KELOMPOK TUTORIAL A3
Putri Anggraini 121 0211 019
Aviriga Septa 121 0211 148
Dhea Andhira 121 0211 130
Siti Fatimah R.A.D 121 0211 005
Jessica Nugraheni 121 0211 012
Muhammad Faris 121 0211 140
Ahmad Buldani 111 0211 201
Kenny Natalia Putri 121 0211 034
Viny Rahma Pratiwi 121 0211 115
Meliany Hutami Putri 121 0211 114
Fiya Muhartini 121 0211 180
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
Kata Pengantar
Salam sejahtera,
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami pun mengucapkan terima kasih
kepada dr.Hidayat. SpPK, selaku tutor dalam tutorial kami, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama tutorial
berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang bahasan kita
dalam tutorial dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata kesempurnaan, namun mudah-
mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami
mengucapkan terima kasih atas perhatian saudara.
September 2013
Penyusun
OVERVIEW CASE
Terapi :
Intervensi non-bedah
Prognosis :
Cenderung baik, namun dapat menyebabkan
kematian apabila timbul hipertensi pulmonal
BAB I
Page 1
Seorang anak T berusia 1,5 tahun dating berobat kerumah sakit diantar ibunya. Ibu pasien
mengeluh bahwa pasien sering terlihat kebiruan di sekitar mulut terutama ketika menangis.
Keluhan sering terlihat kebiruan ini mulai terlihat oleh ibunya saat pasien berumur 1 tahun. Ibu
pasien mengatakan kalau pasien susah makan. Ibu juga mengatakan dalam kesehariannya
anaknya tidak selincah anak seusianya. Pasien tidak menderita panas badan.
Pasien sudah pernah diajak oleh ibunya ke puskesmas dan dokter puskesmas
menyarankan ke rumah sakit. Pasien ini lahir dengan BB=2500 gram dan panjang 48 cm. Pasien
dilahirkan saat ibu berusia 42 tahun. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga tidak ada.
Riwayat sakit campak waktu ibu sewaktu hamil tidak ada.
Page 2
pemeriksaan fisik :
Abdomen : datar,lembut ; massa (-) ; hepar teraba 3 cm bawah arcus costarum; tepi; lien
tidak teraba ; BU (+)
PAGE 3
Fisiologi Janin
Foramen ovale
Terdapat beberapa perbedaan besar antara sirkulasi janin, bayi, akan dan orang dewasa. Sewaktu
berada didalam rahim, janin tidak menerima oksigen melalui paru-paru. Oksigen ibu disalurkan
menembus plasenta dan masuk ke vena umbilikalis. Vena umbilikalis menyalurkan darah kaya
oksigen ke sisi kanan jantung janin melalui vena kava. Karena sumber oksigen berasal dari ibu,
paru janin dan sebagian besar pembuluh darah yang menyuplainya berada dalam keadaan kolaps
sehingga timbul resistensi yang tinggi terhadap aliran darah di paru janin, terutama apabila
dibandingkan dengan aliran sirkulasi sistemik janin yang memiliki resistensi sangat rendah
karena pembuluh plasenta terbuka lebar.
Terdapat perbedaan struktural karakteristik sirkulasi janin. Pada janin, ada dua hubungan pirau
(shunt) yang memanfaatkan sumber oksigen ibu dan tingginya resistensi sirkulasi paru.
Hubungan yang pertama adalah lubang antara atrium kanan dan atrium kiri, yang disebutforamen
ovale. Karena resistensi sirkulasi paru yang keluar dari ventrikelkanan yang sangat tinggi, darah
janin mengalir ke daerah dengan resistensi rendah: dari atrium kanan ke kiri melalui foramen
ovale. Karena darah yang masuk ke vena kava di janin telah mengalami oksigenasi di plasenta,
pirau kanan ke kiri ini merupakan cara adaptasi yang efisien. Darah yang kaya oksigen
disalurkan ke sirkulasi sistemik (sisi kiri) tanpa perlu mengirim darah ke sistem paru yang tidak
berfungsi dan kolaps.
Sistem paru kedua antar sisi kanan dan kiri sirkulasi janin adlah hubunagn vaskular antara arteri
pulmonalis dan aorta. Hubungan ini disebut Duktus Arteriosus. Duktus ini memungkinkan darah
beroksigen yang meninggalkan sisi kanan jantung menghindari paru janin dan mengalir langsung
ke sirkulasi sistemik yang resistensinya rendah. Harus diperhatikan bahwa paru janin menerima
sedikit darah yang mengalir ke arteri pulmonalis sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan paru.
}Darah dari tali pusat (v.umbilikales) ke v.kava inferior (duct.venosus Arantii) ke atrium kanan.
Sebagian kecil darah ke hati lalu ke v.kava inferior.
}Darah dari atrium kanan mengalir ke atrium kiri (foramen ovale) kemudian ke ventrikel kiri dan
ke aorta. Sebagian kecil darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan.
}Darah dari ventrikel kanan mengalir ke aorta (duct.Botalli). Sebagian kecil darah menuju paru-
paru kemudian ke atrium kiri.
