Referat Metamfetamin: Saebani, SKM., Mkes
Referat Metamfetamin: Saebani, SKM., Mkes
METAMFETAMIN
Penguji :
Saebani, SKM., MKes.
Pembimbing :
dr. Donald Rinaldi . K
Disusun oleh:
Kurniawan (2011-061-036)
Michaela Arshanty Limawan (2011-061-037)
Prisca Gisella (2011-061-040)
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR KARIADI SEMARANG
PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 5 OKTOBER 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan
Metamfetamin mempunyai nama lain ectasy atau shabu. Selama lebih dari 25 tahun
terakhir ini, penggunaan metamfetamin di dunia ini telah meningkat. Metamfetamin dapat
menyebabkan euforia dan efek stimulan, seperti peningkatan atensi dan peningkatan energi.
Metamfetamin dapat digunakan secara oral, intravena, dihisap ataupun dihirup.1,2,3
Kepopuleran metamfetamin mengalahkan kokain karena sekali memakai metamfetamin,
dapat membuat orang melayang selama 6-12 jam, sedangkan penggunaan kokain hanya
membuat orang yang mengkonsumsinya melayang selama 0,5-1 jam. Metamfetamin
mempunyai beberapa efek samping seperti infark miokard, stroke, kejang, rhabdomiolisis,
kardiomiopati, psikosis dan kematian. Penggunaan amfetamin secara kronis dapat
berhubungan dengan gejala psikiatri dan juga fisik. Penggunaan dengan metamfetamin
berhubungan dengan aktivitas seksual yang tinggi sehingga berhubungan juga dengan
penuluran transmisi Human immunodeficiency virus (HIV). Pada wanita hamil,
penggunaan metamfetamin dapat menyebabkan abrupsio plasenta, intrauterine growth
retardation dan kelahiran prematur.3,4
5. Apa saja efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan metamfetamin?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Tinjauan Pustaka
Toksikologi forensik adalah salah satu cabang ilmu forensik yang mempelajari
tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia atau racun terhadap mekanisme biologis suatu
organisme. Toksikologi forensik ditegakkan bertujuan untuk memastikan dugaan kasus
kematian akibat keracunan atau diracuni. Karena banyaknya zat kimia yang dapat menjadi
penyebab kematian, maka dapat digali informasi mengenai keracunan, kematian tidak wajar
akibat keracunan, ataupun tindak kekerasan di bawah pengaruh obat-obatan yang dapat
diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat kejadian perkara (TKP) atau dari berita acara
penyidikan oleh polisi penyidik.6,7
Metamfetamin merupakan obat sintetik yang bekerja sebagai stimulan sistem saraf
pusat. Nama sistematiknya menurut IUPAC adalah N,-dimethylbenzeneethanamine,
dengan formula molekul C10H15N dan berat molekul 149,2 gr/mol. Diproduksi pertama
kali di Jepang pada tahun 1919. Dalam kehidupan sehari-hari, metamfetamin dikenal
dengan sabu, ubas, blue ice, kaca dan mecin.9,10
1. Struktur efedrin
2. Struktur feniletilamin
3. Struktur amfetamin
4. Struktur metamfetamin
Waktu paruh akhir dari metamfetamin dalam plasma sekitar 10 jam dan tidak
bergantung pada cara penggunaan, namun terdapat variabilitas antar individu. Efek akut
dapat bertahan hingga 8 jam setelah pemberian 30 mg metamfetamin. Kadar metamfetamin
yang meningkat setelah pemberian 10 mg IV dapat terdeteksi pada plasma dalam 36 48
jam. Pemberian 30 mg metamfetamin yang diberikan dalam 2 menit menyebabkan
peningkatkan puncak konsentrasi dalam plasma 110 g/L metamfetamin. Efek
kardiovaskular dapat terdeteksi dalam 2 menit dan efek subjektif timbul dalam 10 menit
setelah pemberian infus metamfetamin.12
Beberapa faktor menambah kompleksitas efek stimulan dari monoamin: (i) reseptor
multiple subtipe untuk noradrenalin, dopamin, dan serotonin yang memiliki afinitas yang
berbeda, efek second messenger, dan distribusi sistem saraf pusat; (ii) jalur neuronal yang
berinteraksi satu sama lain; dan beberapa efek amfetamin dimediasi secara perifer. Baseline
fungsi dopamin juga berpengaruh respon terhadap amfetamin.12
Metamfetamin akan menyebabkan peningkatan neurotransmitter dopamine,
serotonin, norepinefrin pada sel neurotransmitter pada susunan saraf pusat di otak.
