Anda di halaman 1dari 560

S NEGERI SE

ITA MA
RS

RA
IV
UN

NG
UNNES

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU


(PLPG)
SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
TAHUN 2008

MATEMATIKA SMP

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON XII


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2008
REKTOR
NEGERISEMARANG
UNIVERSITAS

SAMBUTAN REKTOR

As s alamu' alailstm Warahmatutlahi Wab arakatuh


Salam sejahtera untuk kita semua.

Puji syukur tidak putus selalu kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dzat yang maha tinggi, atas rakhmat dan ilmuNya yang
diturunkan kepada umat manusia.
Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru yang diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan guru, diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2OO7,
pelaksanaan uji sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan
melalui portofolio.
Berdasarkan prosedur pelaksanaan portofolio, bagi peserta yang
belum dinyatakan lulus, LP|K Rayon merekomendasikan alternatif : (1)
melakukan kegiatan mandiri untuk melengkapi kekurangan dokumen
portofolio atau (2) mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (
PLPG ) yang diakhiri dengan ujian.
Penyelenggaraan PLPG telah distandardisasikan oleh Konsorsium
Sertilikasi Guru ( KSG ) Jakarta dalam bentuk pedoman PLPG secara
Nasional. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Panitia Sertifikasi Guru (
PSG ) Rayon 12 dalam rangka standardisasi penyelenggaraan PLPG
mulai penyediaan tempat, ruang kelas, jumlah jam, sistem penilaian,
kualitas instruktur dan ketersediaan bahan ajar. Bahan ajar yang ada di
tangan Saudara ini salah satu upaya PSG Rayon 12 dalam memenuhi
standard pelaksanaan PLPG secara nasional untuk itu saya menyambut
dengan baik atas terbitnya Bahan Ajar PLPG ini.
Sukses PLPG tidak hanya tergantung ketersediaan buku, kualitas
instruktur, sarana prasarana yang disediakan namun lebih daripada itu
adalah kesiapan peserta baik mental maupun fisik, untuk itu harapan
saya para peserta PLPG telah menyiapkannya dengan baik sejak
keberangkatannya dari rumah masing-masing.
Pada kesempatan ini ijinkan saya, memberikan penghargaan yang
tinggi kepada Dosen/lnstruktur yang telah berkontribusi dan berusaha
men)rusun buku ini, agar dapat membantu guru menempuh program
PLPG dalam rangka sertihkasi guru. Buku ini menggunakan pilihan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sehingga pembaca dapat
menikmatinya dengan seksama.
Akhirnya kepada khalayak pembaca saya ucapkan selamat
menikmati buku ini, semoga dapat memperoleh manfaat yang sebanyak-
banyaknya.

Rektor Universitas Negeri Semarang

Sudijono Sastroatmodjo
DAFTAR ISI
Halaman
Pengantar Pelatihan .
BUKU AJAR 1 : PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS
GURU
BAB I PENDAHULUAN 1-1
A. Guru Sebagai profesi .... 1-1
B. Kompetensi Guru ... 1-3
1. Kojmpetensi Profesional .... 1-4
2. Kompetensi Kepribadian .... 1-5
3. Kompetensi Paedagogik . 1-7
C. Memimpikan Guru yang Profesional .. 1-11
D. Standar Pengembangan Karier Guru . 1-14
E. Pengembangan Karier Guru. 1-18
F. Penutup ... 1-20
Dartar Pustaka. 1 -21

BUKU AJAR 2 : STATISTIKA


BAB I PENDAHULUAN . 2-1
A. Deskripsi . 2-1
B. Prasarat ... 2-1
C. Petunjuk Belajar . 2-1
D. Kompetensi dan Indikator 2-2
BAB II KEGIATAN BELAJAR I.. 2-3
A. Kompetensi dan Indikator. 2-3
B. Uraian Materi.. 2-3
1. pengertian Statistika dan Statistik.. 2-3
2. Data Statistika .. 2-5
3. Pengumpulan Data .. 2-8
4. Mengurutkan Data ... 2-8

i
5. Ukuran Pemusatan Data 2-10
6. Ukuran Letak Data tunggal ... 2-13
7. Ukuran Penyebaran Data (Dispersi) 2-15
8. Penyajian Data dengan Tabel dan
Diagram 2-18
C. Latihan.. 2-23
D. Rangkuman..... 2-24
E. Tes Formatif. 2-26
BAB III KEGIATAN BELAJAR II. 2-29
A. Kompetensi dan Indikator . 2-29
B. Uraian Materi .. 2-29
1. Populasi dan Sempel. 2-29
2. Ruang Sempel, Titik Sempel dan kejadian 2-30
3. Pengertian Nilai Peluang 2-34
4. Kisaran Nilai peluang kejadian K . 2-35
5. Nilai Peluang Komplemen Suatu Kejadian . 2-36
6. Frekuensi Harapan .. 2-36
7. OperaSI Kejadian dan Nilai Peluang
Suatau kejadian 2-36
8. Dua Kejadian yang Saling Lepas dan yang
Tidak Saling lepas .. 2-37
C. Latihan. 2-3
D. Rangkuman. 2-40
E. Tes Formatif. 2-42
Glosarium ........ 2-47
Daftar Pustaka 2-48

BUKU AJAR 3 : ARITMATIKA


BAB I PENDAHULUAN 3 -1
A. Deskripsi . 3 -1
B. Prasarat .. 3 -1

ii
C. Petunjuk Belajar . 3 -1
D. Kompetensi dan Indikator 3 -2
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1..... 3 -3
A. Kompetensi dan Indikator . 3 -3
B. Uraian Materi .. 3 -3
1. Bilangan Asli ... 3-3
2. Bilangan Bulat .... 3-10
C. Latihan. 3 -11
D. Lembar kegiatan ... 3 -11
E. Rangkuman ... 3 -12
F. Tes Formatif .. 3 -13
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2 3 -15
A. Kompetensi dan Indikator 3 -15
B. Uraian Materi .... 3 -15
1. Pengertian Pecahan .. 3-15
2. Jenis Pecahan .... 3-16
3. Relasi Pada Pecahan .... 3-17
4. Operasi pada Pecahan .. 3-18
C. Latihan. 3 -19
D. Lembar kegiatan ... 3 -20
E. Rangkuman .... 3 -20
F. Tes Formatif ... 3 -21
BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3. 3 -23
A. Kompetensi dan Indikator . 3 -23
B. Uraian Materi .. 3 -23
1. Perbandingan... 3-23
2. Barisan .. 3-25
3. Deret .. 3-28
C. Latihan. 3 -30
D. Lembar kegiatan ... 3 -31
E. Rangkuman .... 3 -32

iii
F. Tes Formatif ... 3 -33
BAB V KEGIATAN BELAJAR 4 3 -35
A. Kompetensi dan Indikator 3 -35
B. Uraian Materi .. 3 -35
1. Harga Jual, harga Beli, Laba, dan Rugi. 3 -35
2. Rabat, Bruto, Tara, dan Neto.. 3 -37
3. Bunga . 3 -37
C. Latihan.. 3 -40
D. Lembar kegiatan .... 3 -41
E. Rangkuman .... 3 -42
F. Tes Formatif ... 3 -43
Glosarium 3 -46
Daftar pustaka 3 -48

BUKU AJAR 4 : ALJABAR


BAB I PENDAHULUAN 4 -1
A. Deskripsi. 4 -1
B. Prasyarat . 4 -1
C. Petunjuk Belajar 4 -1
D. Kompetensi dan Indikator 4 -1
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1. 4 -3
A. Kompetensi dan Indikator.. 4 -3
B. Uraian Materi .. 4 -3
1. Bentuk Aljabar .. 4 -3
2. Persamaan Linier Satu Variable ... 4 -5
3. Pertidaksamaan Linier Satu Variable ... 4 -7
4. Perbandingan .. 4 -8
C. Latihan .... 4 -11
D. Rangkuman. 4 -12
E. Tes Formatif. 4 -12
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2. 4 -15

iv
A. Kompetensi dan Indikator.. 4 - 15
B. Uraian Materi .. 4 -16
1. Himpunan .. 4 -16
2. Operasi-operasi pada Himpunan .. 4 -18
3. Prinsip Inklusi dan Eklusi pada Himpunan .. 4 -21
4. Relasi dan Fungsi 4 -24
5. Sistem persamaan Linier dua Fariable. 4 -26
C. Latihan.. 4 -31
D. Rangkuman ... 4 -31
F. Tes Formatif ... 4 -32
Glosarium .... 4 -39
Daftar pustaka 4 -40

BUKU AJAR 5 : GEOMETRI


BAB I PENDAHULUAN . 5 -1
A. Deskripsi. 5 -2
B. Prasyarat . 5 -2
C. Petunjuk Belajar 5 -2
D. Kompetensi dan Indikator 5 -3
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1. 5 -5
A. Kompetensi dan Indikator. 5 -5
B. Uraian Materi . 5 -5
- Definisi .... 5 -5
- Teorema . 5 -5
C. Latihan.. 5 -6
D. Lembar Kegiatan ... 5 -7
E. Rangkuman ... 5 -8
F. Tes Formatif ... 5 -9
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2 5 -11
A. Kompetensi dan Indikator. 5 -11
B. Uraian Materi . 5 -11

v
Luas. 5 -18
Pytaghoras. 5 -20
C. Latihan. 5 -20
D. Lembar Kegiatan... 5 -22
E. Rangkuman.... 5 -23
F. Tes Formatif .. 5 -23
BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3 5 -25
A. Kompetensi dan Indikator. 5 -25
B. Uraian Materi . 5 -25
C. Latihan. 5 -30
D. Lembar Kegiatan .. 5 -31
E. Rangkuman ... 5 -31
F. Tes Formatif ... 5 -32
BAB V KEGIATAN BELAJAR 4. 5 -34
A. Kompetensi dan Indikator.. 5 -34
B. Uraian Materi .. 5 -34
1. Teorema Proyeksi pada Segitiga Siku-siku 5 -34
2. Teorema Proyeksi pada Segitiga lancip/
tumpul .... 5 -35
3. Garis Istimewa dalam Segitiga .. 5 -37
4. Teorema Menelaos ..... 5 -41
5. Teorema Ceva.. 5 -41
C. Latihan..... 5 -42
D. Lembar Kegiatan ... 5 -42
E. Rangkuman .... 5 -44
F. Tes Formatif ... 5 -44
BAB VI KEGIATAN BELAJAR 5 5 -46
A. Kompetensi dan Indikator. 5 -46
B. Uraian Materi . 5 -46
Perbandingan Seharga Garis-garis dalam
Lingkaran ... 5 -46

vi
- Lingkaran Luar. 5 -49
- Lingkaran Dalam . 5 -49
- Lingkaran Singgung ... 5 -50
- Segiempat Talibusur . 5 -52
Teorema ptolomeus . 5 -53
- Penggunaan Segiempat Tali Busur.. 5 -54
- Segiempat Garis Singgung ... 5 -55
C. Latihan.... 5 -56
D. Lembar Kegiatan .. 5 -56
E. Rangkuman ... 5 -58
F. Tes Formatif .. 5 -58
Glosarium ... 5 -63
Daftar pustaka 5 -64

BUKU AJAR 6: PEMBELAJARAN INOVATIF


BAB I PENDAHULUAN 6 -1
A. Deskripsi.. 6 -1
B. Prasyarat . 6 -1
C. Petunjuk Belajar 6 -1
D. Kompetensi dan Indikator 6 -2
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1. 6 -3
A. Kompetensi dan Indikator. 6 -3
B. Uraian Materi . 6 -3
a. Model-model Pembelajaran yang Inovatif 6 -3
b. Pendahuluan... 6 -3
c.Pemilihan Model Pembelajaran yang
Inovatif.. 6 -6
C. Latihan.. 6 -52
D. Lembar Kegiatan Peserta Pelatihan .. 6 -52
E. Rangkuman 6 -54
F. Tes Formatif ... 6 -54

vii
Glosarium .... 6 -61
Daftar pustaka . 6 -63

BUKU AJAR 7 : MEDIA PEMBELAJARAN


BAB I PENDAHULUAN 7 -2
A. Deskripsi.. 7 -2
B. Prasyarat . 7 -2
C. Petunjuk Belajar 7 -2
D. Kompetensi dan Indikator 7 -2
BAB II MEDIA PEMBELAJARAN DAN PROSES
BEAJAR MENGAJAR 7 -3
A. Kompetensi dan Indikator. 7 -3
B. Uraian Materi . 7 -3
1.Hubungan Media Pembelajaran dan
Proses Belajar Mengajar 7 -3
2. Media Pembelajaran 7 -7
C. Latihan.. 7 -10
D. Lembar Kegiatan ... 7 -10
E. Rangkuman 7 -10
F. Tes Formatif ... 7 -11
BAB III MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN 7 -12
A. Kompetensi dan Indikator. 7 -12
B. Uraian Materi . 7 -12
C. Latihan.. 7 -15
D. Lembar Kegiatan ... 7 -15
E. Rangkuman 7 -15
F. Tes Formatif ... 7 -16
BAB IV JENIS MEDIA PEMBELAJARAN 7 -17
A. Kompetensi dan Indikator. 7 -17
B. Uraian Materi . 7 -17
1. Jenis Media Pembelajaran 7 -17

viii
2. Contoh Media Pembelajaran 7 -20
3.Strategi Pemberdayaan Media/ Multimedia
/Alat Peraga 7 -37
C. Latihan.. 7 -39
D. Lembar Kegiatan ... 7 -39
E. Rangkuman 7 -39
F. Tes Formatif ... 7 -39
Glosarium .... 7 -43
Daftar pustaka . 7 -44

BUKU AJAR 8 : PENILAIAN PEMBELAJARAN


BAB I PENDAHULUAN 8 -1
A. Deskripsi.. 8 -1
B. Prasyarat . 8 -1
C. Petunjuk Belajar 8 -1
D. Kompetensi dan Indikator 8 -2
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1. 8 -4
A. Kompetensi dan Indikator. 8 -4
B. Uraian Materi . 8 -4
1. Pendahuluan 8 -4
2.Pengertian Pengukuran, penilaian, dan
evaluasi 8 -5
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian . 8 -6
4. Ranah penilaian 8 -7
5. Kharakteristik Pelajaran Matematika 8 -8
6. Kharakteristik Peserta Didik yang Belajar
Matematika 8 -9
7. Perubahan Ranah Penilaian Matematika di
SMP .. 8 -10
8. Standar Penilaian Pendidikan 8 -11
C. Latihan.. 8 -23

ix
D. Lembar Kegiatan ... 8 -24
E. Rangkuman 8 -25
F. Tes Formatif ... 8 -26

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2. 8 -32


A. Kompetensi dan Indikator. 8 -32
B. Uraian Materi . 8 -32
1. Pendahuluan 8 -32
2. Pengembangan tesk Hasil Belajar .. 8 -32
3. Bentuk Soal . 8 -38
4. Penskoran Soal 8 -38
C. Latihan.. 8 -42
D. Kegiatan Peserta Pelatihan.. 8 -43
E. Rangkuman 8 -43
F. Tes Formatif ... 8 -46
Glosarium .... 8 -51
Daftar pustaka . 8 -54

BUKU AJAR 9 : PENELITIAN TINDAKAN KELAS


BAB I PENDAHULUAN 9 -1
A. Deskripsi.. 9 -1
B. Prasyarat . 9 -1
C. Petunjuk Belajar 9 -1
D. Kompetensi dan Indikator 9 -2
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1. 9 -4
A. Kompetensi dan Indikator. 9 -4
B. Uraian Materi . 9 -4
1. Pengertian PTK 9 -4
2. Kharakteristik PTK 9 -6
3. Prinsip-prinsip PTK 9 -7
4. Tujuan PTK 9 -8

x
5. Manfaat PTK 9 -9
C. Latihan.. 9 -9
D. Lembar Kegiatan ... 9 -9
E. Rangkuman 9 -10
F. Tes Formatif ... 9 -11
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2. 9 -14
A. Kompetensi dan Indikator. 9 -14
B. Uraian Materi . 9 -14
1. Identifikasi dan Rumusan Masalah .. 9 -14
2. Pengembangan Desain PTK . 9 -20
3. Instrumen dan Analisis dalam PTK . 9 -23
4. Analisis dalam PTK 9 -25
5. Penyusunan proposal PTK 9 -27
C. Latihan.. 9 -34
D. Lembar Kegiatan ... 9 -34
E. Rangkuman 9 -34
F. Tes Formatif ... 9 -34
BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3............ 9 -37
A. Kompetensi dan Indikator. 9 -37
B. Uraian Materi . 9 -37
- Penyusunan Laporan Penelitian. 9 -37
C. Latihan.. 9 -41
D. Lembar Kegiatan ... 9 -41
E. Rangkuman 9 -41
F. Tes Formatif ... 9 -41
Glosarium .... 9 -45
Daftar pustaka . 9 -46
Contoh Proposal PTK 9 -47

BUKU AJAR 10 : PENULISAN KARYA ILMIAH


BAB I PENDAHULUAN . 10 -1

xi
A. Deskripsi . 10 -1
B. Petunjuk Belajar 10 -2
C. Kompetensi dan Indikator 10 -2
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1. 10 -3
A. Kompetensi dan Indikator. 10 -3
B. Uraian Materi . 10 -3
C. Lembar Kegiatan .. 10 -5
1. Alat dan Bahan 10 -5
2. Hasil ... 10 -7
D. Rangkuman 10 -8
E. Tes Formatif 10 -8
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2. 10 -12
A. Kompetensi dan Indikator. 10 -12
B. Uraian Materi . 10 -13
1. Artikel Hasil Pemikiran 10 -13
2. Artikel Hasil Penelitian 10 -20
3. Penutup . 10 -26
C. Lembar Kegiatan .. 10 -27
1. Alat dan Bahan. 10 -27
2. Langkah Kegiatan . 10 -27
3. Hasil 10 -29
D. Rangkuman. 10 -29
E. Tes Formatif .. 10 -30
BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3. 10 -31
A. Kompetensi dan Indikator. 10 -31
B. Uraian Materi . 10 -31
1. Mengenai Format Tulisan .. 10 -31
2. Petunjuk Bagi Penulis Ilmu Pendidikan .. 10 -34
C. Lembar Kegiatan .. 10 -36
1. Alat dan Bahan . 10 -36
2. Langkah Kegiatan 10 -37

xii
3. Hasil ... 10 -39
D. Rangkuman. 10 -39
E. Tes Formatif 10 -40
Daftar pustaka . 10 -42

xiii
BUKU AJAR

Pengembangan Profesionalitas guru


PENDAHULUAN

Fakta tentang kualitas guru menunjukkan bahwa sedikitnya 50


persen guru di Indonesia tidak memiliki kualitas sesuai standardisasi
pendidikan nasional (SPN). Berdasarkan catatan Human Development
Index (HDI), fakta ini menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia belum
memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar pada
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dari data statistik HDI
terdapat 60% guru SD, 40% SMP, 43% SMA, 34% SMK dianggap belum
layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2% guru
atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan pada bidang studinya.
Dengan demikian, kualitas SDM guru kita adalah urutan 109 dari 179
negara di dunia. Untuk itu, perlu dibangun landasan kuat untuk
meningkatkan kualitas guru dengan standardisasi rata-rata bukan
standardisasi minimal (Toharudin 2006:1). Pernyataan ini juga diperkuat
oleh Rektor UNJ sebagai berikut.
"Saat ini baru 50 persen dari guru se-Indonesia yang memiliki
standardisasi dan kompetensi. Kondisi seperti ini masih dirasa kurang.
Sehingga kualitas pendidikan kita belum menunjukkan peningkatan yang
signifikan," (Sutjipto dalam Jurnalnet, 16/10/2005).
Fakta lain yang diungkap oleh Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Dr. Fasli Djalal, bahwa sejumlah guru
mendapatkan nilai nol untuk materi mata pelajaran yang sesungguhnya
mereka ajarkan kepada murid-muridnya. Fakta itu terungkap berdasarkan
ujian kompetensi yang dilakukan terhadap tenaga kependidikan tahun
2004 lalu. Secara nasional, penguasaan materi pelajaran oleh guru
ternyata tidak mencapai 50 persen dari seluruh materi keilmuan yang
harus menjadi kompetensi guru. Beliau juga mengatakan skor mentah
yang diperoleh guru untuk semua jenis pelajaran juga memprihatinkan.
Guru PPKN, sejarah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika,
fisika, biologi, kimia, ekonomi, sosiologi, geografi, dan pendidikan seni
1-2 Pengembangan Profesionalitas Guru

hanya mendapatkan skor sekitar 20-an dengan rentang antara 13 hingga


23 dari 40 soal. "Artinya, rata-rata nilai yang diperoleh adalah 30 hingga
46 untuk skor nilai tertinggi 100," (Tempo Interaktif, 5 Januari 2006).
Mengacu pada data kasar kondisi guru saat ini tentulah kita
sangat prihatin dengan buruknya kompetensi guru itu. Padahal, memasuki
tahun 2006 tuntutan minimal kepada siswa untuk memenuhi syarat
kelulusan harus menguasai 42,5 persen. Untuk itu, layak kiranya pada
tulisan ini dicari format bagaimanakah seharusnya mengembangkan guru
yang profesional?

A. Guru sebagai Profesi


Djojonegoro (1998:350) menyatakan bahwa profesionalisme
dalam suatu pekerjaan atau jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting,
yaitu: (1) memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program
pendidikan keahlian atau spesilaisasi, (2) kemampuan untuk
memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus) yang
dimiliki, (3) penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap
keahlian yang dimiliki itu. Menurut Vollmer & Mills (1991:4) profesi
adalah sebuah pekerjaan/jabatan yang memerlukan kemampuan
intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan
pelatihan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani
atau memberikan advis pada orang lain dengan memperoleh upah
atau gaji dalam jumlah tertentu.
Usman (1990:4) mengatakan bahwa guru merupakan suatu
profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Suatu profesi memiliki persyaratan
tertentu, yaitu: (1) menuntut adanya keterampilan yang mendasarkan
pada konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendasar, (2)
menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
dengan profesinya, (3) menuntut tingkat pendidikan yang memadai, (4)
menuntut adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-3

pekerjaan yang dilaksanakan, (5) memungkinkan perkembangan


sejalan dengan dinamika kehidupan, (6) memiliki kode etik sebagai
acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, (7) memiliki obyek
tetap seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan siswanya, dan (8)
diakui di masyarakat karena memang diperlukan jasanya di
masyarakat.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa unsur-unsur terpenting
dalam sebuah profesi adalah penguasaan sejumlah kompetensi
sebagai keahlian khusus, yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan khusus, untuk melaksanakan pembelajaran secara efektif
dan efisien. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme adalah
guru yang kompeten (memiliki kemampuan) di bidangnya. Karena itu
kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan
memiliki keahlian dan kewenangan dalam menjalankan profesi
keguruan.

B. Kompetensi Guru
Sejalan dengan uraian pengertian kompetensi guru di atas,
Sahertian (1990:4) mengatakan kompetensi adalah pemilikan,
penguasaan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut jabatan
seseorang. Oleh sebab itu seorang calon guru agar menguasai
kompetensi guru dengan mengikuti pendidikan khusus yang
diselenggarakan oleh LPTK. Kompetensi guru untuk melaksanakan
kewenangan profesionalnya, mencakup tiga komponen sebagai
berikut: (1) kemampuan kognitif, yakni kemampuan guru menguasai
pengetahuan serta keterampilan/keahlian kependidikan dan
pengatahuan materi bidang studi yang diajarkan, (2) kemampuan
afektif, yakni kemampuan yang meliputi seluruh fenomena perasaan
dan emosi serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang
lain, (3) kemampuan psikomotor, yakni kemampuan yang berkaitan
dengan keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang
1-4 Pengembangan Profesionalitas Guru

pelaksanaannya berhubungan dengan tugas-tugasnya sebagai


pengajar.
Dalam UU Guru dan Dosen disebutkan bahwa kompetensi
guru mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan
sosial sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan yang diperoleh
melalui pendidikan profesi guru setelah program sarjana atau D4.
Kompetensi pribadi meliputi: (1) pengembangan kepribadian, (2)
berinteraksi dan berkomunikasi, (3) melaksanakan bimbingan dan
penyuluhan, (4) melaksanakan administrasi sekolah, (5) melaksanakan
tulisan sederhana untuk keperluan pengajaran.

1. Kompetensi Profesional
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian (expertise) para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan
secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Profesional menunjuk
pada dua hal, yaitu (1) orang yang menyandang profesi, (2)
penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan
profesinya (seperti misalnya dokter).
Makmum (1996: 82) menyatakan bahwa teacher performance
diartikan kinerja guru atau hasil kerja atau penampilan kerja. Secara
konseptual dan umum penampilan kerja guru itu mencakup aspek-
aspek; (1) kemampuan profesional, (2) kemampuan sosial, dan (3)
kemampuan personal.
Johnson (dalam Sanusi, 1991:36) menyatakan bahwa standar
umum itu sering dijabarkan sebagai berikut; (1) kemampuan
profesional mencakup, (a) penguasaan materi pelajaran, (b)
penguasaan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan
dan keguruan, dan (c) penguasaan proses-proses pendidikan. (2)
kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-5

membawakan tugasnya sebagai guru. (3) kemampuan personal


(pribadi) yang beraspek afektif mencakup, (a) penampilan sikap positif
terhadap keseluruhan tugas sebagai guru, (b) pemahaman,
penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh
seorang guru, dan (c) penampilan untuk menjadikan dirinya sebagai
panutan dan keteladanan bagi peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian menurut Suparno (2002:47) adalah
mencakup kepribadian yang utuh, berbudi luhur, jujur, dewasa,
beriman, bermoral; kemampuan mengaktualisasikan diri seperti
disiplin, tanggung jawab, peka, objekti, luwes, berwawasan luas, dapat
berkomunikasi dengan orang lain; kemampuan mengembangkan
profesi seperti berpikir kreatif, kritis, reflektif, mau belajar sepanjang
hayat, dapat ambil keputusan dll. (Depdiknas,2001). Kemampuan
kepribadian lebih menyangkut jati diri seorang guru sebagai pribadi
yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus mau belajar untuk maju.
Yang pertama ditekankan adalah guru itu bermoral dan
beriman. Hal ini jelas merupakan kompetensi yang sangat penting
karena salah satu tugas guru adalah membantu anak didik yang
bertaqwa dan beriman serta menjadi anak yang baik. Bila guru sendiri
tidak beriman kepada Tuhan dan tidak bermoral, maka menjadi sulit
untuk dapat membantu anak didik beriman dan bermoral. Bila guru
tidak percaya akan Allah, maka proses membantu anak didik percaya
akan lebih sulit. Disini guru perlu menjadi teladan dalam beriman dan
bertaqwa. Pernah terjadi seorang guru beragama berbuat skandal sex
dengan muridnya, sehingga para murid yang lain tidak percaya
kepadanya lagi. Para murid tidak dapat mengerti bahwa seorang guru
yang mengajarkan moral, justru ia sendiri tidak bermoral. Syukurlah
guru itu akhirnya dipecat dari sekolah.
1-6 Pengembangan Profesionalitas Guru

Yang kedua, guru harus mempunyai aktualisasi diri yang tinggi.


Aktualisasi diri yang sangat penting adalah sikap bertanggungjawab.
Seluruh tugas pendidikan dan bantuan kepada anak didik memerlukan
tanggungjawab yang besar. Pendidikan yang menyangkut
perkembangan anak didik tidak dapat dilakukan seenaknya, tetapi
perlu direncanakan, perlu dikembangkan dan perlu dilakukan dengan
tanggungjawab. Meskipun tugas guru lebih sebagai fasilitator, tetapi
tetap bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan siswa. Dari
pengalaman lapangan pendidikan anak menjadi rusak karena
beberapa guru tidak bertanggungjawab. Misalnya, terjadi pelecehan
seksual guru terhadap anak didik, guru meninggalkan kelas
seenaknya, guru tidak mempersiapkan pelajaran dengan baik, guru
tidak berani mengarahkan anak didik, dll.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sangat
penting bagi seorang guru karena tugasnya memang selalu berkaitan
dengan orang lain seperti anak didik, guru lain, karyawan, orang tua
murid, kepala sekolah dll. Kemampuan ini sangat penting untuk
dikembangkan karena dalam pengalaman, sering terjadi guru yang
sungguh pandai, tetapi karena kemampuan komunikasi dengan siswa
tidak baik, ia sulit membantu anak didik maju. Komunikasi yang baik
akan membantu proses pembelajaran dan pendidikan terutama pada
pendidikan tingkat dasar sampai menengah.
Kedisiplinan juga menjadi unsur penting bagi seorang guru.
Kedisiplinan ini memang menjadi kelemahan bangsa Indonesia, yang
perlu diberantas sejak bangku sekolah dasar. Untuk itu guru sendiri
harus hidup dalam kedisiplinan sehingga anak didik dapat
meneladannya. Di lapangan sering terlihat beberapa guru tidak disiplin
mengatur waktu, seenaknya bolos; tidak disiplin dalam mengoreksi
pekerjaan siswa sehingga siswa tidak mendapat masukan dari
pekerjaan mereka. Ketidakdisiplinan guru tersebut membuat siswa
ikut-ikutan suka bolos dan tidak tepat mengumpulkan perkerjaan
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-7

rumah. Yang perlu diperhatikan di sini adalah, meski guru sangat


disiplin, ia harus tetap membangun komunikasi dan hubungan yang
baik dengan siswa. Pendidikan dan perkembangan pengetahuan di
Indonesia kurang cepat salah satunya karena disiplin yang kurang
tinggi termasuk disiplin dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
dalam belajar.
Yang ketiga adalah sikap mau mengembangkan pengetahuan.
Guru bila tidak ingin ketinggalan jaman dan juga dapat membantu
anak didik terus terbuka terhadap kemajuan pengetahuan, mau tidak
mau harus mengembangkan sikap ingin terus maju dengan terus
belajar. Di jaman kemajuan ilmu pengetahuan sangat cepat seperti
sekarang ini, guru dituntut untuk terus belajar agar pengetahuannya
tetap segar. Guru tidak boleh berhenti belajar karena merasa sudah
lulus sarjana.

3. Kompetensi Paedagogik
Selanjutnya kemampuan paedagogik menurut Suparno
(2002:52) disebut juga kemampuan dalam pembelajaran atau
pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan
perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang
berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi
mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkambangan siswa, serta
menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya
semakin meningkatkan kemampuan siswa.
Pertama, sangat jelas bahwa guru perlu mengenal anak didik
yang mau dibantunya. Guru diharapkan memahami sifat-sifat, karakter,
tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak didik. Dengan
mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti kesulitan dan
kemudahan anak didik dalam belajar dan mengembangkan diri.
Dengan demikian guru akan lebih mudah membantu siswa
berkembang. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik, tahu ilmu
1-8 Pengembangan Profesionalitas Guru

psikologi anak dan perkembangan anak dan tahu bagaimana


perkembangan pengetahuan anak. Biasanya selama kuliah di FKIP
guru mendalami teori-teori psikologi tersebut. Namun yang sangat
penting adalah memahami anak secara tepat di sekolah yang nyata.
Kedua, guru perlu juga menguasai beberapa teori tentang
pendidikan terlebih pendidikan di jaman modern ini. Oleh karena
sistem pendidikan di Indonesia lebih dikembangkan kearah pendidikan
yang demokratis, maka teori dan filsafat pendidikan yang lebih bersifat
demokratis perlu didalami dan dikuasai. Dengan mengerti bermacam-
macam teori pendidikan, diharapkan guru dapat memilih mana yang
paling baik untuk membantu perkembangan anak didik. Oleh karena
guru kelaslah yang sungguh mengerti situasi kongrit siswa mereka,
diharapkan guru dapat meramu teori-teori itu sehingga cocok dengan
situasi anak didik yang diasuhnya. Untuk itu guru diharapkan memiliki
kreatifititas untuk selalu menyesuaikan teori yang digunakan dengan
situasi belajar siswa secara nyata.
Ketiga, guru juga diharapkan memahami bermacam-macam
model pembelajaran. Dengan semakin mengerti banyak model
pembelajaran, maka dia akan lebih mudah mengajar pada anak sesuai
dengan situasi anak didiknya. Dan yang tidak kalah penting dalam
pembelajaran adalah guru dapat membuat evaluasi yang tepat
sehingga dapat sungguh memantau dan mengerti apakah siswa
sungguh berkembang seperti yang direncanakan sebelumnya. Apakah
proses pendidikan sudah dilaksanakan dengan baik dan membantu
anak berkembang secara efisien dan efektif.
Kompetensi profesional meliputi: (1) menguasai landasan
pendidikan, (2) menguasai bahan pembelajaran, (3) menyusun
program pembelajaran, (4) melaksanakan program pembelajaran, dan
(5) menilai proses serta hasil pembelajaran.
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-9

4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial meliputi: (1) memiliki empati pada orang lain,
(2) memiliki toleransi pada orang lain, (3) memiliki sikap dan
kepribadian yang positif serta melekat pada setiap kopetensi yang lain,
dan (4) mampu bekerja sama dengan orang lain.
Menurut Gadner (1983) dalam Sumardi (Kompas, 18 Maret
2006) kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau
kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari
sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi,
alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gardner.
Semua kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang. Hanya saja,
mungkin beberapa di antaranya menonjol, sedangkan yang lain biasa
atau bahkan kurang. Uniknya lagi, beberapa kecerdasan itu bekerja
secara padu dan simultan ketika seseorang berpikir dan atau
mengerjakan sesuatu (Amstrong, 1994).
Sehubungan dengan apa yang dikatakan oleh Amstrong itu
ialah bahwa walau kita membahas dan berusaha mengembangkan
kecerdasan sosial, kita tidak boleh melepaskannya dengan
kecerdasan-kecerdasan yang lain. Hal ini sejalan dengan kenyataan
bahwa dewasa ini banyak muncul berbagai masalah sosial
kemasyarakatan yang hanya dapat dipahami dan dipecahkan melalui
pendekatan holistik, pendekatan komperehensif, atau pendekatan
multidisiplin.
Kecerdasan lain yang terkait erat dengan kecerdasan sosial
adalah kecerdasan pribadi (personal intellegence), lebih khusus lagi
kecerdasan emosi atau emotial intellegence (Goleman, 1995).
Kecerdasan sosial juga berkaitan erat dengan kecerdasan keuangan
(Kiyosaki, 1998). Banyak orang yang terkerdilkan kecerdasan
sosialnya karena impitan kesulitan ekonomi.
Dewasa ini mulai disadari betapa pentingnya peran kecerdasan
sosial dan kecerdasan emosi bagi seseorang dalam usahanya meniti
1-10 Pengembangan Profesionalitas Guru

karier di masyarakat, lembaga, atau perusahaan. Banyak orang sukses


yang kalau kita cermati ternyata mereka memiliki kemampuan bekerja
sama, berempati, dan pengendalian diri yang menonjol.
Dari uraian dan contoh-contoh di atas dapat kita singkatkan
bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang
berkomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan memberi kepada orang
lain. Inilah kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
yang diamanatkan oleh UU Guru dan Dosen, yang pada gilirannya
harus dapat ditularkan kepada anak-anak didiknya.
Untuk mengembangkan kompetensi sosial seseorang pendidik,
kita perlu tahu target atau dimensi-dimensi kompetensi ini. Beberapa
dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep life skills
(www.lifeskills4kids.com). Dari 35 life skills atau kecerdasan hidup itu,
ada 15 yang dapat dimasukkan kedalam dimensi kompetensi sosial,
yaitu: (1) kerja tim, (2) melihat peluang, (3) peran dalam kegiatan
kelompok, (4) tanggung jawab sebagai warga, (5) kepemimpinan, (6)
relawan sosial, (7) kedewasaan dalam bekreasi, (8) berbagi, (9)
berempati, (10) kepedulian kepada sesama, (11) toleransi, (12) solusi
konflik, (13) menerima perbedaan, (14) kerja sama, dan (15)
komunikasi.
Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan topik silabus
dalam pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para
pendidik dan calon pendidik. Topik-topik ini dapat dikembangkan
menjadi materi ajar yang dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual
dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan masyarakat kita.
Dari uraian tentang profesi dan kompetensi guru, menjadi jelas
bahwa pekerjaan/jabatan guru adalah sebagai profesi yang layak
mendapatkan penghargaan, baik finansial maupun non finansial.
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-11

C. Memimpikan Guru yang Profesional


Untuk memperbaiki kualitas pendidikan, pemerintah telah
memberikan perhatian khusus dengan merumuskan sebuah Undang-
Undang yang mengatur profesi guru dan dosen. Dalam pembahasan
rancangan Undang-Undang ini (hingga disahkan pada 6 Desember
2005) tersirat keinginan Pemerintah untuk memperbaiki wajah suram
nasib guru dari sisi kesejahteraan dan profesionalisme. Jumlah guru di
Indonesia saat ini 2,2 juta orang, dan hanya sebagian kecil guru dari
sekolah negeri dan sekolah elit yang hidup berkecukupan.
Mengandalkan penghasilan dan profesi guru, jauh dari cukup sehingga
tidak sedikit guru yang mencari tambahan untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Sertifikasi kompetensi guru sebagai tindak lanjut dari Undang-
Undang ini menyisakan persoalan sebagaimana disampaikan
Mendiknas pada media masa pada saat pengesahan Undang-Undang
ini, antara lain kesepahaman akan ukuran uji kompetensi guru. Sejak
awal gagasan pembuatan RUU Guru dan Dosen dilatarbelakangi oleh
komitmen bersama untuk mengangkat martabat guru dalam
memajukan pendidikan nasional, dan menjadikan profesi ini menjadi
pilihan utama bagi generasi guru berikutnya (Situmorang dan
Budyanto 2005:1).
Guru, peserta didik, dan kurikulum merupakan tiga komponen
utama pendidikan. Ketiga komponen ini saling terkait dan saling
mempengaruhi, serta tidak dapat dipisahkan antara satu komponen
dengan komponen yang lainnya. Dari ketiga komponen tersebut, faktor
gurulah yang dinilai sebagai satu faktor yang paling penting dan
strategis, karena di tangan para gurulah proses belajar dan mengajar
dilaksanakan, baik di dalam dan di luar sekolah dengan menggunakan
bahan ajar, baik yang terdapat di dalam kurikulum nasional maupun
kurikulum lokal.
1-12 Pengembangan Profesionalitas Guru

Untuk melaksanakan proses belajar dan mengajar secara


efektif, guru harus memiliki kemampuan profesionalisme yang dapat
dihandalkan. Kemampuan profesionalisme yang handal tersebut tidak
dibawa sejak lahir oleh calon guru, tetapi harus dibangun, dibentuk,
dipupuk dan dikembangkan melalui satu proses, strategi, kebijakan
dan program yang tepat. Proses, strategi, kebijakan, dan program
pembinaan guru di masa lalu perlu dirumuskan kembali (Suparlan
2006:1).
James M. Cooper, dalam tulisannya bertajuk The teachers as a
Decision Maker, mengawali dengan satu pertanyaan menggelitik
what is teacher?. Cooper menjawab pertanyaan itu dengan
menjelaskan tetang guru dari aspek pelaksanaan tugasnya sebagai
tenaga profesional. Demikian pula, Dedi Supriadi dalam bukunya yang
bertajuk Mengangkat Citra dan Martabat Guru telah menjelaskan
(secara amat jelas) tentang makna profesi, profesional,
profesionalisme, dan profesionalitas sebagai berikut ini Profesi
menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian,
tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap pekerjaan itu. Misalnya, guru
sebagai profesi yang amat mulia. Profesional menunjuk dua hal, yakni
orangnya dan kinerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Sebagai contoh, seorang profesional muda, atau dia bekerja secara
profesional. Profesionalisme menunjuk kepada derajat atau tingkat
kinerja seseorang sebagai seorang profesional dalam melaksanakan
profesi yang mulia itu.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan tulisan dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-13

Sebagai tenaga profesional, guru memang dikenal sebagai


salah satu jenis dari sekian banyak pekerjaan (occupation) yang
memerlukan bidang keahlian khusus, seperti dokter, insinyur, dan
bidang pekerjaan lain yang memerlukan bidang keahlian yang lebih
spesifik. Dalam dunia yang sedemikian maju, semua bidang pekerjaan
memerlukan adanya spesialisasi, yang ditandai dengan adanya
standar kompetensi tertentu, termasuk guru.
Guru merupakan tenaga profesional dalam bidang pendidikan
dan pengajaran. Westby-Gybson (1965), Soerjadi (2001:1-2)
menyebutkan beberapa persyaratan suatu pekerjaan disebut sebagai
profesi. Pertama, adanya pengakuan oleh masyarakat dan pemerintah
mengenai bidang layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan karena
keahlian tertentu dengan kualifikasi tertentu yang berbeda dengan
profesi lain. Kedua, bidang ilmu yang menjadi landasan teknik dan
prosedur kerja yang unik. Ketiga, memerlukan persiapan yang sengaja
dan sistematis sebelum orang mengerjakan pekerjaan profesional
tersebut. Keempat, memiliki mekanisme yang diperlukan untuk
melakukan seleksi secara efektif, sehingga yang dianggap
kompetitiflah yang diperbolehkan dalam melaksanakan bidang
pekerjaan tersebut. Kelima, memiliki organisasi profesi yang, di
samping melindungi kepentingan anggotanya, juga berfungsi untuk
meyakinkan agar para anggotannya menyelenggarakan layanan
keahlian yang terbaik yang dapat diberikan (Suparlan, 2004:2).
Profesionalisme guru didukung oleh tiga hal, yakni (1) keahlian,
(2) komitmen, dan (3) keterampilan (Supriadi 1998:96). Untuk dapat
melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik, pemerintah sejak
lama telah berupaya untuk merumuskan perangkat standar komptensi
guru. Dapat dianalogikan dengan pentingnya hakim dan Undang-
Undang, yang menyatakan bahwa, berilah aku hakim dan jaksa yang
baik, yang dengan undang-undang yang kurang baik sekalipun akan
dapat dihasilkan keputusan yang baik, maka kaidah itu dapat
1-14 Pengembangan Profesionalitas Guru

dianalogikan dengan pentingnya guru, yakni dengan ungkapan bijak


berilah aku guru yang baik, dan dengan kurikulum yang kurang baik
sekali pun aku akan dapat menghasilkan peserta didik yang baik.
Artinya, bahwa aspek kualitas hakim dan jaksa masih jauh lebih
penting dibandingkan dengan aspek undang-undangnya. Hal yang
sama, aspek guru masih lebih penting dibandingkan aspek kurikulum.
Sama dengan manusia dengan senjatanya, yang terpenting adalah
manusianya, man behind the gun.
Untuk menggambarkan guru profesional, Supriadi mengutip
laporan dari Jurnal Educational Leadership edisi Maret 1993, bahwa
guru profesional dituntut memiliki lima hal. Pertama, guru mempunyai
komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa
komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa. Kedua,
guru menguasai secara mendalam bahan/materi pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru
hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga, guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai
tes hasil belajar. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa
yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Kelima, guru
seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya di PGRI dan organisasi profesi
lainnya. Apabila kelima hal tersebut dapat dimiliki oleh guru, maka guru
tersebut dapat disebut sebagai tenaga dan pendidik yang benar-benar
profesional dalam menjalankan tugasnya (Supriadi 2003:14).

D. Standar Pengembangan Karir Guru


Mutu pendidikan amat ditentukan oleh kualitas gurunya.
Mendiknas memberikan penegasan bahwa guru yang utama
(Republika 10 Februari 2003). Belajar dapat dilakukan di mana saja,
tetapi guru tidak dapat digantikan sepenuhnya oleh siapa atau alat apa
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-15

pun juga. Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling


penting bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan
prasarananya, melainkan harus dengan upaya peningkatan proses
pengajaran dan pembalajaran yang berkualitas, yakni proses
pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan
mencerdaskan. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu.
Sebagai salah satu komponen utama pendidikan, guru harus
memiliki tiga kualifikasi dasar: (1) menguasai materi atau bahan ajar,
(2) antusiasme, dan (3) penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar
dan mendidik (Masud 2003:194).
Peningkatan mutu guru merupakan upaya yang amat kompleks,
karena melibatkan banyak komponen. Pekerjaan besar ini mulai dari
proses yang menjadi tugas lembaga pendidikan prajabatan yang
dikenal dengan LPTK. Ternyata, LPTK mengalami kesulitan besar
ketika dihadapkan kepada masalah kualitas calon mahasiswa kelas
dua yang akan dididik menjadi guru. Ketidakmampuan LPTK ternyata
memang di luar tanggung jawabnya, karena masalah rendahnya mutu
calon guru itu lebih disebabkan oleh rendahnya penghargaan terhadap
profesi guru. Pada akhirnya orang mudah menebak, karena pada
akhirnya menyangkut duit atau gaji dan penghargaan. Gaji dan
penghargaan guru belum dapat disejajarkan dengan profesi lain,
karena indikasi adanya mutu profesionalisme guru masih rendah.
Terjadilah lingkaran setan yang sudah diketahui sebab akibatnya.
Banyak orang menganggap bahwa gaji dan penghargaan terhadap
guru menjadi penyebab atau causa prima-nya. Namun, ada orang
yang berpendapat bahwa antara gaji dan dedikasi tidak dapat
dipisahkan. Gaji akan mengikuti dedikasi. Di samping itu, gaji dan
dedikasi terkait erat dengan faktor lain yang bernama kompetensi
profesional. Jadi, selain memang harus dipikirkan dengan sungguh-
sungguh upaya untuk meningkatkan gaji dan penghargaan kepada
1-16 Pengembangan Profesionalitas Guru

guru, namun masih ada pekerjaan besar yang harus segera dilakukan,
yakni meningkatkan dedikasi dan kompetensi guru.
Apakah yang dimaksud kompetensi? Istilah kompetensi
memang bukan barang baru. Pada tahun 70-an, terkenal wacana
akademis tentang apa yang disebut sebagai Pendidikan dan Pelatihan
Berbasis Kompetensi atau Competency-based Training and Education
(CBTE). Pada saat itu Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis
(Dikgutentis) Dikdasmen pernah mengeluarkan buku saku berwarna
biru tentang sepuluh kompetensi guru. Dua dekade kemudian,
Direktorat Tenaga Kependidikan (Dit Tendik), nama baru Dikgutentis
telah membentuk satu tim Penyusun Kompetensi Guru yang
beranggotakan para pakar pendidikan yang tergabung dalam
Konsorsium Pendidikan untuk menghasilkan produk kompetensi guru.
Setelah sekitar dua tahun berjalan, tim itu telah dapat menghasilkan
rendahnya kompetensi guru. Sementara itu, para penyelenggra
pendidikan di kabupaten/kota telah menunggu kelahiran kompetensi
guru itu. Bahkan mereka mendambakan adanya satu instrumen atau
alat ukur yang akan mereka gunakan dalam melaksanakan skill audit
dengan tujuan untuk menentukan tingkat kompetensi guru di daerah
masing-masing.
Untuk menjelaskan pengertian tentang kompetensi itulah maka
Gronzi (1997) dan Hager (1995) menjelaskan bahwa An integrated
view sees competence as a complex combination of knowledge,
attitudes, skill, and values displayed in the context of task
performance. Secara sederhana dapat diartikan bahwa kompetensi
guru merupakan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks
kinerja tugas yang diberikan kepadanya. Sejalan dengan definisi
tersebut, Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK, menjelaskan
bahwa Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-17

Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru


diartikan sebagai satu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi
seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional
sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan (Direktorat
Profesi Pendidik, Diten PMPTK, 2005). Standar kompetensi guru terdiri
atas tiga komponen yang saling mengait, yakni (1) pengelolaan
pembelajaran, (2) pengembangan profesi, dan (3) penguasaan
akademik. Ketiga standar kompetensi tersebut dijiwai oleh sikap dan
kepribadian yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas guru
sebagai tenaga profesi. Ketiga komponen masing-masing terdiri atas
dua kemampuan. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut secara
keseluruhan meliputi 7 (tujuh) kompetensi, yaitu: (1) penyusunan
rencana pembelajaran, (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar, (3)
penilaian prestasi belajar peserta didik, (4) pelaksanaan tindak lanjut
hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, (5) pengembangan
profesi, (6) pemahaman wawasan kependidikan, (7) penguasaan
bahan kajian akademik.
Standar kompetensi guru SKS memiliki tujuan dan manfaat
ganda. Standar kompetensi guru bertujuan untuk memperoleh acuan
baku dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan
kualitas proses pembelajaran (SKG, Direktorat Tendik 2003:5). Di
samping itu, Standar Kompetensi Guru bermanfaat untuk: (1) menjadi
tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan
dalam rangka pembinaan, peningkatan kualitas dan penjenjangan karir
guru, (2) meningkatkan kinerja guru dalam bentuk kreativitas, inovasi,
keterampilan, kemandirian, dan tanggung jawab sesuai dengan
jabatan profesinya (Direktorat Profesi Pendidik, PMPTK, 2005).
1-18 Pengembangan Profesionalitas Guru

E. Pengembangan Karir Guru


Pada era sentralisasi pendidikan, pembinaan guru diatur secara
terpusat oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional melalui PGPS (Peraturan Gaji Pegawai Sipil) dan ketentuan
lain tentang kenaikan pangkat dengan sistem kredit. Dalam
pelaksanaan di lapangan ketentuan tersebut berjalan dengan berbagai
penyimpangan. PGPS sering diplesetkan menjadi pinter goblok
penghasilan sama atau pandai pandir penghasilan sama.
Pelaksanaan kenaikan pangkat guru dengan sistem kredit pun sama.
Kepala sekolah sering terpaksa menandatangani usul kenaikan
pangkat guru hanya karena faktor kasihan. Dengan kondisi seperti itu,
ada sebagaian kecil guru yang karena kapasitas pribadinya atau
karena faktor lainnya dapat berubah atau meningkat karirnya menjadi
kepala desa, anggota legeslatif, dan bahkan menjadi tenaga struktural
di dinas pendidikan. Sedang sebagian besar lainnya mengalami nasib
yang tidak menentu, antara lain karena belum ada kejelasan tentang
standar pengembangan karir mereka.
Mengingat kondisi itulah maka pada tahun 1970-an dan 1980-
an telah didirikan beberapa lembaga pendidikan dan pelatihan yang
bernama Balai Penataran Guru (BPG), yang sekarang menjadi
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di setiap provinsi, dan
Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) yang sekarang
menjadi Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (P4TK) untuk pelbagai mata pelajaran dan bidang
keahlian di beberapa daerah di Indonesia. Pada tahun 1970-an
kegiatan up-grading guru mulai gencar dilaksanakan di BPG dan
PPPG. Kegiatan itu pada umumnya dirancang oleh direktorat-direktorat
di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah sekarang LPMP dan P4TK berada di bawah Ditjen PMPTK.
Region-region penataran telah dibentuk di berbagai kawasan di
Indonesia, dengan melibatkan antara direktorat terkait dengan
Pengembangan Profesionalitas Guru 1-19

lembaga diklat (preservice training) dan lembaga pendidikan tenaga


kependidikan (LPTK) sebagai lembaga preservice training, serta
melibatkan juga peranan lembaga pendidikan sekolah sebagai on the
job training yang dibina langsung oleh Kantor Wilayah Departemen
pendidikan dan Kebudayaan yang ada di regionnya masing-masing.
Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah
mengikuti pola Pembinaan kegiatan Guru (PKG), yang sistem
penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan yang
lebih luas. Melalui pola PKG ini, para guru dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) guru biasa, yakni guru baru atau guru yang belum
pernah mengikuti penataran, atau baru sebatas ditatar di tingkat
kecamatan atau sekolah, (2) guru Inti, guru yang telah ditatar di tingkat
provinsi atau nasional dan memperoleh predikat yang sebagai penatar
di tingkat kabupaten, kecamatan, dan sekolah, (3) instruktur, guru yang
telah mengikuti klegiatan diklat TOT (training of trainer) di tingkat pusat
atau nasional dan memperoleh predikat sebagai penatar di tingkat
provinsi. Sebagian besar instruktur ini juga telah memperoleh
pengalaman dalam mengikuti penataran di luar negeri, (4) pengelola
sanggar, guru instruktur yang diberi tugas untuk mengelola Sanggar
PKG, yakni tempat bertemunya para guru berdiskusi atau mengikuti
penataran tingkat kabupaten atau sekolah, (5) kepala sekolah, yakni
instruktur yang telah diangkat untuk menduduki jabatan sebagai kepala
sekolah, (6) Pengawas sekolah, satu jenjang fungsional bagi guru
yang telah menjabat sebagai kepala sekolah. Selain itu, para guru
memiliki wadah pembinaan profesional melalui orgabnisasi yang
dikenal dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), sementara
para kepala sekolah aktif dalam kegiatan Latihan Kerja Kepala
Sekolah (LKKS), dan Latihan Kerja Pengawas Sekolah (LKPS) untuk
pengawas sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagaian besar
dilaksanakan di satu sanggar yang disebut sanggar PKG.
1-20 Pengembangan Profesionalitas Guru

F. PENUTUP
Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru, oleh
Depdiknas sekarang dikelola oleh Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Berbagai program
peningkatan kompetensi dan profesionalisme tersebut dilaksanakan
dengan melibatkan P4TK (PPPG), LPMP, Dinas Pendidikan, dan LPTK
sebagai mitra kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Chamidi, Safrudin Ismi. 2004. Peningkatan Mutu Pendidikan melalui


Manajemen Berbasis Sekolah, dalam Isu-isu Pendidikan di
Indonesia: Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua. Pusat Data
dan Informasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas.
Direktorat Ketenagaan. 2006. Rambu-rambu Penyelenggaraan
Pendidikan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
Ketenagaan Dirjen Dikti
Dirjen Dikti Dir PPTK Depdiknas. 2002. Standar Kompetensi Guru Kelas
SD-MI Program D-II PGSD. Jakarta: Depdiknas.
Gunawan, Ary H,1995. Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamijoyo, Santoso S. 2002. Status dan Peran Guru, Akibatnya pada
Mutu Pendidikan, dalam Syarif Ikhwanudin dan Dodo Murtadhlo.
2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta:
Grasindo.
Indra Djati Sidi. 2002. Menuju Masyarakat Pembelajar: Menggagas
Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta:Paramadina dan Logos
Wacana Ilmu.
Rich, John Martin. 1992. Inovation in Education: Reformers and Their
Critics. New York: Cross Cultural Approach.
Rogers, Everett M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: The Free
Press.
Rokhman, Fathur dkk. 2005. Studi Kebijakan Pengelolaan Guru Di Era
Otonomi Daerah dalam Rangka Peningkatan mutu pendidikan.
Penelitian Balitbang dan Lemlit UNNES.
Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah. 2004. Pendidikan Nasional
Menuju Masyarakat Masa Depan. Jakarta: Genesindo.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Undang-undan No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf
Publishing.
BUKU AJAR

STATISTIK
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Pada buku ajar ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan
belajar 1 akan membahas pengertian data statistika, cara pengumpulan
data, cara menunjukkan urutan data dari yang terkecil ke yang terbesar,
menentukan ukuran pemusatan data tunggal yaitu mean, median dan
modus suatu data, menentukan ukuran pencaran data tunggal yaitu
jangkauan data, quartil dan jangkauan interquartil, menyajikan data
dalam bentuk tabel dan diagram, menyajikan data dengan daftar
frekuensi data tunggal dan data berkelompok serta menafsirkan
diagram suatu data. Pada kegiatan belajar 2 akan membahas tentang
pengertian peluang, populasi dan sampel, ruang sampel dan titik
sampel suatu percobaan, menentukan nilai peluang masing-masing titik
sampel pada ruang sampel yang telah ditentukan, menentukan peluang
suatu kejadian, menentukan kisaran nilai peluang, menentukan
frekuensi harapan, menentukan nilai peluang dua kejadian saling lepas,
menentukan nilai peluang dua kejadian tidak saling lepas, menentukan
nilai peluangdua kejadian saling bebas.Buku ajar ini merupakan buku
ajar pelajaran Matematika mata pelatihan Statistika.
B. Prasyarat : -
C. Petunjuk Belajar
Agar dapat mempelajari keseluruhan materi pada buku ajar ini
maka peserta pelatihan diharapkan belajar berdasarkan sistematika
sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan agar anda
mengetahui kemampuan yang diharapkan dapat dicapai dan
kegiatan belajar yang akan disajikan.
2. Bacalah dengan cermat kompetensi dan indikator setiap bab.
2-2 Statistika

3. Baca materi bab yang bersangkutan, jika ada hal yang belum jelas
bertanya/diskusikan dengan teman peserta pelatihan atau
instruktur anda.
4. Kerjakan latihan soal, dan diskusikan hasilnya dengan sesama
peserta, teman sejawat guru, atau instruktur anda.
5. Setelah latihan soal anda kerjakan dengan baik, kerjakan tes
formatif pada setiap akhir kegiatan belajar, diskusikan hasilnya
dengan sesama peserta, teman sejawat guru, atau instruktur anda.
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif pada
akhir bahan ajar ini.
6. Buatlah rencana kegiatan belajar yang berkaitan dengan isi bahan
ajar ini berdasarkan GBPP di sekolah anda.

D. Kompetensi dan Indikator


Standar Kompetensi
Melakukan kegiatan statistika
Kompetensi Dasar
10.1. Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data
10.2. Menentukan ruang sampel percobaan
10.3. Menghitung peluang kejadian

Indikator Pencapaian Kompetensi


Menjelaskan pengertian, dan cara pengumpulan data
Mengumpulkan data dengan mencacah, mengukur dan mencatat
data dengan tally
Mengurutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar
Menentukan mean, median dan modus suatu data
Menentukan jangkauan (range) data
Menentukan Quartil dan Jangkauan Interquartil suatu data
Menyajikan data dengan tabel dan diagram
Menyajikan data dengan daftar frekuensi data tunggal dan data
berkelompok.
Menafsirkan diagram suatu data
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

A. Kompetensi dan Indiaktor


1. Standar Kompetensi
Melakukan kegiatan statistika
2. Kompetensi Dasar
10.1. Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data
10.2. Menentukan ruang sampel percobaan
10.3. Menghitung peluang kejadian

3. Indikator
a) Menjelaskan pengertian, dan cara pengumpulan data
b) Mengumpulkan data dengan mencacah, mengukur dan mencatat
data dengan tally
c) Mengurutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar
d) Menentukan mean, median dan modus suatu data
e) Menentukan jangkauan (range) data
f) Menentukan Quartil dan Jangkauan Interquartil suatu data
g) Menyajikan data dengan tabel dan diagram
h) Menyajikan data dengan daftar frekuensi data tunggal dan data
berkelompok.
i) Menafsirkan diagram suatu data

B. Uraian Materi
STATISTIKA
1. Pengertian Statistika dan Statistik

Apakah Statistika itu? apa bedanya dengan Statistik?


Statistika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara
pengumpulan data, penyajian data, pengolahan/penganalisisan data,
pengambilan kesimpulan yang logis dan pengambilan keputusan yang
akurat.
Statistik : kumpulan fakta yg umumnya berbentuk angka, tabel,
diagram, peta yang menggambarkan suatu persoalan. Sesuai dg
fakta/data pada masalah tertentu dikenal: statistik penduduk, statistik
2-4 Statistika

kelahiran, statistik pendidikan, statistik produksi, statistik pertanian,


statistik kesehatan dll.
Statistik : ukuran sebagai wakil dari kumpulan data tentang suatu hal,
contoh statistik rata-rata, simpangan baku, persen, proporsi, median
dll.
Apa peranan Statistika dalam kehidupan sehari-hari?
Peranan statistika dalam kehidupan sehari-hari :
1. Untuk memberi gambaran tentang masalah yang dibicarakan
sehari-hari contoh: 30% penduduk di Wonogiri kekurangan air
bersih.
2. Untuk meramal sesuatu kejadian yang akan datang/memperkirakan
parameter papulasi.
Contoh 1) berdasarkan penjualan sepeda motor maka dapat
diramal volum penjualan tahun 2005 (peramalan/forcasting).
Contoh 2) berdasarkan data sampel yang diambil acak dan
representatif dapat diperkirakan penguasaan matematika siswa
SMP di Semarang. (Penaksiran)
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel yang satu
dengan yang lain, contoh:apakah ada hubungan antara banyaknya
iklan yang ditayangkan dengan peningkatan penjualan produksi
perusahaan? seberapa tinggi hubungan itu ? (korelasi)
4. Untuk mengetahui kecenderungan/pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Contoh : apakah motivasi belajar dan
sikap ilmiah siswa akan mempengaruhi hasil belajar ? seberapa
pengaruhnya ? (regresi)
5. Untuk alat dalam riset/penelitian. Contoh : untuk mengetahui
metode-metode mengajar yang mana yang lebih baik terhadap
respon hasil belajar siswa perlu dirancang eksperimen-eksperimen
dengan olah data tertentu (ANAVA).
Statistika 2-5

6. Pengujian model suatu permasalahan. Contoh : apakah model


hubungan x dan y dengan rumus y = ax + b sudah sesuai dan
benar?
Statistika sangat berguna dalam pengembangan pengetahuan
dan teknologi:riset/penelitian, pendidikan, teknik, industri, ekonomi,
astronomi, biologi, kedokteran, asuransi, pertanian, perniagaan,
bisnis, sosiologi, antropologi, pemerintahan, psikologi, meteorologi,
geologi, farmasi, ekologi, sains, sosial, dll
Statistika menurut pengembangannya :
1. Statistika matematik/teoritis; penurunan sifat-sifat/dalil-dalil, rumus,
menciptakan model-model dan segi-segi lain yang teoritis dan
matematis
2. Metode Statistika : dari apa yang sudah diciptakan/dibuktikan
kebenaran nya kemudian dipakai berbagai bidang pengetahuan
termasuk pendidikan matematika
Statistika menurut pengerjaan data :
1. Statistika Deskriftif : cara-cara mengumkpulkan dan menyajikan
data untuk memberikan gambaran suatu hal/masalah.
2. Statistika Inferensial : setelah data dikumpulkan dan disajikan ,
dilakukan berbagai metode statistika untuk menganalisis data,
interpretasi data, membuat kesimpulan dan menentukan suatu
keputusan tertentu.

2. Data Statistika
Data : keterangan/fakta tentang suatu persoalan.
Dalam menyelidiki atau meneliti suatu masalah selalu diperlukan data.
Data dapat diartikan sebagai keterangan yang diperlukan untuk
memecahkan suatu masalah atau mendapat gambaran mengenai
suatu keadaan . Data merupakan bentuk jamak sedangkan bentuk
tunggalnya adalah datum. Ada dua jenis data yaitu data numerik dan
data kategorik.
2-6 Statistika

Data kategori adalah data yang diperoleh dari pengamatan sifat suatu
objek.
Contoh; rusak. baik, senang, puas, gagal, berhasil , seperti jenis
kendaraan untuk berangkat ke sekolah (sepeda motor, sepeda, mobil
pribadi, bus), golongan darah (A, AB, O, B), pekerjaan ortu (PNS,
pegawai swasta, petani, TNI-POLRI) dan lain sebagainya.
2. Data numerik adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran
yang bersifat numerik seperti berat badan (65 kg, 70 kg, 58 kg)
banyak anggota keluarga 91,2,3 atau 4 orang), umur (12, 34,
60 tahun) , nilai 100, rasio 2:3, tinggi badan 160,65 cm dst.
Sebagai dasar untuk membuat keputusan maka data harus
dikumpulkan , disajikan, diolah/dianalisis kemudian diambil
kewsimpulannya. Misalkan:
i)Rata-rata nilai UAN SMPN1
ii)Motivasi belajar siswa mempengaruhi hasil belajar siswa.
iii)Penyebab kenakalan anak adalah kurangnya perhatian ortunya.
Jenis Data :
1. kualitatif (bukan bilangan) dan
2. kuantitatif (bilangan) .
Contoh data kualitatif:
1. Jenis pekerjaan orang : petani, nelayan, PNS
2. Status pernikahan : belum kawin, kawin, duda, janda
3. Gender : pria, wanita
4. Tingkat kepuasaan : tidak puas, cukup puas, sangat puas
Data ini supaya dapat diolah secara statistik harus diangkakan .
Contoh data kuantitatif:
1. Usia seseorang
2. Tinggi badan, berat badan
3. Penjualan dalam sebulan
4. Hasil belajar siswa
Berdasarkan cara memperolehnya data dibagi 4 jenis yaitu:
Statistika 2-7

Data nominal /skala nominal : diperoleh dengan cara kategorisasi


/klasifikasi.contoh : PNS kode 1, Pegawai swasta kode 2, wiraswasta
kode 3. Ciri data nominal:posisi setara, tidak bisa dilakukan operasI
matematika, paling lemah tingkatannya.
Data ordinal : diperoleh dengan cara kategorisasi/ klasifikasi tetapi
terdapat hubungan. Contoh : data tingkat kepuasaan pelanggan PAM :
sangat puas kode 1, puas kode 2, cukup puas kode 3, tidak puas kode
4, sangat tidak puas kode 5. Ciri data ordinal : posisi data tak
setara/bertingkat, penyusu nan angka kesepakatan 1-5 atau 5-1, tak
bisa dilakukan operasi matematika.
Data interval : data yang diperoleh dengan pengukuran, dimana jarak 2
titik pada skala sudah diketahui . Kalau pada data ordinal tidak
diketahui. Contoh:Temperatur ruangan. Ciri data interval : tak ada
kategori /pemberi an kode, bisa dilakukan operasi matematika.
Data rasio : diperoleh melalui pengukuran dimana 2 titik pada skala
sudah diketahui dan mempunyai titik 0 mutlak . Kalau data interval titik
0 tak mu tlak . Contoh:nilai/hasil belajar 0-100. Ciri data rasio:tak ada
data kategori, bisa dilaukan operasi matematika, ada 0 mutlak. Apa
gunanya mengetahui jenis data dalam olah data? Jenis data akan
mempengaruhi pemilihan prosedur statistik yang akan digunakan.
Data kuantitatif cenderung menggunakan statistik parametik. Data
kualitatif cenderung menggunakan statistik non parametik.
Contoh:
Statistik apa yang dipakai untuk menguji hipotesis bahwa ada per
bedaan hasil belajar matematika antara siswa putra dan putri ?
Karena data rasio maka dengan statistik parametrik uji t atau z.
Untuk mengetahui apakah rata-rata kepuasaan siswa putra-putri dari
layanan disekolah ada perbedaan?
Karena data ordinal maka dengan statistik non parametrik uji Wilcoxon,
Kruskal-Wallis, Median dsb
2-8 Statistika

3. Pengumpulan Data
Sebagai tahap awal dalam kegiatan statistika perlu dilakukan
pengumpulan data. Misalnya untuk mengetahui mutun pendidikan di
Jateng perlu dilakukan pengumpulan data mengenai kegiatan-
kegiatan pendidikan di Jateng menurut tingkat dan jenis pendiidikan
yang meliputi;
a) banyak sekolah
b) banyak siswa
c) hasil belajar siswa
d) banyak guru
e) latar belakang pendidikan guru
f) sarana dan prasarana tempat belajar siswa dsb.
Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:
1) mencacah
2) mengukur
3) mencatat data dengan turus/tally
Contoh:
1). Untuk mengumpulkan data tentang banyaknya siswa perempuan,
banyaknya siswa laki-laki di kelas IXA dilakukan dengan cara
membilang atau mencacah.
2). Untuk mengumpulkan data tinggi badan siswa klas IX SMP PL
DomSav dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan setiap
siswa sampai centimeter terdekat.
3).untuk mengumpulkan data pekerjaan ortu siswa SMPN2 Semarang
dilakukan dengan cara mencatat dengan turus
4. Mengurutkan Data (Data Tunggal)
Data statistik yang terkumpul umumnya tak berurutan
ukurannya. Untuk kebutuhan penyajian dan penganalisisan data
tersebut perlu diurutkan dari ukuran terkecil(nilai terendah) sampai
dengan ukuran terbesar (nilai tertinggi) sehingga dapat diketahui
penyebaran dan pencarannya. Setelah data diurutkan maka nilai
Statistika 2-9

terendah dan nilai tertinggi dapat ditentukan. Contoh; Tentukan nilai


terendah dan nilai tertinggi dari 5, 4, 1 ,7 ,9 ,8 ,6 ,7 ,6 , 5
Jawab: Data terurut : 1, 4, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 9
Nilai terendah : 1
Nilai tertinggi : 9
Jika data terdiri dari datum yang cukup banyak maka digunakan
diagram batang-daun.
Contoh:
Bilangan Batang Daun Batang-
daun
43 4 3 4 3
56 5 6
58 5 8 5 6
74 7 4 8
72 7 2
7 2
4

Langkah-langkah dalam membuat diagram batang-daun sbb.:


1).tuliskan angka-angka puluhan pada kolom batang secara
bersamaan
2). tuliskan angka-angka satuan pada kolom daun yang bersesuaian
denganangka puluhan pada kolom batang.
3). urutkan angka-angka pada kolom batang-daun.
Dengan memperhatikan kolom batang-daun di atas , maka
urutan datadimulai dari nilai terkecil adalah 43, 56, 58, 72 dan 74.
Jika kita ingin mengurutkan data mulai dari terbesar maka
penyusunan nilai pada kolom bilangan dan kolom batang dimulai dari
nilai terbesar , sehingga urutan datanya menjadi 74, 72, 58, 56, 43
2-10 Statistika

5. Ukuran Pemusatan Data (Data Tunggal)


Perhatikan saat seorang pejabat kepolisian mengatakan
kebanyakan penyebab kecelakaan di Indonesia karena faktor
manusia, hanya sedidkit yang disebabkan faktor kendaraan dan
sedikit pula karena faktor jalan. seorang pejabat pendidikan
mengatakan rata-rata nilai NEM siswa-siswa SD adalah 6,5. Yang
dikatakan pejabat-pejabat tersebut adalah data disekitar mana data-
data dalam suatu distribusi memusat. Data yang menjadi pusat suatu
penyebaran (distribusi) disebut ukuran pemusatan.
Tiga nilai (ukuran) statistik yang dipandang sebagai ukuran
pemusatan data dan dapat mewakili data tersebut yaitu rata-rata
hitung (mean), modus dan median .Nilai lain yang menjadi ukuran
pemusatan adalah rata-rata ukur dan rata-rata harmonik.
a. Rata-rata hitung (mean)
Jumlahsemuadata
Rata-Rata Hitung atau Mean =
Banyakdata

(1) Nilai rata-rata hitung n data X1, X2, X3, , Xn adalah


n

x1 + x 2 + x3 + ... + x n
xi
x= = i =1

n n
Contoh 1. Tentukan rata-rata nilai matematika 10 siswa dengan
nilai 7,8,6,5,7,6,7,9,6,8
Jawab.
10

x
i =1
i = 7+8+6+5+7+6+7+9+6+8 = 69

n = 10
n

x i
69
x= i =1
= = 6,9
n 10
Statistika 2-11

(2) Jika data X1, X2, X3, , Xn mempunyai fkekuensi f1, f2, f3, fn,
maka
n

f i xi
fx
x= i =1
=
i i

n f i

Contoh 2. Misalkan dalam suatu kelas ada dua siswa mendapat


nilai matematika 57, enam siswa mendapat 65, lima siswa
mendapat 72, enpat siswa mendapat nilai 81, dua siswa mendapat
88, satu siswa mendapat 94, tentukan rata-rata nilai matematika
siswa dalam kelas tersebut.
Jawab.

x=
fx i i
=
2.57 + 6.65 + 5.72 + 4.81 + 2.88 + 1.94 1458
= =72,9
f i 2 + 6 + 5 + 4 + 2 +1 20

(3) Rata-rata gabungan



Bila kelompok 1 terdapat n1 data dengan rata-rata x1

kelompok 2 terdapat n1 data dengan rata-rata x 2

n x +n x
maka rata-rata gabungannya x = 1 1 2 2
n1 + n2
Contoh 3.
Dua puluh pelajar terdiri 8 puteri dan 12 putera. Rata-rata berat
badan seluruhnya 44 kg. Jika rata-rata berat badan pelajar puteri
saja 41 kg, maka rata-rata-rata berat badan pelajar putera adalah
Jawab.

n x +n x
x= 1 1 2 2
n1 + n2

8.41 + 12. x 2 328 + 12. x 2
44 = 44 = x = 46
8 + 12 20
b. Median
2-12 Statistika

Median menentukan letak data setelah data itu disusun menurut


urutan nilainya. Jika banyak data ganjil, maka median Me, setelah data
disusun menurut nilainya, merupakan data paling tengah. Jika banyak
data genap, setelah data disusun menurut urutan nilainya, mediannya
sama dengan rata-rata hitung dua data tengah.
Contoh 4. : Tentukan median data berikut.
a. 4, 12, 5, 7, 8, 10, 10,
b. 12, 7, 8, 14, 16, 19, 10, 8
Jawab. a. setelah disusun menurut nilainya menjadi 4, 5, 7, 8, 10, 10,
12. Data paling tengah bernilai 8. Jadi Me = 8.
c. Setelah disusun menurut nilainya menjadi 7, 8, 8, 10, 12,
14, 16, 19. Data tengahnya ialah 10 dan 12;
Sehingga median Me = 1/2 (10 + 12) = 11
c. Modus
Untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi
digunakan ukuran modus disingkat Mo. Modus ditentukan dengan jalan
menentukan frekuensi terbanyak diantara data itu.
Contoh 5. Tentukan modus dari data
19,17,16,18,14,16,15,16,17,16,18,16,17,15,18.
Jawab. Data tersebut dapat disusun dalam table berikut.