DEFEK SEPTUM ATRIUM
Definisi :
Defek septum atrium adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan
Epidemiologi :
Prevalensi pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dan anak (karena sebagian besar
pasien asimtomatik sehingga diagnosis baru ditegakkan setelah remaja)
Etiologi :
Eksogen
Endogen
Genetik (kromosom)
Klasifikasi :
Definisi :
Defek septum primum adalah dimana terdapatnya celah pada bagian bawah septum atrium yakni
pada septum atrium primum (menyebabkan pirau dari atrium kiri ke atrium kanan melalui
septum primum)
Epidemiologi :
Umumnya kelainan ini lebih berat dari pada jenis defek septum atrium lainnya
Sering terdapat pula celah pada daun katup mitral yang disebut juga insufisiensi mitral
(menyebabkan arus sistolik dari ventrikel kiri ke atrium kiri melalui celah pada katup mitral)
Gejala klinis :
Umumnya kardiomegali lebih sering terjadi pada defek primum dibanding pada defek sekundum
Elektrokardiografi :
Interval PR memanjang
Echocardiografi :
Doppler dapat memperkirakan besanya pirau kiri ke kanan serta derajat regurgitasi mitral
Kateterisasi :
Dilakukan pada pasien dengan defek septum primum yang akan dioperasi
Penatalaksanaan :
Operasi tidak dianjurkan pada pasien tanpa gejala dan pasien yg jantungnya normal atau hanya
sedikit saja mengalami pembesaran
Antibiotik untuk mencegah terhadap endokarditis terutama bila terdapat regurgitasi mitral
Definisi :
Defek septum atrium sekundum adalah suatu keadaan dimana terdapatnya lubang patologis
ditempat fosa ovalis (menyebabkan terjadinya pirau dari atrium kiri ke atrium kanan)
Epidemiologi :
Defek septum atrium sekundum merupakan 80 % dari seluruh defek septum atrium
Gambaran klinis :
Sesak nafas & sering mengalami infeksi paru (bila pirau cukup besar)
Tumbuh kembang normal (tetapi jika pirau terlalu besar BB anak sedikit berkurang)
Foto thoraks :
Foto thoraks AP menunjukkan :
Elektrokardiografi :
pemanjangan interval PR
Echocardiografi :
Pandangan yang terbaik adalah subxifoid empat ruangan dimana berkas ultrasonil tegak lurus
terhadap septum atrium
Px. Doppler untuk menunjukkan dengan jelas pirau dari atrium kiri ke kanan
Terdapat insufisiensi trikuspid (akibat dilatasi ventrikel kanan dan atrium kanan yang
meregangkan katup trikuspid)
Kateterisasi :
Hanya dilakukan apabila terdapat keraguan akan adanya penyakit penyerta atau hipertensi
pulmonal
Penatalaksanaan :
Pembedahan
> jika Qp/Qs lebih besar dr 2:1 defek harus ditutup pada usia 4-5 tahun
> jika Qp/Qs kurang dr 1,5:1 defek septum sekundum umumnya tidak perlu di koreksi,
melainkan dibiarkan dengan pengawasan
Setelah itu pasien diobservasi 1 malam, diberikan antibiotik profilaksis selama 6-9 bulan
Prognosis :
Masalah akan timbul pada dekade ke-2 atau ke-3 hipertensi pulmonal
Definisi :
Defek septum atrium tipe sinus venosus adalah Insersi vena cava superior yang terletak pada
septum atrium sehingga terbentuk hubungan interatrial dalam mulut vena tersebut, dan
berhubungan dengan anomali muara vena pulmonalis secara parsial
Epidemiologi :
Defek septum atrium tipe sinus venosus merupakan 2-3 % dari seluruh kelainan defek septum
atrium
Klinis
EKG dan radiologis defek septum atrium tipe sinus venosus sama dengan defek septum atrium
sekundum, untuk membedakannya diperlukan pemeriksaan echocardiografi
Pada bedah korektif : dilakukan koreksi terhadap kelainan muara vena pulmonalis yang ada
Tetralogi of Fallot
Definisi
Tetralogi Fallot adalah suatu kelainan jantung yang telah ada sejak lahir, yang terdiri dari
gabungan empat kelainan yaitu :
- Defek septum ventrikel (adanya lubang diantara ventrikel kiri dan kanan)
- Stenosis katup pulmoner (adanya penyempitan pada katup pulmonalis)
- Overriding aorta. Arteri yang membawa darah kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh
(aorta) mengalami pergeseran posisi ke arah ventrikel kanan dan defek septum ventrikel,
akibatnya aorta mendapatkan darah dari ventrikel kiri dan kanan. Darah yang kaya oksigen
menjadi bercampur dengan darah yang kekurangan oksigen dan dialirkan ke seluruh tubuh.
- Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan)
Kelainan-kelainan ini menyebabkan darah yang kekurangan oksigen keluar dari jantung dan
dialirkan ke seluruh tubuh. Bayi dan anak-anak dengan tetralogi Fallot biasanya memiliki kulit
yang kebiruan karena darah tidak membawa cukup oksigen.
PENYEBAB
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui. Biasanya melibatkan
berbagai faktor. Faktor prenatal yang meningkatkan risiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
- Ibu terkena infeksi rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya saat hamil
- Gizi yang buruk selama hamil
- Ibu yang alkoholik
- Usia ibu diatas 40 tahun
- Ibu menderita diabetes
Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down.
Tetralogi Fallot dikategorikan sebagai kelainan jantung sianotik karena darah yang sedikit
mengandung oksigen dipompa ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna
kebiruan). Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi baru mengalami
sianosis saat menyusu atau menangis.
Tetralogi Fallot jarang terjadi, tetapi merupakan penyakit jantung kongenital sianotik yang paling
sering ditemukan. Penderita tetralogi Fallot cenderung juga memiliki kelainan kongenital
lainnya.
Anak-anak dengan tetralogi Fallot cenderung memiliki kelainan kromosom, misalnya sindroma
Down dan sindroma DiGeorge (keadaan yang menyebabkan terjadinya kelainan jantung, kadar
kalsium yang rendah, dan gangguan imunitas tubuh).
