Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banyak orang yang beranggapan bahwa Matematika itu rumit, karena alasan itulah
banyak orang yang menghindari Matematika. Padahal Matematika dapat kita jumpai di
dalam kehidupan sehari-hari, dan mau tidak mau kita pasti menggunakan Matematika. Oleh
karena itu kami membuat makalah ini dengan maksud membantu pemahaman masyarakat
agar mereka tidak menilai Matematika adalah sesuatu yang buruk. Bagi mahasiswa yang
sedang mempelajari matematika, rumus, teori atau apapun itu yang berhubungan dengan
matematika sudah merupakan bahasan kita sehari-hari yang tak dapat terpisahkan. Mudah
ataupun susahdalam memahami suatu rumus atau teori, tetap harus kita pahami agar kelak
dalam mengajar kita memiliki kemampuan akademik yang lebih baik dari sekarang.
Sehubungan dengan meningkatkan kemampuan akademik, penulisakan membahas tentang
salah satu bab dalam bidang matematika, yaitu vektor, khususnya vektor dalam ruang dua
dan tiga dimensi secara geometri.
Apabila diperhatikan besaranyang menyatakan besarnya kuantitas dari kata-kata
tersebut ada perbedaanya yaitu ada yang hanya menunjukkan nilai saja, tetapi ada yang
menunjukkan nilai dan arahnya. Besaran itu sering disebut skalar dan vektor. Setiap besaran
skalar seperti panjang, suhu dan sebagainya selalu dikaitkan dengan suatu bilangan yang
merupakan nilai dari besaran itu. Sedangkan untuk besaran vektor seperti gaya, percepatan,
pergeseran dan sebagainya, disamping mempunyai nilai juga mempunyai arah. Jadi vektor
adalah suatu besaran yang mempunyai nillai (besar / norma ) dan arah tertentu. Dalam
pembahasan ini akan penulis bahas tentang ruang lingkup vektor baik itu ruang dua maupun
ruang tiga dimensi.

2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
a. Apa itu definisi vektor ruang berdimensi 2 dan 3?
b. Apa itu sudut antara 2 vektor R2 dan R3?
c. Bagaimana menguasai norma vektor?
d. Bagaimana memahami titik (dot) vektor dan proyeksi?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Memahami dan menguasai definisi vektor ruang berdimensi 2 dan 3
b. Memahami dan menguasai sudut antara 2 vektor R2 dan R3
c. Memahami dan menguasai norma vektor

1
d. Memahami dan menguasai titik (dot) vektor dan proyeksi

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengantar Vektor
Skalar (Luas, Panjang, Massa, Waktu dan lain -lain), merupakan suatu besaran yang
mempunyai nilai mutlak tertentu. Vektor (Gaya, Percepatan, Berat, Kecepatan dan lain -
lain), merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai mutlak dan arah tertentu.
Vektor bisa disajikan secara geometris sebagai ruas garis berarah atau panah dalam
ruang berdimensi-2 atau ruang berdimensi-3. Arah panah menentukan arah vektor, dan
panjang panah menentukan panjang vektor. Ekor dari panah tersebut disebut titik pangkal
vektor, dan ujung panah disebut titik ujung vektor. Vektor dilambangkan huruf kecil cetak
tebal (misalnya a, b, v, w, dsb). Ketika mendiskusikan vektor, semua bilangan riil disebut
skalat, dan dilambangkan huruf kecil cetak miring (misalnya, a, b, k, m, dsb).
Jika titik pangkal suatu vektor v adalah A, dan titik ujungnya adalah B, maka dituliskan

v AB . Vektor-vektor yang panjang dan arahnya sama disebut ekuivalen atau dapat
dipandang sama (walaupun terletak dalam posisi berbeda). Jika v dan w ekuivalen maka
dituliskan v = w.

Jika v dan w adalah dua vektor sebarang, maka jumlah v + w adalah vektor yang ditentukan
sebagai berikut:
Letakkan vektor w sedemikian sehingga titik pangkalnya bertautan dengan titik ujung vektor
v. Vektor v + w disajikan oleh panah dari titik pangkal v hingga ke titik ujung w.

Vektor yang panjangnya nol disebut vektor nol dan dinyatakan dengan 0. Jika v adalah
sebarang vektor tak nol, maka v, negatif dari v, didefinisikan sebagai vektor yang besarnya
sama dengan v, tetapi arahnya terbalik.

