Anda di halaman 1dari 3

Memilih Pemimpin

Popularitas VS Kapabilitas

(Catatan Singkat untuk Hasil Survei Laboratorium

Psikolog Politiki UI atas Pilgub Sulsel)

Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan barangkali bisa menjadi sebuah


eksperimen politik. Mengapa? Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 15 Oktober 2017,
Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (LPP UI) merilis sebuah survei
Opinion Leader: Mencari Calon Gubernur Sulawesi Selatan Terbaik. Berbeda dengan
kebanyakan survei yang selama ini kita ketahui, hasil kerja dari Prof.Hamdi Muluk
memberikan sudut pandang baru. Melalui 196 pakar yang terdiri dari kalangan prosefor
dan doktor, profesional, pengamat politik, konsultan politik, tokoh masyarakat, pers,
partai politik, pebisnis, LSM, tokoh muda, serta manajemen tata kota. Mereka diminta
untuk mengutarakan pendapat tentang pemimpin yang kelak menjadi harapan bagi
Sulawesi Selatan.

Mereka dipilih dengan asumsi bahwa pengalaman serta proses berpikir mereka
telah melalui refleksi serta analisis yang tepat. Sehingga, para responden mampu
menjadi corong dari lahirnya pemimpin terbaik. Survei ini juga dapat disebut sebagai
upaya pengembangan citizen politics. Di mana orang-orang yang selama ini jarang
beropini tentang politik diminta untuk memilih dan memberikan pendapat yang bebas.
Politik yang selama ini kita kenal buruk dan berkonotasi negatif membuat sebagian
kelompok, memilih acuh. Mereka juga cenderung tak peduli dengan partai politik.
Terlebih jika partai politik hanya terdengar bekerja jikalau mendekati tanggal atau masa
pemilihan. Maka tidak jarang kita menemukan anggapan jika politik hanyalah ajang
tebar janji tanpa bukti. Belum lagi pemberitaan media yang terus menerus
memberitakan kinerja buruk dari politikus. Tentu kita sering mendengar, Sudah
banyak orang pintar di Indonesia, tapi orang jujur sedikit. Sebuah ungkapan putus asa
dari orang-orang yang merasa jikalau bangsa ini di bawah kekuasaan para elit yang
licik. Mari kembali pada survei yang dilakukan Prof Hamdi Muluk dan rekan-rekannya.

Hasil Survei LPP UI

Sebelumnya, kita cenderung berpikir jikalau mungkin saja survei tersebut adalah
sebuah pesanan politik demi mementingkan kelompok tertentu. Namun, jika
berdasarkan sepak terjang dari Laboratorium Psikologi Politik UI, tim peneliti telah
memulai langkah ini sejak tahun 2004 yang dimulai dari Pilkada Jakarta, Jawa Barat
hingga Pilpres kemarin. Survei ini terus divalidasi dari tahun ke tahun demi membawa
misi untuk mendorong masyarakat dalam gerakan citizen politics. Salah satu hal yang
mungkin jadi pertanyaan, apakah hasil ini akan memberikan efek pada perilaku pemilih
di Sulawesi Selatan?

Sebanyak 196 orang pakar yang terdiri dari 14.3% berlatar belakang Professor
atau Doktor, 10.7% Prefessional, Pengamat politik 9.7%, Konsultan politik9.2%, tokoh
masyarakat/budaya, agama 8.7%, Pers 8.7%, Tokoh partai 8.2%, Pebisnis 8.2%, LSM /
Tata kota 8.2%, Tokoh muda 7.1%, pakar manajemen tata kota 7.1% berpartisipasi
dalam survei ini. Mereka diminta menilai sepuluh orang tokoh yangtelah dipilih melalui
focus group discussion (fgd) para pakar sebelum survei Opinion Leader ini dilakukan.
Kesepuluhtokoh yang dinilai tersebut adalah Nurdin Abdullah, Nurdin Halid, Agus
Arifin Numang, Aliyah Mustika Ilham, Abd. Aziz Qahhar Mudzakkar, Ichsan Yasin
Limpo, Andi Mudzakkar, Ni'matullah, Abdul Rivai Ras dan Tanribali Lamo. Para tokoh
ini dipilih berdasarkan kriteria rekam jejak dan prestasi, serta beberapa tokoh dipilih
karena telah mendeklarasikan diri untuk maju sebagai calon Gubernur Sulsel.

Seperti yang penulis jelaskan sebelumnya, jika survei ini berbeda dengan
lainnya. Hal tersebut, karena survei ini bertujuan mencari kandidat dengan dua dimensi
yang sangat penting untuk dimiliki oleh pemimpin politik, yaitu kapabilitas dan karakter
personal yang terbagi menjadi integritas moral serta tempramen. Hasilnya menempatkan
Nurdin Abdullah (NA), sebagai kandidat terbaik calon Gubernur Sulawesi Selatan
2018. Selain itu dari survei LPP UI terdapat sejumlah aspek seperti visioner, leadership
skills, leadership style, problem solving skills, political skills, political communication
skills yang turut dinilai. Dari sekian banyak aspek tersebut NA hampir mendominasi
nilai tertinggi dibandingkan calon-calon lainnya. Selain itu, dalam rangkaian pertanyaan
terbuka tanpa memberikan nama tokoh, NA menjadi top of mind bagi para pakar dengan
elektabilitas 62,9 persen, disusul Nurdin halid dengan 9.1 persen dan Agus arifin
Numang 9.1 persen.

Eksperimen Politik

Anda mungkin juga menyukai