GEJALA
Gejala tetralogi Fallot bervariasi, tergantung dari seberapa hebat sumbatan aliran darah yang
berasal dari ventrikel kanan dan aliran darah yang menuju ke paru. Tanda dan gejala tetralogi
Fallot bisa berupa :
Terkadang, bayi-bayi dengan tetralogi Fallot tiba-tiba menjadi kebiruan pada kulit, kuku, dan
bibir setelah melakukan aktivitas tertentu, misalnya menangis, mengedan, buang air besar,
makan atau menyusu. Anak tiba-tiba menjadi sangat biru (sianosis), mengalami sesak nafas dan
bahkan bisa pingsan. Serangan ini disebabkan oleh turunnya jumlah oksigen di dalam darah
dengan cepat.
Anak bisa langsung berjongkok saat mengalami serangan (menjadi biru atau sesak nafas).
Dengan berjongkok, aliran darah ke paru-paru bisa meningkat. Serangan ini lebih sering terjadi
pada bayi yang masih kecil, biasanya yang berusia sekitar 2-4 bulan.
Sumber : https://ufhealth.org
DIAGNOSA
Pada pemeriksaan dengan stetoskop biasanya akan terdengar murmur (bunyi jantung yang
abnormal). Pemeriksaan yang bisa dilakukan:
- EKG. Pemeriksaan ini membantu menentukan apakah ventrikel kanan jantung membesar atau
tidak dan melihat irama jantung.
- Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel darah merah dan
hematokrit sebagai usaha tubuh untuk meningkatkan kadar oksigen di dalam darah.
- Rontgen dada. Tanda yang khas dari tetralogi Fallot pada foto rontgen dada adalah adanya
gambaran jantung seperti sepatu boot, karena adanya pembesaran ventrikel kanan.
- Pengukuran kadar oksigen (Pulse oximetry). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kadar
oksigen di dalam darah.
- Kateterisasi jantung. Dengan tindakan ini, zat kontras dapat disuntikkan untuk melihat struktur
jantung pada foto sinar-X. Pemeriksaan ini juga bisa mengukur tekanan dan kadar oksigen di
dalam ruangan jantung dan didalam pembuluh darah.
- Ekokardiografi. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara yang tidak dapat terdengar
oleh telinga manusia untuk menghasilkan gambaran jantung. Pemeriksaan ini membantu
mendiagnosa tetralogi Fallot karena bisa menunjukkan apakah terdapat defek septum ventrikel,
bagaimana struktur katup pulmonar, apakah ventrikel kanan berfungsi dengan baik, dan apakah
aorta memiliki letak yang benar.
PENGOBATAN
Pembedahan merupakan satu-satunya terapi efektif untuk tetralogi Fallot. Ada dua jenis
pembedahan yang dapat dilakukan, meliputi perbaikan intrakardiak atau tindakan sementara
yang menggunakan shunt. Sebagian besar bayi dan anak-anak menjalani perbaikan intrakardiak.
Pembedahan bisa dilakukan segera setelah bayi lahir atau saat bayi lebih besar, tergantung dari
kondisi kesehatan bayi, berat badan, keparahan kelainan, dan gejala-gejala yang ada.
Perbaikan ini juga memperbaiki dua kelainan sisanya (overriding aorta dan hipertrofi ventrikel
kanan). Karena ventrikel kanan tidak perlu bekerja keras seperti sebelumnya untuk memompa
darah ke paru-paru, maka ketebalan dinding ventrikel akan berkurang. Selain itu, ditutupnya
VSD mencegah bercampurnya darah yang kekurangan oksigen masuk ke dalam aorta.
- Pembedahan Sementara atau Paliatif. Pembedahan hanya melakukan perbaikan kecil untuk
memperbaiki aliran darah ke paru-paru. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan jika bayi terlalu
lemah atau kecil untuk menjalani pembedahan yang lengkap. Pada pembedahan sementara,
dibuat jalur sekundar untuk mengalirkan darah ke paru-paru. Pembedahan dilakukan dengan
memasang saluran kecil (shunt) antara cabang arteri yang besar dari aorta ke dalam arteri
pulmonaris. Kemudian, setelah bayi telah tumbuh lebih kuat baru dilakukan operasi perbaikan
yang lengkap.
Orang tua perlu mengetahui cara-cara untuk merawat anak yang memiliki kelainan jantung
bawaan, misalnya :
DEFINISI
stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan
meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Kelainan struktur mitral ini
menyebabkan angguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat
diastol.
Dibagi atas : Reumatik (> 90% ) dan non reumatik. Sebagian terjadi pada usia < 20 tahun yang
disebut Juvenile Mitral Stenosis .
PATOFISIOLOGI
Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolik
ventrikel untuk mempertahankan curah jantung, atrium kiri
harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melewati katup yang
sempit sehingga terjadi :
Dilatasi atrium kiri terjadi karena volume atrium kiri meningkat karena ketidakmampuan atrium
untuk mengosongkan diri secara normal.
Kongesti ventrikel pulmonalis akibat dari peningkatan tekanan dan volume atrium kiri yang
dipantulkan kebelakang pembuluh paru-paru sehingga tekanan dalam katup pulmonalis dan
kapiler meningkat, kongesti paru-paru tekanan dan atrium pulmonalis meningkat sebagai akibat
dari resistensi ventrikel pulmonalis yang meningkat. Hipertensi pulmonalis meningkat resistensi
ejeksi ventrikel kanan menuju arteria pulmonalis ventrikel kanan memberi respon dengan
hipertrofi.
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat juga
ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara
penutupan katup aorta dan opening snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis
mitral sebagai berikut :
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup mitral menurun
sampai seperdua normal ( <2-2,5 cm).
Pada stenosis mitral yang ringan simptom yang muncul biasanya dicetuskan oleh faktor yang
meningkatkan kecepatan aliran atau curah jantung, atau menurunkan periode pengisisan diastole,
yang akan meningkatkan tekanan atrium kiri secara dramatis.