Xi fi
14 1
15 2
16 5
17 3
18 3
19 1
Frekuensi terbanyak f=5 terjadi untuk data bernilai 16, maka modus
Mo=16

d. Rata-rata Ukur
Rata-rata ukur data x1, x2, x3,,xn, adalah
Statistika 2-13

e. Rata-rata Harmonik
Rata-rata harmonik data x1, x2, x3,,xn, adalah

6. Ukuran Letak Data Tunggal


Ukuran letak dari suatu data adalah Kuartil, Desil dan Persentil.
1. Kuartil
Jika sekumpulan data dibagi menjadi empat bagian yang
sama banyak , sesudah disusun menurut urutan nilainya (data
terurut) maka bilangan pembaginya disebut kuartil. Ada tiga buah
kuartil yaitu Kuartil pertama (K1), Kuartil kedua(K2) dan Kuartil
ketiga(K3).
Pemberian nama ini dimulai dari nilai kuartil paling kecil.
Untuk menentukan nilai kuartil caranya adalah :
susun data menurut urutan nilainya
tentukan letak kuartil
tentukan nilai kuartil
Letak kuartil ke i, diberi lambang Qi,
ditentukan oleh rumus :
i (n + 1)
Letak Qi = data ke 4 dengan i = 1, 2, 3.
Contoh . Sampel dengan data 75, 82, 66, 57, 64, 56, 92, 94, 86, 52,
60, 70,
setelah disusun menjadi 52, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92,
94.
1(2 + 1)
Letak Q1 = data ke 4
= data ke 3 ,
2-14 Statistika

yaitu antara data ke-3 dan data ke-4 seperempat jauh dari data ke-
3.
Nilai QI = data ke-3 + (data ke-4 data ke-3)
Q1 = 57 + (60 57)
= 57
3(12 + 1)
=
Letak Q3 = data ke- 4
data ke-9 .
Dengan cara seperti di atas, nilai Q3 dapat ditentukan
Q3 = data ke-9 + (data ke-10 data ke-9)
Q3 = 82 + ( )(86-82)
= 85.
Perhatikan Q2 tidak lain adalah median, coba tentukan Q2.

Contoh: data 52, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92, 94
1(12 + 1)
Letak Q1 = data ke -. 4
1
= data ke - 3 4
1
= data ke- 3 + 4 (data ke-4 data ke-3)
1
= 57+ 4 (60-57)
3
= 57 4

2. Desil
Jika sekumpulan data terurut itu dibagi menjadi 10 bagian yang
sama, maka didapat sembilan pembagi dan tiap pembagi
dinamakan desil, ialah desil pertama, desil kedua,, desil
kesembilan yang disingkat dengan D1,D2,, D9.
Statistika 2-15

Desil-desil ini dapat ditentukan dengan jalan :


1) susun data menurut urutan nilainya
2) tentukan letak desil
3. tentukan nilai desil
letak desil ke-i, diberi lambang Di,
ditentukan oleh rumus
i (n + 1)
Letak Di = data ke-
10
dengan i = 1, 2, , 9
Contoh 8. Untuk data yang telah disusun dalam contoh terdahulu,
ialah 52, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 75, 72, 76, 92, 94,
7(12 + 1)
Letak D7 = data ke-
10
= data ke-9,1.
Nilai D7 = data ke-9 + (0,1)(data ke-10 data ke-9)
atau D7 = 82 + (0,1)(86 82)
= 82,4.
4. Persentil
Jika kumpulan data terurut dibagi menjadi 100 bagian yang sama
maka didapat 99 pembagi dan tiap pembagi dinamakan Persentil
ke-1 sampai Persentil ke-99. Letak Persentil ke-i = data ke-
i (n + 1)
. , i= 1, 2, 3,, 99
100
.
7. Ukuran Penyebaran Data (Dispersi)
Disamping ukuran pemusatan data, dan ukuran letak data dalam
penelitian kadang juga dibutuhkan ukuran penyebaran data
(dispersi). Ukuran pemyebaran data yang dibahas disini adalah
rentang, simpangan kuartil,dan simpangan baku.
2-16 Statistika

a. Rentang
Rentang atau jangkauan atau Range dengan lambing J atau R
dari sekelompok data adalah data terbesar dikurangi data
terkecil.
R = J = Xterbesar - X terkecil
Contoh . Tentukan rentang dari data 3,4,4,2,5,3,6,8,7,9.
Jawab. Data terbesar 9, data terkecil 2.
Jadi rentang R = 9-2 = 7.

b. Rentang Antar Kuartil/Jangkauan Antar Kuartil


RAK = JAK = Q3 Q1
Contoh. Tentukan Rentang Antar Kuartil dari data
3,4,4,2,5,3,6,8,7,9,10
Jawab. Data terurut 2, 3, 3, 4, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Q1 = 3 Q3 = 8
Jadi RAK = Q3 Q1
= 8-3
=5

c. Simpangan Kuartil
Simpangan kuartil atau jangkauan semi interkuartil didefinisikan
dengan
1
(Q3 Q1 )
Qd = 2
Dengan : Qd = simpangan kuartil
Q3= kuartil atas Q1= kuartil bawah
Contoh 10. Tentukan simpangan kuartil data 6,2,4,3,4,7,9.
Jawab. Data diurutkan menjadi 2,3,4,4,6,7,9.
Sehingga Q3= 7 dan Q1= 2
Jadi Qd =1/2(7-2)
=2.
Statistika 2-17

d. Simpangan Baku
Untuk sampel simpangan baku diberi simbol s, didefinisikan
dengan

(x
2
x)
s=
i

n 1
Contoh . Diberikan sampel dengan data : 8, 7, 10, 11, 4. tentukan
simpangan baku data tersebut.
Jawab.

xi xi x (x i x) 2

(1) (2) (3)


8 0 0
7 -1 1
10 2 4
11 3 9
4 -4 16

Rata-rata x = 8
Dapat dilihat dari kolom (2),
bahwa (x i x) = 0 . Karena

itulah di sini diambil kuadratnya


yang dituliskan dalam kolom (3).

Didapat (x i x) 2
= 30

didapat :

30
s= = 7,5 = 2,74
4
2-18 Statistika

Bentuk lain untuk rumus simpangan baku ialah :

n x i ( xi ) 2
2

s=
n(n 1)

Untuk data pada contoh di atas , jika digunakan rumus kedua


xi xi2
8 64
7 49
10 100
11 121
4 16
xi = 40 xi
2
= 350

x i = 40 dan xi 2
= 350 ,

varians

5 x350 (40)2
s= = 7,5 = 2,74 dan
5x4

8. Penyajian Data Dengan Tabel dan Diagram


Setelah data dikumpulkan maka data dapat disajikan dengan
Daftar statistik : daftar baris-kolom, daftar kontingensi, daftar
distribusi frekuensi data tunggal
Diagram batang, diagram batang daun
Diagram garis
Diagram lingkaran atau pastel
Diagram pencar atau diagram titik
Diagram peta atau kartogram
Diagram lambang atau simbol
Daftar frekuensi data berkelompok
Statistika 2-19

Histogram dan poligon frekuensi


Ogif

Contoh: Data nilai Statistika Terapan 48 taruna Akpol sbb:


10, 9, 8, 8, 7, 7, 7, 7, 7, 6, 6, 6, 5, 5, 4, 4, 3, 2, 1, 2, 3, 4, 6, 5, 6, 5, 5,
6, 7, 6, 6, 5, 6, 5, 7, 8, 7, 6, 6, 7, 8, 7, 6, 5, 6, 7, 6, 4,

Sajikan data tersebut dengan diagram batang, diagram garis,


diagram lingkaran, diagram pencar !
Jawab:
Diagram Batang:

NILAI STATISTIK TERAPAN TARUNA AKPOL


20

10
Count

0
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

NILAI

Diagram Garis:
2-20 Statistika

NILAI STAT TERAPAN TARUNA AKPOL


20

10
Count

0
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

NILAI

Diagram Lingkaran atau Pastel:

NILAI STAT TERAPAN TARUNA AKPOL


10.00

9.00

8.00
1.00
7.00
2.00
3.00

4.00

5.00

6.00
Statistika 2-21

Diagram Pencar(Dot):

NILAI STAT TERAPAN TARUNA AKPOL

$
Dot/Lines show counts
15

10
Count

5
$ $

$ $

$ $ $

0
2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

nilai

Histogram:
Buatlah histogram berat badan 100 taruna Akpol sbb:.

Berat Badan (kg) Frekuensi


60-62 5
63-65 18
66-68 42
69-71 27
72-74 8
Jumlah 100
2-22 Statistika

Histogram Berat Badan


Taruna Akpol
50

40

30

20

10 Std. Dev = 2.92


Mean = 68
0 N = 100.00
61 64 67 70 73

Berat Badan

Penyajian Data Dalam Bentuk Daftar Frekuensi Data Tunggal


Berikut adalah data nilai ulangan matematika dari 44 siswa kelas IX.
Buatlah Daftar Frekuensi Data Tunggal
Jawab :
Daftar Frekuensi Data Tunggal sbb.:
Nilai Ulangan Turus Frekuensi
3 llll 4
4 lllll 5
5 lllll llll 9
6 lllll lllll lll 13
7 lllll l 6
8 lllll 5
9 ll 2

8. Penyajian Data Dalam Bentuk Daftar Frekuensi Data kelompok


Data hasil ulangan matematika sbb,
71 69 75 72 67 55 60 66 66 72 80 50 67 63 71 68 67 78 76 64
Statistika 2-23

62 73 74 79 61 73 55 67 62 53 65 59 57 66 77 62 63 71 58 68
76 66 68 58 68 82 72 56 84 73
Buatlah Daftar Frekuensi Data Berkelompok dengan banyak kelas 7 dan
panjang interval kelas 5
Jawab:
Daftar Frekuensi Data berkelompok sbb.:
Nilai Turus Frekuensi
50-54 ll 2
55-59 lllll ll 7
60-64 lllll lll 8
65-69 lllll lllll llll 14
70-74 lllll lllll 10
75-79 lllll l 6
80-84 lll 3

C. Latihan
Dengan berdiskusi dengan teman sebelahmu selesaikan soal-soal
berikut.
1. Misalkan dipunyai data nilai ulangan harian matematika kelas III SD
Sukamaju sebagai berikut. 90, 60, 70, 80, 70, 50, 70, 80, 70, 60, 60,
70, 80, 90, 40, 70, 80, 50, 90, 70. Tentukan
a. Mean dan tafsirkan hasil yang didapat.
b. Median dan tafsirkan hasil yang didapat.
c. Modus dan tafsirkan hasil yang didapat.
d. Kuartil ke 1 dan tafsirkan hasil yang didapat.
e. Desil ke 8 dan tafsirkan hasil yang didapat
f. Rentang dan tafsirkan hasil yang didapat.
g. Simpangan baku dan tafsirkan hasil yang didapat.

2. Buatlah daftar frekuensi data tunggal tentang nilai matematika dari


40 siswa 4, 5, 6, 4, 6, 7, 8, 5, 9,4 ,3, 6, 6, 7, 8, 9,2, 4, 3, 6, 7, 8,
9, 4, 5, 4,3, 6, 7, 8, 9, 3, 6, 6, 7, 6, 7, 7, 8, 7

3. Buatlah table frekuensi data berkelompok dengan panjang interval


kelas 5
2-24 Statistika

71 69 75 72 67 55 60 66 66 72 80 50 67 63 71 68 67 78
76 68 65 76 62 62 73 74 79 61 73 55 67 62 53 65 59 57
66 77 62 63 71 58 68 76 66 68 58 68 82 72 56 84 73 65
67 78 60 76 65 78
4. Misalkan nilai ujian statistika mahasiswa jurusan matematika
sebagai berikut.

NILAI UJIAN fi
31 40 1
41 50 2
51 60 5
61 70 15
71 80 25
81 90 20
91 100 12
Tentukan:
a) banyaknya kelas
b) panjang interval kelas
c) frekuensi kelas 51-60
d) jumlah semua frekuensi

D. Rangkuman
Statistika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara
pengumpulan data, penyajian data, pengolahan/penganalisisan data,
pengambilan kesimpulan yang logis dan pengambilan keputusan yang
akurat.
Statistik : kumpulan fakta yg umumnya berbentuk angka, tabel,
diagram, peta yang menggambarkan suatu persoalan. Sesuai dg
fakta/data pada masalah tertentu dikenal: statistik penduduk, statistik
Statistika 2-25

kelahiran, statistik pendidikan, statistik produksi, statistik pertanian,


statistik kesehatan dll.
Statistik : ukuran sebagai wakil dari kumpulan data tentang suatu hal,
contoh statistik rata-rata, simpangan baku, persen, proporsi, median
dll.
Ukuran pemusatan data ; mean, median, modus
Ukuran letak : kuartil, desil, persentil
Data dapat disajikan dengan:
1.Daftar statistik : daftar baris-kolom, daftar
kontingensi, daftar distribusi frekuensi data tunggal
2.Diagram batang, diagram batang daun
3.Diagram garis
4.Diagram lingkaran atau pastel
5.Diagram pencar atau diagram titik
6.Diagram peta atau kartogram
7.Diagram lambang atau simbol
9.Daftar frekuensi data berkelompok
10.Histogram dan poligon frekuensi
11.Ogif
2-26 Statistika

E. Tes Formatif
Tes Obyektif
1. Misalkan dipunyai data nilai ulangan harian matematika kelas VI SD
Majumakmur sebagai berikut. 80, 60, 70, 50, 70, 80, 70, 80, 70, 60,
60, 70, 80, 90, 40, 70, 90, 50, 90, 70. Mean nilai ulangan harian
matematika kelas VI SD Majumakmur adalah .....
a. 70 b. 80 c. 75 d. 85
2. Dengan data pada soal nomor 1 Modus nilai ulangan harian
matematika kelas VI SD Majumakmur adalah .....
a. 70 b. 80 c. 75 d. 85
3. Dengan data pada soal nomor 1 Median nilai ulangan harian
matematika kelas VI SD Majumakmur adalah .....
a. 70 b. 80 c. 75 d. 85
4. Dengan data pada soal nomor 1 kuartil ke-3 nilai ulangan harian
matematika kelas VI SD Majumakmur adalah .....
a. 75,5 b. 77,5 c. 85,7 d. 87,5
5. Dengan data pada soal nomor 1 rentang nilai ulangan harian
matematika kelas VI SD Majumakmur adalah .....
a. 40 b. 50 c. 55 d. 60
6. Dengan data pada soal nomor 1 simpangan baku nilai ulangan
harian matematika kelas VI SD Majumakmur adalah .....
a. 12,67 b. 12, 76 c. 13,76 d. 13,87
7. Dua puluh pelajar terdiri 12 puteri dan 8 putera. Rata-rata nilai
matematika pelajar keseluruhan 80. Jika rata-rata nilai matematika
pelajar puteri saja 75 , maka rata-rata nilai matematika pelajar putera
adalah ....
a. 67.5 b. 77,7 c. 87,5 d. 89,5
8. Nilai UAN matematika sebanyak 30 siswa mempunyai rata-rata 80,
jika nilai seorang siswa tidak diikutkan maka nilai rata-rata menjadi
81, berapa nilai siswa tersebut.
a. 47 b. 51 c. 63 d. 73
Statistika 2-27

9. Rata-rata berat badan 50 anak 65 kg, jika ditambah dengan berat


badan si Andi dan Narti maka rata-rata berat badan tetap 65, jika
perbandingan berat badan Andi dan Narti 6:4, berapa berat badan
Andi?
a. 67 b. 68 c. 77 d. 78

10. Suatu data sebanyak n mempunyai rata-rata adalah p, jika tiap data
dikurangi s, berapa rata-rata data sekarang?
a. p-n b. sp c. p+s d. p-s

Tes Uraian

1. Jika 2 buah dadu dilemparkan /ditos bersamaan, maka tentukan


peluang angka pada salah satu dadu yang merupakan pembagi
mata dadu yang lain .
2. Tersedia 15 kunci berbeda dan ada 1 kunci yang dapat digunakan
untuk membuka sebuah pintu. Kunci diambil satu persatu tanpa
pengembalian. Tentukan peluang kunci yang terambil dapat
digunakan untuk membuka pintu pada pengambilan ke-10 .
3. Pada ulangan matematika , diketahui rata-rata nilai kelas 58. Rata-
rata nilai matematika siswa pria 65 sedang rata-rata nilai siswa
wanita 54. Tentukan perbandingan banyaknya siswa pria dan siswa
wanita .

4. Nilai ujian statistika mahasiswa matematika disajikan dalam


tabel berikut.
NILAI UJIAN fi
31 40 1
41 50 2
51 60 5
61 70 15
71 80 25
81 90 20
91 100 12
Jumlah 80
2-28 Statistika

a)Tentukan banyaknya kelas


b)Tentukan panjang interval kelas
c)Tentukan kelas yang frekuensinya terbesar
BAB III KEGIATAN BELAJAR 3

A.Kompetensi dan Indiaktor

1. Standard Kompetensi
10. Melakukan kegiatan statistika
2. Kompetensi Dasar:
10.2 Menentukan ruang sampel suatu percobaan
10.3. Menentukan peluang suatu kejadian dan kejadian
majemuk
3. Indikator :
1)Mengenal pengertian populasi dan sampel
2)Menentukan ruang sampel dan titik sampel suatu percobaan
3)Menentukan nilai peluang masing-masing titik sampel pada ruang
sampel yang telah ditentukan
4)Menghitung nilai peluang dengan pendekatan frekuensi relatif
5)Menghitung nilai peluang secara teoritis
6)Menentukan nilai peluang suatu kejadian
7)Menentukan nilai peluang dua kejadian saling lepas
8)Menetukan nilai peluang dua kejadian tidak saling lepas
9)Menentukan nilai peluang dua kejadian saling bebas
.
B.Uraian Materi
PELUANG

1. Populasi dan Sampel


Populasi adalah kumpulan objek yang lengkap dan memiliki sifat
(karakteristik) yang sama yang digunakan sebagai dasar penarikan
kesimpulan. Sampel atau contoh adalah bagian dari populasi yang
2-30 Statistika

masih memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang lengkap seperti sifat-


sifat yang dimiliki oleh populasi.

2. Ruang Sampel , Titik Sampel Dan Kejadian/Peristiwa


a. Ruang Sampel
Definisi 1.1

Himpunan dari semua hasil yang mungkin muncul pada


suatu percobaan disebut ruang sampel, sedangkan anggota-
anggota dari ruang sampel disebut titik sampel.

Ruang sampel dari suatu percobaan adalah himpunan semua hasil


yang mungkin terjadi dari percobaan itu.
Ruang sampel biasa disimbulkan dengan huruf S, sedangkan
anggota-angota ruang sampel yang disebut titik sampel didaftar
dengan menuliskannya diantara dua kurung kurawal (alokade),
masing-masing anggota dipisah dengan tanda koma.

Contoh: Ruang sampel pada pengetosan sebuah dadu S =


{1,2,3,4,5,6}
Ruang sampel pengetosan sebuah mata uang, S = {A,G}. Setiap
anggota dari ruang sampel disebut titik sampel. Kejadian/peristiwa
adalah himpunan bagian dari ruang sampel.
Cara menentukan ruang sampel yaitu dengan diagram pohon,
tabel/daftar dan dengan himpunan pasangan berurutan. Contoh :
ruang sampel pengetosan dua mata uang logam;
Statistika 2-31

Dengan diagram pohon :

A (A,A)
A
G (A,G)
A (G,A)
G
G (G,G)

Dengan tabel/daftar :

Uang II
Uang I A G

A (A,A) (A,G)
G (G,A) (G,G)

Dengan himpunan pasangan berurutan


S = {(A,A).(A,G).(G,A),(G,G)}

Contoh
Pada percobaan melempar dua mata uang, diperoleh
S={AA,AG,GA,GG}, dengan AA adalah mata uang pertama muncul
angka, dan mata uang kedua muncul angka
AG adalah mata uang pertama muncul angka, dan mata uang kedua
muncul gambar.
GA adalah mata uang pertama muncul gambar, dan mata uang
kedua muncul angka.
GG adalah mata uang pertama muncul gambar, dan mata uang
kedua muncul gambar.
Contoh 1.2
Pada percobaan melempar sebuah dadu sekali maka ruang
sampelnya adalah S = {1,2,3,4,5,6} dengan 1 menyatakan
2-32 Statistika

banyaknya titik dadu bagian atas ada satu, 2 menyatakan banyaknya


titik dadu bagian atas ada dua, dan seterusnya.
b. Menghitung Titik Sampel

Prinsip Perkalian/Aturan Dasar

Jika suatu kejadian dapat terjadi dengan n1 cara yang berbeda, dan
kejadian berikutnya (sebut kejadian kedua) terjadi dengan n2 cara yang
berbeda, dan seterusnya maka banyaknya keseluruan kejadian dapat
terjadi secara berurutan dalam n1.n2.n3 cara yang berbeda.

Contoh 2.1
Sebuah pelat nomor polisi semarang dimulai dengan huruf H diikuti
empat angka dengan angka pertama tidak boleh nol, dan diakhiri dua
huruf dengan huruf terakhir huruf A. Setelah mobil keberapa pelat
nomor tersebut harus diubah modelnya?

Penyelesaian.

Misalkan pelat nomor tersebut terdiri dari 7 kotak, maka :


huruf pertama pada kotak pertama dapat dicetak dalam 1 cara
(yaitu huruf H)
angka pertama dalam kotak kedua dapat dicetak dalam 9 cara
(mengapa?)
angka kedua dalam kotak ketiga dapat dicetak dalam 10 cara
(mengapa?)
angka ketiga dalam kotak keempat dapat dicetak dalam 10 cara
(mengapa?)
angka keempat dalam kotak kelima dapat dicetak dalam 10 cara
(mengapa?)
huruf kedua dalam kotak keenam dapat dicetak dalam 26 cara
(mengapa?)
Statistika 2-33

huruf ketiga dalam kotak ketujuh dapat dicetak dalam 1 cara


(mengapa?)
Jadi banyaknya pelat nomor yang berbeda yang dapat dicetak
adalah 1.9.10.10.10.26.1= 234.000. Karena setiap satu pelat nomor
hanya untuk satu mobil maka pelat nomor harus diubah modelnya
setelah mobil ke 234.000.

Contoh 2.2

Berapa banyak kertas yang harus disediakan, jika tiap kertas ditulisi
bilangan 3 angka yang dibentuk dari lima angka 1,3,5,7,9, jika :

a. pengulangan tidak diperbolehkan


b. pengulangan diperbolehkan.
Penyelesaian.
Misalkan ada tiga kotak untuk mempresentasikan bilangan sebarang
.
a. kotak pertama dapat diisi dengan 5 cara, karena pengulangan
tidak diperbolehkan maka kotak kedua dan ketiga masing-masing
dapat diisi dengan 4 dan 3 cara. Jadi banyaknya bilangan yang
dapat terbetuk ada 5.4.3=60 bilangan.
Karena tiap bilangan dituliskan pada sebuah kertas maka banyaknya
kertas yang harus disediakan ada 60 kertas.
b. Karena pengulangan diperbolehkan maka kotak pertama, kedua
dan ketiga dapat diisi dengan 5 cara, sehingga banyaknya
bilangan yang terbentuk ada 5.5.5 = 125 bilangan. Jadi banyaknya
kertas yang harus disediakan ada 125 lembar.

Contoh 2.3
Didalam sebuah organisasi kepemudaaan, terdapat 25 anggota
yang memenuhi syarat untuk dipilih sebagai ketua, sekretaris,
bendahara (dengan asumsi tidak boleh ada jabatan rangkap). Ada
berapa cara untuk memilih pengurus organisasi tersebut?
2-34 Statistika

Penyelesaian.
Misalkan pemilihan pengurus organisasi dimulai dari ketua,
sekretaris, kemudian bendahara.

ketua dapat dipilih dalam 25 cara


sekretaris dapat dipilih dalam 24 cara (mengapa?)
bendahara dapat dipilih dalam 23 cara (mengapa?)
Jadi banyaknya cara untuk memilih pengurus tersebut adalah
25.24.23 = 13800.
b. Kejadian
Definisi 1.2

Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang


sampel.

Karena kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel maka


biasanya disimbolkan dalam huruf besar.

Contoh Kejadian pada ruang sampel S={AA,AG,GA,GG},`di atas :


adalah kejadian munculnya paling sedikit satu sisi gambar adalah
K = {{A,G),(G,G)}
Dari definisi kejadian juga dapat disimpulkan bahwa S dan juga
suatu kejadian, karena SS dan S.

3. Pengertian Nilai Peluang


1) Frekuensi Nisbi (Relatif) Munculnya Kejadian K
Frekuensi Nisbi (relatif) munculnya kejadian K
banyaknyakejadianKyangmuncul
=
banyaknyapercobaanyangdilakukan

banyaknyatitiksampelkejadianK
2) Nilai peluang kejadian K =
banyaknyaanggotaruangsampelS
Statistika 2-35

n( K )
Atau ditulis P(K) = n( S )
Contoh Sebuah mata uang logam seratus rupiah ditos 50 kali.
Ternyata setelah diamati permukaan gambar muncul 25 kali.
Tentukan frekuensi nisbi munculnya permukaan gambar.
Jawab:
Frekuensi Nisbi (relatif) munculnya permukaan gambar =
banyaknyamuncu lg ambar
= = 25/50=1/2
banyaknyapercobaan
Contoh Sebuah dadu ditos satu kali. Tentukan nilai peluang
munculnya mata dadu ganjil.
Jawab ; S ={1,2,3,4,5,6], n(S) = 6
Misal A kejadian munculnya mata dadu ganjil, A = {1,3,5}
n(A) = 3
n( A) 3 1
P(A) = . = =
n( S ) 6 2

4. Kisaran Nilai Peluang Kejadian K


Misalkan nilai peluang kejadian K dengan ruang sampel S adalah
P(K) maka 0 P(K) 1
P(K) = 0, K suatu kemustahilan,
P(K) = 1, K suatu kepastian.
2-36 Statistika

5. Nilai Peluang Komplemen Suatu Kejadian


Bila K suatu kejadian dalam ruang sampel S maka komplemen
kejadian K ditulis dengan Kc, dengan nilai peluang
P (Kc) = 1- P(K)
Contoh. Peluang kejadian hari ini hujan 0,1. Tentukan peluang hari ini
tidak hujan.
Jawab: Peluang hari ini tidak hujan = 1 Peluang hari ini hujan
= 1 0,1
= 0,9

6. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan kejadian K = P(K) . banyaknya percobaan.
Contoh: Suatu perusahaan asuransi memperkirakan bahwa besar
kemungkinan sopir mengalami kecelakaan dalam satu tahun 0,12.
Dari 300 sopir, berapa orangkah diperkirakan mengalami kecelakaan
dalam 1 tahun?
Jawab:
Banyak sopir yang mengalami kecelakaan dalam satu tahun
= P(kecelakaan). Banyaknya sopir
= 0,12 . 300
= 36 orang
7. Operasi Kejadian dan Nilai Peluang Operasi Kejadian
a. Gabungan kejadian A dan B ditulis AB adalah himpunan titik
sampel yang terdapat pada kejadian A atau kejadian B atau kedua-
duanya.
Secara umum P(AB) = P(A) + P(B) P (AB)
AB adalah himpunan titik sampel yang terdapat pada kejadian A
dan terdapat pada kejadian B.
b. Irisan kejadian A dan B ditulis AB adalah himpunan titik sampel
yang terdapat pada kejadian A dan terdapat pada kejadian B.
c. Operasi Komplemen.
Statistika 2-37

Komplemen kejadian A dalam ruang sampel S adalah himpunan


semua unsur di S yang tidak termasuk di A.Komplemen kejadian a
ditulis Ac, dan P(Ac) = 1 P(A)

8. Dua kejadian Yang Saling Lepas (Saling Asing) dan yang tidak
saling Lepas
Dua kejadian dikatakan saling lepas/asing apabila dua kejadian
tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama atau tidak mungkin
dipertemukan. Dengan kata lain kejadian yang satu meniadakan
kejadian yang lain.
Contoh
Pada percobaan melempar sebuah dadu satu kali, kejadian
munculnya mata dadu 1 dan kejadian munculnya mata dadu 3 adalah
dua kejadian yang saling lepas, sebab apabila muncul mata dadu 1
maka mata dadu 3 tidak mungkin muncul, demikian pula sebaliknya.
Dalam notasi himpunan dua kejadian A dan B disebut saling lepas jika
AB=. Dan A dan B tidak saling lepas bila AB .
Pada contoh di atas misalkan A adalah kejadian munculnya mata
dadu 1 dan B adalah kejadian munculnya mata dadu 3 maka A = {1}
dan B={3} sehingga AB=, disimpulkan kejadian A dan B saling
lepas.
Pada contoh di atas bila H kejadian muncul mata dadu genap, H = {2,
4, 6} dan M kejadian muncul mata dadu prima, M= {2, 3, 5} maka HM
= {2} . Jadi H dan M dua kejadian tidak saling lepas.
9.Dua Kejadian Yang Saling Bebas
A dan B dua kejadian yang saling bebas bila P(AB) = P(A). P(B)
Contoh. Dua buah dadu hitam dan putih ditos bersama-sama satu kali.
A adalah kejadian munculnya mata dadu 5 pada dadu hitam. B adalah
kejadian munculnya mata dadu 6 pada dadu putih. Tunjukkan bahwa
A dan b adalah saling bebas.
Jawab: A = { ( 5,1),(5,2), (5,3), (5,4), (5,5), (5,6)}, P(A) = 6/36 = 1/6
2-38 Statistika

B = {(1,6), (2,6), (3,6), (4,6), (5,6), (6,6)}, P(B) = 6/36 = 1/6


AB = {(5,6)}, P(AB) = 1/36
Karena P(AB) = 1/36 = P(A) .P(B) maka A dan B saling bebas.
C. Latihan
1. Ada dua dadu , yang satu berwarna hitam dan yang lain berwarna
putih. Kedua dadu tersebut dilempar bersama-sama, kemudian
hasilnya dicatat.
a. Tulis ruang sampel S percobaan diatas.
b. Tulis anggota kejadian A jumlah kedua mata dadu yang nampak
kurang dari 5
c. Tulis kejadian B munculnya mata dadu 6 pada kedua dadu.
d. Tulis anggota C munculnya mata dadu 2 pada dadu putih.
e. Buatlah suatu diagram (Venn) yang memperlihatkan hubungan
kejadian A,B,C dan S.
f. Tulis anggota kejadian D yang merupakan irisan kejadian A dan
kejadian C.
2. Suatu percobaan melempar sebuah mata uang logam,dan satu dadu
berwarna merah dengan muka 1,2,3,4,5,6 serta satu dadu berwarna
putih bermuka a,b,c,d,e,f. Diawali dengan melempar uang logam.
Apabila pada lemparan pertama muncul sisi gambar G maka lemparan
kedua dadu berwarna merah. Apabila lemparan pertama muncul
angka A, maka lemparan kedua dadu berwarna putih.
a. Tulislah ruang sampel percobaan tersebut.
b. Tulislah kejadian yang mengandung muka vokal pada dadu warna
putih.
c. Tulislah kejadian yang mengandung munculnya sisi gambar G
pada uang logam .
d. Mungkinkah terjadi munculnya muka 3 pada dadu merah dan muka
konsonan pada dadu warna putih ? Jelaskan jawaban saudara.
Statistika 2-39

3. Dua pria (P) dan dua wanita (W), akan dipilih secara acak satu orang
untuk menduduki jabatan ketua kelas, kemudian sisanya dipilih secara
acak pula untuk menduduki jabatan wakil ketua kelas.
a. Tulislah ruang sampel S.
b. Tulislah anggota kejadian A bahwa yang menduduki ketua kelas
adalah pria.
c. Tulislah anggota kejadian B bahwa tepat satu jabatan tersebut
diduduki oleh pria.
d. Tulislah anggotan kejadian C bahwa tidak ada jabatan yang
diduduki oleh pria.
e. Buatlah diagram (Venn) yang memperlihatkan hubungan antara
kejadian A,B,C, dan S.
4. Tiga uang logam dilempar sekali , tentukan ruang sampel percobaan
tersebut.
5. Diketahui ruang sampel S = { segitiga, jajaran genjang, persegi,
persegi panjang , trapesium, belah ketupat }, dan kejadian A ={jajaran
genjang, persegi, belah ketupat }, kejadian B = {persegi, segitiga,
persegi panjang }, kejadian C = {trapezium}. Tulislah anggota dari
kejadian berikut.
a. A b. AB c. (AB) C
d. BC e. (AB) C f. (AB)(AC).
6. Ada berapa cara pelat mobil pribadi dapat dibuat, jika setiap pelat
memuat 2 huruf yang berbeda, serta diikuti 3 angka yang berbeda,
dengan angka pertama tidak boleh 0.
7.Ada 4 jalur bis antara kota A dan kota B, dan ada 3 jalur bis antara kota
B dan C.
a. ada berapa cara seseorang dapat mengadakan perjalanan dari
kota A ke kota C melalui kota B dengan menggunakan bis?
b. ada berapa cara seseorang dapat mengadakan perjalanan pulang
pergi dari kota A ke kota C melalui kota B dengan menggunakan
bis?
2-40 Statistika

8.Ada berapa cara 9 buku buku yang berbeda dapat disusun dalam
sebuah rak buku yang memanjang, jika ada 3 buku yang selalu bersama-
sama ada berapa penyusunan yang mungkin?
9.Tersedia 12 gambar yang berbeda, 4 dari gambar tersebut akan
dipasang dalam sebuah baris. Dalam berapa cara hal ini dapat
dikerjakan?
10.Jika pengulangan tidak diperbolehkan
a. Ada berapa banyak bilangan empat angka yang dapat disusun dari
angka 0 sampai 9 ?(0 didepan tidak boleh)
b. Ada berapa buah diantaranya yang lebih dari 4500?
c. Ada berapa buah diantaranya yang genap?
d. Ada berapa buah diantaranya yang ganjil?
e. Ada berapa buah diantaranya yang merupakan kelipatan 5?
11.Ulangi soal nomor 10, tetapi pengulangan diperbolehkan.
12.Ulangi soal nomor 10, tetapi tersedia angka 0 sampai dengan 9.
13.Ada berapa cara 3 pria dan 2 wanita dapat duduk dalam satu
baris.

D. Rangkuman
1)Populasi adalah kumpulan objek yang lengkap dan memiliki sifat
(karakteristik) yang sama yang digunakan sebagai dasar penarikan
kesimpulan. Sampel atau contoh adalah bagian dari populasi yang
masih memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang lengkap seperti sifat-sifat
yang dimiliki oleh populasi.
2) Himpunan dari semua hasil yang mungkin muncul pada
suatu percobaan disebut ruang sampel, sedangkan anggota anggota
dari ruang sampel disebut titik sampel.
Kejadian/peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel.
3)Jika suatu kejadian dapat terjadi dengan n1 cara yang berbeda, dan
kejadian berikutnya (sebut kejadian kedua) terjadi dengan n2 cara yang
Statistika 2-41

berbeda, dan seterusnya maka banyaknya keseluruan kejadian dapat


terjadi secara berurutan dalam n1.n2.n3 cara yang berbeda.
4)Frekuensi Nisbi (Relatif) Munculnya Kejadian K
Frekuensi Nisbi (relatif) munculnya kejadian K
banyaknyakejadianKyangmuncul
=
banyaknyapercobaanyangdilakukan
banyaknyatitiksampelkejadianK
5)Nilai peluang kejadian K =
banyaknyaanggotaruangsampelS
n( K )
Atau ditulis P(K) =
n( S )
.6)Kisaran Nilai Peluang Kejadian K
Misalkan nilai peluang kejadian K dengan ruang sampel S adalah P(K)
maka 0 P(K) 1
P(K) = 0, K suatu kemustahilan,
P(K) = 1, K suatu kepastian.
7)Nilai Peluang Komplemen Suatu Kejadian
Bila K suatu kejadian dalam ruang sampel S maka komplemen
kejadian K ditulis dengan Kc, dengan nilai peluang
P (Kc) = 1- P(K)
8).Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan kejadian K = P(K) . banyaknya percobaan.
9). Operasi Kejadian dan Nilai Peluang Operasi Kejadian
Gabungan kejadian A dan B ditulis AB adalah himpunan titik sampel
yang terdapat pada kejadian A atau kejadian B atau kedua-duanya.
Secara umum P(AB) = P(A) + P(B) P (AB)
AB adalah himpunan titik sampel yang terdapat pada
kejadian A dan terdapat pada kejadian B.
Irisan kejadian A dan B ditulis AB adalah himpunan titik
sampel yang terdapat pada kejadian A dan terdapat pada
kejadian B.
10) Dua kejadian A dan B disebut saling lepas jika AB=. Dan A
2-42 Statistika

dan B tidak saling lepas bila AB .


11) A dan B dua kejadian saling bebas bila P(AB) = P(A).P(B)
E. Tes Formatif II
1. Sebuah daddu ditos 1 kali. Peluang muncul mata dadu lebih dari 1
adalah...
a) 5/6
b) 4/6
c) 3/6
d) 1/6
2. Dalam suatu kotak terdapat 4 kelereng merah, 5 kelereng hijau, 6
kelereng kuning. Bila diambil sebuah kelereng secara acak peluang
terambil kelereng merah adalah
a)1/15
b)2/15
c)3/15
d)4/15
3. Dari soal nomor 2, peluang terambil kelereng warna kuning adalah...
a) 1/5
b) 2/5
c) 3/5
d) 4/5
4. Dua buah dadu warna merah dan putih ditos satu kali. Banyaknya
anggota ruang sampel ada.... buah.
a) 6
b) 12

c) 18
d) 36
5. Tiga uang logam ditos bersama-sama 1 kali. Peluang muncul 3 gambar
adalah....
a) 1/8
Statistika 2-43

b) 2/8
c) 3/8
d) 4/8
6. Dari soal no 5, peluang muncul 2 angka adalah
A) 4/8
b) 3/8
c)2/8
d) 1/8
7. Sebuah dadu dan sebuah mata uang ditos bersama-sama . maka
peluang muncul bukan mata 3 pada dadu.
a) 2/6
b) 3/6
c) 4/6
d) 5/6
8. Bila peluang besok akan hujan 0,35 maka peluang besok tidak hujan
adalah...
a)0,35
b) 0,45
c) 0,55
d) 0,65
9. Pada percobaan mengetos sebuah dadu sebanyak 150 kali maka
diharapkan muncul mata dadu kelipatan 3 sebanyak ... kali.
a) 10
b) 30
c) 50
d) 60
10. Suatu perusahaan asuransi memperkirakan besar kemungkinan sopir
mengalami kecelakaan dalam 1 tahun 0,12.
Dari 300 sopir berapa yang mengalami kecelakaan dalam satu tahun?
a) 46
b) 36
2-44 Statistika

c) 26
d) 16
Tes Uraian
1. Kejadian A dan B saling bebas tetapi tidak saling lepas. Bila P(A) = 1/3 ,
P(A U B) = 3/5. Tentukan P(B).
2. Sebuah kartu diambil secara acak dari satu kartu bridge. Tentukan
berapa peluang yang terambil itu kartu skop atau kartu berwarna merah?
3. Pada pengetosan sebuah dadu 1 kali, tentukan berapa peluang muncul
mata dadu prima atau mata dadu ganjil?
Statistika 2-45

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF 1

Tes Obyektif
1. a
2. a
3. a
4. d
5. b
6. c
7. c
8. b
9. d
10. d
Tes Uraian
1. Peluangnya = 11/18
2. Peluangnya =1/15
3. Perbandingan banyak siswa pria dan wanita = 4 : 7
4. a) banyaknya kelas 7
b) panjang kelas 10
c) kelas 71-80
2-46 Statistika

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF II

Tes Obyektif
1. a
2. d
3. b
4. d
5. a
6. b
7. d
8. d
9. c
10. b
Tes Uraian
1. 2/5
b. 3/4
c. 2/3
GLOSARIUM

Kejadian A dan B saling lepas bila P(A I B) = 0


Kejadian A dan B saling bebas bila P(A I B) = P(A).P(B)
DAFTAR PUSTAKA

Adinawan M Cholik (2004), Matematika Untuk SMP Kelas IX, Erlangga


Jakarta

Bain & Engelhardt (1993). Introduction to Probability And Mathematical


Statistics. Duxbury Press: California

Boediono dan Wayan Koster (2001). Teori dan Aplikasi Statistika dan
Probabilitas. Remaja Rosdakarya: Bandung

Frank Aryes (1990). Matematika Dasar. Erlangga: Jakarta

Ronald E Walpole & Raymond H Myers (1986). Ilmu Peluang dan


Statistika Untuk Ilmuwan dan Insinyur. ITB: Bandung

Sudjana (2006). Metode Statistika. Tarsito: Bandung


Suryo Guritno (1990). Pengantar Statistik Matematik. FMIPA UGM:
Yogyakarta
BUKU AJAR

Aritmatika
BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Aritmetika adalah cabang matematika yang berkaitan dengan
aturan-aturan atau sifat-sifat yang berkaitan dengan bilangan dan cara-
cara untuk menggabungkan bilangan-bilangan melalui berbagai
operasi bilangan seperti penambahan, perkalian, pembagian,
penarikan akar, dan perpangkatan. Aritmetika dapat dianggap sebagai
suatu cabang matematika tersendiri, tetapi dapat pula dimasukkan
sebagai bagian dari aljabar. Aritmetika juga dapat dipandang sebagai
satu jenis dari bukti geometri.
Isi buku ajar ini adalah materi aritmetika yang termasuk
aritmetika dasar (elementary arithmetic). Materi mencakup topik-topik
bilangan bulat, pecahan, aritmetika sosial, pola bilangan, dan barisan
bilangan. Setelah mahasiswa (peserta pelatihan) mempelajari buku
ajar ini diharapkan dapat memahami materi aritmetika SMP beserta
teori yang menjadi latar belakangnya.

B. Prasyarat
Mahasiswa dipandang sudah memiliki modal yang cukup
memadai untuk mempelajari materi buku ajar ini, sehingga tidak
memerlukan prasyarat yang khusus.

C. Petunjuk Belajar
Tujuan belajar matematika yang langsung meliputi fakta, konsep,
skill, dan aturan. Agar mahasiswa menguasai fakta khususnya simbol-
simbol matematika, mahasiswa hendaknya secara cermat mengamati
cara menuliskan dan menggunakan simbol-simbol. Konsep-konsep
dipelajari dengan memahami istilah-istilah yang terkait, konteksnya,
dan ciri atau atribut yang dilekatkan pada konsep. Dalil, rumus, dan
3-2 Aritmatika

aturan dipelajari dengan memahami konteksnya, persyaratannya,


kesimpulan yang terkandung, aturan lain yang terkait, dan bukti.
Kemampuan menyelesaikan masalah akan tercapai apabila mahasiswa
menguasai fakta, konsep, aturan, dan melakukan latihan yang cukup.

D. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi yang diharapkan adalah meahasiswa memahami
bilangan bulat, pecahan, aritmetika sosial, pola bilangan, dan barisan
bilangan. Indikator bahwa mahasiswa memiliki kompetensi tersebut
adalah dapat menjelaskan konsep operasi bilangan, konsep pecahan,
laba dan rugi, rabat, burto, tara, neto, barisan aritmetika, barisan
geometri, deret aritmetika, dan deret geometri. Mahasiswa juga dapat
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep-konsep
tersebut.
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi yang diharapkan memahami bilangan bulat.
Indikator pencapaian kompetensi
1. menjelaskan pengertian faktor, kelipatan, bilangan prima, FPB,
KPK
2. menjelaskan dan membuktikan sifat-sifat operasi hitung pada
bilangan bulat
3. memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung
bilangan bulat.

B. Uraian materi
1. Bilangan asli
a. Himpunan bilangan asli
1) Anggota-anggota himpunan bilangan asli
Yang disebut bilangan asli ialah 1, 2,3,...
Himpunan semua bilangan asli dapat ditulis A = {1, 2,3,...}.
2) Bilangan ganjil

Definisi 1.1:
1 adalah bilangan ganjil.
Bilangan j = 2a + 1 dimana a suatu bilangan asli adalah
bilangan ganjil.

Bilangan-bilangan asli ganjil adalah 1,3,5,7,...


3) Bilangan genap

Definisi 1.2:
Bilangan n = 2a dimana a suatu bilangan asli adalah
bilangan genap.
3-4 Aritmatika

Bilangan-bilangan asli genap adalah 2,4,6,8,...


4) Kelipatan dan faktor

Definisi 1.3:
a dan c bilangan asli.
c disebut kelipatan dari a jika dan hanya jika ada
bilangan asli b sehingga c = a x b.

Selanjutnya, jika c adalah kelipatan dari a, maka a


disebut faktor dari c atau c habis diabagi oleh a.

Konteks atau latar belakang dalam definisi 1.3 adalah


himpunan bilangan asli. Istilah yang dikenalkan adalah
kelipatan. Syarat yang dikenakan (atribut) adalah ada
bilangan asli b sehingga
a x b = c.
12 adalah kelipatan dari 3, sebab 12 = 3 x 4.
2 dan 3 adalah faktor dari 6, sebab 2 x 3 = 6.
5) Bilangan prima dan bilangan komposit

Definisi 1.4:
p bilangan asli dan p1.
p disebut bilangan prima jika dan hanya jika faktor p
hanya 1 dan p.

Selanjutnya, bilangan asli k dengan k 1 dan k bukan


bilangan prima disebut bilangan komposit.

2,3,5,7, 11, 13, ...disebut bilangan prima.


4,6,8,9,10... disebut bilangan komposit
b. Sifat-sifat operasi hitung
Definisi 1.5:
Operasi hitung utama dalam aritmetika ialah penjumlahan,
a dan b adalah bilangan asli.
pengurangan, perkalian,
Yang dimaksud dengan a x b dan
ialah pembagian.
penjumlahan sebanyak a suku
yang masing-masing suku adalah b dan ditulis
a x b = b + b + b + ... + b

a suku
Aritmatika 3-5

3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15.
(Dapat pula untuk disepakati 3 x 5 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3).
Beberapa sifat operasi hitung pada himpunan bilangan asli,
1) Sifat komutatif penjumlahan: a + b = b + a
2) Sifat komutatif perkalian: a x b = b x a
3) Sifat asosiatif penjumlahan: a + (b + c) = (a + b) + c
4) Sifat asosiatif perkalian: a x (b x c) = (a x b) x c
5) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
a x (b + c) = (a x b) + ( a x c)
6) Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan
a x (b - c) = (a x b) - ( a x c)

Bukti sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan.


Berdasarkan definisi
a x (b + c) = (b + c) + (b + c) + (b + c) +...+ (b + c)

a suku

= (b + b+ b + ...+b) + (c + c +c +...+c)....(sif. 1
dan 3)
a suku a suku
= (a x b) + (a x c).
3-6 Aritmatika

c. Faktor persekutuan terbesar (FPB)

Definisi 1.6:
Bilangan asli f adalah faktor persekutuan dari bilangan asli
a dan b jika dan hanya jika f adalah faktor dari a dan juga
faktor dari b.

Definisi 1.7
FPB dari bilangan asli a dan b ialah d jika dan hanya jika:
(1) d adalah faktor persekutuan dari a dan b
(2) untuk setiap x faktor persekutuan dari a dan b berlaku
dx.

FPB dari a dan b dapat ditulis dengan simbol FPB(a,b).


Faktor-faktor dari 18 ialah 1, 2, 3, 6, 9 dan 18.
Faktor-faktor dari 24 ialah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24.
Faktor-faktor dari 16 ialah 1, 2, 4, 8, dan 16.
Faktor persekutuan dari 18 dan 24 ialah 1, 2, 3, dan 6.
FPB(18, 24) = 6.
Faktor persekutuan 18, 24, dan 16 ialah 1 dan 2.
FPB(18, 24, 16) = 2

Teorema 1
Jika (a,b)=d, maka (a:d, b;d) = 1.

Bilangan a dikatakan prima relatif dengan bilangan b


apabila FPB (a,b) =1

Teorema 2
a, b, q, dan r adalah bilangan asli dan b > a
Jika b = qa + r, maka FPB (b,a) = FPB (a,r).

Misalkan FPB(b,a) = d, berarti d adalah faktor dari a dan d


faktor dari b. Karena b = qa + r, maka ada x dan y sehingga
xd = q (yd) + r = (qy)d + r. Akibatnya harus ada z sehingga
xd = (qy)d + zd sehingga a = (qy)d dan r = zd. Ini berarti
Aritmatika 3-7

d adalah faktor persekutuan dari a dan r. Karena b>a dan


b>r berarti d adalah FPB(a,r).
Untuk b = xa berarti FPB (b,a) = a, sebab a adalah faktor
persekutuan antara b dan a dan a faktor terbesar dari a.
Teorema 2 dapat digunakan untuk menentukan FPB dua
bilangan.
Contoh 1.1 :
90 = 1 x 60 + 30 berarti FPB (90, 60) = FPB (60, 30)
60 = 2 x 30 berarti FPB (60, 30) = 30
Jadi FPB (90, 60) = 30.
d. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
Definisi 1.8:
Bilangan asli k adalah kelipatan persekutuan dari bilangan
asli a dan b jika dan hanya jika k adalah kelipatan dari a
dan juga kelipatan dari b.

Definisi 1.9
KPK dari bilangan asli a dan b ialah k jika dan hanya jika:
(1) k adalah kelipatan persekutuan dari a dan b
(2) untuk setiap x kelipatan persekutuan dari a dan b
berlaku k x.

Contoh 1.2:
KPK dari a dan b dapat ditulis dengan simbol KPK(a,b).
Kelipatan dari 4 ialah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40,
......
Kelipatan dari 5 ialah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, ...
Kelipatan dari 6 ialah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48,..
Kelipatan persekutuan 4 dan 5 ialah 20, 40, 60,...
KPK(4,5) = 20.
Kelipatan persekutuan 4 dan 6 ialah 12, 24, 36,.....
3-8 Aritmatika

KPK(4,6) = 12.
Kelipatan persekutuan 5 dan 6 ialah 30, 60, 90,...
KPK(5,6) = 30.
Kelipatan persekutuan 4,5, dan 6 ialah 60, 120, 180,...
KPK(4,5,6) = 60.

Teorema 3
Jika k kelipatan persekutuan dari a dan b, maka
KPK(a,b) adalah faktor dari k.

Contoh 1.4 :
Kelipatan persekutuan 4 dan 5 ialah 20, 40, 60,...
KPK(4,5) = 20.
Tampak bahwa 20 adalah faktor dari 20, 40, 60,...

Teorema 4
Untuk a, b, dan m bilangan asli, berlaku
KPK(ma,mb)= m x KPK(a,b).

Misalkan KPK(a,b) = k , berarti a dan b adalah faktor dari k .


Akibatnya am dan bm adalah faktor dari km dan berarti km
adalah kelipatan persekutuan dari am dan bm. Menurut
teorema 1.3, KPK(am,bm) adalah faktor dari km. Karena
KPK(am,bm) adalah kelipatan am, maka KPK(am,bm)
kelipatan m.
Misalkan KPK(am,bm)=tm. Karena KPK(am,bm) adalah
faktor dari km, maka tm adalah faktor dari km. Akibatnya t
adalah faktor dari k.
Karena KPK(am,bm)= tm, maka am dan bm adalah faktor
tm . Sehingga a dan b adalah faktor t dan KPK(a,b) adalah
faktor t.
Karena KPK(a,b) = k, maka k adalah faktor dari t.
Karena t faktor dari k dan k faktor dari t, maka t =k sehingga
Aritmatika 3-9

tm= km= mk atau KPK(ma,mb)= m x KPK(a,b).

e. Hubungan FPB dan KPK dua bilangan


KPK(4,5) = 20
FPB(4,5) = 1
Tampak bahwa KPK(4,5)FPB(4,5) = 20 x 1= 4 x 5

Teorema 5
KPK(a,b)FPB(a,b)= ab

Contoh1.5:
Menentukan KPK dan FPB dari 299 dan 247.
299 = 247 x 1 + 52
247 = 52 x 4 + 39
52 = 39 x 1 + 13
39 = 13 x 3
FPB(299,247) = 13
KPK(299,247) = (299 x 247) : 13 =

f. Menghitung FPB dan KPK dengan faktor-faktor prima


FPB dan KPK sejumlah bilangan dapat ditentukan dengan
menggunakan faktor-faktor prima.

Rumus contoh:
Misalkan a = (p1)u (p2)x (p3)(p4)
b = (p1)v (p2)y (p3) (p4)
c= (p1)w (p2)z (p3) (p4)
p1, p2, p3, ...,pn adalah bilangan prima.
FPB(a,b,c) =(p1)min (u,v,w)(p2)min (x,y,z)(p3)(min ,,)(p4) min (,,)
KPK(a,b,c) = (p1)mks(u,v,w)(p2)mks (x,y,z)(p3)(mks ,,)(p4) mks (,,)
3-10 Aritmatika

Peserta diharapkan merumuskan bentuk umum rumus tersebut.


Contoh 1.6:
40 = 23 x 30 x 5.
90 = 2 x 32 x 5,
100 = 22 x 30 x52.
KPK(40,90,100) = 23 x 32 x 52 = 1800.
FPB(40,90,100)= 2 x x 30 x 5 = 10.
Contoh 1.7:
1080 = 2 3 x 33 x 5
234 = 2 x 32 x 13
KPK(1080, 234) = 23 x 33 x 5 x 13 = 14040.

2. Bilangan bulat
a. Himpunan bilangan bulat
1) Anggota-anggota himpunan bilangan bulat
Yang disebut bilangan bulat ialah ...,-3,-2,1,0,1, 2,3,...
Himpunan semua bilangan bulat dapat ditulis
B = { ...,-3,-2,1,0,1, 2,3,...}.
Himpunan semua bilangan cacah dapat ditulis
C = {0,1,2,3,...}.
2) Sifat-sifat
Beberapa operasi
sifat operasi hitung
hitung pada himpunan
pada himpunan bilangan bulat
bilangan bulat,
1. Sifat tertutup untuk penjumlahan:
Untuk a dan b bil. bulat berlaku a + b bilangan bulat
2. Sifat asosiatif penjumlahan: a + (b + c) = (a + b) + c
3. Sifat asosiatif perkalian: a x (b x c) = (a x b) x c
4. Ada unsur identitas dalam penjumlahan yaitu 0, sehingga untuk setiap
bilangan bulat b berlaku b + 0 = 0 + b = b.
5. Setiap bilangan bulat memiliki lawan(invers terhadap penjumlahan):
Untuk setiap b bilangan bulat ada bilangan bulat b sehingga a + (-b)
= (-b) + b = 0.
Aritmatika 3-11

Lawan dari 0, 1, 2, 3,... berturut-turut ialah ialah 0,-1,-2,-3,...


Peserta pelatihan diharapkan menyelidiki sifat-sifat operasi
hitung pada himpinan bilangan bulat yang lain.
C. Latihan
1. Tentukan
a. faktor dari bilangan-bilangan 20, 36, dan 48!
b. faktor persekutuan dari 20, 36, dan 48!
c. FPB dari 20, 36, dan 48!
2. Tentukan
a. kelipatan dari bilangan-bilangan 4, 5, 7, 9, dan 13!
b. kelipatan persekutuan dari 4, 5, 7, 9, dan 13!
c. KPK dari 4, 5, 7, 9, dan 13!
3. Tentukan FPB dan KPK dari
a. 24 dan 36
b. 735 dan 588
c. 1750 dan 10584
d. 700 dan 819.
4. Ayah memiliki 36 buah buku dan 24 pensil. Buku dan pensil akan
diberikan kepada beberapa anak yatim di kampungnya. Ayah
mengharapkan setiap anak memperoleh bagian yang sama.
Tentukan banyaknya anak yang mendapat bagian dan banyaknya
jenis setiap barang yang terimasing-masing
5. Secara teratur Adi, Budi, dan Chandra sehari penuh memancing
ikan di danau Tirtasari. Ali setiap 4 hari sekali, Budi 5 hari
sekali, dan Chandra 6 hari sekali. Pada tanggal 1 Juli 2008
mereka bersama-sama memancing di danau Tirtasari. Kapan
mereka ketemu lagi memancing di danau tersebut?

D. Lembar Kegiatan Mahasiswa


1. Alat dan Bahan: ATK
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Tidak ada yang khusus.
3-12 Aritmatika

3. Prasyarat: Tidak ada yang khusus.


4. Langkah Kegiatan: Dimulai dengan mengkaji konsep, mengkaji
bukti teorema, membuktikan teorema, mengngerjakan latihan,
dan memecahkan masalah.
5. Hasil: Mahasiswa memahami bilangan bulat.

E. Rangkuman
1. Himpunan semua bilangan asli dapat ditulis A = {1, 2,3,...}.
2. Bilangan-bilangan asli ganjil adalah 1,3,5,7,...
3. Bilangan-bilangan asli genap adalah 2,4,6,8,...
4. Bilangan asli c disebut kelipatan bilangan asli i a jika dan hanya
jika ada bilangan asli b sehingga c = a x b.
Selanjutnya, jika c adalah kelipatan dari a, maka a disebut faktor
dari c atau c habis diabagi oleh a.
5. p bilangan asli dan p1. p disebut bilangan prima jika dan hanya
jika faktor p hanya 1 dan p. Bilangan asli k dengan k 1 dan k
bukan bilangan prima disebut bilangan komposit.
6. FPB dari bilangan asli a dan b ialah d jika dan hanya jika: d
adalah faktor persekutuan dari a dan b dan untuk setiap x faktor
persekutuan dari a dan b berlaku dx.
7. Untuk a, b, q, dan r adalah bilangan asli dan b > a, berlaku jika
b = qa + r, maka FPB (b,a) = FPB (a,r).
8. KPK dari bilangan asli a dan b ialah k jika dan hanya jika k
adalah kelipatan persekutuan dari a dan b dan untuk setiap x
kelipatan persekutuan dari a dan b berlaku k x.
9. Untuk a, b, dan m bilangan asli, berlaku
KPK(ma,mb)= m x KPK(a,b).
10. KPK(a,b)FPB(a,b)= ab.
11. FPB dan KPK sejumlah bilangan dapat ditentukan dengan
menggunakan faktor-faktor prima.
12. Himpunan semua bilangan bulat dapat ditulis
Aritmatika 3-13

B = { ...,-3,-2,1,0,1, 2,3,...}.
13. Beberapa sifat-fat operasi hitung pada himpunan bilangan bulat
antara lain tertutup terhadap penjumlahan, komutatif
penjumlahan, komutatif perkalian, asosiatif penjumlahan,
asosiatif perkalian, dan distributif perkalian terhadap
penjumlahan.

F. Tes Formatif
I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda sialang
pada huruf a, b, c, atau d!
1. FPB dari 598 dan 741 ialah:
a. 3 b 13 c. 23 d. 19
2. FPB dari 120 dan 180 ialah:
a. 30 b 60 c. 90 d. 120
4 3 2 2 3 4
3. FPB dari q r s t dan pq r s ialah:
a. pqrst b. qrs c. pqr d. q2r3s2t
4. KPK dari 360 dan 2250 ialah:
a. 5400 b. 10800 c. 1944000 d. Jawaban a, b, dan c
salah.
5. KPK dari 120 dan180 ialah:
a. 30 b 60 c. 280 d. 1800
6. KPK dari q4r3s2 t dan pq2 r3s4 ialah:
a. pqrst b (qrs)4 c. pq4r3 s 4 t d. Jawaban a, b, dan c
salah.
7. Jika KPK(x,y)= 1375 dan ab = 1375, maka
a. x kelipatan y b. y kelipatan x
c. x = y d. Jawaban a, b, dan c salah.
8. Pilih pernyataan yang salah
a. FPB dari sejumlah bilangan ganjil adalah bilangan ganjil.
b. KPK dari sejumlah bilangan ganjil adalah bilangan ganjil
3-14 Aritmatika

c. Jika FPB merupakan bilangan ganjil, maka KPK


merupakan bilangan ganjil.
d. Jika FPB merupakan bilangan genap, maka KPK juga
bilangan genap.

II. Kerjakan soal berikut!


1. Pak Diwjo mengajar di tiga kelas A, B, dan C yang masing-
masing terdiri atas 21, 35, dan 28 murid. Pak Dwijo akan
membagikan sejumlah alat untuk digunakan tiap kelompok.
Berapakah banyaknya anggota setiap kelompok sehingga
masing-masing kelompok mempunyai anggota yang sama?
2. a. KPK dari dua bilangan asli a dan b ialah ab. Tentukan a dan b!
b. FPB dari dua bilangan asli a dan b ialah ab. Tentukan a dan b!
3. Arman dan Tina jalan pagi kaki mengelilingi lapangan. Setiap
suatu putaran Arman memerlukan waktu 4 menit sedangkan Tina
dalam 10 menit. Jika mereka berangkat pada tempat (A) dan
waktu yang sama, maka setelah berapa menit mereka bersama-
sama berada di A?
4. Ibu memiliki tiga macam makanan ringan yaitu lemper pisang
goreng, dan telor rebus dan masing-masing sebanyak 112 buah,.
144 buah, dan 168 butir. Dalam rangka HUT perkawinan, ibu
akan mengirimkan bingkisan kepada sejumlah tetangga yang
berisi makanan-makan itu. Setiap bingkinan berisi semua jenis
makanan dan banyaknya sama. Tentukan banyaknya tetangga
yang memperoleh bingkisan dan banyaknya setiap jenisnya
makanan dalam setiap bingkisan!
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi yang diharapkan memahami pecahan.
Indikator pencapaian kompetensi
1. menjelaskan pengertian pecahan,
2. menjelaskan dan membuktikan sifat-sifat operasi hitung pada
pecahan,
3. memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan.

B. Uraian materi
1. Pengertian pecahan
Pecahan dapat diartikan sebagai pembagian, perbandingan, dan
bagian dari keseluruhan. Pecahan sebagai bagian dari
keseluruhan dapat digambarkan dalam situasi seperti berikut: Pak
Sastra memilikii lima ekor unggas yang terdiri atas 3 ekor ayam
dan 2 ekor itik . Situasi itu dapat dinyatakan dengan ungkapan
banyaknya itik adalah dua per lima (2/5) dari seluruh
unggasnya. Pecahan sebagai perbandingan menyatakan situasi
kepemilikan unggas Pak Sastra dengan ungkapan banyaknya itik
adalah dua per tiga (2/3) banyaknya ayam. Pecahan sebagai
pembagian merupakan reprsentasi dari suatu situasi berikut: Pak
Krama memiliki 3 hektar tanah pekarangan yang akan dibagikan
secara merata kepada lima orang anaknya. Situasi itu dapat
diungkapkan dengan kalimat Setiap anak pak Krama
memperoleh pekarangan seluas tiga per lima (3/5) hektar. Dalam
uraian ini tampak bahwa pecahan menggambarkan suatu situasi
yang merepresentasikan suatu situasi yang mungkin berupa
bagian dari keseluruhan, perbandingan, atau bagian dari
keseluruhan. Media yang dapat digunakan untuk memperlihat
3-16 Aritmatika

kan pengertian pecahan dapat menggunakan benda-benda


konkrit, benda-enda semi konkrit seperti gambar-gambar, dan
yang lebih abstrak yaitu garis bilangan.

Definisi formal pecahan yang digunakan dalam aljabar sbb.


Definisi 2.1
Fraction may be represented as ordered pairs of integers (a,b),
b0, for which an equivalence relation has been specified (an
equality relation of fraction) namely, it is considered that
(a,b)=(c,d) if ad=bc (Encyclopedia of Mathematics, Vol 2 , 1995.
p. 652).
Berdasarkan definisi ini pecahan menunjuk pada suatu pasangan
berurutan dari dua bilangan bulat dan bukan menunjuk pada satu
bilangan. Pecahan sebagai pasangan berurutan (a,b) dengan
a
b0 dapat ditulis dengan a/b atau . Pada pecahan a/b, a
b
disebut pembilang (numerator) dan b disebut penyebut
(denumerator).

