Anda di halaman 1dari 24

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
inayah, taufik, hinayah, dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun dan menyelesaikan tugas presentasi kasus yang berjudul Demam Berdarah
Dengue. Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dalam hal isi maupun
penyajiaannya, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak agar pada kesempatan yang akan datang penulis dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi. Shalawat dan salam semoga penulis curahkan kepada baginda tercinta nabi
Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Donny Gustiawan
SpPD sebagai pembimbing yang telah membantu menyempurnakan presentasi kasus ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

1
BAB I
KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Tn B
Jenis Kelamin : Laki laki
Umur : 21 tahun
Alamat : Kp. Mariuk, Cikarang Barat
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 26 04 2013
Tanggal Keluar : 01 05 2013

II. Anamnesis
Keluhan Utama
Demam disertai lemas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan demam yang disertai
lemas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan pasien naik turun.
Pasien juga merasakan mual dan muntah dengan konsistensi cair sebelum dibawa ke
rumah sakit. BAB pasien berwarna coklat dan BAK tidak ada gangguan.. Pasien tidak ada
batuk, pilek, sakit menelan. Pasien menyangkal gusi berdarah dan mimisan.
Pasien juga belum pernah berobat ke dokter semenjak demam, karena pasien kira
hanya demam biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal pernah demam naik turun sebelumnya, pasien juga menyangkal
menderita penyakit darah tinggi, kencing manis, sering berdarah.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien juga mengaku tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami demam naik
turun, darah tinggi, kencing manis, dan sering berdarah.

2
III. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis, pasien tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 34,6 0 C
Ikterus :+/+
Oedema :-/-
Cyanotik :-/-
Anemia :-/-
Ptechia :+
Turgor Kulit : baik
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 60 kg

Kepala
Bentuk : Normal, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata :
o Konjungtiva tidak anemis
o Sklera Ikterik
o Pupil Isokor kanan = kiri
o Refleks cahaya (+)
Telinga :
o Bentuk Normal
o Simetris
o Membran tympani intak
Hidung :
o Bentuk normal
o Tidak ada deviasi
o Tidak ada krepitasi
o Tidak ada hiperemis
Mulut :

3
o Bibir tidak sianostik
o Ada perdarahan di bibir
o Tidak hiperemis
o Tidak ada nyeri menelan

Leher
Bentuk normal
Deviasi Trakea (-)
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran Tiroid (-)

Thoraks
Inspeksi :
o Bentuk dada kiri = kanan simetris
o Pergerakan nafas kiri = kanan statis dan dinamis
o Iktus Kordis tampak
o Perbandingan anterior dan lateral = 2 : 1
Palpasi :
o Fremitus taktil kanan = kiri
o Fremitus vokal kanan = kiri
o Iktus cordis teraba pada sela iga ke V linea
midclavicularis sinistra
o Tidak teraba masa
o Tidak ada nyeri tekan maupun lepas
Perkusi :
o Sonor pada seluruh lapang paru
o Batas Pingang Jantung : ICS III linea sternalis sinistra
o Batas Kanan Jantung : ICS IV linea parasternalis dextra
o Batas Kiri Jantung : ICS V linea midclavicularis
sinistra
o Batas paru hati : ICS VI linea midclavicularis dextra
o Peranjakan paru +

4
Auskultasi :
o Pernafasan vesikuler
o Rhonki - / -
o Bunyi Jantung I II murni, reguler
Abdomen
Inspeksi :
o Perut datar Simetris
o Umbilikus tidak menonjol
Auskultasi :
o Bising Usus (+) Nomal
Palpasi :
o Nyeri tekan perut kanan atas (+)
o Pembesaran Hepar 1 jari dibawah arcus costae,
permukaan licin, konsistensi keras
o Pembesaran Lien (-)
o Undulasi (-)
o Ballotement in toto (-)
Perkusi :
o Timpani pada 4 quadran
o Shifting dullness (-)

Ekstremitas
Superior :
o Dingin
o Petechie + / +
o Sianostik - / -
o Oedema - / -
Inferior :
o Dingin
o Petechie + / +
o Sianostik - / -
o Oedema - / -