3
Setiap objek pembicaraan dalam matematika memiliki ruang himpunan di mana objek
itu berasal. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang berlaku yang dipenuhi oleh setiap
anggotanya. Misalnya, semua bilangan nyata tergabung dalam sebuah himpunan bilangan
yang dinamakan himpunan bilangan real (). Semua sifat-sifat dan aturan perhitungan
bilangan real berlaku bagi semua himpunan anggotanya, seperti pada bilangan rasional,
irasional, bulat, pecahan, dan lain- lain. Sebelum membahas lebih jauh mengenai vektor,
akan diperkenalkan tentang konsep ruang, mulai dari dimensi terkecil hingga dimensi yang
digeneralisasi, sebagai ruang-n.
1) Ruang Dimensi-n
Himpunan bilangan nyata (real) biasanya digambarkan ke dalam sebuah
gambar sederhana yang disebut garis bilangan. Garis bilangan dapat dianggap sebagai
grafik sederhana yang menyatakan letak suatu bilangan, di mana bilangan yang lebih
besar berada di sebelah kanan bilangan yang lebih kecil.
Karena garis bilangan hanya memiliki satu dimensi yaitu panjang, maka
himpunan bilangan real dapat dinyatakan sebagai ruang berdimensi-1. Meskipun kata
ruang menunjukkan suatu tempat berdimensi-3, namun dalam matematika ruang
mempunyai makna tersendiri. Berdasarkan definisinya, ruang dalam matematika
merupakan himpunan dari objek-objek yang memiliki sifat yang sama dan memenuhi
semua aturan yang berlaku dalam ruang tersebut.
Definisi Ruang-1 atau R1
Ruang dimensi-1 atau ruang-1 ( R1) adalah himpunan semua bilangan real (). Himpunan
bilangan real dapat digambarkan oleh garis bilangan real :
Bil. Rasional & irasional

-3 -2 -1 0 1 2 3

Bulat Negatif Nol Bulat Positif

Jadi, garis bilangan berfungsi untuk menunjukkan letak suatu titik pada s uatu garis
berdasarkan besarnya. Gagasan ini memunculkan gagasan berikutnya bahwa suatu titik
dapat berada pada suatu bidang ataupun ruang. Pada pertengahan abad ke-17 lahirlah konsep
ruang dimensi-2 dan dimensi-3, yang kemudian pada akhir abad ke-19 para ahli matematika
dan fisika memperluas gagasannya hingga ruang dimensi-n.

2. Definisi Vektor Ruang Berdimensi 2

4
Ruang dimensi-2 atau ruang-2 (2) adalah himpunan pasangan bilangan berurutan (,
), di mana x dan y adalah bilangan-bilangan real. Pasangan bilangan (, ) dinamakan titik
(point) dalam 2, misal suatu titik P dapat ditulis (, ). Bilangan x dan y disebut koordinat
dari titik P.
Untuk menggambarkan titik-titik di 2 secara geometris, koordinat x dan y dianggap
berada pada dua garis bilangan yang berbeda yang membentuk suatu sistem koordinat. Garis
bilangan tersebut dinamakan sumbu koordinat. Sumbu koordinat tersebut digambarkan
saling tegak lurus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem koordinat siku-siku .
Pada 2 sistem ini dinamakan sistem koordinat-xy atau sistemkoordinat kartesius (Cartesian
system) yang dibangun oleh :
Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (x, 0).
Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, y).
Suatu titik yang berada tepat di kedua sumbu dinamakan titik asal (origin point) ditulis O(0,
0). Titik ini adalah titik di mana sumbu x dan y saling berpotongan.

Koordinat v1dan v2 dari titik ujung v disebut komponen v, dan kita tuliskan: v = (v1, v2)

3. Definisi Vektor Ruang Berdimensi 3

5
Ruang dimensi-3 atau ruang-3 (3) adalah himpunan tripel bilangan berurutan (, , ),
di mana x, y, dan z adalah bilangan-bilangan real. Tripel bilangan (, , ) dinamakan titik
(point) dalam 3, misal suatu titik P dapat ditulis (, , ). Bilangan x, y, dan z, disebut
koordinat dari titik P.
Seperti halnya 2, 3 memiliki sistem koordinat siku-siku yaitu sistem koordinat- x y z,
dengan titik asal 0,0, 0 , yang dibangun oleh :
Sumbu x (x-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (,0, 0).
Sumbu y (y-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0, , 0).
Sumbu z (z-axis) yaitu garis tempat semua titik yang mempunyai koordinat (0,0, ).

