Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Geologi Struktur yang berdasarkan
praktikum lapang yang telah dilaksanakan pada Minggu, 18 November 2017 di kawasan
Tulungagung hingga Trenggalek.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan laporan besar yang menjadi tugas
Ujian Akhir Praktikum mata kuliah praktikum Geologi Struktur dengan judul "Laporan Praktikum
Lapang Geologi Struktur". Di samping itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung saya selama pembuatan laporan besar ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah laporan besar ini. Untuk itu saya ingin berterima kasih kepada:
1. Ir.Wiyono,M.Si dan bapak Drs. Alamsyah Mohammad Juwono, M.Sc., Ph.D selaku dosen
pembimbing selama dilaksanakannya praktikum lapang geologi struktur sekaligus dosen
pengajar mata kuliah Geologi Dasar Teknik Geofisika Universitas Brawijaya Malang.
2. Kakak-kakak asisten praktikum geologi dasar yang senantiasa menemani selama fieldtrip
berlangsung.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
LAMPIRAN ..................................................................................................................................... 30
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ................................................................................................................................. 5
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geologi struktur adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
bentuk-bentuk arsitektur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan yang membentuk kerak
bumi. Dengan mempelajari geologi struktur, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah
tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya.
Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya geologi struktur
diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumi serta bagaimana struktur
geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya struktur dan proses terbentuknya lipatan
dan patahan.
Adanya praktikum lapang geologi struktur ini untuk mengetahui bentuk dan struktur
geologi khususnya struktur patahan dan lipatan dipermukaan bumi secara nyata, proses
terbentuk dan faktor-faktor yang memengaruhinya sehingga mahasiswa tidak hanya
membayangkan bagaimana proses terbentuknya patahan dan lipatan dipermukaan bumi,
adanya singkapan dan karakteristik suatu batuan, serta proses terjadinya di alam bebas. Tetapi
dapat melihat langsung fenomena pembentukan patahan, lipatan, batuan, dan lain sebagainya
secara nyata.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lipatan dan Patahan?
2. Apa saja jenis-jenis lipatan dan patahan?
3. Bagaimana kenampakan geologi struktur di daerah Tulungagung dan Trenggalek?
1.3. Tujuan
1. Memahami konsep geologi struktur mengenai patahan dan lipatan
2. Mengetahui jenis-jenis lipatan dan patahan.
3. Mengetahui kenampakan geologi struktur di daerah Tulungagung dan Trenggalek.
1.4. Manfaat
Manfaat dari adanya praktikum geologi struktur ini agar praktikan memahami konsep
dasar mengenai patahan dan lipatan mulai dari proses terbentuk hingga jenis-jenis lipatan
sehingga dapat mengaplikasikannya dengan kejadian patahan dan lipatan dipermukaan bumi
secara nyata.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 2.1 Peta Fisiografi daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)
5
Miosen Akhir diendapkan Formasi Wonosari. Litologi penyusun Formasi Wonosari terdiri
dari batugamping berlapis, batugamping terumbu, batugamping tufaan, batugamping
napalan, batupasir tufaan, dan batulempung. Selanjutnya, pada Miosen Akhir Formasi
Wonosari berkembang menjadi Formasi Kepek. Litologi penyusun Formasi Kepek terdiri
dari perselingan batugamping dan napal.
Bentuk-bentuk permukaan bumi yang tampak saat ini tidak terjadi dengan sendirinya,
tetapi melalui berbagai proses pembentukan permukaan bumi yang memaka waktu lama.
Perubahan permukaan bumi disebabkan oleh tenaga geologi yang terdiri atas tenaga endogen
dan tenaga eksogen.
Tenaga endogen sering pula disebut sebagai tenaga tektonik. Tenaga endogen terdiri atas
proses diatropisme (proses struktural yang mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan) dan
vulkanisme (gejala alam yang berhubungan dengan kegiatan gunung api). Salah satu proses
pembentukan bumi yang berasal dari tenaga didalam bumi yakni proses diatropisme.
Diatropisme merupakan proses strutural yang menyebabkan adanya proses lipatan dan patahan
(Ruhimat,dkk.2006).