5
Neurologi
GCS :
o E = 4, M = 6, V = 5
Refleks Fisiologis :
o Baik
Refleks Patologis :
o Kaku kuduk, Babinski dan Babinski Grup (-)
Kekuatan Otot :
o 5
Fungsi Sensorik :
o Baik kanan dan kiri

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
o Darah Rutin tanggal 26 4 2013
Hb : 16,4 g/dl (14 16)
Leukosit : 6100 /mm (3500 10.000)
Eritrosit : 5,4 jt/mm3 (3,8 5,8)
Hematokrit : 49,6 ( 35 50)
Trombosit : 25 rb/mm3 (150 400)
Kimia Klinik
o Fungsi Hati
SGOT : 370 U/L (<270)
SGPT : 225 U/L (<41)
o Gula darah sewaktu : 90 mg/dl (<170)

V. Diagnostik Kerja
Susp. DBD grade II

Diagnostik Banding
ITP

6
Penatalaksaan
Umum
o Tirah Baring

Medikamentosa
o IVFD RL 500cc per 4 jam
o Ranitidin IV 2 x 1 ampul per 12 jam
o Ondancentron IV 3 x 1 ampul per 8 jam
o Ceftriaxon IV 2 x 1gr per 12 jam

Pemeriksaan Anjuran
Kultur virus dengue
Imunoserologi IgG dan IgM anti dengue
USG abdomen

7
Follow Up
Tanggal 27 04 2013 28 04 2013 29 04 - 2013 30 04 - 2013 01 05 - 2013
Keluhan Lemas Lemas Lemas
Mual
Lab 06.00 18.00 06.00 18.00 06.00 18.00
Hb 15,4 13,5 12,3 13,6 13,2 13,9 13,2 12,9
Leukosit 6100 5800 4600 5500 4800 4900 8200 10.600
Ht 45,9 38,9 36,8 41,3 38.1 41,2 39,1 38.5
Trombosit 34 ribu 20 rb 22rb 55rb 42rb 40rb 51rb 102rb
SGOT 145
SGPT 126
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
TD CM CM CM CM CM
Nadi 120/80mmhg 120/80mmhg 110/70mmhg 120/80mmhg 130/80

Pernafasan 88x/mnt 86x/mnt 70x/mnt 82x/mnt 88x/mnt

Suhu 20x/mnt 22x/mnt 24x/mnt 20x/mnt 20x/mnt


34,60 C 360 C 360 C 370 C 36,20 C
Mata
Conjungtiva (-) (-) (-) (-) (-)
Anemis
Sklera Ikterik (+) (-) (-) (-) (-)
Toraks
Rh - / - Rh - / - Rh - / - Rh - / - Rh - / -
Wh - / -
Wh - / - Wh - / - Wh - / - Wh - / -
BJ I/II Reguler BJ I/II Reguler BJ I/II Reguler BJ I/II Reguler BJ I/II Reguler
Diagnosa DHF DHF DHF DHF DHF

Resume
Seorang laki laki datang ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan demam yang
disertai lemas sejak 4 hari yang lalu. Demam dirasakan pasien naik turun.
Kesadaran pasien Composmentis, dan pasien tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80
mmhg, nadi 88x per menit, pernafasan 20x per menit, suhu 34,6 C. Pasien juga merasakan

8
mual dan muntah dengan konsistensi cair sebelum dibawa ke rumah sakit. Pasien juga
mengaku sering makan makanan sembarangan. Petekie hampir ada diseluruh tubuh pasien.
Bibir pasien juga berdarah. Tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 88x per menit, nafas 20x per
menit, akral pasien dingin, dan suhu tubuh pasien 34,6 C. Dari hasil laboraturium diketahui
trombosit pasien 25 rb setelah pengecekan 2 kali. SGOT dan SGPT pasien meningkat hampir
5 kali (SGOT 370 dan SGPT 225). Dari pemeriksaan hepar pasien teraba 1 jari dibawah arkus
costae dextra, permukaan licin, konsistensi keras. Terdapat nyeri tekan pada perut kanan
pasien.