2. Jenis Pecahan
a. Pecahan sederhana
Pecahan a/b disebut pecahan sederhana jika dan hanya jika
a relatif prima dengan b atau FPB(a,b)=1. Pecahan-pecahan
2/3, , 3/5, 4/7, ... adalah pecahan sederhana.
b. Pecahan senama
Dua pecahan atau lebih disebut pecahan senama apabila
mereka memiliki penyebut yang sama. Pecahan-pecahan 2/5,
4/5, 7/5, 10/5, ... adalah pecahan senama. Pecahan 2/4
dengan 3/6 adalah dua pecahan yang berbeda dan tidak
Aritmatika 3-17

senama, walaupun menunjuk pada bilangan yang sama yaitu


setengah.
c. Pecahan campuran
Pecahan a/b dengan a>b dan b bukan faktor dari a dapat
disajikan dalam bentuk lain. Pecahan 5/4 dapat dituliskan 1
. Simbol 1 sering disebut pecahan campuran.
d. Pecahan tak sebenarnya
Pecahan a/b dengan a,b bilangan asli dan ab disebut
pecahan tak sebenarnya (improper fraction). Contoh: 6/2,
59/8, 4/1,... Untuk a<b disebut pecahan sejati (proper
fraction). Selanjutnya, lawan pecahan tak sebenarnya juga
pecahan tak sebenarnya dan lawan dari pecahan sejati juga
pecahan seajati.
Pecahan-pecahan 5/1, 6/2, -4/2, -9/3, 12/4,...
merepresentasikan suatu bilangan bulat. Dikaitkan dengan
uraian pada pecahan senama, tampak bahwa pecahan bukan
bilangan, tetapi melambangkan suatu bilangan. Namun
demikian dalam konteks tertentu, kata pecahan juga sering
digunakan untuk merepresentasikan bilangan rasional yang
tidak bulat dan bahkan digunakan juga untuk
merepresentasikan bilangan rasional secara keseluruhan.

3. Relasi pada pecahan


Dua pecahan a/b dan c/d (b,d 0) dikatakan bernilai sama
(equivalent) apabila ad = bc.
Contoh 2.1
2/4 equivalent dengan 3/6, sebab 2x6 = 4 x 3.
Karena 2/4 nilainya sama dengan 3/6, maka dalam
perhitungan menentukan nilai ditulis 2/4 = 3/6.
Contoh 2.2
Bentuk sederhana dari x2 y/xY4 = xxy/xyyyy = x/y3.
3-18 Aritmatika

Untuk a b, dan c bilangan asli, pecahan a/b dikatakan lebih


besar dari c/b jika dan hanya jika a lebih besar dari c.
Contoh 2.3
4/5 > 7/9, sebab 4/5=36/45 dan 7/9 =35/45, sehingga
pembilang pertama lebih besar dari pembilang yang kedua.

4. Operasi pada pecahan


Operasi hitung utama (penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian) pada pecahan didefinisikan dengan aturan:
a/b c/d = (adbc)/bd
a/b x c/d = ac/bd
a/b : c/d = ad/bc
(pembagian hanya terdefinisi jika c0).
Sifat yang fundamental pada pecahan adalah

Sifat 2.1
Untuk suatu pecahan a/b dan suatu bilangan asli c, berlaku
a/b = ac/bc atau ca/cb=a/b

Contoh 2.4
2/3 = (2x5)/(3x5) =10/13
2/3 + 5/7 = ((2x7) + (3x5))/ (3x7) = 29/21
2/3 - 5/77 = ((2x7)- (3x5))/ (3x7) = -1/21
2/3 x 5/7 = (2x5)/(3x7) =10/35
2/3 : 5/7 = (2x7)/(3x5) = 14/15.
Pembagian pada pecahan dilakukan dengan menggunakan aturan
a/b : c/d = ad/bc.
Aturan itu dapat dijelaskan dengan mengingat makna pembagian.
Pembagian a;b=... dengan b0 bermakna ada berapa b dalam
a? Dengan demikian a/b : c/d=... bermakna ada berapa c/d
dalam a/b. Agar pembahasan lebih mudah, pembahasan
Aritmatika 3-19

dilakukan dengan terhadap contoh konkrit 2/3 : 4/5=...? Ada


berapa 4/5 an dalam 2/3?
Pembahasan:
Dalam 1 ada: 5 buah 1/5 an Dalam 5 buah 1/5 an ada: 1
4/5 an dan 1 1/5 an atau 1 4/5 an dan 4/5 an atau 4/4
4/5 an dan 4/5 an atau 5/4 4/5 an .Dalam 1 ada 5/4 4/5
an .Dalam 2/3 ada 2/3 x 5/4) 4/5 an .Ini berarti bahwa 2/3 : 4/5
= 2/3 x 5/4.
Dengan penalaran yang sama diperoleh a/b : c/d = ad/bc.
Pembaca diminta untuk mengekspresikan pembahasan ini
dengan gambar.

C. Latihan
1. Berikan contoh dengan gambar, benda konrit, dan garis bilangan
yang menunjukkan pecahan sebagi:
a. bagian keseluruhan,
b. perbandingan,
c. pembagian.
2. Diskusikan mengapa penyebut tidak boleh nol!
3. Sederhanakanlah
a. 182/88 b. 252/210 c. (xy + xz)/x2y + x2z) d. x3yz/x2y2z5
4. Tentukan pecahan yang equivalent dengan dan hasil kali
pembilang dengan penyebut sama dengan 72.
5. Selidikilah sifat-sifat operasi hitung pada pecahan!
6. Jelaskan dengan gambar bahwa a/b x c/d = ac/bd!
7. Benarkah a/b :c/d = (a:c)/(b:d)?
8. Johni memiliki kekayaan sebesar 3/7 dari seluruh kekayaan
keluarga, sedangkan adiknya memiliki 2/3 dari milik John.
Berapa kekayaan yang dimiliki oleh anggota keluarga yang lain?
9. Apakah setiap bilangan yang dapat dinyatakan dengan pecahan
memiliki:
3-20 Aritmatika

a. invers terhadap penjumlahan (lawan)


b. invers terhadap perkalian (kebalikan).
10. Tunjukkan bahwa semua bilangan rasional dapat dinyatakan
dengan pecahan!

D. Lembar kegiatan Mahasiswa


a. Alat dan Bahan: ATK dan benda-benda konkrit
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Tidak ada yang khusus.
c. Prasyarat: Tidak ada yang khusus.
d. Langkah Kegiatan: Dimulai dengan mengkaji konsep,
mengkaji bukti teorema, membuktikan teorema,
mengngerjakan latihan, dan memecahkan masalah.
e. Hasil: Mahasiswa memahami pecahan dan mampu
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
E. Rangkuman
1. Pecahan dapat diartikan sebagai pembagian, perbandingan, dan
bagian dari keseluruhan.
2. Pecahan dapat direpresentasikan sebagai pasangan berurutan
a
bilangan bulat (a,b), b0 dan dapat ditulis a/b atau , b0.
b
Pada pecahan a/b, a disebut pembilang (numerator) dan b
disebut penyebut (denumerator).
3. Pecahan a/b disebut pecahan sederhana jika FPB(a,b)=1.
4. Dua pecahan atau lebih disebut pecahan senama apabila mereka
memiliki penyebut yang sama.
5. Pecahan a/b dengan ab disebut pecahan tak sebenarnya
(improper fraction).
6. Pecahan a/b dengan a < b disebut pecahan sejati (proper
fraction).
Aritmatika 3-21

7. Dua pecahan a/b dan c/d (b,d 0) dikatakan bernilai sama


(equivalent) apabila ad = bc.
8. Operasi hitung utama (penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian) pada pecahan didefinisikan dengan aturan:
a/b c/d = (adbc)/bd
a/b x c/d = ac/bd
a/b : c/d = ad/bc
(pembagian hanya terdefinisi jika c0).
9. Sifat yang fundamental pada pecahan adalah:
Untuk suatu pecahan a/b dan suatu bilangan asli c, berlaku a/b =
ac/bc atau ca/cb=a/b.

F. Tes Formatif
I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda sialang
pada huruf a, b, c, atau d!
1. Bentuk sederhana dari (3/8)/(4/16) ialah
a. 3/32 b. 3/2 c. 2/3 d. 32/2.

2. Bentuk sederhana dari x3y5z6/xy2z4 ialah


a. x2 y3z2 b. xyz c. 1/ xyz d. 1/ x2 y3z2
3. Pecahan yang ekuivalen dengan 4/3 ialah
a. 8/3 b. 4/6 c. 3/4 d. 12/9
4. Pecahan yang senama dengan 4/3 ialah
a. 8/3 b. 4/6 c. 3/4 d. 12/9
5. Ada berapa 2/3 an dalam 5/6?
a. 6/5 b. 5/6 c. 5/4 d. 4/5
6. Setiap bilangan positip yang dilambangkan oleh pecahan tak
sebenarnya merupakan bilangan :
a. lebih besar dari 1 b. bulat
c. 1 atau lebih besar dari 1 d. Jawaban a, b, dan c salah.
3-22 Aritmatika

7. Setiap bilangan yang dilambangkan oleh pecahan sejati a/b


(a, b bilangan asli) merupakan bilangan :
a. kurang dari 1 b. bulat
c. 1 atau lebih kecil dari 1 d. Jawaban a, b, dan c salah.

8. Pernyataan berikut benar kecuali:


a. Untuk a, b, dan c bilangan asli, a/b<c/b jika a<c.
b. Setiap bilangan asli tidak dapat diwakili oleh pecahan
sejati dengan pembilang dan penyebut bilangan asli.
c. Setiap pecahan melambangkan bilangan rasional yang
memiliki kebalikan.
d. Semua bilangan rasional diantara 0 dan 1 dapat diwakili
oleh pecahan sejati.

II. Kerjakan soal berikut!


1. Sederhanakanlah!
a. 2525/210
b. x3y5z/xy2z4
2. Gunakan luas daerah persegi panjang untuk menunjukkan
bahwa bahwa 1/5 x 2/3 = 2/15.
3. Sebuah pabrik mem PHK 1/8 dari seluruh buruh nya pada
tahun 1971, pada tahun berikutnya mem PHK 1/10 nya. Jika
pada tahun ketiga pabrik tinggal memiliki buruh sebanyak
189 orang, maka berapakah banyaknya buruh pada tahun
1971 ?
4. Dua per tiga murid di kelas IA menyukai matematika,.
Setengah dari yang menyukai matematika menyukai IPA.
Seperempat dari yang menyukai matematika dan IPA
menyukai olah raga. Berapakah bagian siwa yang sekaligus
menyukai matematika, IPA, dan olah raga?
BAB IV KEGIATAN BELAJAR

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi yang diharapkan memahami perbandingan, barisan,
dan deret.
Indikator pencapaian kompetensi
1. menjelaskan pengertian perbandingan, barisan, dan deret.
2. menentukan perbandingan, suku ke-n sustu deret, dan jumlah n
suku pertama suatu barisan.
3. memecahkan masalah yang berkaitan perbandingan, barisan,
dan deret.

B. Uraian materi
1. Perbandingan
a. Membandingkan dua Besaran
Dalam kehidupan sehari-hari sering muncul pertanyaan-
pertanyan seperti siapa yang lebih populer, lebih besar, lebih
panjang, lebih, tinggi, lebih berat, dsb. Pertanyaan-pertanyaan
seperti itu dapat dijawab setelah diketahui perbandingannya.
Misalkan bobot Tigor 75 kg dan Pola 25 kg. Pertanyaan
Siapa yang lebih berat antara Tigor dengan Pola? dapat
dijawab dengan kalimat Tigor 50 kg lebih berat dari pada
Pola atau bobot Pola hanya sepertiga dari bobot Tigor.
Membandingkan dua hal dapat dilakukan dengan mencari
selisihnya atau dengan menentukan hasil baginya.
Dalam praktek kehidupan sehari-hari, satuan besaran
untuk suatu entitas yang sama dapat berbeda-beda. Sebuah
iklan penjualan tanah menyebutkan Dijual sawah dengan luas
2 hektar. Hubungi langsung pemilik: Dadang dan iklan lain
menyebutkan Dijual tanah pekarangan dengan luas 10. 000
3-24 Aritmatika

m2.. Hubungi langsung pemilik: Niar. Untuk dapat mengetahui


perbandingan luas dua bidang tanah tersebut satuan luas
harus terlebih dahulu disamakan, besarnya dinyatakan dalam
bentuk pecahan biasa, dan selanjutnya disederhanakan.
Contoh 3.1
Luas tanah Niar = 10.000 m2.
Luas tanah Dadang = 2 hektar = 20.000 m2.
Perbandingan luas tanah Niar dengan luas tanah Dadang =
10.000 : 20.000 = 1 : 2.
b. Perbandingan Senilai
Perbandingan banyaknya buku tulis yang dibeli oleh
Wayan dengan harga yang harus dibayar disajikan dalam
tabel 3.1.
Tabel 3.1
BANYAKNYA BUKU HARGA BUKU (Rp)
1 1.500
2 3.000
3 4.500
4 ....
5 ...
... ...
... 15.000
... 30.000

Perbandingan banyak buku dengan harga pada setiap


baris adalah 1: 1500. Tampak bahwa semakin bukunya
banyak semakin tinggi harganya. Perbandingan seperti ini
disebut perbandingan senilai. Para peserta diminta
menggambar grafik dari perbandingan tersebut.
Peta dan model digambar dengan menggunakan prinsip
perbandingan senilai.
Aritmatika 3-25

Contoh 3.2.
Jarak antara Anyer dengan Penarukan adalah 1000 km.
Jarak Anyer dengan Penarukan dalam peta adalah 20 cm.
Skala dalam peta dapat ditentukan dengan melakukan
perbandingan antara jarak sesungguhnya dengan jarak dalam
peta. Jarak sesungguhnya = 1000 km = 100.000.000 cm.
Skala dalam peta adalah 20: 100.000.000 = 1 : 5.000.000.
c. Perbandingan Berbalik Nilai
Jarak Yogyakarta dengan Semarang 120 km. Adi, Bolang,
Cokorde, Dodot, Eboy dan Farid melakukan perjalanan dari
Yogyakarta dengan kendaraan masing-masing dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan dan waktu yang
diperlukan untuk sampai di Semarang disajikan dalam Tabel

Tabel 3.2
Adi Bolang Chepy Dodo Eboy Farid
KECEPATAN 80 60 40 30 24 20
(km/jam)
Waktu tempuh 1,5 2 3 4 5 6
(jam)

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa semakin rendah kecepatan


maka semakin tinggi waktu tempuhnya. Tabel 3.2
menunjukkan ada perbandingan berbalik nilai antara
kecepatan kendaraan dengan waktu tempuhnya. Para
peserta diminta menggambar grafik dari perbandingan
tersebut.
2. Barisan
a. Pengertian barisan
Seorang guru memberi tugas kepada muridnya menulis
bilangan secara urut menurut aturan yang ditentukan oleh guru.
3-26 Aritmatika

Aturan yang diberikan adalah Pertama tulis satu, selanjutnya


setiap suku berikutnya diperoleh dengan cara menambah 3
kepada suku sebelumnya. Berdasarkan perintah tersebut,
murid akan menuliskan bilangan-bilangan secara urut: 1, 4,
7, 10, 13, ...
Apabila perintahnya Pertama tulis 3, selanjutnya setiap suku
berikutnya diperoleh dengan cara mengalikan dengan 2
kepada suku sebelumnya, maka murid akan menuliskan
bilangan-bilangan secara urut: 3, 6, 12, 24, 48,...
Apabila perintahnya Pertama tulis 2, kedua tulis 3, dan
selanjutnya setiap suku berikutnya diperoleh dengan cara
menjumlahkan dua bilangan sebelumnya, maka murid akan
menuliskan bilangan-bilangan secara urut: 2, 3, 5, 8, 13, 21,
34,...
Urutan bilangan tersebut disebut barisan, bilangan pertama,
kedua, ketiga, dan seterusnya berturut-turut disebut suku-1,
suku-2, suku-3, dst. Tabel 3.3 menyajika ketiga barisan di atas.
Tabel 3.3
SUKU KE 1 2 3 4 5 ... ...
Barisan-1 1 4 7 10 13 16 ...
Barisan-2 3 6 12 24 48 96 ...
Barisan-3 2 3 5 8 13 21 ...

Tampak bahwa barisan bilangan dapat dipandang sebagai


suatu fungsi dengan daerah asal himpunan semua
bilangan asli. Barisan bilangan real dapat didefinisikan
sebagai fungsi dari A ke R, dimana A adalah himpunan semua
bilangan asli dan R adalah himpunan semua bilangan real.
Bentuk umum suatu barisan adalah u1 , u2 , u3 , ..., un , ...
dengan u1 adalah suku pertama, u2 adalah suku kedua, u3
adalah suku ketiga, un adalah suku ke-n, dan seterusnya.
Aritmatika 3-27

b. Barisan Aritmetika
Barisan u1 , u2 , u3 , ..., un , ... disebut barisan aritmetika jika
berlaku u2 - u1 = u3 -u2 = u3 -u3 = .....= un + un-1 =...= b dan b
disebut beda.
Suku ke-n dari barisan aritmetika dengan suku pertama a dan
beda b adalah
un = a + (n-1)b.
Contoh 3.3
Pada sebuah jalan utama suatu kota yang membujur utara-
selatan rumah-rumah di sebalah timur mulai dari perempatan
air mancur berturut-turut diberi nomer 1,3,5,7,9,... dan rumah-
rumah di sebalah barat mulai dari perempatan air mancur
berturut-turut diberi nomer 2,4,6,8,10,12,.... . Situasi ini
memberikan dua barisan yaitu
1) Barisan 1,3,5,7,9,... dengan a = 1, b = 3-1= 2 dan
un = 1 + (n -1)2= 2n -1. u10 = 2.10 -1 =19, u11 =21, dan u50
=99.
2) Barisan 2,4,6,8,10,12,.... dengan a = 2, b = 4-2= 2 dan
un = 2 + (n -1)2= 2n. u10 = 20, u11 =22, dan u100 =200.
c. Barisan Geometri
Barisan u1 , u2 , u3 , ..., un , ... disebut barisan geometri jika
berlaku u2 /u1 = u3/u2 = u3 /u3 = .....= un /un-1 =...= r dan r disebut
rasio.
Jika u1 = a, maka un = arn-1
Contoh 3.4
Selembar kertas HVS ukuran kuarto dilipat kemudian dipotong
menjadi dua bagian yang sama, potongan-potongan
ditangkupkan sehingga saling berhimpit kemudian dipotong
menjadi dua bagian yang sama. Banyaknya potongan kertas
pada saat setiap pemotongan dapat disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
3-28 Aritmatika

Pemotongan ke 1 2 3 4 ...
Banyaknya potongan 2 4 8 16 ...
Situasi ini memberikan barisan 2,4,8,16,... dengan a =2,
r=4/2=8/4=16/8=...= 2, dan un = 2 2n-1.
U6 = 2.25 = 64, u9 = 2.28 = 512.
Bentuk umum barisan geometri adalah a, ar, ar2, ..ark,...
Bentuk umum suku ke-n adalah un = a rn-1

3. Deret
a. Deret Aritmetika
Lely bekerja pada sebuah perusahaan konveksi mulai bulan
Januari 2007 dengan gaji Rp 1.000.000,-. Setiap tahun akan
mendapat kenaikan gaji berkala sebesar Rp 50.000,-, sehingga
gaji per bulan tahun 2008 menjadi Rp 1.050.000,-. Apabila tidak
ada sesuatu perubahan, maka penerimaan gaji setiap tahun
dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat disajikan
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3.
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Penerimaan (ribuan 12000 12600 13200 13800 14400
Rp)
Angka-angka pada tabel 3.3 memuat lima suku pertama
barisan aritmetika 12000000, 12600000, 13200000, 13800000,
14400000...
Penerimaan gaji Lely sejak tahun 2007 sampai dengan tahun
2011 dalam rupiah adalah
12000000 + 12600000+ 13200000+ 13800000+ 14400000.
Penerimaan gaji Lely merupakan jumlah 5 suku pertama
barisan aritmetika 12000000 , 12600000, 13200000, 13800000,
14400000. Selanjutnya 12000000 + 12600000 + 13200000+
13800000 +14400000 + ..... disebut deret aritmetika.
Aritmatika 3-29

K.F. Gauss menemukan sewaktu duduk di sekolah dasar dapat


menemukan dengan cepat jumlah 100 suku pertama (S100) dari
deret 1+2 +3+4+... dengan cara sbb.
S100 = 1 + 2 + 3 +.. .+ 99 + 100
S100 = 100 + 99 + 98 + ...+ 2 + 1
2 S100 = 101 + 101 + 101 + ...+ 101+ 101 = 10100
S100 = 5050.
Dengan cara Gauss dapat ditemukan bahwa
untuk deret aritmetika a + (a+b) + (a+ 2b) + ...+ (a+ (n-1)b) + ...
Sn = 1/2 n (2a + (n-1)b)

b. Deret Geometri
Di dalam laboratorium IPA dilakukan percobaan dengan
menjatuhkan bola dengan arah vertikal. Setelah menyentuh
lantai, bola memantul vertikal keatas mencapai ketinggian 4
meter, pantulan kedua mencapai 2 meter, pantulan ketiga
mencapai 1 meter, dst. Jarak yang ditempuh bola dalam 5
pantulan sampai jatuh ke lantai lagi adalah (8 + 4 + 2 + 1+ )
meter. Jumlah jarak tersebut (J) dapat dihitung dengan cara
J = 8 + 4 + 2 + 1+
J = 8 + 8. () + 8.( )2 + 8.()3 + 8. ()4
J= 8. () + 8.( )2 + 8.()3 + 8. ()4 + 8. ()5 _
(1-)J = 8 - 8. ()5
J = (8 - 8. ()5)/(1-) = 8(1 - ()5/(1-) = 8(31/32)/ =
15 .
Jarak tempuh bola dalam 5 pantulan pertama merupakan jumlah
5 suku pertama (S5) dari deret 8 + 4 + 2 + 1+ + ....
Apabila u1 , u2 , u3 , ..., un , ... merupakan suatu barisan geometri,
maka u1 + u2 + u3 + ...+ un + ... disebut deret geometri.
Bentuk umum deret geometri adalah a + ar + ar2 + ..ark + ...
3-30 Aritmatika

Jumlah n suku yang pertama (Sn) adalah


Sn = a(1 - rn)/(1-r), r <1
Sn = a(rn - 1)/(r-1), r >1

C. Latihan
1. a. Berikan contoh empat situasi yang menggambarkan
perbandingan
senilai!
b. Berikan contoh empat situasi yang menggambarkan
perbandingan berbalik nilai!
2. Jarak kota A dengan kota B dalam peta adalah 25 cm dan jarak
sesungguhnya 500 km. Tentukan skala pada peta tersebut!
3. Buatlah tabel dan grafik hubungan antara banyaknya bensin yang
digunakan dan jarak yang dilalui oleh kendaran, jika setiap 1 liter
premium dapat menempuh jarak 25 km.
4. Sebuah toko parcel menargetkan dapat mengemas 100 bingkisan
parcel. Target dapat tercapai dalam waktu 90 jam jika dikerjakan
seorang karyawan. Buatlah tabel dan grafik hubungan antara
banyaknya karyawan dan banyaknya bingkisan!
5. a. Berikan contoh empat situasi yang dapat memberikan suatu
barisan
aritmetika!
b. Berikan contoh empat situasi yang dapat memberikan suatu
barisan
geometri!
6. Susunlah suatu barisan aritmetika jika diketahui suku pertama dan
bedanya berturut-turut:
a. 5, -2 b. -2, 5 c. 0, 3 d. 7, -1/2
7. Susunlah suatu barisan geometri jika diketahui suku pertama dan
rasionya berturut-turut:
a. 5, -2 b. -2, 5 c. 1, 3 d. 7, -1/2
Aritmatika 3-31

8. Tentukan beda suatu barisan aritmetika jika diketahui suku


pertama dan suku ke 7 berturut-turut adalah
a. 1, 19 b. -2, 28 c. 8, 5 d. -1, 2
9. Tentukan rasio suatu barisan geometri jika diketahui suku pertama
dan suku ke 7 berturut-turut adalah
a. 1, 19 b. -2, 28 c. 8, 5 d. -1, 2

10. Pada sebuah papan catur, pada bujur sangkar pertama diletakkan
satu butir beras, di bujur sangkar kedua 2 butir, keempat 4 butir,
kelima 8 butir, dst. sehingga semua bujur sangkar terisi beras.
Hitunglah banyaknya butir beras yang dibutuhkan untuk mengisi
semua bujur sangkar.

D. Lembar kegiatan Mahasiswa


a. Alat dan Bahan: ATK dan benda-benda konkrit
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Tidak ada yang khusus.
c. Prasyarat: Tidak ada yang khusus.
d. Langkah Kegiatan: Dimulai dengan mengkaji konsep, mengkaji
bukti teorema, mengngerjakan latihan, dan memecahkan
masalah.
e. Hasil: Mahasiswa memahami perbandingan, barisan, dan deret
serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan, barisan, dan deret .
3-32 Aritmatika

E. Rangkuman
1. Perbandingan
a. Membandingkan dua hal dapat dilakukan dengan mencari
selisihnya atau dengan menentukan hasil baginya.
b. Perbandingan a:b disebut perbandingan senilai, apabila a
semakin besar mengakibatkan b juga semakin besar.
c. Perbandingan a:b disebut perbandingan berbalik nilai, apabila
a semakin besar mengakibatkan b semakin kecil.

2. Barisan
a. Barisan bilangan real dapat didefinisikan sebagai fungsi dari A
ke R, dimana A adalah himpunan semua bilangan asli dan R
adalah himpunan semua bilangan real.
b. Bentuk umum suatu barisan adalah u1 , u2 , u3 , ..., un , ...
dengan un adalah suku ke-n.
c. Barisan u1 , u2 , u3 , ..., un , ... disebut barisan aritmetika jika
berlaku u2 - u1 = u3 -u2 = u3 -u3 = .....= un + un-1 =...= b dan b
disebut beda. Jika u1 = a, maka suku ke-n adalah un = a + (n-
1)b.
d. Barisan u1 , u2 , u3 , ..., un , ... disebut barisan geometri jika
berlaku u2 /u1 = u3/u2 = u3 /u3 = .....= un /un-1 =...= r dan r disebut
rasio.
Jika u1 = a, maka un = arn-1
e. Bentuk umum deret aritmetika adalah a + (a+b) + (a+ 2b) + ...+
(a+ (n-1)b) + ...
Jumlah n suku yang pertama (Sn) adalah Sn = 1/2 n (2a + (n-
1)b)
f. Bentuk umum deret geometri adalah a + ar + ar2 + ..ark + ...
Jumlah n suku yang pertama (Sn) adalah
Aritmatika 3-33

Sn = a(1 - rn)/(1-r), r <1


Sn = a(rn - 1)/(r-1), r >1
F. Tes Formatif
I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda sialang
pada huruf a, b, c, atau d!
1. Suku pertama suatu barisan aritmetika dengan b= dan u9 = 5
ialah
a. b. 1 c. 1 d. 2
2. Beda suatu barisan aritmetika jika diketahui u1= 2 dan suku ke u9 =
6 adalah
a. 2 b. 1 c. 1 d.
3. Suku ke 11 dari suatu barisan aritmetika dengan b= - dan u1 =
5 ialah
a. b. 0 c. - d. -1
4. Suku pertama suatu barisan geometri dengan r = - dan u7 = 1/8
ialah
a. 16 b. 8 c. -16 d. -8.
5. Rasio suatu barisan geometri dengan u1 = -16 dan u8 = 1/8 ialah
a. 2 b. -2 c. - d. .
6. Suku ke 8 dari suatu barisan geometri dengan b= -1/3 dan u1 =
27 ialah
a. 1/27 b. 1/27 c. 1/81 d. 1/81
7. U9 dari deret 4, 3, 3, 2, 2, ....ialah
a. 0 b. 1/2 c. d. 1

8. S17 dari deret 16, -8, 4, -2. 1, -1/2. 1/4,... ialah


a.3 348/32 b. 347/32 c. 342/32 d. 341/32
3-34 Aritmatika

III. Kerjakan soal berikut!


1. Buatlah tabel dan grafik hubungan antara banyaknya bensin
yang digunakan dan jarak yang dilalui oleh kendaran, jika
setiap 1 liter premium dapat menempuh jarak 25 km.
2. Sebuah pabrik roti akan membuat adonan roti seberat 10
kwintal yang merupakan campuran antara mentega dan terigu.
Banyaknya mentega maupun terigu yang dimasukkan ke dalam
adonan kelipatan dari 10 kg. Buatlah tabel dan grafik hubungan
antara banyaknya mentega dan terigu!
3. Suku-suku suatu barisan adalah V5, (5 + V5), (10 + V5), ....
Tentukan rumus jumlah n suku yang pertama!
4. Dua orang karyawan pabrik menerima gaji Rp 1000.000,- per
bulan selama setahun. Setiap tahun pada tahun berikutnya
karyawan yang pertama memperoleh kenaikan gaji Rp 50.000,-
setiap tahun dan yang kedua memperoleh kenaikan Rp
150.000,- setiap dua tahun. Tentukan pengeluaran total untuk
menggaji dua karyawan tersebut selama 6 tahun pertama
bekerja.
BAB V KEGIATAN BELAJAR 4

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi yang diharapkan memahami aritmetika sosial.
Indikator pencapaian kompetensi adalah
1. menjelaskan pengertian Harga Jual , Harga Beli, Laba, Rugi,
Rabat, Bruto, Tara dan Neto.
2. memecahkan masalah yang berkaitan pengertian Harga Jual ,
Harga Beli, Laba, dan Rugi, Rabat, Bruto, Tara dan Neto.

B. Uraian materi
1. Harga Jual , Harga Beli, Laba, dan Rugi
Pengertian Harga Jual , Harga Beli, Laba, dan Rugi dapat
diperoleh dari konteks berikut.
Sebuah toko kelontong ANUGERAH melakukan pembelian
(kulakan) pada toko grosir sejumlah barang dengan harganya
masing-masing. Barang-barabg itu dijual 10% lebih tinggi dari
harga pembelian. Harga penjualan dan keuntungan dari
penjualan setelah semua laku di jual dari barang-barang tersebut
tampak pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
NO JENIS JUMLAH HARGA HARGA HARGA
BARANG BARANG SATUAN PEMBELIAN PEMBELIAN
(RP) (RP) (RP)
1 buku 30 lusin 15.000 450.000 495.00
2 Ballpoint 20 lusin 5.000 100.000 110.000
3 Kertas 20 rim 25.000 500.000 550.000
HVS
Total 1050.000 1155.000
3-36 Aritmatika

Bagi Toko ANUGERAH harga pembelian adalah harga yang


disepakati dengan grosir yaitu total Rp 1050.000,- dan harga jual
adalah uang yang diperoleh setelah semua barang kulakan laku
yaitu total Rp1155.000,- Laba atau untung diperoleh jika hasil
penjualan lebih besar dari harga pembelian dan besarnya
merupakan selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian. Harga penjualan adalah harga yang ditetapkan oleh
Toko Anugerah terhadap orang yang belanja. Berkaitan dengan
ketiga jenis barang tersebut, toko ANUGERAH memperoleh laba
sebab harga jual lebih besar dari harga beli dan selisihnya adalah
105000. Laba yang diperoleh toko ANUGERAH sebesar Rp
105.000,-
Toko ANUGERAH dikatakan mengalami kerugian apabila harga
penjualan lebih kecil dari harga pembelian. Rugi atau besarnya
kerugian adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian. Misalkan, karena ruang toko mengalami kebocoran
dan semua kertas HVS rusak sehingga tidak laku dijual, maka
harga penjualan sebesar Rp 605.000,-. Selisih antara harga
penjualan dengan harga pembelian adalah 1050.000 - 605.000 =
445.000 Toko ANUGERAH rugi sebesar Rp 445.000,-
Dalam konteks Toko ANUGERAH, harga pembelian adalah
harga yang harus dibayarnya kepada grosir, harga penjualan
adalah harga yang ditetapkan terhadap pembeli di tokonya. Laba
merupakan selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian dan terjadi jika harga jual lebih besar dari harga beli.
Laba = Harga Jual Harga Beli
Rugi merupakan selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian dan terjadi jika harga jual lebih kecil dari harga beli.
Rugi = Harga Beli - Harga Jual
Aritmatika 3-37

2. Rabat, Bruto, Tara dan Neto


Menjelang Hari raya Idul Fitri atau Hari Natal sering kali banyak
toko yang menawarkan potongan harga. Potongan harga
disebut juga diskon atau rabat. Rabat adalah potongan harga
yang diberikan oleh penjual kepada pembeli.
Contoh 4.1
UNNESMART menawarkan diskon 30% untuk pakaian dan 20%
untuk perlengkapan rumah tangga. Harga kemeja batik merk
PRIA KEREN per potong Rp 150.000,- dan harga parfum untuk
wanita dengan merk SEKARAN ANGLE per botol Rp 200.000,-
Bu Intan membeli sepotong kemeja batik merk PRIA KEREN
dan sebotol farfum merk SEKARAN ANGLE . Bu Intan
membayar 70% dari Rp 150.000,- yaitu Rp 105.000,-
untuk kemeja dan 80% dari Rp 200.000,- yaitu Rp 160.000,-
untuk parfum. UNNESMART memberi rabat 30 % atau Rp
45.000,- untuk kemeja batik merk PRIA KEREN dan 20% untuk
farfum merk SEKARAN ANGLE .
Istilah bruto, netto, dan tara berkaitan dengan hubungan antara
berat atau isi barang dan bungkus atau tempat barang.
Contoh 4.2
Produk sirop bermerk Fresh mencantumkan Netto 625 ml,
berarti sirop yang berada dalam botol sebanyak 625 ml. Dalam
bungkus Nutri Sari tertulis Berat bersih 500 g, berarti serbuk
bahan minuman yang ada di dalam kemasan seberat 500 g tidak
termasuk bungkusnya. Jika kemasan sebelum diambil isinya
ditimbang seberat 505 g, maka dikatakan berat bruto adalah 505
g. Ini berarti bahwa berat bungkusannya (tara) adalah 5 g.
Hubungan bruto, neto, dan tara adalah
Tara = bruto neto.
3. Bunga
a. Pengertian Bunga
3-38 Aritmatika

Orang dapat menabung uangnya di rumah, koperasi, bank, dsb.


Bank dan koperasi memberi bunga kepada orang yang
menabung dan menarik bunga bagi para peminjam. Bunga
adalah imbalan jasa untuk penggunaan uang atau modal sesuatu
dengan waktu yang disepakati. Tarif yang dikenakan atas
pinjaman uang disebut suku bunga dan biasa dinyatakan dalam
persen. Ada dua macam bunga dalam pinjam meminjam dan
tabungan, yaitu bunga tunggal dan bunga majemuk. Apabila
bunga hanya diperhitungkan semata-mata dari modal atau
pinjaman awal tanpa memperhatikan periode waktu, maka bunga
itu disebut bunga tunggal. Apabila setiap periode waktu bunga
sebelunya digabung menjadi modal baru, maka sistem bunga
disebut bunga majemuk. Pada umumnya periode waktu adalah
satu tahun.
Hubungan antara modal setelah n tahun/periode (Mn), modal
awal (Mo), suku bunga (p dalam persen), dan lamanya pinjaman
(banyaknya periode/tahun) adalah
Mn = Mo (1 + p.n)
Contoh 4.3
Chandra meminjam uang ke bank sebesar Rp 20.000.000,-.
Bunga per tahun 8% adalah Rp 1.600.000. Daftar berikut
menunjukkan hubungan lamanya pinjam dan besar bunga yang
harus dibayar.
Tabel 4.2
NO LAMA BUNGA (Rp) PENGEMBALIAN
PINJAM (TH)
1 1 1.600.000 21.600.000
2 2 3.200.000 23.200.000
3 3 4.800.000 24.800.00
4 6 9.600.000 29.600.000
Aritmatika 3-39

b. Bunga Tunggal
Apabila peminjam melakukan pembayaran pada selesainya
terjadinya perjanjian dengan pembayaran bunga sekaligus per
satuan waktu maka bunga itu disebut bunga tunggal.
Ada tiga rumus bunga tunggal, yaitu:
Modal/pokok pinjaman (M) dibungakan dengan suku bunga p% setahun,
dan dalam waktu w. Besar bunga
1) sesudah w tahun besarnya bunga adalah :
B=Mxpxw
100
2) sesudah w bulan besarnya bunga adalah :
B=Mxpxw
1200
3) sesudah w hari besarnya bunga adalah :
B=Mxpxw
36000

Tabel 4.2 adalah contoh hasil perhitungan bunga tunggal dan


bunga yang demikiab ada yang menyebut interest. Jenis lain dari
bunga tunggal disebut diskonto yaitu bunga yang dibayar di
muka.
Contoh 4.4
Cecep meminjam uang sebesar Rp 1.000.000,- dengan bunga
Rp 80.000,- setahun. Pada saat peminjaman ia hanya menerima
Rp 920.000,- sebab bunga Rp 80.000,- sudah dibayarkan
terlebih dahulu. Setahun kemudian Cecep harus membayar Rp
1000.000,-
c. Bunga Majemuk
Pada bunga majemuk, setiap akhir tahun bunga digabungkan
dengan pinjaman awal dan untuk tahun berikutnya dianggap
sebagai pinjaman awal. Pada Contoh 4.3, jika Chandra dikenai
sistem bunga majemuk untuk punjaman selama 3 tahun
perhitungannya sbb.
1) Pada akhir tahun pertama, modal menjadi : Rp 21.600.000,-
3-40 Aritmatika

Uang Rp 21.600.000,- dianggap sebagai modal baru untuk


tahun kedua.
2) Pada akhir tahun kedua, modal menjadi
21.600.000 + (8/100 x 21.600.000 )= 23.328.000
3) Sehingga pada akhir tahun ketiga, modal yang terakhir
menjadi :
23.328.000 + (8/100 x 23.328.000) = 25.194.240
Dengan bunga majemuk setealah tida tahun Chandra harus
membayar huttang sebesar Rp 25.194.240,-
Rumus untuk menentukan modal setelah n tahun (Mn) dari modal
awal (Mo) dengan suku bunga majemuk p, adalah
Mn = Mo(1+p)n

C. Latihan
1. Seorang pedagang ternak membeli 20 ekor kambing dengan
harga Rp 500.00,- per ekor. Biaya yang dikeluarkan untuk
transportasi dan pemeliharaan menuju pasar hewan sebesar
Rp 500.000,- Berapa harga jual per ekor kambing agar
memperoleh laba sebesar 20% dari modalnya.
2. Pada suatu hari seorang pedagang mobil bekas menjual satu
mobil minibus dengan harga Rp 92.000.000,- dan satu mobil
sedan dengan harga Rp 103.500.000,- Hari itu ia memperoleh
laba dari 15% dari setiap harga pembelian mobil. Tentukanlah
harga pembelian masing-masing mobil.
3. Pedagang burger keliling membuat 200 potong dan
mengeluarkan biaya Rp 1000.000,- Burger dijual dengan harga
Rp 7.000,- per potong. Pukul 15.00 sudah laku 175 potong.
Karena takut menjadi basi penjualan berikutnya per potong Rp
6000,-. Jam 18.00 sampai rumah masih sisa 10 potong.
Tentukan laba/rugi penjualan hari itu!
Aritmatika 3-41

4. Pada setiap karung beras produk PT DEWI SRI bertuliskan:


Bruto 50 kg dan Tara 1%. Jika Pak Atmo membeli 20 karung,
berapa kg berat bersihnya?
5. Bu Durga mencampur duaa jenis beras dengan perbandingan
3:4 dengan harga masing-masing Rp 6000,- dan Rp 4000,-
per kilpgram dan jumlahnya bertturut-turut 6 kwintal dan 8.
Beras campuran dijual dengan harga Rp 6500,- Tentukan
laba/rugi dari penjualan beras campuran itu!
6. Agen serbuk minuman instan memberi rabat 5% bagi
pembelian lebih dari 10 kg. Setiap kemasan tertulis bruto 500
gram dan tara 5%. Bu Ani membeli serbuk minuman instan
sebanyak 400 kemasan harga Rp 40.000,- per kemasan. Bu Ani
membongkar kemasan dan membuat kemasan baru dengan
setiap bungkus dibertuliskan Netto 250 gram dan dijual dengan
harga Rp 50.000,-Tentukan laba/rugi dari penjualan serbuk
minuman instan itu.
7. Uang sebesar Rp 1.500.000,00 dibungakan dengan biunga
tunggal 5% setahun. Hitunglah besarya bunga apabila modal
tersebut dibungakan selama 2 tahun!
8. Setiap 3 bulan selama 2 tahun Arjun menabung dengan besar
tabungan tetap deangan sistem bunga majemuk. Bunga setiap
3 bulan sebesar 3% dan setelah 2 tahun menjadi Rp
540.000,00,- Berapakah Arjun menabung pada setiap 3 bulan?

D. Lembar kegiatan Mahasiswa


1. Alat dan Bahan: ATK dan benda-benda konkrit
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Tidak ada yang khusus.
3. Prasyarat: Tidak ada yang khusus.
4. Langkah Kegiatan: Dimulai dengan mengkaji
konsepmengngerjakan latihan, dan memecahkan masalah.
3-42 Aritmatika

5. Hasil: Mahasiswa memahami Harga Jual , Harga Beli, Laba,


Rugi,
Rabat, Bruto, Tara dan Neto

E. Rangkuman
1. Harga pembelian adalah harga yang harus dibayar oleh
pembeli kepada pemilik barang.
2. Harga penjualan adalah harga yang ditetapkan oleh pemilik
barang.
3. Laba merupakan selisih antara harga penjualan dengan
harga pembelian dan terjadi jika harga jual lebih besar dari
harga beli.
Laba = Harga Jual Harga Beli
4. Rugi merupakan selisih antara harga penjualan dengan
harga pembelian dan terjadi jika harga jual lebih kecil dari
harga beli
Rugi = Harga Beli - Harga Jual
5. Impas = Harga Beli - Harga Jual = 0
6. Rabat adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual
kepada pembeli.
7. Bruto adalah berat barang termasuk wadah/tempatnya
8. Neto adalah berat dari isi yang ada dalam suatu barang tidak
termasuk wadahnya
9. Tara = bruto neto
10. Bunga adalah imbalan jasa untuk penggunaan uang atau
modal sesuatu dengan waktu yang disepakati.
11. Tarif yang dikenakan atas pinjaman uang disebut suku
bunga dan biasa dinyatakan dalam persen.
12. Apabila peminjam melakukan pembayaran pada
selesainya terjadinya perjanjian dengan pembayaran
Aritmatika 3-43

bunga sekaligus per satuan waktu maka bunga itu disebut


bunga tunggal.
13. Pada bunga majemuk, setiap akhir tahun bunga
digabungkan dengan pinjaman awal dan untuk tahun
berikutnya dianggap sebagai pinjaman awal.

F. Tes Formatif
I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda sialang
pada huruf a, b, c, atau d!
1. Harga penjualan adalah
a. harga yang harus dibayar oleh pembeli kepada pemilik
barang
b. harga yang ditetapkan oleh pemilik barang
c. selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian
d. harga yang ditetapkan oleh pembeli.
2. Laba merupakan
a. kejadian semua barang laku dijual.
b. kejadian harga jual sama dengan harga beli
c. selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian
dan erjadi jika harga jual lebih besar dari harga beli.
d. selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian
dan terjadi jika harga jual lebih kecil dari harga beli.
3. Rabat adalah
a. diskonto
b. diskon
c. bruto
d. neto.
4. Tara adalah
a. berat atau isi barang termasuk wadah/tempatnya,
b. berat atau isi barang tidak termasuk wadahnya,
c. gabungan bruto dengan neto
3-44 Aritmatika

d. selisih bruto dengan neto


5 Uang sebesar Rp 10.000.000,- dibungakan dengan bunga
tunggal 7% per tahun. Setelah 2 tahun peminjam harus
membayar sebesar Rp
a. 14.000.000 b. 11.400.000
c 11.449.000 d. 10.000.000
6 Uang sebesar Rp 10.000.000,- dibungakan dengan bunga
majemuk 7% per tahun. Setelah 2 tahun peminjam harus
membayar sebesar Rp
a. 14.000.000 b. 11.400.000
c 11.449.000 d. 10.000.000
7 Butet meminjam uang ke bank sebesar Rp 20.000.000,-.
Bunga tunggal per tahun 8%, setelah waktunya
mengembalikan ia harus membayar Rp 29.600.000,- Berpa
tahun Butet meminjamnya?
a. 6 b. 5 c 4 d. 3
8 Uang Rp 10.000.000,- disimpan dan memperoleh bunga
majemuk sebesar 20% setahun. Berapa rupiah jumlah
uang yang dapat diambil setelah jangka waktu 3 tahun?
a. 12.000.000 b. 14.400.000
c. 16.200.000 d. 17.280.000
II. Kerjakan soal-soal berikut!
1. Parjo membeli 5 ekor sapi dan 8 ekor kerbau berturut-turut
per ekor harganya 3 juta rupiah dan 4 juta rupiah. Biaya
transportasi dari pasar tempat membeli ke pasar hewan
tempat menjual 1 juta rupiah dan biaya lain-lain Rp 400.00,-
Hitung keuntungannya jika seekor sapi dijual seharga Rp
3.500.000,- dan seekor kerbau seharga Rp 4.500.000,-
2. Pedagang jagung membeli jagung sebanyak 6 ton dengan
harga Rp 2.300 setiap kg dan ditempatkan pada karung
yang bertuliskan bruto 100 kg. Berat karung 1 kg. Biaya
Aritmatika 3-45

transportasi dari pasar ke warungnya Rp 750.000,- Ia


menjual jagung dalam bentuk eceran dengan harga jual Rp
3.000,- Hitunglah laba bersihnya!
3. Toing meminjam uang sebesar Rp10.000.000,- selama 3
tahun, dengan sistem bunga majemuk dan bunganya 20%
setahun. Hitunglah abanyaknya uang yang harus
dikembalikan Toing setelah berakhir janka waktu
peminjaman!
4. Kohni menabung di Bank sebesar Rp1.000.000,00 dengan
suku bunga 2 %, menggunakan bunga majemuk periode
konversi (penggabungan) setiap 3 bulan dan selama 1
tahun. Hitung jumlah besar tabungan setelah 1 tahun?
GLOSARIUM

1. FPB = Faktor Persekutuan Terbesar


2. KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil
3. Pecahan dapat dinyatakan sebagai pasangan berurutan
bilangan bulat (a,b), b0 atau ditulis dengan a/b atau
a
, b0..
b
4. Pecahan dapat diartikan sebagai pembagian, perbandingan,
dan bagian dari keseluruhan.
5. Pada pecahan a/b, a disebut pembilang (numerator) dan b
disebut penyebut (denumerator).
6. Pecahan sederhana: a/b denganFPB(a,b)=1.
7. Improper fraction (pecahan tak sebenarnya): Pecahan a/b
dengan ab.
8. Proper fraction (pecahan sejati) : Pecahan a/b dengan a < b.
9. Barisan bilangan real dapat didefinisikan sebagai fungsi dari
A ke R, dimana A adalah himpunan semua bilangan asli
dan R adalah himpunan semua bilangan real.
10. Barisan u1 , u2 , u3 , ..., un , ... disebut barisan aritmetika jika
berlaku u2 - u1 = u3 -u2 = u3 -u3 = .....= un + un-1 =...= b.
11. Barisan u1 , u2 , u3 , ..., un , ... disebut barisan geometri jika
berlaku u2 /u1 = u3/u2 = u3 /u3 = .....= un /un-1 =...= r.
12. Bentuk umum deret aritmetika adalah a + (a+b) + (a+ 2b) +
...+ (a+ (n-1)b) + ...
13. Bentuk umum deret geometri adalah a + ar + ar2 + ..ark + ...
14. Laba = Harga Jual Harga Beli.
15. Rugi = Harga Beli - Harga Jual.
16. Impas = Harga Beli - Harga Jual = 0.
Aritmatika 3-47

17. Rabat adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual


kepada pembeli.
18. Bruto adalah berat barang termasuk wadah/tempatnya.
19. Neto adalah berat dari isi yang ada dalam suatu barang
tidak termasuk wadahnya.
20. Tara = bruto neto.
21. Bunga adalah imbalan jasa untuk penggunaan uang atau
modal sesuatu dengan waktu yang disepakati.
22. Bunga tunggal: peminjam melakukan pembayaran pada
waktuakhir perjanjian dengan pembayaran bunga sekaligus
dan bunga dihitung per satuan waktu.
23. Bunga majemuk: setiap akhir tahun bunga digabungkan
dengan pinjaman awal dan untuk tahun berikutnya
dianggap sebagai pinjaman awal.
DAFTAR PUSTAKA

Bartle, G. Robert and Sherbert, Donald R. 1992. Introduction to Real


Analysis. New York: John Wiley & Sons. Inc.
Rich, Barnet. 1960. Principels and Problems of Elementary Algebra. New
York: McGraw-Hill Books Company.
Sukarman, Herry. 2003. Media Pembelajaran (Aritmetika Sosial). Bahan
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta:Dirjendikdas-Depdiknas
Sukirman. 1986. Pengantar Ilmu Bilangan (Bagian I). Yogyakarta:
FPMIPA IKIP Yogyakarta.
Wheeler, Ruric. 1984. Modern Mathematics An Elementary Approah.
Montery, California: Brooks/Cole Publishing Company.
Winarno. 2003. Media Pembelajaran (Operasi Bilangan Bulat Negatif,
FPB, KPK serta Pola Bilangan). Bahan Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta:Dirjendikdas-Depdiknas
1995. Encyclopedia of Mathematics Vol 2 p. 652. Dordrect, The
Netherland: Kluwer Academic Publisher. Singapore: Toppan
Company (S) Pte, Ltd.
BUKU AJAR

Aljabar
BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Buku ajar ini mengkaji materi aljabar yang diajarkan di SMP. Materi
yang dikaji meliputi (1) bentuk aljabar, (2) persamaan, (3)
pertidaksamaan linear satu variabel, (4) perbandingan, (5) relasi
dan fungsi, (6) sistem persamaan linear dua variabel.
B. Prasyarat
Prasyarat untuk mempelajari buku ajar ini adalah pemahaman
materi pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama.
C. Petunjuk Belajar
Langkah-langkah dalam mempelajari buku ajar ini:
1. Pelajari materi sesuai urutan yang disajikan dalam buku ini.
2. Pelajari buku-buku yang relevan dengan materi buku ajar ini
antara lain buku-buku pelajaran matematika SMP.
3. Diskusikan materi yang ada dalam buku ajar ini dengan teman
sejawat/peserta pelatihan.
4. Kerjakan soal-soal yang ada dalam buku ajar ini.
D. Kompetensi dan Indikator
Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari bahan ajar ini
adalah:
1. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel.
2. dapat menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam
pemecahan masalah.
3. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam
pemecahan masalah
4. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis
lurus
4-2 Aljabar

5. Memahami sistem persa-maan linear dua variabel dan


menggunakannya dalam pemecahan masalah
Setelah mempelajari bahan ajar ini Anda diharapkan dapat:
1. Mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya
2. Melakukan operasi pada bentuk aljabar
3. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
4. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel
5. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
6. enyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
7. Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah
8. Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya
9. Memahami konsep himpunan bagian
10. Melakukan operasi irisan, gabungan, selisih (difference), dan
komplemen pada himpunan
11. Menyajikan himpunan dengan diagram Venn
12. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah
13. Melakukan operasi aljabar
14. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya
15. Memahami relasi dan fungsi
16. Menentukan nilai fungsi
17. Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem
koordinat Cartesius
18. Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus
19. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
20. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear dua variabel
21. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear dua variabel dan
penafsirannya
BAB II KEGIATAN BELAJAR 2

A. Kompetensi dan Indikator


1. Kompetensi
a. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel.
b. dapat menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam
pemecahan masalah.
2. Indikator
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, Anda diharapkan
dapat:
a. Mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya
b. Melakukan operasi pada bentuk aljabar
c. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
d. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel
e. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
f. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
g. Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah

B. Uraian Materi
1. Bentuk Aljabar
Bentuk 5 x , 5 x 2 y , 6 xy + xy 2 + 3 disebut sebagai bentuk aljabar.
Dalam bentuk aljabar terdapat istilah koefisien, peubah (variabel)
dan konstanta. Dalam bentuk aljabar 6 xy + xy 2 + 3 , diperoleh
koefisien suku pertama adalah 6, koefisien suku kedua adalah 1,
peubahnya adalah x dan y, dan 3 dinamakan konstanta.
4-4 Aljabar

Berdasarkan peubah yang terdapat pada setiap suku dalam


bentuk aljabar, dapat dibedakan antara suku sejenis dan tidak
sejenis. Dua suku bentuk aljabar dikatakan sejenis apabila
kedua suku tersebut (i) identik, atau (ii) hanya berbeda pada
koefisiennya.

Contoh 1.1

Suku x( y )3 sejenis dengan suku xy 3 karena memenuhi (i)

Suku 4 x 2 y 3 sejenis dengan suku x 2 y 3 karena memenuhi (ii)

Contoh 1.2
Suku 3x dan 3y 2 tidak sejenis karena tidak memenuhi (i) dan (ii)

Suku 4 x 2 y dan xy 2 tidak sejenis karena tidak memenuhi (i)


dan (ii)

Penyederhanaan penjumlahan dan pengurangan bentuk


bentuk aljabar hanya dapat dilakukan untuk suku sejenis.

Contoh 1.3
2xy + 3xy dapat disederhanakan menjadi 5xy.
3x2 + 2y2 tidak dapat disederhanakan.

Syarat suku sejenis tidak berlaku untuk operasi perkalian


dan pembagian. Dalam perkalian dan pembagian bentuk aljabar,
koefisien dioperasikan dengan koefisien dan peubah
dioperasikan dengan peubah. Sifat-sifat yang berlaku antara
lain:
(1). a p a q = a p+q
(2). a p : a q = a pq
Aljabar 4-5

(3). ( a p ) q = a p q

Contoh 1.4
Sederhanakan operasi bentuk aljabar (2 x 2 y ) 3 : xy 3 x 3 y 2 .
Penyelesaian:
2x6 y3
(2 x 2 y )3 : xy 3x 3 y 2 = 3x 3 y 2
xy

6 x9 y 5
=
xy

= 6 x8 y 4 .

2. Persamaan Linear Satu Variabel


Persamaan adalah kalimat terbuka yang memiliki hubungan
sama dengan. Persamaan yang mengandung satu peubah
berpangkat 1 dinamakan persamaan linier satu variabel. Bentuk
umum dari persamaan linier satu variabel adalah ax + b = 0
dengan a dan b bilangan real dan a 0.
Contoh-contoh permasalahan berikut dapat diselesaikan
dengan persamaan linier satu variabel:

Contoh 1.5
Selisih dua bilangan adalah 15. Jika 3 kali bilangan yang besar
dikurangi 2 kali bilangan yang kecil maka hasilnya sama dengan
62. Tentukan jumlah kedua bilangan tersebut.
Penyelesaian:
Misalkan bilangan yang kecil adalah a.
Berarti bilangan yang besar adalah a+15.
Diperoleh 3(a+15) 2a = 62.
3a + 45 - 2a = 62
a = 62 45
a = 17.
4-6 Aljabar

Jadi kedua bilangan tersebut adalah 17 dan 32.


Jumlah kedua bilangan tersebut adalah 17 + 32 = 49.

Contoh 1.6
Amir dan Budi membantu ayah menanam sejumlah batang
singkong di kebun. Amir baru menanam 12 batang, sedangkan
Budi masih menyisakan 49 batang lagi. Ternyata batang
singkong yang telah ditanam Budi setengah dari banyaknya
batang singkong yang belum ditanam Amir. Berapa batang
singkong yang harus ditanam Budi apabila mereka harus
menanam jumlah singkong yang sama banyak?

Contoh 1.7
Banyak anak perempuan dalam sebuah keluarga 2 kurangnya
dari banyak anak laki-laki. Apabila setiap anak perempuan
3
mempunyai saudara laki-laki sebanyak dari banyak saudara
2
perempuannya, berapakah banyak anak laki-laki dalam
keluarga tersebut?

Contoh 1.8
Pada tahun ini, umur Andi 2 tahun lebih muda dari umur Kiki.
Tahun depan, umur Andi lima perenam umur Kiki. Berapakah
jumlah umur mereka sekarang?
Penyelesaian:
Misalkan umur Andi adalah a tahun.
Berarti umur Kiki adalah (a + 2) tahun.
5
Diperoleh a + 1 = (a+2+1)
6
5 15
a+1= a+
6 6
Aljabar 4-7

1 9
a=
6 6
a = 9.
Jadi pada saat ini umur Andi 9 tahun dan Kiki 11 tahun.
Jumlah umur keduanya adalah 20 tahun.

2. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


Pertidaksamaan linier satu variabel adalah kalimat terbuka
dengan variabel berpangkat satu dan memiliki hubungan
ketikdaksamaan. Tanda penghubung ketidaksamaan adalah
(tidak sama dengan), < (kurang dari), > (lebih dari), (kurang
dari atau sama dengan) dan (lebih dari atau sama dengan).
Bentuk-bentuk pertidaksamaan linier satu variabel antara lain
1 2
3x + 2 < 1 , a + 2 a 1.
5 3
Berikut ini beberapa contoh terkait dengan materi
pertidaksamaan linier satu variabel.

Contoh 1.9
Kerangka sebuah persegi panjang akan dibuat dari kawat
dengan panjang sama dengan 5 cm kurang dari dua kali
lebarnya. Bila keseluruhan kawat yang diperlukan tidak lebih
dari 62 cm, berapakah lebar persegipanjang yang dapat
dibuat?
Penyelesaian:
Misalkan lebar persegipanjang yang dapat dibuat adalah l cm.
Berarti panjang dari persegipanjang tersebut adalah (2l 5) cm.
Diperoleh 2(l + (2l 5)) 62
2l + 4l 10 62
6l 72
l 12.
4-8 Aljabar

Jadi lebar persegipanjang yang dapat dibuat kurang dari atau


sama dengan 12 cm.

Contoh 1.10
Budi akan mencari 2 bilangan asli berurutan yang memiliki
jumlah lebih dari atau sama dengan 15. Syarat yang lain,
bilangan yang kecil harus kurang dari 10. Jika bilangan tersebut
adalah p, tentukan batas nilai p.

Contoh 1.11
Untuk menjadi anggota pasukan pengibar bendera di suatu
SMP, dipersyaratkan siswa mempunyai tinggi badan lebih dari
155cm. Jika Andi mendaftar menjadi anggota pasukan pengibar
bendera tetapi ternyata tidak memenuhi syarat tinggi badan,
apa yang dapat disimpulkan dari tinggi badan Andi?

3. Perbandingan
Penerapan dari materi perbandingan antara lain adalah
pembuatan atau penafsiran gambar berskala berupa peta, sket
rumah, replika suatu benda dan sebagainya. Perbandingan
antara ukuran pada gambar dengan ukuran sesungguhnya
dinamakan skala. Jadi, skala dapat mempunyai makna panjang
pada gambar dibanding panjang sesungguhnya, lebar pada
gambar dibanding lebar sesungguhnya atau tinggi pada gambar
dibanding dengan tinggi sesungguhnya.
Terdapat 2 macam perbandingan yaitu perbandingan senilai
(seharga) dan perbandingan berbalik nilai. Dua jenis data
dikatakan mempunyai perbandingan senilai apabila
bertambahnya (atau berkurangnya) data jenis pertama
berakibat bertambahnya (atau berkurangnya) data jenis kedua.
Sebaliknya, dua jenis data dikatakan mempunyai perbandingan
Aljabar 4-9

berbalik nilai apabila bertambahnya (atau berkurangnya) data


jenis pertama berakibat berkurangnya (atau bertambahnya)
data jenis kedua.

Beberapa contoh permasalahan terkait dengan materi


perbandingan antara lain:

Contoh 1.12
Sebuah taman bunga mempunyai ukuran 100m x 80m. Taman
tersebut tergambar pada suatu kertas dengan skala 1 : 750.
Tentukan luas pada gambar!

Contoh 1.13
Sebuah bangunan mempunyai ukuran panjang 25m, lebar 12m
dan tinggi 10m. Bangunan tersebut dibuat maketnya dengan
ukuran tinggi 25cm. Tentukan (a) skala maket tersebut, (b)
panjang dan lebar maket tersebut!

Bentuk perbandingan dapat dinyatakan dengan notasi : (titik


pembilang
dua) atau tanda per . Bentuk a : b = c : d dapat
penyebut
a c
dinyatakan sebagai = . Untuk memudahkan perhitungan
b d
maka perbandingan sebaiknya dibuat sedemikian rupa
sehingga menjadi perbandingan yang paling sederhana.

Contoh 1.14
3 5
Pada gambar berikut, dari lingkaran yang kecil dan dari
5 6
lingkaran yang besar diarsir. Tentukan perbandingan antara
4-10 Aljabar

luas arsiran pada lingkaran kecil dengan luas arsiran pada


lingkaran besar.

Contoh 1.15
Jika Amir dan Budi bekerja bersama maka suatu pekerjaan
dapat diselesaikan selama 10 hari. Apabila Budi dan Cecep
bekerja sama maka pekerjaan tersebut dapat diselesaikan
dalam 15 hari, sedangkan apabila dikerjakan Amir dan Cecep
maka pekerjaan akan selesai dalam 12 hari. Berapa hari yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut apabila
ketiganya mengerjakan bersama-sama?
Penyelesaian:
Dalam satu hari;
1
Amir dan Budi dapat menyelesaikan pekerjaan,
10
1
Budi dan Cecep dapat menyelesaikan pekerjaan, dan
15
1
Amir dan Cecep dapat menyelesaikan pekerjaan.
12
Misalkan:
A menyatakan banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan Amir
dalam satu hari,
B menyatakan banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan Budi
dalam satu hari, dan
C menyatakan banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan
Cecep dalam satu hari.
Aljabar 4-11

Diperoleh:
1
A+B=
10
1
B+C=
15
1
A+C=
12
1 1 1
Jadi (A + B) + (B + C) + (A + C) = + +
10 15 12
6+4+5
2(A + B + C) =
60
1
A+B+C= .
8
Dengan demikian, apabila ketiga orang tersebut bekerja
1
bersama-sama maka dalam satu hari dapat menyelesaikan
8
pekerjaan. Berarti pekerjaan akan selesai dalam waktu 8 hari.

C. Latihan
1. Banyak anak perempuan dalam sebuah keluarga 1 lebihnya dari
banyak anak laki-laki. Setiap anak perempuan mempunyai
saudara laki-laki sebanyak jumlah saudara perempuannya.
Berapakah banyak anak perempuan dalam keluarga tersebut?
2. Tiga orang pekerja mengecat rumah. Jika pekerjaan tersebut
dilakukan oleh Pak Bonar dan Pak Zuhdi, memerlukan waktu 6
jam. Jika dikerjakan oleh Pak Zuhdi dan Pak Amin, memerlukan
waktu 4 jam. Jika dikerjakan oleh Pak Bonar dan Pak Amin,
memerlukan waktu 5 jam. Pilih satu jawaban dari pilihan berikut
yang paling mendekati waktu penyelesaian apabila ketiga orang
tersebut bekerja bersama-sama.
4-12 Aljabar

D. Rangkuman
Berdasarkan peubah yang terdapat pada setiap suku dalam bentuk
aljabar, dapat dibedakan antara suku sejenis dan tidak sejenis.
Dua suku bentuk aljabar dikatakan sejenis apabila kedua suku
tersebut (i) identik, atau (ii) hanya berbeda pada koefisiennya.
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama
dengan. Persamaan yang mengandung satu peubah berpangkat 1
dinamakan persamaan linier satu variabel. Bentuk umum dari
persamaan linier satu variabel adalah ax + b = 0 dengan a dan b
bilangan real dan a 0.
Perbandingan antara ukuran pada gambar dengan ukuran
sesungguhnya dinamakan skala. Terdapat 2 macam perbandingan
yaitu perbandingan senilai (seharga) dan perbandingan berbalik
nilai. Dua jenis data dikatakan mempunyai perbandingan senilai
apabila bertambahnya (atau berkurangnya) data jenis pertama
berakibat bertambahnya (atau berkurangnya) data jenis kedua.
Sebaliknya, dua jenis data dikatakan mempunyai perbandingan
berbalik nilai apabila bertambahnya (atau berkurangnya) data jenis
pertama berakibat berkurangnya (atau bertambahnya) data jenis
kedua.
E. Tes Formatif 1
Jenis Soal Pilihan Ganda.
Petunjuk: Pilih jawaban yang benar!
a+b ab
1. Bentuk sederhana dari adalah ... .
3 4
a 7b a + 7b
A. B.
12 12
a+b ab
C. D.
12 12

2. Suatu persegipanjang mempunyai panjang 2 kali lebarnya, dan


kelilingnya adalah 96cm. Panjang dan lebar persegipanjang
tersebut adalah ... .
Aljabar 4-13

A. 32cm dan 16cm B. 30cm dan 15cm


C. 28cm dan 14cm D. 26cm dan 13cm
3. Umur ayah 10 tahun yang lalu 16 tahun lebih tua dari umur
paman. Jika umur ayah sekarang 57 tahun, maka umur paman
10 yang lalu adalah ... .
A. 31 tahun B. 41 tahun
C. 51 tahun D. 61 tahun
4. Jika siswa yang tidak hadir perbulan sekurang-kurangnya 3
orang dan sebanyak-banyaknya 17 orang, maka rata-rata
banyak siswa yang tidak hadir perbulan adalah ... .
A. 7 orang B. 8 orang
C. 9 orang D. 10 orang
5. Seseorang dapat mengetik 1.800 kata dalam waktu 2 jam. Jika
waktu yang tersedia hanya 1 jam 20 menit maka orang tersebut
dapat mengetik sebanyak ... .
A. 1.200 kata B. 1.300 kata
C. 1.400 kata D. 1.500 kata
6. Uang sebanyak Rp75.000,00 dapat digunakan untuk membeli 6
meter kain. Jika uang yang tersedia sebanyak Rp187.500,00
maka panjang kain yang dapat dibeli maksimum ... .
A. 10 meter B. 12 meter
C. 15 meter D. 18 meter
7. Suatu pekerjaan dapat diselesaikan selama 8 bulan oleh 50
orang pekerja. Jika pekerjaan yang sama ingin diselesaikan
dalam waktu 5 bulan maka banyak pekerja yang harus
ditambahkan adalah ... .
A. 30 orang B. 40 orang
C. 60 orang D. 80 orang
8. Jika rumah yang berukuran 9m X 18 m pada gambar menjadi
berukuran 7,5cm X 15cm maka skala gambar adalah ... .
A. 1 : 1,2 B. 1 : 12
4-14 Aljabar

C. 1 : 120 D. 1 : 1200
9. Suatu jarak dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam oleh
kendaraan dengan kecepatan rata-rata 48km/jam. Jika ingin
ditempuh dalam waktu 1 jam, maka kecepatan rata-rata
kendaraan adalah ... .
A. 32km/jam B. 64km/jam
C. 72km/jam D. 86km/jam
10. Harga 4 buah pulpen Rp6.000,00 dan harga 5 buah buku
Rp12.000,00. Perbandingan harga 1 buah pulpen dengan 1
buah buku adalah ... .
A. 1 : 2 B. 3 : 4
C. 4 : 7 D. 5 : 8

Jenis Soal Uraian.