6
Menurut Noor (2013) Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari
gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.
Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin adalah
bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang
cembung ke arah atas.Patahan
Sedangkan patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan
indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b).
Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan /
pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis,
lipatan dsb (Noor,2013)
Patahan adalah proses perubahan posisi batuan akibat bekerjanya tenaga endogen yang
menekan struktur batuan keras sehingga antara struktur batuan satu dan lainnya menjadi patah
dan terpisah. Biasanya patahan terjadi karena adanya gaya endogen yang bergerak dengan cepat
dan mengenai struktur batuan yang kurang elastis. Pada umumnya patahan dapat dibedakan
menjadi beberapa bentuk. Jenis jenis patahan yakni sebagai berikut :
1) Patahan turun (normal fault)
Patahan yang arah lempeng batuannya mengalami penurunan yang mengikuti arah
gaya berat.
Patahan naik adalah patahan yang arah lempeng batuannya bergerak naik berlawanan
dengan arah gaya berat.
3) Patahan geser (strike slip fault)
Patahan geser adalah patahan yang arah lempeng batuannya mengalami pergeseran
dan arahnya berlawanan dengan lempeng batuan lainnya (bergerak horizontal).
Patahan ini disebabkan karena adanya 2 gaya yang berbeda dan berlawanan
arah.(Sugiharyanto,2007).
Gambar 2.3. jenis patahan (a). patahan turun (b). Patahan naik
7
(c). Patahan geser (Noor,2013).
Berbagai tipe patahan dapat menyebabkan beragamnya bentuk muka bumi, seperti
graben, horst, dan fault scarp. Lapisan tanah yang lebih rendah dari sisi kiri dan kanan akibat
terjadinya patahan disebut graben. Sedaangkan lapisan tanah yang lebih tinggi dari
sekelilingnya dan terjadi sebagai akibat dari adanya patahan disebut horst.Fault scarp
merupakan diding terjal yang dihasilkan oleh adanya patahan dengan patahan yang salah satu
blok bergerak ke atas. Sedangkan patahan kompleks terjadi akibat bekerjanya tenaga endogen
sehingga menghasilkan retakan, patahan naik, patahan turun, dan patahan geser. Patahan
kompleks dapat menyebabkan terjadinya pegunungan blok. (Noor, 2013).
Sedangkan lipatan terjadi karena adanya tekanan horizontal yang berlawanan pada suatu
lapisan batuan. Tekanan tersebut biasanya lemah tetapi berlangsung terus menerus dalam
jangka waktu yang lama. Akibatnya, lapisan batuan menjadi melengkung membentuk suatu
lipatan. (Sugiharyanto, 2007).
Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, jens lipatan dibedakan
atas lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, lipatan monoklin, lipatan rebah yang
berubah menjadi sesar sungkup, dan lipatan isoklin.
a. Lipatan tegak
Lipatan tegak yakni lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal dengan letak yang
simetrik. Terdapat sumbu lipatan disampingnya. Lipatan jenis ini terjadi sebagai akibat adanya
dua tenaga yang bertemu degan kekuatan yang seimbang.
8
b. Lipatan miring
Lipatan miring adalah lipatan yang mempunyai antiklinal agak miring. Lipatan ini
dapat terjadi karena tekanan horizontal dari salah satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.
c. Lipatan menggantung.
Lipatan menggantung yakni lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal yang
miring dan lebih miring dibandingkan dengan lipatan miring. Lipatan ini terjadi
sebagai akibat dari adanya tekanan horizontal dari salah satu sisi lebih besar dari sisi
lainnya.
d. Lipatan rebah
Lipatan rebah adalah lipatan yang terjadi sebagai akibat dari adanya tekanan kuat yang
mendorong bagian dasar lipatan, sehingga antiklinalnya rebah. Lipatan ini dapat
terjadi akibat adanya gaya horizontal dari satu arah. Lipatan rebah dapat menjadi
patahan atau sesar sungkup apabila gaya yang bekerja pada lapisan tersebut sangat
kuat dan terus menerus hingga melewati batas elastisitas lapisan batuan tersebut
hingga patah. (utoyo, 2007)
Gambar 2.6. jenis lipatan. (a).lipatan tegak, (b).lipatan miring, (c). Lipatan menggantung, (d).
