Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit juga merupakan tempatmenyelenggarakan upaya kesehatan

yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat.

Pelayanan kesehatan berkewajiban mengupayakan, menyediakan

dan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas. Dalam

mewujudkan pelayanan rumah sakit yang berkualitas, hal tersebut tidak

terlepas dari manajemen keperawatan yang ada di rumah sakit.

Manajemen Keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota

staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

professional. Proses Manajemen Keperawatan sejalan dengan proses

keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara

professional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang

(Organization Of Nursing, 2013).


2

Menurut Swanburg (2000) dalam Laorensikirei (2013),

keterampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu:

1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan

teori, keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi: metode,

prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan

kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok.

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk

mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien

maka dikembangkan system Patient Safety Goal yang dirancang mampu

menjawab permasalahan yang ada. Dalam rangka memenuhi standar

akreditasi, RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu

rumah sakit yang menerapkan patient safety. Ruang Ade Irma Suryani lantai

1 merupakan salah satu ruang rawat inap yang merupakan unit bagian

keperawatan penyakit anak. Diruangan ini terdapat anak dengan berbagai

usia dimulai dari usia bayi sampai dengan usia remaja dengan kategori

perawatan kelas 3.

Merawat pasien anak tentunya banyak hal yang harus diperhatikan

karena anak merupakan mahluk yang unik yang mana memerlukan

perlakuan yang berbeda dengan orang dewasa. Hal yang harus diperhatikan

dalam keperawatan anak yaitu berdasarkan Salah satu pelayanan

keperawatan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak

hospitalisasi pada anak adalah dengan cara memberikan pelayanan

atraumatic care. Atraumtic care adalah perawatan yang bertujuan untuk

2
3

meminimalkan stres fisik maupun psikologis yang berhubungan dengan

pengalaman anak dan keluarga dalam pelayanan kesehatan (Potts dan

Mandleco, 2007). Salah satu contoh tindakan atraumatic care yang dapat

dilakukan yaitu dengan cara memodifikasi lingkungan rumah sakit

senyaman mungkin yang disukai oleh anak-anak. Dekorasi yang bernuansa

anak seperti sprai dan tirai bergambar bunga atau binatang lucu, dinding

yang dicat dengan warna cerah, serta ditambah hiasan dinding yang

bergambar lucu dapat meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak-anak

(Supartini, 2009).

Anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit memiliki tingkat

stres yang tinggi begitu pula dengan orang tuanya. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa penyebab stres yang dialami anak dan orang tuanya

adalah lingkungan rumah sakit itu sendiri, baik dari ruang perawatan, alat-

alat kesehatan, maupun lingkungan sosial seperti interaksi dan sikap petugas

kesehatan itu sendiri kepada anak yang mendapat perawatan di rumah sakit.

Perasaan seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak

menyenangkan lainnya sering kali dialami oleh anak yang dirawat di rumah

sakit (Supartini 2009).

Asuhan keperawatan selama proses hospitalisasi pada umumnya

memerlukan tindakan invasif berupa injeksi maupun pemasangan infus

(Nursalam, 2005). Selama proses pemasangan infus, anak dapat mengalami

rasa takut yang sangat traumatik dan penuh dengan stres. Rasa takut pada

anak yang berlebihan terhadap prosedur invasif di rumah sakit disebabkan

3
4

oleh keterbatasan pengetahuan yang dimiliki mengenai tindakan invasif

yang akan diberikan pada anak (Muscari, 2005). Berbagai perilaku akan

ditunjukkan anak sebagai reaksi terhadap tindakan invasif yang diperoleh

selama hospitalisasi. Reaksi tersebut sangat bergantung pada tahap

perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, maupun kemampuan

koping anak itu sendiri. Reaksi agresif yang ditunjukkan anak yaitu dengan

marah, memberontak, dan tidak kooperatif pada tindakan yang diberikan

oleh perawat. Kehilangan kontrol dan rasa cemas pada anak usia pra sekolah

saat hospitalisasi muncul akibat adanya pembatasan aktivitas sehingga

mereka menganggap bahwa tindakan dan prosedur perawatan dapat

mengancam tubuhnya. Anak yang tidak kooperatif selama perawatan

dirumah sakit akan menghambat proses penyembuhan bahkan

memperburuk kondisi kesehatannya (Supartini, 2009).

Dari hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 28 November

02 Desember 2017, ruang Ade Irma Suryani lantai 1 belum optimal dalam

menjalankan hak keluarga pasien (orang tua) mengenai informasi tehnik

laktasi, hak keluarga pasien mengenai informasi etika batuk dan peran

perawat dalam mengurangi efek hospitalisasi.