Menjelang akhir abad 19, para matematikawan dan fisikawan mulai menemukan gagasan
bahwa dimensi tidak hanya terbatas pada dimensi-3 dengan tripel bilangannya, tetapi juga
kuadrupel sebagai titik pada ruang dimensi-4, kuintupel pada ruang dimensi-5, dan
seterusnya. Hal ini menghasilkan generalisasi untuk ruang dimensi-n.
Definisi tupel-n-berurutan
Jika n adalah sebuah bilangan positif, maka tupel-n-berurutan (ordered-n-tuple) adalah
sebuah urutan n buah bilangan real (1, 2, . . . , ).
Definisi Ruang-n atau
Ruang dimensi-n atau ruang-n ( ) adalah himpunan semua tupel-n-berurutan (1, 2,.., ),
dengan 1, 2, . . . , dan adalah bilangan-bilangan real. Tupel-n bilangan 1, 2 , . . . ,
dinamakan titik (point) dalam , misal suatu titik P dapat ditulis (1, 2, . . . , ).
Bilangan 1, 2, . . . , dan disebut koordinat dari P.
Jelas bahwa ruang dimensi-n dengan n > 3 tidak dapat divisualisasikan secara geometris,
namun penemuan ini sangat berguna dalam pekerjaan analitik dan numerik, karena tidak
sedikit permasalahan nyata tidak dapat divisualisasikan dengan grafis namun memerlukan
penalaran dan penyelesaian secara matematis.

6
yang merupakan generalisasi dari 1, 2, dan 3, menyebabkan sifat-sifat dan aturan-
aturan di dalamnya adalah sama, perbedaannya hanya terletak pada ukuran atau banyak
komponen yang akan dihitung. Walaupun bab ini hanya menyajikan definisi, teorema, atau
sifat-sifat dalam R2 dan R3, tetapi semuanya akan berlaku untuk , setelah dimodifikasi sesuai
dimensinya. Seperti definisi jarak antar dua titik dalam R2 dan R3 berikut yang dapat
digeneralisasi untuk .
Jarak Dua Titik
Jarak antara dua titik (1, 1) dan (2, 2 ) di 2 didefinisikan oleh :
|| = (x2 x1)2 + (2 1)2
Jarak antara dua titik (1, 1, 1) dan (2, 2 , 2) di 3 didefinisikan oleh :
|| = (2 1)2 + (2 1)2 + (2 1)2
4. Titik dan Garis
Pada bagian sebelumnya telah dibahas pengertian titik pada R2 dan R3 serta secara
umum. Definisi titik ini sama untuk semua ruang, yang berbeda hanyalah kedudukannya di
dalam masing- masing ruang tersebut. Dua titik atau lebih jika dihubungkan akan
membentuk garis, kumpulan garis-garis akan menjadi bidang, dan kumpulan bidang-bidang
akan menjadi ruang.
Geometri adalah cabang matematika yang khusus mempelajari titik, garis, dan bidang.
Mengenai garis, geometri hanya terbatas pada kuantitas dan kedudukan, seperti panjang garis
atau besar sudut antara dua garis, tetapi tidak pada arahnya serta kedudukannya dalam suatu
bidang atau ruang. Ilmu vektor merupakan cabang dari matematika yang mempelajari ruas
garis berarah yang dinamakan vektor.
5. Vektor
Banyak kuantitas fisis, seperti luas, panjang, massa, suhu, dan lainnya, dapat dijelaskan
secara lengkap hanya dari besarnya, misalnya 50 kg, 100 m, 30oC , dll. Kuantitas fisis ini
dinamakan skalar. Dalam matematika, skalar mengacu pada semua bilangan yang bersifat
konstan.
Namun, ada kuantitas fisis lain yang tidak hanya memiliki besar/nilai tapi juga arah,
seperti kecepatan, gaya, pergeseran, dan lain- lain. Kuantitas fisis ini dalam fisika maupun
matematika dinamakan vektor. Dalam matematika, ilmu vektor menjadi salah satu cabang
ilmu yang semakin luas perkembangannya serta penerapannya, dan tidak terbatas pada
mempelajari besaran-besaran yang memiliki nilai dan arah tetapi sebagai suatu besaran yang
memiliki banyak komponen yang membentuk satu kesatuan dari besaran itu sendiri.