Petunjuk: Kerjakan dengan lengkap dan benar!
1. Badru mempunyai satu bundel tiket sepak bola untuk dijual.
Pada hari Minggu ia dapat menjual 10 lembar tiket kepada
keluarganya. Pada hari Senin ia dapat menjual setengah dari
tiket yang tersisa. Pada hari Selasa ia menjual 5 tiket kepada
teman sekolahnya dan 2 tiket terakhir kepada dua orang
gurunya. Berapa lembar tiket yang ada dalam satu bundel?
2. Kadar garam dalam enam liter air laut adalah 4%. Setelah air
laut tersebut menguap sebanyak 1 liter, berapa persen kadar
garam dalam air tersebut?
3. Untuk menempuh perjalanan dari kota A ke kota B, dengan
kecepatan rata-rata 60km/jam, seorang sopir bis biasanya
memerlukan waktu selama 6 jam 40 menit. Tentukan kecepatan
rata-rata bis tersebut agar ia tiba di kota B dalam waktu 1 jam
20 menit lebih awal dari biasanya.
BAB III KEGIATAN BELAJAR 3

A. Kompetensi dan Indikator


1. Kompetensi
a. Mampu menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn
dalam pemecahan masalah
b. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis
lurus
c. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah

2. Indikator
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan
dapat:
a. Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta
penyajiannya
b. Memahami konsep himpunan bagian
c. Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference),
dan komplemen pada himpunan
d. Menyajikan himpunan dengan diagram Venn
e. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah
f. Melakukan operasi aljabar
g. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya
h. Memahami relasi dan fungsi
i. Menentukan nilai fungsi
j. Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem
koordinat Cartesius
k. Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus
l. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
m. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear dua variabel
4-16 Aljabar

n. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang


berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan
penafsirannya

B. Uraian Materi
1. Himpunan
Himpunan merupakan kumpulan dari benda (obyek) yang
didefinisikan dengan jelas. Kata jelas diartikan bahwa syarat
keanggotaan dari suatu himpunan dapat ditentukan dengan
jelas. Obyek dari suatu himpunan dinamakan anggota (elemen)
dari himpunan tersebut. Elemen dari suatu himpunan dapat
berupa bilangan, orang, binatang dan sebagainya.
Suatu himpunan biasanya disimbolkan dengan huruf besar.
Misalkan himpunan lima bilangan asli yang pertama dapat
dituliskan A={1,2,3,4,5}.
Terdapat 3 cara untuk menyatakan suatu himpunan, yaitu
dengan cara (1) menyebutkan syarat keanggotaan (dengan kata-
kata), (2) mendaftar anggota-anggotanya (tabulasi) dan (3)
notasi pembentuk himpunan.
b. Menyatakan himpunan dengan menyebutkan syarat
keanggotaan (dengan kata-kata)
Untuk menyatakan himpunan A yang memuat 1,2,3,4,5
dengan cara menyebutkan syarat keanggotaan adalah:
A adalah himpunan yang memuat 5 lima bilangan asli yang
pertama, atau A adalah himpunan bilangan asli kurang dari
6.
Dalam menyatakan himpunan dengan menyebutkan syarat
keanggotaannya, tidak digunakan simbol kurung kurawal.
c. Menyatakan himpunan dengan mendaftar anggota-
anggotanya
Aljabar 4-17

Pada cara ini, semua atau sebagian anggotanya dituliskan


dalam kurung kurawal.
Contoh:
A = {1,2,3,4,5}
B = {Minggu, Selasa, Kamis}
C = {1,2,3, ... , 100}
D = {1,3,5, ... }
d. Menyatakan himpunan dengan notasi pembentuk himpunan
Pada cara ini, anggota-anggotanya tidak dituliskan. Notasi
yang digunakan adalah A = {......}. Sebagai contoh, jika A =
{1,2,3,4,5} maka dinotasikan dengan A = {xx<6, x bilangan
asli}.
Berdasarkan banyak anggotanya, himpunan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu himpunan berhingga dan tidak berhingga.
Sebuah himpunan dikatakan berhingga apabila himpunan
tersebut terdiri atas sejumlah tertentu elemen-elemen berbeda.
Artinya, apabila kita menghitung elemen-elemen yang berbeda
dari himpunan tersebut, maka proses penghitungannya dapat
berakhir. Bila tidak demikian, maka himpunan tersebut
dikatakan tak berhingga.

Contoh 2.1
Misalkan A adalah himpunan dari hari-hari dalam satu minggu,
B = {2,4,6,...} dan C = {xx adalah sungai di bumi}.
A dan C merupakan himpunan berhingga sedangkan B
merupakan himpunan tak berhingga. Meskipun pada
prakteknya, sulit untuk menghitung semua sungai di bumi, tetapi
jumlahnya berhingga.

Dua buah himpunan dikatakan sama apabila keduanya


mempunyai elemen-elemen yang sama. Dengan demikian, A =
4-18 Aljabar

B jika semua elemen di A merupakan elemen di B dan juga


semua elemen di B merupakan elemen di A.

Contoh 2.2
A = {1,2,3,4} dan B adalah himpunan semua bilangan asli
kurang dari 5 merupakan himpunan yang sama. Demikian pula
C = {xx2=100} dan D = {-10, 10} merupakan himpunan yang
sama. Himpunan E = {1,2,3} dan F = {1,2,1,2,3,2} juga
merupakan himpunan yang sama.
Himpunan yang tidak mempunyai elemen dinamakan himpunan
kosong dan disimbolkan dengan { } atau . Sebagai contoh P
={x x2 = 4, x bilangan ganjil} merupakan himpunan kosong.
Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap
himpunan. Pernyataan tersebut bernilai benar berdasarkan
kebenaran implikasi pada logika matematika. Implikasi p q
akan selalu bernilai benar apabila pernyataan p bernilai salah.
Implikasi Jika x maka xA akan selalu bernilai benar
karena pernyataan x bernilai salah. tidak pernah
mempunyai anggota sehingga pernyataan x selalu bernilai
salah.

2. Operasi-Operasi pada Himpunan


Operasi-operasi yang berlaku pada himpunan antara lain
gabungan (perpaduan), irisan (perpotongan), komplemen dan
selisih.
a. Gabungan
Gabungan dari himpunan A dan himpunan B adalah
himpunan yang memuat semua elemen yang termasuk
dalam A atau B. Operasi gabungan disimbolkan dengan .
Aljabar 4-19

Jadi AB = {x xA atau xB}. Dalam bentuk digram Venn


digambarkan sebagai daerah yang diarsir berikut ini.

A B

Contoh 2.3
Jika A adalah himpunan semua bilangan asli kelipatan 2 dan
B adalah himpunan semua bilangan asli kelipatan 3 maka
AB = {2,3,4,6,8,9,10, ...}

b. Irisan
Irisan dari himpunan A dan himpunan B adalah himpunan
yang memuat semua elemen yang termasuk dalam A dan
sekaligus masuk dalam B. Operasi irisan disimbolkan
dengan . Jadi AB = {x xA dan xB}. Dalam bentuk
digram Venn digambarkan sebagai daerah yang diarsir
berikut ini.

A B

AB

Contoh 2.4
Jika A adalah himpunan semua bilangan asli kelipatan 2 dan
B adalah himpunan semua bilangan asli kelipatan 3 maka
AB = {6,12,18, ...}
4-20 Aljabar

c. Komplemen
Jika A suatu himpunan, maka komplemen dari himpunan A
adalah himpunan yang memuat elemen-elemen dalam
himpunan semesta (S) tetapi tidak termasuk dalam A.
Komplemen dari A disimbolkan dengan A. Jadi A = {x xS,
xA}.

A A

Contoh 2.5
Jika A adalah himpunan semua bilangan rasional dan S
adalah himpunan semua bilangan real maka A adalah
himpunan semua bilangan irasional. Berdasarkan contoh
tersebut dapat dikatakan bahwa bilangan real adalah
gabungan dari bilangan rasional dan bilangan irasional.
e. Selisih
Selisih dari himpunan A dan B (disimbolkan dengan A B
atau A/B) adalah himpunan yang memuat elemen-elemen di
A tetapi tidak termasuk dalam himpunan B.
Diagram Venn berikut ini menggambarkan himpunan A - B.

A B

A-B

Contoh 2.6
Aljabar 4-21

Jika A adalah himpunan semua bilangan bulat dan B adalah


himpunan semua bilangan bulat negatif maka A B adalah
himpunan semua bilangan cacah, sedangkan B A adalah
himpunan kosong ().

3. Prinsip Inklusi dan Eksklusi pada Himpunan


Misalkan A dan B sembarang himpunan. Penjumlahan n(A)+n(B)
berarti menghitung banyaknya elemen A yang tidak terdapat
dalam B dan banyaknya elemen B yang tidak terdapat dalam A
tepat satu kali, dan banyaknya elemen yang terdapat dalam A
B sebanyak dua kali. Oleh karena itu, pengurangan banyaknya
elemen yang terdapat dalam AB dari n(A)+n(B) membuat
banyaknya anggota A B dihitung tepat satu kali. Dengan
demikian, n(AB)= n(A)+n(B) n(AB). Generalisasi dari hal
tersebut bagi gabungan dari sejumlah himpunan dinamakan
prinsip inklusi-eksklusi. Prinsip inklusi dan eksklusi untuk 3 buah
himpunan adalah n(ABC) = n(A) + n(B) + n(C) n(AB)
n(AC) n(BC) + n (ABC). Pola yang sama untuk lebih
dari 3 himpunan.

Contoh 2.7
Dalam sebuah kelas terdapat 25 siswa yang menyukai
matematika, 13 siswa menyukai IPA dan 8 orang diantaranya
menyukai matematika dan IPA. Berapa siswa terdapat dalam
kelas tersebut?
Penyelesaian:
Misalkan A himpunan siswa yang menyukai matematika dan B
himpunan siswa yang menyukai IPA. Himpunan siswa yang
menyukai kedua mata kuliah tersebut dapat dinyatakan sebagai
4-22 Aljabar

himpunan A B. Banyaknya siswa yang menyukai salah satu


dari kedua mata kuliah tersebut atau keduanya dinyatakan
dengan n(AB). Dengan demikian n(AB) = n(A)+n(B)
n(AB) = 25 + 13 8 = 30. Jadi, terdapat 30 orang siswa dalam
kelas tersebut.

Contoh 2.8
Berapa banyak bilangan bulat positif yang tidak melampaui 1000
yang habis dibagi oleh 7 atau 11 ?
Penyelesaian:
Misalkan P himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui
1000 yang habis dibagi 7 dan Q himpunan bilangan bulat positif
tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 11. Dengan demikian P
Q adalah himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui
1000 yang habis dibagi 7 atau habis dibagi 11, dan P Q
himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang
habis dibagi 7 dan habis dibagi 11.
n(P) = bagian bulat dari (1000:7) 142
n(Q) = bagian bulat dari (1000 : 11) = 90
n(PQ) = bagian bulat dari (1000 : KPK[7,11]) = 12
n(PQ) = n(P)+n(Q) n(PQ) = 142 + 90 12 = 220.
Jadi terdapat 220 bilangan bulat positif tidak melampui 1000
yang habis dibagi 7 atau habis dibagi 11.

Contoh 2.9
Dari pendataan terhadap makanan kesukaan di suatu kelas
yang terdiri dari 40 siswa, diperoleh 15 siswa gemar bakso, 17
siswa gemar soto dan 18 siswa gemar nasi goreng. Siswa yang
menggemari bakso sekaligus soto sebanyak 6 siswa, yang
menggemari soto sekaligus nasi goreng sebanyak 4 siswa dan
menggemari bakso sekaligus nasi goreng sebanyak 5 siswa.
Aljabar 4-23

Jika terdapat 3 siswa yang tidak menggemari satupun dari ketiga


makanan tersebut:
a. berapakah banyak siswa yang menggemari ketiga-ketiganya?
b. berapakah banyak siswa yang hanya menggemari nasi
goreng?
Penyelesaian:
a. Misalkan: B adalah himpunan penggemar bakso,
S adalah himpunan penggemar soto, dan
N adalah himpunan penggemar nasi goreng.
Diperoleh n(B) = 15, n(S) = 17, n(N) = 18, n(BS) = 6,
n(SN) = 4 dan n(BN) = 5.
Karena terdapat 3 siswa yang tidak menggemari ketiganya,
maka n(BSN) = 40 3 = 37.
Berdasarkan prinsip inklusi dan eksklusi diperoleh:
n(BSN) = n(B) + n(S) + n(N) - n(BS) - n(SN) -
n(BN)+ n(BSN)
37 = 15 + 17 + 18 6 4 5 + n(BSN)
n(BSN) = 2
Jadi terdapat 2 siswa yang menggemari ketiga makanan
sekaligus.
b. Untuk menjawab soal b, digunakan diagram Venn berikut,
dengan pengisian pertama dimulai pada (BSN).

B S

6 4
9

2
3 2
3
11

N
4-24 Aljabar

Berdasarkan diagram Venn di atas, banyak siswa yang


hanya menggemari nasi goreng adalah 11 orang.

4. Relasi dan Fungsi


Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan yang
memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-
anggota himpunan B.Relasi antara 2 himpunan dapat dinyatakan
dengan (a) diagram panah, (b) diagram Cartesius dan (c)
himpunan pasangan berurutan. Misalkan terdapat dua himpunan
yaitu A={Amir, Budi, Cecep} dan B={bakso, sate}. Misalkan relasi
gemar makan antara A dan B dapat digambarkan ke dalam
diagram panah berikut:

Amir
bakso
Budi
sate
Cecep

Dalam diagram Cartesius relasi tersebut dapat digambarkan


sebagai berikut:

Sate


Bakso
Dalam himpunan pasangan berurutan, relasi tersebut dapat
dinyatakansebagai Amir Budi Cecep
Aljabar 4-25

(Amir,bakso),(Budi,bakso),(Budi,sate),(Cecep,sate)} Fungsi
(pemetaan) dari A ke B adalah relasi khusus yang
memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B.
Apabila terdapat suatu pemetaan dari A ke B maka A dinamakan
daerah asal (domain) dan B dinamakan daerah kawan
(kodomain). Terdapat 2 kata kunci dalam mendefinisikan fungsi
yaitu setiap dan tepat satu. Kata setiap mempunyai makna
bahwa semua anggota domain harus mempunyai pasangan.
Kata tepat satu mempunyai makna bahwa pasangan dari setiap
anggota domain hanyalah satu. Secara kontekstual, pemetaan
dapat diidentikkan dengan sistem kerja senapan yang baik.
Senapan yang baik diartikan sebagai tidak ada peluru yang
macet dan tidak ada peluru yang pecah. Relasi gemar makan
pada contoh di atas bukan merupakan fungsi karena terdapat
elemen di domain yaitu Budi yang dipasangkan dengan lebih dari
satu elemen yaitu bakso dan sate.
Suatu fungsi yang dinyatakan dengan aturan tertentu umumnya
diberi nama dengan menggunakan huruf kecil misalnya f,g,h dan
huruf-huruf lainnya. Misalkan fungsi f : x 2 x + 3 dibaca fungsi
f memetakan x ke 2 x + 3 dan dapat dinyatakan dalam rumus
fungsi yaitu f ( x) = 2 x + 3.
Beberapa contoh soal terkait dengan materi relasi dan fungsi.

Contoh 2.10
Suatu fungsi ditentukan dengan rumus f ( x) = px + q . Diketahui
f (5) = 20 dan f (3) = 15 . Tentukan (a). nilai p dan q, (b). bentuk
fungsinya, dan (c). f (4).

Contoh 2.11
4-26 Aljabar

Tulislah rumus fungsi yang mungkin untuk himpunan pasangan


berurutan {(1,0),(2,2),(3,6),(4,12),(5,20),}. Jika anggota
domainnya 15, berapakah petanya?

Contoh 2.12
Seorang pedagang menetapkan potongan harga untuk
pembelian kemeja merek tertentu dengan harga perbuah
Rp80.000,00 dengan ketentuan sebagai berikut:
Banyak Pembelian Banyak potongan (Rp)
1 0
2 15.000
3 20.000
4 25.000
5 30.000
. .
. .
. .

(a). Tentukan rumus fungsi f (x) yang menyatakan jumah uang


yang harus dibayarkan bila x menyatakan banyak kemeja
yang dibeli.
(b). Tentukan uang yang harus dibayarkan oleh konsumen yang
membeli 10 kemeja.

5. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel


Bentuk umum persamaan linier dua variabel adalah ax + by = c
dengan a,b,c bilangan real dengan a dan b keduanya tidak sama
dengan nol. Permasalaan yang menyangkut satu atau lebih
persamaan linier dua variabel dinamakan sistem persamaan
linier dua variabel. Pasangan ( x, y ) dinamakan anggota
himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua
variabel apabila nilai x dan y secara bersama-sama memenuhi
semua persamaan yang terdapat dalam sistem tersebut.
Aljabar 4-27

Berdasarkan keberadaan penyelesaiannya, sistem persamaan


linier dapat dibedakan menjadi 3 macam:
c. tidak mempunyai penyelesaian,
d. tepat mempunyai satu penyelesaian, dan
e. mempunyai tak terhingga penyelesaian
Menentukan penyelesaian sistem persamaan liner 2 variabel
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain (a). metode
grafik, (b). metode substitusi, (c). metode eliminasi, (d) gabungan
metode eliminasi dan substitusi, (e) eliminasi Gauss, (f) eliminasi
Gauss-Jordan dan (g) Atruran Cramer. Untuk pembelajaran
tingkat SMP, hanyalah metode (a) sampai dengan (d) saja yang
diajarkan.
(a). Metode Grafik
Misalkan diketahui sistem persamaan linier:
x+y=4
2x y = 2
Dengan menggambarkan sistem tersebut pada koordinat
Cartesius diperoleh hasil sebagai berikut:

2 (2,2)

O 1 2 3 4

Penyelesaian dari sistem tersebut adalah titik potong kedua


garis yaitu (2,2). Jadi x=2 dan y=2.
4-28 Aljabar

(b). Metode Substitusi


Misalkan diketahui sistem persamaan linier:
3x + y = 7
2x 3y = 1
Namakan persamaan
(1). 3x + y = 7
(2). 2x 3y = 1
Berdasarkan persamaan (1) diperoleh 3x + y = 7 y=7-3x.
Dengan mensubstitusikan y=7-3x ke dalam persamaan(2)
diperoleh
2x 3y = 1 2x-3(7-3x)=1
2x-21+9x=1
11x=22
x=2
Dengan mensubstitusikan x=2 ke persamaan y=7-3x
diperoleh y=7-3.2=1.
Jadi penyelesaian dari sistem tersubut adalah x=2 dan y=1.

(c). Metode Eliminasi


Misalkan diketahui sistem persamaan linier:
x -2y = 5
2x +y = 5
Namakan persamaan
(1). x -2y = 5
(2). 2x +y = 5
Dengan mengalikan persamaan (1) dengan 2 dan
persamaan (2) dengan 1, diperoleh:
x -2y = 5 x 2 2x-4y=10
2x +y = 5 x 1 2x+y=5
-5y=5
y=-1
Aljabar 4-29

Dengan mengalikan persamaan (1) dengan 1 dan


persamaan (2) dengan 2, diperoleh:

x -2y = 5 x 1 x - 2y =5
2x +y = 5 x 2 4x+2y=10
5x = 15
x= 3.
Diperoleh penyelesaian dari sistem tersubut adalah x=3 dan
y=-1.

(d). Gabungan Metode Eliminasi dan Substitusi


Misalkan diketahui sistem persamaan linier:
4x -3y = -1
3x +y = 9
Namakan persamaan
(1). 4x -3y = -1
(2). 3x +y = 9
Dengan mengalikan persamaan (1) dengan 1 dan
persamaan (2) dengan 3, diperoleh:
4x -3y = -1 x 1 4x-3y=-1
3x +y = 9 x 3 9x+3y=27
13x=26
x=2
Dengan mensubstitusikan x=2 ke persamaan (1) diperoleh:
4x -3y = -1 4.2-3y=-1
8-3y=-1
-3y=-9
y=3
Diperoleh penyelesaian dari sistem tersebut adalah x=2 dan
y=3.
4-30 Aljabar

Contoh 20 dan 21 berikut ini perlu dikaji dalam kegiatan


pembelajaran di kelas untuk lebih memantapkan pemahaman
siswa terkait dengan makna dari himpunan penyelesaian.

Contoh 2.13
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier:
2x y = 1
-4x + 2y = 6
Penyelesaian:
Dengan mengalikan persamaan (1) dengan 2 dan persamaan (2)
dengan 1, diperoleh:
2x - y = 1 x 2 4x - 2y = 2
-4x +2y= 6 x 1 -4x+2y=12
0.x+0.y = 14
Jelas bahwa tidak terdapat x dan y yang memenuhi 0.x+0.y = 14.
Jadi himpunan peanyelesaian dari sistem persamaan linier
tersebut adalah himpunan kosong.

Contoh 2.14
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier:
x 2y = 5
-2x + 4y = -10

Contoh 2.15
Tecatat 480 orang hadir dalam suatu pertunjukkan dengan tiket
masuk Rp14.000,00 untuk tempat duduk di depan dan
Rp26.000,00 untuk tempat duduk belakang. Hasil penjualan tiket
masuk pertunjukkan tersebut adalah Rp8.310.000,00. Berapa
banyak tempat duduk depan dan belakang yang ditempati?
Aljabar 4-31

Contoh 2.16
Lima buku dan dua pensil dijual seharga Rp24.000,00. Tiap buku
harganya lebih mahal Rp2.000,00 dari harga pensil. Tentukan
harga sebuah buku!

C. Latihan
1. Untuk keperluan suatu pesta, seseorang membeli jeruk dan apel
yang sama banyak. Setiap 3 buah jeruk dijual seharga
Rp2.000,00 dan setiap 4 buah apel dijual seharga Rp3.000,00.
Untuk keperluan tersebut dia membayar pembelian apel
Rp5.000,00 lebih banyak dari pada pembelian jeruk. Tentukan
berapa harga pembelian keseluruhan.

2. Umur sang ayah saat ini 24 tahun lebih tua dari pada anaknya.
Dua tahun yang lalu, umur sang ayah 4 kali lebih tua dari
anaknya. Berapa umur anak 5 tahun yang akan datang?

D. Rangkuman
Himpunan merupakan kumpulan dari benda (obyek) yang
didefinisikan dengan jelas. Kata jelas diartikan bahwa syarat
keanggotaan dari suatu himpunan dapat ditentukan dengan jelas.
Obyek dari suatu himpunan dinamakan anggota (elemen) dari
himpunan tersebut. Elemen dari suatu himpunan dapat berupa
bilangan, orang, binatang dan sebagainya.
Berdasarkan prinsip inklusi dan eksklusi, berlaku n(AB)=
n(A)+n(B) n(AB). Prinsip inklusi dan eksklusi untuk 3 buah
himpunan adalah n(ABC) = n(A) + n(B) + n(C) n(AB)
n(AC) n(BC) + n (ABC). Pola yang sama berlaku untuk
lebih dari 3 himpunan.
4-32 Aljabar

Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan yang


memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-
anggota himpunan B. Relasi antara 2 himpunan dapat dinyatakan
dengan (a) diagram panah, (b) diagram Cartesius dan (c)
himpunan pasangan berurutan.
Bentuk umum persamaan linier dua variabel adalah ax + by = c
dengan a,b,c bilangan real dan a, b keduanya tidak sama dengan
nol. Permasalahan yang menyangkut satu atau lebih persamaan
linier dua variabel dinamakan sistem persamaan linier dua variabel.
Pasangan ( x, y ) dinamakan anggota himpunan penyelesaian dari
sistem persamaan linier dua variabel apabila nilai x dan y secara
bersama-sama memenuhi semua persamaan yang terdapat dalam
sistem tersebut.

E. Tes Formatif 2
Jenis Soal Pilihan Ganda.
Petunjuk: Pilih jawaban yang benar!
1. Suatu pemilihan umum diikuti oleh 3 partai yaitu parta P, partai
Q dan partai R. Jumlah pemilih yang terdaftar adalah 60.000
orang. Jika 40 orang tidak menggunakan hak pilihnya dan dari
pemilih yang menggunakan haknya ternyata 30% memilih partai
P, 45% memilih partai Q dan sisanya memilih partai R maka
banyak pemilih partai R adalah ... .
A. 14.990 orang B. 15.990 orang
C. 14.988 orang D. 15.988 orang
2. Dalam suatu kelas diketahui 20 orang gemar PPKn, 29 orang
gemar Bahasa Indonesia, 9 orang gemar keduanya dan 4 orang
tidak gemar kedua pelajaran tersebut. Banyak siswa dalam
kelas tersebut adalah ... .
A. 40 orang B. 42 orang
C. 44 orang D. 46 orang
Aljabar 4-33

3. Relasi dua himpunan di bawah ini yang bukan merupakan


fungsi adalah ... .
A. Himpunan siswa dengan nomor absennya di kelas
B. Himpunan negara-negara dengan himpunan benderanya
C. Himpunan negara-negara dengan himpunan lagu
kebangsaannya
D. Himpunan siswa dengan hobinya
4. Suatu fungsi f didefinisikan dengan rumus f(x) = ax + b. Jika f(3)
= 3 dan f(-2) = -7 maka nilai dari f(10) adalah ... .
A. 16 B. 17
C. 18 D. 19
5. Sisa beras yang disimpan dalam suatu gudang tercatat seberat
6.650 kg. Beras tersebut dikemas dalam 2 macam kantong
berukuran 10kg dan 20kg. Jika jumlah keselurahan kantong
adalah 440, tentukan banyak kantong yang berukuran 20kg!
A. 210 B. 220
C. 225 D. 230
6. Lima buku dan dua pensil dijual seharga Rp24.000,00. Tiap
buku harganya lebih mahal Rp2.000,00 dari harga pensil.
Tentukan harga sebuah buku!
A. Rp4.000,00 B. Rp4.500,00
C. Rp5.000,00 D. Rp5.500,00
7. Suatu pertandingan tenis dihadiri oleh 620 orang. Harga karcis
perlembar untuk tempat duduk depan adalah Rp 50.000,00 dan
untuk tempat duduk di belakang adalah Rp 35.000,00. Hasil
penjualan karcis pada pertandingan tersebut sebesar Rp.
25.750.000,00. Berapa tiket untuk tempat duduk depan dan
belakang yang terjual?
A. 250 dan 370 B. 370 dan 250
C. 270 dan 350 D. 350 dan 270
4-34 Aljabar

8. Syamsudin mempunyai 30 keping uang logam terdiri dari


Rp200,00 dan Rp500,00. Jika keseluruhan uang Syamsudin
adalah Rp10.200,00 maka banyaknya uang logam Rp200,00
dan Rp500,00 berturut-turut adalah .
A. 16 dan 14 B. 17 dan 13
C. 18 dan 12 D. 19 dan 11
9. Suatu sistem persamaan linier dua variabel dengan 2 buah
persamaan tidak mempunyai penyelesaian apabila keduanya
merupakan garis lurus yang ... .
A. berpotongan B. sejajar, tidak berimpit
C. berimpit D. berpotongan tegak lurus
10. Dari 30 siswa yang mengikuti tes, diketahui 20 siswa lulus
matematika, 22 siswa lulus IPA dan 25 siswa lulus IPS. Berapa
kemungkinan paling banyak, siswa yang lulus ketiga mata
pelajaran tersebut?
A. 25 siswa B. 24 siswa
C. 22 siswa D. 20 siswa
Aljabar 4-35

Jenis Soal Uraian.


Petunjuk: Kerjakan dengan lengkap dan benar!
1. Pembilang dan penyebut suatu pecahan mempunyai
perbandingan 2:3. Apabila 4 kali pembilang ditambah dengan 2
kali penyebut menghasilkan 112, tentukan pecahan tersebut!
2. Berapa banyak elemen yang terdapat dalam gabungan dari lima
himpunan jika setiap himpunan memiliki 10000 anggota, setiap
pasang elemen memiliki 1000 elemen bersama, setiap
pasangan tiga himpunan memiliki 100 elemen bersama, setiap
empat himpunan memiliki 10 elemen bersama dan terdapat satu
elemen bersama dari ke lima himpunan ?
3. Berapa banyak elemen yang terdapat dalam himpunan
A1A2A3 jika terdapat 100 elemen dalam A1, 1000 elemen
dalam A2 dan 10000 elemen dalam A3, dan jika:
(a). A1A2 dan A2A3
(b). Terdapat dua elemen bersama pada setiap pasang
himpunan dan satu elemen bersama dari setiap pasangan
tiga himpunan.

Kunci Jawaban Tes Formatif 1


Soal Pilihan Ganda:
1. B
2. A
3. A
4. D
5. A
6. C
7. D
8. C
9. C
10. D
4-36 Aljabar

Soal Uraian:
1. Misalkan n menyatakan banyaknya tiket dalam satu bundel.
1
Diperoleh (n 10) - (n 10) 5 2 = 0
2
1
(n 10) = 7
2

n 10 = 14
n = 28
Jadi banyak tiket dalam 1 bundel adalah 28 lembar.
2. Kadar garam setelah air menguap sebanyak 1 liter adalah
6
4% = 4,8% .
5
3. Misalkan v1 = 60
2
t1 = 6
3
2 1 1
t2 = 6 1 = 5
3 3 3

Diperoleh v1.t1 = v 2 .t 2
v .t
v2 = 1 1
t2

20
60.
v2 = 3
16
3
v2 = 75
Jadi kecepatan rata-rata bis agar tiba di B dalam waktu 1 jam 20
menit lebih awal adal 75km/jam.
Aljabar 4-37

Kunci Jawaban Tes Formatif 2


Soal Pilihan Ganda:
1. A
2. C
3. D
4. B
5. C
6. A
7. D
8. A
9. B
10. D
Soal Uraian:
1. Misalkan bilangan pembilang adalah a dan penyebut adalah b.
Diperoleh:
(1) a : b = 2 : 3
(2) 4a + 2 b = 112

3a 2b = 0
4a + 2b = 112
7a = 112
a = 16
3.16 2b = 0
2b = 48
b = 24
16
Jadi pecahan tersebut adalah .
24
2. n(ABCDE) = 5.n(A) 10.n(AB) + 10.n(ABC)
5.n(ABCD) + n(ABCDE)
= 5X10000 10X1000 + 10X100 5X10 + 1
= 50.000 10.000 + 1.000 50 + 1
4-38 Aljabar

= 40.951
3. n(A1) = 100
n(A2) = 1000
n(A3) = 10000
(a). n(A1A2) = n(A1) = 100
n(A1A3) = n(A1) = 100
n(A2A3) = n(A2) = 1000
n(A1A2A3) = n(A1) = 100
Jadi n(A1A2A3) = 100 + 1000 + 10000 100 - 100 1000 + 100
= 10000
Hasil penghitungan dengan prinsip inklusi dan eksklusi ini sama
dengan hasil apabila kita hanya memperhatikan A1A2 dan A2A3
sehingga n(A1A2A3) = n(A3) = 10000.
(b). n(A1A2) = 2
n(A1A3) = 2
n(A2A3) = 2
n(A1A2A3) = 1
Jadi n(A1A2A3) = 100 + 1000 + 10000 2 - 2 2 + 1= 11095.
GLOSARIUM

Diagram Venn Diagram yang menunjukkan hubungan antar


himpunan.
Eliminasi Suatu cara penyelesaian sistem persamaan
linier dengan cara menghilangkan variabel
yang sedang tidak dicari
Himpunan Sekumpulan objek yang terdefinisikan
dengan jelas syarat keanggotaannya
Persamaan Kalimat terbuka yang menyatakan hubungan
sama dengan
Prinsip inklusi dan Formula hubungan antara banyak elemen
eksklusi suatu himpunan, gabungan dan irisannya
Substitusi Suatu cara penyelesaian sistem persamaan
linier dengan cara menggantikan suatu
variabel agar variabel yang muncul menjadi
sejenis
Variabel Suatu entitas (objek) yang dapat diubah
Daftar Pustaka

http://juliartan.files.wordpress.com. Download tanggal 17 Juli 2008.

Howard Anton. Aljabar Linier Elementer(Edisi Kelima).1993.Jakarta:


Erlangga

Isnarto.2007.Teori Bilangan.Jurusan Matematika FMIPA Universitas


Negeri Semarang.

M. Cholik Adinawan dan Sugijono.2005.Matematika SMP/MTs.Jakarta:


Erlangga

Tim Studi Guru SMP.Soal-Soal Uji Kompetensi Matematika SMP.2006.


Bandung:Pustaka Setia
BUKU AJAR

Geometri
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Geometri adalah struktur matematika yang membicarakan unsure dan


relasi yang ada diantara unsure tersebut. Titik, garis, bidang, dan ruang
merupakan benda abtra yang menjadi unsure dasar geometri. Berdasarkan
unsur-unsur inilah,didefinisikan pengertian-pengertian baru atau berdasar
pada pengertian bru sebelumnya.
Dalam geometri didapat juga sifat-sifat pokok, yaitu sifat-sifat pertama
yang tidak berdasarkan sifat-sifat yang mendahuluinya yaitu aksioma dan
postulat.Berdasarkan sifat pokok tersebut dapat diturunkan sifat-sifat yang
disebut teorema. Teorema tersebut dapat juga dibentuk berdasarkan teorema
yang ada sebelumnya.
Pada buku ajar ini dimulai dengan kongruensi,dilanjutkan dengan
sifat-sifat segiempat, luas, teorema Pythagoras,Perbandingan seharga
garis,sebangun,teorema pda garis istimewa pada segitiga,dan lingkaran.
Penulisan buku ajar ini dimulai dari hal yang paling dasar. Geometri sendiri
adalah merupakan materi dasar yang digunakan pada materi yang lainnya.
Contoh : kalkulus.
Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari buku ajar ini
peserta pelatihan diharapkan :
1. Memahami konsep geometri
2. Mampu menggunakan dan menerapkan sifat-sifat geometri
3. Mampu mandiri dalam menyelesaikn tugas-tugas geometri
4. Mampu menyelesaikan masalah yang terkait dengan geometri.
4-2 Geometri

B. Prasyarat

Pada buku ajar Geometri tidak diperlukan prasyarat, karena dapat


dikatakan bahwa geometri adalah materi dasar, sehingga dibutuhkan pada
materi lain.

C. Petunjuk Belajar

Mempelajari geometri berarti harus menggambar dan menyelesaikan


soal.
Pada saat menggambar yang harus diperhatikan adalah ;
1. Jika gambar itu tidak menolong penyelesaian, maka umumnya tidak
perlu menggambar
2. Bila dijumpai banyak pertanyaan pada suatu soal, maka seringkali
gambar itu penuh dengan banyak garis, sehingga tidak lagi
mempermudah penyelesaan soal. Sebaiknya, apabila gambar itu
sudah penuh, dibuat gambar lain, kalau perlu untuk setiap pertanyaan
satu gambar saja.
Pada saat menyelesaikan persoalan :
1. Soal geometri perlu diselesaikan secara pasti. Oleh karena itu perlu
mengenal teorema-teorema yang dapat digunakan sebagai pijakan.
Jangan ingin menyelesaikan geometri hanya dengan mengarang.
2. Geometri hanya dapat dipelajari secara intensif, jika bangun yang kita
tinjau itu kita selidiki sendiri.
Geometri 4-3

D. Kompetensi dan Indikator

Kompetensi :
1. Memahami konsep geometri
2. Mampu menggunakan dan menerapkan sifat-sifat geometri
3 .Mampu mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas geometri
4 .Mampu menyelesaikan masalah yang terkait dengan geometri.

Indikator:
1. Memahami tentang kongruensi dan mengembangkannya
2. Memahami tentang segi empat, sifatnya,luas, dan teorema
Pythagoras.
3. Memahami perbandingan seharga garis-garis dan kesebangunan
4. Memahami beberapa teorema pada garis-garis istimewa pada segitiga
5. Memahami tentang perbandingan seharga garis dalam
lingkran,lingkaran luar dan dalam pada segitiga, segiempat talibusur
dan segiempat garissinggung
4-4 Geometri

BAB II
SAMA DAN SEBANGUN (KONGRUENSI)

A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR

KOMPETENSI :
1. Memahami konsep dan prinsip tentang kongruensi
2. Trampil menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan kongruensi

INDIKATOR :
1. Memahami tentang dua segitiga yang kongruen
2. Dapat menurunkan teorema kongruensi pada teorema dasar yang
lainnya.

B. URAIAN MATERI

SAMA DAN SEBANGUN (KONGRUENSI) PADA SEGITIGA

Dua buah segitiga disebut kongruen jika salah satu segitiga dapat
ditranformasikan dengan translsi,refleksi, rotasi atau ketiganya, sehingga
mereka dapat disusun tepat sama.

DEFINISI
Dua segitiga dikatakan sama dan sebangun ( ) atau kongruen bila dua
segitiga tersebut mempunyai pasangan sisi yang sama dan sudut yang
bersesuaian juga sama.
Geometri 4-5

TEOREMA
Dua segitiga kongruen bila dua sisi dan sudut yang diapitnya sama (s. sd.
s)

C
Diketahui:
x
ABC dan PQR
AC = PR
C= R
CB = PQ A B

Buktikan ABC PQR


Bukti:
Letakkan A pada P dan C pada R.
R
Karena C = R maka kaki CB menutupi RQ
x
Dan karena CB = RQ maka B berada di Q.
Jadi ABC menutupi PQR dengan tepat
atau ABC PQR
Akibatnya semua unsur yang seletak sama. P Q

TEOREMA
Dua segitiga kongruen bila satu sisi dan 2 sudut pada sisi tersebut
sama ( sd. s. sd )
Dua segitiga kongruen bila satu sisi sama, 1 sudut pada sisi itu sama
dan sudut di depan sisi itu sama juga ( s. sd. sd )
Dua segitiga kongruen bila ketiga sisi sama ( s.s.s)
Dua segitiga siku-siku kongruen bila hypotenusa dan 1 pasang sisi
siku-siku sama.
4-6 Geometri

TEOREMA
C
Pada segitiga samakaki, kedua sudut alasnya sama besar.
oo
1 2
Diketahui :
ABC samakaki. CA = CB
Buktikan : A = B
Bukti:
Tarik garis bagi CD dan tinjau ACD dan BCD
AC = BC (diketahui)
C1 = C2 (CD garis bagi) 1 2
A D B
CD = CD (berimpit)
Jadi ACD BCD (s.sd.s) ak: A = B

Perhatikan semua unsur yang seletak akan sama


yaitu AD = BD AD garis berat
Jadi didapat sifat bahwa pada segitiga samakaki
garis bagi itu juga menjadi garis berat (karena AD = BD )
Karena D1 = D2 dan D1 + D2 = 1800 maka D1= D2 =
900.
Sehingga garis bagi itu juga menjadi garis tinggi (karena D1= D2 =
900 )

KESIMPULAN:
Pada samakaki, garis tinggi, garis bagi dan garis berat yang ditarik dari
puncak, dan sumbu alas berimpit.

TEOREMA
Geometri 4-7

Jika dalam suatu segitiga, ketiga garis istimewa dari puncak dan sumbu
alas berimpit maka segitiga itu sama kaki (buktikan sendiri).

C. LATIHAN

1. Buktikan teorem berikut.


Dalam segitiga siku-siku, garis berat ke sisi miring sama dengan
setengan sisi miring (Buat dari titik B garis // AC dan memotong
perpanjangan AD di E, jika diketahui ABC siku-siku ( A = 900) dan
AD garis berat ke sisi miring).

2. Buktikan bahwa T.K. titik titik yang berjarak sama ke kaki-kaki sudut,
merupakan garis bagi suatu sudut.

3. Diketahui ABC. AD garis berat. E pada perpanjangan AD sehingga


BE AD. F pada AD sehingga CF AD. Buktikan CE = BF

DE

B
A
4-8 Geometri

4. Diketahui ABC samakaki. M sembarang pada alas AB garis g dan h


adalah sumbu AM dan BM. Garis g memotong AC di K, garis k
memotong BC di L. Buktikan AK=CL.

5. Diketahui ABC, A = 600, AD garis bagi, E dan F pada garis


bagiini, sehingga CE dan BF garis bagi ini.
1
Buktikan : CE + BF = (AB + AC).
2
6. Diketahui ABC samakaki. AC = BC, D pada perpanjangan AB, E
pada CD sehingga BE = DE, F pada CD sehingga AF//BE. Buktikan
ACF CBE!

A B D

D. LEMBAR KEGIATAN

1.Alat dan Bahan


Peserta pelatihan membawa dengan lengkap alat-alat yang dibutuhkan
yaitu : pinsil, bolpoint, jangka, penghapus, penggaris, penggaris siku-
siku, kertas garis ,kertas gambar, buku sumber, diktat Geometri

2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Geometri 4-9

Peserta pelatihan membawa sendiri alat dan bahan dengan lengkap,


tidak boleh meminjam alat dan bahan dengan peserta pelatihan yang
lain, sehingga tidak mengganggu konsentrasi dan kenyamanan peserta
pelatihan yang lain.

3.Prasyarat
Peserta pelatihan telah menguasai tentang garis dan sudut

4.Langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
Menggali pengetahuan prasyarat peserta pelatihan yang
berhubungan dengan garis dan sudut.
Berdiskusi dengan peserta pelatihan tentang penjelasan
garis,melukis garis,macam-macam sudut, dan klasifikasi segitiga
ditinjau dari sisi dan sudutnya(dengan menggunakan alat peraga).
Kegiatan Inti
Menjelaskan definisi kongruensi dan teorema kongruensi dari dua
segitiga,dan memberikan contohnya.
Menjelaskan teorema yang lain dengan menggunakan kongruensi
Diskusi kelas.
Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Penilaian
Penguatan dalam bentuk pemberian tugas secara individu.
5.Hasil
Peserta pelatihan memahami tentang kongruensi dua segitiga dan
teorema dasar tentang segitiga samakaki.
4-10 Geometri

E. Rangkuman
1. Dua buah segitiga disebut kongruen jika salah satu segitiga
dapatditranformasikan dengan tranlasi,releksi, atau rotasi atau
ketiganya sehingga mereka dapat disusun tepat sama.
2. Untuk melihat dua segitiga kongruen cukup diselidiki salah satu dari
syarat berikut :
a. Kedua segitiga mempunyai tiga pasang sisi yang sama panjang
(s,s,s).
b. Kedua segitiga mempunyai dua pasang sisi sama panjang dan
sudut yang diapitnya sama besar (s,sd,s)
c. Kedua segitiga mempunyai dua sudut sama besar dan sisi yang
diapitnya sama panjang (sd,s,sd)
d. Kedua segitiga mempunyai satu sisi sama, sudut pada sisi itu
dan sudut dihadapan sisi itu sama juga.
3. Pada segitiga sama kaki mempunyai sudut alas sama besar.
4. Pada segitiga samakaki ketiga garis istimewa dari puncak dan sumbu
alas
berimpit.

F. Tes Formatif 1

I. Pilih satu jawaban yang paling tepat

1. Pada ABC yang sama kaki dan alasnya AB, ditarik garis bagi AD dan
BE.
Maka:
Geometri 4-11

a. AD = BE
b. CD CE
c. CED CDE
d. Semua jawaban salah.

2. Pada ABC sama kaki dan alasnya AB, ditarik garis bagi AD dan BE
yangberpotongan di T. Maka :
a. TD TE
b. AT = TB
c. AT = TC
d. BT = CT

3. Pada ABC samakaki. Pernyataan yang benar adalah :


a. Sudut alasnya sama besar
b. Hanya garis bagi dan garis berat dari puncak yang berimpit
c. Hanya garis tinggi dan garis bagi dari puncak yang berimpit
d. Hanya ketiga garis istimewa dari puncak yang berimpit.

4. Pada ABC siku-siku ( A = 900) ,jika panjang BC = 8 cm, maka


panjang garis berat dari A adalah :
a. 8 cm
b. 6 cm
c. 4 cm
d. 3 cm

5. Diketahui trapezium ABCD dengan AB // CD dan AD = BC. Pernyataan


yang salah adalah :
a. AC = BD
b. A = B
4-12 Geometri

c. ABC ABD
d. ABP CDP ( P perpotongan AC dengan BD)

6. Segitiga ABC dan PQR adalah segitiga siku-siku, A = P = 900. Jika


AB= PQ dan BC = QR, maka ABC PQR sebab komponen yang
sama adalah :
a. (s,s,sd)
b. (sd,s,s)
c. (s,sd,s)
d. (s,s,s)

7.Segitiga ABC siku-siku ( A= 900), Jika AC = 8 cm dan C = 300,


maka AB =
a. 3V3 cm
b. 5V3 cm
c. 6V3 cm
d. 8/3V3 cm

8.Segitiga ABC siku-siku ( A= 900), Jika AC = 8 cm dan C = 300,


maka BC =
a. 16/3V3 cm
b. 5V3 cm
c. 6V3 cm
d. 7V3 cm

II. Kerjakan semua soal dibawah ini :

1. Segitiga ABC siku-siku ( A= 900), Jika C = 300, buktikan bahwa BC


= 2AB.
Geometri 4-13

2. Diketahui ABC samakaki, AC = BC. Ttitik P sembarang pada alas AB.


Q dan R pada BC dan AC sehingga PQ BC dan PR AC. Buktikan :
PQ + PR = AS(garis tinggi ke salah satu kaki segitiga).

3. Melalui C dan B pada persegi ABCD dibuat garis yang membentuk


sudut 150 dengan sisi BC sehingga berpotongan dititik P. Buktikan
bahwa APD adalah segitiga samasisi.
4-14 Geometri

BAB III
SEGIEMPAT

A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR

KOMPETENSI :
1. Memahami konsep dan prinsip tentang segi empat,luas, dan teorema
Pythagoras
2. Trampil menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan segi
empat,luas, dan teorema Pythagoras

INDIKATOR :
1. Memahami tentang jajar genjang, persegi panjang, persegi, belah
ketupat, layang-layang, dan trapezium.
2. Memahami tentang luas jajar genjang, persegi panjang, persegi, belah
ketupat, layang-layang, dan trapezium.
3. Memahami tentang teorema Pythagoras

B. URAIAN MATERI

Bila pada bidang datar terdapat 4 titik sembarang yang tidak segaris dan
keempatnya dihubungkan dengan garis lurus, maka terjadilah segi empat.
Ada beberapa segi empat yang akan dibicarakan, yaitu segi empat
sembarang, jajar genjang, persegi panjang belah ketupat, persegi,
trapesium, dan layang-layang.

Beberapa batasan:
Geometri 4-15

1. Segi empat sembarang adalah segi empat yang keempat sisinya tidak
sama panjang dan keempat sudutnya tidak sama besar.
2. Jajar genjang (paralellogram), adalah segi empat yang sepasang-
sepasang sisinya yang berhadapan sejajar.
3. Persegi panjang (rectangle), adalah jajar genjang yang salah satu
sudutnya 900.
4. Belah ketupat (rhombus), adalah jajar genjang yang dua sisinya yang
berurutan sama panjang.
5. Persegi (square), adalah belah ketupat yang salah satu sudutnya 900.
6. Trapesium (trapezoid), adalah segi empat yang memiliki tepat
sepasang sisi berhadapan yang sejajar.
7. Layang-layang (kite), adalah segi empat yang diagonalnya saling
tegak lurus dan salah satu diagonalnya terbagi dua sama panjang oleh
yang lain.
Jajar genjang : Jajar genjang (paralellogram), adalah segi empat
yang sepasang-sepasang sisinya yang berhadapan sejajar.
TEOREMA
Dalam jajar genjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan
sebaliknya bila dalam segi empat yang berhadapan sama, segi empat itu
adalah jajar genjang.
Diketahui : ABCD jajar genjang.
Buktikan : A = C
Bukti : Tarik diagonal BD
ABD CDB, sebab:
D C
1 B1 = D1 ( AB //DC)
2
2 D2 = B2 ( BC // AD)
BD = BD ( berimpit)
1 2
A = C
1 11
A B
4-16 Geometri

Sebaliknya: A = C
B= D
A + B = C + D = 1800 atau AD // BC
A = C
D = B
Maka A + D = C + B = 1800 atau AB // DC
Karena AD // BC dan AB // DC , maka ABCD jajar genjang

TEOREMA
Dalam jajar genjang, sisi yang berhadapan sama panjang dan sebaliknya
bila sisi-sisi yang berhadapan dalam segi empat sama panjang, maka segi
empat itu adalah jajar genjang.

Diketahui : ABCD jajar genjang.


Buktikan : AB = DC dan AD = BC.
Bukti : tarik diagonal BD, maka

D2 1 C
ABD CDB, sebab:
BD = BD (berimpit)
B1 = D1 (AB // DC)
D2 = B2 (AD //BC)
1
2 AB = DC dan AD = BC

A B

Sebaliknya tetap berlaku, yaitu:


ABD CDB, sebab:
AB = CD ( diketahui)
Geometri 4-17

AD = BC ( diketahui)
BD = BD ( berimpit)

B1 = D1 AB // DC ABCD jajar genjang.


B2 = D2 AD // BC

TEOREMA
Kedua diagonal dalam jajaran genjang potong memotong di tengah-
tengah dan sebaliknya bila dalam segi empat, kedua diagonalnya potong
memotong di tengah-tengah maka segi empat itu adlah jajaran genjang.

Diketahui : ABCD jajaran genjang. AC dan Bd berpotongan di S.


Buktikan : AS = CS dan BS = DS.
Buktikan : ABS CDS, sebab:

D 1 C
2 1 AB = DC (ABCD jajar genjang)
2
S A1 = C1 (AB // DC)
1 2
3 B1 = D1 (AB //DC)
4 AS = SC dan BS = SD
2 2
1 1

A B
Sebaliknya: ABS dan CDS sama dan sebangun, sebab:
AS = SC

BS = DS
S 4 = S 3
A1 = C1 AB // DC .....................(1)
4-18 Geometri

ASD CSB , sebab:

SD = SB

SA = SC
S 1 = S 2
D 2 = B 2 atau AD // BC ........................(2)
Dari (1) dan (2) ABCD jajar genjang

TEOREMA
Bila dalam segi empat sepasang sisi yang berhadapan sama dan sejajar,
maka segi empat itu adalah jajar genjang.

Diketahui : AB // DC
Buktikan : ABCD jajar genjang.
Bukti : Tarik diagonal BD

D C ABD CDB, sebab:


2 1 AB = DC

B1 = D1
BD = BD
B2 = D2 AD // BC

2 Karena sudah diketahui AB


1
A B // DC, maka ABCD jajar
genjang.
Persegi panjang, adalah jajar genjang yang salah satu sudutnya 900.
TEOREMA
Dalam persegi panjang kedua diagonalnya sama panjang dan sebaliknya
bila dalam jajar genjang kedua diagonalnya sama panjang, maka jajar
genjang itu adalah persegi panjang.
Geometri 4-19

Diketahui : ABCD persegi panjang.


Buktikan : AC = BD
Bukti : ABC BAD, sebab:

D C
AB = AB ( berimpit )
2
A = B ( = 900 )
S AD = BC (ABCD persegi
panjang)

2 AC = BD
1 1
A B

Sebaliknya : AC = BD maka AS = SB = SD.


ABS dan ADS samakaki.
A1 = B1, A2 = D2 2 ( A1 + A2 ) = 1800.
A1,2 = 900 ABCD persegi panjang.

Belah ketupat, adalah jajar genjang yang 2 sisi berdekatan sama


panjang.

TEOREMA
Dalam belah ketupat, diagonal-diagonalnya membagi sudut-sudutnya
menjadi 2 bagian yang sama dan kedua diagonalnya itu saling tegak
lurus.

Diketahui : ABCD belah ketupat.


Buktikan : a. A1 = A2
4-20 Geometri

b. B1 = B2
c. AC BD
Bukti : ABS ADS, sebab :

AB = AD ( ABCD belah ketupat )


AS = AS (ABCD belah ketupat )
BS = DS (ABCD belah ketupat )
D C A = A dan S = S
1 2 1 2

Karena S1,2 = 1800, maka S1


S = S2 = 900
1
AC BD
2
ABS CBS, sebab :
1
2 AB = CB
2 1
A B SB = SB
AS = SC
B1 = B2
TEOREMA
Bila dalam jajar genjang diagonalnya membagi sudut menjadi 2 bagian
yang sama, maka jajar genjang itu adalah belah ketupat.

Diketahui : ABCD jajar genjang dan A1 = A2


Buktikan : ABCD belah ketupat.
Bukti : ABC ADC, sebab :

D C
1
2 A1 = A2 ( diketahui )
AC = AC ( berimpit )
C1 = C2 ( diketahui )
1
2
A B
Geometri 4-21

AB AD Karena ABCD jajar


genjang maka ABCD belah ketupat

TEOREMA
Bila dalam jajar genjang, kedua diagonalnya saling tegak lurus, maka jajar
genjang itu adalah belah ketupat.

Diketahui : ABCD jajar genjang dan AC BD.


Buktikan : ABCD belah ketupat.
Bukti : ABS CBS, sebab:

D C

AS = CS ( ABCD jajar genjang )


S S1 = S2 = 900
2
1
BS = BS ( berimpit )
AB = CB Karena ABCD jajar
A B genjang maka ABCD belah ketupat

Persegi (bujur sangkar), adalah belah ketupat yang salah satu


sudutnya 900. Jadi, persegi adalah segi empat beraturan.
4-22 Geometri

TEOREMA
Garis yang menghubungkan titik-titik tengah dua sisi segitiga akan sejajar
dengan sisi yang ketiga dan panjangnya setengah sisi yang ketiga itu.

Diketahui : ABC. Titik D dan titik E tengah-tengah AC dan BC.


1
Buktikan : DE // AB dan DE = AB.
2
Bukti : Perpanjang DE dengan EF = ED. Hubungkan BD dan CF dan BF.
DBFC jajar genjang, sebab:
DE = EF; CE = EB.
Jadi BF // AC atau BF # AD atau ABFD jajar genjang sehingga AB
// DE.
1
AB = DF AB = 2 DE. Jadi, DE // AB dan DE = AB.
2
DE disebut paralel tengah segitiga ABC.

D E F

A B
TEOREMA
Garis berat ke sisi miring suatu segitiga siku-siku setengah sisi miring itu.

Diketahui : ABC siku-siku. C N


A = 90 , AM garis berat.
0

1 M
Buktikan : AM = BC.
2
1
2
A B
Geometri 4-23

Bukti : Perpanjang AM dengan MN = MA, maka


ABNC jajar genjang, tetapi A = 900
ABNC persegi panjang.
1
AN = BC atau AM = BC.
2

Trapesium, adalah segi empat yang tepat sepasang sisinya yang


berhadapan sejajar. Ada tiga macam trapesium, yaitu trapesium
sembarang, trapesium siku-siku, dan trapesium sama kaki.

TEOREMA
Dalam trapesium samakaki, kedua diagonal sama panjang dan sudut-
sudut alas sama besar.

D C
Diketahui : ABCD trapesium samakaki.
Buktikan : A = B dan AC = BD.
Bukti : Tarik CE // DA, maka AECD jajar
Genjang, AD = CE, AD = BC
Jadi CE = BC atau BCE samakaki
A E B
E = B; E = A (sehadap,AD//EC)
A = B.
ABC BAD, sebab
AB = AB ( berimpit); BC = AD (ABCD trap. Smkk ); A = B.( telah
dibuk)
AC = BD.
4-24 Geometri

TEOREMA
Garis yang menghubungkan pertengahan-pertengahan kaki suatu
trapesium sejajar deagan sisi-sisi sejajarnya dan panjangnya setengah
jumlah sisi yang sejajar.

Diketahui : Trapesium ABCD. AE = ED ; BF = FC.


Buktikan : a. EF // AB // DC.
1
b. EF = (AB + DC).
2
Bukti : Perpanjang DF hingga memotong AB di G.
BGF CDF, sebab:
D C
BF = CF; F1 = F2; D1 = G1 1

DC = BG dan DF = FG E
1
F
2
Atau EF paralel tengah AGD sehingga
1 G
1 A B
EF // AG dan EF = AG
2
1
Atau EF // AB // DC dan EF = (AB + DC).
2

LUAS

D C

p TEOREMA
Luas persegi panjang sama dengan
panjang dikali lebar
A l B
D C

A E B F
Geometri 4-25

TEOREMA
Luas jajar genjang sama dengan alas
dikali tingginya.

C D

TEOREMA
t
Luas segitiga sama dengan setengah
dari alas dikali tingginya.
A E B

G D C
TEOREMA
Luas trapesium sama dengan jumlah
t t
sisi-sisi sejajar dikali tingginya dibagi
dua.
A F B

D
TEOREMA
A C Luas segiempat yang diagonal-
E
diagonalnya saling tegak lurus, sama
dengan setengah perkalian diagonal-
B
diagonalnya.

C3 C2 C C1

Melalui C ditarik garis // AB. Tentukan c1,


c2, dan c3 pada garis tersebut.
4-26 Geometri

Maka luas ABC1 = luas ABC2 = luas


ABC3 karena mempunyai garis tinggi
yang sama dan satu sisi persekutuan.

D
TEOREMA PYTHAGORAS

H C
E

K
A
I B

Gambar 1
J L F G

IV

III V I
IV

I III
II
II

Gambar 2
V
Geometri 4-27

Buktikan teorema Pythagoras dengan menggunakan gambar 1 dan 2.

C. LATIHAN
1. Gambar dibawah adalah persegi panjang ABCD dan DEFG diketahui
AB = 10 cm, AD = 24 cm, EF = 12 cm, dan ED = 18 cm. Berapakah
selisih luas bangun yang diarsir.

A D

E
C
B

2. Dalam ABC, AB diperpanjang dengan BF = c BC dengan CD = a


F
dan CA dengan AE = b. Buktikan luas DEF = 7 x luas ABC.
3. Lukis sebuah segitiga yang sama dengan sebuah segiempat ABCD
yang diketahui

C
D

A B
4-28 Geometri

4. Dalam jajaran genjang ABCD ditentukan sembarang titik P dan titik ini
dihubungkan dengan titik sudut.
Buktikan : Luas PAB luas PCB = luas PAD luas
PCD.

5. AB adalah alas ABC


Pada sisi AC dan BC dilukiskan kesebelah luar sembarang jajar
genjang ACDE dan BCFG. ED dan GF setelah diperpanjang
berpotongan di P. Ditarik PC seterusnya di sebelah bawah AB ditarik
garis AH # PC dan disudahkan dengan jajar genjang BAHK.
Buktikan : Luas BAHK = luas ACDE + luas BCFG
D. LEMBAR KEGIATAN

1.Alat dan Bahan


Peserta pelatihan membawa dengan lengkap alat-alat yang dibutuhkan
yaitu : pinsil, bolpoint, jangka, penghapus, penggaris, penggaris siku-
siku, kertas garis ,kertas gambar, buku sumber, diktat Geometri

2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Peserta pelatihan membawa sendiri alat dan bahan dengan lengkap,
tidak boleh meminjam alat dan bahan dengan peserta pelatihan yang
lain, sehingga tidak mengganggu konsentrasi dan kenyamanan peserta
pelatihan yang lain.

3.Prasyarat
Peserta pelatihan telah menguasai tentang kongruensi
Geometri 4-29

4.Langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
Menggali pengetahuan prasyarat peserta pelatihan yang
berhubungan dengan kongruensi.
Berdiskusi dengan peserta pelatihan tentang penjelasan kongruensi
Kegiatan Inti
Menjelaskan definisi jajar genjang, persegi panjang, persegi,
belahketupat, layang-layang, trapezium, dan luas jajar genjang,
persegi panjang, persegi, belahketupat, layang-layang, dan
trapezium ,serta memberikan contoh dan bukan contoh.
Menjelaskan teorema Pythagoras, triple Pythagoras, dan aplikasinya.
Diskusi kelas.
Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Penilaian
Penguatan dalam bentuk pemberian tugas secara individu.
5.Hasil
Peserta pelatihan memahami tentang jajar genjang, persegi panjang,
persegi, belahketupat, layang-layang, trapezium. Luas jajar genjang,
persegi panjang, persegi, belahketupat, layang-layang,
trapezium,serta dapat memberikan contoh dan bukan contoh.
Dapat menjelaskan teorema Pythagoras, triple Pythagoras, dan
aplikasinya

E. Rangkuman
1. Segi empat sembarang adalah segi empat yang keempat sisinya
tidak sama panjang dan keempat sudutnya tidak sama besar.
4-30 Geometri

2. Jajar genjang (paralellogram), adalah segi empat yang sepasang-


sepasang sisinya yang berhadapan sejajar.
3. Persegi panjang (rectangle), adalah jajar genjang yang salah satu
sudutnya 900.
4. Belah ketupat (rhombus), adalah jajar genjang yang dua sisinya yang
berurutan sama panjang.
5. Persegi (square), adalah belah ketupat yang salah satu sudutnya
0
90 .
6. Trapesium (trapezoid), adalah segi empat yang memiliki tepat
sepasang sisi berhadapan yang sejajar.
7. Layang-layang (kite), adalah segi empat yang diagonalnya saling
tegak lurus dan salah satu diagonalnya terbagi dua sama panjang
oleh yang lain.
F. Tes Formatif

I. Pilih satu jawaban yang paling tepat

1. Bangun datar dibawah ini adalah segiempat yang mempunyai dua


pasang sisi yang sejajar, kecuali
a. jajargenjang
b. persegipanjang
c. belahketupat
d. layang-layang
2. Dalam suatu belah ketupat ABCD garis tegaklurus dari B pada sisi AD
membagi dua sama panjang. Maka besar A :
a. 1200
b. 900
c. 600
d. 450
Geometri 4-31

3. Trapesium ABCD, dengan AB = 10 cm, CD = 7 cm, sedangkan AD =


BC= 3 cm. Maka besar A :
a. 1200
b. 900
c. 600
d. 450

4.Pertengahan-pertengahan sisi-sisi trapezium sama kaki merupakan


titik-titik sudut suatu :
a. jajargenjang
b. persegi
c. persegipanjang
d. belahketupat.

5.Diagonal layang-layang ABCD berpotongan di P. AP = PD dan ABD =


300.Jika AD = 10V2, maka luas ABCD =
a. 100
b. 100(1 + V3)
c. 100V3
d. 300

6. Pada jajargenjang ABCD, AB = 10 cm, BD = 6 cm. Jika BD BC,maka


luas jajargenjang ABCD adalah :
a. 48 cm2
b. 60 cm2
c. 80 cm2
d. 86 cm2
4-32 Geometri

7.Pada jajargenjang ABCD, AB = 10 cm, BD = 6 cm. Jika BD BC, maka


panjang jarak AB dan CD adalah :
a. 4,8 cm
b. 6 cm
c. 8 cm
d. 8,6 cm

8.Diketahui belahketupat ABCD dan BFDE dengan E, F terletak pada


AC.Jika BD = 50 cm dan AE = 24 cm . Maka luas daerah BCDF + ABED
adalah :
a. 50 cm2
b. 100 cm2
c. 600 cm2
d. 1200 cm2

II. Kerjakan semua soal dibawah ini

1. Dalam persegi panjang ABCD terdapat titik P. Buktikan bahwa : PA2 +


PC2 = PB2 + PD2

2.Diketahui jajar genjang ABCD. AB = 20. Garis bagi dalam A dan D


berpotongan di E. AE = 16, DE = 12.Hitung luas ABCD.

3. Diketahui jajar genjang ABCD. Garis l memotong AB dan AD sehingga


E,F,G dan H pada l. AE,BF, CG, DH l. Buktikan : BF + DH = CG - AE
Geometri 4-33

BAB IV
PERBANDINGAN SEHARGA GARIS DAN SEBANGUN

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi
1. Memahami tentang perbandingan seharga garis dan sebangun
2. Trampil menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan perbandingan
seharga garis dan kesebangunan

Indikator
1. Memahami perbandingan seharga garis.
2. Memahami tentang bangun-bangun yang sebangun.

B. URAIAN MATERI

TEOREMA
Bila beberapa garis sejajar dipotong oleh sebuah garis atas potongan-
potongan yang sama, maka garis-garis sejajar itu dipotong oleh garis
potong yang lain atas potongan-potongan yang sama juga.

Diketahui : garis-garis a // b // c dipotong di A, B, dan C sehingga AB = BC


Buktikan : garis m memotong a, b, c di D, E, dan F sehingga DE = EF.
Bukti :
Tarik dari D (lihat gambar) garis // l, memotong garis b di G dan tarik dari
E garis EH sejajar l, maka ABGD dan BCHE jajaran genjang hingga AB =
BC = DG = EH.
DGE EHF ( s sd sd ) sebab DG = EH; G1 = H1 = B1 =
C1, dan E1 = F1 jadi DE = EF.
4-34 Geometri

l m

a A D

1 1 1
b B G E

1 1 1
c C H F

TEOREMA
Bila beberapa garis sejajar dipotong oleh sebuah garis atas perbandingan
tertentu, maka garis-garis sejajar itu dipotong oleh garis potong yang lain
atas perbandingan yang tertentu juga.
Diketahui : garis-garis a // b // c dipotong oleh garis l atas perbandingan 2 :
3, maka garis potong m akan memotong a, b, c atas perbandingan 2 : 3
juga.
Bukti :
Tarik dari titik-titik bagi G, H, K garis-garis // a // b // c didapat L, M, N pada
garis m maka : AG = GB= BH = HK = KC,
Menurut dalil 44 maka DL = LE = EM = MN = NE, maka DE : EF = 2 : 3
juga.
l m

a A D
G L

B E
b
H M

K N
C F
c
Geometri 4-35

BEBERAPA BATASAN :
bila satu titik dikalikan terhadap satu titik lain dengan satu faktor
k, maka hasilnya sebuah titik yang jaraknya k kali jarak titik itu
kepusat perkalian (pusat dilatasi).
bila sepotong garis dikali dengan faktor k terhadap satu titik,
hasilnya sebuah garis sejajar garis semula dan panjangnya k kali
panjang garis semula.
Bila faktor perkalian positif, hasilnya sejajar dan searah, bila
negatif hasilnya sejajar berlawanan arah.
Dua segitiga disebut sebangun jika segitiga yang satu dapat
didilatasikan sedemikian sehingga hasilnya sama dan sebangun
dengan bangun yang lain.

TEOREMA
Dua segitiga sebangun bila sisi-sisi segitiga yang satu sebanding dengan
sisi-sisi segitiga yang lain.

C1 R

B B1
Q
A
A1 P
O
4-36 Geometri

Diketahui : ABC dan PQR dengan AB : BC : CA = PQ : QR : RP


Buktikan : ABC PQR
PQ
Bukti : Kalikan ABC terhadap O dengan faktor k = maka
AB
didapat A1B1C1
PQ
A1B1 = . AB = PQ , begitu juga B1C1 =QR dan C1A1=RP
AB
A1B1C1 PQR atau ABC PQR

TEOREMA
Dua segitiga sebangun bila dua sudut-sudutnya sama besar.

Diketahui : ABC dan PQR dengan A = P; B = Q


Buktikan : ABC PQR
Bukti :
PQ PQ
Kalikan ABC dengan k = maka A1B1 = . AB = PQ
AB AB
A = A1 ; B = B1 A1 = P dan B1 = Q
A1B1C1 PQR atau ABC PQR

C1 R

B B1
O Q
A
A1 P
Geometri 4-37

TEOREMA
Dua segitiga sebangun bila sepasang sudut sama besar dan sisi-sisi yang
mengapit sebanding.

Diketahui : ABC dan PQR dengan A = P dan AB : AC = PQ : PR


Buktikan : ABC PQR

C1 R

B B1
O Q
A
A1 P

Bukti :
PQ PQ
Kalikan ABC dengan k = maka A1B1 = . AB = PQ dan
AB AB

PR PQ PR
A1C1 = . AC = PR sebab =
AC AB AC
A1B1C1 PQR atau ABC PQR
Dalil-dalil mengenai sebangun ini dapat dipergunakan untuk membuktikan
sudut-sudut sama besar atau sisi-sisi sebanding.

TEOREMA
Luas segitiga yang sama alasnya berbanding seperti tingginya dan
sebaliknya bila tingginya sama, luasnya berbanding seperti alasnya.
4-38 Geometri

Diketahui : ABC dan PQR dan AB = PQ


LuasABC t1
Buktikan : =
LuasPQR t 2 R
C

t1 t2

A D B P S Q

Bukti :
1 1
Luas ABC = . AB.CD = .a..t1 .(1)
2 2
1 1
Luas PQR = .PQ.RS = .a..t 2 .(2)
2 2
1
.a.t
LuasABC 2 1 t1
= =
LuasPQR 1 t2
.a.t 2
2
1
.a .t
LuasABC 2 1 a
Sebaliknya jika t1=t2 maka = = 1
LuasPQR 1 a2
.a 2 .t
2
TEOREMA
Luas dua segitiga yang mempunyai sepasang sudut yang sama,
berbanding seperti perkalian sisi-sisi yang mengapitnya.

Diketahui : ABC dan PQR dengan A = P


Geometri 4-39

LuasABC AB. AC
Buktikan : =
LuasPQR PQ.PR

C
R

t1
t2

A D B P S Q

Bukti :
Tarik CD AB dan RS PQ, maka ACD PRS, jadi AC : PR = t1 : t2
1
. AB.t1
LuasABC 2 AB.t1 AB. AC
= = =
LuasPQR 1 PQ.t 2 PQ.PR
.PQ.t 2
2

Berlaku juga bila 2 sudut itu berpelurus sesamanya

TEOREMA
Perbandingan luas 2 segitiga yang sebangun adalah sama dengan
kuadrat dari perbandingan sepasang sisi seletak.

Diketahui : ABC PQR


LuasABC AB 2 AC 2 BC 2
Buktikan : = = =
LuasPQR PQ 2 PR 2 QR 2
Bukti :
ABC PQR maka A = P
4-40 Geometri

AB AC
=
PQ PR

LuasABC AB. AC AB. AB AB 2


= = =
LuasPQR PQ.PR PQ.PQ PQ 2

A B P Q

Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa perbandingan luas


AC 2 BC 2
kedua segitiga akan sama dengan = juga.
PR 2 QR 2

C. LATIHAN
1. Titik M pada pertengahan hipotenusa BC suatu segitiga siku-siku ABC.
Melalui M dibuat garis tegak lurus BC yang memotong AB dan AC di
P dan Q. Buktikan MA2 = MP xMQ

2. Diketahui trapesium ABCD. AB//DC, AB=a, DC=b. E pada BC dan


EF//BA, AF : FD = p : q. Nyatakan EF dengan a, b, p, dan q!