Berdasarkan paparan diatas maka kelompok akan melakukan

rencana tindak lanjut dari daftar masalah manajemen yang ditemukan, serta

melengkapi dan menjalankan intervensi yang telah disusun oleh kelompok

bersama dengan perawat dan kepala ruangan.

4
5

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Menerapkan proses tahap manajemen operasional asuhan

keperawatan di ruangan Ade Irma Suryani lantai 1 RSUD Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi.

b. Tujuan Khusus

Melakukan kajian unit terfokus pelayanan keperawatan di ruangan

Ade Irma Suryani lantai 1 RSUD Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi.

Merumuskan masalah sesuai dengan data kajian yang ditemukan

ruangan Ade Irma Suryani lantai 1 RSUD Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi..

Merumuskan Planning Of Action yang sesuai dengan masalah

didapat di ruangan Ade Irma Suryani lantai 1 RSUD Sekarwangi

Kabupaten Sukabumi.

Melakukan implementasi manajemen sesuai dengan POA yang

telah disusun.

Melakukan evaluasi manajemen operasional asuhan keperawatan.

5
6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. MANAJEMEN LAKTASI

1. Pengertian

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui

anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat

membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat

menyusui secara eksklusif.

2. Anatomi payudara

a. Areola

Aerola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu.

Pada areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar

Montgomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan

kulit di sekitar areola.

b. Alveoli

Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon

prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.

c. Duktus laktiferus

Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang yang berfungsi

menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang

ASI)

d. Sinus laktiferus / ampula

6
7

Sinus laktiferus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk

kantung di sekitar areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.

e. Jaringan lemak dan penyangga

Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang

menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Payudara kecil atau besar

mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat

menghasilkan ASI sama banyak. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot

polos, yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan

hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut berkontraksi.

3. Air susu ibu dan hormon prolactin

Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris

disekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk

menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke

payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI) menghasilkan

ASI.

Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap,

sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum

berikutnya. Sedangkan untuk minum yg sekarang, bayi mengambil ASI yang

sudah ada.

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus),

makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui

makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap,

7
8

makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka

payudara akan berhenti menghasilkan ASI.

Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada

malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin

juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur),

sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi

kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk

tujuan menunda kehamilan.

4. Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex)

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.

Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh

isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan

merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI

keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat

dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.

Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini

menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah

mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika

refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan

untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi

ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.

8
9

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi

setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun

kadang mengakibatkan nyeri.

b. Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin

Beberapa keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi (meningkatkan)

produksi hormon oksitosin :

Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya.

Celotehan atau tangisan bayi

Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke

ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan

memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan membantu

pekerjaan rumah tangga

Pijat bayi

c. Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin

Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung

Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk

tubuhnya, meniggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi.

Rasa sakit terutama saat menyusui

5. Keberhasilan menyusui

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui

selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar

sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain :

9
10

a. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama

dalam 1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif

dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan

tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat

kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat

melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari

efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir

dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak

kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan

menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran

ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta

perkembangan bayi.

b. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi

bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu

formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan

proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi

dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta meningkatkan risiko

infeksi

c. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia

akan melepaskan puting dengan sendirinya.

6. Keterampilan menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus

mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara

10
11

ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi

menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi

berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan

perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan

ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/

attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur

terlentang, atau posisi tidur miring.

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus

menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi

menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher).

Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka

lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan

punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas,

lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya.

Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga hanya

sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir

bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting

susu terlipat di bawah bibir atas bayi.

a. Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut:

Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)

11
12

Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi

membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi

Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik

Ada kontak mata antara ibu dengan bayi

Pegang belakang bahu jangan kepala bayi

Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku

b. Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut :

Leher bayi terputar dan cenderung kedepan

Badan bayi menjauh badan ibu

Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu

Hanya leher dan kepala tersanggah

Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi

C-hold tetap dipertahankan

c. Bagaimana sebaiknya bayi menghisap pada payudara

Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus

mengambil cukup banyak payudara kedalam mulutnya agar lidahnya

dapat memeras sinus laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau

memeras jaringan payudara sehingga membentuk puting buatan/ DOT

yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu sendiri

hanya membentuk sepertiga dari puting buatan/ DOT. Hal ini dapat kita

lihat saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan

ASI dari payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap dengan

12
13

hisapan dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak

hisapannya dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan.

d. Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik

Dagu menyentuh payudara

Mulut terbuka lebar

Bibir bawah terputar keluar

Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian

bawah

Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan

luka dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak

karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak

puas dan ia ingin menyusu sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI

sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan

mengering.

e. Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik :

Dagu tidak menempel pada payudara

Mulut bayi tidak terbuka lebar

Bibir mencucu/ monyong

Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran

ASI oleh lidah

Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat

Terasa sakit pada puting

13
14

f. Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui

Bayi datang dari arah bawah payudara

Hidung bayi berhadapan dengan puting susu

Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara

(titik pertemuan)

Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi

Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang

tidak ada tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah

yang lembut

Putting susu hanya 1/3 atau dari bagian dot panjang yang

terbentuk dari jaringan payudara

7. Cara bayi mengeluarkan ASI

a. Bayi tidak mengeluarkan ASI dari payudara seperti mengisap minuman

melalui sedotan

b. Bayi mengisap untuk membentuk dot dari jaringan payudara

c. Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltik lidah menekan

gudang ASI ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar gudang masuk

kedalam mulut

d. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan dot

buatan ke atas langit-langit

e. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga

bayi mudah memeras ASI

14
15

8. Berapa lama sebaiknya bayi menyusu

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata

bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat

mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat

lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin

ada masalah. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah

(kurang dari 2500 gram), proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini

merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara

sampai selesai baru kemudian bila bayi masih menginginkan dapat

diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara mendapat

stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI.

9. Berapa sering bayi menyusu dalam sehari

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi,

sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat

sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi

sebaiknya disusui sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan pada

malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahankan suplai

ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi

yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu

tidak perlu menyetopnya.

10. Bagaimana menilai kecukupan ASI

a. Asi akan cukup bila posisi dan perlekatan benar

15
16

b. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang

tidak pekat dan bau tidak menyengat

c. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi

berat lahir pada usia 2 minggu

d. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari

payudara ibu

B. KONSEP HOSPITALISASI

1. Pengertian

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada

lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan

atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya.

Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan

ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang

mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di

rumah sakit.

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai

akibat dari dampak perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ),

perlukaan tubuh dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan

karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

16
17

dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk

menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptifdari anak.

Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran

perawat sangat berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-

usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak stress hospitalisasi antara

lain :

a. Meminimalkan dampak perpisahan

b. Mengurangi kehilangan kontrol

c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.

Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam

usahanya meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya

pengetahuan sebelumnya tentang stress hospitalisasi, karena keberhasilan

suatu asuhan keperawatan sangat tergantung dari pemahaman dan kesadaran

mengenai makna yang terkandung dalam konsep-konsep keperawatan serta

harus memiliki pengetahuan , sikap dan keterampilan dalam menjalankan

tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu, penelitian ini dibuat untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam

meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah.

Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :

- cemas

- marah

- sedih

17
18

- Takut

- rasa bersalah

- Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan

belum pernah dialami

Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress

pula, dan streess orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin

miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi

juga pada orangtuanya.

2. Reaksi Hospitalisasi

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia

perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem

pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada

umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,

kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

a. Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:

1) Pengalaman yang mengacam

2) Stressor

Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga

b. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :

1) Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka

2) Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan

dan kebiasaan sehari-hari

18
19

3) Keterbatasan mekanisme koping

c. Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :

1) Tingkat perkembangan usia

2) Pengalaman sebelumnya

3) Support system dalam keluarga

4) Keterampilan koping

5) Berat ringannya penyakit

d. Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:

1) Takut

a) Unfamiliarity

b) Lingkungan rumah sakit yang menakutkan

c) Rutinitas rumah sakit

d) Prosedur yang menyakitkan

e) Takut akan kematian

2) Isolasi

Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak

terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun.

Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus

(masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala) dan

keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.

3) Privasi yang terhambat

Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian

19
20

3. Perbedaan Stresor Hospitalisasi Berdasarkan Tingkatan Usia

a. Stressor pada Infant

Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation Anxiety

dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa

sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg

berlebihan dan menangis kuat.

1) Separation anxiety (cemas karena perpisahan)

- Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat

dekat

- Kemampuan bahasa terbatas

2) Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap

a) Tahap Protes ( Fase Of Protes )

- Menangis kuat

- Menjerit

- Menendang

- Berduka

- Marah

b) Tahap Putus Asa (Phase Of Despair)

- Tangis anak mula berkurang

- Murung, diam, sedih, apatis

- Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya

- Menghisap jari

- Menghindari kontak mata

20
21

- Berusaha menghindar dari orang yang mendekati

- Kadang anak tidak mau makan

c) Tahap Menolak (Phase Detachment/Denial)

- Secara samar anak seakan menerima perpisahan (pura-pura)

- Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya

- Bermain dengan orang lain

- Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.