7
Notasi Vektor
Vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil tebal (a), atau diberi tanda panah di
atasnya ( ), atau tanda garis bawah ( ).
Definisi Vektor
Sebuah vektor a dengan komponen-n (berdimensi-n) di dalam Rn adalah suatu aturan
1
tupel-n dari bilangan-bilangan yang ditulis sebagai baris (a1,a2,,an ) atau kolom (2 ) ,

dengan a1,a2,,an adalah bilangan-bilangan real dan dinamakan komponen dari vektor a.
1
Dengan demikian, di R2 vektor dapat ditulis : a = (a1,a2) atau a = ( ), dan di R3 vektor
2
1
dapat ditulis : a = (a1,a2,a3) atau a = (2). Pada bagian berikutnya, vektor akan sering
3
disajikan dalam bentuk baris (vektor baris).
Berdasarkan definisi titik dan vektor, simbol (a1,a2,, ) mempunyai dua tafsiran
geometrik yang berbeda, yaitu sebagai titik dalam hal a1,a2,a3 adalah koordinat, dan sebagai
vektor dalam hal a1,a2,,an adalah komponen.
Arti Geometrik Vektor
Secara geometris, vektor dinyatakan sebagai segmen garis berarah atau panah. Arah
panah menentukan arah vektor dan panjangnya menyatakan besar vektor. Ekor panah
dinamakan titik awal (initial point) dan ujung panah dinamakan titik ujung/terminal
(terminal point).

Komponen-komponen vektor menentukan besar dan arah vektor. Misal pada R2, vektor
v = (2, 3) berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke kanan, kemudian 3 satuan ke atas. Pada
R3, misalkan sebuah vektor v = (3, 4,2) berarti dari titik awal bergerak 2 satuan ke depan
(x-positif), 4 satuan ke kanan (y-positif), dan 2 satuan ke bawah (z- negatif).
Definisi berikut dapat memperjelas tafsiran geometrik vektor.

Definisi Vektor Posisi


Vektor posisi dari A(a1,a2,, an) adalah suatu vektor yang titik awalnya adalah titik asal O
dan titik ujungnya adalah A, dan ditulis = (a1,a2,, an).

8
Berdasarkan definisi ini dapat dibuktikan bahwa, dari sebuah titik dapat dibuat tepat satu
buah vektor posisi. Dengan kata lain setiap titik dalam ruang memiliki vektor posisi yang
berbeda-beda.
Jika vektor v dengan titik awal A dan titik ujung B, maka v dapat ditulis sebagai :
Komponen-komponen dari akan dijelaskan setelah mempelajari aritmetika vektor.

Definisi Vektor-Vektor Ekuivalen


Vektor- vektor ekuivalen adalah vektor- vektor yang memiliki panjang dan arah yang sama.
Vektor- vektor ekuivalen dianggap sebagai vektor yang sama meskipun kedudukannya
berbeda-beda. Jika v dan w ekuivalen maka dapat dituliskan v = w.
Contoh 1 :

Keempat ruas garis berarah di atas berawal di suatu titik tertentu yang kemudian digerakkan
2 satuan ke kiri dan 5 satuan ke atas. Keempatnya dinamakan vektor dan dapat dinotasikan
2
oleh v = (2, 5) = ( ). Keempat ruas garis berarah di atas dinamakan representasi dari
5
vektor v.
Definisi Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang semua komponennya adalah nol, dan ditulis O =
(0, 0, 0). Dengan demikian vektor nol adalah vektor yang tidak mempunyai panjang dan
arah.
Definisi Negatif Vektor
Negatif dari vektor v, atau v didefinisikan sebagai vektor yang mempunyai besar yang
sama dengan v, namun arahnya berlawanan dengan v.

9
Definisi Vektor satuan/unit (Unit Vectors)
Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya adalah 1.
Definisi Vektor Basis/Satuan Standar (Standard Unit Vectors)
Vektor satuan baku adalah vektor yang mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang sumbu-
sumbu koordinat.
Untuk R2, vektor satuan baku ditulis : i = (1,0) dan j = (0,1)
Untuk R3, vektor satuan baku ditulis : i = (1,0,0) , j = (0,1,0) dan k = (0,0,1)
Dengan demikian setiap vektor v = (v1, v2, v3) di R3 dapat ditulis
V = (v1, v2, v3) = v1 (1,0,0) + v2 (0,1,0) + v3 (0,0,1) = v1 i, v2 j, v3 k

Contoh 2 : Nyatakan v =(2,3, 4) dalam vektor basis.