Pasien sebelumnya belum pernah mengalami sakit yang seperti ini. Pasien belum berobat
sama sekali semenjak sakit.

VI. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanactionam : ad bonam

9
BAB II
PEMBAHASAN

Pendahuluan

Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan
ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk yang dapat menularkan penyakit demam berdarah
adalah nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Virus demam berdarah terdiri dari 4
serotipe yaitu virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penyakit ini merupakan penyakit
yang timbul di negara-negara tropis, termasuk di Indonesia (CDC, 2007). Virus ini termasuk
dalam genus Flaviridae
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Demam Dengue telah
miningkat dengan faktor (by a factor of) 30 selama 50 tahun terakhir. Insidens Demam
Dengue terjadi baik di daerah tropik maupun subtropik wilayah urban, menyerang lebih dari
100 juta penduduk tiap tahun, termasuk 500.000 kasus DBD dan sekitar 30.000 kematian
terutama anak anak. Penyakit ini endemik di 100 negara termasuk Asia (WHO, 1999; Xu,
2006). Dengan pemanasan global (Global Warming) dalam mana biting rate perilaku
menggigit nyamuk meningkat maka akan terjadi perluasan dan eskalasi kasus Demam
Dengue. Pemanasan global dan perubahan lingkungan merupakan variable utama penyebab
meluasnya kasus kasus Demam Berdarah di berbagai belahan dunia (e.g. Achmadi, 2008 ;
Mc Michael, 2008).
Di Indonesia, jumlah kasus Demam Berdarah cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Meningkatnya angka demam berdarah di berbagai kota di Indonesia disebabkan oleh
sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Indonesia
merupakan salah satu negara endemik Demam Dengue yang setiap tahun selalu terjadi KLB
di berbagai kota dan setiap 5 tahun sekali terjadi KLB besar (e.g. Nainggolan, 2007); Depkes,
2007). Secara universal belum ditemukan adanya vaksin sebagai alat pencegahan penyakit
demam dengue maupun demam dengue berdarah ini (Xu et al, 2006; Lei, 2007). Sampai
dengan akhir tahun 2008 juga belum ditemukan obat yang secara efektif dapat mengobati
penyakit demam dengue.

10
Definisi
Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue/DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan / atau
nyeri sendi yang disertai dengan leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diastesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan konsentrasi) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/shock

Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus virus dengue, yang
termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonuklear rantai tunggal dengan berat molekul
4x106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe tersebut
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi
silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese
encehphalitis dan West nile virus.
Dalam laboraturium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus,
kelinci, anjing, kelelawar, dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak
didapatkan antibodi terhadap virus dengue pada hewan seperti kuda, sapi, dan babi.
Penelitian pada artropoda menunjukan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk
Aedes (stegomyia) dan Toxorhynchites.

Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.
Insidensi DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 1995), dan
pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada
tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada
tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A.
Aegypti dan A. Albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi

11
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue
yaitu : 1. Vektor perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain, 2. Pejamu terdapatnya
penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan
jemis kelamin, 3. Lingkungan curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk

Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah hingga kini masih diperdebatkan. Berdasarkan
data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom rejatan dengue
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah a. Respon humoral
berupa pembentukan antobodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang
dimediasi komplenmen dan sitotoksisitas yang dimediasi oleh antibodi. Antibodi terhadap
virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesis ini disebut antibody dependent enchancement (ADE), b. Limfosit T baik T-
Helper (CD 4) dan T- Sitotoksik (CD 8) berperan sebagai respon imun terhadap virus
dengue. Deferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL- 10, c. Monosit dan
makrofag berperan sebagai fagositosis dengan opsoniasi antibodi. Namun proses
fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh
makrofag, d. Selain itu aktivitas komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentukanya C3a dan C5a.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary herologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe
yang berbeda. Re infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi sehingga
mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain;
menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virus antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T
Helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon
gamma akan mengativasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti

12
TNF , IL 1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan
terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a
terjadi melalui aktifasi oleh kompleks virus antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya
kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme; 1. Supresi sumsum
tulang dan 2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum
tulang pada awal infeksi (< 5 hari) menunjukan hiposeluler dan supresi megakariosit.
Setelah keadaan tercapai akan terjadi peningkatan hematopoiesis termasuk
megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia
justru menunjukan kenaikan, hal ini menunjukan terjadinya stimulasi trombopoiesis
sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit
terjadi melalui peningkatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit
selama proses koagulopati dan sekuestrasi perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi
melalui mekanisme pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan pertanda degranulasi trombosit.
Koagulopati terjadi akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi
endotel. Berbagai penelitian menunjukan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam
berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue
terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga
berperan melalui aktivasi faktor XI a namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-
inhibitor complex).

13
14
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue, atau sindrom syok
dengue (SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2 7 hari yang
diikuti oleh fase kritis selama 2 3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,
akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan
adekuat.

15
Diagnosis
Laboraturium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan
darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma
biru.
Diagnosa pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi
antigen virus RNA dengue dengan teknik RT PCR (Reverse transcriptase polymerase
chain reaction), namun karena teknik lebih rumit, saat ini tes serologi yang menditeksi
adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG

Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:


Leukosit : dapat normal atau menurun, mulai hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru
(LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 8

16
Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya hematokrit naik
lebih dari sama dengan 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai hari ke 3
demam
Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer, atau FDP,
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah
Protein / albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT/SGPT : dapat meningkat
Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) bila akan diberikan transfusi
darah atau komponen darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue
o IgM terdeteksi mulai hari ke 3 5, meningkat sampai minggu ke 3,
menghilang setelah 60 90 hari
o IgG pada infeksi primer mulai terditeksi pada hari ke 14, pada infeksi
sekunder IgG terdeteksi hari ke 2
Uji HI dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan suveilans
NS I : antigen NS I dapat di deteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke
delapan. Sensitivitas antigen NSI berkisar 63 93,4% dengan sensitivitas 100%
sama tingginya dengan spesifisitas gold standard kultur virus. Hasil negatif
antigen NSI tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue

Pemeriksaan Radiologi

Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan akan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4 6 hari (rentang 3 14 hari), timbul
gejadi prodormal yang tidak khas seperti ; nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan
perasaan lelah

17
Demam Dengue (DD) merupakan penyakit demam akut selama 2 7 hari, ditandai
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut ;
Nyeri kepala
Nyeri retro orbital
Mialgia / artalgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
Leukopenia
o Dan pemeriksaan serologi positif, atau ditemukan pasien DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

Demam berdarah dengue (DBD) berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut
o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (tersering epitaksis atau perdarahan gusi) atau
perdarahan dari tempat lain hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000
Terdapat minimal tanda tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai
berikut
o Peningkatan hematokrit >= 20% dibandingkan dengan standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >= 20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, atau
hipoproteinemia

Dari keterangan diatas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD adalah
ditemukannya kebocoran plasma pada DBD

Diagnosis banding

18
Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis dengan
ITP, HUS

Sindrom syok dengue (SSD) selruh kriteria diatas untuk DBD disertai kegagalan
sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (<= 20
mmg), hipotensi dibandingkan dengan standar sesuai umur, kulit dingin, lemah serta
gelisah

Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue


Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu diketahui
klasifikasi derajat penyakit.

Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif yang adekuat. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan
tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien
harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu
dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protokol penatalaksanaan DBD
pada dewasa berdasarkan kriteria

19
Penatalaksaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai atas
indikasi
Praktis dalam pelaksanaanya
Mempertimbangkan cost effectiveness

Protokol ini terbagi dalam 5 kategori


Protokol I
o Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa syok

Protokol II
o Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

20
Protokol III
o Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit

21
Protokol IV
o Penanganan perdarahan spontan pada DBD dewasa

22
Protokol V
o Tatalaksana sindrom syok Dengue pada dewasa

23
Daftar Pustaka
1. W. Sudoyo, Aru et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Jakarta: 529-53

24

Anda mungkin juga menyukai