- Anak mulai terlihat gembira

3) Kehilangan Fungsi dan Kontrol

Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur

dan pengobatan serta aktivitas di rumah sakit, misalnya karena

diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak kehilangan

mobilitas dan menimbulkan stress pada anak.

4) Gangguan Body Image dan Nyeri

Infant masih ragu tentang persepsi body image

Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant

dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal : sedih/cemas

jika ada trauma atau luka.

Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan dengan

prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan

kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi

infant adalah berada di sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas

21
22

apabila infant cemas karena perpisahan, kehilangan control, gangguan

body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.

b. Stressor pada Anak Usia Awal (Toddler & Pra Sekolah)

Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan

berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena

hospitalisasi. Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation

Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya.

Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan,

pergerakan tubuh yang berlebihan dan menangis kuat.

1) Respon prilaku anak sesuai dengan tahapannya yaitu :

a) Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil orang tua,

menolak perhatian orla.

b) Tahap putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat

bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis.

c) Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal,

dan anak mulai menyukai lingkungan.

2) Pengertian anak tentang sakit:

a) Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk

perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai

keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.

b) Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka

sakit, tidak biasa bermain dengan temannya, mengapa mereka

22
23

terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke

rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.

c) Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat

passive, cooperative, membantu atau anak mencoba

menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.

3) Separation /perpisahan

a) Anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua

b) Anak sering mimpi buruk

4) Kehilangan fungsi dan control

Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan

terganggunya fungsi motorik biasanya mengakibatkan

berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan

yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi

regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk

makan. Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi

cemas.

5) Gangguan Body Image dan nyeri

- Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi

- Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

c. Stressor pada Usia Pertengahan

Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan

1) Pengertian tentang sakit

23
24

a) Anak usia 5 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit

sehingga membuat mereka harus istirahat di tempat tidur.

b) Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi

pengertian anak tentang penyakit yang di alaminya.

2) Separation /Perpisahan

a) Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai

memahami mengapa perpisahan terjadi.

b) Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang

berlangsunng lama.

c) Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang

berarti bagi anak sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi

cemas.

3) Kehilangan Fungsi Dan Kontrol

a) Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka

sehingga sering membuat anak frustasi, marah dan depresi.

b) Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa

bahwa inisiatif mereka terhambat.

4) Gangguan body image dan nyeri

a) Anak mulai menyadari tentang nyeri

b) Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya

luka insisi.

d. Stressor pada Anak Usia Akhir

24
25

1) pengertian

a) Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan

oleh factor eksternal atau bakteri, virus dan lain-lain.

b) Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah

2) Separation / Perpisahan

a) Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah

b) Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat

mengakibatkan stress

c) Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman

3) Kehilangan fungsi control

Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri

yang dialaminya.

4) Gangguan body Image

a) Anak takut mengalami kecacatan dan kematian

b) Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat

genitalianya

e. Stressor pada Adolescent/Remaja

1) Pengertian tentang sakit

Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit

yang bersifat kompleks

25
26

Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi

sakit.

2) Separation / Perpisahan

a) Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika

mereka sakit akan menimbulkan stress akan perpisahan dengan

teman sebayanya.

b) Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak

dengan peer groupnya jika mereka mengalami kecacatan.

3) Kehilangan fungsi control

a) Bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian

mereka.

b) Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam

konsep diri remaja.

c) Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri

4) Gangguan body image

Sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda

dengan per grupnya dan sangat mempengaruhi kemampuan anak

dalam menangani stress karena adanya perubahan body image.

Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya.

a) Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang

berhubungan dengan organ seksual.

26
27

4. Stressor dan Reaksi Keluarga Sehubungan dengan Hospitalisasi

Anak

a. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :

1) Tingkat keseriusan penyakit anak

2) Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi

3) Prosedur pengobatan

4) Kekuatan ego individu

5) Kemampuan koping

6) Kebudayaan dan kepercayaan

7) Komunikasi dalam keluarga

b. Pada umumnya reaksi orang tua:

1) Denial / disbelief

Tidak percaya akan penyakit anaknya

2) Marah / merasa bersalah

Merasa tidak mampu merawat anaknya

3) Ketakutan, cemas dan frustasi

- Tingkat keseriusan penyakit

- Prosdur tindakan medis

- Ketidaktahuan

4) Depresi

- terjadi setelah masa krisis anak berlalu

- Merasa lelah fisik dan mental

27
28

- Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah

- Berhubungan dengan efek samping pengobatan

- Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan

5. Reaksi Sibling

a. Pada umumnya reaksi sibling

- merasa kesepian

- Ketakutan

- Khawatir

- Marah

- Cemburu

- Rasa benci

- Rasa bersalah

b. Pengaruh pada fungsi keluarga

- Pola Komunikasi

- Komunikasi antar anggota keluarga terganggu

- Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik

c. Penurunan peran anggota keluarga

Pola komunikasi

- Kehilangan peran orang tua

- Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat

- Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku

antisocial.

