TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Lignin
Lignin adalah molekul kompleks yang tersusun dari unit phenylphropane yang
terikat didalam struktur tiga dimensi. Lignin adlaah material yang paling kuat
didalam biomassa. Lignin sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi,
enzimatis maupun kimia. Karena kandungan karbon yag relatif tinggi dibandingkan
dengan selulosa dan hemiselulosa, lignin memiliki kandungan energi yang tinggi
(Putri, 2014)
Lignin merupakan polimer alami dan tergolong kedalam senyawa rekalsitran
karena tahan terhadap degradasi atau tidak terdegradasi dengan cepat dilingkungan.
Molekul lignin adalah senyawa polimer organik kompleks yang terdapat pada
dinding sel tumbuhan an berfungsi memberikan kekuatan pada tanaman (Putri,
2014). Dari segi morfologi, lignin meruapakan senyawa amorf yang terdapat dapat
lamela tengah majemuk maupun dalam dinding sekunde. Selama perkembangan sel,
lignin dimasukkan sebgai komponen terakhir didalam dinding sel, menembus
diantara fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel (Rahman, 2010).
Lignin sangat mudah mengalami oksidasi, bahkan dalam keadaan lemah dapat
terurai menjadi asam aromatis seperti asam benzoat dan asam proto chatcheat. Jika
oksidasinya terlalu keras akan membentuk asam-asam formiat, asetat, oksalat dan
suksinat. Dalam keadaan oksidasi sedang yang banyak terdapat dalam proses
pemutihan lignin diubah menjadi produk yang dapat larut air atau alkali (Putri,
2014).
2.3 Selulosa
Selulosa adalah senyawa organik penyusun utama dinding sel tumbuhan.
Polimer selulosa tersusun oleh monomer-monomer anhidroglukosa atau
glukopiranosa yag saling berhubungan pada posisi karbon 1 dan 4 oleh ikatan -
gluoksida. Selulosa digunakan untuk pembuatan kertas dan tekstil.
Selulosa adalah senyawa yang umunya tidak berada dalam keadaan murni.
Dialam, selulosa berkaitan dengan lginin dan hemiselulosa membentuk bagian-
bagian tanaman seperti kayu, batang, daun, dan sebagainya. Selulosa termasuk
homopolimer linier denganmonomer berupa D-anhidroglukosa yang saling berkaitan
dengan ikatan -1,4-glioksidik. Rumus empiris selulosa adlah (C6H10O5)n, dengan n
adalah jumlah satuan glukosa yang berikatan dan berarti juga derajat polimerisasi
selulosa. Selulosa murni memiliki derajat polimerisasi sektar 14000, namun dengan
pemurnian biasanya akan berkuang sekitar 2500 (Putri, 2014).
Berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutan dalam senyawa natrium
hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
1. Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 -
1500. Selulosa dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian
selulosa
2. Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15 - 90, dapat
mengendap bila dinetralkan
3. Selulosa (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa , tetapi derajat
polimerisasinya kurang dari 15.
(Indrawati, dkk., 2005)
2.4 Alfa Selulosa
Alfa selulosa adalah adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP 600 15000. Selulosa dipakai
sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa. -selulosa merupakan
selulosa yang mempunyai kualitas paling tinggi (murni). Material yang mengandung
-selulosa > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku utama
pembuatan propelan dan atau bahan peledak (Cherlina, 2014).