Lipatan isoclinal (Utoyo,2007).
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam
bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah struktur bidang,
misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang
mencerminkan sifat dari deformasi terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan
aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Lipatan terbentuk bilamana unsur
yang telah ada sebelumnya berubah menjadi bentuk bidang lengkung atau garis lengkung.
9
Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin
adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang
cembung ke arah atas.
Limb (sayap) : bagian lipatan yang terletak down-dip dimulai dari lengkung
maksimum suatu antiklin atau up-dip dimulai dari lengkung suatu sinklin.
Hinge : titik pelengkungan maksimum pada lapisan yang terlipat.
10
Crest : titik puncak tertinggi dari lipatan.
Trough line : adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah pada
suatu sinklin.
Trough surface : bidang khayal yang memuat seluruh trough line suatu sinklin.
Plunge : sudut penunjaman dari axial line yang diukur terhadap bidang horisontal.
Sudut ini terletak pada bidang vertikal.
Bearing : sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan menyatakan arah
penunjaman axial line.
Pitch : sudut antara axial line dengan bidang atau garis horisontal yang diukur pada
axial plane/surface.
11
2) Lipatan asimetris: bidang sumbu miring
3) Lipatan overturned atau overfold: bidang sumbu miring namun kedua sayap
telah miring kearah yang sama dengan besar sudut yang berbeda.
5) Lipatan isoklinal: kedua sayap memiliki besar dip yang sama dan miring kearah
yang sama.
12
Gambar 2.13 Lipatan isoclinal miring
7) Lipatan kotak: crest bersifat lebar dan datar sehingga memiliki dua hinge pada
kedua ujung crest.
8.) Lipatan kipas: kedua sayap bersifat overturned; pada antiklin kipas kedua sayap akan
saling mendekat sedangkan pada sinklin kipas kedua sayap akan saling menjauh.
13
Gambar 2.17 Lipatan kipas
9.) Kink band: varian dari lipatan chevron dengan panjang kedua limb yang saling
berbeda.
10.) Monoklin: terbentuk pada lapisan horisontal yang secara lokal memiliki kemiringan.
11.) Teras struktural: terbentuk pada lapisan miring yang secara lokal memiliki
lapisan horizontal.
1. Open fold, yaitu lipatan yang lapisannya tidak mengalami penebalan atau penipisan
karena deformasi yang lemah.
14
2. Closed fold, yaitu lipatan yang lapisannya mengalami penebalan dan penipisan karena
deformasi yang kuat.
3. Drag fold, yaitu lipatan lipatan kecil yang terbentuk pada sayap lipatan yang besar
akibat terjadinya pergeseran antara lapisan kompeten dan lapisan tak kompeten
2. Culmination dan depression, yaitu lipatan lipatan yang menunjam pada arah yang
berbeda, sehingga terjadi pembubungan (culmination) dan penurunan (depression).
3. Anticlinorium, yaitu antiklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih
kecil.
4. Synclinorium, yaitu sinklin yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih kecil.
1. Similar fold, yaitu lipatan yang tiap lapisannya lebih tipis pada sayapnya dan lebih tebal
pada hings nya.
2. Pararel/concentric fold, yaitu lipatan dengan anggapan bahwa ketebalan lapisan tidak
berubah selama perlipatan.
3. Pierching/Diaphiric fold, yaitu lipatan dimana intinya yang aktif telah menerobos
melalui batuan diatasnya yang lebih rapuh.
4. Supratenous fold, yaitu lipatan yang terbentuk karena adanya perbedaan kompleks
sedimen pada saat pengendapan terjadi di suatu punggung bukit.
5. Disharmonic fold, yaitu lipatan yang tidak seragam bentuknya dari lapisan ke lapisan.
15
Turns dan Weiss, 1963 (Vide Hobbs et al, 1973) menggolongkan lipatan berdasarkan
kedudukan axial surface dan hings line menjadi:
1) Horizontal normal, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan
hings line horizontal.
2) Plunging normal, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan
hings line menunjam.
3) Horizontal inclined, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan
hings line horizontal.