1. Latihan
2. Stres emosi
3. Infeksi
4. Kehamilan
5. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat
PERJALANAN PENYAKIT
Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu dan penyakit seumur hidup.
Merupakan penyakit a disease of plateus yang pada mulanya hanya ditemui tanda dari stenosis
mitral yang kemudian dengan kurun waktu (10-20 tahun) akan diikuti dengan keluhan, fibrilasi
atrium dan akhirnya keluhan disabilitas. Apabila timbul fibrilasi atrium prognosanya kurang baik
dibanding pada kelompok irama sinus, sebab resiko terjadinya emboli arterial secara bermakna
meningkat pada fibrilasi atrium
PENYEBAB
Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik, yang pada saat ini sudah
jarang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Karena itu di wilayah tersebut, stenosis
katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada masa
kanak-kanak dan mereka tidak
Mendapatkan antibiotik.
Di bagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral
pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak.
Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian bergabung
menjadi satu.
Pada fase penyembuhan demam reumatik terjadi fibrosis dan fusi komisura katup mitral,
sehingga terbentuk sekat jaringan ikat tanpa pengapuran yang mengakibatkan lubang katup
mitral pada waktu diastolik lebih kecil dari normal.
Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi aliran darah ke ventrikel kiri seperti Cor
triatrium, Miksoma (tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan darah (trombus) dapat menyumbat
aliran darah ketika melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti stenosis
katup mitral.
GEJALA KLINIS
Keluhan dapat berupa takikardi, dispneu, takipnea dan ortopnea, dan denyut jantung tidak
teratur. Tak jarang terjadi gagal jantung, tromboemboli serebral atau perifer dan batuk darah
(hemoptisis) akibat pecahnya vena bronkialis. Jika kontraktilitas ventrikel kanan masih baik,
sehingga tekanan arteri pulmonalis belum tinggi sekali, keluhan lebih mengarah pada akibat
bendungan atrium kiri, vena pulmonal dan interstitial paru. Jika ventrikel kanan sudah tak
mampu mengatasi tekanan tinggi pada arteri pulmonalis, keluhan beralih ke arah bendungan
vena sistemik, terutama jika sudah terjadi insufisiensi trikuspid dengan atau tanpa fibrilasi
atrium.
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-
paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru
(edema pulmoner). Jika seorang wanita dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal
jantung akan berkembang dengan cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah
merasakan lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan
aktivitas (exertional dyspnea), tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa
buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang
menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena
atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran
atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyutjantung menjadi cepat dan tidak
teratur.
DIAGNOSA
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bising mid sistolik yang bersifat kasar, bising menggerendang
(rumble), aksentuasi presistolik, dan mengerasnya bunyi jantung satu. Jika terdengar bunyi
tambahan opening snap berarti katup terbuka masih relatif lemas (pliable) sehingga waktu
terbuka mendadak saat diastolik menimbulkan bunyi menyentak. Jarak antara bunyi jantung
kedua dengan opening snap maka makin berat derajat stenosis.
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar murmur jantung yang khas ketika darah
mengalir/menyembur melalui katup yang menyempit dari atrium kiri. Tidak seperti katup normal
yang membuka tanpa suara, pada kelainan ini katup sering menimbulkan bunyi gemertak ketika
membuka untuk mengalirkan darah ke dalam ventrikel kiri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG :
2. Foto Thorax :
- Edem Interstitial berupa garis Kerley terdapat pada 30% pasien dengan tekanan atrium kiri < 20
mmHg dan 70% pada tekanan atrium >20 mmHg
3. Ekokardiografi :
Pemeriksaan ekokardiografi M-mode dan 2D-Doppler sangat penting dalam penegakan
diagnosis. Dapat digunakan untuk :
4. Kateterisasi jantung :
Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenispenyumbatannya.
Walaupun demikian pada keadaan tertentu masih dikerjakan setelah suatu prosedur
ekokardiografi yang lengkap. Saat ini kateterisasi dipergunakan secara primer untuk suatu
prosedur pengobatan intervensi non bedah yaitu valvulotomi dengan balon
5. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang khas, ditujukan untuk penentuan adanya reaktivasi
reuma.
KOMPLIKASI
Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stenosis mitral, dengan
patofisiologi yang komplek. Pada awalnya kenaikan tekanan atau hipertensi pulmonal terjadi
secara pasif akibat kenaikan tekanan atrium kiri. Dengan meningkatnya hipertensi pulmonal ini
akan menyebabkan kenaikan tekanan dan volume aakhir diastole, regurgitasi trikiuspid dan
pulmonal sekunder, dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan kongesti sistemik.
Dapat pula terjadi perubahan pada vaskular paru berupa vasokonstriksi akibat bahan
neurohumoral seperti endotelin atau perubahan anatomik yaitu remodel akibat hipertrofi tunika
media dan penebalan tunika intima.
Komplikasi lain dapat berupa tromboemboli, endokarditis infektif, fibrilasi atrial atau simptom
karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagi dan suara serak
PENGOBATAN
Prinsip dasar penatalaksanaan adalah melebarkan lubang katup mitral yang menyempit, tetapi
indikasi ini hanya untuk pasien kelas fungsional III (NYHA) ke atas. Pengobatan farmakologis
hanya diberikan bila ada tanda-tanda gagal jantung, aritmia ataupun reaktifasi reuma
Obat-obat seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan
membantu mengendalikan fibrilasi atrium.
Jika terjadi gagal jantung, digoxin juga akan memperkuat denyut jantung.
Pada keadaan fibrilasi atrium pemakaian digitalis merupakan indikasi, dapat dikombinasikan
dengan penyekat beta atau antagonis kalsium.