Penyelesaian : v = (2, 3, 4) = 2 (1,0, 0) + 3 ( 0,1, 0 )+ 4 (0,0, 1) = 2i 3j + 4k
6. Aritmetika Vektor
Pada bagian ini, definisi serta teorema yang diberikan hanya untuk vektor-vektor di R3,
sedangkan interpretasi geometris sedapatnya diberikan dalam R3, namun kebanyakan dalam
R2. Hal ini bertujuan hanya untuk mempermudah pemahaman analitik dan geometrik. Secara
konsep, teoretis, dan numeris, semua definisi, teorema, dan rumus-rumus dapat dengan
mudah dimodifikasi sesuai dimensi yang diinginkan.

10
Definisi Penjumlahan Vektor
Diberikan vektor a= (a1,a2,a3) dan b = (b1,b2,b3) vektor- vektor di R3, maka penjumlahan a
dan b didefinisikan oleh
a + b = (a1 + b1 , a2 + b2, a3 + b3 )
Secara geometris, penjumlahan a + b dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan aturansegitiga
(triangle law) dan aturan jajar genjang (parallelogram law). Aturan segitiga dilakukan
dengan menghubungkan titik awal b dengan titik ujung a, kemudian menghubungkan titik
awal a dan titik ujung b sebagai (a + b). Sedangkan aturan jajar genjang dilakukan dengan
menghubungkan kedua titik asal a dan b, sehingga a dan b membentuk jajaran genjang.
Diagonal yang dibuat dari titik awal kedua vektor akan menjadi (a + b). Seperti ilustrasi
berikut :

Contoh 3 :
Misalkan u = ( 1, 2, 3 ), v = (2,3, 1) ,dan w = (3, 2,1) vektor- vektor di R3, maka u + v +
w = (1 + 2 + 3, 2 + (3) + 2, 3 + 1 + (1) = (6,1, 3)
Definisi Pengurangan Vektor
Diberikan vektor a= (a1,a2,a3) dan b = (b1,b2,b3), maka pengurangan a oleh b didefinisikan
oleh :
a - b = a + (-b) = [(a1 + (-b1) , a2 + (-b2), a3 + (-b3 )]
= (a1 - b1 , a2 - b2, a3 - b3 )
Seperti halnya pada penjumlahan vektor, secara geometris pengurangan vektor dapat
dilakukan dengan aturan segitiga ataupun jajar genjang seperti ilustrasi berikut.

Contoh 4 :
Misalkan u = (1, 2, 3), v = (2, -3, 1), dan w = (3, 2, -1) vektor-vektor di R3 , maka

11
u v w = (1 2 3, 2 (3) 2, 3 1 (1) = (4,3, 3)
Berdasarkan definisi ini, komponen-komponen dari vektor yang titik awalnya bukan titik
asal, misal A (a1,a2,a3) dan titik ujung B = (b1,b2,b3) , sehingga a = = (a1,a2,a3) dan b =
(b1,b2,b3) adalah :
= = b a = (b1,b2,b3) - (a1,a2,a3) = ( b1 - a1 ,b2 - a2 ,b3 - a3)
Contoh 5 :
Vektor dengan titik awal dan titik ujung berturut-turut P1(2,7,0) dan P2(1,3,5) adalah
P1 P2 = ( 12, 3 (7 ), 5 0 = (1,4,5)
Dengan memisalkan semua koordinat ada di sumbu-sumbu positif, vektor di 3, dengan
koordinat 1,1,1dan (2,2,2), dapat digambarkan sebagai berikut.

Sehingga = (x2 x1 , y2 y1, z2 z1)


Definisi Perkalian Skalar-Vektor
Jika v = (v1,v2,v3) adalah vektor tak- nol dan k adalah bilangan real tak-nol, maka hasil kali
kv didefinisikan oleh
kv = k (v1,v2,v3) = (kv1, kv2, kv3).
Secara geometris, hasil kali kv adalah vektor yang panjangnya k kali panjang v, yang
arahnya sama dengan v jika k > 0, dan berlawanan arah dengan v jika k < 0.
Contoh 6 :
1
Misalkan suatu vektor di R2, a = (2,4). Hitunglah 3a , 2 dan 2a , dan gambarkan keempat

vektor tersebut ke dalam satu sistem koordinat.