Peningkatan neurotransmitter pada susunan saraf pusat pada otak akan memliki efek atau
adrenergic agonis. Norepinefrin banyak terdapat pada ujung saraf dan sel reseptor, dan
responsif dengan metamfetamin, efek dari norepinefrin adalah simpatomimetik, seperti
peningkatan denyut jantung, palpitasi, anoreksia, terjadi relaksasi otot bronkus, kontraksi
otot sfingter, mata mengalami midriasis. Dopamin berlebih akan menstimulasi lokomotor
efek, psikosis dan gangguan persepsi dan peningkatan kadar 5-HT akan menyebabkan
delusi dan psikosis.13
Efek dari metamfetamin hampir sama dengan kokain tetapi memiliki efek lebih
lama dari kokain dan memiliki onset lebih lama. Sedangkan metamfetamin memiliki
potensi lebih tinggi dari d- metamfetamin dan racemik amfetamin.
Absorbsi metamfetamin dilakukan secara oral melalui usus halus dan onset dari
obat ini adalah 20 menit, dan memiliki durasi selama 8 jam atau lebih, dan di eksresikan
melalui ginjal.14
2.4 Gejala overdosis metamfetamin
Intoksikasi metamfetamin terjadi pada tubuh ketika berada pada kadar obat yang
melebihi batasnya biasanya dikarenakan penggunaan obat-obatan ilegal atau percobaan
bunuh diri. Dosis letal metamfetamin bervariasi tergantung dari karakteristik obat dan
pemakai. Sebab, semua orang memiliki sensitivitas yang berbeda tehadap kadar spesifik
dari metamfetamin. Kadar toksisitas pada seseorang dapat menjadi kadar yang tidak toksik
bagi orang lain. Definisi dari dosis letal metamfetamin dapat juga dipengaruhi oleh
pemakaian obat lain secara bersamaan yang mungkin dikonsumsi, ataupun komplikasi dari
penggunaan kronis atau penyebebab lainnya. Pada literatur disebutkan bahwa penggunaan
bersamaan dengan alcohol, kokain dan opiate dapat meningkatkan resiko kerusakan sistem
kardiovaskular. Komplikasi ini dapat terjadi pada penggunaan metamfetamin berlebihan
secara oral, intranasal, rokok maupun injeksi.15,16
Overdosis dari metamfetamin dapat dibagi dua yaitu akut dan kronis. Keracunan
metamfetamin akut terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja atau sengaja menggunakan
obat ini dan memiliki efek samping yang dapat mematikan. Sedangkan, keracunan
metamfetamin secara kronis merupakan efek dari pemakaian obat ini secara rutin.17
Metamfetamin adalah obat stimulan yang berefek pada sistem saraf pusat dan secara
spesifik bekerja pada sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan pelepasan
neurotransmitter. Sehingga akan meningkatkan produksi adrenalin pada tubuh yang dapat
menimbulkan sensasi euphoria. Namun penggunaan secara berlebihan akan menimbulkan
efek samping berbahaya.