3. Diketahui ABC, AB=c; CD = t. sebuah persegi PQRS ada di dalam


segitiga itu dengan P dan Q pada AB, R pada BC dan S pada AC.
Nyatakan sisi bujursangkar itu dengan c dan t!
Geometri 4-41

4. Diketahui jajargenjang ABCD. Titik T pada DC (DT<TC). Tariklah


melalui T sebuah garis yang membagi jajargenjang itu menjadi 2
bagian yang sama luas!

5. Pada sebuah dengan sudut 900 dan 600 ditarik garis tinggi pada sisi
miring dan garis bagi sudut lancip yang besar. Buktikan garis yang
menghubungkan titik ujung garis-garis itu membagi segitiga itu menjadi
dua bagian sama besar.

D. LEMBAR KEGIATAN

1.Alat dan Bahan


Peserta pelatihan membawa dengan lengkap alat-alat yang dibutuhkan
yaitu : pinsil, bolpoint, jangka, penghapus, penggaris, penggaris siku-
siku, kertas garis ,kertas gambar, buku sumber, diktat Geometri

2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Peserta pelatihan membawa sendiri alat dan bahan dengan lengkap,
tidak boleh meminjam alat dan bahan dengan peserta pelatihan yang
lain, sehingga tidak mengganggu konsentrasi dan kenyamanan peserta
pelatihan yang lain.

3.Prasyarat
Peserta pelatihan telah menguasai tentang kesejajaran

4.Langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
Menggali pengetahuan prasyarat peserta pelatihan yang
berhubungan dengan kesejajaran.
4-42 Geometri

Berdiskusi dengan peserta pelatihan tentang penjelasan kesejajaran


Kegiatan Inti
Menjelaskan tentang perbandingan seharga garis-garis
Menjelaskan tentang kesebangunan dan aplikasinya.
Diskusi kelas.
Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Penilaian
Penguatan dalam bentuk pemberian tugas secara individu.

5. Hasil
* Peserta pelatihan memahami tentang perbandingan seharga garis.
* Peserta pelatihan memahami tentang bangun yang sebangun.

E. Rangkuman
Dua bangun disebut sebangun jika segitiga yang satu dapat
didilatasikan sedemikian sehingga hasilnya sama dan sebangun
dengan bangun yang lain.
* Luas dua segitiga yang mempunyai sepasang sudut yang sama,
berbanding seperti perkalian sisi-sisi yang mengapitnya.
* Perbandingan luas 2 segitiga yang sebangun adalah sama dengan
kuadrat dari perbandingan sepasang sisi seletak.

F. Tes Formatif

I Pilih satu jawaban yang paling tepat


1. Diketahui jajar genjang ABCD. E pada AC, sehingga AE : EC = 1 :3
ditarikdari E garis sejajar AB memotong BD di F. Jika AB = 24 , maka EF =
Geometri 4-43

a. 12
b. 10
c. 8
d. 6

2. Persegi ABCD diketahui panjang sisinya =8. P pada AD dan Q pada


AB sehingga DP = AQ = 6. CP dan DQ berpotongan di R. Maka
panjang DR =
a. 6
b. 4,8
c. 4
d. 3,8

3. Diketahui ABC . AB = 24. Pada AB terletak titik P sehingga AP =


2/3 AB. Q pada CP hingga CQ : QP = 3 : 1.Perpanjangan AQ
memotong BC di R. Diarik dari R garis sejajar AB dan memotong CP di
S. Panjang RS =
a. 8
b. 6
c. 5 1/3
d. 5

4. Pada jajargenjang ABCD diketahui P pada DC. Garis yang melalui A


dan P memotong BD dan perpanjangan BC di Q dan R. Jika AQ = 12
dan PR = 10. Maka PQ =
a. 12
b. 10
c. 8
d. 6
4-44 Geometri

5. Diketahui ABC. AB = 28, P pada AB sehingga AP = 12. Q pada BC


dan PQ//AC. R pada AC dan PR//BC. S pada BC dan RS//AB. PQ dan
RS berpotongan di T. Bila QS = 4, maka PR =
a. 12
b. 10
c. 8
d. 6

6. Diketahui ABC. D dan E di tengah-tengah AB dan AC. Sebuah garis


melalui E memotong CD dan CB di F dan G. Jika BG = 16 dan EF : FG
= 3 : 2, maka CG =
a. 12
b. 10
c. 8
d. 6

7. Diketahui ABC. Pada BC terletak titik D, sehingga CD = 2/5 BC dan


pada AB titik E, sehingga AE = 1/3 AB. AD dan CE berpotongan di S.
Maka : AS : SD =
a. 2 : 3
b. 3 : 4
c. 4 : 5
d. semua jawaban salah
Geometri 4-45

8. Diketahui ABC. Pada BC terletak titik D, sehingga CD = 2/5 BC dan


pada AB titik E, sehingga AE = 1/3 AB. AD dan CE berpotongan di S.
Maka : CS : SE =
a. 2 : 1
b. 3 : 4
c. 4 : 5
d. semua jawaban salah

II. Kerjakan semua soal dibawah ini :

1. Diketahui panjang ruas garis a ,b,dan c. Lukiskanlah ruas garis x dan


y, jika
x b
x + y = a dan =
y c

2. Diketahui ABC siku-siku ( A = 900), B = 600 Buktikanlh bahwa


garis tinggi ke hypotenuse memotong garis bagi B di tengah-tengah.

3. Lukislah sebuah segitiga, jika diketahui dua sudut dan kelilingnya.


4-46 Geometri

BAB V
BEBERAPA TEOREMA PADA SEGITIGA

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi
1. Memahami tentang beberapa teorema pada garis-garis istimewa
segitiga
2.Trampil menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan teorema -
teorema pada garis-garis istimewa segitiga

Indikator
1. Memahami teorema proyeksi pada segitiga siku-siku.
2. Memahami tentang teorema proyeksi pada segitig lancip dan tumpul
3. Memahami tentang teorema Stewart
4. Memahami tentang teorema garis bagi pqda segitiga
5. Memahami tentang teorema garis berat pqda segitiga.
6. Memahami tentang teorema garis tinggi pqda segitiga
7. Memahami tentang teorema Menelaos dan Ceva

B. URAIAN MATERI

Beberapa teorema dan Garis Istimewa Pada Segitiga

1. Teorema Proyeksi pada Segitiga Siku-siku


C
q D a
Lihat Gambar
b
t p

A B
c
Geometri 4-47

P disebut proyeksi sisi siku-siku c pada sisi


a. q disebut proyeksi sisi siku-siku b pada
sisi a.

TEOREMA Kuadrat sisi siku-siku sama dengan hasil kali proyeksinya ke


sisi miring dan sisi miring sendiri.

Kuadrat garis tinggi ke sisi miring sama dengan hasil kali


bagian sisi miring.

Hasil kali sisi siku-siku sama dengan hasil kali sisi miring dan
garis tinggi ke sisi miring itu.

Kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi


yang lain.

Buktinya sebagai berikut.

C
q D Diketahui : ABC, A= , AD BC
1 a
2
b Buktikan :
t p
1 2 1.
A B
c 2.
3.
4.

Buktinya adalah sebagai berikut.


1. Lihat Lihat

ADC BAC ak : b:a = q:b ADB CAB ak : c:a = p:c


maka maka
4-48 Geometri

2. Lihat

ADC BAD ak : t:p = q:t


maka
3. Karena sebangun
Maka

4. Dari hasil No. 1 :

2. Teorema Proyeksi pada Segitiga Lancip / Tumpul

b a
t

p q
A D c B
Buktinya sebagai berikut.
Diketahui :

q proyeksi a pada c

Buktikan :
Geometri 4-49

Bukti : Pada ; dan pada

C Jika tumpul maka buktikan bahwa


.
a
Bukti :
t b
;
p c
D A

TEOREMA
Kuadrat sisi di hadapan sudut lancip (tumpul) sama dengan jumlah
kuadrat kedua sisi yang lain dikurangi (ditambah) dua kali sisi
yang satu dan proyeksi sisi yang kedua ke sisi yang pertama
4-50 Geometri

TEOREMA STEWART
Teorema Stewart

Jika garis x yang ditarik dari titik C dan membagi sisi c dalam
dan maka

C Diketahui :
dengan dan
b a
x
Buktikan :
A B
c1 E m D c2
Bukti :
Tarik garis CE AB, misal DE = m maka

1. Pada (lancip) 2. Pada (

a2 = x2 + c22 + 2mc2
-

Dari (1) dan (2) didapat :

GARIS ISTIMEWA DALAM SEGITIGA

Garis-garis berat dalam segitiga berpotongan atas bagian


TEOREMA
yang perbandingannya 2 : 1.
Geometri 4-51

C
Diketahui :

E D
Berpotongan di Z
Z
Buktikan : AZ : ZD = BZ : ZE = 2 : 1
Bukti :
A B

Hubungkan D dengan E maka DE // AB. Karena E dan D berturut-turut


1
tengah-tengah AC dan BC maka ED = AB (AB : DE = 2 : 1).
2
Lihat dan : ZED (ED // AB)
DZE (bertolak belakang)

Jadi AZ : ZD = BZ : ZE = AB : DE = 2 : 1

Dengan cara yang sama dapat dibuktikan untuk garis berat melalui titik
C.

TEOREMA Jika , dan berturut-turut garis berat ke sisi a, b, dan


c maka

A Diketahui : garis berat (AD = )


Buktikan :
c
b Bukti : Menurut Teorema Stewart
xa

C
B D
4-52 Geometri

Dengan cara yang sama untuk dan .

TEOREMA Garis bagi adalah garis yang membagi sisi di depannya


menjadi dua berbanding seperti sisi-sisi yang berdekatan.
Diketahui : garis bagi
C
F dan

D Buktikan :a1: =c:b


b
Bukti :
B Tarik garis DE AB dan DF AC,
A c E
maka DE = DF (

Lihat
i. Luas
ii. Jika garis tinggi dari A adalah maka :
Luas
Dari (i) dan (ii) dapat disimpulkan

Rumus itu juga berlaku untuk garis bagi luar, buktinya sbb :
Diketahui : garis bagi luar DA = p
E
C
dan DB = q
b a
Buktikan : p : q = b : a
D p A c
q B
Geometri 4-53

Bukti :
Tarik garis DE BC dan DF AC, maka
DE = DF ( )

Lihat
i. Luas
ii. Luas
Dari (i) dan (ii) dapat disimpulkan

TEOREMA Kuadrat garis bagi dalam sama dengan hasil kali sisi sebelah
dikurangi hasil kali bagian sisi di hadapannya.

C Diketahui : garis bagi dalam AD =


p dan DB = q
b a
Buktikan :
A p q B
D Bukti :
CD garis bagi maka a : b = q : p atau ap
= bq
Menurut teorema Stewart :
4-54 Geometri

Untuk garis bagi luar, . Buktinya sebagai berikut.


Diketahui : garis bagi luar AD =
C
p dan BD = q
b a
D p Buktikan :
q A c B
Bukti :
Menurut teorema Stewart :

TEOREMA Dua garis tinggi dalam segitiga berbanding terbalik terbalik


dengan sisinya
C
Diketahui :

b a garis tinggi pada sisi a


tb
ta garis tinggi pada sisi b
A B
Buktikan : t a : t b = b : a

Bukti :

LuasABC = 1 t a a; luas ABC = 1 tb b


2 2
Sehingga didapat : ta : tb = b : a
Geometri 4-55

Jika diketahui ABC , 2s = a + b + c dan t a , tb , tc berturut-turut


TEOREMA
garis tinggi pada a, b, dan c maka :
2
ta = s ( s a ) ( s b) ( s c )
a
2
tb = s ( s a ) ( s b) ( s c )
b
2
tc = s ( s a ) ( s b) ( s c )
c

Bukti :
a + b + c = 2s
a + b c = a + b + c 2c = 2 s 2c = 2( s c)
a b + c = a + b + c 2b = 2 s 2b = 2( s b)
a + b + c = a + b + c 2a = 2s 2a = 2( s a)

ta = c 2 p 2
2

c2 + a2 b2
p=
2a
2
c2 + a2 b2
t a = c
2 2

2a
c2 + a2 b2 c2 + a2 b2
t a = c + c
2

2 a 2 a
4-56 Geometri

2ac + c 2 + a 2 b 2 2ac c 2 a 2 + b 2
t a =
2

2a 2a
( a + c) 2 b 2 b 2 ( a c) 2
t a =
2

2a 2a
(a + c + b) (a + c b) (b a + c) (b + a c)
ta =
2

4a 2
2 s 2( s b) 2( s c) 2( s a )
ta =
2

4a 2
t a = 2 (s ( s a ) ( s b ) ( s c ) )
2 4
a
2
ta = s ( s a ) ( s b) ( s c )
a
Demikian pula untuk tb dan tc .

2
Luas ABC = 1 s ( s a ) ( s b) ( s c ) = s ( s a ) ( s b) ( s c )
2 a

Jadi Luas ABC = s ( s a ) ( s b) ( s c)

TEOREMA MENELAOS

TEOREMA Jika sebuah transversal ABC memotong sisi-sisi Ab, BC, dan
CA berturut-turut di titik-titik P, Q, dan R maka
(ABP)(BCQ)(CAR) =1

Bukti :
C
a
c R PA QB RC
( ABP) ( BCQ ) (CAR) =
Q
PB QCb RA
A
c Bb aP
= =1
b a c
Geometri 4-57

TEOREMA CEVA

TEOREMA Dalam ABC dibuat tiga transversal sudut yang memotong Ab,
BC, CA berturut-turut di P, Q, dan R, jika ketiga transversal
sudut tadi melalui satu titik (konruen) maka (ABP)(BCQ)CAR)
=-1

Bukti :
S C l
p q Dibuat garis l melalui C ,
//AB . b1 a1
R
Q a1 : a 2 = q : c
b1 : b 2 = p : c
b2 a2 c1 : c 2 = q : p
PA QB RC
(ABP)(BCQ)(CAR) =
PB QC RA
A c1 P c2 B q c p
= = 1
p q c

C. LATIHAN

1. Diketahui jajar genjang ABCD. AD = 14, E pada AD sehingga AE = 2


ED. BE dan AC berpotongan di F. g titik tengah FC atau FG : GC = 1 :
1. EG memotong BC di H. Hitung CH.
2. Diketahui : ABC
1
Pada AB terletak titik D sehingga AD = DB dan pada AC terletak
2
titik E sehingga AE = 3 EC. BE dan CD berpotongan di F. Hitung CF :
FD dan BF : FE.
4-58 Geometri

3. Pada ABC , D dan E ditengah BC dan AB. g pada AC dan Dg


memotong CE di F sehingga DF : FG = 2 : 3. Luas CgF = 56. Hitung
luas ABC .
4. Pada ABC , AC = 4 dan BC = 5 CD garis bagi, AE garis berat dan
1
luas ADEC = 6 . Hitung luas BDE .
2
5. Pada ABC ( A = tumpul ) ditarik garis tinggi AD dan BE. Buktikan
DC BC
AC = dan DEC = B .
EC
6. Garis-garis tinggi AD dan BE sebuah ABC berpotongan di titik T.
Buktikanlah AD AT + BT BE = AB 2 . (Gunakan teorema Stewart).

D. LEMBAR KEGIATAN

1.Alat dan Bahan


Peserta pelatihan membawa dengan lengkap alat-alat yang dibutuhkan
yaitu : pinsil, bolpoint, jangka, penghapus, penggaris, penggaris siku-
siku, kertas garis ,kertas gambar, buku sumber, diktat Geometri

2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Peserta pelatihan membawa sendiri alat dan bahan dengan lengkap,
tidak boleh meminjam alat dan bahan dengan peserta pelatihan yang
lain, sehingga tidak mengganggu konsentrasi dan kenyamanan peserta
pelatihan yang lain.

3.Prasyarat
Peserta pelatihan telah menguasai tentang kesejajaran dan
kesebangunan
Geometri 4-59

4.Langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
Menggali pengetahuan prasyarat peserta pelatihan yang
berhubungan dengan kesejajaran dan kesebangunan
Berdiskusi dengan peserta pelatihan tentang penjelasan kesejajaran
dan kesebangunan
Kegiatan Inti
Menjelaskan tentang teorema proyeksi pada segitiga siku-siku
Menjelaskan tentang teorema proyeksi pada segitig lancip dan
tumpul
Menjelaskan tentang teorema Stewart
Menjelaskan tentang teorema garis bagi pqda segitiga
Menjelaskan tentang teorema garis berat pqda segitiga
Menjelaskan tentang teorema garis tinggi pqda segitiga
Menjelaskan tentang teorema Menelalos dan Ceva
Diskusi kelas.
Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Penilaian
Penguatan dalam bentuk pemberian tugas secara individu.

5. Hasil
* Peserta pelatihan memahami teorema proyeksi pada segitiga siku-
siku.
* Peserta pelatihan memahami tentang teorema proyeksi pada segitiga
lancip dan tumpul
* Peserta pelatihan memahami tentang teorema Stewart
4-60 Geometri

* Peserta pelatihan memahami tentang teorema garis bagi pada


segitiga
* Peserta pelatihan memahami tentang teorema garis berat pada
segitiga.
* Peserta pelatihan memahami tentang teorema garis tinggi pada
segitiga
* Peserta pelatihan memahami tentang teorema Menelaos dan Ceva
.
E. Rangkuman
* Teorema Proyeksi pada segitiga lancip/tumpul
Kuadrat sisi di hadapan sudut lancip (tumpul) sama dengan jumlah
kuadrat kedua sisi yang lain dikurangi (ditambah) dua kali sisi yang
satu dan proyeksi sisi yang kedua ke sisi yang pertama
* Teoreme Stewart:
Jika garis x yang ditarik dari titik C dan membagi sisi c dalam dan
maka

F. Tes Formatif

I Pilih satu jawaban yang paling tepat


1.Diketahui ABC siku-siku. A = 900. P pada AC dan Q pada BC
sehingga PQ //AB. PQ = PA = 8. PQB = 1350. R pada BC sehingga
QR = 4 (R diantara B dan Q). Perpanjangan AR
memotongperpanjangan PQ di S. AR =
a. 12
b. 10
c. 8
d. 4
Geometri 4-61

2. Dengan menggunakan soal no 1, maka panjang QS =


a. 2
b. 22
c. 22 + 1
d. 16/7(22 + 1)
3.Diketahui ABC CF garis berat. BZ CF( Z titik berat) D pada BZ
sehingga BD = DZ. Panjang FD = 62. Maka panjang BC =
a. 2
b. 122
c. 142
d. 242

4. Diketahui ABC. AB = 46 dan BC = 26. Jika B = 2 A,maka


panjang AC =
a. 1213
b. 103
c. 83
d. 8

5. Diketahui ABC. AD, BE, dan CF adalah garis berat. AD= 6; BE = 9


dan AB = 8. Panjang CF =
a. 6
b. 8
c. 9
d. 310

6.Dari trapezium ABCD (AB//DC),AB = 30, CD = 18, BC = 10, dan AD = 8.


Panjang garis tegaklurus dri pertengahan BC ke AD =
4-62 Geometri

a. 71/2 7
b. 7
c. 8
d. 6

7.Diketahui ABC siku-siku di C. Z adalah titik berat. CZ = 12dan BZ


CD. CD adalah garis bagi. Panjang AB, BC dan AC adalah :
a. 36,123, dan 126
b. 36, 12, dan 91
c. 12, 123, dan 912
d. 12 3,36, dan 291

8. Dari trapezium ABCD (AB//DC), AC BD.AB = 2CD; AD = 8 dan BC =


11.Panjang AB =
a. 8
b. 11
c. 37
d. 237

II. Kerjakan semua soal dibawah ini :

1. Lukis ABC jika diketahui panjang ketiga garis berat AD = 6 cm; BE =


9 cm dan CF = 310cm.

2. Buktikanlah, bahwa jumlah kuadrat kedua diagonal sebuah jajar


genjang = jumlah kuadrat keempat sisinya.
3. Diketahui ABC, AB = 14, BC =, dan CA = 13 cm. Dibuat garis tinggi
BE dan CF. Tentukan luas AEF.
Geometri 4-63

BAB VI
BEBERAPA TEOREMA PADA LINGKARAN

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi
1. Memahami tentang beberapa teorema pada lingkaran
2.Trampil menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan teorema -
teorema pada lingkaran

Indikator
1. Memahami teorema tentang perbandingan seharga garis-garis dalam
lingkaran.
2. Memahami teorema tentang segitiga dan lingkaran luarnya.
3. Memahami teorema tentang segitiga dan lingkaran dalamnya
4. Memahami tentang teorema lingkaran singgung
5. Memahami tentang teorema segiempat talibusur.
6. Memahami tentang teorema segiempat garis singgung

B. URAIAN MATERI

PERBANDINGAN SEHARGA GARIS-GARIS DALAM LINGKARAN

TEOREMA Garis tegak lurus dari sebuah titik lingkaran ke garis


tengahnya ialah pembanding tengah antara bagian-bagian
garis tengah itu.
4-64 Geometri

Diketahui : (M, R)
C
AB garis tengah
CD AB
Buktikanlah CD 2 = AD AB
A B
D M Bukti : Pada ABC C = 90
Maka AD : CD = CD : BD (teorema)
atau CD 2 = AD AB

TEOREMA
Jika dari sebuah titik lingkaran ditarik sebuah tali busur dan
sebuah garis tengah, maka tali busur ini pembanding
tengah antara garis tengah dan proyeksinya pada garis ini.

C
Diketahui : (M, R)
AB garis tengah
A B CD AB
D M
Buktikanlah CD 2 = AD AB (Buktikan
sendiri)

TEOREMA Jika dua buah tali busur berpotongan di


dalamlingkaran, maka perkalian kedua bagian pada
tali busur yang pertama sama dengan perkalian
bagian-bagian pada tali busur yang kedua.
Geometri 4-65

C
B Diketahui : (M, R)
P
A AB dan CD berpotongan di P
M Buktikan : PA X PB = PC X PD
D (Buktikan
Sendiri!)

TEOREMA
Jika dari sebuah titik di luar lingkaran ditarik 2 garis
potong maka perkalian bagian-bagian garis potong yang
pertama = perkalian bagian-bagian garis potong yang
kedua.

Diketahui : (M, R)
B
A P di luar lingkaran
M P Buktikan : PA X PB = PC X PD.
C
D
(Buktikan Sendiri!)

TEOREMA
Jika dari sebuah titik di luar sebuah lingkaran ditarik
sebuah garis potong, maka garis singgung ini menjadi
pembanding tengah antara bagian-bagian tengah garis
potong.
4-66 Geometri

C Diketahui : (M, R)
B P di luar lingkaran
Buktikan : PA 2 = PB PC
P (Buktikan sendiri!)

CATATAN :
1. Ketiga teorema terakhir di atas dapat juga dikatakan sebagai berikut
: hasil perbanyakan jarak-jarak P ke titik potong-titik potong A dan B
dari suatu garis yang berputar pada P dengan sebuah lingkaran,
mempunyai harga konstan.
2. Jika hasil perbanyakan PA x PB diberi tanda positif atau negative,
maka hasil perbanyakan dianggap positif jika P di luar lingkaran, dan
negative jika P di dalam lingkaran.

Hasil perbanyakan tadi ditulis PA PB .
Yang disebut Kuasa (P, L) dari suatu titik P terhadap lingkaran L

ialah hasil perbanyakan PA PB .

A dan B adalah titik potong lingkaran itu dengan sebuah garis yang
melalui P. Kuasa ini positif, jika P di luar lingkaran, nol jika P pada
lingkaran dan negatif jika P terletak di dalam lingkaran.
Geometri 4-67

TEOREMA Kuasa sebuah titik P terhadap lingkaran (M,r) = PM 2 - r 2 .

Bukti :

Kuasa P terhadap (M,r) = PA PB

= ( PA + AC )( PC + CB )
M

r = ( PA + AC ) ( PC AC )
P
B C A = PC 2 AC 2
= PM 2 MC 2 AC 2
= PM 2 ( MC 2 + AC 2 )
= PM 2 AM 2
= PM 2 r 2

LINGKARAN LUAR

TEOREMA Jari-jari R lingkaran luar sebuah segitiga sama dengan


perkalian sisi-sisinya dibagi oleh 4 kali luas segitiga itu,
abc
atau R =
4L

a Diketahui : ABC dengan lingkaran luar O.


c
tb O AB = c, AC = b, BC = a.
abc
A D b C Buktikan : R = .
4L
E
Bukti : Dari titik B telah kita tarik garis tinggi BD =
tb dan garis tengah BE = 2R.
4-68 Geometri

Maka ABD ~ EBC , karena A = E = 1 BC dan


2
D = BCE = 90 .
Dari kesebangunan ini diperoleh :
ac abc abc
c : tb = 2 R : a atau 2 Rtb = ac , jadi 2 R = atau 2 R = atau R = .
tb btb 2btb

b tb = 2 luas ABC . Jadi .

abc
R=
4L

LINGKARAN DALAM
Titik pusat lingkaran dalam sebuah kita namakan I dan jari-jari
lingkaran dalam = r.

TEOREMA Jari-jari R lingkaran dalam sebuah = Luas dibagi 1


2
L
keliling, atau R =
s

Diketahui : ABC
L
Buktikan : R = .
s
C
E Bukti : Luas AIB = 1 c x r
c 2
a
D
r I Luas BIC = 1 a x r
2
B +
A F b
Geometri 4-69

Luas CIA = 1 b x r
2

Luas ABC = 1 (a + b +c) r


2

Luas ABC = 1 s x r
2
luas ABC L
Atau r = = =
s s
Lihat gambar
AF = AD (mengapa?)
BF = BE (mengapa?)
CD = CE (mengapa?) +

AF + BF + CD = AD + BE + CE
AF + BF + CD = s atau AB + CD = s, jadi CD = s c.
(buktikan : AF = s a dan BF = s b.

CATATAN :
AIB=180 1 ( A + B ) = A + B + C 1 A 1 B = 1 A + 1 B + C
2 2 2 2 2
atau AIB= ( 1 A + 1 B + 1 C) + 1 C = 90 + 1 C
2 2 2 2 2

Jika dari sebuah ABC diketahui alas c, sudut puncak C, dan jari-jari
lingkaran dalam R, maka dapat kita lukiskan AIB, karena dari
segitiga ini diketahui; alas, sudut puncak dan tingginya (mengapa?).
Setelah AIB dilukiskan, maka melukis ABC mudah sekali.
(Bagaimana?).
4-70 Geometri

LINGKARAN SINGGUNG
Lingkaran singgung suatu segitiga ialah lingkaran yang menyinggung
pada sisi segitiga itu dan pada kepanjangan-kepanjangan kedua sisi
yang lain.

C Sudah jelas bahwa sebuah segi tiga mempunyai tiga


buah lingkaran singgung.
1. Lingkaran I a yang menyinggung pada BC dan

A mempunyai jari-jari ra .
D
B 2. Lingkaran I b yang menyinggung pada AC dan
rc
F mempunyai jari-jari rb .
E rc rc
Ic 3. Lingkaran I c yang menyinggung pada AB dan
Q mempunyai jari-jari r .
c
P
I c ialah titik potong garis bagi luar A dan garis bagi C. Garis bagi

luar B juga harus melalui I c . Telah kita buktikan bahwa I c D = I c F.

Jadi I c terletak pada T.K. titik yang sama jauh letaknya dari kaki-kaki

ABQ dan itu ialah garis bagi luar B.

TEOREMA
Dalam ABC jari-jari lingkaran-lingkaran singgungnya
ialah :
L L L
ra = , rb = , rc =
sa s b sc

Ib C Ia
L
G Buktikan : rc =
L H sc
A B
E Bukti :
D
rc rc
Ic
Geometri 4-71

Luas AC I c = 1 b x rc
2

Luas CB I c = 1 a x rc +
2

Luas segi 4 CA I c B = 1 (a + b) rc
2

Luas segi 3 AB I c = 1 c x rc -
2

Luas ABC = 1 (a + b - c ) rc
2

Telah kita buktikan,bahwa 1 (a + b - c ) = s


2
c
L
Jadi Luas ABC =(s-c) x rc atau rc =
sc
L L
(buktikan : ra = , rb = )
sa s b

Lihat gambar, kemudian jawablah pertanyaan berikut


Mengapa CD = CE ?
Mengapa CD + CE = AC + BC + AB = 2s
Mengapa CD = s dan AD = s b ?
Berapakah panjang AF, BF, dan BE ?
Nyatakanlah AK, AL, CK, CG, BG, dan BH dengan sisi-sisi ABC.
A I c B = 18 0 - I c AB - AB I c

= 18 0 - ( 1 B + 1 C) ( 1 A + 1 C).
2 2 2 2

=18 0 - 1 B - 1 C - 1 A - 1 C.
2 2 2 2

=9 0 - 1 C.
2
A I c B dapat dilukiskan jika diketahui rc , c dan C.
4-72 Geometri

Karena dari segi tiga itu sekarang diketahui alas, sudut puncak dan
tingginya.
Jika A I c B telah dilukiskan maka mudah kita memperoleh ABC.

abc r =
L
ra =
L
, rb =
L
, rc =
L
R=
4L s s a s b s c
KESIMPULAN : , ,

Jika O pusat lingkaran luar ABC, I pusat lingkaran dalam


dan I a , I b , I c pusat lingkaran singgung, maka :

AOB = 2 C, BOC = 2 A, AOC = 2


B

AIB = 9 0 + 1 C, AIC = 9 0 + 1 B,
2 2

BIC = 9 0 + 1 A
2

A I c B = 9 0 - 1 C, A I b C = 9 0 - 1 B,
2 2

B I a C = 9 0 - 1 A
2

SEGIEMPAT TALI BUSUR
DEFINISI
Segiempat tali busur ialah sebuah segiempat yang
keempat titik sudutnya terletak pada lingkaran.

Dalam segiempat tali busur sudut-sudut yang berhadapan


TEOREMA
berpelurus sesamanya.
Geometri 4-73

Diketahui : ABCD segiempat tali busur.


Buktikan : A + C =18 0
B
C
Bukti : A = 1 BCD
2

C = 1 BAD
A 2 +
D A + C = 1 ( BCD + BAD)
2
Atau

A + C = 1 keliling linkaran =
2
18 0
AKIBAT : Sudut luar sebuah sudut pada segiempat tali busur = sudut
dalam berhadapan (mengapa?) . A = C1 .

TEOREMA Jika dua buah sudut yang berhadapan dalam sebuah


segiempat berpelurus sesamanya maka segiempat itu
ialah sebuah segiempat tali busur.

B
C
Diketahui : B + D = 18 0
A Buktikan : A, B, C, dan D terletak pada satu
lingkaran.
D
Bukti :
Melalui A, B, dan C senantiasa dapat
digambarkan sebuah lingkaran.
Kita umpamakan bahwa titik D tidak terletak pada lingkaran ini, maka
lingkaran ini memotong garis AD di P.
Akan tetapi tentu B + P = 18 0 . Sedangkan diketahui bahwa B
+ D = 18 0
4-74 Geometri

Jadi ini akan mengakibatkan, bahwa P = D. Akan tetapi P =


C1 + D
(mengapa?)
Perandaian bahwa D tidak terletak pada lingkaran itu, terbukti salah,
jadi D harus terletak pada lingkaran; dengan perkataan lain ABCD
ialah segiempat tali busur.

TEOREMA PTOLEMEUS

Dalam segiempat tali busur perkalian diagonal-diagonalnya


sama dengan junlah perkalian sisi-sisi yang berhadapan

D
Diketahui : ABCD segiempat tali busur.
3 1
A 2
Buktikan : AC x BD = AB x DC + BC x AD
E C
Bukti : Kita lukiskan CDE = ADB.
Maka DEC ~ DAB,

B Karena ABD = ACD = 1 AD dan ADB


2
= EDC
Akibat :
EC : AB = DC : DB
EC x DB = AB x DC .......................(i)
ADE ~ BDC, karena ADE = BDC (mengapa?) dan DAE

= DBC = 1 DC. Dari kesebangunan ini diperoleh : AE : BC =


2
AD :BD atau AE x BD = BC x AD..................(ii)
Jika (i) dan (ii) dijumlahkan maka diperoleh :
EC x BD = AB x DC
AE x BD = BC x AD
+
Geometri 4-75

(AE + EC) x BD = AB x DC + BC x AD atau


AC x BD = AB x DC + BC x AD.

PENGGUNAAN SEGIEMPAT TALI BUSUR


a. menentukan kepanjangan dua sisi yang berhadapan dengan sisi
segiempat tali busur adalah a, b, c, dan d.

D Pada gambar BCE = A (mengapa?).


c E = E. Jadi ADE ~ CBE. Akibat :
d
C
b x x : (a + y) = b : d atau dx = ab + by
A a B y E (1)
juga y : (c+ x) = b : d atau dy = bc + bx
(2)

Ini adalah dua persamaan dengan dua variabel


dx by = ab atau dbx b 2 y = ab 2 (1)
bx + dy = bc atau dbx + d 2 y = dbc ( 2) +

(d 2 b 2 ) y = b( ab + dc )
b ( ab + dc )
atau y =
d 2 b2
b ( ad + bc )
Dengan cara yang sama x =
d 2 b2
Soal :
Dari sebuah segiempat tali busur sisi-sisinya ialah AB = 52, BC = 25,
CD = 39 dan AD = 60. Hitunglah BE dan CE.
4-76 Geometri

b. Juga dapat kita hitung perbandingan diagonal-diagonal.


Dari gambar mudah dapat dibuktikan, bahwa DBE ~ ACE
(mengapa?)
Jadi : AC : DB = CE : BE atau
AC : DB = x : y = (ad + bc) : (ab + dc) (lihat pada a)
c. Perhitungan diagonal-diagonal.
Sekarang kita ketahui perbandingan diagonal-diagonal dan dengan
pertolongan dalil (pendirian) Ptolemeus juga kita ketahui, perkaliannya.
Jadi dapat kita hitung diagonal-diagonal itu.
AC : DB = (ad + bc) : (ab + dc) (lihat di atas) .......................(1)
AC x DB = (ac +bd) (Ptolemeus) .................................................(2)

( ac + bd ) ( ad + bc ) ( ac + bd ) ( ad + bc )
AC 2 = atau AC =
ab + dc ( ab + dc )

Soal :
Hitunglah diagonal-diagonal sebuah segiempat tali busur ABCD jika
AB = 16, BC = 25, CD = 33, dan AD = 60.
d. Untuk menghitung jari-jari lingkaran luar sebuah segiempat tali busur,
kita bekerja sebagai berikut. Hitunglah sebuah diagonal ump. AC.
Hitunglah sekarang jari-jari lingkaran luar ADC dengan pertolongan
abc
rumus R = . Ini juga jari-jari lingkaran luar segiempat tali busur itu.
4L
e. Bila kita harus membuktikan suatu segiempat adalah segiempat tali
busur, perhatikan gambar-gambar di bawah ini; segiempat ABCD
B C
adalah segiempat
B C . tali busur, jika memenuhi
C
1
salah satu : .
B
.
A . D D A D
A
A + C = 18 0
A = C1 A = C
Geometri 4-77

B
B
C
B q A
r q
A C
p s
p r C
A D D s

D
B = D = 9 0
pxq=rx pq = rs

SEGIEMPAT GARIS SINGGUNG


DEFINISISebuah segiempat, yang sisi-sisinya menyinggung sebuah
lingkaran yang dapat dilukiskan dalam segiempat itu,
namanya segiempat garis singgung
TEOREMA
Jumlah dua buah sisi yang berhadapan sebuah segiempat
garis singgung sama dengan kedua sisi yang lain.

B
Diketahui : ABCD segiempat garis
singgung.
F Buktikan : AB + CD = AD + BC.

C
E
G

H D
A
4-78 Geometri

Bukti : Untuk membuktikan ini kita


pergunakan teorema yang menyatakan,
bahwa garis-garis singgung yang ditarik
dari sebuah titik pada sebuah lingkaran,
sama panjangnya.
Jadi : AE = AH
BE = BF
CG = CF
DG = HD
+
( AE + BE ) + (CG + DG ) = ( AH + HD
) + (BF+CF)
atau AB + CD = AD + BC

Jika pada segiempat jumlah sisi yang berhadapan sepasang-


TEOREMA sepasang sama, maka segiempat itu ialah sebuah segiempat
garis singgung.

C. LATIHAN
1. Jika p dan q ruas garis yang diketahui dan
x+y=p
xy = q2
Lukislah x dan y.
2. Jika p dan q ruas garis yang diketahui dan
xy=p
xy = q2
lukislah x dan y.

3. Lukis x = 4 p 4 + q 4 p dan q ruas garis yang diketahui

4. Lukis ABC jika diketahui: C, c, dan r (jari-jari lingkaran dalam


Geometri 4-79

5.
D
A
10 cm AD =

7 cm

C
B 12 cm

6. Dalam trapesium ABCD (AB = alas) ditarik garis AE BC dan BF AD


buktikan F, D, C, dan E terletak pada sebuah lingkaran.
7. Pada trapesium ABCD mempunyai lingkaran singgung dan lingkaran
luar. Jika AB = 28, CD = 8. tentukan diagonal trapesium tersebut

D. LEMBAR KEGIATAN

1.Alat dan Bahan


Peserta pelatihan membawa dengan lengkap alat-alat yang dibutuhkan
yaitu : pinsil, bolpoint, jangka, penghapus, penggaris, penggaris siku-
siku, kertas garis ,kertas gambar, buku sumber, diktat Geometri

2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Peserta pelatihan membawa sendiri alat dan bahan dengan lengkap,
tidak boleh meminjam alat dan bahan dengan peserta pelatihan yang
lain, sehingga tidak mengganggu konsentrasi dan kenyamanan peserta
pelatihan yang lain.

3.Prasyarat
Peserta pelatihan telah menguasai tentang sifat sederhana pada
lingkaran,garis singgung pada lingkaran, sudut pusat, sudut keliling.
4-80 Geometri

4.Langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
Menggali pengetahuan prasyarat peserta pelatihan yang berhubungan
dengan sifat sederhana pada lingkaran,garis singgung pada lingkaran,
sudut pusat, sudut keliling.

Berdiskusi dengan peserta pelatihan tentang penjelasan sifat sederhana


pada lingkaran,garis singgung pada lingkaran, sudut pusat, sudut
keliling.

Kegiatan Inti
Menjelaskan tentang teorema perbandingan seharga garis-garis
dalam lingkaran.
Menjelaskan tentang teorema segitiga dan lingkaran luarnya.
Menjelaskan tentang teorema lingkaran dalam segitiga.
Menjelaskan tentang teorema lingkaran singgung
Menjelaskan tentang teorema segiempat talibusur
Menjelaskan tentang teorema segiempat garissinggung
Diskusi kelas.
Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Penilaian
Penguatan dalam bentuk pemberian tugas secara individu.
5. Hasil
Peserta pelatihan memahami teorema. perbandingan seharga garis-
garis dalam lingkaran.
Peserta pelatihan memahami tentang teorema segitiga dan lingkaran
Geometri 4-81

Luarnya.
Peserta pelatihan memahami tentang teorema lingkaran dalam
segitiga
Peserta pelatihan memahami tentang teorema lingkaran singgung
Peserta pelatihan memahami tentang teorema segiempat talibusur.
Peserta pelatihan memahami tentang teorema segiempat
garissinggung
E. Rangkuman
* Yang disebut Kuasa (P, L) dari suatu titik P terhadap lingkaran L

ialah hasil perbanyakan PA PB .
* Teorema Ptelemeus :
Dalam segiempat tali busur perkalian diagonal-diagonalnya sama
dengan junlah perkalian sisi-sisi yang berhadapan
* Teorema pada segi empat garis singgung:
Jumlah dua buah sisi yang berhadapan sebuah segiempat garis
singgung sama dengan kedua sisi yang lain.
F. Tes Formatif

I Pilih satu jawaban yang paling tepat

1. Dari P di luar lingkaran M ditarik sebuah garis singgung PA = 6,garis


potong PC memotong lingkran itu menurut talibusur BC yang 12 cm
panjangnya. Panjang PB =
a. 10
b. 8
c. 6
d. 4
4-82 Geometri

2. Dari P diluar lingkaran M ditarik dua garis potong PAB dan PCD. PA =
3,AB = 29. PC dan CD berbanding sebagai 1 dan 5.Panjang PC dan PD
=
a. 4 dan 24
b. 8 dan 24
c. 4 dan 20
d. Semua jawaban salah

3.Dalam sebuah segitiga yang mempunyai besar dua sudutnya adalah 750
dan 400, digambarkan lingkaran yng menyinggung sisi segitiga tsb., di
D,E,dan F. Besar sudut-sudut DEF adalah :
a. 50,50, 770, dan 52,50
b. 57,50, 700, dan 52,50
c. 57,50, 710, dan 51,50
d. Semua jawaban salah

4. Dari siku-siku ABC ssi miringnya AB = c. I adalah pusat lingkaran


dalam dan IC pusat lingkaran singgung pada sisi miring. Panjang IIC =
a. c
b. c3
c. c2
d. c5

5.Diketahui ABC, alas AB = 7, BC = 6 dan AC = 8.Garis yang


menghubungkan C dengan pusat lingkaran singgung pada sisi a Ia
memotong perpanjangan AB di D. Panjang DIa =
a. 4 2/3
b. 5
Geometri 4-83

c. 415
d. 4 2/3 15

6.Lingkaran dengan jari-jari R dan garis tengah AB, dibuat ABC siku-
siku dan ABD siku-siku dengan salah satu sudut lancipnya 300 . C dan
D terletak pada pihak yang sama terhadap AB. Panjang CD dinyatakan
dengan R adalah :
a. R (6 - 2)
b. R
c. R 6
d. R 2
7.Trapesium ABCD merupakan segiempat garis singgung dan segiempat
talibusur. AB = 28 dan CD = 8. Panjang diagonal AC =
a. 137
b. 2 137
c. 137
d. Semua jawaban salah

8. Tiga lingkaran dengan jari-jari R saling bersinggungan. Maka luas


daerah Segitiga yang dibatasi oleh ketiga lingkaran tsb. adalah :
a. 1/7 R2(73 11)
b. 1/7 R23
c. 11/7 R2
d. Semua jawaban salah

II. Kerjakan semua soal dibawah ini :


1. Dua lingkaran yang berpusat di M dengan jari-jari 3a dan N berjari-jari a
bersinggungan di A. Dilukiskan garis singgung dalam persekutuan dan
4-84 Geometri

garis singgung luar persekutuan BC yang berpotongan di D .Buktikan


bahwa AD garis berat dan tentukan luas ABC.

2.Melalui P pada talibusur persekutuan 2 lingkaran M danN yang


berpotongan, ditarik dalam masing-masing lingkaran sebuah taliusur,
yang berturut-turut pada MP dan NP. Buktikan kedua talibusur itu
sama panjang.

3. Hitunglah luas sebuah segiempat talibusur, jika sisi-sisinya adalah a,b,c,


dan d.
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

KEGIATAN BELAJAR 1

I. 1.a
2.b
3.a
4.c
5.d
6.d
7.d
8.a
II 1.Menggunakan teorema : pada segitiga siku maka panjang garis berat
kesisi miring = panjang sisi miring ( bobot 3)
2.Menggunakan sifat persegi panjang ( bobot 1)
Menggunakan kongruensi (bobot 2)
Geometri 4-85

3.Buat garis pertolongan dengan cara : buat sudut 600 dari BC.(bobot
1)
Lihat keistimewaan y ang terjadi (bobot 1)
Gunakan kongruensi (bobot 2)

KEGIATAN BELAJAR 2

I 1.d
2.c
3.c
4.d
5.b
6.a
7.a
8.d

II 1. Dengan menggunakan teorema Pythagoras ( bobot 3)


2. Dengan menggunakan sifat belah ketupat ( bobot 3)
3. Buat diagonal AC dan BD yang berpotongan di E (bobot 1)
Gunakan sifat jajar tengah (bobot 3)

KEGIATAN BELAJAR 3
I 1.a
2.b
3.c
4.c
5.a
6.c
4-86 Geometri

7.c
8.a

II 1.Dari persamaan yang ke 2 substutusikan ke persamaan yang 1


(bobot3)
2.Gunakan keistimewaan sudut. (bobot 3)
3.Sebelum melukis analysa dahulu
Gunakan teorema : Besar sudut luar = 2 sudut dalam yang
lain(bobot 1)
Selanjutnya dapat dilukis (bobot 3)
KEGIATAN BELAJAR 4

I 1.d
2.d
3.b
4.a
5.a
6.a
7.a
8.a

II 1.Dengan menggunakan teorema garis berat, panjang alas AB dapat.


Se-
Lanjutnya segitiga dapa dilukis.(bobot 3)
2.Dengan menggunakan teorem Pythagoras (bobot 3)
3.Gunakan teorema proyeksi (bobot 1)
Gunakan teorem:perbandingan luas 2 segitiga yang sebangun
(bobot3)
KEGIATAN BELAJAR 5
Geometri 4-87

I 1.c
2.c
3.b
4.c
5.d
6.a
7.b
8.a

II. 1.Dengan menggunakan teorem bahwa panjang garis singgung dari


suatu
Titik adalah sama (bobot 1)
Dengan menggunakan Pythagoras, dan rumus luas. (bobot 2)
2.Dengan menggunakan kuasa (bobot 3)
3.Dengan menggunakan kesebangunan (bobot 1)
Menggunakan rumus luas (bobot 3).
GLOSARIUM

A
Aksioma : pernyataanyang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya.
Apotema : ruas garis yang ditarik dari pusat lingkaran tali busur.

B
Bangun- bangun kongruen : bangun-bangun yang sama dan sebangun

C
Ceva : (teorema)
4-88 Geometri

D
Diameter: garis tengah

G
Garis bagi sudut : T.K titik yang berjarak sama kekaki-kaki sudut tsb.

H
Hipotenusa : sisi miring suatu segitiga siku-siku

K
Kolinear : 3 titik kolinear berarti 3 titik tsb. terletak pada sebuh garis

M
Menelaos ; (teorema)

P
Parallelogram : jajargenjang
Postulat : pernyataan yng harus kita anggap atau terima sebagai kebenaran
agar
Kita bisa mereduksi pernyataan yang lain
Pythagoras: (teorema)
Ptelemeus : (teorema)
Proyeksi : (teorema)

R
Rectangle : persegipanjang
Rhombus : belahketupat

S
Geometri 4-89

Square : persegi
Stewart : (teorema)

T
Tranversal: Suatu garis yang memotong sebuah bangun
Daftar Pustaka

Ahsanul In,am, 2003, Pengantar Geometri.Bayu media Malang

Barnett Rich, 2005, Geometry. The MCGRaw-Hill Companies

Kurniawan,2007, Olympiade Matematika. Penerbit Erlangga Jakarta


Kusni, 2003, Geometri. Penerbit : unnes

Kristianto, 2002, Kapita Selekta. Penerbit : Erlangga Jakarta

Wijdenes, 1959, Planimetri . Noordhoff- Kolff N.V. Jakarta

Wono Setya Budhi, Ph.D. 2003, Matematika Untuk SLTP Jilid


A,IB,IIA,IIB,IIIA.Penerbit ; Erlangga Jakarta.

.Wono Setya Budhi, Ph.D. 2004, Langkah Awal Menuju Ke Olimpiade


MATEMATIKA. Penerbit :C.V. Ricardo Jakarta
BUKU AJAR

PEMBELAJARAN INOVATIF
BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Materi atau ruang lingkup buku ajar ini meliputi pemahaman tentang
konsep pembelajaran, konsep model pembelajaran, berbagai ragam
model-model pembelajaran yang inovatif, serta bagaimana aplikasi model
pembelajaran dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
keterampilan dasar mengajar, serta praktik model pembelajaran di kelas
dalam mata pelajaran matematika SMP.

B. Prasyarat
Kompetensi awal yang dipersyaratkan bagi guru untuk mempelajari
Buku Ajar ini adalah sebagai berikut. (1) Penguasaan materi pelajaran
SMP pada mata pelajaran matematika. (2) Menguasai delapan
keterampilan dasar mengajar. (3) Mampu menyusun RPP yang sesuai
dengan tuntutan KTSP. (4) Memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan melakukan praktik model pembelajaran yang
inovatif..

C. Petunjuk Belajar
Guru pemakai Buku Ajar ini diharapkan melakukan langkah-langkah
belajar sebagai berikut.
(1) Membaca dengan cermat isi Buku Ajar ini.
(2) Mendengarkan dengan seksama penjelasan Tutor.
(3) Bertanya kepada Tutor jika belum jelas.
(4) Memilih salah satu model pembelajaran yang siap untuk dipraktikkan.
(5) Membuat RPP yang mencerminkan penerapan suatu model pembel-
ajaran tertentu yang telah dipilih.
6-2 Pembelajaran Inovatif

(6) Mempraktikkan di depan kelas melalui kegiatan Peer Teaching.


(7) Melaksanakan refleksi kegiatan Peer Teaching yang telah dilaksanakan,
untuk perbaikan pada pelaksanaan Peer Teaching berikutnya.

D. Kompetensi dan Indikator

1. Kompetensi
a. Menjelaskan berbagai ragam model pembelajaran yang inovatif.
b. Membuat RPP yang mencerminkan penerapan suatu model pembel-
ajaran yang inovatif.
c. Melaksanakan kegiatan Peer Teaching dengan menerapkan salah satu
model pembelajaran yang dipilih dan yang sesuai pula dengan RPP
yang telah dibuat sebelumnya, didukung oleh keterampilan dalam
mengajar.
2. Indikator
a. Guru peserta PLPG dapat menjelaskan berbagai ragam model pembel-
ajaran yang inovatif.
b. Guru peserta PLPG dapat membuat RPP yang mencerminkan pene-
rapan suatu model pembelajaran yang inovatif.
c. Guru peserta PLPG dapat melaksanakan kegiatan Peer Teaching yang
menerapkan salah satu model pembelajaran yang dipilih dan yang
sesuai pula dengan RPP yang telah dibuat, didukung oleh keterampilan
guru dalam mengajar.
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi:
a. Menjelaskan berbagai ragam model pembelajaran yang inovatif.
b. Membuat RPP yang mencerminkan penerapan suatu model pembel-
ajaran yang inovatif.
c. Melaksanakan kegiatan Peer Teaching dengan menerapkan salah satu
model pembelajaran yang dipilih dan yang sesuai pula dengan RPP
yang telah dibuat sebelumnya, didukung oleh keterampilan dalam
mengajar.
Indikator:
a. Guru peserta PLPG dapat menjelaskan berbagai ragam model pembel-
ajaran yang inovatif.
b. Guru peserta PLPG dapat membuat RPP yang mencerminkan pene-
rapan suatu model pembelajaran yang inovatif.
c. Guru peserta PLPG dapat melaksanakan kegiatan Peer Teaching yang
menerapkan salah satu model pembelajaran yang dipilih dan yang
sesuai pula dengan RPP yang telah dibuat, didukung oleh keterampilan
guru dalam mengajar.

B. Uraian Materi
B.1 Pendahuluan
Pemilihan model pembelajaran menyangkut strategi, metode, juga
pendekatan dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah
perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan
pembelajaran agar kompetensi dasar dapat tercapai. Strategi
pembelajaran yang dipilih saat ini adalah strategi yang membuat siswa
6-4 Pembelajaran Inovatif

(peserta didik) semakin aktif dalam belajarnya. Strategi pembelajaran yang


seperti ini dikenal dengan istilah Pembelajaran Aktif (Active Learning).
Pembelajaran sendiri, adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa. Metode, menyangkut cara guru dalam
menyampaikan pesan (materi pelajaran). Misalnya, guru menyampaikan
pesan melalui metode ceramah, metode tanya-jawab, atau dengan metode
demonstrasi. Pendekatan pembelajaran adalah cara penyampaian materi
pelajaran yang dipandang guru yang bersangkutan paling dekat atau
paling cepat sehingga materi pelajaran dapat segera diserap oleh siswa.
Sebagai contoh, seorang guru SMP akan menjelaskan materi pokok
pecahan. Pendekatan yang dapat dipilih guru tersebut antara lain melalui
pendekatan benda konkret, dengan pendekatan geometri, atau misalnya
dengan pendekatan garis bilangan. Di sekolah, tindakan pembelajaran ini
jelas harus dilakukan nara sumber (guru) terhadap para siswanya. Model
pembelajaran adalah suatu tindakan atau langkah-langkah pembelajaran
tertentu yang diterapkan guru agar tujuan atau kompetensi dari hasil
belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.

Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran jika


memenuhi 4 syarat: (1) ada kajian ilmiah dari penemu atau ahlinya, (2) ada
tujuan yang ingin dicapai, (3) ada tingkah laku yang spesifik, dan (4) ada
lingkungan yang perlu diciptakan agar tindakan/kegiatan pembelajaran
tersebut dapat berlangsung secara efektif.

Ada hal-hal yang perlu kita sepakati.

1. Siswa SMP/M.Ts perlu dipersiapkan untuk masuk SMA/MA/SMK. Se-


dangkan siswa SMA/MA diharapkan dapat masuk ke PT. Jadi, model
Pembelajaran Inovatif 6-5

pembelajaran apa pun yang diterapkan, sebaiknya perlu/harus


diarahkan agar siswa mampu melanjutkan studinya ke jenjang yang
lebih tinggi. Kemudian, untuk jenjang Pendidikan Dasar, pemanfaatan
alat peraga atau modelnya, masih sangat diperlukan dalam suatu
pembelajaran.
2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang
ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan
kekuatan.
3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap
sesuai dengan materi pelajaran kita; dan jika perlu kita dapat
menggabungkan beberapa model pembelajaran.
4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai materi
dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi
kurang optimal.
5. Oleh karena itu, komitmen kita adalah sebagai berikut.
a. Kita/guru perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat
mengajarkannya, dapat mengevaluasinya, dan terampil mengait-
kannya dengan kehidupan sehari-hari.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa
dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertang-
gungjawab.
c. Menjaga agar para siswa tetap mencintai kita, menyenangi materi
yang kita ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa
kita sebagai guru.
d. Kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran
sendiri. Anggaplah seperti kita sedang melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas.
6-6 Pembelajaran Inovatif

B.2 Pemilihan Model Pembelajaran yang Inovatif


Model pembelajaran Inovatif (bersifat baru, efektif, dan berbeda dengan
yang pernah kita lakukan) yang dapat dipilih dan diterapkan oleh para guru
sangat beragam. Dalam tulisan ini, akan dikemukakan beberapa jenis
model pembelajaran inovatif yang dipandang relevan dan diharapkan
dapat meningkatkan hasil serta aktivitas belajar para siswa.

Model pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing).


2. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning - CTL).
3. Model Pembelajaran Pakem.
4. Model Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching).
5. Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching).
6. Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil.
7. Model Pembelajaran Problem Solving.
8. Model Pembelajaran RME (Realistik Mathematics Education).
9. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).

Sebenarnya masih banyak lagi jenis model pembelajaran seperti model


pembelajaran dengan penemuan (Inquiry-based Learning), model
pembelajaran berbantuan (Assisted Learning), model pembelajaran
tematik, TPS (Think-Pair-Share), debat argumentatif, dan sebagainya. Tak
mungkin dalam kurun waktu sesingkat ini kesemuanya diberikan di sini.
Secara singkat, uraian berbagai model pembelajaran seperti yang
disebutkan di atas dapat diterangkan sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing)


Pembelajaran Inovatif 6-7

Model pembelajaran ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh


Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran
matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata-mata
pelajaran yang lain.

Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing adalah suatu


model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal
sendiri berikut penyelesaiannya. Jadi, siswa mendalami materi
pelajarannya melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Dengan demikian, tahap penerapan model pembelajaran Problem Posing
(Pengajuan Soal) adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Jika perlu,
penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat
disarankan (misalnya pada materi pokok Geometri Ruang).
2) Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3) Setelah tahap 1) dan 2), siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal
yang menantang, tetapi siswa yang bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.
4) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk
menyajikan soal dan penyelesaiannya di depan kelas. Dalam hal ini,
guru dapat menyuruh siswa lain (yang bisa) untuk mengerjakan soal
dari temannya.
5) Jika diperlukan, maka guru harus siap sebagai nara sumber.
6) Selanjutnya, guru dapat memberikan tugas rumah secara individual.

Ada tiga tipe model pembelajaran Problem Posing yang dapat


dipilih guru. Pemilihan tipe ini dapat disesuaikan dengan tingkat
kecerdasan para siswanya.

1) Problem Posing tipe Pre Solution Posing


6-8 Pembelajaran Inovatif

Siswa membuat pertanyaan dan jawabannya, berdasarkan pernyataan


yang dibuat oleh guru sebelumnya. Jadi, yang diketahui pada soal itu
dibuat guru, sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya.
Contoh:
Diketahui: Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 10 cm (dibuat
guru).
Hitunglah:.. (siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri).

2) Problem Posing tipe Within Solution Posing


Siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub perta-
nyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
Contoh:
Misalnya, guru membuat soal sebagai berikut.
Diketahui: Sistem Persamaan Linier dalam Dua Variabel:
2x y = 9 dan x + 3y = 8.
Hitunglah nilai 3x + 2y.

Siswa harus bisa mengubah soal tersebut di atas, misalnya menjadi


seperti berikut ini.
Diketahui: Sistem Persamaan Linier dalam Dua Variabel:
2x y = 9 dan x + 3y = 8.
a. Tentukan nilai x.
b. Tentukan nilai y.
c. Hitunglah nilai 3x + 2y.

3) Problem Posing tipe Post Solution Posing


Siswa membuat soal yang sejenis dan menantang, seperti yang
dicontohkan oleh guru. Jika guru dan siswa siap, maka siswa dapat
diminta untuk mengajukan soal yang menantang dan variatif sesuai
Pembelajaran Inovatif 6-9

dengan materi pokok yang diterangkan guru. Siswa harus bisa


menemukan jawabannya. Tetapi ingat, jika siswa gagal menemukan
jawabannya, maka guru merupakan nara sumber utama bagi
siswanya. Jadi, guru harus benar-benar menguasai materi.

2. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual


Teaching and Learning - CTL).
Model ini dikembangkan oleh Elaine B. Johnson, Ph. D, di tahun
2002, seorang ahli pendidikan dari Amerika Serikat. CTL ini diterapkan
di Indonesia dalam era Kurikulum Berbasis Kompetensi di tahun
2004/2005 (yang dikenal dengan Kurikulum 2004) dan diteruslkan
dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Saat ini, CTL
sedang gencar disosialisasikan. Apalagi, penggunaan CTL ini sudah
memperoleh rekomendasi dari Direktur Pendidikan Dasar dan
Menengah, di bulan Agustus 2002.
Model pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual
merupakan model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Karakteristiknya sebagai berikut. 1) Antar siswa perlu kerja
sama. 2) Saling menunjang. 3) Menyenangkan dan tidak
membosankan. 4) Belajar dengan minat yang tinggi. 5) Terintegrasi. 6)
Menggunakan berbagai sumber. 7) Siswa aktif. 8) Sharing dengan
teman. 9) Siswa kritis dan guru kreatif. 10) Dinding kelas dan lorong-
lorong diisi dengan hasil karya siswa, peta-peta, artikel, humor, dan lain-
lain. 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi juga hasil
karya siswa, hasil praktikum, karangan siswa, dll, dikemas dalam
6-10 Pembelajaran Inovatif

portofolio. 12) Menggunakan penilaian sebenarnya (authentic


assessment).

Ada 7 langkah/komponen yang perlu ditempuh guru dalam mene-


rapkan CTL, yaitu:
1) kembangkan pemikiran, bahwa siswa perlu mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya (belajar secara mandiri)--konstruktivisme;
2) lakukan kegiatan inkuari untuk semua topik;
3) ungkap rasa ingin tahu siswa dengan bertanya;
4) ciptakan masyarakat belajar (misalnya, melalui belajar kelompok);
5) hadirkan model untuk contoh pembelajaran;
6) lakukan refleksi di akhir pertemuan;
7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

3. Model Pembelajaran Pakem


Model pembelajaran Pakem seiring dengan munculnya
MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Pakem
mulai disosialisasikan Tim Pusat Kurikulum bekerja sama dengan
Unesco dan Unicef. Pakem singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.

Model pembelajaran Pakem, dapat diterapkan dengan pola sebagai


berikut.
1) Mengaktifkan siswa melalui kegiatan bertanya, mengemukakan
gagasan, mempertanyakan gagasan siswa lain dan gagasannya
sendiri.
2) Kreatif, siswa dilatih untuk merancang dan membuat sesuatu,
siswa dilatih agar berani menulis atau mengarang.
Pembelajaran Inovatif 6-11

3) Efektif, siswa menguasai keterampilan yang diperlukan dan


kompetensi dasar yang sudah ditetapkan.
4) Menyenangkan, berarti guru mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang membuat siswa berani mencoba, berani
bertanya, berani mengemukakan pendapat, berani
mempertanyakan gagasan orang lain, dan lain-lain.
5) Dengan demikian, guru tidak boleh menjadi momok yang
menakutkan bagi siswanya.
6) Di kelas ada pojok baca. Perpustakaan kecil.
7) Penekanannya, belajar melalui berbuat.

4. Model Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching)


Model pembelajaran Quantum Teaching mulai dikembangkan di
Amerika Serikat di tahun 1999. Pelopornya adalah Prof. Dr. Bobbi
DePorter dan Prof. Dr. Mark Reardon. Azasnya, bawalah mereka ke
dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka.

Quantum diartikan sebagai interaksi yang menggubah


(mengorkestrasi) energi menjadi cahaya. Interaksi mencakup unsur-
unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar.
Interaksi ini menggubah kemampuan dan bakat alamiah siswa, yang
diharapkan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Perhatikan bahwa istilah menggubah/mengorkestrasi (mengadopsi dari
dunia musik) untuk menyatakan mengubah dan memadukan secara
harmonis dipergunakan di sini.

Langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut.

1) Orkestrasilah suasana belajar menjadi suasana yang amat


menyenangkan bagi siswa. Guru harus ramah, antusias, hangat,
dan menarik.
6-12 Pembelajaran Inovatif

2) Buatlah agar segalanya berbicara tentang materi yang kita ajarkan.


3) Buatlah agar segalanya bertujuan untuk keberhasilan belajar siswa.
4) Berilah pengalaman awal (siswa mengkonstruksi sendiri pengeta-
huannya), selanjutnya guru memberikan arahan yang diperlukan.
5) Beri pengakuan pada setiap usaha yang telah dilakukan siswa.
6) Jika suatu materi layak dipelajari, keberhasilannya layak pula
dirayakan. Artinya, rayakanlah keberhasilan dari setiap siswa.
7) Perlu pengaturan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk
belajar.
8) Ciptakan keriangan dan ketakjuban (seperti waktu kita belajar naik
sepeda).
Selain itu, strategi lain yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut,

1) Tumbuhkan motivasi belajar, misalnya melalui AMBAK (Apa


Manfaatnya Bagiku).
2) Tumbuhkan rasa percaya diri.
3) Hilangkan penyebab gangguan belajar.
4) Ciptakan suasana yang nyaman dan santai.
5) Yakinkan bahwa keahlian memerlukan latihan dan pengulangan.
6) Kenalilah gaya belajar yang amat disukai mereka (dengan
visual/melihat, auditorial/ mendengar, ataukah dengan
kinestetik/bekerja).
7) Manfaatkan setiap waktu tanpa tekanan.
8) Ketika akhirnya tercapai tujuannya, rayakanlah.
9) Gunakan musik yang lembut, yang disukai.

5. Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)


Model ini pertama kali diterapkan dalam mata pelajaran
Bahasa, kemudian dimanfaatkan untuk berbagai mata pelajaran. Model
Pembelajaran Inovatif 6-13

ini dikenalkan pertama kali oleh Ann Brown di tahun 1982. Prinsipnya
hampir sama dengan tutor sebaya. Dalam hal ini, siswa menyampaikan
materi seperti kalau guru mengajarkan materi tersebut. Variasinya:
Guru mengajukan/memancing dengan suatu pertanyaan, kemudian ada
siswa yang menjawab dan menjelaskan jawaban dari pertanyaan guru
dari tempat duduknya. Jadi, penerapan Reciprocal Teaching dikemas
dalam metode tanya-jawab terarah.

Langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Guru menyiapkan materi yang akan diajarkan dengani model


pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching). Materi tersebut
diinformasikan kepada siswa.
2) Siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri di rumah.
3) Guru menunjuk satu siswa yang dipandang mampu untuk
menyajikan materi tersebut di depan kelas, lengkap dengan alat
peraga yang mungkin diperlukan.
4) Dengan metode tanya jawab, guru mengungkapkan kembali
secara singkat untuk melihat tingkat pemahaman para siswa.
5) Guru melatih siswa mengerjakan soal (pendalaman materi).
6) Guru memberikan tugas rumah sebagai bentuk latihan rutin.

Menurut Paulina Pannen (2001:1), melalui pembelajaran


berbalik ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemauan belajar
mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri, melatih siswa agar dapat mempresentasikan
idenya, dan guru cukup berperan sebagai fasilitator, mediator, dan
manager dari proses pembelajaran.
6-14 Pembelajaran Inovatif

6. Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil


Hisyam Zaini (2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang
paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena
itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya akan sangat membantu
siswa dalam belajarnya karena mereka juga mampu mengajarkan materi
atau penyelesaian soal kepada teman-temannya (belajar
mempresentasikan idenya).

Jika model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil ini


diterapkan, maka langkahnya sebagai berikut.

1) Buatlah tugas yang berupa materi/soal yang memungkinkan bahwa


tugas tersebut dapat dipelajari/dikerjakan siswa secara mandiri.
Tugas tersebut dapat dibagi dalam sub-sub tugas (segmen tugas).
2) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang
heterogen, sebanyak sub-sub tugas yang akan disampaikan guru.
Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak
sebagai tutor sebaya.
3) Masing-masing kelompok diberi sub tugas untuk mempelajarinya.
Dalam menyelesaikan tugas, setiap kelompok dipandu oleh siswa
yang pandai sebagai tutor sebaya.
4) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan penyelesaian
tugasnya di depan kelas, sesuai dengan tugas yang telah diberikan.
Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
6) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara
berurutan sesuai dengan urutan sub tugas atau penyelesaian
soalnya, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada
pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
Pembelajaran Inovatif 6-15

7. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Model pembelajaran melalui pemecahan masalah dipandang
sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam berpikir tinggi. Dr. Chuck W. Wiederhold (2001), seorang
ahli pendidikan banyak meneliti dan mengembangkan model
pembelajaran ini.

Suatu soal hanya dapat dijadikan sebagai sarana dalam Model


Pembelajaran Problem Solving, jika dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut.

a. Siswa memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan soal


tersebut.
b. Siswa belum tahu algoritma/cara pemecahan soal tersebut.
c. Penyelesaian soal terjangkau oleh siswa.
d. Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.
Jika model pembelajaran ini diterapkan, maka langkah yang dapat
ditempuh guru adalah sebagai berikut.

1) Guru mengajarkan materi seperti biasa. Untuk siswa SMP/MTs,


pemanfaatan alat peraga masih dimungkinkan/diperlukan.
2) Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
3) Guru memberikan 1 atau 2 soal yang harus dipecahkan siswa
berdasarkan persyaratan soal sebagai sebuah problem solving.
4) Siswa dengan dipandu guru menyelesaikan soal yang dipakai
sebagai bahan ajar dalam model pembelajaran Pemecahan
Masalah tersebut.

8. Model Pembelajaran RME (Realistik Mathematics Education)


6-16 Pembelajaran Inovatif

Model ini didasari atas pemikiran Freudenthal (1991) yang


menulis Mathematics must be connected to reality and mathematics as
human activity.

Karakteristik RME:

1) Penggunaan konteks real (dikaitkan dengan kehidupan nyata)


sebagai titik tolak belajar matematika.

2) Menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan


cara formal atau menggunakan rumus.

3) Ada upaya mengaitkan sesama topik dalam pelajaran matematika.

4) Menghargai keberagaman jawaban siswa dan kontribusi siswa.

Penerapan RME di sekolah:

1) Sebelum suatu pelajaran (materi pokok) diberikan kepada siswa,


kepada siswa diberikan kegiatan terencana (bisa lewat nyanyian,
alat peraga, workkshop mini, permainan, atau 1-2 soal
kontekstual/realistik) yang mengarahkan agar siswa dapat
menemukan atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Semua
kegiatan yang dirancang tersebut dapat dikerjakan oleh para
siswa secara informal atau coba-coba berdasarkan apresiasi atau
cara spesifik siswa (karena materi atau algoritma soal tersebut
belum diberikan oleh guru kepada siswa).

2) Guru mengamati/menilai/memeriksa hasil pekerjaan siswa. Guru


perlu menghargai keberagaman jawaban siswa.