Diuretik dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru dengan cara mengurangi volume
sirkulasi darah dan untuk mengurangi kongesti.
Antikoagulan Warfarin sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium atau irama
sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena tromboemboli.
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu dilakukan
perbaikan atau penggantian katup.
Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang katup diregangkan. Kateter yang pada ujungnya
terpasang balon, dimasukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup,
balon digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu. Pemisahan daun katup
yang menyatu juga bisa dilakukan melalui pembedahan. Jika kerusakan katupnya terlalu parah,
bisa diganti dengan katup mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup babi.
Sebelum menjalani berbagai tindakan gigi atau pembedahan, kepada penderita diberikan
antibiotik pencegahan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi katup jantung.
PENCEGAHAN
Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam rematik, yaitu
penyakit pada masa kanak-kanak yang kadang terjadi setelah strep throat (infeksi tenggorokan
oleh streptokokus) yang tidak diobati. Pencegahan eksaserbasi demam rematik dapat dengan :
Profilaksis reuma harus diberikan sampai umur 25 tahun walupun sudah dilakukan intervensi.
Bila sesudah umur 25 tahun masih terdapat tanda-tanda reaktivasi, maka profilaksis dilanjutkan 5
tahun lagi. Pencegahan terhadap endokarditis infektif diberikan pada setiap tindakan operasi
misalnya pencabutan gigi, luka dan sebagainya.
definisi
Etiologi
1) Atresia trikuspid
2) Tumor atrium kanan
3) Sindrom karsinoid
5) Kelainan bawaan.
Patofisiologi
Stenosis katup trikuspidalis akan menghambat aliran darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan
selama diastolic. lesi ini biasanya berkaitan dengan penyakit katup mitralis dan aorta yang terjadi
akibat penyakit jantung reumatik berat. Stenosis trikuspidalis meningkatkan beban kerja atrium
kanan, memaksa pembentukan tekanan yang lebih besar untuk mempertahankan aliran melalui
katup yang tersumbat. Kamampuan kompensasi atrium kanan terbatas, sehingga atrium akan
mengalami dilatasi dengan cepat. Peningkatan volume dan tekanan atrium kanan mengakibatkan
penimbunan darah pada vena sistemik dan peningkatan tekanan. (ODonnell MM, 2002).
Pemeriksaan Diagnostik
1) Kateterisasi
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau vena
kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vascular.
Tujuan :
Kateterisasi Jantung Kanan: Mengetahui saturasi O2 dan tekanan darah pada semua bagian
jantung kanan mulai dari Vena Cava sampai Arteri Pulmonari.
2) EKG
ST : Hipertrofi atrium kanan (gelombang P runcing dan tinggi dikenal sebagai P pulmonal).
4) Echokardiogram
Fungsinya: mengetahui hemodinamik secara non invasive, yang apabila dilakukan oleh tenaga
expert hampir sama hasilnya dengan pemeriksaan invasive (kateterisasi). Dapat mengevaluasi
cardiac structure dan performance secara cepat, bahkan dalam keadaan emergency sekalipun.
(tidak perlu persiapan). Echo Doppler (Color doppler dapat mendeteksi secara cepat apakah
valve stenosis atau regurgitasi.
5) Temuan Hemodinamik
ST : Perbedaan tekanan pada kedua sisi katub trikuspidalis dan peningkatan tekanan atrium
kanan dan tekanan vena sentralis dengan gelombang yang besar
Penatalaksanaan
Operatif
Katup membuka
Katup menutup
Bila tekanan yg terletak di distal katup lebih besar dari pada tekanan ruang
proksimal katup
STENOSIS AORTA (Aortic Stenosis,AS)
DEFINISI : Penyempitan pada ostiosum aorta atau pada bagian aorta yang terletak
didekat katup
Pada stenosis aorta,deformitas katup dapat bervariasi,namun yang sering terjadi pada
1.) Stenosis aorta bawaan:sering terdapat penebalan katup dan pertumbuhan pada komisur,ini
juga sering disebut AS valvular
4.)Bentuk muskular
Menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada saat sistolik ventrikel
Beban ventrikel kiri meningkat hipetropi agar dapat menghasilkan tekanan lebih tinggi
untuk memepertahankan perfusi perifer
Ventrikel kiri mempunyai cadangna pompa yg cukup besar. Misalnya, ventrikel kiri dalam batas
normal menghasilkan sistolik sebesar 120mmHg, dapat meningkatkan tekanan menjadi
300mmHg selama kontraksi ventrikel
Untuk mengompensasi dan mempertahankan curah jantung, ventrikel kiri tidak hanya
memperbesar tekanan tetapi memperpanjang waktu ejeksi. Dengan cara ini efiseinsi kerja
jantung masih dapat diperthanankan dalam waktu lama
Kemudian sampai pada tahap kritis dimater katup yg normalnya 3-4 cm2 menjadi 0.8
cm2
Epidemiologi :
-Dinegara barat stenosis aorta murni merupakan 5% dari seluruh penyakit jantung
Bawaan
-resiko mortalitas pada stenosis aorta yang berat pada bayi adalah 50%
Gambaran klinis:
Palpasi
-Teraba getaran bising di fosa suprasternalis sepanjang pembuluh darah dileher(paling jelas
diatas karotis,dengan cara anak didudukan dan tangan kiri dilingkarkan keleher,jari telunjuk dan
tangn meraba a.karotis kiri)
-pada orang dewasa sering teraba pulsus turdus,sedangkan pada anak-anak tidak
Auskultasi
-jika intensitas bising maksimum pada akhir sistole,maka hal ini menunjukan kerasnya stenosis
-pada AS berat terdapat split bunyi jantung 2 (karena kelambatan pengosongan ventrikel
kiri,maka komponen aorta timbul sesudah komponen pulmonal.