Penyelesaian :
1
Berdasarkan definisi perkalian skalar-vektor, maka 3a = (6,12) ; 2 = (1,2) ; -2a = (4,8)

12
Norma/Panjang Vektor
Panjang suatu garis dapat diperoleh dengan menggunakan aturan Phytagoras. Karena
vektor adalah ruas garis berarah, maka panjang vektor, baik di R2 maupun R3 dapat diperoleh
dengan rumus yang sama.
Definisi Norma Vektor
Norma atau panjang vektor v = (v1,v2,v3) didefinisikan oleh :
||v|| = 12 + 22 + 32
Berdasarkan definisi di atas, jika ||v|| = 0 maka ||v|| = 0. Dan jika v vektor satuan, maka = 1,
begitu pula dengan vektor basis ||i|| = 1, ||j|| = 1 , dan ||k|| = 1
Contoh 7:
Misalkan a = (3,5,10) maka ||a|| = 9 + 25 + 100 = 134

Teorema : Aturan Dasar Aritmetika Vektor


Jika u, v, dan w adalah vektor-vektor di R2 atau R3, dan k serta l adalah skalar (bilangan
real), maka hubungan berikut akan berlaku,
a. u+v=v+u
b. (u + v) + w = u + (v + w)
c. u+0=0+u=u
d. u + (-u) = 0
e. k( lu) = ( kl )u
f. k(u+v) = ku+ kv
g. (k + l)u = ku + lu
h. 1u = u

13
7. Perkalian Titik / Perkalian Dalam (Dot Product/Inner Product)
Definisi pertama dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan sifat-sifat
geometrisnya, yaitu norma kedua vektor dan besar sudut di antara keduanya, dengan asumsi
titik-titik awalnya berimpit.
Definisi 1
Jika u dan v adalah vektor-vektor di 2 dan 3, dan adalah sudut di antara u dan v, maka
perkalian titik (dot product) atau perkalian dalam Euclidis (Euclidean inner product)
didefinisikan oleh :

Perkalian ini juga dinamakan perkalian skalar (scalar product) karena hasil perkalian
titik dua vektor akan menghasilkan skalar (bilangan real). Dari definisi jelas bahwa norma
vektor u dan v serta nilai cosinus sebarang sudut di antara keduanya adalah bilangan real,
sehingga hasil kali ketiganya adalah bilangan real. Jika salah satu atau kedua vektor
merupakan vektor nol, maka hasilnya adalah nol.

Contoh 8 :
Misalkan = (0,0,1) dan = (0,2,2) sedangkan sudut di antaranya adalah 45, maka
1
= |||| |||| cos 45 = (02 + 02 + 12 ) (02 + 22 + 22 ) ( ) = 2
2

Definisi ke-dua dari perkalian titik dua vektor adalah menggunakan komponen-komponen
dari masing-masing vektor.

Definisi 2
Jika = (1, 2) dan = (1, 2) adalah vektor di 2, maka perkalian titik/perkalian dalam
didefinisikan oleh :
= 11 + 22
Jika = (1, 2, 3) dan = (1, 2 , 3) adalah vektor di 3, maka perkalian titik
didefinisikan oleh :
= 11 + 22 + 33

14
Contoh 9 :
Misalkan = (0, 3, 7) dan = (2,3, 1) maka = 0.2 + 3.3 + (7) .1 = 2
Kedua definisi ini saling berkaitan karena salah satu definisi diperoleh dari definisi yang
lain. Dalam beberapa buku, salah satu definisi dituliskan sebagai definisi, kemudian
definisi yang lainnya dituliskan sebagai teorema yang diturunkan dari definisi sebelumnya.
Biasanya kedua definisi digabungkan untuk mencari besar sudut di antara u dan v jika
komponen u dan v diketahui.
Contoh 10 :
Misalkan = (2, 1,1) dan = (1, 1, 2), Hitunglah dan tentukan sudut di antara
keduanya.
Penyelesaian :
|||| = 22 + (1)2 + 12 = 6 |||| = 12 + 12 + 22 = 6 dan
= 2.1 + (1) .1 + 1.2 = 3 sehingga,
. 3 1 1
= |||| |||| cos cos = = = arc cos ( ) = 60
|||||||| 6
6 2 2

Teorema : Sudut Antara Dua Vektor


Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol, dan adalah besar sudut di antara kedua vektor
tersebut, maka
lancip (0 < < 90) jika dan hanya jika > 0
tumpul (90 < < 180) jika dan hanya jika < 0
siku-siku ( = 90) jika dan hanya jika = 0
Dua vektor yang membentuk sudut siku-siku dinamakan ortogonal (tegak lurus).