Gejala tersebut antara lain adalah peningkatan laju nadi. Peningkatan laju nadi akan
menyebabkan peningkatan kebutuhan energi sehingga akan meningkatkan produksi
keringat, sampai akhirnya tubuh kehabisan cairan untuk memproduksi keringat, sehingga
akan terjadi peningkatan temperatur tubuh. Adrenalin juga akan meningkatkan frekuensi
napas, peningkatan laju nadi dan dilatasi dari pupil.
Gejala lainnya pada sistem kardiovaskular meliputi nyeri pada bagian dada yang
dapat dikarenakan iskemi dari jantung, pasien dengan penggunaan kronik dari
metamfetamin dapat menimbulkan aterosklerosis yang meningkatkan resiko iskemi jantung,
penyebab lainnya adalah peningkatan pada terjadinya aneurisma. Selain itu karena
peningkatan saraf simpatis akan terjadi palpitasi dan takiaritmia dan tremor. Pada sistem
respirasi dapat itu juga dapat terjadi gejala dyspnea disertai peningkatan frekuensi
pernapasan, sehingga dapat juga disertai mengi. Pada sistem saraf pusat didapatkan gejala
kecemasan dikarenakan peningkatan adrenalin secara tiba-tiba. Pengaruh terhadap sistem
saraf pusat juga dapat menyebabkan terjadinya gerakan yang repetitif dan hiperaktif serta
ketidakmampuan memfokuskan pikiran, hal ini yang seringkali disebut dengan tweaking.
Terjadi ketidakstabilan perilaku yang memicu terjadinya perilaku kekerasan, labil secara
emosional, kebingungan, psikosis, paranoid dan halusinasi. Bila penggunaan jangka lama
dapat menimbulkan gejala sulit tidur serta perubahan mood yang ekstrem. Selain itu juga
dapat terjadi koma dan kejang dengan onset baru.
Gejala lainnya pada sistem gastrointestinal adalah kerusakan hepar yang disebabkan
oleh efek langsung dari substansi yang hepatotoksik, serta nyeri perut yang diakibatkan
vasokonstriksi maupun kolitis iskemik. Pada pengguna substansi ini secara kronis, terjadi
gangguan pada kulit yang biasanya dikarenakan penggarukan secara obsesif akibat
halusinasi yang menyebabkan adanya sensasi geli yang dijelaskan seperti serangga yang
berjalan di bawah kulit. Pada wanita yang sedang mengandung juga dapat menyebabkan
komplikasi fatal karena vasokonstriksi pada plasenta yang meningkatkan resiko abortus
spontan. Kematian bayi karena keracunan air susu ibu yang mengandung metamfetamin
juga pernah dilaporkan.16,17,18
Gejala klinis yang terlihat dapat menentukan derajat keparahan dari overdosis
metamfetamin. Gejala yang berbahaya antara lain adalah peningkatan suhu tubuh dan gagal
ginjal akut yang dikarenakan peningkatan protein karena kontraksi otot yang berlebihan,
hipertermia, dan vasokonstriksi yang menurunkan perfusi dari jaringan dan sel di ginjal.
Selain itu vasokonstriksi ini juga menyebabkan kolapsnya sistem kardiovaskular. Kematian
yang disebabkan oleh keracunan metamfetamin biasanya dikarenakan kegagalan ginjal dan
kolapsnya sistem kardiovaskular. Biasanya disertai dengan gejala koma, syok, dan
twitching pada otot.15
Pada pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan tes urin dan contoh darah.