-pada AS berat dengan tekanan ventrikel kiri meninggi,dapat terdengar bunyi jantung 3 (bunyi
atrium)
1)angina
2)sinkop (pingsan)
ANGINA
SINKOP
Karena curah jantung menurun- tubuh gagal meningkatkan curah jantung untuk
mempertahankan perfusi otak
Jarang terjadi kegagagal nventrikel kanan karena mungkin akibat tingginya kematian angka
kematian akibat gagal jantung kiri , selain itu karena adanya kematian mendadak pada penderita
stenosis aorta berat
Tanda-tanda stenosis aorta berat
Ekokardigrafi : untuk menilai mobilitas daun katup, ketebalan katup, kalsifikasi pada
katup, penayatuan subvalvular, tampilan komisura
Regurgitas Aorta
Pada prinsipnya jaringfa perifer dan ventrikel kiri bersaing mendaptkan darah yg keluar
dari ventrikel slm diastolik
Gejala :
Tanda-tanda :
Auskultasi : bising diastolik, bising Austin Flint yg khas atua bising diastolik
yang kasar, sistolik ejection click
PROGNOSIS:
pendek
PEMERIKSAAN :
Foto rontgen
-pelebaran aorta pasca-stenosis,kalsifikasi katup aorta paling jelas terlihat posisi lateral dan
pembesaran ringan atrium kiri bisa terlihat
Elektrokardium
-tanda-tanda peningkatan voltase QRS,serta vektor T terletak 180 dari vektor QRS
Ekokardiografi
-Pemisahan daun-daun aorta saat sistolik yang kurang dari 8 mm dideteksi dengan
ekokardiografi 2D,mendukung adanya stenosis yang berat
Kateterisasi jantung
Pemeriksaan radionuklid
TATALAKSANA
Pasien tanpa gejala tapi perbedaan tekanan sistolik kurang dari 75 mmhg harus dikontrol
setiap 6 bulan
Pada pasien muda harus dilakukan valvutomi aorta,sedangkan pasien lebih tua
membutukan penggantian katup
Pada pasien muda yang tidak dapat dilakukan valvutomi penggantian katup harus dilakukan
memakai katup sintesis
STENOSIS PULMONAL
Definisi :suatu kerusakan katup jantung yang ditandai dengan penyempitan (stenosis) katup
Pulmonal.
Biasanya menunjukan adanya obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan atau arteri pulmonalis
dan cabang-cabangnya.
Etiologi :
Endokarditis,miksoma,sarkoma
-Kelainan kongenital
Menifestasi klinik :
-moon face
-sinkop
-nyeri dada
-mudah lelah
*Palpitasi:
-pada pasien pulmonal sedang atau berat teraba getaran bising di sela
-Klik terdengar disela iga 2 parasternal kiri dan terdengar lebih keras
ventrikel kanan
Pemeriksaan penunjang :
-Radiologi
Vaskuler paru perifer normal,arteri pulmonal tampak membesar akibat dilatasi pasca
stenosis.Dilatasi terjadi akibat desakan darah yang mengalami turbulensi hebat segera
setelah melalui katup pulmonal
Pada stenosis pulmo sering abnormal dengan penurunan volume,jalan udara dan
kapasitas difusi paru yang disebabkan ketidaksempurnaan perkembangan paru pada anak-
anak
-Ekokardiografi
Untuk menentukan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis untuk
memastikan derajat stenosis
Perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dapat berkisar antara 20-
100 mmHg,pada stenosis sangat berat dapat mencapai 200 mmHg.Perbedaan kriteria
klasifikasi derajat stenosis :
-Elektrokardiografi
Menunjukan deviasi sumbu QRS ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan,yang ditunjukan
gelombang R yang tinggi diantara dada kanan dengan gelombang S yang dalam V5 dan V6.Pada
stenosis sedang dari berat didapatkan dilatasi atrium kanan (P pulmonal)
Prognosis :
Stenosis pulmonal valvular dapat bertambah berat dengan bertambahnya umur pasien
Penatalaksanaan :
pulmonary valvulotomy)
-kardiologi valvulotomi
inefektif
REGURGITASI KATUP MITRAL
1. Definisi dan Klasifikasi
Regurgitasi Katup Mitral (Inkompetensia Mitral, Insufisiensi Mitral), (Mitral
Regurgitation) adalah kebocoran aliran balik melaluikatup mitral setiap kali ventrikel kiri
berkontraksi.Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari jantung menuju ke aorta, sebagian
darah mengalir kembali ke dalam atrium kiri dan menyebabkan meningkatnya volume dan
tekanan di atrium kiri.Terjadi peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari
paru-paru, yang mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru.
Derajat beratnya MR dapat diukur dalam persentase dari stroke volume ventrikel kiri
yang mengalir balik ke atrium kiri (regurgitant fraction) menggunakan ekokardiografi. Adapun
derajat-derajatnya antara lain:
3. Patofisiologi
Patofisiologi regurgitasi mitral dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase akut
MR akut (yang dapat diakibatkan rupture mendadak korda tendinea atau muskulus pappilaris)
dapat menyebabkan volume overload dari ventrikel dan atrium kiri. Hai ini karena setiap kali
memompa darah, tidak hanya aliran darah ke arah aorta (forward stroke volume) saja yang
dipompa, melainkan aliran regurgitasi ke arah atrium (regurgitant volume) juga dipompa. Total
stroke volume ventrikel kiri merupakan kombinasi forward stroke volume dan regurgitant
volume.
