Abstrak
Perilaku bullying merupakan salah satu masalah dalam dunia pendidikan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemaafan dengan kecenderungan
perilaku bullying pada siswa korban bullying. Metode pengumpulan data mengguna-
kan dua kusioner yaitu: skala pemaafan, dan kecenderungan perilaku bullying.Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa yang terdeteksi sebagai korban bullying di SMK Multi
Mekanik Masmur Pekanbaru berjumlah 45 siswa yang terdiri dari 38 siswa laki-laki dan
7 siswa perempuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara pemaafan dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa
korban bullying artinya semakin tinggi pemaafan maka semakin rendah kecenderun-
gan perilaku bullying pada siswa korban bullying. Implikasi hasil penelitian dibahas
dalam artikel ini.
Abstract
Bullying behavior is one of the problems in education. This study aimed to determine
the relationship between forgiveness and the tendency of bullying behavior on stu-
dents being bullied. Methods of data collection using two questionnaire,: scale of for-
giveness, and the tendency of bullying behavior. Subjects in this study were students
who are detected as a victim of bullying at SMK Multi Mekanik Masmur Pekanbaru are
45 students (38 boys and 7 girls). The analysis showed that there is a significant nega-
tive relationship between forgiveness and tendency of bullying behavior on students
being bullied, It is means that the higher of the forgiveness, then the lower the ten-
dency of bullying behavior on students being bullied. The implications of the research
discussed in this article.
32
Pemaafan dan Kecenderungan Perilaku Bullying.... Reni Novrita Sari
seseorang/anak yang lebih kuat terhadap menjalani tradisi bullying di sekolah. Strategi
anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik yang paling mudah adalah dengan mencipta-
(Astuti, 2008). Bullying merupakan bentuk kan kepribadian pemaaf bagi korban.
konflik interpersonal yang prevalensinya pal- Bullying yang merupakan suatu konf-
ing umum terjadi (Egan dan Todorov, 2009). lik interpersonal yang mengakibatkan korban
Perilaku bullying merupakan bentuk agresivi- menjadi terisolasi dari kehidupan sosialnya
tas yang memiliki dampak paling negatif bagi membutuhkan kepribadian pemaaf sebagai
korbannya. Hal tersebut ditandai dengan tindakan untuk menghapus stressor dalam
adanya ketidakseimbangan kekuatan antara dirinya (Egan & Todorov, 2009). Kepribadian
pelaku dan korban dengan tujuan untuk men- pemaaf melibatkan emosi positif untuk meng-
yakiti korban secara mental atau fisik (Wiyani, hilangkan rasa sakit akibat perilaku bullying.
2012). Sejalan dengan penelitian Lazarus (dalam
Korban akan mengalami kesejahter- Egan & Todorov, 2009) strategi untuk me-
aan psikologi yang rendah seperti rasa ber- nanggulangi masalah dengan menggunakan
salah yang berkepanjangan, malu, merasa emosi lebih unggul dibandingkan dengan tin-
gagal karena tidak dapat menghadapi per- dakan langsung seperti balas dendam.
lakuan bullying terhadapnya (Wiyani, 2012). Proses pemaafan berakar dari dalam
Selanjutnya korban akan merasa terisolasi diri individu dan tidak membutuhkan orang
dari teman sebayanya, mengalami kesu- lain sehingga korban dapat mengatur emosi
litan berkonsentrasi pada pekerjaan sekolah dalam diriya (Egan & Todorov, 2009). Untuk
(Coloroso, 2007) sehingga penelitian Derosi- menguji hubungan antara pemaafan dan per-
er, Kupersmidt, & Patterson (dalam Egan dan ilaku bullying,Egan (2009, 2005) melakukan
Todorov, 2009) membuktikan bahwa korban sebuah penelitian yang menghasilkan suatu
akan menolak untuk pergi ke sekolah dan kesimpulan bahwa seseorang yang memi-
memilih untuk absensi. Strategi yang diambil liki tingkat pemaafan yang tinggi akan men-
korban tersebut tidak efektif sehingga meng- galami rasa sakit emosional yang rendah.
ganggu kemajuan pendidikan korban. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemaafan
Pernyataan diatas sejalan dengan dapat digunakan sebagai sandaran bagi indi-
hasil penelitian Wong (dalam Sintha, 2011), vidu akibat perilaku bullying.
yaitu 38% responden (bullies) menyatakan Pemaafan merupakan suatu respon
bahwa mereka melakukan bullying karena positif (Ahmed & Braithwaite, 2006; Enright &
mereka ingin membalas dendam setelah the Human Development Study Group, 1991;
menjadi korban bullying. Selanjutnya Coloro- North, 1987) yang ditimbulkan ketika korban
so (2007) menyebutkan korban dapat sekali- mendapatkan perilaku bullying dari pelaku.