Pemeriksaan lainnya dilakukan sesuai dengan gejala yang didapatkan, untuk membantu
menegakkan diagnosis ataupun menyingkirkan diagnosis banding. Untuk mengetahui
fungsi ginjal dapat dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan darah lengkap. Selain itu, bila
dicurigai adanya kelainan jantung dan paru dilakukan juga pemeriksaan jantung dengan
EKG serta pemeriksan x-ray. Untuk menyingkirkan diagnosis proses intrakranial dilakukan
CT scan kepala. Bila curiga sedang mengandung dapat dilakukan tes kehamilan.18
Kerusakan organ tubuh pada pengkonsumsi metamfetamin, antara lain: jantung para
pengguna metamfetamin relatif lebih besar dari berat normal, dengan adanya daerah dengan
jaringan parut dari hancurnya sel otot jantung. Pada pembuluh darah terjadi percepatan
penyakit arteri coroner dan kerusakan mikrovaskular. Penelitian pada mayat orang yang
mati karena metamfetamin ditemukan pembengkakan paru sebanyak 70% kasus, dan
radang paru pada 8% kasus. Bila tablet metamfetamin digerus dan dilarutkan untuk
disuntikkan ke dalam pembuluh darah, maka zat pengikat yang tidak larut dalam air akan
terperangkap dalam pembuluh darah mikro paru. Jika penyuntikkan berlanjut, maka akan
terjadi penyumbatan pada pembuluh darah kecil paru dan membentuk jaringan parut. Selain
itu, konsumsi metamfetamin berulang dapat mengakibatkan terjadinya stroke yang merusak
bagian depan otak besar karena perdarahan pada otak dan di bawah selaput lunak otak.
Kerusakan pada otak ini tidak dapat dibalikkan prosesnya walau konsumsi obat sudah
dihentikan, kerusakan bersifat permanen.19
Disregulasi suhu tampaknya juga merupakan faktor penting dalam mediasi dari
beberapa tanggapan toxic terhadap metamfetamin. Beberapa kelompok penyidik
melakukan studi yang mendalam dari potensi hubungan antara hyperthermic dan neurotoxic
tindakan obat
Anamnesa:
Pemeriksaan spesifik:
Gejala putus obat merupakan gejala yang timbul ketika seorang pengguna berhenti
mengkonsumsi suatu zat. Gejala yang ditimbulkan oleh keadaan ini berbeda antara satu
pengguna dengan pengguna lainnya tergantung dari lamanya penggunaan metamfetamin,
dosis metamfetamin yang digunakan, komposisi tambahan yang digunakan, dan kurun
waktu metamfetamin dihentikan. Keadaan putus penggunaan metamfetamin bersifat tidak
menyebabkan kematian dan tidak menimbulkan gangguan psikologis.
Berikut ini merupakan gejala yang ditimbulkan dari keadaan putus penggunaan
metamfetamin berdasarkan kurun waktu penghentian metamfetamin:
- Anoreksia
- Kelelahan
- Depresi
- Hipersomnolen
- Anhedonia
- Kehilangan energi
Ketagihan dapat terjadi pada keadaan ini Dalam intensitas rendah atau tidak ada sama
sekali.
- Perasaan mengantuk
- Mood depresi
Kerusakan organ tubuh pada pengkonsumsi metamfetamin, antara lain: jantung para
pengguna metamfetamin relative lebih besar dari berat normal, dengan adanya daerah
dengan jaringan parut dari hancurnya sel otot jantung. Pada pembuluh darah terjadi
percepatan penyakit arteri koroner dan kerusakan mikrovaskular. Penelitian pada mayat
orang yang mati karena metamfetamin ditemukan pembengkakan paru sebanyak 70% kasus,
dan radang paru pada 8% kasus. Bila tablet metamfetamin digerus dan dilarutkan untuk
disuntikkan ke dalam pembuluh darah, maka zat pengikat yang tidak larut dalam air akan
terperangkap dalam pembuluh darah mikro paru. Jika penyuntikkan berlanjut, maka akan
terjadi penyumbatan pada pembuluh darah kecil paru dan membentuk jaringan parut. Selain
itu, konsumsi metamfetamin berulang dapat mengakibatkan terjadinya stroke yang merusak
bagian depan otak besar. Terjadi perdarahan pada otak dan di bawah selaput lunak otak.