28
29

d. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan

hospitalisasi anak

- Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan

asuhan keperawatan

- Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan

keluarga.

- Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak

- Beri dukungan pada anak dan keluarga

- Beri informasi yang adekuat.

6. Reaksi Orang Tua dan Saudara Kandung Terhadap Anak yang

Dihospital

a. Reaksi orang tua :

Cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat orang tua

melihat anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana

dan bersikap pada anak dan orang tua).

Cemas yang paling tinggi dirasakan orang tua pada saat

menunggu informasi ttg diagnosis penyakit anaknya. Rasa takut muncul

pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi sakit

terminal.

Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua : sering bertanya ttg

hal yang sama secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah

tegang, dan bahkan marah.

29
30

1) Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan

orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk

sembuh.

2) Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat

cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak

adekuatnya dukungan psikologis.

b. Reaksi saudara kandung

- Marah

- Cemburu

- Benci dan bersalah

7. Intervensi Keperawatan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi

a. Meminimalkan sressor atau penyebab stres.

b. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam:

1) Perawatan (rooming in)

- Modifikasi ruang perawatan dgn membuat situasi ruang

perawatyan seperti dirumah.

- Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.

- Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik

jika anak dapat kooperatif thp petugas.

- Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan

sebelum melakukan prosedur.

2) Memaksimalkan manfaat hospitalisasi

30
31

- Memberi kesempatan pada orang tua mempelajari tukem anak

dan reaksi anak thp sressor yg dihadapi selama dirawat.

- Dapat dijadikan media untuk belajar orang tua.

- Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak

bergantung pada orla dan percaya diri.

- Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi

pengalaman.

3) Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain

- Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di

RS.

- Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli

agama

- Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi

anaknya dgn nilai-nilai yg diyakininya.

- Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak.

4) Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di RS :

- Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : a. Siapkan ruang

rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn

peralatan yg diperlukan,

- Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum

dirawat diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur

bangunan RS.

c. Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan

31
32

Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.

Orientasikan anak dan orang tua pada ruang rawat yang ada beserta

fasilitas yang dapat digunakan.

Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.

Berikan identitas pada anak

Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan

diikuti.

Laksanakan pengkajian riwayat kep.

Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn

yang programkan.

C. ETIKA BATUK

1. Pengertian

Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme

pertahanan tubuh pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau

reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya

lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.

Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia

dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara

menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak

menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.

32
33

2. Tujuan Etika Batuk

Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara

bebas (Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya.

Droplets tersebut dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi

menular ke orang lain disekitarnya melalui udara pernafasan. Penularan

penyakit melalui media udara pernafasan disebut air borne disease.

3. Penyebab terjadinya Batuk

a. Infeksi

Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran

pernapasan. Misal : flu, bronchitis,dan penyakit yang cukup serius

meskipun agak jarang pneumoni, TBC, Kanker paru-paru.

b. Alergi

- Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran

pernapasan.Misal : debu,asap,makanan dan cairan.

- Mengalirnya cairan hidung kearah tenggorokan dan masuk ke

saluran pernapasan. Misal : rhinitis alergika, batuk pilek.

- Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma

4. Kebiasaan batuk yang salah

- Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.

33
34

- Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau

hidung saat batuk dan bersin.

- Membuang ludah batuk disembarang tempat.

- Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang

tempat.

- Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.

5. Dampak dari Batuk

- Rasa lelah

- Gangguan tidur

- Perubahan pola hidup

- Nyeri musculoskeletal

- Suara serak

- Mengganggu nafas,dll.

6. Cara Batuk yang Baik dan Benar

Hal-hal perlu anda perlukan:

- Lengan baju

- Tissue

- Sabun dan air

34
35

- Gel pembersih tangan

- Masker

a) Langkah 1

Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup

hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue atau saputangan atau

lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk

atau bersin.

b) Langkah 2

Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.

c) Langkah 3

Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan

mengambil kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau

menggunakan gel pembersih tangan.

d) Langkah 4

Gunakan masker.

35
36

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2005. Buku Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika,

Jakarta.

Potter, P.A, 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan

Praktik. EGC, Jakarta.

Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.