Teorema : Sifat-sifat Perkalian Titik


Jika u, v, dan w adalah vektor- vektor di 2 atau 3 dan k adalah skalar, maka
a. =
b. ( + ) = +
c. ( ) = () = ()
d. > 0 jika dan = 0 jika =
8. Proyeksi
Dua vektor yang titik asalnya berimpit dapat menghasilkan vektor lain yang dinamakan
vektor proyeksi. Perhatikan ilustrasi berikut.

15
Misalkan a dan b berimpit di titik asalnya. Jika dari titik ujung b ditarik garis menuju a
sedemikian sehingga tegak lurus a (diproyeksikan terhadap a), maka vektor yang dapat
dibuat dengan titik asal yang sama dan berujung di titik di mana b diproyeksikan pada a
dinamakan vektor proyeksi b terhadap a.
Vektor ini disebut juga proyeksi ortogonal b pada a.
Dengan cara yang sama dapat diperoleh vektor proyeksi a terhadap b.

Notasi Vektor Proyeksi


Vektor proyeksi b terhadap a dinotasikan proy
Vektor proyeksi a terhadap b dinotasikan dengan proy

Teorema : Proyeksi Ortogonal


Jika u dan v adalah vektor di 2 atau 3 dan keduanya bukan vektor nol, maka
. .
proy = 2 a dan proyb a = 2 b

Sedangkan panjang dari vektor-vektor proyeksi tersebut adalah


. .
||proy || = dan ||proyb a|| =

Contoh 11 :
Jika = (1, 0, 2) dan = (2,1, 1) , tentukan vektor proyeksi a pada b.
Penyelesaian : = 4 dan ||||2 = 6 maka proyeksi ortogonal a pada b adalah
. 4 4 2 2
proyb a = 2 b = 6 ( 2,1,-1) = (3 , 3 , 3 )

9. Perkalian Silang (Cross Product)


Berikut akan diperkenalkan sebuah operasi antar vektor dalam 3. Jika perkalian titik
akan menghasilkan skalar/bilangan, maka perkalian silang akan menghasilkan vektor. Dan
jika proyeksi ortogonal suatu vektor terhadap vektor la in akan menghasilkan vektor baru
yang berimpit dengan vektor tersebut, maka perkalian silang dua vektor akan menghasilkan
vektor baru yang tegak lurus dengan kedua vektor tersebut.
Definisi Perkalian Silang
Jika = (1, 2, 3) dan = (1, 2 , 3) adalah vektor di 3, maka perkalian silang
didefinisikan oleh

16
= (23 32 , 31 13 , 12 21) atau dalam notasi determinan
2 3 1 3 1 2
= (| |, | |,| |)
2 3 1 3 1 2
Rumus di atas dapat dibuat pola yang mudah diingat. Bentuklah matriks 2 3 :
1 2 3
[ ]
1 2 3
Komponen pertama dari adalah determinan matriks tersebut setelah kolom pertama
dicoret, komponen ke-2 adalah negatif dari determinan matriks setelah kolom ke-2 dicoret,
dan komponen ke-3 adalah determinan matriks setelah kolom ke-3 dicoret.
Contoh 12 :
Misalkan = (1, 2, 2) dan = (3, 0, 1), maka
1 2 2
[ ]
3 0 1
2 2 1 2 1 2
= (| |, | |,| |) = 2, 7, 6
0 1 3 1 3 0
Secara geometris, perkalian silang dapat diinterpretasikn oleh gambar berikut,

Arah dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan (right hand rule).
Misalkan adalah sudut di antara u dan v, dan anggaplah u terotasi sejauh sudut menuju
v (sehingga berimpit dengan v). Jika jari-jari tangan kanan menunjukkan arah rotasi u maka
ibu jari menunjukkan arah .
Dengan menggunakan definisi ataupun dengan mempraktekkan aturan ini, dapat
diperoleh hasil-hasil berikut :
===
=, =, =
= , = , =
Diagram berikut dapat membantu untuk mengingat hasil perkalian di atas.