Pada keadaan akut stroke volume ventrikel kiri meningkat tetapiforward cardiac
output menurun.Mekanisme yang menyebabkan total stroke volume meningkat dinamakan
denganFrank-Starling Mechanism. Regurgitant volume menyebabkanoverload volume dan
tekanan pada atrium kiri. Kenaikan tekanan ini akan mengakibatkan kongestif paru, karena
drainase darah dari paru-paru terhambat.
b. Fase kronik terkompensasi
Apabila MR timbulnya lama atau fase akut dapat teratasi dengan obat. Maka individu ini akan
masuk ke dalam fase kronik terkompensasi. Pada fase ini, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
yang eksentrik sebagai kompensasi peningkatan stroke volume.Individu dengan fase ini biasanya
tidak ada keluhan dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
c. Fase kronik dekompensasi
Fase ini ditandai dengan overload kalsium pada miosit. Pada fase ini miokard ventrikel tidak
dapat lagi berkontraksi secara kuat sebagai kompensasi overload volume pada MR, dan stroke
volume ventrikel kiri akan menurun. Dengan keadaan ini akan terjadi kongesti vena pulmonalis.
Pada fase ini akan terjadi dilatasi ventrikel kiri, yang berakibat dilatasi annulus fibrosus yang
akan memperburuk derajat RM
4. Gambaran Klinis
Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala.Kelainannya bisa
dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan dengan stetoskop, dimana
terdengar murmur yang khas, yang disebabkan pengaliran kembali darah ke dalam atrium kiri
ketika ventrikel kanan berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel kiri akan membesar untuk
meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena ventrikel kiri harus memompa darah lebih
banyak untuk mengimbangi kebocoran balik ke atrium kiri.
Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar keras),
terutama jika penderita berbaring miring ke kiri.Atrium kiri juga cenderung membesar untuk
menampung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel kiri.Atrium yang sangat
membesar sering berdenyut sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi
atrium), yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung.Pada keadaan ini atrium
betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa; berkurangnya aliran darah yang melalui atrium,
memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan terpompa
keluar dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi stroke atau
kerusakan lainnya.
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit ini. Pada fase akut
gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart failure yaitu: sesak nafas, oedem
pulmo, orthopnea, paroksimal nocturnal, dispnoe, sampai syok kardiogenik. Pada fase kronik
terkompensasi mungkin tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitive terhadap perubahan
volume intravaskuler.
5. Pemeriksaan Diagnsotik
Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang khas, yang bisa
terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika ventrikel kiri
berkontraksi. Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran
ventrikel kiri. Pemeriksaan yang paling informatif adalah ekokardiografi, yaitu suatu tehnik
penggambaran yang menggunakan gelombang ultrasonik.Pemeriksaan ini dapat menggambarkan
katup yang rusak dan menentukan beratnya penyakit.
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum ventrikel kiri menjadi
sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak dapat diatasi.Mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki katup (valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup mekanik
maupun katup yang sebagian dibuat dari katup babi.Memperbaiki katup bisa menghilangkan
regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat ditolerir dan kerusakan jantung dapat
dicegah.
Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian.Katup mekanik
biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga
biasanya untuk mengurangi resiko tersebut diberikan antikoagulan.Katup babi bekerja dengan
baik dan tidak memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan selama
katup mekanik.Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti.
Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi.Obat-obatan seperti beta-blocker, digoxin dan
verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu
mengendalikan fibrilasi.Permukaan katup jantung yang rusak mudah terkena infeksi serius
(endokarditis infeksius).Karena itu untuk mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup
yang rusak atau katup buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan
pencabutan gigi atau pembedahan.
1 Definisi
Insufisiensi katub Aorta (Regurgitasi ) adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta
selama diastol ( relaksasi ). Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk ( aliran
balik ) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Insufisiensi aorta adalah
penyakit katup jantung di mana katup aorta atau balon melemah, mencegah katup menutup erat-
erat.Hal ini menyebabkan mundur aliran darah dari aorta (pembuluh darah terbesar) ke dalam
ventrikel kiri (ruang bawah kiri jantung).
2 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah demam rematik . Kelainan katub dan pangkal aorta juga bisa
menimbulkan insufisiensi aorta. Pada insufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-
daun katub atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan sekuele dari demam rematik.
1. Demam reumatik
Rheumatic fever (demam rhematik) adalah suatu kondisi yang berakibat dari infeksi oleh
kelompok streptococcal bacteria yang tidak dirawat .Kerusakan pada kelopak-kelopak klep dari
demam rhematik menyebabkan pergolakan yang meningkat diseluruh klep dan lebih banyak
kerusakan.Penyempitan dari demam rhematik terjadi dari peleburan dari tepi-tepi
(commissures) dari kelopak-kelopak klep.
Dibawah keadaan-keadaan normal, klep aortic menutup untuk mencegah darah di aorta dari
mengalir balik ke ventricle kiri.Pada aortic regurgitation, klep yang sakit mengizinkan kebocoran
dari darah balik kedalam ventricle kiri ketika otot-otot ventricle mengendur (relax) setelah
memompa.Pasien-pasien ini juga mempunyai beberapa derajat dari kerusakan rhematik pada
klep mitral.Penyakit jantung rhematik adalah suatu kejadian yang relatif tidak umum di Amerika,
kecuali pada orang-orang yang telah berimigrasi dari negara-negara kurang maju.
2. Kelainan bawaan (kongenital)
Kelainan bawaan yang dibawa bayi sejak lahir, misalnya kelainan katup yang tidak bisa menutup
secara sempurna saat dalam kandungan, menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri tidak bisa
mengalir secara sempurna.
3. Proses penuaan
Dengan penuaan, protein collagen dari kelopak-kelopak klep dihancurkan, dan kalsium
mengendap pada kelopak-kelopak.Pergolakan diseluruh klep-klep meningkatkan penyebab luka
parut, dan penebalan. Penyakit yang progresif yang menyebabkan kalsifikasi aorta tidak ada
sangkut pautnya dengan pilihan-pilihan gaya hidup yang sehat, tidak seperti kalsium yang dapat
mengendap pada arteri koroner untuk menyebabkan serangan jantung.