gus menjadi pelaku. Korban merasa tertindas Pemaafan bertujuan mengganti emosi negatif
dan tersakiti oleh orang dewasa atau anak- yang dirasakan korban ketika mendapatkan
anak yang lebih tua, ia melakukan bullying perilaku bullying dengan emosi yang positif.
kepada yang lain untuk mendapatkan suatu Denton dan Martin (dalam Egan & Todorov,
obat bagi ketidakberdayaan dan kebencian 2009) mengungkapkan bahwa dengan me-
akan dirinya sendiri. Korban akan memba- maafkan, korban siap untuk melepaskan
las dendam secara keji ke orang-orang yang emosi negatifnya dan menstabilkan kepriba-
melukai dirinya, kepada target yang kecil dan diannya. McCullough (2000) mendefinisikan
lebih lemah. pemaafan sebagai perubahan serangkaian
Dr. Alice Miller menuliskan dalam perilaku dengan jalan menurunkan motivasi
bukunya For Your Own Good yaitu sulit bagi untuk membalas dendam, menjauhkan diri
orang untuk mempercayai fakta sederhana atau menghindar dari pelaku kekerasan dan
bahwa setiap algojo dulunya adalah korban meningkatkan motivasi ataupun keinginan
(dalam Coloroso, 2007). Senada dengan untuk berdamai dengan pelaku.
pernyataan diatas, seperti yang diungkap-
kan oleh Stein dkk. (2006) korban dari per- Metode
ilaku bullying juga akan melakukan hal yang
sama pada anak lain. Korban memiliki resiko Partisipan
untuk melakukan perilaku agresif seperti bul- Partisipan penelitian ini terdiri dari 45
lying kepada teman-teman sebayanya (Unn- (38 pria dan 7 wanita) siswa kelas X dan XI
ever dalam Stein dkk. 2006) yang disebab- SMK Multi Mekanik Masmur Pekanbaru yang
kan mereka berada dalam siklus kekerasan terdeteksi sebagai korban bullying. Pende-
yang acapkali akan memaksa untuk menjadi teksi korban bullying dilakukan dengan meng-
pelaku selanjutnya (Coloroso, 2007). gunakan pengukuran dengan The Peer Rela-
Titik dasar sebuah siklus kekerasan tions Questionnaire (PRQ)
seperti perilaku bullying terjadi disebabkan
remaja kurang memiliki kontrol atas lingkun- Pengukuran
gan mereka dibandingkan orang dewasa, Metode pengumpulan data yang di-
sehingga mereka tidak punya pilihan selain gunakan dalam penelitian ini menggunakan
33
Jurnal Psikologi, Volume 11 Nomor 1, Juni 2015
dua skala, yaitu: skala pemaafan Transgres- bullying pada siswa korban bullying dan se-
sion Related Interpersonal Motivations-18 baliknya. Dengan demikian hipotesis yang
(TRIM-18) oleh Michael E. McCullough dan diajukan dapat diterima. Berdasarkan hasil
skala kecenderungan perilaku bullying bul- analisis product moment ditemukan korelasi
lying oleh Ken Rigby Skala pemafaan terdiri determinan (r2) diperoleh 0,134. Ini menje-
dari tiga dimensi pemaafan tersebut yaitu laskan bahwa pemaafan memberikan sum-
motivasi menghindari kemarahan, motivasi bangan efektif sebesar 13,4% terhadap ke-
untuk menghindari balas dendam dan moti- cenderungan perilaku bullying. Artinya faktor
vasi untuk berdamai. Skala pemaafan terdiri yang mendukung korban berperilaku bullying
dari 25 aitem.Hasil analisis aitem pada skala tidak hanya dipengaruhi oleh pemaafan mel-
pemaafan menunjukkan bahwa dari 30 aitem ainkan sebesar 86,6% dipengaruhi oleh faktor
yang diujicobakan, 25 aitem yang diterima lain yang berasal dari dalam maupun dari luar
dengan koefisien korelasi aitem total berkisar individu.
