Puskesmas Kedungkandang
Periode 12 November 09 Desember 2017
Pembimbing
dr. Arief Alamsyah, MARS
Penguji
Oleh:
Reza Aditya M
NIM. 150070200011109
Identitas Pasien:
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pekerja Pabrik
Status perkawinan : Single
Sistem pembayaran : BPJS
Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
Pasien mengaku tidak pernah mengalami penyakit serupa dan baru pertama
kali melakukan perawatan di puskesmas
Riwayat sosial
Kebersihan pribadi pasien mengaku mandi 2 hari sekali dan mengganti pakaian
setiap kali mandi, dengan pakaian yang tidak terkesan ketat.
Pasien jarang makan 3 kali sehari (nasi putih, tahu-tempe, telur, sayur-mayur,
ayam) dengan porsi yang tidak menentu dan lebih sering mengemil jajanan
daripada makan nasi. Pasien merupakan seorang pekerja pabrik dengan aktivitas
sehari hari yang padat.
Pasien saat ini tinggal di rumah Bersama ayah dan ibunya dan belum menikah.
Hubungan pasien dengan tetangga baik
Riwayat pengobatan
Untuk demam pasien hanya mengkonsumsi Panadol hijau saja dan belum ada
perbaikan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital dan Status Gizi
IMT : 24 kg/m2
Status Generalis
KEPALA
a. Pulmo
Inspeksi : Gerakan statis & dinamis D=S
Palpasi: Stem Fremitus D=S
Inspeksi Rounded
EKSTREMITAS
Pemeriksaan Penunjang:
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan, mulut atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii. Penyebab typhoid adalah
Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B dan C. Ada dua sumber penularan
Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. Penularan
Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella
thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut (Nursalam, 2008).
Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke
lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke
aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama
hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar
(Ngastiyah 2005).
Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam sore hari dengan serangkaian
keluhan klinis, seperti anoreksia, mialgia, nyeri abdomen, dan obstipasi. Dapat disertai
dengan lidah kotor, nyeri tekan perut, dan pembengkakan pada stadium lebih lanjut
dari hati atau limpa atau kedua-duanya. Pada anak, diare sering dijumpai pada awal
gejala yang baru, kemudian dilanjutkan dengan konstipasi. Konstipasi pada permulaan
sering dijumpai pada orang dewasa. Walaupun tidak selalu konsisten, bradikardi relatif
saat demam tinggi dapat dijadikan indikator demam tifoid. Pada sekitar 25% dari kasus,
ruam makular atau makulopapular (rose spots) mulai terlihat pada hari ke 7-10,
terutama pada orang berkulit putih, dan terlihat pada dada bagian bawah dan
abdomen pada hari ke 10-15 serta menetap selama 2-3 hari (Bhutta, 2006).
WHO sendiri telah memberikan rekomendasi pengobatan antibiotik untuk
demam tifoid, yang dibagi atas pengobatan untuk demam tifoid tanpa komplikasi, baik
sebagai terapi utama maupun alternatif dan terapi untuk demam tifoid yang berat atau
dengan komplikasi yang membutuhkan pengobatan parenteral
Pada pasien tanda klinis yang terlihat adalah panas tinggi, lidah kotor dan
konstipasi. Dari pemeriksaan laboratoris, didapatkan widal typh O(1/320), dan
terapinya diberikan kloramfenikol 4x500 mg per oral karena pasien masih bisa makan
dan minum. Untuk mencegah muntah, sebelumnya diberikan antimuntah
domperidone 2x10mg (WHO, 2003).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang
tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah
yang cepat (syok hemoragik) (Dewi, 2010).
Menurut Sudoyo et al. (2009), penyebab syok hipovolemik, antara lain:
1. Kehilangan darah
a. Hematom subkapsular hati
b. Aneurisma aorta pecah
c. Perdarahan gastrointestinal
d. Trauma
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
3. Kehilangan cairan ekstraselular
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal.
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat nonperdarahan
serta perdarahan adalah sama meskipun ada sedikit perbedaan dalam kecepatan
timbulnya syok (Baren et al., 2009). Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adanya syok hipovolemik tersebut dapat berupa pemeriksaan
pengisian dan frekuensi nadi, tekanan darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada
ujung-ujung jari, suhu dan turgor kulit (Hardisman, 2013).
Ketika mekanisme kompensasi gagal, syok hipovolemik terjadi pada rangkaian
keadaan di bawah ini:
1. Penurunan volume cairan intravascular
2. Pengurangan venous return, yang menyebabkan penurunan preload dan
stroke volume
3. Penurunan cardiac output
4. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)
5. Kerusakan perfusi jaringan
6. Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke sel
7. Kegagalan multisistem organ (Dewi, 2010)
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan volume
intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi
jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan (3) memperbaiki
penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin. Jika pasien sedang
mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Mencakup
pemasangan tekanan pada tempat perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan
untuk menghentikan perdarahan internal. Pemasangan dua jalur intra vena dengan
kjarum besar dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan.
Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen
darah jika diperlukan, contoh cairan yang dapat diberikan adalah Ringer Laktat dan
Natrium clorida 0,9 %. Perlu di evaluasi untuk produksi urin sehingga pemasangan
kateter urin mungkin diperlukan. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2
ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia. Cairan diberikan sampai
vena jelas terisi dan nadi jelas teraba(Thaib, 2016).
Pada pasien ini terdapat tanda tanda menuju syok yaitu, penurunan tekanan
darah (90/palpasi) dan akral dingin. Diberikan kristaloid jenis ringer laktat 1L,
dievaluasi, tekanan darah post rehidrasi 100/70, nadi 84, rr 20, akral hangat. Pasien
tidak dipasang kateter karena masih bisa ke kamar mandi sendiri, dan sebelumnya bak
dbn.
Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal :
Alasan Kedatangan : Demam disertai mual muntah dan semakin lama
semakin lemas.
Persepsi : pasien mengira hanya sakit flu biasa
Harapan : Pasien berharap demam dapat berkurang dan
dapat makan tanpa dimuntahkan lagi.
Kekhawatiran : Pasien khawatir sakitnya berulang dan dapat MRS
lagi
Upaya : Datang ke UGD untuk mendapatkan perwatan
Aksis 2 - Aspek Biomedis : Demam Tifoid
Aksis 3 - Aspek Risiko Internal :
Buruknya pola makan pasien disertai senang mengkonsumsi makanan
ringan sembarangan
Tingkat pendidikan pasien yang rendah
Obesitas
Intervensi Komprehensif
Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga mengacu pada
tatalaksana dokter keluarga yang holistik dan komprehensif dimana keadaan
kesehatan individu akan berdampak pada keluarga dan juga sebaliknya. Karena
butuh dukungan dari keluarga juga untuk selalu mengingatkan pasien agar
makan teratur dan juga tidak jajan sembarangan. Selain itu keluarga juga perlu
di ingatkan untuk selalu menjaga kesehatan keluarganya.
Family APGAR
No. Pertanyaan Sering Kadang- Jarang
kadang
Family SCREEM
Typh O
(1/320)
Aksis 3 Pasien tidak - Memberikan edukasi kepada
teratur pasien mengenai infeksi tifoid
dalam pola Konseling untuk memperbaiki
makan gaya hidup dan advis untuk
sehari hari mengubah pola makan
dan sering
jajan
sembaranga
n.
Denah rumah
Kunjungan Rumah Kedua