Kerusakan pada otak ini tidak dapat dibalikkan prosesnya walau konsumsi obat sudah
dihentikan, kerusakan bersifat permanen.3
Secara umum tugas analisis toksikologi forensic (klinik) dalam melakukan analisis
dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu :
Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam tahapan penyiapan sampel adalah :
jenis dan sifat biologis spesimen, fisikokimia dari specimen, serta tujuan analisis.
Pemilihan metode ekstraksi ditentukan juga oleh analisis yang akan dilakukan, missal pada
uji penapisan sering dilakukan ekstraksi satu tahap. Bahkan pada uji penapisan
menggunakan teknik immunoassay sampel tidak perlu diekstraksi dengan pelarut tertentu.
Sampel urin pada umumnya dapat langsung dilakukan uji penapisan dengan menggunakan
teknik immunoassay sampel tidak perlu diekstraksi dengan pelarut tertentu. Secara umum
dikenal 2 jenis tes yang biasa digunakan untuk menguji specimen yaitu tes penapisan dan
tes konfirmasi :
A. Tes Penapisan
1. Teknik immunoassay
Teknik immunoassay adalh teknik yang sangat umum digunakan dalam analisis
obat terlarang dalam materi biologi. Teknik ini menggunakan anti-drug antibody untuk
mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materi biologic). Jika di dalam
materi terdapat obat dan metabolitnya (antigen-target) maka dia akan berikatan dengan
anti-drug antibody, namun jika tidak ada antigen-target maka anti-drug antibody akan
berikatan dengan antigen-penanda. Terdapat berbagai metode/ teknik untuk mendeteksi
ikatan antigen-antibodi ini, spserti enzyme linked immunoassay (ELISA), enzyme
multiplied immunoassay technique (EMIT), fluorescence polarization immunoassay (FPIA),
cloned enzyme-donor immunoassay (CEDIA), dan radio immunoassay (RIA). Hasil dari
immunoassay test ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bukan untuk menarik
kesimpulan, karena kemungkinan antibody yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai
senyawa yang memiliki baik bentuk struktur molekul maupun bangun yang hamper sama.
Reaksi silang ini tentunya memberikan hasil positif palsu. Obat batuk yang mengandung
pseudoefedrin akan memberi reaksi positif palsu terhadap tes immunoassay dari antibody
metamfetamin. Oleh sebab itu hasil dari reaksi immunoassay harus diuji lagi dengan uji
pemastian (tes konfirmatori).20
2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Merupakan metode analitik yang relative murah dan mudah pengerjaannya, namun
KLT kurang sensitive jika dibandingkan dengan teknik immunoassay. Dengan
menggunakan spektrofotodensitometri analit yang telah terpisah dengan KLT dapat
dideteksi spektrumnya.20
B. Tes Konfirmasi
Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Uji
pemastian umumnya menggunakan teknik kromatografi. Di samping melakukan uji
identifikasi potensial positif analit (hasil uji penapisan), pada uji ini juga dilakukan
penetapan kadar dari analit. Data analisis kuantitatif analit akan sangat berguna bagi
toksikolog forensik dalam menginterpretasikan hasil analisis seperti jenis senyawa yang
terlibat, dosis yang digunakan, waktu terjadinya paparan, dan jalur paparan.20
Hasil uji penapisan dapat dijadikan petunjuk bukan untuk menarik kesimpulan
bahwa seseorang telah terpapar atau menggunakan obat terlarang. Sedangkan hasil uji
pemastian dapat dijadikan dasar untuk memastikan atau menarik kesimpulan apakah
seseorang telah menggunakan obat terlarang yang dituduhkan.20
Untuk uji metamfetamin sendiri biasanya digunakan tes urin. Hasil yang positif
akan terlihat dalam 1-4 hari namun juga bisa lebih, sampai 1 minggu setelah pemakaian
yang berlebihan. Ekskresi metamfetamin dalam urin sangat dipengaruhi oleh pH urin. Jika
didapatkan kadar matamfetamin atau metabolitnya minimal 200 ng/mL atau lebih, maka tes
urin dinyatakan positif.20
Selain tes urin, dapat juga dilakukan tes darah. Waktu paruh yang cukup lama
menyebabkan obat dapat dideteksi dalam waktu beberapa jam, bergantung dari dosisnya.