3) Guru dapat meminta 1 atau 2 siswa untuk mendemonstrasikan


temuannya (cara menyelesaikannya) di depan kelas.
Pembelajaran Inovatif 6-17

4) Dengan tanya jawab, guru dapat mengulangi jawaban siswa, agar


siswa yang lainnya memiliki gambaran yang jelas tentang pola pikir
siswa yang telah menyelesaikan soal tersebut.

5) Setelah itu, guru baru menerangkan materi pokok pendukung soal


yang baru saja dibahas (atau kegiatan yang baru saja dilakukan),
termasuk memberikan informasi tentang algoritma yang tepat
untuk menyelesaikan soal tersebut.

6) Dengan kegiatan ini, diharapkan para siswa pada akhirnya dapat


mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Tetapi, guru tetap perlu
memberikan arahan secukupnya jika hal itu memang diperlukan.

9. Model Pembelajaran Cooperative Learning


Ragam model pembelajaran Cooperative Learning cukup banyak
seperti STAD (Student Teams Achievement Divisions), TGT (Teams
Games Tournament), TAI (Team Assisted Individualization), Jigsaw,
Jigsaw II, CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), dan
sebagainya. Pembaca dapat mempelajari model pembelajaran ini lebih
detil pada buku tulisan Prof. Dr. Mohamad Nur (1999) yang telah
menerjemahkan model pembelajaran Cooperative Learning karya
Robert R. Slavin.

1. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

Langkah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw


adalah sebagai berikut.

1) Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen


(4 sampai 5 siswa). Setiap kelompok diberi materi/tugas/soal-soal
tertentu untuk dipelajari/dikerjakan.
6-18 Pembelajaran Inovatif

2) Ketua kelompok membagi materi/tugas guru agar menjadi topik-


topik kecil (sub-sub soal) untuk dipelajari/dikerjakan oleh masing-
masing anggota kelompok (Misalnya, setiap siswa dalam 1
kelompok mendapat 1 soal/tugas yang berbeda).
3) Anggota kelompok yang harus mempelajari/mengerjakan tugas
atau soal yang sama bertemu untuk mendiskusikan tugas (atau
soal) tersebut sampai mengerti benar penyelesaian tugas/soal
tersebut. Kelompok baru ini disebut dengan Kelompok Ahli.
4) Kemudian siswa itu kembali ke kelompok asalnya dan bergantian
mengajar teman dalam satu kelompoknya.

Catatan:

Untuk mata pelajaran matematika/IPA, pada umumnya para


siswa belum mampu untuk mempelajari materi secara mandiri. Oleh
karena itu, sebaiknya materi tetap dipresentasikan oleh guru,
sedangkan yang dikerjakan siswa dalam kegiatan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah soal-soalnya (4 atu 5 soal
yang variatif) saja.

2. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw II

Pada prinsipnya, tipe Jigsaw II mirip dengan tipe Jigsaw.


Bedanya, di akhir kegiatan kepada para siswa diberi kuis. Saat
mengerjakan kuis, para siswa tidak boleh bekerja sama. Dengan kuis,
maka setiap siswa memperoleh skor individual dan skor/poin bagi
tim/kelompoknya. Guru perlu memberikan penghargaan bagi siswa
atau tim yang berprestasi untuk memotivasi siswa dalam belajarnya.

3. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD


Pembelajaran Inovatif 6-19

STAD singkatan dari Student Teams-Achievement Divisions.


STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk
pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan
tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti
kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut.(1) Mengajar: Guru
mempresentasikan materi pelajaran. (2) Belajar dalam Tim: Siswa
belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok mereka dengan
dipandu oleh LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran. (3)
Pemberian Kuis: Siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa
tidak boleh bekerja sama. (4) Penghargaan: pemberian penghargaan
kepada siswa yang berprestasi dan tim/kelompok yang memperoleh
skor tertinggi dalam kuis (Mohamad Nur, 1999:23).

Yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model


pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1. Nilai rata-rata harian dari siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk
membentuk ke-lompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata
suatu kelompok (jumlah nilai rata-rata siswa dalam suatu
kelompok dibagi dengan banyaknya siswa dalam kelompok
tersebut).
2. Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa
membedakan kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi,
dalam setiap kelompok sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang
atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok
satu sama lain. Setiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 siswa.
3. Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). LKS itu
untuk belajar dan bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan.
6-20 Pembelajaran Inovatif

4. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh


siswa sendiri). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada
akhirnya diberi kunci jawaban LKS.
5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda
dengan ulangan harian. Waktu kuis berkisar antara 10 menit
sampai 15 menit saja.
6. Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa
membedakan kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi,
dalam setiap kelompok sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang
atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok
satu sama lain. Setiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 siswa.
7. Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar
yang diharapkan.

Langkah langkah STAD dalam Pembelajaran di Sekolah


1. Guru dapat meminta para siswa untuk mempelajari suatu pokok
bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing.
2. Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan
mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok
dapat saling bertatap muka.
3. Guru membagikan LKS. Setiap kelompok diberi 2 set saja
(mengapa?).
4. Anjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan
LKS secara berpasangan dua-dua atau tigaan. Kemudian saling
mengecek pekerjaannya di antara teman dalam pasangan atau
tigaan itu.
5. Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman 1
tim/kelompok ber-tanggung jawab untuk menjelaskan kepada
temannya yang tidak bisa tadi.
Pembelajaran Inovatif 6-21

6. Berikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaannya


sendiri.
7. Bila ada pertanyaan dari siswa, mintalah mereka mengajukan
pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum
mengajukannya kepada guru.
8. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
9. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau
melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota
kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat
memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.
10. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota
telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan
guru.
11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika
diperlukan.
12. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis
kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam
mengerjakan kuis. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis,
langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.
13. Berikan penghargaan kepada siswa yang benar, dan kelompok
yang memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada
prestasi tim.
14. Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa
tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
15. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
16. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan
TPK/kompetensi yang ditentukan.
6-22 Pembelajaran Inovatif

4. Model Pembelajaran Cooperatie Learning tipe TGT

TGT singkatan dari Teams-Games-Tournaments. Kegiatan


dalam TGT sama dengan STAD. Hanya saja, untuk menambah skor
perolehan tim/kelompok setelah pelaksanaan kuis, antar kelompok
dipertandingkan suatu permainan edukatif (Educative Games). Jadi,
guru harus mempersiapkan suatu permainan matematis yang bersifat
mendidik yang dimainkan siswa setelah pelaksanaan kuis. Dengan
demikian, kelompok siswa melakukan lomba bermain dengan
kelompok lain untuk memperoleh tambahan skor/poin bagi tim mereka
(Mohamad Nur, 1999:20).

5. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe TAI

TAI singkatan dari Team Assisted Individualization. TAI


termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran
TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5
siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian
bantuan dari guru secara individu bagi siswa yang memerlukannya.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat
meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial
yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana
bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar
yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,
berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai
pendapat teman lain, dan sebagaimya. Salah satu ciri pembelajaran
kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam
kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran
kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa
Pembelajaran Inovatif 6-23

yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah


dalam kelompoknya.Dengan demikian, siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa
yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang
diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen.


Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut. (1) Teams,
yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5
siswa, (2) Placement test, yakni pemberian pre-test kepada siswa atau
melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan
siswa pada bidang tertentu, (3) Student Creative, melaksanakan tugas
dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya, (4) Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang
harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan
secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, (5) Team
Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil
kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan terhadap
kelompok yang berhasil secara cemerlang dan memberikan dorongan
semangat kepada kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam
menyelesaikan tugas, (6) Teaching Group, yakni pemberian materi
secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, (7)
Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa, dan (8) Whole-Class Units, yaitu pemberian materi
oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi
pemecahan masalah.
6-24 Pembelajaran Inovatif

Penerapan Model Pembelajaran TAI dalam Suatu Mata Pelajaran di


Sekolah
Dengan mengadopsi model pembelajaran TAI untuk mengajarkan
suatu mata pelajaran, maka seorang guru mata pelajaran dapat
menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut.
1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada
para siswanya dengan mengadopsi model pembelajaran TAI.
2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya
model pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran.
Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antar siswa
dalam suatu kelompok.
3. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok.
Bila terpak-sa, guru dapat memanfaatkan LKS yang dimiliki para
siswa.
4. Guru memberikan pre-test kepada siswa tentang materi yang akan
diajarkan (mengadopsi komponen placement test). Pre-test bisa
digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa.
5. Guru menjelaskan materi baru secara singkat (mengadopsi komponen
teaching group).
6. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota anggota 4
5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen
tingkat kepandaiannya dengan mempertimbangkan keharmonisan
kerja kelompok (mengadopsi komponen teams).
7. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan.
Dalam hal ini, jika guru belum siap, guru dapat memanfaatkan LKS
siswa. Dengan buku paket dan LKS, melalui kerja kelompok, siswa
mengisi isian LKS (mengadopsi komponen student creative).
8. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor
kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya.
Pembelajaran Inovatif 6-25

Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual


(mengadopsi komponen team study).
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap untuk
diberi ulangan oleh guru (mengadopsi komponen team scores dan
team recognition). Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan
hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang
kurang berhasil (jika ada).
10. Pada saat guru memberikan tes, tindakan ini mengadopsi komponen
facts tests.
11. Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara
klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah
(mengadopsi komponen whole-class units).
12. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi
yang ditentukan.

6. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and


Composition, termasuk salah satu tipe model pembelajaran
Cooperative Learning. Pada awalnya, model CIRC diterapkan dalam
pembelajaran Bahasa. Dalam kelompok kecil, para siswa diberi suatu
teks/bacaan (cerita atau novel), kemudian siswa latihan membaca
atau saling membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan
menulis ikhtisar cerita atau memberikan tanggapan terhadap isi cerita,
atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari guru (Mohamad Nur,
1999:21).
6-26 Pembelajaran Inovatif

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam


kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5
siswa. Dalam kelompok ini ini tidak dibedakan atas jenis kelamin,
suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini
sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-
masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dengan
pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan
pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja
sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang
baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,
berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai
pendapat teman lain, dan sebagaimya. Salah satu ciri pembelajaran
kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam
kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran
kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa
yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah
dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa
yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang
diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Slavin ((1995:98) menyatakan bahwa in addition to solving


the problems of management and motivation in individualized
programmed instruction, CIRC was created to take advantage of the
considerable socialization potential of cooperative learning.

Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita


meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni: (1) Salah
Pembelajaran Inovatif 6-27

satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling


membaca, (2) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita,
termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan
memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu, (3) saling
membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, dan (4)
menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan
urutan komposisi penyelesaiannya), dan (5) saling merevisi dan
mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).

Penerapan Model Pembelajaran CIRC untuk Menyelesaikan Soal


Cerita
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning
tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam
menyelesaikan soal cerita, maka langkah yang ditempuh seorang guru
mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1. Guru menerangkan suatu pokok bahasan tertentu kepada para
siswanya (misalnya dengan metode ekspositori).
2. Guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal
cerita.
3. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya
dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative
Learning tipe CIRC.
4. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa (Learning Society)
yang heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa.
5. Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya
kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk.
6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian
kegiatan spesifik sebagai berikut.
6-28 Pembelajaran Inovatif

(a) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota


saling membaca soal cerita tersebut, (b) membuat prediksi atau
menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan
dengan suatu variabel tertentu, (c) saling membuat ikhtisar atau
rencana penyelesaian soal cerita, (d) menuliskan penyelesaian soal
ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya),
(d) saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada
yang perlu direvisi), dan (e) menyerahkan hasil tugas kelompok
kepada guru.
7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola
CIRC (Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
8. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor
kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya.
Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok
secara proporsional.
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.
10. Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan
temu-annya di depan kelas.
11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.
12. Guru memberikan tugas/PR soal cerita secara individual kepada para
siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
13. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
14. Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara
klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.
15. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi
yang ditentukan.
Pembelajaran Inovatif 6-29

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pada prinsipnya, RPP disusun dengan format sebagai berikut.


Contof format RPP:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nomor :

Sekolah : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas /Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 6. Sesuaikan dengan KTSP butir 6.

Kompetensi Dasar :6.1 Sesuaikan dengan KTSP

Indikator (1) ............................................


(2) ............................................

Alokasi Waktu : 1 X 40 menit ( 1 pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Siswa (Peserta didik) dapat .......................
2) Siswa (Peserta didik) dapat ........................

B. MATERI POKOK PEMBELAJARAN: (Sesuaikan dgn KTSP)


URAIAN MATERI: (Singkat saja)


C. METODE, MEDIA, DAN MODEL PEMBELAJARAN


METODE: Ceramah, Inkuiri, tanya jawab, dan penugasan (Misal)
MEDIA/ALAT PERAGA: ..
MODEL PEMBNELAJARAN: Jigsaw (misal)

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (SKENARIO


PEMBELAJARAN)
1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. ............................................................
b. ............................................................
6-30 Pembelajaran Inovatif

2. Kegiatan Inti (30 menit)


a.............................................................
b.............................................................
c. Dst

(Penggunaan Media dan Model Pembelajaran Inovatifnya, hrs tercermin


di sini!)

3. Penutup/Kegiatan Akhir (5 menit)


a. Siswa dan guru melakukan refleksi/menyimpulkan.
b. Siswa mendapat tugas/PR

E. SUMBER BELAJAR/MEDIA
1. ..
2. ..
3. ..

F. PENILAIAN
1. Teknik : Tes Tulis
2. Bentuk Instrumen : Tes Uraian (misalnya)
3. Soal Instrumen : ..

..
..

Kunci:
..
..

Pedoman Penskoran:
..
..
..

Semarang, ...................
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran,
struktur Pelatihan

. ..................................... Sri Wastini, S.Pd.


NIP NIP 131766011
Pembelajaran Inovatif 6-31

a. Peer Teaching
1. Kompetensi Pendidik
Sebagaimana diatur dalam PP Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 dalam BAB VI, pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Yang dimaksud pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen
pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain
sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar
bagi peserta didik. Peserta didik, adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini, meliputi (1) kompetensi
pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, dan
(4) kompetensi sosial.
1) Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
6-32 Pembelajaran Inovatif

3) Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
4) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.

2. Peer Teaching
Peer Teaching adalah kegiatan praktik mengajar di depan
teman-temannya sendiri. Teman-temannya ini bertindak sebagai siswa.
Agar pelaksanaan Peer Teaching berjalan secara efektif, maka guru
praktikan maupun siswanya harus bersikap dan berperan secara serius
dan profesional.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain:
1) Tutor menunjuk salah satu peserta pelatihan sebagai guru praktikan.
2) Guru praktikan membuat RPP lengkap dan berkonsultasi dengan
tutor pelatihan.
3) Melaksanakan kegiatan Peer Teaching dengan alokasi waktu sekitar
40 menit. Tunjukkan secara eksplisit tindakan kegiatan
pembelajaran yang mencerminkan Model Pembelajaran yang dipilih.
Juga pemanfaatan Media Pembelajaran yang dipilih.
4) Melaksanakan kegiatan refleksi tentang kegiatan peer teaching yang
baru saja dilaksanakan.
Catatan:
Kembangkan pula keterampilan saudara dalam mengajar seperti:
1) keterampilan bertanya;
2) keterampilan memberi penguatan;
Pembelajaran Inovatif 6-33

3) keterampilan membuka dan menutup pelajaran;


4) keterampilan mengadakan variasi (misalnya posisi, suara, gaya
dsb);
5) keterampilan menjelaskan;
6) keterampilan mengelola kelas.

C. Latihan
1. Apa syaratnya agar suatu kegiatan pembelajaran di kelas dapat disebut
sebagai model pembelajaran?
2. Jelaskan langkah-langkah penerapan model pembelajaran Problem
Posing tipe Within Solution Posing!
3. Jelaskan langkah-langkah penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe STAD!
4. Jelaskan langkah-langkah penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching!
5. Jelaskan kelemahan-kelemahan model pembelajaran Tutor Sebaya
dalam Kelompok Kecil.
6. Ada 7 langkah/komponen yang perlu ditempuh guru dalam menerapkan
CTL. Jelaskan!
7. Jelaskan, kapan sebuah soal dapat dijadikan sebagai sarana dalam
Model Pembelajaran Problem Solving!
8. Buatlah sebuah RPP lengkap, yang didalamnya memuat penerapan
suatu model pembelajaran tertentu dan pemanfaatan media
pembelajaran tertentu pula secara eksplisit.
6-34 Pembelajaran Inovatif

D. Lembar Kegiatan Peserta Pelatihan


Bentuklah kelompok belajar yang terdiri atas 3 atau 4 peserta.
Selanjutnya, diskusikan jawab dari persoalan yang dituliskan dalam
Lembar Kegiatan Peserta Pelatihan berikut ini dan kemudian isilah.
Model Pembelajaran Keunggulan Kelemahan
1) Model Pembelajaran .. ..
Pengajuan Soal .. ..
(Problem Posing). .. ..
2) Model Pembelajaran .. ..
dengan Pendekatan .. ..
Kontekstual .. ..
(Contextual .. ..
Teaching and .. ..
Learning - CTL). .. ..
3) Model Pembelajaran .. ..
Pakem. .. ..
4) Model Pembelajaran .. ..
Quantum (Quantum .. ..
Teaching). .. ..
5) Model Pembelajaran .. ..
Berbalik (Reciprocal .. ..
Teaching). .. ..
6) Model Pembelajaran .. ..
Tutor Sebaya dalam .. ..
Kelompok Kecil .. ..
7) Model Pembelajaran .. ..
Problem Solving. .. ..
8) Model Pembelajaran .. ..
Pembelajaran Inovatif 6-35

RME (Realistik .. ..
Mathematics .. ..
Education) .. ..
9) Model Pembelajaran .. ..
Kooperatif .. ..
(Cooperative .. ..
Learning).

E. Rangkuman
1. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa (peserta didik)
yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa.
2. Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran jika:
(1) ada kajian ilmiah dari penemu atau ahlinya, (2) ada tujuan yang ingin
dicapai, (3) ada tingkah laku yang spesifik, dan (4) ada lingkungan yang
perlu diciptakan agar tindakan/kegiatan pembelajaran tersebut dapat
berlangsung secara efektif.
3. Model-model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan di SMP
antara lain adalah sebagai berikut.
1) Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing).
2) Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning - CTL).
3) Model Pembelajaran Pakem.
4) Model Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching).
5) Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching).
6-36 Pembelajaran Inovatif

6) Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil.


7) Model Pembelajaran Problem Solving.
8) Model Pembelajaran RME (Realistik Mathematics Education).
9) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).
F.Tes Formatif I
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan salah satu
jawab yang benar.
1. Upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan siswa (peserta didik) yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa
dengan siswa, dikenal dengan istilah..
a. model pembelajaran c. pembelajaran
b. metode d. pendekatan

2. Perhatikan pernyataan di bawah ini.


(1) ada rasional teoretik yang logis atau kajian ilmiah yang disusun oleh
penemunya atau ahlinya;
(2) ada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui tindakan
pembelajaran ter-sebut;
(3) ada tingkah laku mengajar-belajar yang khas yang diperlukan oleh guru
dan peserta didik;
(4) diperlukan lingkungan belajar yang spesifik, agar tindakan/kegiatan
pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara efektif.
Yang merupakan ciri model pembelajaran adalah
a. nomor (1), (2), dan (3) saja.
b. nomor (1) dan (3) saja.
c. nomor (2) dan (4) saja.
d. nomor (1), (2), (3), dan (4).
Pembelajaran Inovatif 6-37

3. Perhatikan contoh peristiwa pembelajaran berikut ini.


Siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub perta-
nyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
Contoh:
Misalnya, guru membuat soal sebagai berikut.
Diketahui: Fungsi kuadrat y = x 2 5 x + 6
Lukiskan grafik fungsi kuadrat tersebut.

Siswa diharapkan bisa mengubah soal tersebut di atas menjadi seperti


berikut ini.
Diketahui: Fungsi kuadrat y = x 2 5 x + 6
1) Tentukan koordinat titik potong grafik dengan sumbu X.
2) Tentukan koordinat titik potong grafik dengan sumbu Y.
3) Tentukan koordinat titik puncak grafiknya.
4) Lukiskan grafik fungsi kuadrat tersebut.

Tindakan pembelajaran tersebut di atas merupakan rangkaian model


pembelajaran ..
a. Problem Posing tipe Prae Solution Posing
b. Problem Posing tipe Within Solution Posing
c. Problem Posing tipe Post Solution Posing
d. Problem Posing tipe Main Solution Solving

4. Yang bukan termasuk dalam tujuh komponen dalam CTL adalah


a. melakukan kegiatan inkuari untuk semua topik.
b. menciptakan masyarakat belajar (misalnya, melalui belajar
kelompok).
c. melakukan penilaian dengan ulangan tertulis berbentuk uraian.
6-38 Pembelajaran Inovatif

d. menghadirkan model untuk contoh pembelajaran.

5. STAD singkatan dari ..


a. Student Teams Achievement Determinations.
b. Student Teach Achievement Divisions.
c. Study Teams Achievement Divisions.
d. Student Teams Achievement Divisions.

6. CIRC, singkatan dari ..


a. Cooperative Integrated Reading and Comparison.
b. Cooperative Integrated Reading and Composition.
c. Cooperative Integrated Reporting and Composition.
d. Cooperative Information Reading and Composition.

7. RME sebagai model pembelajaran, dikenal di Indonesia sebagai PMRI


yang merupakan singkatan dari ..
a. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.
b. Pendidikan Matematika Ranah Inkuiri
c. Pembelajaran Matematika Reformasi Indonesia.
d. Pembelajaran Matematika Realistik Informatika.

8. Yang merupakan tokoh penemu/ahli dalam model pembelajaran Quantum


Teaching adalah
a. Lyn D English dan Freudenthal.
b. Elaine B. Johnson.
c. Bobbi DePorter dan Mark Reardon.
d. Chuck W. Wiederhold.
Pembelajaran Inovatif 6-39

9. Berikut ini merupakan salah satu tipe model pembelajaran Cooperative


Learning, kecuali .
a. Inquiry based-Learning.
b. Team Assisted Individualization.
c. Jigsaw.
d. Think-Pair-Share.

10. Dari syarat-syarat:


(1) Siswa harus memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan
soal tersebut.

(2) Siswa belum tahu algoritma/cara pemecahan soal tersebut.

(3) Penyelesaian soal terjangkau oleh siswa.

(4) Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.

Yang merupakan syarat-syarat agar suatu soal bisa dipakai sebagai


sarana dalam model pembelajaran Problem Solving adalah ..
a. nomor (1), (2), dan (3) saja.
b. nomor (1) dan (3) saja.
c. nomor (2) dan (4) saja.
d. nomor (1), (2), (3), dan (4).

II. Kerjakan soal berikut dengan terperinci, jelas, dan benar.


1. Apakah yang disebut dengan pembelajaran?
2. Sebutkan syarat-syaratnya agar suatu tindakan pembelajaran dapat
disebut atau dikategorikan sebagai Model Pembelajaran!
3. Tuliskan 7 komponen yang perlu ditempuh guru dalam menerapkan CTL.
4. Berikan contoh soal yang harus dibuat guru dan yang diharapkan akan
dilakukan siswa dengan materi pokok SEGITIGA, jika soal tersebut akan
6-40 Pembelajaran Inovatif

dipakai sebagai sarana dalam penerapan model pembelajaran Problem


Posing tipe Within Solution Posing.
5. Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan guru, jika akan
menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw!
BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi:
a. Menjelaskan delapan keterampilan dasar mengajar.
b. Melaksanakan kegiatan Peer Teaching dengan menerapkan salah satu
model pembelajaran yang dipilih dan yang sesuai pula dengan RPP
yang telah dibuat sebelumnya, didukung oleh keterampilan dalam
mengajar.
Indikator:
a. Guru peserta PLPG dapat menjelaskan delapan keterampilan dasar
mengajar.
b. Guru peserta PLPG dapat melaksanakan kegiatan Peer Teaching yang
menerapkan salah satu model pembelajaran yang dipilih dan yang
sesuai pula dengan RPP yang telah dibuat, didukung oleh keterampilan
dalam mengajar.

B. Uraian Materi
a. Pendahuluan
Penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif, misalnya
model pembelajaran Cooperative Learning tipe jigsaw, akan sangat
efektif jika seorang guru terampil mengajar di depan kelas. Keterampilan
mengajar ini perlu didukung oleh pengetahuan guru tentang delapan
keterampilan dasar mengajar.
Bagaimana guru dapat menerapkan suatu model pembelajaran
inovatif secara baik, jika guru kurang terampil dalam membuka
pelajaran, guru kurang terampil dalam menjelaskan materi, guru kurang
6-42 Pembelajaran Inovatif

terampil dalam mengadakan variasi, atau guru kurang terampil dalam


mengelola kelas, dan sebagainya.
Oleh karena itu, maka dalam tulisan berikut akan diuraikan
tentang delapan keterampilan dasar mengajar. Dengan uraian ini,
dharapkan para guru dapat mengingat kembali teori mengajar dan
berusaha untuk tampil mengajar secara maksimal, serta tampil
mengajar dengan bekal pengetahuan mengajar yang memadai.

b. Delapan Keterampilan Dasar Mengajar


Ada delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai
guru. Kedelapan keterampilan dasar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keterampilan bertanya.
2. Keterampilan memberi penguatan.
3. Keterampilan mengadakan variasi.
4. Keterampilan menjelaskan.
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
6. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil.
7. Keterampilan mengelola kelas.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

1. Keterampilan bertanya
Pertanyaan guru kepada siswa memiliki banyak tujuan. Tujuan
tersebut di anta-ranya adalah sebagai berikut:
a. untuk memusatkan perhatian siswa;
b. untuk mendiagnosis kesulitan siswa;
c. untuk mengembangkan pembelajaran aktif;
d. untuk mengukur hasil belajar siswa.
Pembelajaran Inovatif 6-43

Yang sebaiknya perlu dihindari guru adalah sebagai berikut.


a. Guru sering mengulangi pertanyaannya sendiri.
b. Guru mengulangi jawaban siswa.
c. Guru mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak.
d. Guru membuat pertanyaan ganda.
e. Guru menentukan siswa terlebih dahulu, sebelum mengajukan
pertanyaan.

Komponen keterampilan bertanya adalah sebagai berikut.


a. Pertanyaan perlu diungkapkan secara singkat tetapi jelas.
b. Guru perlu memberi waktu berpikir kepada siswa sebelum
menjawab.
c. Guru perlu memusatkan pertanyaan pada suatu fokus/topik tertentu.
d. Guru berusaha agar para siswa mendapat giliran secara merata
dengan pertanyaan yang berbeda-beda.
e. Sebelum mengajukan pertanyaan, guru boleh memberikan
acuan/pengantar terlebih dahulu.
f. Jika pertanyaan agak sukar, guru dapat memberikan tuntunan yang
diperlukan agar siswa dapat menjawab pertanyaan secara tepat.

2. Keterampilan memberi penguatan


Penguatan adalah pemberian respons/penghargaan terhadap
tingkah laku atau jawaban yang benar dari siswa. Ada 2 jenis
penguatan, yaitu:
a. Penguatan verbal, misalnya ucapan Bagus!, Tepat sekali!, dan
sebagainya.
b. Penguatan non verbal, misalnya dengan anggukan kepala, gerakan
anggota badan, sentuhan, atau pemberian simbol/komentar di buku
pekerjaan siswa atau pemberian hadiah.
6-44 Pembelajaran Inovatif

c. Gabungan penguatan verbal dan non verbal.

3. Keterampilan mengadakan variasi


Variasi mengajar diperlukan agar suasana belajar-mengajar di
kelas menjadi semakin menarik, hidup, dan menyenangkan. Ada 3
jenis variasi mengajar, yaitu:
a. variasi dalam gaya mengajar;
b. variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran;
c. variasi dalam interaksi kegiatan siswa.
Variasi dalam gaya mengajar, misalnya pengaturan suara,
sehingga jelas, enak didengar, dan penggunaan intonasi yang tepat.
Selain itu, guru harus berani mengadakan kontak pandang secara
wajar dengan para siswa, posisi guru jangan terpaku di satu tempat,
perlu ada gerakan kepala yang wajar, ekspresi wajah atau anggota
tubuh secara proporsional, wajar dan efektif. Ciptakan sekali tempo
kesenyapan yang disengaja untuk menarik perhatian siswa.
Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran,
misalnya guru perlu menggunakan chart, alat-alat matematika seperti
penggaris atau jangka, guru juga perlu memanfaatkan alat peraga, dan
sebagainya.
Variasi dalam interaksi kegiatan siswa, misalnya guru satu
saat menerapkan model pembelajaran problem posing, satu saat lagi
dengan metode ceramah, pengajaran berbalik, belajar kelompok, dan
sebagainya. Intinya, agar siswa tidak merasa bosan.

4. Keterampilan menjelaskan
Penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang
diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menolong
Pembelajaran Inovatif 6-45

siswa dalam memahami suatu hubungan, misalnya penjelasan


tentang suatu konsep atau penjelasan suatu teorema.
Prinsip-prinsip penjelasan antara lain sebagai berikut.
1) Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam
pelajaran.
2) Penjelasan dapat diberikan berdasarkan pertanyaan dari siswa
atau sengaja dirancang oleh guru sebelumnya.
3) Penjelasan harus cocok dengan khazanah pengetahuan siswa.

Penjelasan dapat disajikan dengan cara sebagai berikut.


1) Menggunakan bahasa baku, jelas, dan intonasi yang baik.
2) Menghindari kalimat yang tidak selesai/lengkap.
3) Menghindari kata-kata yang tidak perlu, misalnya ee..mm, atau
yang sejenisnya.
4) Memberikan penekanan pada hal-hal dianggap penting.

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran


Membuka pelajaran diperlukan agar ada hubungan batiniah
yang baik antara guru dan siswa. Membuka pelajaran dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
a. Guru menampakkan sikap hangat, ramah, dan antusias.
b. Tanyakan hal-hal di luar mata pelajaran dahulu, misalnya
kelengkapan alat pelajaran, menanyakan siswa yang tidak masuk,
atau kebersihan kelas.
c. Berikan motivasi dan gambaran tentang materi yang akan
diberikan disertai apersepsi materi. Membuka pelajaran kira-kira 5
menit.
6-46 Pembelajaran Inovatif

Menutup pelajaran dilakukan kira-kira 5 menit sebelum


pelajaran berakhir. Menutup pelajaran dapat dilakukan, misalnya
dengan:
a. memberikan rangkuman materi pelajaran bersama-sama dengan
siswa;
b. memberikan pekerjaan rumah (soal) kepada siswa;
c. memberikan motivasi.

6. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil.


Diskusi merupakan salah satu cara yang baik untuk melatih
siswa memecahkan masalah melalui proses dengan memberi
kesempatan berpikir, berinteraksi sosial, serta dapat meningkatkan
kreativitas, membina kemampuan berkomunikasi dan terampil
berbahasa.
Cara yang ditempuh adalah sebagai berikut.
a. Bentuklah kelompok-kelompok, yang terdiri atas 5 sampai 9
siswa. Kelompok sebaiknya heterogen tingkat kepandaiannya.
b. Ciptakan suasana yang bersahabat, kompak, dan terbuka.
c. Pilihlah topik diskusi yang menarik dan terjangkau oleh
kemampuan siswa, misalnya pemecahan soal cerita.
d. Guru bertindak sebagai nara sumber dan motivator.
e. Tempat duduk perlu diatur, sehingga peserta diskusi dapat saling
bertatap muka.

Dalam memimpin diskusi, keterampilan yang perlu dimiliki guru


adalah sebagai berikut.
a. Guru mampu memusatkan perhatian siswa ke arah tujuan diskusi.
b. Guru mampu meluruskan ke pokok masalah jika terjadi
penyimpangan.
Pembelajaran Inovatif 6-47

c. Guru mampu mengamati hasil rangkuman dan meluruskan jika


hasilnya kurang tepat atau menyimpang dari topik yang
didiskusikan.
d. Guru perlu mengakui gagasan siswa dan mengembangkannya.
e. Guru mampu membandingkan gagasan-gagasan antar kelompok.
f. Guru mampu merangkum hasil gagasan antar kelompok.

7. Keterampilan Mengelola Kelas


Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan
terampil mengembalikan ke kondisi belajar yang optimal jika terjadi
gangguan dalam proses belajar-mengajar.
Keterampilan yang dibutuhkan guru adalah sebagai berikut.
Terampil menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal.
Cara yang dapat ditempuh, antara lain adalah:
a. memandang siswa dengan seksama, tetapi tidak terkesan
menakutkan;
b. bergerak mendekati siswa secara wajar;
c. memberikan tanggapan secara proporsional terhadap gangguan
dan ketidakacuhan siswa;
d. memberikan tanggapan secara proporsional terhadap kebutuhan
siswa;
e. memberi perhatian secara merata kepada semua siswa;
f. memusatkan perhatian kepada materi pelajaran;
g. memberikan petunjuk secara jelas;
h. menegur secara wajar dan tegas jika ada tingkah laku siswa yang
kurang baik;
i. memberi penguatan yang diperlukan.
6-48 Pembelajaran Inovatif

Terampil dalam mengembalikan ke kondisi belajar yang


optimal. Keterampilan ini diperlukan jika ada siswa yang
mengganggu. Cara yang dapat ditempuh antara lain adalah
a. melakukan pendekatan pribadi, amati/tanyakan penyebabnya;
b. memberi dia kepercayaan dalam batas-batas tertentu;
c. bila terpaksa, siswa dapat diberi hukuman, misalnya dengan
teguran, memindahkan siswa dari tempat duduknya semula,
atau melalui pengurangan nilai, tetapi hindari pemukulan secara
fisik.

Teknik Marshall dalam mendisiplinkan kelas.


1) Mengabaikan tingkah laku siswa dengan sengaja.
2) Melalui campur tangan dengan isyarat, misalnya dengan
gerakan tangan.
3) Mengawasi dari dekat.
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
perasaannya.
5) Memindahkan (bukan merampas) benda-benda yang
menyebabkan gangguan belajar (misalnya permainan yoyo).
6) Membuat agar suasana kelas tidak lesu.
7) Menciptakan humor ringan yang segar.
8) Memindahkan siswa dari tempat duduknya semula.
9) Pengekangan fisik. Teknik ini hanya digunakan jika siswa
kehilangan kontrol sehingga perlu dicegah agar tidak terjadi
luka-luka atau kecelakaan.
10) Mengeluarkan siswa dari ruang kelas (tidak menyuruh siswa
pulang).
Pembelajaran Inovatif 6-49

Yang perlu dihindari guru antara lain:


1) terlalu campur tangan urusan pribadi siswa;
2) guru kurang menguasai materi;
3) guru tidak tepat waktu;
4) ada penyimpangan materi;
5) bertele-tele;
6) mengulang-ulang materi.

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


Pada tahap keterampilan ini, ketujuh keterampilan dasar
mengajar harus telah dimiliki oleh para calon guru.

Ada beberapa variasi dalam pengorganisasiannya.


Model A
1) Guru memberikan informasi tugas secara klasikal.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil bagi yang mau. Jadi,
siswa bebas memilih (1) bekerja dalam kelompok, atau (2) bekerja
secara perorangan.
3) Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan
pertemuan secara klasikal kembali, guru menyuruh siswa untuk
melaporkan hasil kerjanya.
4) Guru meluruskannya jika ada hasil yang kurang tepat.

Model B
1) Guru memberikan informasi tugas secara klasikal.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja dalam
kelompok.
6-50 Pembelajaran Inovatif

3) Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan


pertemuan secara klasikal kembali, guru menyuruh siswa untuk
melaporkan hasil kerja kelompoknya.
4) Guru meluruskannya jika ada hasil yang kurang tepat.

Model C
1) Guru memberikan informasi tugas secara klasikal.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja dalam
kelompok untuk merundingkan cara penyelesaian tugas.
3) Kelompok dibubarkan dan siswa meneruskan tugas secara
perorangan.
4) Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan
pertemuan secara klasikal kembali, guru menyuruh siswa untuk
melaporkan hasil kerjanya.
5) Guru meluruskannya jika ada hasil yang kurang tepat.

Model D
1) Guru memberikan informasi tugas secara klasikal.
2) Siswa bekerja secara perorangan untuk menyelesaikan tugas guru
tersebut.
3) Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan
pertemuan secara klasikal kembali, guru menyuruh siswa untuk
melaporkan hasil kerjanya.
4) Guru meluruskannya jika ada hasil yang kurang tepat.
Pembelajaran Inovatif 6-51

C. Latihan:
1. Sebutkan 8 keterampilan dasar mengajar yang perlu diketahui guru!
2. Jika guru mengajukan pertanyaan, apa saja yang sebaiknya perlu
dihindari guru?
3. Apakah manfaat guru memberikan penguatan kepada siswa?
4. Jelaskan apa saja yang saudara ketahui tentang variasi dalam gaya
mengajar!
5. Apa manfaatnya jika guru terampil menjelaskan?
6. Apa yang harus dilakukan guru pada saat menutup pelajaran?
7. Sebutkan kelemahannya jika guru melaksanakan pembelajaran dengan
melakukan kegiatan diskusi dalam kelompok-kelompok kecil!

D. Lembar Kegiatan Peserta Pelatihan


Bentuklah kelompok belajar yang terdiri atas 3 atau 4 peserta.
Selanjutnya, diskusikan jawab dari persoalan yang dituliskan dalam
Lembar Kegiatan Peserta Pelatihan berikut ini dan kemudian isilah.
Keterampilan Dasar Apa yang harus Apa yang harus
Mengajar dilakukan guru? dihindari guru?
1) Keterampilan .. ..
Bertanya. .. ..
.. ..
.. ..
2) Keterampilan .. ..
Memberi Penguatan. .. ..
.. ..
.. ..
.. ..
3) Keterampilan .. ..
6-52 Pembelajaran Inovatif

Mengadakan Variasi. .. ..
.. ..
.. ..
4) Keterampilan .. ..
Menjelaskan. .. ..
.. ..
.. ..
5) Keterampilan .. ..
Membuka dan .. ..
Menutup Pelajaran. .. ..
.. ..
.. ..
6) Keterampilan .. ..
Memimpin Diskusi .. ..
dalam Kelompok .. ..
Kecil. .. ..
.. ..
.. ..
7) Keterampilan .. ..
Mengelola Kelas. .. ..
.. ..
.. ..
8) Keterampilan
Kelompok Kecil dan
Perorangan.
Pembelajaran Inovatif 6-53

E. Rangkuman
1. Penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif, misalnya model
pembelajaran Cooperative Learning tipe jigsaw, akan sangat efektif jika
seorang guru terampil mengajar di depan kelas. Keterampilan mengajar
ini perlu didukung oleh pengetahuan guru tentang delapan keterampilan
dasar mengajar.
2. Ada delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai guru.
Kedelapan keterampilan dasar tersebut adalah sebagai berikut.
1) Keterampilan bertanya.
2) Keterampilan memberi penguatan.
3) Keterampilan mengadakan variasi.
4) Keterampilan menjelaskan.
5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
6) Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil.
7) Keterampilan mengelola kelas.
8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

F.Tes Formatif II
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan salah satu
jawab yang benar.
1. Tujuan pertanyaan guru antara lain:
a. untuk memusatkan perhatian siswa;
b. untuk mendiagnosis kesulitan siswa;
c. untuk mengembangkan pembelajaran aktif;
d. untuk mengukur hasil belajar siswa.
Yang benar adalah
A. hanya a dan b C. hanya a, b, dan c
B. hanya b dan d D. semua benar
6-54 Pembelajaran Inovatif

2. Yang sebaiknya harus dihindari guru dalam bertanya adalah..


A. mengulangi jawaban siswa.
B. mengungkapkan pertanyaan secara singkat tetapi jelas.
C. memberi waktu berpikir kepada siswa.
D. tidak membuat pertanyaan ganda.
3. Guru berkata Bagus jawabanmu!, merupakan penguatan..
A. Verbal C. Empirik
B. Non verbal D. Non empirik
4. Yang bukan jenis variasi mengajar adalah..
A. Variasi dalam gaya mengajar.
B. Variasi dalam menggunakan media dan bahan ajar.
C. Variasi dalam mengatur tempat duduk siswa.
D. Variasi dalam interaksi kegiatan siswa.
5. Membuka pelajaran kira-kira .
A. 1 menit C. 30 menit
B. 5 menit C. 40 menit.
6. Dalam mendisiplinkan kelas dikenal adanya..
A. Teknik Quantum C. Teknik Pascal
C. Teknik Marshall D. Teknik Visual
7. Yang merupakan teknik dalam mendisiplinkan kelas:
a. Mengawasi siswa dari dekat.
b. Membuat agar suassana kelas tidak lesu.
c. Menciptakan humor ringan yang segar.
d. Memindahkan siswa dari tempat duduknya semula.
Yang benar adalah..
A. hanya a dan b C. hanya a, b, dan c
B. hanya b dan d D. semua benar.
8. Yang termasuk dalam delapan keterampilan dasar mengajar adalah..
a. Keterampilan bertanya.
Pembelajaran Inovatif 6-55

b. Keterampilan memberi penguatan.


c. Keterampilan mengadakan variasi.
d. Keterampilan menjelaskan.
Yang benar adalah..
A. hanya a dan b C. hanya a, b, dan c
B. hanya b dan d D. hemua benar.
9. Yang bukan termasuk dalam delapan keterampilan dasar mengajar
adalah..
a. Keterampilan bertanya.
b. Keterampilan memberi penguatan.
c. Keterampilan menguasai materi.
d. Keterampilan menjelaskan.
Yang benar adalah..
A. hanya a dan b. C. hanya a, b, dan c.
B. hanya b dan d. D. semua benar.
10. Keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal, dan terampil mengembalikan ke kondisi belajar yang
optimal jika terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, disebut..
A. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
B. Keterampilan mengelola kelas.
C. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil.
D. Keterampilan menjelaskan.
II. Uraian
1. Apakah yang sebaiknya perlu dihindari guru saat bertanya kepada
siswanya?
2. Sebutkan jenis variasi mengajar!
3. Berikan contoh variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran!
4. Apakah yang dimaksud dengan penjelasan?
5. Berikan contoh penguatan non verbal!
6-56 Pembelajaran Inovatif

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif I
Kunci Tes Model-Model Pembelajaran SMP:
I. Pilihan Ganda
1. C 6. B
2. D 7. A
3. B 8. C
4. C 9. A
5. D 10. D
II. Uraian
1. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa (peserta didik)
yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa.
2. Suatu tindakan pembelajaran akan disebut sebagai model pembelajaran
jika memiliki 4 ciri. Keempat ciri tersebut adalah (1) ada rasional teoretik
yang logis atau kajian ilmiah yang disusun oleh penemunya atau ahlinya,
(2) ada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui tindakan
pembelajaran tersebut, (3) ada tingkah laku mengajar-belajar yang khas
yang diperlukan oleh guru dan peserta didik, dan (4) diperlukan lingkungan
belajar yang spesifik, agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai.
3. Tujuh komponen yang perlu ditempuh guru dalam menerapkan CTL:
1) kembangkan pemikiran, bahwa anak perlu mengkonstruksi sendiri
pengeta-huannya (belajar secara mandiri)-konstruktivisme;
2) lakukan kegiatan inkuari untuk semua topik;
3) ungkap rasa ingin tahu siswa dengan bertanya;
4) ciptakan masyarakat belajar (misalnya, melalui belajar kelompok);
5) hadirkan model untuk contoh pembelajaran;
Pembelajaran Inovatif 6-57

6) lakukan refleksi di akhir pertemuan;


7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

4. Misal, soal berikut ini yang dibuat guru:


Perhatikan gambar di bawah ini.

Diketahui segitiga ABC. AB = AC,


AD = AE, BAD = 30 0 .
Hitunglah x.

Yang diharapkan akan dilakukan siswa adalah sebagai berikut.


Perhatikan gambar di bawah ini.

Diketahui segitiga ABC. AB = AC,


AD = AE, BAD = 30 0 .
Hitunglah a) ABD dalam a
b) BDA dalam a
c) ADE dalam a
d) nilai x.
5. Langkah model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Jigsaw
adalah sebagai berikut.
1) Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen
(4 sampai 5 siswa). Setiap kelompok diberi materi/soal-soal
sebanyak 4 buah atau kelipatannya untuk dikerjakan.
6-58 Pembelajaran Inovatif

2) Ketua kelompok membagikan soal-soal dari guru kepada anggota


kelompoknya, setiap siswa dalam 1 kelompok mendapat 1 soal
yang berbeda untuk dikerjakan.
3) Anggota kelompok yang ditugasi mengerjakan soal yang sama
bertemu untuk mendiskusikan penyelesaian soal tersebut sampai
mengerti benar cara menyelesaikan soal tersebut. Guru berperan
sebagai nara sumber dan fasilitator.
4) Setelah itu, siswa tersebut kembali ke kelompok asalnya dan setiap
siswa dalam kelompok secara bergantian mengajar teman dalam
satu kelompoknya.

Tes Formatif II
Kunci Tes Delapan Keterampilan Dasar Mengajar:
I. Pilihan Ganda
1. D 6. C
2. A 7. D
3. A 8. D
4. C 9. C
5. B 10. B
II. Uraian
1. Yang sebaiknya perlu dihindari guru adalah sebagai berikut.
a. Guru sering mengulangi pertanyaannya sendiri.
b. Guru mengulangi jawaban siswa.
c. Guru mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak.
d. Guru membuat pertanyaan ganda.
e. Guru menentukan siswa terlebih dahulu, sebelum mengajukan
pertanyaan.
2. Ada 3 jenis variasi mengajar, yaitu:
a. variasi dalam gaya mengajar;
Pembelajaran Inovatif 6-59

b. variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran;


c. variasi dalam interaksi kegiatan siswa.
3. Misalnya guru perlu menggunakan chart, alat-alat matematika seperti
penggaris atau jangka, guru memanfaatkan alat peraga, dan sebagainya.
4. Penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematik yang bertujuan untuk menolong siswa dalam memahami suatu
hubungan, misalnya penjelasan tentang suatu konsep atau penjelasan
suatu teorema.
5. Misalnya dengan anggukan kepala, gerakan anggota badan, sentuhan,
atau pemberian simbol/komentar di buku pekerjaan siswa atau pemberian
hadiah.
Glosarium

Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang dilaksanakan


dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen, terdiri
atas 4 sampai 5 peserta didik.
Metode mengajar, menyangkut cara guru dalam menyampaikan pesan
(materi pelajaran).
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran
tertentu yang diterapkan guru agar tujuan atau kompetensi dari hasil
belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif
dan efisien.
Peer Teaching adalah kegiatan praktik mengajar di depan teman-temannya
sendiri. Teman-temannya ini bertindak sebagai siswa. Agar
pelaksanaan Peer Teaching berjalan secara efektif, maka guru
praktikan maupun siswanya harus bersikap dan berperan secara serius
dan profesional.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa (peserta didik)
yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa.
Pendekatan pembelajaran adalah cara penyampaian materi pelajaran yang
dipandang guru yang bersangkutan paling dekat atau paling cepat
sehingga materi pelajaran dapat segera diserap oleh siswa.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi dan berkompetensi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
Pembelajaran Inovatif 6-61

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah bentuk persiapan tertulis


dari guru sebelum mengajar.
Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan
cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dapat
tercapai.
Siswa, disebut juga dengan peserta didik atau murid.
Daftar Pustaka

Amin Suyitno, 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.


Semarang: FMIPA UNNES

Bobbi DePorter dan Mark Reardon. 1999. Quantum Teaching Orchestrating


Student Success. Boston : Allyn and Bacon.

Chuck W. Wiederhold. 2001. Higher-Level Thinking. San Clemente: Kagan


Cooperative Learning.

Dirjen Dikdasmen. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning). Jakarta : Depdiknas.

Elaine B. Johnson. 2002. Contextual Teaching and Learning. California :


Corwin Press. Inc.

Freudenthal. 1991. Revisiting Mathematics Education. China Lectures.


Dordrecht Kluwer: Academic Publishers.

Hisyam Zaini. 2002. Strategi Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta :


CTSD (Center for Teaching Staff Development).

Lyn D. English. 1997. Promoting a Problem Posing Classroom Teaching


Children Mathematics. Journal for Research in Mathematics
Education. Volume 29. Number 1. November 1997, h 172-179.

Mohamad Nur. 1999. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan


Konstruktivis dalam Pengajaran, Terjemahan. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.

Paulina Pannen. 2001. Kontruktivisme dalam Pembelajaran Bahan


Penataran AA bagi Dosen. Jakarta : Dirjen Dikti

Robert E. Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and


Practice. Boston: Allyn and Bacon.

Wardani, I, G. A, dkk. 1985. Delapan Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta: Dirjen


Dikti.
BUKU AJAR

MEDIA PEMBELAJARAN
BAB I PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
komunikasi. Dalam proses komunikasi, kehadiran media sangatlah
penting agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
diterima oleh komunikan secara efektif. Demikian juga dalam
pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien maka diperlukan media pembelajaran yang memudahkan siswa
belajar. Apalagi pada pembelajaran matematika yang memiliki tingkat
kesulitan dan keabstrakan konsep yang lebih tinggi dibanding dengan mata
pelajaran yang lain.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat akhir-
akhir ini dengan segala fasilitasnya. Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup
kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, seperti OHP, komputer, dll.
Pemanfaatan media atau bahkan multimedia disamping dapat
meminimalkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh seorang guru
dapat juga membantu abstraksi siswa.
Masalah penggunaan media pembelajaran di sekolah masih sering
diabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara
lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari
media yang tepat, tidak tersedia biaya. Hal ini sebenarnya tidak perlu
terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan
keterampilan dalam hal media pembelajaran. Sesungguhnya bayak sekali
jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan, dimanfaatkan sesuai
dengan kondisi, waktu, biaya maupun tujuan yang akan dicapai.
7-2 Media Pembelajaran

B. MEDIA PEMBELAJARAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR


Pada hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses
komunikasi antar guru dan siswa. Sebagai komunikan adalah siswa,
sedangkan sebagai komunikatornya adalah guru dan siswa sendiri.
Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar
adalah: komunikasi searah, komunikasi dua arah, dan komunikasi multi
arah.Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak
selalu dapat berjalan dengan lancar, bahkan dapat menimbulkan
kebingungan, salah pengertian dan mungkin menimbulkan salah konsep.
Jika dalam proses belajar mengajar terjadi hambatan, maka kemungkinan
salah satu faktor penyebabnya adalah terjadinya kesalahan komunikasi.
Kesalahan komunikasi dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :
1) Guru sebagai komunikator kurang mampu dalam cara menyampaikan
pesan
2) Adanya perbedaan daya tangkap para siswa sebagai komunikan
3) Jumlah siswa sebagai komunikan sangat besar, sehingga sukar
dijangkau oleh guru sebagai komunikator
Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan komunikasi, maka harus digunakan sarana yang dapat
membantu proses komunikasi. Sarana tersebut diantaranya adalah media
pembelajaran. Gabungan beberapa media yang digunakan guru untuk
berkomunikasi dengan siswa disebut multimedia. Jadi pemanfaatan
multimedia disamping dapat meminimalkan kelemahan-kelemahan yang
dimiliki oleh seorang guru dapat juga membantu abstraksi siswa.
Menurut Dwyer (dalam Sadiman, 1999) multimedia dapat
menyampaikan pesan dalam bentuk audio dan visual. Pengemasan
materi pembelajaran dalam bentuk tayangan-tayangan audiovisual
Media Pembelajaran 7-3

mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi


ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Media audiovisual
mampu membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang
mereka lihat dan dengar walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau,
secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat dari suatu
tayangan, setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.
Salah satu ciri pembelajaran berbasis kompetensi adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan/menggunakan
multimedia, artinya guru dalam melakukan/menyelenggarakan
pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar
lainnya. Hal ini sebagai upaya agar pembelajaran bermakna dan
menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa memahami pelajaran.
Dalam mengkomunikasikan isi pelajaran secara maksimal, guru
memiliki berbagai kesulitan antara lain disebabkan oleh adanya
berbagai faktor seperti keterbatasan dalam kemampuan atau kompetensi
profesionalnya, hambatan geografis, dan faktor sosial ekonomi. Usaha
penanggulangan berbagai kesulitan tersebut, dibutuhkan sumber-sumber
belajar lain yang dapat membantu atau menggantikan peran guru
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
Penggantian peranan itu bisa disiapkan melalui pembuatan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi, karakteristik siswa, dan
lingkungan belajar siswa (Permasih, 2004). Bahkan di era globalisasi dan
era teknologi informasi ini kehadiran ilmu dan teknologi dengan segala
fasilitasnya tidak dapat dibendung, bahkan perlu dimanfaatkan
seoptimal mungkin termasuk dalam pembelajaran. Para guru dituntut
agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan
tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, seperti OHP, komputer,
dll. Pentingnya kemampuan guru dalam penggunaan media yang
7-4 Media Pembelajaran

berteknologi modern tersebut diatas terbukti dengan


dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru SD/MI
sebagai tindak lanjut dari UU Guru dan Dosen pasal 32 yang
mensyaratkan bahwa guru harus memiliki kompetensi di antaranya:
1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran (Butir kelima pada kompetensi pedagogik).
2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
komunikasi dan pengembangan diri (Butir ke-24 pada kompetensi
profesional).Namun kenyataannya masalah penggunaan media
pembelajaran ini masih sering diabaikan dengan berbagai alasan.
Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk
membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat,
tidak tersedia biaya. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap
guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan
dalam hal media pembelajaran. Sesungguhnyabayak sekali jenis
media yang bisa dipilih, dikembangkan, dimanfaatkan sesuai
dengan kondisi, waktu, biaya maupun tujuan yang akan dicapai. Telah
banyak penelitian tentang pemanfaatan multimedia dalam
pembelajaran terutama pembelajaran matematika,
diantaranya Pengaruh penggunaan Video Compact Disk (VCD)
terhadap hasil belajar matematika pada kelas IV di sekolah dasar
(Prabowo, 2004, Hasil penelitian Yustinus (2006) menunjukkan
bahwa terdapat
Media Pembelajaran 7-5

perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan media animasi


grafis, lembar kerja siswa, dan pembelajaran dengan pendekatan
ekspositori.. Ada perbedaan signifikan yang menunjukkan prestasi
belajar siswa yang dikenai pendekatan laboratorium lebih baik
daripada siswa yang tiodak dikenai pendekatan laboratorium dalam
pembelajaran pokok bahasan geometri (Rahayu BV, 1990). Ada
pengaruh positif penggunaan alat peraga terhadap hasil belajar siswa
kelas 2 SD Ngaliyan, Tugu, Kodya Semarang pada pokok bahasan
bilangan pecah (Sugiarto, 1990);Kartu pecahan cukup efektif untuk
dipergunakan dalam pengajaran bidang studi matematika untuk sub
pokok bahasan pecahan guna meningkatkan prestasi belajar siswa
(Azis, , 1997). Hidayah, dkk (2004:67)) menyatakan bahwa
Pendayagunaan media (alat bantu ajar) dalam pembelajaran
matematik
1994); Ada perbedaan signifikan, bahwa kemampuan siswa SD pada
pembelajaran berhitung dengan kartu hitung bergambar lebih baik
dibandingkan dengan model konvensional (Wibowo a berbasis masalah
di SD, SLTP, dan SMU dapat dilakukan dalam selang waktu
selama pembelajara, (alat bantu ajar) untuk SD lebih bervariasi
dibanding jenjang di atasnya
(SLTP dan SMU), dan Pembelajaran matematika dengan
memanfaatkan media (alat bantu ajar) menyenangkan siswa.
Kemampuan/ penguasaan guru dalam memahami materi yang
mencakup seluruh kegiatan mata pelajaran matematika kurikulum 1994
dan penguasaan terhadap metode pembelajaran matematika di
kabupaten Semarang masih di bawah criteria ketuntasan belajar
perorangan; sedangkan ketersediaan alat peraga matematika dari 69
jenis alat peraga berada dalam interval 29,28% - 36,80%
7-6 Media Pembelajaran

(Hidayah dan Sugiman, 1998). Hasil penelitian Hidayah (2000)


menunjukkan bahwa pendayagunaan alat peraga dalam pembelajaran
matematika membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, siswa
aktif, dan memungkinkan siswa menemukan konsep/prinsip.
Namun demikian siswa masih mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita/ soal penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti juga yang ditemukan oleh Outhred & Mitchelmore (2000),
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk
memecahkan masalah/soal cerita (the word problem) yang terkait
dengan kehidupan sehari-hari.

C. MEDIA PEMBELAJARAN
Media diartikan sebagai segala sesuatu yang
dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa
belajar. Komunikasi dan siswa yang belajar
(leaners) merupakan dua aspek yang pokok. Segala sesuiatu yang
dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat
dikategorikan sebagai media (Priyono,
2002:3). Darhim mengatakan bahwa alat peraga
penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi tertuang
dalam GBPP bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
Anderson berpendapat bahwa alat peraga sebagai
media atau pelengkap yang
digunakan untuk membantu guru mengajar, sementara Briggs
mengatakan bahwa mendia pengajaran meliputi objek (benda
nyata), model, suara langsung, rekaman radio, pembelajaran
terprogram, televisi, dan slide (Sugiarto dan Hidayah. 2005).
Media/alat peraga pembelajaran adalah alat-alat yang
Media Pembelajaran 7-7

digunakan guru dalam pembelajaran untuk membantu


memperjelas materi pelajaran dan
mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.
Pembelajaran yang menggunakan banyak verbalisme akan
membosankan siswa; sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik
bila siswa gembira belajar atau senang karena mereka merasa
tertarik dan mengerti apa yang dipelajarinya (Usman,
2002:31).Media/alat
peragasebagaialatbantupembelajaranmatematikauntuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Lebih khusus alat peraga
adalah benda-benda konkret yang merupakan model dari ide-ide
matematika dan benda konkret untuk penerapan matematika (Tim
Instruktur PKG, 1988).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar serta
menjadikan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah.
D. Agar lebih jelas lagi perlu juga dikemukakan konsep lain yang
sangat berkaitan dengan media pembelajaran, yaitu sumber belajar.
Konsep sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu semua
sumber (baik berupa data, orang, benda) yang dapat digunakan untuk
memberi fasilitas/kemudahan belajar bagi peserta

didik. Sumber belajar meliputi POBATEL:

Pesan (ide, fakta, data, ajaran, informasi, dll)


7-8 Media Pembelajaran

Orang (guru, dosen, instruktur, widyaiswara, dll)

Bahan (buku teks, modul, transparansi, kaset program audio, film,


program CAI/CBI dll)

Alat (OHP, komputer, tape recorder, CD player, dll)

Teknik (praktikum, demonstrasi, diskusi, tutorial, pembelajaran mandiri,


dll)

Lingkungan (gedung sekolah, kebun, pasar, dll)

Secara garis besar media pembelajaran dapat diidentifikasikan


sebagai berikut
(a) media objek fisik (model, alat peraga), (b) media grafis/ visual (poster,
chart, kartu dll), (c) media proyeksi, (d) media audio, (d) media audio-
visual.
Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan
komunikasi yang baik diantara guru dan siswa. Prinsip pemanfaatan
media adalah the right aid at the right time in the right place in the
right manner, merupakan kunci pemanfaatan media yang dapat
meningkatkan kualitas komunikasi guru siswa yang pada akhirnya
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sebaliknya pemanfaatan yang
kurang tepat sering kali mengganggu komunikasi dan mengurangi
efektivitas pembelajaran. Pemanfaatan media di kelas untuk
meningkatkan mutu komunikasi guru-siswa sehigga proses
pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan (efektif).
Media Pembelajaran 7-9

Se
makin banyak indera yang dimanfaatkan oleh siswa, semakin baik
retensi (daya ingat) siswa sebagai kerucut pengalaman Dale berikut
(Fajar, 2002:75) berikut.

Kerucut Pengalam
Belajar

Yang kita ingat

10%

20% Modus

30% Verbal

40% Visual

70% Berbuat

90%
7-10 Media Pembelajaran

E. MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN


Emilia (1998) menekankan pentingnya pemanfaatan
multimedia bagi peningkatan proses pembelajaran eksakta.
Pendayagunaan media/alat peraga matematika dapat
dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan, seperti manusia
(guru, siswa), peristiwa, benda-benda lain, di samping alat
peraga yang sudah didesain. Ditinjau dari fungsinya, media/alat
peraga dapat : (a) Memberikan motivasi belajar, (b) Memberikan
variasi dalam pembelajaran, (c) Mempengaruhi daya abstraksi,
(d) Memperkenalkan, memperbaiki, dan meningkatkan pengertian
konsep dan fakta, (e) Mampu mengatasi keterbatasan perbedaan
pengalaman pribadi siswa,
(f) Mampu mengatasi keterbatasan ruang kelas, (g) Mampu
mengatasi keterbatasan ukuran benda, (h) Mampu mengatasi
keterbatasan kecepatan gerak benda
Dari fungsinyamemberikan motivasi belajar,media/alat
peraga akan memberikan semangat baru dan rasa
senang mempelajari matematika. Oleh karena semangat dan
minat yang tumbuh dari diri siswa sendiri diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Ruseffendi
(1989:338) alat peraga dapat menanamkan konsep dasar dengan
benar, konkret, dan realistis.
Lebih rinci, Rahadi (2004: 13 -- 16) mengklasifikasikan
manfaat media pembelajaran menjadi tiga, yaitu manfaat secara
umum, manfaat secara rinci, dan manfaat praktis. Manfaat secara
umum dari media pembelajaran adalah memperlancar interaksi
antara guru dengan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran
lebih efektif dan efisien.
Media Pembelajaran 7-11

Manfaat secara rinci, yakni: (1) penyampaian materi


pelajaran dapat diseragamkan, (2) proses pembelajaran menjadi
lebih jelas dan menarik, (3) proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif, (4) evisiensi dalam waktu dan tenaga, (5)
meningkatkan kualitas hasil belajar, (6) memungkinkan proses
belajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, (7)
dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi dan
proses belajar, (8) mengubah peran guru ke arah yang lebih positif
dan produktif.
Sedang manfaat praktisnya adalah: (1) membuat
materi pelajaran yang abstrak menjadi konkret, (2) mengatasi
kendala ruang dan waktu, (3) membantu mengatasi keterbatasan
indra manusia, (4) dapat menyajikan peristiwa langka dan
berbahaya dalam kelas, (5) memberikan kesan mendalam dan
lebih lama tersimpan pada diri peserta didik.Seiring dengan pesatnya
perkembangan teknologi, media/alat peraga juga
harus menyesuaikan perkembanganya dengan majunya teknologi.
Istilah multimedia tidak hanya sebagai media yang berbasis
computer, namun multimedia dalam pembelajaran matematika,
diartikan juga sebagai pemanfaatan beberapa media/alat peraga
dalam suatu pembelajaran untuk mencapai keefektifan pembelajaran
yang dilakukan.
Sebagai implementasi salah satu rambu-rambu pembelajaran
matematika Kurikulum 2004, adalah pemanfaatan teknologi (computer,
media/alat peraga) untuk semakin meningkatkan keefektifan
pembelajaran matematika. Namun demikian, dari hasil pengamatan
simulasi pembelajaran matematika dengan pemanfaatan media
pembelajaran berbasis computer (VCD, animasi, dan bentuk lainya)
7-12 Media Pembelajaran

menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif, siswa hanya diberi


kesempatan untuk mendengarkan dan atau memperhatikan (melihat),
memang lebih efisien tetapi tidak efektif. Agar pembelajaran
matematika menyenangkan, bermakna, serta melibatkan indera siswa
secara optimal, pemanfaatan multimedia dilakukan secara tepat, artinya
pemanfaatan media berbasis computer disertai media/alat peraga
pendukung secara bersama-sama dalam suatu pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan siswa, tujuan pembelajaran atau indicator yang akan
dicapai, sesuai dengan materi, dan juga strategi yang diterapkan.
Pembelajaran matematika terutama di SD diperlukan benda
konkret atau media. Pendapat ini sesuai dengan pepatah lama yang
berbunyi:

Saya mendengar saya lupa

Saya melihat sanya ingat

Saya mengerjakan saya mengerti


Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga
selain akan membuat siswa mudah memahami materi yang dipelajari,
juga akan meningkatkan kadar aktivitas siswa, pembelajaran menjadi
aktif dan menyenangkan. Dalam model Learning Revolution (Dryden
and Vos, 1999:23-25) dikatakan bahwa bagi kebanyakan
orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan. Dan Informasi yang kompleks sekalipun dapat
diserap dan diingat dengan mudah jika siswa benar-benar terlibat
(dalam proses pembelajaran). Pembelajaran dengan memanfaatkan
media/ alat peraga hendaknya memperhatikan syarat umum suatu
Media Pembelajaran 7-13

alat peraga, yakni (a) tahan lama, (b) bentuk dan warna menarik, (c)
dapat menyajikan dan memperjelas konsep, (d) ukuran sesuai
dengan kondisi fisik siswa, (e) visible, (f) tidak membahayakan siswa,
(g) mudah disimpan saat tidak digunakan, (h) perlunya unsur
interaktif agar pembelajaran menjadi bermakna.

F. JENIS MEDIA PEMBELAJARAN


Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya.
Mulai dari yang sederhana sampai yang paling canggih yang dapat
dikelompokkan menjadi 10 golongan sebagai berikut.
No Golongan Media Contoh
1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD,
telepon
2 Cetak Buku pelajaran, modul, LKS,
brosur, koran, foto/gambar
3 Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis
4 Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT)
5 Proyeksi audio visual Film bingkai (slide) bersuara
6 Visual gerak Film bisu, animasi
7 Audio visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD,
televisi
8 Objek fisik Benda nyata, model, spesimen
Manusia dan lingkungan Guru,
pustakawan, laboran
9 Komputer CAI, CBI,
7-14 Media Pembelajaran

Penggolongan tersebut secara ringkas dapat diberikan dalam 3


golongan besar, yakni media visual, media audio, dan media audiovisual.

1. Media Visual
Media visual merupakan media yang hanya bisa dilihat. Jenis
media ini banyak digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran. Media ini terdiri atas a. Media visual yang
diproyeksikan

Media visual yang diproyeksikan media yang menggunakan


alat proyeksi
(projector) sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar
(screen). Media ini dapat berupa media diam (gambar diam) dan
media gerak (gambar bergerak).

b. Media visual yang tidak diproyeksikan

1) Gambar fotografik
Gambar fotografik termasuk gambar diam. Keuntungan
media diam ini adalah: dapat merealisasikan ide/ gagasan
yang bersifat abstrak; banyak tersedia di buku, majalah,
surat kabar, kalender (mudah didapat); mudah digunakan,
tidak memerlukan peralatan lain; ekonomis, tidak banyak
mengeluarkan biaya; dapat digunakan dalam berbagai
materi dan tahap pembelajaran. Sedangkan keterbatasan
media ini adalah: kurang bisa mengatasi keterbatasan
Media Pembelajaran 7-15

ruang dan jumlah siswa karena seringnya gambar berukuran


kesil; tidak menimbulkan kesan gerak (dua dimensi).

2) Grafis
Media ini merupakan media dua dimensi yang unsure-
unsurnya adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat
digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan
melalui kata-kata, angka, dan symbol. Jenis media grafis ini
adalah:
a) Grafik. Grafik merupakan gambar sederhana untuk
menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah
dimengerti. Jenis grafik: grafik batang, lingkaran, garis dll.
b) Bagan (chart). Bagan biasanya dirancang untuk
menggambarkan atau menunjukkan suatu ide, gagasan
melalui symbol, gambar, garis dan kata-kata yang
singkat. Fungsinya untuk menunjukkan hubungan,
perbandingan, perkembangan, klasifikasi, dan organisasi.
Jenis bagan ini: pohon, bagan organisasi, dll.
c) Diagram. Menunjukkan gambaran sederhana untuk
memperlihatkan tata kerja.
d) Poster. Merupakan kombinasi gambar dan tulisan.
Poster dapat digunakan sebagai pemberitahuan,
peringatan, menggugah selera, motivasi.
e) Kartun. Merupakan gambar dalam bentuk lukisan
atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi
untuk membentuk opini siswa. Bentuknya bisa tunggal
atau berseri.
7-16 Media Pembelajaran

c. Media tiga dimensi

Media ini merupakan media riil dalam bentuk model. Media ini
berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Contoh:
tumbuhan, binatang, benda-benda lain yang bisa dibawa ke kelas.
Model merupakan tiruan benda asli yang terlalu keci atau terlalu
besar, terlalu rumit, berbahaya untuk dibawa ke kelas.

2. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan yang hanya
dapat didengar. Media ini merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemamuan siswa untuk mempelajari bahan ajar.
Jenis media ini: CD audio, program radio.