Wong, 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC,

Jakarta.https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/etika-batuk-kesehatan/

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/manajemen-laktasi

36
37

BAB III

PROSES HASIL KAJIAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG ADE IRMA SURYANI

LANTAI 1

A. Profil Area Kajian

Berdasarkan hasil observasi ruang rawat inap Ade Irma Suryani Lantai 1

RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi merupakan ruangan yang khusus

mengelola pasien anak anak. Ruang Ade Irma Suryani Lantai 1 terdiri dari 4

kamar perawatan yang dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Ruangan dan Tempat Tidur Ruang Rawat Inap

Ade Irma Suryani Lantai 1 RSUD Sekarwangi

No Ruangan Jumlah BED

1 1 8

2 2 8

3 3 8

4 4 6

5 Ruang Tindakan 1

Jumlah 31

Jumlah tenaga perawat di ruangan Ade Irma Suryani Lantai 1 sebanyak 14

orang perawat primer yang dimana terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 2 orang

kepala tim dan 11 orang anggota perawat yang terbagi menjadi 3 sift jaga.

37
38

B. Hasil Kajian Situasi Terfokus

Berdasarkan hasil orientasi dan observasi, ditemukan data yang menurut

kelompok harus segera diperbaiki dan ditindak lanjuti:

Tabel Pemetaan Data Awal

Sudah Perlu Perlu Sumber


No Jenis Informasi
Terjadi Divalidasi Dilengkapi Informasi

1 - Pada tanggal 30 November Observasi,

2017 pukul 14.40 WIB. By. K Pasien,



menyusu (susu botol) dengan perawat

posisi terlentang di bed. ruangan

2 - Pada tanggal 28 November

2017 pukul 10.30 WIB. Saat


Observasi,
setelah dilakukan penkes etika keluarga
pasien,
batuk, keluarga An. S
Perawat
mengatakan lupa dengan Ruangan

materi yang diberikan.

3 - Pada tanggal 28 November


Observasi,
2017 pukul 08.15 WIB. Semua
keluarga
ruangan rawat tampak terlihat
pasien,
tidak dimodifikasi untuk
perawat
mengurangi efek hospitalisasi
ruangan
pada anak.

38
39

- Pada tanggal 28 November

2017 pukul 11.5 WIB.

keluarga An. R mengatakan

anaknya takut berada di

ruangan.

Kesimpulan kasus yang diambil:

1. Hak keluarga pasien (orang tua) mengenai informasi tehnik laktasi

2. Hak keluarga pasien mengenai Informasi etika batuk.

3. Peran perawat dalam mengurangi efek hospitalisasi

39
40

C. Hasil Kajian Situasi

Setelah melakukan kajian situasi manajemen berdasarkan komponen yang

dikelola meliputi 7 M, yakni Man, Money, Method, Material, Minute, Market,

dan Machine yang dilakukan pada tanggal 08 12 November 2017 didapatkan:

Pengembangan Data

1. Kasus 1 : Hak keluarga pasien (orang tua) mengenai informasi tehnik


laktasi

Point-Point Assessment
Masalah
Observasi Wawancara

Menurut perawat ruangan,

belum terdapat media

berkaitan dengan tehnik

laktasi yang baik.

Menurut perawat ruangan,

Man - banyak masalah pernafasan

yang cukup mengancam

nyawa anak yang disebabkan

oleh ibu yang melakukan

tehnik laktasi dengan cara

yang kurang tepat.

Money - -

40
41

Metode penkes yang dilakukan Menurut perawat ruangan,

berkaitan dengan tehnik laktasi informasi berkaitan dengan

dilakukan langsung kepada ibu tehnik laktasi adalah

atau keluarga klien tanpa informasi yang penting bagi


Methode
menggunakan bantuan media. ibu dengan anak menyusui,

sehingga informasi harus

disampaikan meski tanpa

media.

Tidak terdapat media yang Menurut perawat ruangan,

digunakan sebagai alat untuk media berkaitan dengan

Material membantu dalam melakukan manajemen laktasi belum

penkes berkaitan dengan dimiliki oleh ruangan.

tehnik laktasi.

Waktu pelaksanaan penkes

berkaitan dengan tehnik laktasi

dilakukan ketika setelah


Minute -
pemeriksaan fisik pasca

penerimaan pasien baru atau

setelah tindakan lainnya.

Pada tanggal 30 November Pada tanggal 30 November

terdapat 3 bayi (By. G, By. R, 2017 pukul 15.15 WIB. Ibu


Market
By. K) usia menyusui yang dari By. G, By. R, By. K yang

dirawat karena menderita mengalami masalah pada

41
42

masalah pada sistem sistem pernafasan

pernafasan. mengatakan tidak mengetahui

tehnik laktasi/menyusui yang

benar sehingga dirumahnya

sering menyusui anaknya

dengan posisi

terlentang/tiduran.