antara 0,331-0,798. Sebanyak 5 aitem lain-
nya dinyatakan gugur, dengan koefisien ko- Pembahasan
relasi aitem total -0,220-0,242. Kriteria pemili-
han aitem berdasarkan korelasi aitem total, Penelitian ini dilakukan untuk meng-
biasanya digunakan batasan koefisien kore- etahui hubungan antara pemaafan dengan
lasi aitem sama dengan atau lebih dari 0,30. kecenderungan perilaku bullying pada siswa
Semua aitem yang mencapai koefisien kore- korban bullyingdi SMK Multi Mekanik Pekan-
lasi minimal 0,30 daya pembedanya diang- baru. Berdasarkan hasil analisis korelasional
gap memuaskan (Azwar, 2010). Berdasarkan diketahui bahwa terdapat hubungan negatif
hasil analisis 25 aitem pada Skala Pemaafan yang signifikan antara pemaafan dengan
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,914. kecenderungan perilaku bullying. Ini berarti
Skala perilaku bullying disusun ber- bahwa semakin tinggi pemaafan, maka se-
dasarkan teori Rigby yaitu berdasarkan ben- makin rendah kecenderungan perilaku bully-
tuk-bentuk bullying, meliputi bullying fisik, bul- ing pada siswa korban bullying. Sebaliknya,
lying verbal, serta bullying relasional. Skala semakin rendah pemaafan maka semakin
kecenderungan perilaku bullying terdiri dari tinggi kecenderungan perilaku bullying pada
28 aitem.Hasil analisis aitem pada skala ke- siswa korban bullying. Dengan demikian hipo-
cenderungan perilaku bullying menunjukkan tesis yang diajukan peneliti dapat diterima.
bahwa dari 30 aitem yang diujicobakan, 28 Karakteristik siswa melakukan per-
aitem yang diterima dengan koefisien kore- ilaku bullying yaitu karena adanya perasaan
lasi aitem total berkisar antara 0,362-0,729. dendam dan iri hati akibat pengalaman dima-
Sebanyak 2 aitem lainnya dinyatakan gugur, sa lalu (Shinta, 2011). Berdasarkan hasil pe-
dengan koefisien korelasi aitem total berkisar nelitian, siswa yang memiliki kecenderungan
antara 0,193-0,290. Dengan demikian koe- perilaku bullying pada kategori tinggi menun-
fisien reliabilitas alpha skala kecenderungan jukkan bahwa adanya keinginan balas den-
perilaku bullying yaitu 0,925. dam atas perilaku bullying yang diterimanya.
Hal tersebut dipertegas oleh penelitian Stein
Hasil dkk, (2006) yang menyebutkan bahwa korban
bullying akan melakukan hal yang sama ke-
Hasil uji normalitas me-nunjukkan pada siswa lain yang lebih lemah.
bahwa sebaran skor variabel pemaafan dan Hasil penelitian juga yang menun-
skor variabel kecenderungan perilaku bully- jukkan bahwa siswa yang berada di kelas X
ing yang diperoleh adalah normal (p>0,05). memiliki kecenderungan berperilaku bullying
Skala Pemaafan menunjukkan koefisien KS- selanjutnya. Hasil tersebut ditunjukkan den-
Z=0,515 dan p=0,954 (p>0,05) sedangkan gan nilai mean kecenderungan perilaku bul-
pada Skala Kecenderungan Perilaku Bullying, lying padakelas X sebesar 45,00 lebih tinggi
koefisien KS-Z=1,348 dan p=0,053 (p>0,05). dari mean kelas XI sebesar 37,24. Kecend-
Hasil uji linearitas me-nunjukkan F=10,030 erungan korban melakukan perilaku terse-
dan p=0,006. Berdasarkan hasil analisis terse- but disebabkan siswa berada dalam siklus
but, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kekerasan yang memaksa mereka menjadi
linear antara variabel pemaafan dan kecend- pelaku (Coloroso, 2007).
erungan perilaku bullying karena p<0,05. Pada dasarnya siswa korban bullying
Hasil analisis hipotesis menunjuk- mampu mengobati rasa sakit akibat perilaku
kan bahwa koefisien korelasi r=-0,366 dan bullying dengan memaafkan. Pemaafan ber-
p=0,013 (p<0,05). Dari hasil tersebut menun- fokus pada emosi dalam diri individu sehing-
jukkan bahwa ada hubungan negatif signifi- ga siswa korban bullying dapat melakukan hal
kan antara pemaafan dengan kecenderungan yang lebih baik daripada melakukan perilaku
perilaku bullying pada siswa korban bullying. bullying disebabkan keinginan untuk balas
Hal ini berarti semakin tinggi pemaafan, maka dendam.
semakin rendah kecenderungan perilaku
34
Pemaafan dan Kecenderungan Perilaku Bullying.... Reni Novrita Sari
35
Jurnal Psikologi, Volume 11 Nomor 1, Juni 2015
kan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Worthington Jr, Everett L. (1998). Dimension
Wiyani, N.A. (2012). Save Our Children from of Forgiveness. Amerika Serikat:
School Bullying. Yogyakarta: Ar-ruzz Templeton Foundation Press.
Media
36