3. Media Audiovisual
Media ini merupakan kombinasi atara media audio dan medio visual.
Contoh media ini adalah: video, tv pendidikan, program slide suara,
CD interaktif.
Contoh Media Visual
OHT (overhead transparansi) atau power point tentang bangun
datar (sumber hasil karya mahasiswa):
Media Pembelajaran 7-17
7-18 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-19
7-20 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-21
7-22 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-23
7-24 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-25

Contoh Media Visual


LKS (sumber hasil karya mahasiswa):
7-26 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-27
7-28 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-29
7-30 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-31
7-32 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-33
7-34 Media Pembelajaran

Contoh Media Visual


LKS (sumber hasil karya mahasiswa):
Media Pembelajaran 7-35
7-36 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-37
7-38 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-39
7-40 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-41
7-42 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-43
7-44 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran 7-45

Contoh Media CBI tentang: Program linier


7-46 Media Pembelajaran

Contoh beberapa media (sumber: Laboratorium Pendidikan Matematika


Unnes)
Media Pembelajaran 7-47

Media Besar Jumlah Sudut Segitiga

Media Luas Lingkaran dengan Pendekatan Luas Persegi Panjang

Media Luas Lingkaran dengan Pendekatan Luas Segi Tiga


7-48 Media Pembelajaran

VI. STRATEGI PEMBERDAYAAN MEDIA/MULTIMEDIA/ALAT PERAGA


Agar pemanfaatan atau penggunaan media/ alat peraga
dalam pembelajaran efektif, maka strategi pemberdayaannya harus
memperhatikan kesesuaian media/ alat peraga sebagai berikut.
1. Tujuan pembelajaran/sifat tugas, apakah tujuan pembelajaran
termasuk kawasan kognetif, afektif atau psikomotor, atau kombinasi.
Jenis rangsangan indra apa yang ditekankan?
2. Isi pembelajaran, apakah media itu dapat memperjelas,
memudahkan penyampaian isi pembelajaran
3. Karakteristik peserta didik, berapa jumlahnya, bagaimana latar
belakang sosialnya, bagaimana motivasi belajarnya?

4. Karakteristik media, apakah kelebihan dan kekurangan media itu.

5. Waktu, cukupkan waktu yang tersedia dalam pembuatan, dan berapa


alokasi waktu tatap muka.

6. Biaya, apakah dapat dijangkau


7. Ketersediaan, apakah tersedia di sekitar kita: di sekolah, di
pasaran. Kalau membuat sendiri adakah alat dan bahannya?

8. Konteks penggunaan, untuk belajar individual, kelompok kecil,


klasikal, pembelajaran mandiri?

9. Mutu teknis, kalau sudah tersedia apa cukup bagus, visualisasinya


jelas, narasinya jelas, dll
Media Pembelajaran 7-49

Perlu diingat bahwa tidak selalu pembelajaran dengan


memanfaatkan media/ alat peraga memberikan hasil yang lebik
cepat, lebih meningkat, lebih menarik, dan sebagainya.Kadang-
kadang justru sebaliknya dan bahkan ada kemungkinan
menyebabkan kegagalan siswa dalam pembelajaran. Kegagalan
didalam pemanfaatan alat peraga nampak pada

a. generalisasi konsep abstrak dari representasi hal konkret


tidak tercapai,
b. alat yang digunakan sekedar sajian, tidak ada nilai,
tidak menunjang konsep,
c. disajikan pada saat
yang tidak tepat, d.
memboroskan waktu,
e. digunakan pada siswa yang sebenarnya tidak
membutuhkan, f. tidak menarik bahkan
mempersulit pemahaman konsep.
VII. PENUTUP
Telah diuraikan pada bagian terdahulu mengenai definisi
media/ alat peraga, multimedia dalam pembelajaran khususnya
matematika beserta identifikasi media/ alat peraga. Telah pula
diuraikan dengan tentang mengapa perlu dan betapa
pentingnya media/ alat peraga (multimedia) dalam pembelajaran,
serta sarat umum suatu media/ alat peraga dan bagaimana
pemberdayaan media/ alat peraga sehingga pembelajaran dapat
efektif. Beberapa contoh media telah pula diberikan pada bagian
terdahulu.
7-50 Media Pembelajaran

Pada setian proses pembelajaran, hendaknya perlu


dikembangkan multimedia yang inovatif yang sesuai dengan materi dan
kondisi siswa.
Media Pembelajaran 7-51

Daftar Pustaka

Azis, J. A. 1994. Pengaruh Penggunaan Kartu Pecahan terhadap


Pemahaman Konsep Pecahan dan Penguasaa Operasi
Penjumlahan dan Perkalian pada Pecahan bagi Siswa Kelas II SD.
Laporan Hasil Penelitian. Semarang: IKIP Semarang.
Dryden, G. and J. Vos.1999. The Learning Revolution (To change the
way the world learns). The learning web.
Emilia, O. 1998.PeranMultimediadalameningkatanEksakta.Makalah
disampaikan pada Semiloka dan Pelatihan Alat Bantu Ajar.
Yogyakarta: Pusat Sumber Belajar LP3 UGM
Fajar, A. 2002. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hidayah, I dan Sugiman. 1998. Pengembangan Model
Pengajaran Matematika SD
Bercirikan Pendayagunaan Alat Peraga. (Laporan Penelitian Dosen
Muda Tahap
I). Semarang: IKIP Semarang.
Hidayah, I dkk. 2000. Prototipe Alat Peraga dan Pengembangan
Pembelajaran
Matematika Bercirikan Pendayagunaan Alat Peraga di
Sekolah Dasar.
(Penelitian Hibah Bersaing VII Tahun Pertama dan Kedua).
Semarang: UNNES Hidayah, I dkk. 2004. Keefektifan Pembelajaran
Matematika Berbasis Masalah dengan Pendayagunaan Media (Alat
Bantu Ajar) di SD, SLTP, SMU, dan
LPTK. (Laporan Research Grant). Semarang: UNNES.
Outhred, L.N. and M.C. Mitchelmore. 2000. Young Childrens
Intuitive Understanding of Rectangular Area Measurement.
7-52 Media Pembelajaran

Journal for Research in Mathematics Education, vol. 31. No. 2,


144-167.
Permasih. 2004. Media Komunikasi Pembelajaran.
http://perpustakaan.upi.edu/ jurnal[3 Februari 2005]
Prabowo, A. 2004. Pengaruh Penggunaan Media Visual Compact
Disk (VCD) Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Petompon
5,6,7 Pada Pokok Bahasan Pengukuran Luas, Keliling, dan
Berat Serta Pengukuran Waktu. Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Priyono, A. 2002. Media Pembelajaran di Sekolah. Makalah
disampaikan pada Workshop Pemantapan Classroom-based
Action Research Guru-guru SLTP se Jawa Tengah. Semarang:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah
Rahayu, BV, dkk. 1990. Studi Eksperimen tentang Penanaman
Konsep Geometri dengan Pendekatan Laboratorium di SD
Kalibanteng Kidul I_III Kecamatan Semarang Barat. Laporan
Penelitian. FPMIPA IKIP Semarang.
Rahardi, A. 2004. Media pembelajaran. Jakarta:Dirjen Dikdasmen.
Ruseffendi. 1989. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer
untuk Guru. Bandung: Tarsito.
Sadiman, A.S. 1999. Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku.
http:// www.
pustekkom.go.id/teknodik/t7/7-3.htm Edisi No.7/IV/Teknodik/
Oktober/1999 (9
Juni 2005).
Sugiarto.1990. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dalam Pengajaran
Matematika terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 2 SD Ngaliyan
Semarang. Laporan hasil penelitian.
Media Pembelajaran 7-53

Sugiarto dan I. Hidayah. 2005. Handout Workshop Pendidikan Matematika


I, Jurusan Matematika Unnes. Semarang.
Tim Instruktur PKG. 1988. Alat Peraga/Praktik Matematika. Kumpulan
Hasil PKG Jawa Tengah Semarang.
Usman, M. U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Wibowo, E.1997. Efektivitas Penggunaan Kartu
Hitung Bergambar sebagai AlatBantu Pengajran di Sekolah Dasar
(suatu upaya peningkatan prestasi berhitung siswa). (Skripsi
Sarjana Pendidikan Matematika). FPMIPA IKIP Semarang.Yustinus.
2006. Pengaruh penggunaan media animasi grafis Dan lembar
kerja siswa terhadap hasil belajar geometri siswa kelas iv
sekolah dasar. (Tesis S2 Pendidikan Matematika). Pasca Sarjana
UNNES.
BUKU AJAR

PENILAIAN PEMBELAJARAN
BAB I PENDAHULUAN
Deskripsi
Materi atau ruang lingkup buku ajar ini meliputi pemahaman
tentang pengertian pengukuran, penilaian, evaluasi, tujuan dan manfaat
penilaian, karakteristik pelajaran matematika dan peserta didik yang
belajar matematika, ranah penilaian mata pelajaran matematika, standar
penilaian pendidikan, pengembangan tes hasil belajar, penskoran tes hasil
belajar, serta praktik mengimplementasikan dalam pembuatan RPP untuk
pelaksanaan peer teaching dalam pembelajaran di kelas dalam mata
pelajaran matematika SMP.

Prasyarat
Kompetensi awal yang dipersyaratkan bagi guru untuk mempelajari
Buku Ajar ini adalah sebagai berikut.
(1) Penguasaan materi pelajaran SMP pada mata pelajaran matematika.
(2) Menguasai karakteristik peserta didik dan mata pelajaran matematika.
(3) Mampu menyusun RPP yang sesuai dengan tuntutan KTSP.
(4) Memiliki komitmen untuk melakukan praktik membuat ranah penilaian
yang variatif berdasarkan teori penilaian.

Petunjuk Belajar
Guru pemakai Buku Ajar ini diharapkan melakukan langkah-langkah
belajar sebagai berikut.
(1) Membaca dengan cermat isi Buku Ajar ini.
(2) Mendengarkan dengan seksama penjelasan Tutor.
(3) Membuat berbagai ranah penilaian yang siap untuk dipraktikkan.
(4) Membuat RPP yang mencerminkan penerapan suatu model pembel-
ajaran tertentu yang telah dipilih dengan melengkapi membuat
evaluasinya.
8-2 Penilaian pembelajaran

(5) Mempresentasikan hasil evaluasi yang telah dibuat di depan kelas


melalui kegiatan kerja kelompok.
(6) Melaksanakan refleksi kegiatan yang telah dilaksanakan.

Kompetensi dan Indikator


1. Kompetensi
a. Menjelaskan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat penilaian.
c. Menjelaskan karakteristik pelajaran matematika.
d. Menjelaskan karakteristik peserta didik yang belajar matematika.
e. Menjelaskan perubahan ranah penilaian matetika SMP.
f. Menjelaskan standar penilaian Pendidikan.
g. Pengembangan Tes Hasil Belajar.
h. Melakukan Penentuan Skor Tes.

2. Indikator
a. Peserta pelatihan dapat menjelaskan pengertian pengukuran,
penilaian, dan evaluasi.
b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan tujuan dan manfaat penilaian.
c. Peserta pelatihan dapat menjelaskan karakteristik pelajaran
matematika.
d. Peserta pelatihan dapat menjelaskan karakteristik peserta didik
yang belajar matematika.
e. Peserta pelatihan dapat menjelaskan perubahan ranah penilaian
matematika di SMP.
f. Peserta pelatihan dapat menjelaskan standar penilaian pendidikan.
g. Peserta pelatihan dapat dapat melaksanakan kegiatan diskusi
kelas untuk membuat soal-soal yang meliputi 3 ranah penilaian dan
dipresentasikan, serta ditanggapi oleh peserta.
h. Peserta pelatihan dapat mengembangan Tes Hasil Belajar.
Penilaian pembelajaran 8-3

i. Peserta pelatihan dapat menentuan Skor Tes.


j. Peserta pelatihan dapat melengkapi RPP yang telah dibuat dengan
penilaian, untuk mempersiapkan peer teaching.
8-4 Penilaian pembelajaran

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

A. Kompetensi dan Indikator


1. Kompetensi:
a. Menjelaskan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat penilaian.
c. Menjelaskan karakteristik pelajaran matematika.
d. Menjelaskan karakteristik peserta didik yang belajar matematika.
e. Menjelaskan perubahan ranah penilaian matetika SMP.
f. Menjelaskan standar penilaian Pendidikan.

2. Indikator:
a. Peserta pelatihan dapat menjelaskan pengertian pengukuran,
penilaian, dan evaluasi.
b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan tujuan dan manfaat penilaian.
c. Peserta pelatihan dapat menjelaskan karakteristik pelajaran
matematika.
d. Peserta pelatihan dapat menjelaskan karakteristik peserta didik
yang belajar matematika.
e. Peserta pelatihan dapat menjelaskan perubahan ranah penilaian
matematika di SMP.
f. Peserta pelatihan dapat menjelaskan standar penilaian pendidikan.
g. Peserta pelatihan dapat melaksanakan kegiatan diskusi kelas untuk
membuat soal-soal yang meliputi 3 ranah penilaian dan
dipresentasikan, serta ditanggapi oleh peserta.

B. Uraian Materi
B.1 Pendahuluan
Dalam upaya meningkatkann mutu pendidikan dan mencapai
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sesuai dengan stndar
kompetensi yang ditetapkan secara nasional, perlu dilaksanakan sistem
Penilaian pembelajaran 8-5

penilaian hasil belajar yang baik dan terencana. Beragam teknik


penilaian dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar siswa, baik yang berhubungan dengan proses belajar
maupun hasil belajar. Dalam implementasi KTSP, pelaksanaan
penilaian mengacu pada standar penilaian pendidikan. Standar
penilaian pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh guru, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penguasaan materi, dapat mengajarkan materi pelajaran dengan
baik, dan dapat memberikan asesmen/penilaian terhadap kemajuan dan
hasil belajar peserta didik (siswa) adalah sesuatu yang mutlak harus
dikuasai oleh para guru, tidak terkecuali guru pelajaran matematika.
Bila guru tidak menguasai cara memberikan asesmen terhadap
hasil belajar para peserta didiknya, bukan tidak mungkin guru akan
kebingungan dalam menentukan tingkat kepandaian dan daya serap
para peserta didiknya. Guru tidak bisa membedakan peserta didik yang
pandai, sedang, atau lemah. Soal yang dibuat guru yang tidak
mengusai masalah asesmen, bukan tidak mungkin jika soal yang dibuat
guru tersebut akan terlalu mudah untuk dikerjakan dengan benar oleh
para peserta didiknya; atau malah sebaliknya, soal yang dibuat guru
tersebut terlalu sukar untuk dikerjakan oleh para peserta didiknya.
Dengan demikian, kemampuan guru di bidang asesmen/penilaian
mutlak diperlukan. Hasil asesmen ini, selanjutnya dipakai sebagai
bahan laporan kepada para orang tua peserta didik (wali murid) melalui
buku rapor.

B. 2 Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan evaluasi


Ada tiga istilah yang sering digunakan untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa, yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
8-6 Penilaian pembelajaran

Dalam Suharsimi Arikunto (2002:3), dikatakan bahwa (1) mengukur


adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran
bersifat kuantitatif, (2) Menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kualitatif, dan mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut,
yakni mengukur dan menilai.

B. 3 Tujuan dan Manfaat Penilaian


Penilaian menurut arti katanya adalah kegiatan untuk mengetahui
apakah tindakan yang telah dikerjakan sebelumnya cukup berharga
atau tidak. Jadi pada dasarnya yang dinilai itu adalah program, yaitu
suatu kegiatan yang telah dirancang sebelumnya.
Ada 4 tujuan penilaian, yaitu sebagai berikut.
1. Seleksi
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara
untuk mengadakan seleksi kepada siswanya, dalam hal ini antara
lain untuk memilih siswa yang diterima disekolah tertentu atau
memilih siswa yang berprestasi untuk siswa teladan.
2. Diagnostik
Apabila alat ukur yang digunakan memenuhi persyaratan ,
maka dari hasil tes tersebut guru dapat melihat kelemahan-
kelemahan siswa untuk kemudian dicarai sebab kelemahan
tersebut. Dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru juga
telah mendiagnosis kemampuan siswanya, dan dengan
mengetahui sebabnya guru dengan mudah dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan siswa tersebut.
3. Penempatan
Pendekatan ini lebih bersifat melayani perbedaan
kemampuan, untuk dapat menentukan dengan pasti pada
kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan dalam
belajarnya.
Penilaian pembelajaran 8-7

4. Pengukur Keberhasilan
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan, karena keberhasilan program
ditentukan oleh banyak faktor yang antara lain adalah guru.
Kegunaan/manfaat penilaian adalah pengambilan keputusan
dan untuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan yang telah
dilakukan. Pertanggungjawaban diperlukan terutama jika
program/kegiatan yang telah dilakukan itu disponsori oleh pihak lain di
luar pelaksana. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan hasil
penilaian diperlukan untuk pengendalian kegiatan jika program masih
berlangsung, atau untuk penyempurnaan siklus berikutnya jika
program tersebut berulang sebagai suatu sistem.

B.4 Ranah Penilaian


Ada fenomena menarik pada penilaian pelajaran matematika di
sekolah, berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004 sampai KTSP. Fenomena
yang menarik ini antara lain: (1) sudah ada 3 kali perubahan sistem
asesmen/penilaian, (2) kurangnya sosialisasi atau penataran kepada
para guru khususnya tentang sistem penilaian berdasarkan Kurikulum
yang berlaku, dan (3) guru-guru di lapangan belum begitu menguasai
sistem penilaian.
Rapor siswa SD pada saat terakhir ini, khususnya pada pelajaran
matematika, ranah yang dinilai adalah (1) Berhitung/Bilangan, (2)
Geometri dan Pengukuran, serta (3) Pengelolaan Data. Untuk SMP,
ranah yang dinilai adalah (1) Pemahaman Konsep, (2) Penalaran dan
Komunikasi, serta (3) Pemecahan Masalah. Saat ini, ranah penilaian ini
(untuk SMP) juga lebih disederhanakan. Guru pelajaran matematika,
SMP masih menilai ketiga ranah tersebut, akan tetapi, yang
dimasukkan ke nilai rapor adalah rata-rata skor ketiga ranah tersebut.
8-8 Penilaian pembelajaran

Sedangkan di SMA tetap bernama matematika. Oleh karena itu, pola


penilaian pelajaran matematika di SMA serupa dengan pola penilaian
saat diberlakukannya Kurikulum 1994. Untuk pendidik/guru SD yang
akan mengisi rapor, para guru SD perlu memiliki data berupa nilai
siswa untuk materi Berhitung/Bilangan, Geometri dan Pengukuran,
serta nilai untuk Pengelolaan Data (khususnya bagi siswa kelas V dan
VI). Sedangkan pengisian rapor untuk pelajaran matematika di SMP,
akan kita pelajari lebih lanjut.
Pertimbangannya adalah sebagai berikut.
1. Ada penggunaan istilah baru yang belum familiar, misalnya kata
Penalaran dan Komunikasi.
2. Belum semua guru pelajaran matematika SMP memahami dengan
tepat maksud dari ketiga ranah penilaian tersebut.
Oleh karena itu, maka pada bab ini lebih difokuskan pada pembahasan
mengenai penilaian pelajaran matematika di SMP. Sebelum membahas
secara detil tentang ketiga ranah penilaian pelajaran matematika SMP
tersebut di atas, akan dibahas terlebih dahulu hal-hal yang
melatarbelakangi asesmen/penilaian tersebut di atas.

B.5 Karakteristik Pelajaran Matematika


Jaworski (dalam Depdiknas, 2004:3) mengatakan bahwa
mengajarkan matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan
bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.
Menurut Ebbutt dan Straker (dalam Depdiknas, 2004:4), matematika
sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Implikasinya, siswa perlu dilatih melakukan kegiatan penyelidikan
pola-pola untuk menentukan hubungan, percobaan,
membandingkan, juga siswa perlu dibantu dalam menemukan
hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lainnya.
Penilaian pembelajaran 8-9

2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi,


dan penemuan.
Implikasinya, siswa perlu didorong inisiatifnya dan diberi kesempatan
untuk berpikir beda.
3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.
Implikasinya, guru perlu menyediakan lingkungan belajar matematika
yang merangsang timbulnya persoalan matematika, membantu siswa
memecahkan persoalan matematika dengan caranya sendiri, dan
membantu siswa mengembangkan kompetensi dan keterampilannya
untuk memecahkan masalah.
4. Matematika sebagi alat komunikasi.
Implikasinya, guru perlu mendorong siswanya agar mengenal sifat
matematika, mendorong siswa membicarakan persoalan matematika,
membaca dan menulis matematika, dan mendorong siswa pula agar
menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
Keempat ciri pelajaran matematika tersebut di atas, akan
dipakai sebagai dasar untuk mengevaluasi hasil belajar siswa pada
pelajaran matematika, khususnya di tingkat SMP.

B.6 Karakteristik Peserta Didik yang Belajar Matematika


Ebbutt dan Straker (dalam Depdiknas, 2004a:4) menjelaskan
bahwa agar potensi peserta didik di bidang matematika dapat
dikembangkan secara optimal, maka karakteristik peserta didik (siswa)
dalam belajar matematika perlu diketahui. Selanjutnya dituliskan bahwa
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai
motivasi.
Implikasinya: guru perlu menyediakan kegiatan pembelajaran
matematika yang menyenangkan, memberikan kegiatan yang
menantang, memberikan kegiatan yang memberikan harapan
keberhasilan, dan menghargai setiap pencapaian siswa.
8-10 Penilaian pembelajaran

2. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri.


Implikasinya: siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang
berbeda, guru perlu tahu kelebihan dan kekurangan siswanya, guru
perlu menggunakan cacatan kemajuan siswa (assessment).
3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui
kerja sama dengan temannya.
Implikasinya: guru perlu memberikan kesempatan belajar dalam
kelompok, melatih kerja sama, memberi kesempatan belajar secara
mandiri, dan mengajarkan bagaimana cara mempelajari matematika.
4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam
mempelajari matematika.
Implikasinya: guru perlu menyediakan media pembelajaran yang
diperlukuan misalnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
matematika, memberi kesempatan atau memberitahukan tentang
penggunaan matematika untuk berbagai keperluan, membantu siswa
dalam menilai sendiri kegiatan matematikanya.

B.7 Perubahan Ranah Penilaian Matematika di SMP


Penulisan Rapor dalam KBK sampai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) untuk pelajaran matematika sampai saat ini telah
melalui 3 kali perubahan cara memberikan nilai. Perubahan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Ranah yang dinilai dalam matematika SMP (berdasarkan KBK) yang
pertama kali adalah: (1) Kognitif, (2) Psikomotorik, dan (3) Afektif.
Ranah penilaian ini hanya berlaku selama satu semester.
2. Enam bulan kemudian, diganti dengan (1) Kognitif dan (2)
Penerapan. Kedua ranah penilaian ini juga hanya berlaku satu
semester saja.
3. Ranah terakhir yang harus dinilai guru (dalam KBK dan KTSP)
adalah (1) Pemahaman Konsep, (2) Penalaran dan Komunikasi,
serta (3) Pemecahan Masalah.
Penilaian pembelajaran 8-11

Yang menarik, perubahan penilaian ke ranah yang terakhir ini,


untuk SMP-SMP di kota Semarang (bahkan mungkin di kota lain di
Jawa Tengah) baru diketahui guru pada 3 atau 4 minggu sebelum
siswa menerima rapor. Sebagaimana telah disinggung pada uraian di
atas, guru pelajaran matematika SMP masih menilai ketiga ranah
tersebut, akan tetapi, yang dimasukkan ke nilai rapor adalah rata-rata
skor ketiga ranah tersebut.

B.8 Standar Penilaian Pendidikan


Standar Penilaian Pendidikan adalah salah satu bagian Standar
Nasional Pendidikan yang memuat beberapa pengertian dan prinsip
penilaian yang dapat digunakan sebagai panduan guru dalam
melaksanakan penilaian belajar untuk kemajuan peserta didiknya.
Standar Penilaian Pendidikan memuat hal-hal berikut.

B.8.1 Pengertian

1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan


yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik.

2. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

3. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur


pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan
perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar
peserta didik.

4. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik


untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
8-12 Penilaian pembelajaran

5. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh


pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
setelah melaksanakan 8 9 minggu kegiatan pembelajaran.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

6. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh


pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di
akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

7. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh


pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada
semester tersebut.

8. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian


kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan
untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan
salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata
pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan
dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur
dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah.

9. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan


pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan.
Penilaian pembelajaran 8-13

10. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan


belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada
akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran
selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas
ambang kompetensi.

B.8.2 Prinsip Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur.

2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria


yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta


didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.

4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu


komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar


pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik


mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik.

7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan


bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8-14 Penilaian pembelajaran

8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran


pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik


dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

B.8.3 Teknik dan Instrumen Penilaian

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik


penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau
kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes
kinerja.

3. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran


berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.

4. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat


berbentuk tugas rumah dan/atau proyek.

5. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik


memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan
kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang
digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang
baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik.

6. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam


bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
Penilaian pembelajaran 8-15

B.8.4 Mekanisme dan Prosedur Penilaian

1. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan


menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah.

2. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat


penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan


kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi
satuan pendidikan.

4. Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam


kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek
psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian
sekolah/madrasah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari
satuan pendidikan.

5. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata


pelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan
melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh
pendidik.

6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata


pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan
pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil
8-16 Penilaian pembelajaran

penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian


sekolah/madrasah.

7. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-


langkah: (a) menyusun kisi-kisi ujian, (b) mengembangkan
instrumen, (c) melaksanakan ujian, (d) mengolah dan
menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah,
dan (e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.

8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari


kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai
perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang
relevan.

9. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran


dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara
yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian
dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan
memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan
sumber lain yang relevan.

10. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian


kelompok mata pelajaran yang relevan.

11. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan


dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh pembina
kegiatan dan kepala sekolah/madrasah.

12. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik


sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang
belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi.
Penilaian pembelajaran 8-17

13. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan


dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran,
disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.

14. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan


langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar
(POS) UN.

15. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan


(BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait.

16. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan


salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang
pendidikan berikutnya.

17. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang


berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan
pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada
satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

B.8.5 Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara


berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan
belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan
pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut.

1. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya


memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.

2. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik


penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

3. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan


bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.
8-18 Penilaian pembelajaran

4. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain


yang diperlukan.

5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar


dan kesulitan belajar peserta didik.

6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai


balikan/komentar yang mendidik.

7. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.

8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir


semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu
nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai
cerminan kompetensi utuh.

9. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama


dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir
semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori
sangat baik, baik, atau kurang baik.

B. 9 Ranah Penilaian Matematika di SMP


Kemahiran matematika menurut Depdiknas (2003:10) merupakan
kecakapan matematika yang perlu dimiliki peserta didik yang
pembelajarannya tidak berdiri sendiri tetapi diintegrasikan dalam materi
matematika. Kemahiran matematika disajikan secara eksplisit dalam
bahan belajar agar dapat menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar
siswa. Kemahiran matematika yang diharapkan tercapai dalam belajar
matematika adalah menunjukkan pemahaman konsep matematika yang
dipelajari, memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan
menggunakan penalaran, serta menunjukkan kemampuan strategik
dalam pemecahan masalah. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Penilaian pembelajaran 8-19

B.9.1 Pemahaman Konsep


Menilai ranah Pemahaman Konsep, berarti menilai kompetensi
dalam memahami konsep, melakukan algoritma rutin yang tepat dan
efisien. Indikatornya: dapat menyatakan ulang; mengklasifikasikan
objek berdasarkan sifatnya; memberi contoh; memilih prosedur; serta
mengaplikasikan konsep atau algoritma.

B.9. 2 Penalaran dan Komunikasi


Menilai ranah Penalaran dan Komunikasi, berarti menilai
kompetensi dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan
gagasan matematika (sifatnya rutin maupun non rutin). Indikatornya:
dapat menyajikan dalam lisan, tulisan, atau diagram; mengajukan
dugaan; melakukan manipulasi matematika; memberikan alasan, bukti
atas kebenaran solusi; menarik kesimpulan dari pernyataan;
menemukan pola atau sifat dari suatu gejala matematis; memeriksa
kebenaran argumen.

B.9.3 Pemecahan Masalah


Menilai ranah Pemecahan Masalah, berarti menilai kompetensi
dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan, serta
menyelesaikan masalah. Indikatornya: dapat memahami masalah;
mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan;
menyajikan masalah secara matematis; memilih metode pemecahan
masalah; mengembangkan strategi pemecahan masalah; menafsirkan
model matematika dari suatu masalah; menyelesaikan masalahnya.
Syarat suatu soal dapat dijadikan sarana Pemecahan Masalah
adalah: (1) materi prasyarat sudah diberikan ke siswa, (2) algoritma
belum diketahui siswa, (3) penyelesaian soal terjangkau siswa, dan (4)
siswa berkehendak untuk menyelesaikan soal.
8-20 Penilaian pembelajaran

B. 10 Contoh-contoh
B.10. 1 Soal bernuansa Pemahaman Konsep:
1) Siswa Kelas VII SMP sudah diterangkan konsep pecahan, kemudian
diberi soal:
1 1
Hitunglah: 1 = .
3 4
2) Siswa Kelas VIII sudah diterangkan tentang pokok bahasan Sistem
Persamaan Linier dengan 3 Variabel, kemudian diberi soal:
Tentukan nilai x, y dan z dari sistem persamaan berikut dengan
cara substitusi atau eliminasi.
x + y = 8, x + z = 6, dan y + z = 4.
3) Siswa kelas IX sudah diterangkan tentang Deret, kemudian siswa
diberi soal:
Diketahui Deret Aritmetika 1 + 2 + 3 + . . .
Tentukan jumlah 100 suku yang pertama.
1 1 1
4) Jika n = (1 + 2 ) maka hitunglah n + = .....
2 2 4
1 1 1 1 m q
5) Jika m = 1 , q = 2 , n = , dan k = , maka + is ..
2 3 2 3 n k

B.10.2 Soal bernuansa Penalaran dan Komunikasi


1) Siswa sudah diberi konsep pecahan, kemudian diberi soal seperti
berikut.
Nyatakanlah daerah yang diarsir dengan nilai suatu pecahan yang
sesuai!

2 3

3 4
Penilaian pembelajaran 8-21

(Jenis: Melakukan manipulasi matematika)


Di sini, intuisi dan nalar siswa amat berperan dalam melkukan
manipulasi matematika. Selanjutnya, siswa harus mampu
mengkomunikasikan idenya dalam bentuk bahasa tulis, sehingga
diperoleh langkah:
1 1
1 = . (siswa meneruskan sendiri).
3 4
2) Siswa belum diterangkan tentang Deret (misalnya siswa Kelas VII
SMP), kemudian diberi soal:
Hitunglah: 1 + 2 + 3 + . . . + 100.
(Jenis: menemukan pola atau sifat dari statu gejala matematis)
Dalam mengerjakan, siswa mungkin dapat menemukan pola dengan
cara seperti berikut.
(1 + 100) + (2 + 99) + . + (50 + 51) = 101 x 50 = 5050.
Di sini, intuisi dan nalar siswa amat berperan. Selanjutnya, siswa
harus mampu mengkomunikasikan idenya dalam bentuk bahasa tulis.
3) Siswa Kelas VII diberi soal sebagai berikut.
Barang I dan barang II beratnya 8,6 kg. Barang I dan barang III
beratnya 7,2 kg. Barang II dan barang III beratnya 5,4 kg.
Hitunglah berat barang I, barang II, dan barang III sekaligus.

Diharapkan, siswa dapat mengerjakan dengan dengan langkah


sebagai berikut.
(Berdasarkan manipulasi matematika).
Misal: x = berat barang I
y = berat barang II
z = berat barang III

x+y = 8,6
x+z = 7,2
y+z = 5,4
8-22 Penilaian pembelajaran

-------------------------- +
2x + 2y + 2z = 21,2 10,6
2( x + y + z) = 21,2
x + y + z = 10,6

Jadi, berat barang I, barang II, dan barang III sekaligus = 10,6 kg.

B.10. 3 Soal bernuansa Pemecahan Masalah


Soal bernuansa Pemecahan Masalah, pada prinsipnya mirip
pengerjaan rutin hanya algoritmanya saja yang belum diinformasikan
kepada para siswa.
Misal:
Siswa telah diberikan konsep dan cara penyelesaian sistem persamaan
linier dengan 2 variabel, baik cara substitusi, eliminasi maupun
gabungan keduanya.
Kemudian siswa diberi soal cerita yang menyangkut pokok
bahasan sistem persamaan linier dengan 2 variabel. Siswa belum diberi
tahu langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa-siswa
dibiarkan mencari penyelesaiannya dengan caranya sendiri-sendiri.

Contoh lain:
Perhatikan gambar di bawah ini:
Penilaian pembelajaran 8-23

Diketahui titik P dalam


persegipenjang ABCD. Jika luas
APB = 24 cm 2 , luas BPC = 20
cm 2 , luas CPD = 48 cm 2 , maka
luas APD = . cm 2 .

Perhatikan bahwa, siswa harus dapat memahami masalah/soalnya,


mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan
selanjutnya menyajikan penyelesaian masalah secara matematis.

C. Latihan
1. Buatlah 5 butir soal matematika kelas VII semester 1 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Pemahaman Konsep!
2. Buatlah 5 butir soal matematika kelas VII semester 1 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Penalaran dan Komunikasi!
3. Buatlah 5 butir soal matematika kelas VII semester 1 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Pemecahan Masalah!
4. Buatlah 5 butir soal matematika kelas VIII semester 2 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Pemahaman Konsep!
5. Buatlah 5 butir soal matematika kelas VIII semester 2 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Penalaran dan Komunikasi!
6. Buatlah 5 butir soal matematika kelas VIII semester 2 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Pemecahan Masalah!
7. Buatlah 5 butir soal matematika kelas IX semester 1 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Pemahaman Konsep!
8. Buatlah 5 butir soal matematika kelas IX semester 1 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Penalaran dan Komunikasi!
9. Buatlah 5 butir soal matematika kelas IX semester 1 SMP untuk
mengukur Ranah Penilaian Bidang Pemecahan Masalah!
8-24 Penilaian pembelajaran

D. Lembar kegiatan Peserta Pelatihan


Bentuklah kelompok belajar yang terdiri 3 atau 4 peserta. Selanjutnya,
diskusikan dan berilah alasannya mengapa soal tersebut masuk dalam
kategori ranah pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan
pemecahan masalah. Tulislah hasil diskusinya dan presentasikan.

MATERI ESENSIAL PELAJARAN MATEMATIKA SMP


YANG BERSESUAIAN DENGAN KTSP

Kelas VII
Bil. Bulat, pecahan, akar, bentuk aljabar dan aritmetika sosial, dan
geometri.
Pemahaman Konsep.
1. Hitunglah:
a. 5 + (2) = ..
b. 6 (2) = ..
2. Hitunglah:
2 1
a. + = .
3 4
2 1
b. =
3 4
3. Sederhanakanlah 3 5 + 2 7 2 5 + 6 7 = ..

4. Jika 7 = a dan 6 = b, hitunglah a2 b2.


5. Sederhanakanlah 3x2 x + 5x2 3x + 8.

Penalaran dan Komunikasi


1. Jika a * b berarti 3a 2b, hitunglah (8) * (6).
1 1 1
2 a. Jika n = (1 + 2 ) maka n + = .....
2 2 4
1 1 1 1 m q
b. . Jika m = 1 , q = 2 , n = , dan k = , maka + is ..
2 3 2 3 n k
Penilaian pembelajaran 8-25

c. Nilai 8,24242424 =
c
d. Jika c dan d adalah 2 bilangan yang berbeda, carilah dari
d
c + 10d c
+ = 2.
d + 10c d
2 3
3. Jika = a + b 6 , hitunglah a + b.
2+ 3

4. Jika x = 5 + 7 dan y = 5 - 7 hitunglah x2 y2 + 2xy.


5. Sebuah barang terjual dengan harga Rp 20.000. Jika persentasi
keuntungannya 20%, hitunglah harga jualnya.

Pemecahan Masalah (Tidak harus soal cerita)


(Algoritma penyelesaiannya belum diberikan guru kepada peserta
didiknya)

1. Hitunglah: 1 + 2 + 3 + 4 + + 200.

2. Jika a b = 3 maka (b a)4 = ....

5 702 5 700 + 72
3. Hitunglah
5 700 + 3
37 1
4. Jika = 2+ , tentukan nilai x + y + z .
13 1
x+
1
y+
z
1 1 4
5. Misalkan m dan n bilangan bulat positif yang memenuhi + = .
m n 7
Berapakah nilai m 2 + n 2 ?

E. Rangkuman
8-26 Penilaian pembelajaran

1. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.


2. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif,
3. Evaluasi meliputi kegiatan mengukur dan menilai.
4. Penilaian menurut arti katanya adalah kegiatan untuk mengetahui
apakah tindakan yang telah dikerjakan sebelumnya cukup berharga
atau tidak..
5. Ada 4 tujuan penilaian yaitu untuk seleksi, diagnostik, penempatan,
dan pengukur keberhasilan.
6. Ranah penilaian untuk SMP meliputi 3 hal situ (1) Pemahaman
Konsep, (2) Penalaran dan Komunikasi, serta (3) Pemecahan
Masalah.
7. Ciri-ciri matematika sekolah yaitu sebagai berikut.
a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi,
intuisi, dan penemuan.
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.
d. Matematika sebagi alat komunikasi.
8. Karakteristik peserta didik dalam belajar matematika adalah sebagai
berikut.
a. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai
motivasi.
b. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri.
c. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun
melalui
d. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda
dalam mempelajari matematika.

9. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan


yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian pembelajaran 8-27

10. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta
didik.
11. Prinsip-prinsip hasil belajar adalah sahih, objektif, adil, terpadu,
terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.
12. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan
kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi
kegiatan sebagai berikut.
a. Menginformasikan silabus
b. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih
teknik penilaian
c. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian.

d. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau


bentuk lain yang diperlukan.

e. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil


belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

f. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik


disertai balikan/komentar yang mendidik.

g. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan


pembelajaran.

h. Melaporkan hasil penilaian

i. Melaporkan hasil penilaian akhlak


13. Menilai ranah Pemahaman Konsep, berarti menilai kompetensi
dalam memahami konsep, melakukan algoritma rutin yang tepat
dan efisien. Indikatornya: dapat menyatakan ulang;
mengklasifikasikan objek berdasarkan sifatnya; memberi contoh;
memilih prosedur; serta mengaplikasikan konsep atau algoritma.
8-28 Penilaian pembelajaran

14. Menilai ranah Penalaran dan Komunikasi, berarti menilai


kompetensi dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan
gagasan matematika (sifatnya rutin maupun non rutin).
Indikatornya: dapat menyajikan dalam lisan, tulisan, atau diagram;
mengajukan dugaan; melakukan manipulasi matematika;
memberikan alasan, bukti atas kebenaran solusi; menarik
kesimpulan dari pernyataan; menemukan pola atau sifat dari
suatu gejala matematis; memeriksa kebenaran argumen.
15. Menilai ranah Pemecahan Masalah, berarti menilai kompetensi
dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan,
serta menyelesaikan masalah. Indikatornya: dapat memahami
masalah; mengorganisasikan data dan memilih informasi yang
relevan; menyajikan masalah secara matematis; memilih metode
pemecahan masalah; mengembangkan strategi pemecahan
masalah; menafsirkan model matematika dari suatu masalah;
menyelesaikan masalahnya.
16. Syarat suatu soal dapat dijadikan sarana Pemecahan Masalah
adalah: (1) materi prasyarat sudah diberikan ke siswa, (2)
algoritma belum diketahui siswa, (3) penyelesaian soal terjangkau
siswa, dan (4) siswa berkehendak untuk menyelesaikan soal.

F. Tes Formatif 1
I. Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan salah satu
jawab yang benar.

1. Pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik


buruk disebut ....
a. pengujian. c. penilaian.
b. pengukuran. d. evaluasi.

2. Ranah penilaian pelajaran matematika SMP meliputi....


Penilaian pembelajaran 8-29

a. berhitung, pemahaman konsep, dan penalaran.


b. bilangan, penalaran, dan komunikasi.
c. geometri, pemahaman konsep, dan pemecahan masalah.
d. pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan
pemecahan masalah.

3. Perhatikan pernyataan di bawah ini.


(1) Matematika sebagai alat komunikasi.
(2) Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola danbilangan.
(3) Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi,
intuisi, dan penemuan.
(4) Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.

Yang merupakan ciri-ciri matematika sekolah adalah:


a. nomor (1), (2), dan (3) saja.
b. nomor (1) dan (3) saja.
c. nomor (2) dan (4) saja.
d. nomor (1), (2), (3), dan (4).

4. Beriukut ini merupakan salah satu karakteristik peserta didik yang


belajar matematika kecuali....
a. Peserta didik akan mempelajari matematika jika diberi tugas
rumah oleh guru.
b. Peserta didik akan mempelajari matematika jika mereka
mempunyai motivasi.
c. Peserta didik mempelajari matematika dengan caranya
sendiri.
d. Peserta didik memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-
beda dalam mempelajari matematika.
8-30 Penilaian pembelajaran

5. Sistem penilaian dikembangkan dengan menjabarkan standar


kompetensi menjadi kompetensi dasar, kompetensi dasar menjadi
indikator, dan selanjutnya indikator dikembangkan menjadi butir-
butir soal. Kompetensi minimum yang harus dimiliki peserta didik
sebagai jabaran dari salah satu standar kompetensi disebut ....
a. standar kompetensi. c. Indikator.
b. kompetensi dasar. d. soal.

6. Seorang guru telah menerangkan tentang luas daerah bangun


datar, kemudian guru tersebut meminta siswanya untuk menuliskan
kembali rumus luas daerah belah ketupat, maka guru tersebut
melakukan penilaian dalam ranah ....
a. pemahaman konsep. c. komunikasi.
b. penalaran. d. pemecahan masalah.

7. Jawaban yang diharapkan pada tes bentuk penyelesaian masalah


(problem solving) ....
a. memilih yang benar dari sejumlah pilihan yang disediakan
pembuat soal.
b. mengikuti pola jawaban tertentu.
c. sangat bebas seperti jawaban pertanyaan uraian terbuka.
d. mengikuti pola yang dibuat penulis soal seperti pada uraian
tertutup.
8. Tes yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah tes ...
a. seleksi. c. diagnostik.
b. aptitude. d. intelegensi.

9. Kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur


pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih disebut ....
a. ulangan. c. ulangan tengah semester.
Penilaian pembelajaran 8-31

b. ulangan harian. d. ulangan akhir semester.

10. Penilaian yang didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur disebut ....
a. obyektif. c. sahih.
b. terpadu. D. adil.

II. Kerjakan soal berikut dengan terperinci, jelas, dan benar.


1. Sebutkan 4 tujuan penilaian!
2. Sebutkan 4 ciri matematika sekolah!
3. Tuliskan arti penilaian ranah pemahaman konsep, penalaran dan
komunikasi, serta pemecahan masalah!
4. Sebutkan prinsip-prinsip hasil belajar.
5. Apakah syarat agar suatu soal dapat dijadikan sarana Pemecahan
Masalah?

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

A. Kompetensi dan Indikator


1. Kompetensi:
b. Pengembangan Tes Hasil Belajar.
c. Melakukan Penentuan Skor Tes.
8-32 Penilaian pembelajaran

2. Indikator:
a. Peserta pelatihan dapat mengembangan Tes Hasil Belajar.
b. Peserta pelatihan dapat menentuan Skor Tes.
c. Peserta pelatihan dapat melengkapi RPP yang telah dibuat dengan
tiga jenis ranah penilaian dan kunci serta penskorannya, untuk
mempersiapkan peer teaching.

B. Uraian Materi
B.1 Pendahuluan
Beragam teknik penilaian dapat dilakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang
berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Penilaian
kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Melalui
indikator-indikator tersebut dapat ditentukan bentuk penilaian yang
sesuai dilakukan. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
sekarang disebut KTSP, telah dimasukkan tujuan proses dalam
pembelajaran, untuk itu diperlukan suatu penilaian yang dapat
digunakan untuk mengukur tujuan tersebut. Sistem penilaian yang
digunakan disebut dengan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang
dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran dan dilakukan
dalam bentuk-bentuk (1) unjuk kerja (performance), (2) produk, (3)
proyek dan investigasi (penyelidikan), (4) pengumpulan kerja peserta
didik (portofolio), (5) sikap, dan (6) tes tertulis (paper and pencil test).
Dengan demikian, jenis-jenis penilaian kompetensi peserta didik untuk
mata pelajaran matematika meliputi penilaian tertulis, penilaian unjuk
kerja, produk, proyek, portofolio, sikap dan penilaian diri. Adapun untuk
mata pelajaran matematika, penilaian diarahkan untuk mengukur
pemahaman konsep, prosedur, komunikasi, penalaran, dan
pemecahan masalah.
Penilaian pembelajaran 8-33

B. 2 Pengembangan Tes Hasil Belajar


Untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki
kompetensi sesuai yang diharapkan, perlu dikembangkan suatu
sistem penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan.

B. 2.1 Penilaian Berbasis Kelas


a. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian Berbasis Kelas merupakan suatu proses yang
dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil
belajar peserta didik, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar peserta didik.
Dalam PBK, informasi-informasi dalam kemajuan belajar baik
formal maupun non formal dikumpulkan secara terpadu. Peserta didik
terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan dalam suasana yang
menyenangkan serta memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik
bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, dipahami,
dan mampu dikerjakannya. Di samping itu, peserta didik dituntut agar
dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengarahkan semua
potensi dalam menanggapi, mengatasi masalah yang dihadapi dengan
caranya sendiri. Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan
pendapatnya sendiri berdasarkan kemempuan dan pengalaman
belajarnya, serta tidak hanya sekedar dilatih untuk memilih jawaban
yang tersedia.
Pada Penilaian Berbasis Kelas, pencapaian hasil belajar peserta
didik tidak dibandingkan dengan prestasi kelas, namun dibandingkan
dengan kemampuan diri sebelumnya berdasarkan kriteria pencapaian
konpetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian peserta didik tidak
8-34 Penilaian pembelajaran

merasa dihakimi tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.


Dalam PBK harus memperhatikan tiga ranah, yaitu pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Ketiga ranah
tersebut sebaiknya dinilai secara proposional sesuai dengan sifat mata
pelajarannya.

b. Manfaat Penilaian Berbasis Kelas


Beberapa manfaat dari hasil PBK adalah sebagai berikut.
1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui
kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi.
2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar
yang dialami peserta didik.
3. Untuk umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4. Untuk masukan bagi pendidik guna merancang kegiatan belajar.
5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite satuan
pendidikan tentang efektivitas pendidikan.
6. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas
Daerah) dalam mempertimbangkan konsep PBK yang digunakan.

c. Fungsi Penilaian Berbasis Kelas


Penilaian Berbasis Kelas memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah
menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan
tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai
bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
Penilaian pembelajaran 8-35

dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang


membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti
remedial atau pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran
berikutnya.
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang
kemajuan perkembangan peserta didik.

d. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas


Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PBK adalah
sebagai berikut.
1. Valid
Penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil
belajar peserta didik, misal pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan penemuan kembali maka kegiatan penemuan harus
menjadi salah satu obyek yang dinilai.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang
reliable dan menjamin konsistensi. Misal, pendidik menilai dengan
unjuk kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu
cenderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi
yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk
pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
3. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh
domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian
harus menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi
peserta didik.
8-36 Penilaian pembelajaran

4. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus
untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik
dalam kurun waktu tertentu.
5. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian
harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam
pemberian skor.
6. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi pendidik, meningkatkan
kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
7. Adil
Penilaian harus adil terhadap semua peserta didik dengan tidak
membedakan latar belakang sosia, ekonomi, budaya, dan gender.
Pendidik dalam membuat keputusan tentang penguasaan
kemampuan peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja
yang dikumpulkan dan perubahan tingkah laku.
8. Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud
dalam kurikulum.
9. Terbuka
Kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan
terbuka bagi semua pihak.
10. Bermakna
Penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti dan bisa
ditindaklanjuti oleh semua pihak.

f. Rambu-Rambu Penilaian Kelas


Dalam melaksanakan penilaian, pendidik sebaiknya:
Penilaian pembelajaran 8-37

1. memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara


terpadu,
2. mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat
penilaian sebagai cermin diri,
3. melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar
peserta didik,
4. mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik,
5. mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang
bervariasi dalam pengamatan kegiatan dan hasil belajar peserta
didik,
6. menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian
kelas dapat dilakukan dengan teknik atau cara penilaian unjuk kerja,
penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri, dan
7. mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif
mungkin.

B.2.2 Beberapa Penilaian Berbasis Kelas


Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang dilaksanakan secara
terpadu dalam pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk (1)
unjuk kerja/Kinerja (performance), (2) produk, (3) proyek dan
investigasi (penyelidikan), (4) pengumpulan kerja peserta didik
(portofolio), (5) sikap, dan (6) tes tertulis (paper and pencil test).
Dalam bagian ini tidak dijelaskan secara detail berbagai macam
bentuk PBK tersebut, namun lebih ditekankan langsung pada
implementasi kegiatan oleh peserta pelatihan dengan cara
melaksanakan diskusi dan penugasan.

B.2.2.1 Penilaian Kinerja


a. Pengertian
8-38 Penilaian pembelajaran

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan


mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
ini tepat dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Cara penilaian ini
dianggap lebih otentik dari pada tes tertulis karena apa yang dinilai
lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Dalam penilaian kinerja perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
1. Identifikasi langkah-langkah kinerja yang diharapkan sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
2. Kelengkapan dan ketepatan aspekyang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
3. Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar dapat
diamati.
4. Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang
diamati.

b. Teknik Penilaian
Penilaian kemampuan kinerja dengan cara yang paling
sederhana yaitu sebagai berikut.
1. Daftar cek (Checklist)
Pada penilaian ini peserta didik mendapat nilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan dapat diamati oleh penilai. Kelemahan
cara ini adalah penilai hanya bisa memilih dua pilihan, yaitu
teramati atau tidak teramati, jika tidak dapat diamati maka peserta
didik tidak memperoleh nilai (tidak ada nilai tengah).
2. Skala Rentang (Rating Scale)
Pada penilaian ini memungkinkan penilai memberi nilai tengah
terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pilihan kategori nilai
lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan lebih dari satu penilai
untuk menghindari subjektivitas.
Penilaian pembelajaran 8-39

B.2.2.2 Penilaian Produk


a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam
membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk
tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun juga proses
pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan dalam
setiap tahapperlu diadakan penilaian yaitu sebagai berikut.
1. Tahap persiapan meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta
didik dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan,
dan mendesain produk. .
2. Tahap pembuatan (produk) meliputi penilaian terhadap
kemempuan peserta didik dalam menyeleksi, menggunakan bahan,
alat, dan teknik. .
3. Tahap penilaian meliputi penilaian terhadap kemempuan peserta
didik membuat produk sesuai dengan yang diharapkan.

b. Teknik Penilaian
Penilaian produk dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Cara holistik yaitu berdasarkan kesan keseluruhan produk.
2. Cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pembuatan,

B.2.2.3 Penilaian Proyek


a. Pengertian
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaiakan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, hingga penyajian data. Dalam pelaksanaannya,
proyek bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi hasil, dan
kerjasama dengan pihak lain. Proyek akan memberikan informasi
8-40 Penilaian pembelajaran

tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada


pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan, kemampuan peserta didik untuk
mengkomunikasikan informasi, dan merupakan suatu sarana yang
penting untuk menilai kemampuan umun dalam semua bidang.

b. Teknik Penilaian Proyek


Penilaian proyek ini dilakukan sejak perencanaan, proses
selama pengerjaan tugas, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu guru
perlu menetapkan tahapan yang akan dinilai, seperti penyusunan
desain, pengumpulan data, analisis data, menyiapkan laporan tertulis.
Penilaian proyek dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
atau skala rentang.

B.2.2.4 Penilaian Portofolio


a. Pengertian
Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap sekumpulan
karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi,
yang diambil selama pembelajaran dam kurun waktu tertentu.
Penilaian ini digunakan pendidiknmaupun peserta didik untuk
memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
peserta didik dalam mata pelajaran matematika.
b. Teknik Penilaian Portofolio
Dalam penilaian portofolio yang harus ditentukan terlebih
dahulu adalah tujuan dilakukannya penilaian tersebut, antara lain
sebagai berikut.
1. Memantau proses atau mengevaluasi hasil belajar.
2. Sebagai masukan dalam pembelajaran.
3. Memantau perkembangan kemampuan peserta didik, atau pendidik
hanya bermaksud mengoleksi hasil kerja peserta didik.
Bahan penilaian portofolio diantaranya adalah sebagai berikut.
Penilaian pembelajaran 8-41

1. Hasil kerja atau tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik.


2. Catatan-catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok.
3. Hasil Ulangan harian, kuis, dan ulangan semester.
4. Daftar kehadiran dalam periode tertentu.

B.2.2.5 Penilaian Sikap


a. Pengertian
Penilaian sikap merupakan salah satu penilaian berbasis kelas
terhadap suatu konsep psikologi yang kompleks. Penilaian sikap dalam
mata pelajaran matematika dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai
objek sikap antara lain: sikap terhadap mata pelajaran, guru mata
pelajaran, pembelajaran, materi pembelajaran, dan sikap-sikap yang
berhubungan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik
melalui materi tertentu.

b. Teknik Penilaian Sikap


Penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan penggunaan
skala sikap.

B.3.1 Penilaian Tertulis


Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and
pencil test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal,
peserta didik tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban,
tetapi juga dapat dilakukan dalaam bentuk lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar, dan sejenisnya.
Bentuk soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian
berdasarkan ada tidaknya pilihan jawaban. Soal yang tersedia pilihan
8-42 Penilaian pembelajaran

jawabannya adalah soal pilihan ganda dan menjodohkan, sedangkan


soal yang tidak tersedia pilihan jawabannya adalah soal isian dan
uraian.
Tes merupakan instrumen untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau
pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk
mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites. Tujuan
tes adalah untuk hal-hal berikut.
1. . Mengetahui kompetensi awal peserta didik.
2. Mengetahui tingkat pencapaian standar kompetensi.
3. Mengetahui perkembangan kompetensi peserta didik,
4. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik,
5. Mengetahui hasil suatu proses pembelajaran,
6. Memotivasi siswa belajar, dan
7. Memberi umpan balik kepada guru untuk memperbaiki program
pembelajarannya.

B.3.2 Tahapan Pengembangan Tes


Ada 9 tahapan yang harus ditempuh dalam mengembangkan
tes hasil belajar, yaitu sebagai berikut.
1. Menetapkan spesifikasi tes: menentukan kompetensi dasar,
menyusun kisi-kisi, menentukan bentuk dan jenis tes.
2. Menulis butir soal tes. Dalam penyusunan soal perlu
memperhatikan kaidah sebagai berikut.
a. Rumusan butir soal harus mengacu pada indikator yang telah
disusun.
b. Batasan jawaban atau ruang lingkup yang hendak diukur harus
jelas.
Penilaian pembelajaran 8-43

c. Rumusan kalimat soal harus menggunakan kata tanya perintah


jika menuntut jawaban uraian, seperti: mengapa, uraikan,
jelaskan, bandingkan, hitunglah, dan sebagainya.
d. Rumusan kalimat menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar serta sederhana sesuai dengan perkembangan
pengetahuan peserta didik.
3. Menelaah soal tes: dapat dilakukan oleh teman sejawat.
4. Melakukan uji coba tes.
5. Menganalisis butir soal.
6. Memperbaiki soal tes.
7. Merakit tes.
8. Melaksanakan tes.
9. Menganalisis hasil tes.
Dalam penyusunan soal tes, selain memperhatikan kaidah-
kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun
bahasa, soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi
(terutama tingkat SMP dan SMA). Hal ini dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman, penerapan,
sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan juga diperlukan
namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum guru
dapat mengukur perilaku yang disebutkan di atas.
2. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus), misalnya
dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan seperti soal cerita, grafik, tabel,
dan sebagainya.
3. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
4. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
B.3.3 Penjabaran Standar Kompetensi menjadi Kompetensi dasar
Stndar kompetensi mata pelajaran matematika merupakan
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik yang dibakukan dalam
kurikulum. Standar kompetensi menunjukkan bahwa hasil belajar
8-44 Penilaian pembelajaran

matematika dapat merupakan pengetahuan, sikap atau keterampilan


motorik tertentu yang telah dicapai peserta didik. Dalam merumuskan
standar kompetensi perlu mempertimbangkan aspek cakupan, yang
selanjutnya digunakan untuk murumuskan kompetensi aspek kognitif,
afektif maupun keterampilan motorik.
Kompetensi dasar matematika adalah pengetahuan atau sikap
minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik, yang merupakan rincian
lebih lanjut dari standar kompetensi. Rincian tersebut diperoleh dari
menganalisis standar kompetensi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan, misalnya: kompetensi apa saja yang harus dikuasai peserta
didik dalam rangka mencapai standar kompetensi berupa daftar tentang
pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dikuasai peserta
didik dalam rangka mencapai standar kompetensi. Kompetensi dasar
matematika sekolah merupakan uraian kompetensi yang harus dimiliki
dan dikembangkan oleh peserta didik estela menyelesaikan tingkatan
kelas dalam satuan pendidikan tertentu.
Berikut ini contoh penjabaran standar kompetensi menjadi
kompetensi dasar.
Kompetensi Dasar
No. Stndar Kompetensi
(Siswa menunjukkan kemampuan)
1. Kelas VII 1.1 Menyelesaikan operasi
BILANGAN bilangan bulat dan mengenal
Melakukan operasi hitung sifat operasi bilangan bulat.
bilangan serta dapat 1.2 Mengenal bilangan pecahan
menggunakannya dalam dan melakukan operasi
pemecahan masalah bilangan pecahan.

B.3.4 Penentuan Materi Pokok


Materi Pokok matematika adalah materi yang dipelajari oleh
peserta didik, sebagai sarana untuk memperoleh kompetensi dasar.
Menurut Ebbutt dan Straker, 1995 (dalam Depdiknas: 9) untuk semua
Penilaian pembelajaran 8-45

jenjang pendidikan, materi pembelajaran matematika meliputi hal-hal


berikut.
a. Fakta (Facts),
b. Pengertian (conceps).
c. Keterampilan Penalaran.
d. Keterampilan algoritmik.
e. Keterampilan menyelesaikan masalah matematika (problem-solving)
f. Keterampilan melakukan penyelidikan (investigation).

B.3.5 Penjabaran Kompetensi Dasar menjadi indikator.


Sistem penilaian dikembangkan dengan menjabarkan standar
kompetensi menjadi kompetensi dasar, kompetensi dasar menjadii
indikator dan selanjutnya indikator dikembangkan menjadi batir-butir
soal. Dalam mengembangkan sistem penilaian, setiap kompetensi
dasar dikembangkan menjadi paling sedikit tiga indikator.
Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, perbuatan atau respon
peserta didik berkaitan dengan kompetensi dasar. Dalam merumuskan
indikator harus menggunakan kata kerja operasional seperti:
menghitung, membandingkan, menentukan, dan lain-lain. Indikator yang
baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Memuat kompetensi dasar yang akan diukur.
b. Memuat satu kata kerja operacional yang dapat diukur.
c. Berkaitan erat dengan materi yang diajarkan.
d. Dapat dibuat soalnya.

B.3.6 Penjabaran Indikator menjadi soal


Setelah mengembangkan indikator, langkah selanjutnya adalah
menetapkan batir soal. Batir soal yang ditetapkan mengacu pada
indikator dan kadah-kaidah penulisan soal, yang berarti bahwa setiap
8-46 Penilaian pembelajaran

soal yang diujikan harus dapat ditelusuri indikatornya, kemudian


kompetensi dasarnya.
Langkah-langkah dalam menulis/membuat soal adalah sebagai
berikut.
b. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
ingin dicapai.
c. Memilih materi pokok.
d. Merumuskan indikator yang harus mengacu pada kompetensi
dasar.
e. Membuat soal berdasarkan indikator.

B.3.7 Penyusunan kisi-kisi tes


Penyusunan kisi-kisi tes merupakan langkah awal yang harus
dilakukan dalam setiap penyusunan tes. Kisi-kisi merupakan pedoman
yang memuat secara lengkap kriteria dari soal yang akan disusun. Kisi-
kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah:
1. mengacu pada materi pelajaran dari kurikulum yang telah diajarkan;
2. memiliki sejumlah komponen dengan informasi yang jelas dan
mudah dipahami;
3. menggunakan satu atau lebih kata kerja operasional dalam satu
rumusan indikator.
Penilaian pembelajaran 8-47

Contoh format kisi-kisi tes hasil belajar


KISI-KISI PENULISAN SOAL TES HASIL BELAJAR
Satuan Pendidikan :
Kelas/Semester :
Mata Pelajaran :
Jumlah Soal :
Waktu :

No. Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor Bentuk


Pokok Soal Soal

B.4 Bentuk Soal


Bentuk soal tes yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.
1. Soal Pilihan Ganda.
2. Soal Benar Salah.
3. Soal Isian.
4. Soal Menjodohkan.
5. Soal Uraian.
Dalam buku ajar ini tidak dijelaskan kaidah-kaidah penulisannya,
tetapi akan didiskusikan dan ditugaskan kepada peserta pelatihan
sebagai latihan.

B. 5 Penskoran Tes
Pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal
bentuk uraian, agar subyektivitas korektor dapat diperkecil. Pedoman
penskoran merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan
atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap suatu butir
soal. Pedoman pemberian skor untuk setiap jenis tes dan setiap butir
8-48 Penilaian pembelajaran

harus disusun setelah perumusan pernyataan-pernyataan butir soal.


Penskoran untuk tes kognitif dibedakan menjadi 2 yaitu penskoran
bentuk pilihan ganda dan penskoran bentuk uraian. Untuk penskoran
bentuk pilihan ganda, skornya adalah hasil bagi jawaban benar dengan
banyaknya butir soal dikalikan seratus. Sedangkan untuk penskoran
bentuk uraian, setiap langkah penyelesaian diberikan skor sesuai
dengan tingkat penyelesaiannya.

B.5.1 Penentuan skor untuk tes bentuk objektif


Setelah dipunyai soal yang baik dan telah diteskan kepada
peserta didik, maka langkah selanjutnya adalah memberikan skor pada
peserta didik.
Dalam memberikan skor diperlukan:
1. Kunci Jawaban/penyelesaian soal, dan
2. Pedoman Pemberian skor.

B.5.1.1 Kunci jawaban dan pedoman pemberian skor untuk tes


objektif
Kunci jawaban pada tes objektif sebaiknya tidak mengikuti suatu
pola tertentu, misalnya pada tes bentuk benar-salah kuncinya semua
benar dan semua salah. Ada baiknya letak kunci jawaban ditentukan
sebelumnya, sehingga kunci jawaban langsung bisa diletakkan di
tempat yang telah direncanakan, dan dapat diketahui letak atau pola
jawaban benar dan salah. Bentuk benar salah sebaiknya disusun
sedemikian sehingga jumlah jawaban benar dan salah seimbang dan
tidak dapat ditebak karena tidak diketahui pola jawabannya.
Pedoman penentuan skor untuk tes objektif dapat digunakan dua
cara yaitu sebagai berikut.
1. Tanpa hukuman atau tanpa denda.
Tanpa hukuman artinya skor yang diperoleh siswa sama dengan
jawaban yang sesuai dengan kunci.
Penilaian pembelajaran 8-49

Contoh:
Soal berbentuk benar salah terdiri dari 20 butir, untuk tiap butir siswa
yang menjawab benar diberi skor 1 dan siswa yang menjawab slah
diberi skor 0. Jadi skor minimal 0 dan skor maksimal 20. Apabila siswa
menjawab dengan benar 15 butir, maka siswa tersebut mendapat skor
15 dan mendapat nilai 75 (interval 0-100).

2. Dengan hukuman atau dengan denda


Digunakannya hukuman pada umumnya karena diragukan
adanya unsure tebakan. Misalnya pada contoh diatas jawaban benar
15 jawaban salah 5 maka skor yang diperoleh skor benar dikurangi
skor salah. Jadi skor yang diperoleh 10 dan nilainya 50.
Untuk tes bentuk pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus
berikut:
W
S = R
n 1

Keterangan: S = skor siswa


R =banyaknya jawaban benar
W = banyaknya jawaban salah
N = banyaknya pilihan
Selain dengan rumus yang telah disebutkan pemberian skor juga
dapat ditentukan dengan memberi denda berupa skor. Misalnya benar
diberi skor 4, salah diberi skor -1, dan tidak menjwab skor 0.

B.5.1.2 Penentuan skor pada tes bentuk uraian.


Tes uraian mempunyai kelemahan-kelemahan dilihat dari
pemberian skornya, sukar memberi skor yang benar-benar objektif,
memerlukan waktu yang lebih lama bagi guru dalam memberi skor
semua hasil jawaban siswa, selain itu guru juga dapat dikelabuhi oleh
keindahan tulisan siswa. Di sini terlihat bahwa kelemahan itu karena
8-50 Penilaian pembelajaran

adanya subjektivitas dalam pembeerian skor, yaitu masuknya


perasaan evaluator ke dalam penentuan skor. Untuk mengatasi
kelemahan ini maka pemberian skor pada tes uraian harus dilakukan
dengan lebih hati-hati dan teliti.
Untuk melakukan penskoran dalam tes bentuk uraian dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu metode holistik dan analitik.

1. Metode Holistik
Penskoran dengan metode ini berbeda dengan metode analitik,
sebab metode ini lebih menekankan pada pemberian skor terhadap
jawaban siswa secara keseluruhan, dengan demikian dalam
penskoran metode ini tidak menggunakan perincian yang detail
mengenai jawaban butir tes. Metode ini hanya dengan menggunakan
kata-kata kunci dan jawaban yang seharusnya.
Apabila jawaban siswa tidak sesuai dengan kata-kata kunci yang
dibuat, maka jawaban salah. Kelemahan menggunakan metode ini
antara lain siswa yang menulis jawaban yang cukup panjang dan
tulisannya bagus dapat mengecoh pemberian skor yang dilakukan.
Untuk melihat pencapaian belajar siswa dengan metode ini
adalah lemah karena evaluator hanya melihat secara global sehingga
mungkin saja seorang siswa yang proses penyelesaiannya salah dan
hasil akhirnya benar akan mendapatkan skor yang tinggi. Pemberian
skor tinggi tersebut karena evaluator tidak melihat proses
penyelesaiannya. Sebaliknya mungkin saja siswa yang proses
penyelesaiannya benar dan sampai pada hasil akhir salah akan
mendapatkan skor rendah.

2. Metode Analitik
Metode analitik adalah suatu pemberian skor dengan cara
membegi jawaban menjadi beberapa bagian dengan skor tertentu,
kemudian jawaban siswa dibandingkan dengan skor ideal yang ada.
Penilaian pembelajaran 8-51

Pemberian skor secara analitik memerlukan penentuan unsure-unsur


utama dari jawaban yang dikehendaki, beserta skor yang akan
diberikan untuk tiap unsurnya. Untuk itu dalam metode ini diperlukan
kunci jawaban, di mana dengan kunci jawaban ini akan menjadi
pedoman evaluator dalam memberikan skor hasil belajar matematika.
Dalam pemberian skor perlu langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menyiapkan model jawaban yang terbagi menjadi beberapa
elemen.
b. Menentukan besar skor
c. Memberikan skor.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut dalam merancang
pemberian skor memerlukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tetapkan besar skor secara keseluruhan.
b. Buat kunci jawaban dengan memerinci proses penyelesaian.
c. Mendistribusikan skor ke seluruh masing-masing perincian proses
penyelesaian sesuai dengan bobot kesukaran dari proses
penyelesaiannya.
Dilihat dai waktu yang digunakan untuk mengkoreksi memang
memerlukan waktu yang agak lama, tetapi untuk siswa dirasa ini lebih
adil. Pemberian skor secara analitik dapat memberikan skor hasil
belajar yang lebih reliabel.

C. Latihan
3. Jelaskan bagaimana mengembangkan tes hasil belajar yang baik.
4. Sebutkan ciri-ciri indikator yang baik.
5. Sebutkan tujuan tes.
6. Sebutkan kadah-kaidah penulisan bentuk soal pilihan ganda, soal
benar salah, soal isian, soal menjodohkan, dan soal uraian.
7. Buatlah rancangan soal tes hasil belajar yang meliputi 3 ranah
penilaian lengkap dengan kunci jawaban, penetapan skor, dan kisi-
kisinya.
8-52 Penilaian pembelajaran

8. Apa yang dimaksud dengan pedoman penskoran.


9. Jelaskan penskoran tes bentuk uraian.
10. Sebutkan langkah-langkah dalam merancang pemberian skor.
11. Jelaskan mengapa penggunaan pedoman penilaian pada saat
pemeriksaan penting!
12. Kapan anda harus menggunakan tes uraian?