Machine - -

2. Kasus 2 : Hak Keluarga Pasien Mengenai Informasi Etika Batuk

Point-Point Assesment
Masalah
Observasi Wawancara

Sudah terdapat perawat yang Perawat ruangan

melakukan penkes pada setiap mengatakan, perawat

pasien mengenai etika batuk. ruangan berkewajiban untuk

Man melakukan penkes mengenai

cuci tangan, etika batuk dan

risiko jatuh pada setiap

pasien yang dirawat.

Money - -

Tindakan penkes dilakukan Diruangan sudah terdapat


Methode
dengan cara mendatangai leaflet dan lembar baik

42
43

setiap ruangan dan melakukan berkaitan dengan penkes

penkes dengan media lembar yang sering diberikan.

balik dan leaflet.

Sudah terdapat lembar balik Perawat ruangan

dan leaflet dengan jumlah mengatakan, ruangan hanya

terbatas. memiliki media seperti

lembar balik dan leaflet.


Material
Adapun leaflet kadang tidak

cukup jika harus diberikan

pada setiap pasien yang

dirawat.

Penkes dilakukan pada sip pagi


Minute -
setelah banyak pasien baru.

Pada tanggal 02 Desember

2017 pukul 17.00 WIB.

Setelah dilakukan evaluasi

terhadap penkes yang telah

Market - dilaksanakan pada sift pagi

mengenai etika batuk, 4 dari

6 keluarga pasien

mengatakan lupa terhadap

materi yang telah diberikan.

Mechine - -

43
44

3. Kasus 3 : Peran Perawat dalam Mengurangi Efek Hospitalisasi

Point-Point Assessment

Masalah
Observasi Wawancara

Menurut perawat ruangan,

tehnik mengurangi efek

hospitalisasi diruangan

dengan cara menempelkan

Man - karakter pada dinding sudah

dilakukan dan dilepas

kembali karena beresiko

sebagai media menempelnya

debu.

Money - -

Sebagai langkah mengurangi Menurut perawat ruangan,

efek hospitalisasi hanya upaya khusus mengurangi

berfokus pada tindakan dengan efek hospitalisasi di kamar

Methode cara melakukan tindakan yang perawatan belum ada selain

beresiko menimbulkan trauma dari melakukan pemisahan

di ruangan tindakan khusus. ruangan ketika dilakukan

tindakan.

44
45

Upaya mengurangi efek Adapun untuk media bermain

hospitalisasi di kamar ruangan memiliki area

perawatan beum ada. bermain pada ruangan tengah

untuk tempat bermain anak.

Terdapat area bermain pada Semua media yang bertujuan

ruangan tengah. mengurangi efek hospitalisasi

Terdapat bola bola mainan yang berpotensi menjadi

Material yang tidak terpakai. media terpaparnya debu dan

Tidak terdapat media dalam sulit dibersihkan sudah

mengurangi efek hospitalisasi diamankan berdasarkan

di kamar perawatan. rekomendasi PPI.

Minute - -

Pada tanggal 30 November

2017 pukul 11.10 WIB. 6 dari

7 pasien dan keluarga pasien

yang dirawat diruangan

Market - mengatakan bahwa anaknya

merasa jenuh berada

diruangan dan kadang merasa

takut dengan suasana

ruangan.

Machine - -

45
46

Setelah ditemukan masalah masalah, maka data tersebut

dikelompokan menjadi 1 kategori dan dibuat kesimpulan / masalah yang

berkaitan dengan data yang ada, maka dibuatlah rumusan masalah dan

alternative solisi yaitu sebagai berikut :

46
47

No Kelompok Data Kesimpulan / Masalah Alternative Solusi (Kegiatan)

o Pada tanggal 30 November 2017 pukul 1. Buat Leaflet atau lembar balik sebagai

14.40 WIB. By. K menyusu (susu botol) media yang akan digunakan untuk

dengan posisi terlentang di bed. penkes mengenai tehnik laktasi.

o Menurut perawat ruangan, belum 2. Lakukan roll play dalam pelaksanaan

terdapat media berkaitan dengan tehnik Hak keluarga pasien penkes tentang tehnik laktasi

laktasi yang baik. (orang tua) mengenai berdasarkan media yang telah dibuat.
1
o Menurut perawat ruangan, banyak informasi tehnik laktasi 3. Sepakati waktu pelaksanaan penkes

masalah pernafasan yang cukup perlu diperbaiki sebanyak 2 kali dalam seminggu secara

mengancam nyawa anak yang umum, dan dikhususkan untuk pasien

disebabkan oleh ibu yang melakukan baru dengan anak menyusui.