4) Plunging inclined, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan
hings line menunjam, tetapi jurus axial plane miring terhadap sumbu lipatan.
5) Reclined, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line
menunjam tetapi jurus axial plane tegak lurus terhadap sumbu lipatan.
6) Vertical, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line
vertikal.
7) Recumbent, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line
horizontal.
Gambar 2.21 Jenis Jenis lipatan yang terdapat di permukaan bumi (Noor, 2013).
Secara garis besar, gerakan tektonisme dapat dibedakan menjadi dua, yaitu epirogenesis
dan orogenesis.
a. Epirogenesis
Epirogenesis merupakan suatu gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yang
luas (benua).
16
b. Orogenesis
Gambar 2.22. (a). patahan San Andreas, Kalifornia. (b). Jenis-jenis patahan. (Khosim dan
Kun,2007).
b. Hukum Superposisi
1. Horizontalitas (Horizontality)
Kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan adalah horisontal, kecuali
pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar
cekungannya yang memang menyudut.
2. Superposisi (Superposition)
Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan suatu batuan yang berada
pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua
dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.
3. Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) :
Pelamparan suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan
batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan
sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa
perlapisan batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan
facies terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia, dan
biologi yang berbeda satu dengan lainnya (Noor,2013).
4. Unconformity
Ketidak Selarasan (Unconformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan
dengan lapis batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu
(tidak menerus), yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan.
Dalam geologi dikenal 3 (tiga) jenis ketidak selarasan, yaitu:
1) Disconformity adalah salah satu jenis ketidak selarasan yang hubungan
18
antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya
(kelompok batuan lainnya) yang dibatasi oleh satu rumpang waktu tertentu
(ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi pengendapan).
2) Angular Unconformity (Ketidakselarasan Bersudut) adalah salah satu
jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan
(sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan
lainnya), memiliki hubungan/kontak yang membentuk sudut.
3) Nonconformity adalah salah satu jenis ketidak selarasan yang hubungan
antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan beku atau
metamorf (Noor,2013).
19
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Lapang Geologi Struktur ini dilaksanakan pada tanggal 18 November 2017.
Praktikum lapang ini bertempat di tulungagung dan trenggalek. Praktikum ini memiliki 4
stopsite yang akan dijadikan objek dari pengamatan. Stopsite pertama bertempat di desa
arjotangan Tulungagung. Stopsite kedua berlokasi di desa Gamping Kec.Campurdarat.
kemudian stopsite ketiga berlokasi din desa Besule kec.Campurdarat. stopsite terakhir berada
di kec.Watulimo Kab.Trenggalek lebih tepatnya di Goa Lowo.
3.2. Alat dan Bahan
1. GPS
3. Palu Geologi
Palu Geologi terdapat dua macam, yaitu palu batuan beku dan palu batuan
sedimen. Palu batuan beku berujung runcing dan umumnya dipakai untuk
batuan keras, palu ini juga dapat dipakai untuk batuan metamorf. Palu
batuan sedimen berujung lebar, umumnya dipakai untuk batuan berlapis
seperti sedimen.
20
Gambar 3.3 Palu Geologi (batuan beku)
4. Kompas Geologi
Alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis
yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara
akurat.
21
5. Peta Geologi
Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala yang
menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur,
stratigrafi, stuktur, tektonika,fisiografi dan sumberdaya mineral serta energi.
6. Papan dada
Digunakan untuk menulis sesuatu yang penting dan menggambar sketsa dari
suatu bentuk struktur.
8. Kamera
22
BAB IV
PEMBAHASAN
23
Stopsite kedua ini berada di Desa Gampin, Kecamatan Campurdarat, Kabupate
Tulungagung atau berada pada koordinat S 08 10 53,34 E 111 50 28,58 dengan elevasi 97
m dan cuaca yang cerah.
Daerah ini merupakan half-graben karena pada daerah ini tidak ditemukan adanya horzt.
Half-Grabens sendiri adalah patahan normal yang bidang patahnya berbentuk lengkungan
dengan besar kemiringan yang semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat
menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi (Noor, 2013). Seperti yang terlihat pada Gambar
4.2 vegetasi yang miring menandakan telah terjadi patahan. Patahan yang terjadi merupakan
patahan normal yang dibuktikan dengan tidak adanya hanging wall yang menggantung.