2.3 Patofisiologi
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta,
sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan rapat selama diastole dan
akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri .
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam aorta, yang biasanya
bertekanan tinggi, akan mengalir ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi
keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari atrium kiri maupun darah yang
kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi
peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk
memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler
berusaha mengkompensasi melalui refleks dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer melemas,
sehingga tahanan perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastis .
Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik.Kerusakan akut
timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya.Ventrikel kiri tidak punya cukup
waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta. Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan
diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel .
2.6 Penatalaksanan
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian
katup masih kontroversial.Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan,
kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua
pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila
pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai
dilakukannya pembedahan.
Penggantian katub prostetik dimulai pada tahum 1960-an, bila valvuloplasti atau perbaikan katub
tidak bisa dilakukan seperti misalnya pada kalsifikasi, maka perlu dilakukan penggantian
katub.Semua penggantian katub memerlukan anestesia umum dan pintasan kardiopulmonal.
Kebanyakan prosedur ini dilakukan melalui sternotomi median ( insisi melalui sternum).
Begitu katub terlihat, bilah-bilah dan struktur katub lainnya seperti chordae dan otot papilaris
diangkat.Jahitan dilakukan di seputar anulus dan kemudian ke katub protesis. Katub pengganti
ditekan ke bawah sesuai letak yang tepat dan jahitan dikencangkan. Insisi ditutup dan dokter
bedah mengevaluasi fungsi jantung dan kualitas perbaikan protetik. Pasien mulai dilepaskan dari
pintasan jantung paru dan pembedahan selesai. Komplikasi yang khas pada penggantian katub
adalah yang berhubungan dengan perbahan tekanan intrakardial yang mendadak akibat
kompensasi jantung yang telah secara bertahap menyesuaikan dengan kelianan yang terjadi,
namun dengan tiba-tiba aliran darah dalam jantung membaik setelah dilakukan pembedahan.
Macam-macam katub prostetik. Ada 4 macam katub prostetik yang serng digunakan yaitu katub
mekanis, katub xenograf, katub homograf dan katub otograf. Katub mekanis dapat berbentuk
bola dan kurungan atau cakram.Katub mekanis dianggap lebih kuat dibanding katub prostetik
lainnya dan biasnya digunakan pada pasien muda. Tromboemboli merupakan komplikasi yang
bermakna pada katub mekanis, sehingga perlu diberikan antikoagulan jangka panjang dengan
warfarin. Katub xenograf adalah katub jaringan (bioprostesis, heterograf)biasanya dari babi
(porsin) tapi dapat pula dipakai katub dari sapi (bovin). Viabilitasnya bisa mencapai 7 sampai 10
tahun.Tidak menyebabkan trombus sehingga tidak memerlukan antikoagulan jangka panjang.
Digunakan pada wanita usia subur karena mempunyai komplikasi potensial pemberian
antikoagulan jangka panjang sehubungan dengan menstruasi dan pemindahan melalui plasenta
ke janin dan hubungannya dengan persalinan. Xenograf juga digunakan untuk pasien di atas 70
tahun, pasien dengan riwayat ulkus peptikum, dan mereka yang tidak bisa mentoleransi
antikoagulan jangka panjang ( khusus katub trikuspidalis)
Katub homograf ( katub dari manusia )diperoleh dari donor jaringan kadaver. Katub aorta dan
sebagian aorta atau katub pulmonal atau arteri pulmonalis diambil dan disimpan secara
kriogenik.Homograf sulit di dapat dan sangat mahal.Homograf dapat bertahan 10 sampai 15
tahun, sedikit lebih banyak dibanding xenograf.Homograf tidak bersifat trombogenik dan tahan
terhadap endokarditis bakterial subakut.Homograf digunakan untuk penggantian katub aorta dan
pulmonal.
Katub otograf (katub otolog) diperoleh dengan memotong katup pulmonal pasien yang
bersangkutan dan sebagian arteri pulmonalis untuk digunakan sebagai katub aorta.Tidak
memerlukan antikoagulan karena berasal dari jaringan pasien sendiri dan tidak bersifat
trombogenik. Otograf merupakan pilihan bagi anak-anak, wanita usia subur, dewasa muda,
pasien dengan riwayat penyakit ulkus peptikum dan mereka yang tidak mentoleransi
antikoagulan. Otograf katub aorta dapat tetap hidup sampai labih dari 20 tahun.Kebanyakan
pembedahan otograf katub aorta merupakan prosedur penggantian katub ganda, karena juga
dilakukan homograf pada penggantian katub pulmonal.
2.7 Komplikasi
Perubahan hemodinamika yang mendadak, selain prosedurnya sendiri, menyebabkan pasien
dapat mengalami komplikasi setelah pembedahan.Komplikasi tersebut meliputi perdarahan,
tromboembolisme, infeksi, gagal jantung kongestif, hipertensi, disritmia, hemolisis, dan
sumbatan mekanis.
2.8 Prognosis
70 % klien dengan insufisiensi aorta kronik dapat bertahan 5 tahun, sedangkan 50 %
mampu bertahan 10 tahun setelah diagnosis ditegakkan. Klien mampu hidup secara normal,
tetapi rentan terhadap endokarditis infekif. Jika timbul gagal jantung , bisa bertahan 2 tahundan
setelah timbul gejala angina biasanya bertahan 5 tahun. Klien dengan insufisiensi aorta akut dan
edema paru memiliki prognosis buruk dan, biasanya harus operasi.