tehnik laktasi dengan cara yang kurang

tepat.
48

o Tidak terdapat media yang digunakan

sebagai alat untuk membantu dalam

melakukan penkes berkaitan dengan

tehnik laktasi.

o Pada tanggal 30 November 2017 pukul

15.15 WIB. Ibu dari By. G, By. R, By. K

yang mengalami masalah pada sistem

pernafasan mengatakan tidak mengetahui

tehnik laktasi/menyusui yang benar

sehingga dirumahnya sering menyusui

anaknya dengan posisi terlentang/tiduran.

o Pada tanggal 28 November 2017 pukul 1. Buat phamplet yang dipasang pada setiap

2 10.30 WIB. Saat setelah dilakukan ruangan mengenai etika batuk sebagai

penkes etika batuk, keluarga An. S media pengingat untuk sasaran penkes.

48
49

mengatakan lupa dengan materi yang Hak keluarga pasien 2. Perbanyak leaflet sebagai media pengingat

diberikan. mengenai Informasi etika yang diberikan kepada pasien dan keluarga

o Adapun leaflet kadang tidak cukup jika batuk Batuk Perlu pasien jika media pengingat berbentuk

harus diberikan pada setiap pasien yang diperbaiki phamplet tidak memungkinkan dibuat.

dirawat.

o Pada tanggal 02 Desember 2017 pukul

17.00 WIB. Setelah dilakukan evaluasi

terhadap penkes yang telah dilaksanakan

pada sift pagi mengenai etika batuk, 4

dari 6 keluarga pasien mengatakan lupa

terhadap materi yang telah diberikan.

o Pada tanggal 28 November 2017 pukul 1. Buat kondisi ruangan/kamar perawatan

3 11.5 WIB. keluarga An. R mengatakan yang mengurangi efek hospitalisasi dengan

anaknya takut berada di ruangan.

49
50

o Menurut perawat ruangan, tehnik Peran perawat dalam menempelkan karakter yang disukai anak

mengurangi efek hospitalisasi diruangan mengurangi efek dan tidak menjadi tempat terpaparnya debu.

dengan cara menempelkan karakter hospitalisasi Perlu 2. Sediakan buku cerita sebagai media yang

pada dinding sudah dilakukan dan dilepas Diperbaiki dapat membuat anak merasa lebih nyaman.

kembali karena beresiko sebagai media 3. Tunjuk penanggungjawab dalam

menempelnya debu. pemeliharaan media yang digunakan untuk

o Upaya mengurangi efek hospitalisasi di mengurangi efek hospitalisasi.

ruang perawatan beum ada.

o Pada tanggal 30 November 2017 pukul

11.10 WIB. 6 dari 7 pasien dan keluarga

pasien yang dirawat diruangan

mengatakan bahwa anaknya merasa jenuh

berada diruangan dan kadang merasa

takut dengan suasana ruangan.

50
51

D. PLANNING OF ACTION

Penanggung
No Jenis Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Biaya Evaluasi
Jawab

1 1. Diskusikan mengenai Perawat - - - Media yang akan PP

media yang dibutuhkan Kolega digunakan

dan akan digunakan dalam

pelaksanaan penkes

tehnik laktasi yang baik.

2. Diskusikan mengenai
Perawat Mekanisme pelaksanaan
mekanisme pelaksanaan - - - PP
Kolega
penkes tentang tehnik

laktasi yang baik.

51
52

2 1. Diskusikan mengenai Perawat - - - Media yang akan PP

pembuatan media Kolega digunakan.

pengingat mengenai etika

batuk yang dapat

dipasang pada setiap

ruangan.

2. Diskusikan mengenai
Perawat Alternatif lain yang akan
edia dan upaya lain yang - - - PP
Kolega dilakukan
dapat dilakukan jika

pembuatan phamplet

52
53

tidak memungkinkan

untuk dilakukan.

3 1. Diskusikan mengenai Perawat - - - Upaya atau langkah

ruangan/ kamar Kolega yang akan dilakukan


PP
perawatan yang dapat

mengurangi efek

hospitalisasi pada anak.

2. Tentukan penanggung Perawat Penanggung jawab


- - - PP
jawa dalam memelihara Kolega dalam pemeliharaan

media yang digunakan media yang ada.

untuk mengurangi efek

hospitalisasi di kamar

perawatan.

53
54

Anda mungkin juga menyukai