17
Perkalian silang dapat dinyatakan secara simbolis dalam bentuk determinan 3 3 :

Contoh 13 :
Contoh 11 dapat dikejakan dengan cara :

Teorema : Hubungan Perkalian Silang dan Perkalian titik


Jika u dan v adalah vektor di 3, maka :
a. ( ) = 0 ( ortogonal ke u )
b. ( ) = 0 ( ortogonal ke u )
c. || || = |||| |||| ( )2 (Identitas Lagrange/Lagrange Identity)

Teorema : Sifat-Sifat Perkalian Silang


Jika u, v, dan w dalah sebarang vektor di 3 ddan k adalah sebarang skalar, maka :
a. = ( )
b. (+ ) = ( ) + ( )
c. ( + ) = ( ) + ( )
d. ( ) = () = ()
e. = =
f. =
1 2 3
g. ( ) = ( ) = |1 2 3|
1 2 3
Berdasarkan teorema-teorema sebelumnya, dapat diturunkan teorema berikut.

Teorema : Aplikasi Geometri Perkalian Silang


Jika u, v, dan w vektor-vektor di 3 dengan titik asal yang sama, maka
a. Jika adalah sudut di antara u dan v, maka || || = |||| |||| sin
b. Norma dari sama dengan luas jajaran genjang yang dibentuk oleh u dan v, atau
Luas jajar genjang = || ||
c. Volume bangun yang dibentuk oleh ketiganya adalah [ ( ) ].

18
Contoh 14 :
a, b, dan c adalah sebarang vektor di 3 yang berimpit di titik awalnya. Jika ketiganya
dihubungkan akan membentuk suatu bangun dimensi-3 (parallelpiped).

Luas masing-masing sisinya adalah :

Sedangkan volume bangun tersebut adalah : ( ))


Rumus volume di atas biasanya digunakan untuk mengetahui apakah ketiga
vektor berada pada bidang yang sama. Jika volume yang dihitung bernilai nol, maka
ketiganya berada pada bidang yang sama, dan sebaliknya jika volumenya tidak sama
dengan nol. Fungsi abs(absolute)/mutlak berguna untuk mempositifkan hasil akhir
perhitungan volume.
Contoh 15
Tentukan apakah ketiga vektor = (1, 4, 7), = (2, 1, 4), dan = (0, 9, 18)
terletak pada satu bidang di 3 atau tidak.
Penyelesaian :
1 4 7 1 4
). = |2 1 4 | 2
0 9 18 0 9
= (1) (1) (18) + (4) (4) (0) + (7) (2) (9) { (7)(1) (0) + (1) (4) ()9 +
(4) (2) (18) }
= 18 + 126 144 + 36
=0
Jadi, ketiga vektor tersebut terletak pada satu bidang di 3
Contoh 16 :
Carilah luas segitiga yang dibentuk oleh 1 (2,2, 0) , 2 (1,0, 2) ,dan 3(0,4, 3) .

19
penyelesaian :

dan
Luas segitiga tersebut adalah luas jajaran genjang yang dibentuk 12
,dimana
13
= (1,0, 2) (2,2, 0) = (3, 2, 2)
12
= (0,4, 3) (2,2, 0) = (2, 2, 3)
13

12 13 = (10, 5, 10)
1
= 1 (15) = 7 1
13
Sehingga Luas segitiga = 12
2 2 2

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vektor adalah suatu besaran yang memiliki arah dan besar tertentu.Contoh :
kecepatan, gaya, percepatan, kuat medan listrik, dan onduksi magnetik.
Vektor terdiri dari vektor di ruang-2 (bidang) dan vektor di ruang-3.Pada
vektor di ruang-2 (bidang) kita dapat menentukan koordinat di bidang yang terdiri
dari koordinat x dan y. Namun koordinat bidang tidak cukup untuk menentukan posisi
suatu objek di permukaan bumi.Dalam hal ini kita membuthkan satu koordinat ruang
(vektor di ruang-3) yang terdiri dari koordinat x, y, dan z.
Sekarang setiap objek dimanapun dapat ditentukan koordinatnya dari suatu
titik O tertentu dengan urutan (x, y, z).

3.2 Saran
Alangkah baiknya kita mengenal Matematika dulu sebelum kita menganggap
Matematika itu sulit, karena bila kita telah mengenal Matematika dengan baik dan
menikmati bagaimana Matematika itu bekerja akan terasa bahwa Matematika itu
tidaklah seburuk apa yang kita pikirkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

T.Sutojo, S.Si., M.Kom., Bowo N., S.Si., M.Kom. 2010. ALJABAR LINIER &
MATRIKS. Yogyakarta: Andi Publisher.
Kartono. 2005. Aljabar Linear, Vektor dan Eksplorasinya dengan Maple Edisi 2.
Jakarta: Garaha Ilmu.

22
23

Anda mungkin juga menyukai