24
Gambar 4.3 kompleks pertambangan marmer
Kawasan ini merupakan kompleks pertambangan marmer (Gambar 4.3). Pada daerah ini
terdapat banyak singkapan batuan marmer yang dulu diperkirakan merupakan batuan kapur yang
mengalami metamorfisme dan entah bagaimana tersingkap di permukaan bumi. Batu marmer
memiliki kekerasan 9-10 skala mohs. Sehingga untuk memotongnya hanya dapat menggunakan
intan yang dipasang pada seutas tali baja yang terus berputar seperti gergaji. Tambang yang ada
pada daerah ini merupakan tambang milik pemerintah daerah yang dikelola bersama dengan
perusahaan swasta.
25
Gambar 4.5 Batuan beku pada sungai
Pada stopsite ini kita dapat melihat sebuah gunung yang bernama gunung sepikul (Gambar
4.4). Gunung ini merupakan intrusi dari dalam bumi sehingga kaya akan batuan beku. Batuan
beku pada gunung ini mengalami pelapukan dan ditumbuhi berbagai macam vegetasi dan
kedepannya mungkin akan menjadi gunung tanah. Batuan beku yang mengalami pelapukan
terbawa hingga ke sungai, sehingga pada salah satu sisi sungai kita dapat melihat bongkahan
batuan beku (Gambar 4.5). Namun pada sisi lainnya tidak terlihat batu beku, yang ada hanya batu
gamping pada daerah endapan yang berwarna hitam karena mengalami oksidasi.
Pada stopsite ini kita dapat menemukan bongkahan batu besar yang merupakan batuan kapur
yang telah mengalami oksidasi dan dirusak tumbuhan. Proses pelarutan yang ada di kawasan ini
tampaknya sudah berlangsung secara intensif. Hal ini ditandai dengan ditemukannya gua yang
ukurannya sangat lebar dan panjang, yaitu gua Lowo. Memiliki panjang sekitar 2 km dengan 12
ruangan yang luas. Beberapa kenampakan khas daerah kapur dapat ditemukan di dalam gua ini yaitu
berupa stalaktit, dan stalagmit. Proses pembentukan stalaktit dan stalagmit di beberapa bagian gua
masih terus berlangsung sehingga merupakan objek studi yang cukup menarik.
26
Gambar 4.7 stalaktit dan stalakmit goa lowo
Berdasarkan terjadinya, gua Lowo dan juga gua gua kapur di daerah yang lain sebenarnya
merupakan sungai bawah tanah yang terjadi melalui proses yang sangat panjang. Proses terjadinya
gua ini diawali oleh proses pelarutan batuan kapur oleh air hujan melalui proses kimiawi.
27
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum mengenai geologi struktur di daerah Tulungagung dan
Trenggalek, praktikan dapat menyimpulkan bahwa daerah Tulungagung dan Trenggalek
termasuk dalam Lajur Pegunungan Selatan Jawa Timur dimana pada daerah ini terjadi proses
endogen dan eksogen sehingga munculnya gunung api, sedimentasi batuan kapur dan
pengangkatan kawasan tersebut. Pada kawasan ini telah tersingkap beberapa lapisan batuan
seperti batuan karbonatan, marmer dan batuan beku. Pada kawasan ini juga terdapat proses
pelarutan yang ditandai dengan ditemukannya gua yang bernama goa lowo. Proses pembentukan
stalagtit dan stalagmite pada gua ini masih berlangsung hingga saat ini.
5.2. Saran
Pada fieldtrip selanjutnya diharapkan agar para praktikan mempelajari dulu materi dan
metodologi yang berkaitan dengan segala kegiatan saat praktikum berlangsung sehingga
meminimalisir segala bentuk kesalahan saat praktikum berlangsung.
28
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelem, V. 1949. The Geology of Indonesia.Government Printing Office. the Hague.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka Wawasan Cakrawala Dunia. Setia Purnama
Inves.Bandung
29
LAMPIRAN
30
31
32
33
34