Metabolisme menghasilkan amfetamin sebagai metabolit pertama dari metamfetamin dan
rasio pada darah dan urin dapat membantu menentukan penggunaan akut atau kronis.20
Pada orang yang sudah meninggal, dapat ditemukan beberapa tanda penggunaan
metamfetamin seperti :
1. Obat dihirup
Dapat ditemukan sejumlah kecil bubuk pada saat hidung dibuka atau melalui swab
methanol pada septum hidung. Pada injeksi biasanya digunakan jarum insulin, dan bekas
suntikan biasanya agak sulit dilihat. Kaca pembesar dapat digunakan untuk melihat bekas
suntikan tersebut, bekas suntikan tersebut kemungkinan tidak terdapat perdarahan. Ketika
pengguna cenderung untuk menggunakan berulang kali untuk meningkatkan efek, bekas
tusukan cenderung banyak dan berkumpul disekitar vena yang sering digunakan.
Terkadang bekas tato di atas vena menyembunyikan bekas tusukan.20
Rambut juga dapat dianalisis untuk melihat positif tidaknya penggunaan MDMA.
Beberapa pemeriksaan juga menyertakan paru paru dan otak sebagai sampel
tambahan.20
3.1 Kesimpulan
Metamfetamin merupakan suatu zat yang bekerja sebagai stimulan di susunan saraf
pusat. Hal ini menyebabkan aktifnya saraf simpatis. Prevalensi penggunaan metamfetamin
di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2007, dari 240 juta penduduk di Indonesia, 3,6 juta
penduduknya menggunakan obat-obatan terlarang dan 9%nya merupakan pengguna
metamfetamin. Metamfetamin dapat digunakan dengan cara diminum melaui oral, secara
intravena, dihisap maupun dihirup. Penggunaan metamfetamin dapat menyebabkan adiksi
dan apabila dihentikan dapat menimbulkan gejala putus obat. Penggunaan metamfetamin
yang mencapai kadar toksik juga dapat menyebabkan kematian.
Pada pengguna metamfetamin yang sudah meninggal, dapat ditemukan kelainan-
kelainan pada berbagai organ, seperti saluran pernapasan, otak, jantung, dan hati. Ibu hamil
yang mengkonsumsi metamfetamin juga memiliki efek yang negatif pada kehamilannya.
3.2 Saran
Penyuluhan mengenai bahaya penggunaan metamfetamin sebaiknya ditingkatkan
lagi karena penggunaannya di Indonesia masih banyak. Pengawasan peredaran obat-obatan
terlarang juga sebaiknya ditingkatkan lagi.
Daftar Pustaka
2. Richards JR. Amphetamine derivates. In: Cole SM. New research on street drugs. New
York: Nova; 2006:chap 5.
3. Idires AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Sagung Seto. Jakarta: 2011.
4. Katherine A. Pehl, MD, Denver Health Medical Center, Denver, Colorado Am Fam
Physician. 2007 Oct 15;76(8):1169-74.
6. Agus, Made. Analisis toksikologi forensik dan interpretasi temuan analisis. Bali: FMIPA
Universitas Udayana; 2008.
7. Budiyanto, Arif et al. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997
10. European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction. Methamphetamine.
www.emcdda.europa.eu/publications/drug-profiles/methamphetamine
14. Bertram G. Katzung (2006) Basic & Clinical Pharmacology , edisi 7., San Francisco:
McGraw-Hill.
15. Lan, KC. (1998) Clinical Manifestations and Prognostic Features of Acute
Methamphetamine Intoxication. Journal of Formosan Medical Association, 8; 528-33.
21. Wirasuta MAG. Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan Analisis.
Jakarta: Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences; 2008; 1(1):47-55.