami kelainan ini dinamakan kromosom philadelphia . Secara
klinis LGK dibagi dalam fase kronis, akselerasi, dan krisis blastik yang berbeda dalam
penatalaksanaannya.
Penyebab LLK masih belum diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas
kromosom, onkogen dan retrovirus (RNA tumour virus).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Namun, menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
leukemia. Faktor risiko tersebut adalah :
Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di
Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan insiden penyakit ini.
Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi.
Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan
tidak berhubungan dengan peningkatan kejadian leukemia.
Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang disebabkan
oleh kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko kanker.
Merokok
Kejadian leukemia mielositis/granulositis kronis mencapai 20% dari semua leukemia pada
dewasa, kedua terbanyak setelah leukemia limfositik kronik. Pada umumnya menyerang usia 40-
50 tahun, walaupun dapat ditemukan pada usia muda dan biasanya lebih progresif.Di Jepang
Usia rerata pasien saat diagnosis 65 tahun, hanya 10 15% kurang dari 50 tahun . Angka
kejadian di negara Barat 3/100.000. Pada populasi geriatric, insiden di atas 70 tahun sekitar
50/100.000. Risiko terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan risiko relative pada
pria tua adalah 2,8 : 1 perempuan tua. Kebanyakan pasien memilki ras Kauskasia dan
berpendapatan menengah.
4. PATOFISIOLOGI
Leukemia granulositik kronik (LGK) atau leukemia mielositik kronik (LMK) menerangkan 15%
leukemia, paling sering terlihat pada orang dewasa usia pertengahan, tetapi dapat juga timbul
pada setiap kelompok umur. Tidak seperti LGA, LGK memiliki awitan yang lambat, sering
ditemukan sewaktu dilakukan pemeriksaan darah rutin atau skrining darah. LGK dianggap
sebagai suatu gangguan mieoloproliferatif karena sumsum tulang hiperseluler dengan proliferasi
pada semua garis diferensiasi sel. Jumlah granulosit umumnya lebih dari 30.000/ mm 3. Walaupun
pematangannya terganggu, sebagian besar sel tetap menjadi matang dan berfungsi. Pergeseran ke
kiri terjadi dengan kurang dari 5% blas dalam darah tepi.Basofil dan eosinofil sering ditemukan.
Pada 85% kasus, terdapat kelainan kromosom yang disebut kromosom Philadelphia yaitu
terbentuk akibat translokasi resiprokal antara lengan panjang kromosom 9 dan 22.Kromosom 22
yang memilki pemendekan tadi, ternyata didapatkan adanya gabungan antara gen yang ada di
lengan panjang kromosom 9 yakni ABL (Abelson) dengan gen BCR (break cluster region) yang
terletak di lengan panjang kromosom 22. Gabungan kedua gen ini serng ditulis sebagai BCR-
ABL, diduga kuat sebagai penyebab utama terjadinya kelainan proliferasi pada LGK.
5. PEMERIKSAAN FISIK
Pada fase kronis pasien sering mengeluh pembesaran limpa atau merasa cepat kenyang akibat
desakan limpa terhadap lambung .selain itu juga ditemukan hepatomegali dan perdarahan
(purpura)
Kelainan fisik yang sering dijumpai adalah limfadenopati. Sekitar 50 %pasien mengalami
limfadenopati dan /atau hepatosplenomegali. Pembesaran limfonodi dapat terlokalisir atau
merata dan bervariasi dalam ukuran. Splenomegali dan /atau hepatomegali ditemukan pada 25
50% kasus. Infiltrasi pada kulit, kelopak mata, jantung, pleura, paru dan saluran cerna umumnya
jarang dan timbul pada akhir perjalanan penyakit, limfadenopati massif dapat menimbulkan
Leukemia Kronik Page 5
obstruksi lumen termasuk ikterus obstruktif, disfagia uropati, edema ekstremitas bawah, dan
obstruksi usus parsial. Timbulnya efusi pleura atau basites berhubungan dengan prognosis yang
buruk.
6. DIAGNOSA BANDING
LGK fase kronik : leukemia mielomonositik kronik, trombositosis esensial, leukemia netrofilik
kronik.
- Leukemia LGL
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin. Pada fase kronis, kadar Hb umumnya normal atau sedikit menurun,
lekosit antara 20-60.000/mm3. Persentasi eosinofil dan atau basofil meningkat.
Trombosit biasanya meningkat antara 500-600.000/mm3. Walaupun sangat jarang, pada
beberapa kasus dapat normal atau trombositopenia.
Selularitas meningkat (hiperselular) akibat proliferasi dari sel sel leukemia, sehingga
rasio myeloid : eritroid meningkat. Megakaryosit juga tampak lebih banyak. Dengan
pewarnaan retikulin , tampak bahwa stroma sumsum tulang mengalami fibrosis.
Karyotipik
Dahulu dikerjakan dengan teknik pemitaan ( G-banding technique), saat ini teknik ini
sudah mulai ditinggalkan dan peranannya digantikan oleh metode FiSH ( Fluorescen
Insitu Hybridization) yang lebih akurat. Beberapa aberasi kromosom yang sering
ditemukan pada LGK, antara lain +8,+9,+19,+21,i(17).
Hipogammaglobulinemi
Anemia normositik normokrom terdapat pada stadium lanjut akibat infiltrasi sumsum
tulang atau hipersplenisme.
8. TERAPI
Tujuan terapi pada LGK adalah mencapai remisi lengkap, baik remisi hematologi, remisi
sitogenetik, maupun remisi biomolekuler.Untuk mencapai remisi hematologi digunakan obat
obat yang bersifat mielosupresif.Begitu tercapai remisi hematologis, dilanjutkan dengan terapi
interferon dan atau cangkok sumsum tulang.
Hydroxyurea (Hydrea)
Merupakan terapi terpilih untuk induksi remisi hematologic pada LGK. Lebih efektif
dibandingkan busulfan, melfalan (Alkeran), dan klorambusil. Dosis 30mg/kgBB/hari
diberikan sebagai dosis tunggal maupun dibagi 2-3 dosis.
Busulfan (Myleran)
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil. Dosis 4-8mg/hari per oral, dapat dinaikkan
sampai 12 mg/hari.
Berbeda dengan imatinib mesilat, interferon tidak dapat menghasilkan remisi biologis
walaupun dapat mencapai remisi sitogenik.
Tidak dilakukan pada LGK dengan kromosom Ph negative atau BCR-ABL negative.
LLK stadium lanjut dengan batas tumor luas dan gagal sumsum tulang
- Klorambusil
- Siklofosfamid
Kemoterapi Kombinasi
- Siklofosfamid
Diobati dengan kortikosteroid dengan dosis 1mg/kg BB, preparat imunosupresan (jika
pasien tidak respons setelah 4-6 minggu terapi), meliputi imunnoglobulin dosos tinggi,
siklosporin, splenektomi, dan radiasi limpa dengan dosis rendah.
Radioterapi
Splenektomi
Pengobatan Baru
Bioterapi
Pasien dapat diberikan minuman yang mengandung alkaloid tanaman Vinca rosea,
dengan cara direbus dan kemudian diminum.
Mehindari bahan bahan kimia yang bersifat karsinogen seperti benzene, formaldehida.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.detak.org/aboutcancer.php?id=10&c_id=0
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/03/serba-serbi-leukemia
Mubin Halim, A. 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.