D. Kegiatan Peserta Pelatihan


Bentuklah kelompok kegiatan yang terdiri atas 3 sampai 4
peserta. Selanjutnya diskusikan bagaimana membuat tes yang baik
yang mencakup ranah pemahaman konsep, penalaran dan
komunikasi, dan pemecahan masalah disertai kisi-kisiinya dan
pensekoran serta kunci soal, masing-masing satu. Buatlah
laporannya, dan kemudian presentasikan di kelas untuk
didiskusikan.

E. Rangkuman
1. Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan.
2. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau
pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan
untuk mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang
dites
3. Tujuan tes adalah untuk hal-hal berikut.
a. Mengetahui kompetensi awal peserta didik.
b. Mengetahui tingkat pencapaian standar kompetensi.
c. Mengetahui perkembangan kompetensi peserta didik,
d. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik,
e. Mengetahui hasil suatu proses pembelajaran,
f. Memotivasi siswa belajar, dan
Penilaian pembelajaran 8-53

g. Memberi umpan balik kepada guru untuk memperbaiki program


pembelajarannya.
4. Sembilan langkah dalam mengembangkan tes hasil belajar yaitu:
a. Menetapkan spesifikasi tes.
b. Menulis butir soal tes
c. Menelaah soal tes: dapat dilakukan oleh teman sejawat.
d. Melakukan uji coba tes.
e. Menganalisis butir soal.
f. Memperbaiki soal tes.
g. Merakit tes.
h. Melaksanakan tes.
i. Menganalisis hasil tes.
5. Agar soal dapat memcerminkan penalaran yang tinggi adalah:
a. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan
juga diperlukn namun kedudukannya adalah sebagai langkah
awal sebelum guru dapat mengukur perilaku yang disebutkan di
atas.
c. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus),
misalnya dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan seperti soal
cerita, grafik, tabel, dan sebagainya.
d. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
e. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
5. Menurut Materi pembelajaran matematika (Ebbutt dan Straker,
1995) meliputi:fakta (Facts), pengertian (conceps). keterampilan
penalaran, keterampilan algoritmia, keterampilan menyelesaikan
masalah matematika, keterampilan melakukan penyelidikan
(investigation).
6. Indikator yang baik mempunyai ciri-ciri: memuat kompetensi dasar
yang akan diukur, memuat satu kata kerja operacional yang dapat
8-54 Penilaian pembelajaran

diukur, berkaitan erat dengan materi yang diajarkan, dapat dibuat


soalnya.
7. Kisi-kisi tes merupakan pedoman yang memuat secara lengkap
kriteria dari soal yang akan disusun.
8. Kisi-kisi tes harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu mengacu
pada materi pelajaran dari kurikulum yang telah diajarkan; memiliki
sejumlah komponen dengan informasi yang jelas dan mudah
dipahami; menggunakan satu atau lebih kata kerja operasional
dalam satu rumusan indikator.
9. Pedoman penskoran merupakan petunjuk yang menjelaskan
tentang batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran
terhadap suatu butir soal.
10. Penskoran soal bentuk uraian adalah setiap langkah penyelesaian
diberikan skor sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
11. Penskoran bentuk pilihan ganda, skornya adalah hasil bagi
jawaban benar dengan banyaknya butir soal dikalikan seratus.
12. Dalam memberikan skor diperlukan kunci Jawaban/penyelesaian
soal, dan pedoman pemberian skor.
13. Pedoman penentuan skor untuk tes objektif yaitu dengan tanpa
hukuman atau tanpa denda, hukuman atau dengan denda
14. Pedoman penentuan tes bentuk pilihan ganda dapat dilakukan
W
dengan rumus S = R
n 1
15. Penskoran tes bentuk uraian dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu metode holistik dan analitik.
16. Langkah-langkah dalam pemberian skor: menyiapkan model
jawaban yang terbagi menjadi beberapa elemen, menentukan
besar skor, memberikan skor.
Penilaian pembelajaran 8-55

F. Tes Formatif 2
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau di depan salah
satu jawab yang benar.
1. Menulis batir soal pilihan ganda mengikuti format yang berikut,
kecuali
a. ada pokok soal. c. terdapat rambu-rambu jawaban
b. terdapat sejumlah pengecoh. d. ada sejumlah pilihan jawaban.
2. Jawaban yang diharapkan pada tes bentuk penyelesaian masalah
(Problem solving) .
a. memilih yang benar dari sejumlah pilihan yang disediakan pembuat
soal.
b. mengikuti pola jawaban tertentu.
c. sangat bebas seperti jawaban pertanyaan uraian terbuka.
d. mengikuti pola yang dibuat penulis sosl seperti pada uraian
tertutup.
3. Tes yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah tes .
a. seleksi. c. diagnostik.
b. aptitude. d. intelegensi.
4. Keunggulan tes uraian yang tidak dimiliki oleh tes obyektif adalah .
a. dapat digunakan untuk mengukur proses berpikir ingatan.
b. dapat digunakan untuk mengukur proses berpikir evaluasi.
c. peserta tes dapat menyatakan idenya sendiri.
d. hasil pekerjaan peserta tes dapat diperiksa dengan cepat.
5. Jika dibandingkan dengan tes obyektif maka kelemahan tes uraian
terletak pada .
a. kemudahan pemeriksaan hasil tes peserta didik.
b. kesulitan pemeriksaan hasil tes peserta didik.
c. kemudahan pembuatan tesnya.
d. ketepatan pengukuran hasil relajar peserta didik.
6. Tes uraian tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran
yang ingin mengembangkan proses berpikir .
8-56 Penilaian pembelajaran

a. ingatan. c. penerapan.
b. pemahaman. d. sntesis.
7. Untuk mengurangi unsur subyektivitas dlam pemeriksaan tes uraian
dapat dilakukan dengan cara.
a. setiap jawaban dikoreksi oleh guru yang bersangkutan.
b. pemeriksaan jawaban berpedoman pada pedoman penskoran.
c. setiap jawaban diperiksa oleh dua orang.
d. pemeriksaan dilakukan per nomor untuk seluruh siswa.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan tes uraian
adalah sebagai berikut., kecuali .
a. gunakan untuk mengukur kognitif tinggi.
b. gunakan kata tanya: sebutkan.
c. hindarkan pertanyaan pilihan bagi siswa.
d. membuat pedoman penskoran.
9. Siapa yang harus membuat perencanaan tes?
a. Kepala Dinas Pendidikan.
b. Kepala Sekolah.
c. Wakil Kepala Sekolah.
d. Guru.
10. Apakah fungs perencanaan tes?
a. Sebagai pedoman penulisan batir soal.
b. Sebagai pedoman penelaahan batir soal.
c. Sebagai pedoman perakitan set tes.
d. Untuk memenuhi tugas guru sebagai pendidik.

II. Uraian
1. Apa yang dimaksud dengan tes?
2. Sebutkan sembilan langkah dalam mengembangkan tes hasil
belajar!
3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar soal dapat
memcerminkan penalaran yang tinggi?
Penilaian pembelajaran 8-57

4. Menurut Ebbutt dan Straker, materi pembelajaran matematika


(1995) meliputi beberapa hal, sebutkan!
5. Sebutkan langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh seorang
guru untu melakukan penskoran hasil belajar!

Kunci Jawaban Tes Formatif 1


I. Soal Tes Obyektif
1. c 6. a
2. d 7. b
3.d 8. a
4.a 9. b
5. b 10. c

II. Soal Uraian


1. Ada 4 tujuan penilaian yaitu untuk seleksi, diagnostik, penempatan,
dan pengukur keberhasilan.
2. Empat ciri-ciri matematika sekolah adalah sebagai berikut.
b. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
c. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi,
dan penemuan.
d. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.
e. Matematika sebagi alat komunikasi.
3. a. Menilai ranah Pemahaman Konsep, berarti menilai kompetensi dalam
memahami konsep, melakukan algoritma rutin yang tepat dan efisien.
b. Menilai ranah Penalaran dan Komunikasi, berarti menilai kompetensi
dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan
matematika (sifatnya rutin maupun non rutin).
c. Menilai ranah Pemecahan Masalah, berarti menilai kompetensi
dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan,
serta menyelesaikan masalah.
8-58 Penilaian pembelajaran

4. Prinsip-prinsip hasil belajar adalah sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka,


menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel
2. Syarat suatu soal dapat dijadikan sarana Pemecahan Masalah adalah:
(1) materi prasyarat sudah diberikan ke siswa, (2) algoritma belum
diketahui siswa, (3) penyelesaian soal terjangkau siswa, dan (4) siswa
berkehendak untuk menyelesaikan soal.

Kunci Jawaban Tes Formatif 2


I. Soal Tes Obyektif
1. c 6. c
2. b 7. c
3. a 8. b
4. c 9. d
5. b 10. c

II. Soal Tes Uraian


1. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau
pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk
mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites
2. Sembilan langkah menetapkan spesifikasi tes.
a. Menulis butir soal tes
b. Menelaah soal tes: dapat dilakukan oleh teman sejawat.
c. Melakukan uji coba tes.
d. Menganalisis butir soal.
e. Memperbaiki soal tes.
f. Merakit tes.
g. Melaksanakan tes.
h. Menganalisis hasil tes.
Penilaian pembelajaran 8-59

3. Hal-hal yang harus dilakukan agar soal dapat memcerminkan penalaran


yang tinggi adalah sebagai berikut.
a. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan juga
diperlukn namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal
sebelum guru dapat mengukur perilaku yang disebutkan di atas.
b. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus), misalnya
dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan seperti soal cerita, grafik,
tabel, dan sebagainya.
c. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
d. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
4. Menurut Ebbutt dan Straker, materi pembelajaran matematika (1995)
meliputi beberapa hal berikut ini.
i. fakta (Facts),
j. pengertian (conceps).
k. keterampilan penalaran,
l. keterampilan algoritmia,
m. keterampilan menyelesaikan masalah matematika,
n. keterampilan melakukan penyelidikan (investigation).
5. Langkah-langkah yang harus ditempuh seorang guru untuk melakukan
penskoran hasil belajar adalah:
a. menetapkan besar skor secara keseluruhan;
b. membuat kunci jawaban dengan memerinci proses penyelesaian;
c. mendistribusikan skor ke seluruh masing-masing perincian;
d. proses penyelesaian sesuai dengan bobot kesukaran dari proses
penyelesaiannya.
-----&&&&&&---
8-60 Penilaian pembelajaran

GLOSARIUM

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.

Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan


ukuran baik buruk.

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang


berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar


(KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan.

Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur.

Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang


jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi


teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Menilai ranah Pemahaman Konsep, berarti menilai kompetensi dalam


memahami konsep, melakukan algoritma rutin yang tepat dan
efisien.

Menilai ranah Penalaran dan Komunikasi, berarti menilai kompetensi


dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan
matematika (sifatnya rutin maupun non rutin).
Penilaian pembelajaran 8-61

Menilai ranah Pemecahan Masalah, berarti menilai kompetensi dalam


memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan, serta
menyelesaikan masalah..

Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada


peserta didik dalam bentuk tulisan.

Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan-


pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk
mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites.

Kompetensi dasar matematika adalah pengetahuan atau sikap minimal


yang harus dikuasai oleh peserta didik, yang merupakan rincian
lebih lanjut dari standar kompetensi

Materi Pokok matematika adalah materi yang dipelajari oleh peserta didik,
sebagai sarana untuk memperoleh kompetensi dasar

Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, perbuatan atau respon peserta didik


berkaitan dengan kompetensi dasar.

Kisi-kisi merupakan pedoman yang memuat secara lengkap kriteria dari


soal yang akan disusun.

Objektif adalah tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi.

Tes Objektif adalah tes yang menuntut siswa untuk memilih salah satu
jawaban yang benar yang disediakan oleh pembuat soal.
8-62 Penilaian pembelajaran

Tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk bebas mengungkapkan
jawabannya sesuai dengan kemampuannya.

adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik


karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.

terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen


yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar


pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.

sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap


dengan mengikuti langkah-langkah baku.

beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian


kompetensi yang ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Begle, E.G. 1979. Critical Variables in Mathematics Education.


Washington, D.C: Mathematical Association of America and the
National Council of Teachers of Mathematics.
Penilaian pembelajaran 8-63

Bell, F.H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (In Secondery


school). Dubuque. IA: Wm.C.Brown Company.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Kerangka Dasar. Jakarta:


Puskur

Depdiknas. 2003. KBK Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika.


Jakarta: Puskur.

Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian


Berbasis Kompetensi SMP. Jakarta: Dirjen Dik-dasmen.

Depdiknas. 2005. Laporan Hasil Belajar Siswa.

Depdiknas. 2005. Pedoman Pembuatan Laporan Hasil belajar. Jakarta:


Dirjen Dik-dasmen.

Noehi Nasution, dkk. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta:


UT.

Permen Diknas RI No. 20. 2007. Sttndar Penilaian Pendidikan. Jakarta:


BSNP

Rahmah Zulaiha. 2006. Petunjuk Teknis Penilaian Mata Pelajaran


Matematika. Jakarta: Depdiknas Balitbang Pusat Penilaian
Pendidikan.

Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi


Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
8-64 Penilaian pembelajaran

Tim PPPG Matematika.2005. Materi Pembinaan Matematika SMP di


daerah Yogyakarta.
BUKU AJAR

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Buku ajar ini berisi tentang pengertian penelitian tindakan kelas,
karakteristik dan prinsip-prinsip dalam penelitian tindakan kelas. Selain itu
dalam buku ajar ini juga berisi bagaimana cara melaksanakan penelitian
tindakan kelas dan juga cara penyusunan proposal penelitian tindakan
kelas. Dalam buku ini disertai dengan contoh-contoh terutama contoh
proposal penelitian tindakan kelas. Pada bagian akhir akan disajikan cara
menyusun laporan penelitian tindakan kelas. Untuk merencanakan
tindakan apa yang akan diambil terkait dengan materi yang ada pada
buku ajar pembelajaran inofatif, dan juga buku ajar pemanfaatan media
dalam pembelajaran matematika.

B. Prasyarat
Sebelum mempelajari buku ajar ini diharapkan peserta membaca
dan mempelajari buku ajar tentang Pembelajaran Inovatif, Penilaian
Pembelajaran dan juga buku ajar Pemanfaatan Media dalam
Pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan dalam penelitian tindakan
kelas untuk pelajaran matematika diperlukan bagian-bagian tertentu
dalam buku ajar-buku ajar tersebut.

C. Petunjuk Belajar
Agar peserta dapat memahami isi buku ajar ini perhatikanlah
petunjuk mempelajari buku ajar ini sebagai berikut.
1. Bacalah keseluruhan materi dalam buku ajar ini dengan tetap
berusaha mengerti secara keseluruhan materi buku ajar ini.
2. Setelah itu mulailah membaca setiap bagian secara lebih teliti,
dengan berusaha memahami, mencari dan menemukan makna pada
setiap materi.
10-2 Penelitian Tindakan Kelas

3. Apabila dalam teks disebutkan adanya sumber-sumber yang lain,


cobalah mencari dan membaca rujukan-rujukan yang disarankan.
4. Pahami pengertian, karakteristik dan prinsip-prinsip penelitian
tindakan kelas lebih dahulu, dan cobalah untuk menegerjakan latihan
soal yang diberikan.
5. Pahami bagaimana perencanaan dan pelaksanaan dalam penelitian
tindakan kelas, serta kerjakan latihan-latihan yang diberikan.
6. Kerjakanlah latihan dan tes formatif tanpa harus melihat jawaban
yang tesedia, cobalah jujur pada diri sendiri sehingga anda secara
tepat dapat mengukur sendiri tingkat pemahaman terhadap buku ini.
7. Pahami bagaimana langkah-langkah dalam menyusun proposal
penelitian tindakan kelas.
8. Buatlah proposal penelitian tindakan kelas sesuai dengan langkah-
langkah yang sudah diberikan, dengan mengacu pada contoh yang
diberikan.
9. Pahami bagaimana langkah-langkah dalam menyusun laporan
penelitian tindakan kelas.

D. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari buku ajar ini
adalah peserta dapat memahami penelitian tindakan kelas, menyusun
proposal penelitian tindakan kelas dan membuat laporan penelitian
tindakan dalam mata pelajaran matematika.
Setelah peserta membaca buku ajar ini diharapkan dapat.
1. Merumuskan dengan kalimat sendiri pengertian penelitian tindakan
kelas.
2. Menyebutkan karakteristik penelitian tindakan kelas.
3. Menentukan prinsip-prinsip dasar dalam Penelitian Tindakan Kelas.
4. Menentukan tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas.
5. Mengidentifikasi pemasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
6. Merumuskan Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas 10-3

7. Menjelaskan langkah-langkah dalam penelitian tindakan.


8. Menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas.
9. Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
10-4 Penelitian Tindakan Kelas

BAB II KEGIATAN BELAJAR 1

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi
Memahami pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Indikator
1. Merumuskan dengan kalimat sendiri pengertian Penelitian
Tindakan Kelas.
2. Menyebutkan karakteristik penelitian tindakan kelas.
3. Menentukan prinsip-prinsip dasar dalam Penelitian Tindakan
Kelas.
4. Menentukan tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas.
B. Uraian Materi
Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian menurut Sugiyono(1997)adalah merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang perlu dipahami
lebih lanjut yaitu: cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Menggunakan
cara ilmiah yang dimaksud adalah menggunakan metode dan prinsip-
prinsip keilmuan, yaitu sistematis, empiris, dan rasional. Rasional artinya
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris artinya cara-cara
yang digunakan dalam penelitian itu teramati oleh indra manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu
menggunakan langkah-langkah tertentu secara logis.
Manusia dapat menggunakan hasil-hasil penelitian untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam
berkehidupan. Memahami berarti memperjelas suatu masalah yang
sebelumnya tidak jelas. Memecahkan berarti meminimalkan atau
Penelitian Tindakan Kelas 10-5

menghilangkan masalah, dan mengantisipasi masalah berarti upaya


dilakukan agar masalah tidak terjadi.
Menurut pendekatannya, penelitian dikelompokkan mejadi
penelitian survei, penelitian eksperimen, penelitian naturalistik ( penelitian
kualitatif), penelitian kebijakan, penelitian tindakan, dan penelitian
evaluasi.
Ada dua filosofis yang berpengaruh dalam kegiatan penelitian yaitu
positivistik dan naturalistik, penelitian tindakan kelas lebih dekat dengan
Naturalistik Kualitatif yaitu lebih diutamakan menangkap fenomena secara
alami dan peneliti cenderung berinteraksi dengan responden.
Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati subjek/objek
dengan menggunakan cara dan aturan tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu sesuatu hal
yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan menunjuk pada
suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Dalam penelitian berbentuk rangkaian suklus kegiatan untuk siswa. Kelas
dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik, Kelas yang dimaksud adalah sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan
dari guru yang sama pula. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar dengan sebuah tidakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama(Arikunto, 2008:3). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga dapat
didefinisikan sebagai suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam suatu usaha untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara
professional. Oleh karena itu PTK terkait erat dengan pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi oleh seorang guru. Dalam PTK, peneliti/guru
dapat melakukan/praktik sendiri atau bersama guru yang lain melakukan
penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam
pembelajaran matematika, guru secara reflektif dapat menganalisis,
10-6 Penelitian Tindakan Kelas

mensintesis terhadap apa yang dilakukannya pada siswa di kelas. Dalam


hal ini dengan melakukan PTK guru dapat memperbaiki cara-cara
mengajar, sehingga pembelajaran lebih efektif. Di dalam PTK ada
tindakan yang nyata yang diyakini lebih baik daripada pembelajaran yang
telah dilakukan sebelumnya. PTK terkait dengan persoalan praktik
pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Sebagai contoh, jika
guru menghadap permasalahan tentang kurangnya minat siswa untuk
mengerjakan soal-soal matematika yang menantang, maka untuk
mengatasi masalah tersebut diadakan penelitian tindakan kelas dengan
mencobakan model pembelajaran tertentu misalnya model pembelajara
koperatif. Memperhatikan kondisi tersebut tampak bahwa guru dapat
melaksanakan penelitian yang sumber masalahya diangkat dari kegiatan
nyata dikelasnya. Para guru sering menghadapi masalah yang berkaitan
dengan proses pembelajaran di kelasnya dan sudah berupaya mengatasi,
namun kemampuan untuk menuangkan ke dalam bentuk karya yang
memenuhi syarat karya ilmiah belum maksimal.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


PTK mempunyai karakteristik tertentu yaitu memecahkan masalah
di mana permasalahan diangkat dari keadaan sehari-hari yang dihadapi
oleh guru. Jadi PTK dapat dilaksanakan jika guru dari awal sudah
menyadari adanya permasalahan dalam pembelajaran, dan guru
menyadari bahwa masalah tersebut perlu dipecahkan secara ilmiah.
Karakteristik berikutnya adalah dapat dilihat dari bentuk nyata kegiatan
penelitian itu sendiri. Dalam PTK ada tindakan-tindakan (aksi) tertentu
untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Penelitian-penelitian
kelas yang dilakukan dengan mencobakan berbagai tindakan seperti
itulah yang menjadi karakteristik penting bagi PTK. Penelitian tindakan
kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri,
pada siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas 10-7

dan dievaluasi. Dengan demikian diperoleh umpan balik yang sistematis


tentang apa yang dilakukan dalam pembelajaran.

3. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas


Prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
a. Guru dalam melakukan PTK tidak berdampak menganggu proses
pembelajaran. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa tindakan yang
akan dilakukan memberikan yang terbaik bagi siswa, meningkatkan
kemampuan siswa serta mengacu kepada penguasan materi
pembelajaran.
b. Penelitian tindakan kelas sangat situasional, yaitu berkaitan dengan
mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu dan berupaya
menyelesaikannya dalam konteks itu. Masalahnya diangkat dari praktik
pembelajaran keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru atau
siswanya. Kemudian diupayakan penyelesaian demi peningkatan mutu
pendidikan, prestasi siswa, profesi guru, dan mutu sekolahnya, dengan
jalan merefleksi diri, yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan penuh
keseharian tugas-tugasnya, sekaligus secara sistematik.
c. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru
dan siswa-siswanya , yaitu satuan kerja sama dengan prespektif yang
berbeda. Misalnya bagi guru demi meningkatkan mutu profesionalnya
dan bagi siswa meningkatkan prestasi belajarnya. Kerja sama
kolaboratif ini dengan sendirinya juga partisipatori, yaitu setiap anggota
tim itu secara langsung mengambil bagian dalam pelaksannan PTK
dari awal sampai akhir.
d. Penelitian tindakan kelas itu bersifat self evaluatif, yaitu kegiatan
modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam
situasi yang terus berjalan yang tujuan akhirnya adalah untuk
peningkatan perbaikan dalam praktik nyata.
e. Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan. Adanya
penyesuaian itu menjadikan suatu prosedur yang cocok untuk belajar
10-8 Penelitian Tindakan Kelas

dikelas yang memilki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah


di sekolah.
f. Penelitian tindakan kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan
perilaku empiris. PTK menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara
proses pembelajaran terus berjalan, informasi-informasi dikumpulkan,
diolah, didiskusikan, dinilai dan guru bersama siswanya berbuat
melakukan tindakan.
g. Dalam PTK sifat sasarannya situasional spesifik, tujuannya pemecahan
masalah praktis. Temuan-temuannya tidak dapat digeneralisasi,
kendali peubah pada ubahan bebas tidak ada. Dalam pengkajian
permasalahannya, prosedur pengumpulan data dan pengolahannya
dilakukan secara cermat dengan cara-cara ilmiah.

4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


a. PTK dilaksanakan demi perbaikan dan peningkatan praktik
pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat
pada terlaksananya misi professional pendidikan yang diemban guru.
Oleh karena itu PTK merupakan cara strategis dalam memperbaiki dan
meningkatkan layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam
konteks peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Tujuan utama penelitian tindakan kelas demi perbaikan dan
peningkatan layanan professional guru dalam menangani PBM dapat
dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan.
Merefleksi adalah melakukan melakukan analisis-sintetis-interpretasi-
eksplanasi dan berkesimpulan. Kemudian mencobakan alternatif
tindakan dan dievaluasi keefektivannya.
b. Tujuan PTK ialah pengembangan kemampuanketerampilan guru
untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di kelasnya dan
atau di sekolahnya sendiri.
c. Tujuan penyerta penelitian tindakan kelas ialah dapat ditumbuhkannya
budaya meneliti dikalangan pendidik.
Penelitian Tindakan Kelas 10-9

5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


a. Dengan tumbuhnya budaya meneliti di kalangan guru dan
dilaksanakannya PTK yang berkesinambungan berarti kalangan guru
makin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin
mandiri, percaya diri dan makin berani mengambil resiko dalam
mencobakan hal-hal yang baru yang patut diduga akan memberikan
perbaikan serta peningkatan. Pengetahuan yang dibangunnya dari
pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori, yaitu teori
tentang praktik.
b. Pengalaman dari PTK akan menjadikan guru berani menyusun sendiri
kurikulum dari bawah, dan menjadikan guru lebih mandiri.
C. Latihan
Untuk mempedalam pemahaman anda tentang materi ini carilah
sebuah proposal penelitian tindakan kelas untuk materi matematika
SMP/MTs, bacalah dengan cermat kemudian diskusikan apakah
proposal tersebut memenuhi karakteristik sebuah penelitian tindakan
kelas.
D. Lembar Kegiatan
Langkah Kegiatan
1. Bacalah keseluruhan materi dalam buku ajar ini dengan tetap
berusaha mengerti secara keseluruhan materi buku ajar ini.
2. Setelah itu mulailah membaca setiap bagian secara lebih teliti,
dengan berusaha memahami, mencari dan menemukan makna
pada setiap materi.
3. Apabila dalam teks disebutkan adanya sumber-sumber yang lain,
cobalah mencari dan membaca rujukkan-rujukan yang disarankan.

Hasil
Setelah mempelajari materi ini peserta memahami pengertian dan
karakteristik penelitian tindakan kelas
10-10 Penelitian Tindakan Kelas

E. Rangkuman
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga dapat didefinisikan sebagai
suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu dalam suatu usaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara professional.
Karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain permasalahan
diangkat dari keadaan sehari-hari yang dihadapi oleh guru, ada
tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses
pembelajaran di kelas, dapat menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktik pendidikan.
Prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas adalah guru dalam
melakukan PTK tidak berdampak menganggu proses
pembelajaran, penelitian tindakan kelas sangat situasional,
masalahnya diangkat dari praktik pembelajaran keseharian yang
benar-benar dirasakan oleh guru atau siswanya, penelitian tindakan
kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa-
siswanya, penelitian tindakan kelas itu bersifat self evaluatif,
penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan,
penelitian tindakan kelas terutama memanfaatkan data
pengamatan dan perilaku empiris, menelaah ada tidaknya
kemajuan, sementara proses pembelajaran terus berjalan,
informasi-informasi dikumpulkan, diolah, didiskusikan, dinilai dan
guru bersama siswanya berbuat melakukan tindakan, dalam PTK
sifat sasarannya situasional spesifik, tujuannya pemecahan
masalah praktis, temuan-temuannya tidak dapat digeneralisasi.
Tujuan diadakannya PTK adalah demi perbaikan dan peningkatan
praktik pembelajaran secara berkesinambungan, pengembangan
kemampuanketerampilan guru untuk menghadapi permasalahan
aktual pembelajaran di kelasnya, dapat ditumbuhkannya budaya
meneliti dikalangan pendidik.
Penelitian Tindakan Kelas 10-11

F. Tes Formatif 1
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan tujuan PTK adalah
A. untuk perbaikan pembelajaran.
B. mengembangkan keterampilan guru dalam menghadapi
masalah aktual.
C. tumbuh budaya meneliti dikalangan guru.
D. mengembangkan keterampilan guru mengadakan remedial.
2. Penelitian tindakan kelas sangat situasional artinya
A. berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks
tertentu dan berupaya menyelesaikannya dalam konteks itu.
B. berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks luas
dan berupaya menyelesaikannya secara umum.
C. berkaitan dengan pengembangan keterampilan guru dalam
konteks tertentu dan menyelesaikannya dalam konteks itu.
D. berkaitan dengan pengembangan keterampilan guru dalam
konteks tertentu dan berupaya menyelesaikannya secara
umum.
3. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru
dan siswa, yaitu
A. guru sebagai pendidik harus menyampaikan materi dengan
baik.
B. guru dan siswa bekerja sama dengan prespektif yang berbeda.
C. guru berupaya menyelesaikan permasalahan siswa.
D. guru bekerja sama dengan orang tua siswa.
4. Penelitian harus ada dalam wewenang peneliti, pernyataan
tersebut merupakan
A. pengertian PTK.
B. prinsip dalam PTK.
C. rencana tindakan dalam PTK.
D. kolaborasi PTK.
10-12 Penelitian Tindakan Kelas

5. Berikut adalah salah satu prinsip dari PTK, yaitu


A. ada materi yang harus disampaikan dengan baik.
B. ada upaya untuk menyadari adanya masalah.
C. ada tindakan tertentu untuk memperbaiki pembelajaran.
D. ada kerja sama dengan orang tua siswa.
6. Berikut adalah salah satu prinsip dari PTK, yaitu
A. materi untuk penelitian diajarkan lebih dulu.
B. materi diajarkan sesuai dengan urutan.
C. materi yang lebih mudah diajarkan lebih dulu.
D. materi yang diajarkan adalah pengulangan materi sebelumnya.
7. Penelitian tindakan kelas bersifat self evaluatif, yaitu
A. kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu.
B. ada prosedur yang cocok untuk belajar.
C. kegiatan yang memiliki banyak masalah.
D. kegiatan pembelajaran untuk upaya perbaikan.
8. Temuan-temuan dalam penelitian tindakan kelas
A. dapat digeneralisasi untuk siswa di sekolah lain.
B. tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh siswa.
C. dapat digeneralisasi untuk materi yang lain.
D. tidak dapat digeneralisasi untuk teori.
9. Tujuan penyerta dalam PTK, yaitu
A. untuk perbaikan pembelajaran.
B. mengembangkan keterampilan guru dalam menghadapi
masalah aktual.
C. tumbuh budaya meneliti dikalangan guru.
D. mengembangkan keterampilan guru mengadakan remedial.
10. Pengalaman dari PTK akan menjadikan guru
A. mengembangkan teori sendiri.
B. menjadikan guru lebih berani.
C. menjadikan guru rajin mengajar.
D. menjadikan guru lebih mandiri.
Penelitian Tindakan Kelas 10-13

BAB III KEGIATAN BELAJAR 2

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi
Peserta dapat menyusun proposal peneltian tindakan kelas
Indikator
1. Mengidentifikasi pemasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
2. Merumuskan Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas.
3. Menjelaskan langkah-langkah dalam penelitian tindakan.
4. Menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas.
B. Uraian Materi
Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
a. Merasakan adanya masalah
Sebelum mulai untuk mengidentifikasi suatu masalah ada baiknya
untuk merasakan adanya masalah dengan memperhatikan pertanyaan
berikut ini.
y Apakah siswa sudah menguasai prasyarat yang diperlukan untuk
mengikuti pembelajaran?
y Apakah pembelajaran yang dilakukan efektif?
y Apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran?
y Apakah sarana/prasarana pembelajaran cukup memadai?
y Apakah hasil belajar cukup tinggi?
y Apakah pembelajaran cukup berkualitas?
y Apakah ada unsur inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran?
y Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi
pembelajaran inovatif tertentu?
b. Bidang-Bidang dalam PTK
Setelah menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut perlu diketahui
pula bidang-bidang dalam PTK yaitu sebagai berikut.
10-14 Penelitian Tindakan Kelas

y Masalah belajar siswa di sekolah, seperti: masalah belajar di kelas,


kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi dalam konsep
matematika, dan peningkatan hasil belajar siswa.
y Desain dan strategi pembelajaran di kelas, seperti: masalah
pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi
dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi
orang tua dalam proses belajar mengajar siswa.
y Alat bantu, media dan sumber belajar, seperti: masalah
penggunaan media, penggunaan alat peraga, perpustakaan dan
sumber belajar di dalam/di luar kelas, peningkatan hubungan
antara sekolah dan masyarakat.
y Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran,
seperti masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran,
pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi.
y Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya, seperti: peningkatan kemandirian dan
tanggung jawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan
antara pendidik, peserta didik dan orang tua dalam PBM, serta
peningkatan konsep diri peserta didik.
y Masalah kurikulum, seperti implementasi kurikulum, urutan
penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan
siswa-lingkungan belajar.
c . Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan teknik mengetahui adanya
masalah yang dapat dipecahkan melalui penelitian tindakan. Tidak
semua masalah perlu dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas,
untuk itu masalah perlu diidentifikasi secara benar. Berikut ini adalah
rambu-rambu dalam pemilihan masalah.
y Masalah harus riil artinya masalah tersebut benar-benar ada
(dirasakan). Masalah itu datang dari pengamatan seorang guru
sendiri dan bukan dengan pengamatan orang lain. Masalah itu
Penelitian Tindakan Kelas 10-15

dilihat/diamati/dirasakan dalam pelaksanaan tugas mengajar


sehari-hari. Sebagai contoh menurut data yang ada di kelas masih
ada 40% siswa tidak suka pelajaran matematika bahkan dalam
pelajaran matematika hanya 60% siswa yang aktif, 50% siswa
kemampuan dasar matematikanya kurang , hanya 7% siswa yang
mempunyai buku matematika. Pada saat ulangan materi aritmetika
sosial hanya 60% siswa yang mendapat nilai diatas 65. Contoh-
contoh tersebut dikategorikan sebagai masalah yang nyata karena
keadaan tersebut didukung oleh data empiris dikelas tersebut oleh
guru kelas.
y Masalah harus berada dalam kewenangan peneliti, artinya masalah
tersebut memang berada dalam batas kewenangan/kekuasaan
peneliti. Hal ini penting untuk dipehatikan mengingat masalah-
masalah yang tidak dalam kewenangannya akan sulit dipecahkan
oleh peneliti. Kalau peneliti adalah guru matematika sebaiknya
masalah-masalah yang menjadi fokus penelitiannya adalah
masalah-masalah dalam pembelajaran matematika.
y Masalah harus problematik artinya masalah tersebut perlu segera
dipecahkan. Hal ini penting karena tidak semua masalah
pembelajaran yang riil adalah masalah-masalah yang problematik,
sebab pemecahan masalah mungkin kurang mendapat dukungan
teori/sarana prasarana, pemecahan masalah mungkin belum
mendesak untuk dilaksanakan, atau guru mungkin tidak
mempunyai kewenangan. Sebagai contoh: sebagian besar siswa
tidak dapat membaca buku teks bahasa inggris dapat merupakan
masalah yang kurang problematik bagi seorang guru matematika.
Masalah ini lebih merupakan tanggung jawab seorang guru bahasa
inggris.
y Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan
masalah tersebut akan memberi manfaat yang jelas, artinya
pemecahan masalah tersebut akan memberi manfaat yang
10-16 Penelitian Tindakan Kelas

jelas/nyata. Untuk itu pilihlah masalah-masalah yang memiliki asas


manfaat secara jelas.
y Masalah penelitian harus didukung oleh sumber daya (waktu, dana,
fasilitas) yang memadai. Dengan kata lain tidak semua masalah
riset yang sudah riil, problematik dan jelas manfaatnya selalu dapat
dilaksanakan. Untuk itu perlu dipilih masalah-masalah yang dapat
dipecahkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung
yang lain.
d. Cara Melakukan Identifikasi Masalah
Pada umumnya guru kurang atau belum menyadari bahwa apa
yang dihadapi adalah masalah, dan tidak mempermasalahkannya.
Biasanya sesuatu yang baru dianggap sebagai masalah jika guru telah
merasa kewalahan, tidak berdaya dan tidak mampu menghadapi
sendiri. Maka cara yang dapat dilakukan guru adalah.
y Menuliskan sesuatu hal yang dirasakan memerlukan perhatian,
kepedulian karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan
terjadi, terutama terkait dengan pembelajaran matematika,
misalnya seperti intensitas waktu pembelajaran, daya tangkap dan
daya serap siswa pada pemahaman konsep, penalaran maupun
pemecahan masalah, media pembelajaran, manajemen kelas,
motivasi, sikap dan nilai perilaku siswa.
y Mengklasifikasikan menurut jenis dan bidang permasalahannya,
banyaknya siswa yang mengalami dan tingkat frekuensinya. Misal
masalah pengelolaan kelas, masalah media pembelajaran dan
yang lainnya.
y Urutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang
mengalami dan masing-masing jenis permasalahannya.
y Dari urutan yang sudah dibuat ambillah 3 sampai dengan 5
masalah dan coba dikonfirmasikan kepada guru yang mengajar
mata pelajaran yang sejenis baik di dalam sekolah sendiri atau guru
di sekolah lain.
Penelitian Tindakan Kelas 10-17

y Jika apa yang dirumuskan ternyata mendapat konfirmasi, maka


masalah tersebut memang merupakan masalah yang patut untuk
diangkat sebagai calon masalah.
y Masalah yang telah dikonfirmasi tersebut kemudian dikaji
kelayakannya dan atau signifikansinya untuk dipilih.
y Jika memerlukan pendampingan dari peneliti perguruan tinggi,
maka fungsinya sebagai pemantul gagasan, membantu
mempertajam dalam merumuskan masalah, dan bukan pemberi
masalah.
e. Perumusan masalah
Setelah permasalahan teridentifikasi, maka dapat dirumuskan ke
dalam suatu kalimat sehingga terlihat aspek-aspeknya secara jelas.
Dalam merumuskan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa
ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan aspek
substansi, formulasi dan teknis.
Dari aspek substansi atau isi yang terkandung perlu dilihat dari
bobot atau nilai pemecahan masalah melalui tindakan, seperti nilai
aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru,
kegunaan teoretik dalam memperkaya atau mengkoreksi teori
pembelajaran yang berlaku. Pada perumusan masalah sebaiknya
dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, meskipun dapat juga disusun
dalam bentuk pernyataan. Hendaknya dalam perumusan masalah
tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi harus jelas secara
eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.
Dari aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih.
Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan
metode pembelajaran, penguasaan materi, kemampuan meneliti,
kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu,
tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh
karena itu disarankan untuk berangkat dari permasalahan yang
10-18 Penelitian Tindakan Kelas

sederhana, tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan


tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.
f. Analisis Masalah
Analisis masalah disini adalah kajian terhadap permasalahan
dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan
pertanyaan berikut.
y Konteks, situasi atau iklim dimana masalah terjadi.
y Kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah.
y Keterlibatan komponen, aktor dalam terjadinya masalah.
y Kemungkinan adanya alternatif solusi yang dapat diajukan.
y Ketepatan waktu, lama yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
Analisis masalah tersebut dipergunakan untuk merancang
tindakan baik dalam menentukan spesifikasi/jenis tindakan,
keterlibatan aktor yang berkolaborasi, waktu dalam siklus, identifikasi
indikator perubahan peningkatan dari dampak tindakan, cara
pemantauan kemajuan. Alternatif solusi yang dirumuskan dalam
bentuk hipotesis tindakan hanya mungkin dapat dilakukan jika analisis
masalah dapat dilakukan dengan baik.
g. Contoh Masalah
y Bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika di SMP Sukamaju
Semarang?
y Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA pada
materi pokok perbandingan di SMP Sukamaju Semarang?
y Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbantuan alat peraga dan lembar kerja dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII pada
materi bangun datar di SMP Sukasari Semarang?
y Apakah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas
Penelitian Tindakan Kelas 10-19

VIIC SMP Sukamaju Semarang pada materi pokok aritmetika


sosial?
y Bagaimana menerapkan pembelajaran dengan metode inkuiri
memanfaatkan lembar aktivitas dan alat peraga untuk
meningkatkan kemampuan penalaran, aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas VII SMP Sukasari Semarang pada materi pokok
segitiga dan segi empat.
y Bagaimana menerapkan model pembelajaran koperatif tipe TGT
berbantuan komputer untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas VII SMP Sukasari Semarang pada materi pokok
kubus dan balok.
2. Pengembangan Desain Penelitian Tindakan Kelas
Pada prinsipnya diterapkannya PTK dimaksudkan untuk mengatasi
suatu permasalahan yang ada di dalam kelas, sebagai salah satu
penelitian yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan di
dalam kelas.
Ada beberapa desain penelitian antara lain adalah desain Model
Kurt Lewin, desain PTK Model Kemmis & Mc Taggart, desain PTK
Model John Elliot, desain PTK Model Hopkins. Adapun masing-masing
tahap dapat dijelaskan sebagai berikut.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?
10-20 Penelitian Tindakan Kelas

Secara singkat langkah-langkah pada tiap model terdiri dari empat


komponen yang dijelaskan sebagai berikut.
(a) Perencanaan
Di dalam perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyususn rancangan yang meliputi keseluruhan
aspek yang terkait dengan PTK, sementara itu perencanaan khusus
dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh
karena itu dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat
perencanaan ulang. Hal-hal yang direncanakan di antaranya terkait
dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik dan
strategi pembelajaran, media, dan materi pembelajaran. Perencanaan
dalam hal ini hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu
rencana kegiatan mengajar. Dalam perencanaan ini ditulis secara
lengkap, misal menyusun RPP untuk materi volum kubus, menyiapkan
alat peraga berupa model kubus, benda-benda sekitar yang berbentuk
kubus seperti kotak kapur dan yang lainnya, menyusun lembar
observasi untuk mengukur keaktifan siswa dalam belajar volum kubus.
(b) Implementasi
Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari
suatu tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Strategi apa
yang digunakan, materi apa yang diajarkannya, atau yang lainnya.
(c) Pengamatan dan Evaluasi.
Pengamatan, observasi, atau monitoring dapat dilakukan sendiri
oleh peneliti atau kolaborator yang memang diberi tugas untuk hal itu.
Pada saat monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa
atau hal yang terjadi di kelas yang dipakai untuk penelitian dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Misalnya
mengenai situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau
pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang
diajarkannya atau yang lainnya.
Penelitian Tindakan Kelas 10-21

(d) Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan refleksi adalah upaya
evaluasi yang dilakukan oleh peneliti atau kolaborator atau oleh
partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi
ini dilakukan secara kolaboratif yaitu adanya diskusi terhadap berbagai
masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi
dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil
observasi dan evaluasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan
tindakan selanjutnya ditentukan.
Untuk lebih jelasnya prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas
dengan komponen-komponennya dapat dilihat pada gambar berikut.

MASALAH
REVISI
TINDAKAN

RENCANA TINDAKAN

IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI

PENGAMATAN

PENGAMATAN

REFLEKSI
REFLEKSI

MASALAH TERPECAHKAN MASALAH BELUM


TERPECAHKAN

SELESAI
10-22 Penelitian Tindakan Kelas

Tampak jelas bahwa penelitian tindakan kelas mencakup beberapa


tahap, yang dimulai dari adanya permasalahan.
Berkaitan dengan masalah siklus PTK, maka muncul pertanyaan
berapa banyak siklus yang perlu dilaksanakan oleh peneliti? Berapa
siklus dalam PTK yang akan dilakukan oleh guru tergantung pada apakah
tujuan PTK telah tercapai atau apakah masalah penelitian telah berhasil
dipecahkan. jika masalah penelitian belum terpecahkan atau tujuannya
belum tercapai maka pada dasarnya siklus berikutnya tetap diperlukan.
Apabila guru berpendapat bahwa berdasar data yang telah diperoleh dari
pengamatan dampak implementasi PTK setelah dilakukan refleksi telah
memenuhi harapan yaitu terpecahkannya masalah yang ada maka
sebenarnya siklus berikutnya tidak diperlukan lagi. Oleh karena itu
tahapan refleksi sangat penting dalam PTK karena dengan tahapan ini
dapat diketahui tercapai tidaknya tujuan penelitian, atau masihkah
diperlukan siklus lanjutan dengan alternatif tindakan lain untuk
memecahkan masalah yang telah ditetapkan.
3. Instrumen dan Analisis Dalam Penelitian Tindakan Kelas
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang disusun tergantung dari permasalahannya, untuk
memecahkan masalah dalam PTK diperlukan instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data.
Berikut ini instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
dalam PTK.
(a) Tes
Tes dipakai untuk mengukur kemampuan siswa baik kemampuan
awal, perkembangan atau peningkatan kemampuan selama dikenai
tindakan, dan kemampuan siswa pada akhir timdakan. Tes ini sangat
beragam , dari tes sederhana yang disebut kuis, sampai pada tes
dengan bentuk lengkap. Tes dapat dilakukan secara tertulis, lisan atau
tes keterampilan.
(b) Pedoman Pengamatan
Penelitian Tindakan Kelas 10-23

Teknik pengamatan (observasi) dengan alatnya panduan/pedoman


pengamatan diperlukan untuk mengamati kegiatan belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk pedoman
pengamatan dapat berupa lembar pengamatan yang sudah dengan
rinci menampilkan aspek-aspek dari proses yang harus diamati, dan
tinggal membubuhkan tanda cek atau menuliskan secara singkat
informasi yang diperlukan selama kegiatan belajar berlangsung. Selain
itu catatan kualitatif juga diperlukan untuk menunjukkan
kecenderungan perubahan yang bersifat positif atau negatif.
(c) Dokumentasi
Banyak informasi yang karena sifatnya sudah ada dan tersimpan
di dalam dokumen, sehingga untuk mengenalinya membutuhkan
upaya menganalisis dokumen yang sudah ada. Misalnya buku catatan
siswa, buku pekerjaan rumah siswa, rencana pelajaran dan lain
sebagainya. Selain itu slide dan foto dengan atau tanpa tambahan
audio adalah cara yang sangat bermanfaat untuk merekam kejadian-
kejadian dalam kelas atau menggambarkan suatu episode
pembelajaran. Alat tersebut juga dapat membantu alat pengumpul data
yang lain atau sebagai sarana untuk memberikan acuan pada saat
wawancara atau diskusi. Pendekatan ini akan lebih baik jika
ditambahkan pula penggunaan video.
(d) Kartu
Sistem kartu juga sangat membantu pencatatan berbagai hal, satu
kartu untuk satu informasi. Untuk siswa dapat dibuat kartu prestasi.
Kartu juga dapat dipakai untuk merekam perkembangan proses
pembelajaran antar waktu, misalnya kartu tentang cara menyelesaikan
soal, cara mengajukan pertanyaan dan lain sebagainya.
(e) Angket dan Wawancara
Angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
secara tertulis, sedangkan wawancara dilakukan secara lisan.
10-24 Penelitian Tindakan Kelas

Persyaratan pewawancara antara lain: (1) bersikap simpatik,


menarik, dan perhatian terhadap pendengar, tanpa mengambil bagian
aktif dalam wawancara; (2) bersifat netral pada suatu masalah; (3)
harus rileks; (4) sudah menyusun garis-garis besar pertanyaan, dan
menyusun kembali pertanyaan jika jawabanya masih kabur dan terlalu
umum.
Untuk lebih jelasnya peserta dapat melihat pada buku ajar
penilaian pembelajaran matematika.
2. Analisis dalam Penelitian Tindakan Kelas
Dalam PTK analisis data dilakukan dalam tiga tahapan yaitu: (a)
reduksi; (b) pemaparan; dan (c) penarikan kesimpulan. Reduksi adalah
proses penyederhanaan data melalui seleksi, pemfokusan, dan
pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.
Peneliti tindakan kelas setelah mengumpulkan berbagai macam data
baik data yang secara langsung dijadikan indikator permasalahan
maupun data dampak ikutan selanjutnya perlu melakukan reduksi data
dengan memilah-milah data mana saja yang bermanfaat dan data
mana yang dapat diabaikan sehingga data yang terkumpul sungguh
memberikan informasi yang bermanfaat dan bermakna.
Selanjutnya paparan data dapat dilakukan dengan tampilan dalam
bentuk: (a) narasi atas data yang terkumpul yang telah direduksi
sehingga memberi informasi yang bermakna; (b) grafis; (c) tabel; (d)
matriks yang menunjukkaan informasi tentang suatu hal atau kaitan
antara variabel yang satu dengan yang lain.
Penyimpulan merupakan proses pengambilan intisari atas sajian
data yang telah dipaparkan ke dalam bentuk pertanyaan atau formula
yang singkat, padat tetapi mengandung pengertian luas.
Refleksi merupakan suatu perenungan secara intens apa yang
terjadi dan tidak terjadi, mengapa demikian? Pemikiran tersebut selalu
dikaitkan dalam kerangka berpikir pemecahan masalah atau kerangka
tindakan yang dipilih sebagai alternatif pemecahan masalah. Dengan
Penelitian Tindakan Kelas 10-25

demikian memungkinkan bagi peneliti untuk memikirkan alternatif-


alternatif lanjutan atau penyempurnaan atas bentuk tindakan yang
telah dipilih dan dilaksanakan tersebut. Secara tehnis refleksi
dilakukan dengan pendekatan analitis, sintetis dan pendekatan berpikir
induktif dan deduktif,. Berpikir reflektif dengan demikian mensyaratkan
secara intensif pemikiran dengan pendekatan induktif dan deduktif
atau antara penyusunan abstraksi dan jabaran empiris atas dasar
informasi yang terkumpul.
Dalam PTK refleksi tidak lain adalah untuk menetapkan taraf
keberhasilan atau kegagalan alternatif tindakan yang dipilih dan
dilaksanakan guna menentukan langkah lebih lanjut dalam rangka
mencapai tujuan penelitian yaitu pemecahan masalah penelitian
dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bertolak dari hal
tersebut peneliti dapat menentukan apakah perlu ada siklus lanjutan.
Jika diyakini bahwa masalah penelitian telah terpecahkan dengan
indikasi tercapainya atau munculnya atau terjadinya kondisi indikator-
indikator sesuai dengan apa yang telah ditetapkan maka siklus
lanjutan tidak diperlukan lagi. Namun demikian apabila diyakini bahwa
tujuan belum tercapai sebagian atau bahkan seluruhnya maka peneliti
perlu melanjutkan siklus berikutnya dengan alternatif tindakan tertentu
dalam bentuk penyempurnaan tindakan yang dilaksanakan terdahulu
(siklus sebelumnya) ataukah alternatife tindakan yang lainnya yang
dinilai lebih menunjang keberhasilan PTK.
Dalam rangka menetapkan langkah lanjutan maka hendaknya
beberapa hal berikut dipertimbangkan seperti: (1) kondisi saat
pelaksanaan tindakan terdahulu dengan segala hasilnya; (2) taraf
peluang keberhasilan alternatif tindakan yang dipilih untuk siklus
lanjutan; (3) dukungan sarana dan prasarana yang dipelukan; (4)
kendala-kendala yang mungkin dihadapi dengan implementasi
tindakan yang dipilih untuk siklus selanjutnya.
10-26 Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian yang dilakukan secara kolaboratif pelaksanaan refleksi


juga dilakukan secara kolaboratif. Hal ini akan membuka wawasan
masing-masing anggota peneliti pada pandangan yang lebih luas.
Memang pada akhirnya setiap guru harus mampu menetapkan
keputusan professional dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui berbagai aktivitas penelitian tindakan kelas.
4. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Menyusun proposal penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda
dengan usulan proposal-proposal penelitian yang lainnya. Oleh karena
penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik khusus maka
proposalnya juga sedikit berbeda dengan proposal penelitian formal yang
lainnya.
Adapun sistematika dalam penyusunan proposal PTK menurut
Depdiknas(1999) sebagai berikut.
JUDUL PENELITIAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Permasalahan
3. Cara Pemecahan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat penelitian
B. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Landasan Teori
2. Kerangka Berpikir
3. Hipotesis Tindakan

C. METODE PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
2. Rencana Tindakan
3. Data dan Cara Pengumpulan Data
4. Indikator Keberhasilan
Penelitian Tindakan Kelas 10-27

DAFTAR PUSTAKA
Berikut adalah keterangan dari masing-masing bagian

1. Judul Penelitian
Judul PTK hendaknya menyatakan dengan tepat permasalahan
dan bentuk tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti, judul
hendaknya jelas, singkat namun sudah menunjukkan karakteristik
sebuah penelitian tindakan kelas.
Contoh judul PTK
Meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa pada konsep
bangun datar dengan mengimplementasikan model pembelajaran
koperatif dengan bantuan alat peraga pada siswa kelas VII SMP
Sukamaju Semarang
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada soal cerita
dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
di SMP Sukamaju Semarang Kelas VII D
Pemanfaatan alat peraga dan lembar aktivitas dalam pembelajaran
pecahan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siwa kelas
VIIE SMP Sukamaju Semarang.
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok himpunan
melalui penerapan metode problem posing pada siswa kelas VIIF
SMP Sukamaju Semarang
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
pertidaksamaan melalui implementasi metode trade a problem di
SMP 1....
Kefektivan metode pemecahan masalah dalam materi pokok
perbandingan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 di
SMP Negeri ....
Meningkatkan hasil belajar matematika materi pokok lingkaran
melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas 2
SMP Negeri 1 . . . .
10-28 Penelitian Tindakan Kelas

Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif


tipe jigsaw 2 materi pokok sistem persamaan linear dengan 2
peubah pada siswa kelas 2 SMPN 4 ....
Meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita materi pokok
persamaan linear dua peubah dengan metode Polya pada siswa
kelas 2C semester2 SMP Negeri 4 ....
Model pembelajaran berbasis masalah yang dapat
mengembangkan kecakapan matematika siswa SMP kelas 2
sebagai implementasi kurikulum 2004 di SMP N ....
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi
pokok waktu, jarak, dan kecepatan siswa SMPN 1 ... melalui
pendekatan konstruktivisme.
Meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika dengan
menggunakan tutor sebaya pada pokok bahasan bangun ruang
bagi siswa kelas 7 SMPN 3 ...
Meningkatkan penguasaan materi arimetika sosial melalui proses
simulasi transaksi jual beli bagi siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah ....
Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui implementasi
model pembelajaran berbalik materi pokok persamaan garis di
kelas.
Meningkatkan kemampuan belajar matematika melalui model
pembelajaran quantum teaching pada materi pokok bilangan bulat
bagi siswa ..
Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada soal cerita materi
pokok bilangan bulat siswa kelas VII ... melalui model
pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan media kartu dan
poster.
2. Alasan Pemilihan Judul
Dalam latar belakang masalah hendaknya peneliti mengemukakan
dengan jelas bahwa masalah tersebut memang benar-benar perlu
Penelitian Tindakan Kelas 10-29

segera dipecahkan. Dalam latar belakang masalah perlu dijelaskan


keadaan sesungguhnya yang dihadapi guru dalam kegiatan
pembelajaran. Selain itu seandainya ada hasil-hasil penelitian yang
terdahulu yang terkait dengan judul penelitian, serta pendapat para ahli
yang juga terkait dengan penelitian akan menambah keyakinan bahwa
penelitian tersebut memang perlu segera untuk dilakukan. karakteristik
PTK yang berbeda dengan penelitian lain hendaknya juga tercermin
pada bagian ini.

3. Permasalahan
Permasalahan hendaknya diuraikan dengan jelas dalam bagian ini.
Masalah diangkat dari kondisi nyata sehari-hari di kelas yang memang
benar-bena r perlu dielesaikan melalui PTK. Permasalahan yang
diangkat hendaknya bukan merupakan masalah yang bukan diluar
jangkauan peneliti. Uraian permasalahan yang ada sebaiknya
didahului dengan identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan
penentuan masalah yang akan diteliti. Permasalahan dapat
dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya atau dalam bentuk
pernyataan.
4. Cara Pemecahan Masalah
Pada bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk
memecahkan masalah. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan
hendaknya mempunyai landasan yang mantap yang bertolak dari hasil
analisis masalah.
5. Tujuan Penelitian
Dalam tujuan PTK hendaknya telah tercermin paparan tindakan
yang dilakukan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat
permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya.
6. Manfaat Penelitian
Dalam bagian ini perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-
keuntungan yang dijanjikan akan diperoleh siswa. Disamping itu perlu
10-30 Penelitian Tindakan Kelas

disampaikan pula keuntungan-keuntungan bagi guru maupun


lembaga.
B. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Landasan Teori
Pada bagian ini diungkapkan landasan teoretiknya yang akan
digunakan peneliti untuk menentukan alternatif tindakan yang akan
diimplementasikan. Untuk keperluan itu dalam bagian ini diuraikan teori-
teori yang termuat dalam berbagai kepustakaan yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan.
2. Kerangka berpikir
Kerangka berpikir merupakan justifikasi a priori (sebelum data
dikumpulkan) mengenai apa yang diduga akan terjadi dan alasannya.
Sesuai dengan hakikatnya kerangka berpikir besifat argumentatif.
Argumentasi harus logis dan dapat dipertanggungjawabkan di depan
publik masyarakat ilmiah.
3. Hipotesis Tindakan
Kesimpulan kerangka berpikir yang argumentatif adalah pengajuan
hipotesis yang definitif. Hipotesis inilah yang akan dibuktikan dalam
penelitian.
C. METODE PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Dalam bagian ini diungkapkan tentang siapa, kelas berapa yang
dikenai penelitian, serta diungkapkan pula di mana penelitian akan
dilakukan. Dalam hal ini karakteristik siswa yang diteliti juga perlu
diuraikan.
Pada bagian ini ditentukan pula yang merupakan fokus penelitian
untuk menjawab permasalahan. Contoh fokus penelitian: aktivitas belajar
siswa, lingkungan belajar siswa, cara belajar, motivasi belajar siswa,
sikap siswa, hasil belajar siswa, prestasi belajar siswa.
3. Rencana Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas 10-31

Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan yang akan


dilakukan oleh peneliti. Peneliti sudah merencanakan ada berapa siklus
dalam penelitian yang akan dilakukan (misal: dua siklus atau tiga siklus),
termasuk didalam setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap yaitu : perencanaan,
implementasi, pengamatan, dan refleksi. Kemudian uraikan masing-
masing siklus yang direncanakan dengan tahapannya.
(a) Perencanaan
Perencanaan adalah persiapan-persiapan yang dilakukan untuk
pelaksanaan PTK. Persiapan dilakukan untuk beberapa siklus (paling
tidak di desain dua siklus). Misalnya: menyusun skenario pembelajaran (
RPP), menyusun tes yang akan digunakan, menyusun pedoman
observasi, menyusun pedoman wawancara, menyusun tes hasil belajar,
menyiapkan media pembelajaran, merencanakan kapan implementasi
dilaksanakan, atau yang lainnya. Selain itu perlu disebutkan juga personal
yang akan dilibatkan. Disamping itu juga diuraikan juga alternatif-alternatif
solusi yang akan dicobakan dalam rangka pemecahan masalah.
(b) Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan yaitu penerapan dari perencanaan pada (a)
, apa yang sudah direncanakan sebelumnya akan dilakukan pada tahapan
ini.
(c) Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perekaman dan
pengolahan, serta penafsiran data mengenai proses dan produk dari
implementasi tindakan. Dalam hal ini evaluasi juga dilakukan dalam
tahapan ini.
(d) Refleksi
Pada bagian ini diuraikan tentang prosedur analisis, refleksi
berkenaan dengan proses, dampak tindakan perbaikan, kriteria dan
rencana bagi tindakan berikutnya apabila memang diperlukan.
4. Data dan Cara pengumpulan
10-32 Penelitian Tindakan Kelas

Data yang diambil disesuaikan dengan permasalahan yang ada,


untuk memecahkan masalah diperlukan data-data. Cara pengumpulan
datanya tergantung dari jenis data yang ada.
Misalkan data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan tes, data
tentang aktivitas belajar dikumpulkan dengan lembar observasi.
5. Indikator Keberhasilan
Pada bagian ini kriteria keberhasilan dinyatakan dengan jelas,
penelitian dikatakan berhasil apabila telah memenuhi kriteria tertentu
(kriteria tersebut ditentukan oleh peneliti sendiri secara rasional atau
berdasarkan kriteris yang telah ditentukan sekolah).
6. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut abjad, penulisan dimulai dari:
nama pengarang, tahun terbit buku, judul buku, kota tempat terbit, dan
penerbit.
Pustaka yang ditulis adalah pustaka yang benar-benar digunakan
dan terdapat dalam laporan penelitian.
Contoh:
Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Pada bagian akhir buku ini disampaikan contoh proposal penelitian


tindakan kelas.

C. Latihan
Untuk meningkatkan pemahaman dalam menyusun proposal cermati
contoh proposal yang dilampirkan, diskusikan apakah sudah sesuai
dengan teori yang disajikan tentang penyusunan proposal penelitian.
D. Lembar Kegiatan
Langkah Kegiatan
Bacalah dengan cermat masing-masing komponen dalam teori
cara menyusun proposal penelitian tindakan kelas, kemudian
Penelitian Tindakan Kelas 10-33

mulailah mengidentifikasi isi dari masing-masing bagian


tersebut dan menyusun proposal penelitian tindakan kelas
Hasil
Hasil berupa draf proposal penelitian tindakan kelas
E. Rangkuman
Sistematika dalam penyusunan proposal PTK terdiri dari judul
penelitian, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
permasalahan, cara pemecahan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian, landasan teori dan hipotesis tindakan, metode penelitian, dan
daftar pustaka.

F. Tes Formatif 2
Pilihlah jawaban yang paling tepat
1. Berikut ini yang bukan merupakan bidang-bidang PTK adalah
A. masalah belajar di sekolah.
B. masalah pengelolaan kelas.
C. masalah kurikulum.
D. masalah dana.
2. Masalah-masalah yang perlu dipecahkan melalui penelitian
tindakan kelas, kecuali
A. nyata dan benar-benar dirasakan.
B. berada dalam kewenangan peneliti.
C. perlu diidentifikasi.
D. perlu segera dipecahkan peneliti.
3. Contoh masalah-masalah yang perlu dipecahkan adalah, kecuali
A. Rendahnya motivasi belajar matematika siswa.
B. penguasaan materi matematika siswa yang belum sesuai
dengan kehendak guru.
C. Hasil belajar matematika siswa yang belum sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan.
D. Kesalahan siswa dalam memahami konsep matematika.
10-34 Penelitian Tindakan Kelas

4. Berikut contoh permasalahan dalam PTK, kecuali


A. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan metode permainan matematika?
B. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran pemecahan masalah?
C. Apakah dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan hail belajar?
D. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran
dengan model pembelajaran koperatif tipe STAD danTAI?
5. Dalam tiap siklus terdiri dari 4 tahap, berikut yang bukan tahapan
dari siklus adalah
A. perencanaan.
B. refleksi.
C. observasi.
D. identifikasi masalah.
6. Refleksi dilakukan setelah
A. Kolaborasi dengan guru lain.
B. Implementasi tindakan.
C. Perencanaan tindakan,
D. Tindakan berikutnya.
7. Pada latar belakang masalah peneliti
A. meyakinkan bahwa masalah tersebut perlu segera dipecahkan.
B. menjelaskan tentang tujuan penelitian.
C. menjelaskan tentang manfaat penelitian.
D. menjelaskan karakteristik penelitian tindakan kelas.

8. Dalam rencana penelitian perlu disampaikan


A. Rencana tindakan yang akan observasi.
B. Rencana tindakan yang telah dievaluasi.
C. Rencana tindakan yang telah dilakukan.
D. Rencana tindakan yang akan dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas 10-35

9. Pada kerangka berpikir bersifat


A. a priori
B. justifikasi
C. argumentatif
D. dokumentatif.
10. Pada tahap pengamatan diperlukan
A. tes.
B. angket.
C. pedoman wawancara.
D. pedoman observasi.
Jawablah pertanyaan berikut.
1. Berilah 5 buah contoh masalah yang dapat dipecahkan melalui
penelitian tindakan kelas.
2. Cobalah mengidentifikasi masalah yang ada di kelas dimana anda
mengajar saat ini.
3. Sebutkan apa saja yang perlu disusun dalam metode penelitian,
beri penjelasan.
10-36 Penelitian Tindakan Kelas

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3

A. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi
Peserta dapat memahami cara pembuatan laporan penelitian
tindakan dalam mata pelajaran matematika.
Indikator
Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas
B. Uraian Materi
Penyusunan Laporan Penelitian
Ada beberapa jenis penyusunan laporan penelitian yang
tergantung pada penyandang dana, maupun pembaca utama yang
ditargetkan. Apabila peserta mendapatkan sistematika yang tidak
sama dengan tulisan ini harap disesuaikan. Secara umum sistematika
suatu laporan terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu pembuka, inti, dan
penutup(Depdiknas, 2006). Berikut adalah contoh komponen laporan
hasil PTK dengan kelengkapan dan sistematikanya.
JUDUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
DAFTAR GAMBAR (KALAU ADA)
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas 10-37

D. Manfaat Hasil Penelitian


BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Prosedur Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Abstrak
Abstrak berisi uraian ringkas permasalahan dan cara
pemecahannya, tujuan, prosedur dan hasil PTK. Abstrak diketik
satu spasi dengan font 11, dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris(jika diperlukan). Jumlah kata dalam abstrak tidak melebihi
200 kata dan dilengkapi dengan kata-kata kunci sebanyak 3-5
kata.
Kata Pengantar
Kata pengantar berisi hal-hal yang ingin disampaikan oleh tim
pengembang sehubungan dengan pelaksanaan PTK dan hasil
yang dicapai. Di bagian ini dapat pula disampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelaksanaan PTK.
Daftar Isi
10-38 Penelitian Tindakan Kelas

Daftar isi memuat bagian awal laporan, Bab dan sub bab, bagian
akhir, disertai pencantuman nomor halamannya.
Daftar Tabel
Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam
laporan disertai pencantuman nomor halamannya.
Daftar Gambar
Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada
dalam laporan disertai pencantuman nomor halamannya. Gambar
yang dimaksud adalah gambar yang diambil selama proses PTK
berlangsung dan berguna antara lain, untuk menggambarkan
situasi kelas laboratorium atau mimik seorang peserta didik yang
dapat memperkuat uraian dalam komponen penemuan.
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat unsur latar belakang masalah, perumusan
masalah dan pemecahannya(termasuk definisi operasional dan
ruang lingkup pengembangan inovasi), tujuan pengembangan
inovasi, manfaat hasil pengembangan inovasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka berisi uraian teori dan temuan penelitian yang
relevan yang digunakan sebagai dasar dalam pemilihan pendapat
dan pelaksanaan PTK. Uraian ini digunakan sebagai dasar
penyusunan kerangka berpikir dan usaha pengembangan
membangun argumen teoritik dalam menjelaskan hasil yang
diperoleh baik yang positif maupun negatif, berkaitan dengan
tindakan yang digunakan dalam upaya meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan dan pembelajaran.
BAB III Metode Penelitian
Metode penelitian berisi deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran,
karakteristik peserta didik, dan prosedur pengembangan inovasi,
Prosedur berupa uraian secara rinci tahap-tahap kegiatan dalam
setiap siklus.
Penelitian Tindakan Kelas 10-39

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


Dalam hasil penelitian disajikan dalam bentuk siklus dengan data
lengkap. Dalam bagian ini diuraikan tindakan yang khas yang
dilakukan sehingga terlihat bedanya dengan pembelajaran yang
selama ini biasa dilakukan. Selain itu diuraikan pula pelaksanaan
tindakan , dan juga disajikan hasil pengumpulan data yang
diperoleh melalui berbagai instrument, sedangkan data lengkap
disajikan dalam lampiran. Disampaikan pula aspek keberhasilan
dan kelemahan dan rencana tindak lanjut. Mengapa berhasil
(tidak)?, apa yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.
Disajikan analisis data dan hasil perubahan dalam bentuk
grafik/statistik deskriptif dioptimalkan.
Dalam pembahasan adalah membahas hasil penelitian, sehingga
ada ulasan tentang perubahan yang dihasilkan dari tiap siklus dan
keseluruhan siklus.
BAB V Simpulan dan Saran
Di dalam simpulan yang disusun harus sesuai dengan
permasalahan dan tujuan penelitian. Saran disusun untuk tindak
lanjut penelitian berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan juga
untuk penerapan hasil, saran sebaiknya disusun secara
operasional ditujukan kepada siapa.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan hanya yang
benar-benar dirujuk di dalam naskah. Daftar pustaka dituliskan
secara konsisten dan alphabetis. Daftar pustaka dapat bersumber
pada buku, jurnal, majalah, dan internet.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran memuat RPP yang dilaksanakan, instrumen
pengembangan inovasi, dan bukti lain pelaksanaan PTK.
10-40 Penelitian Tindakan Kelas

C. Latihan
Untuk meningkatkan pemahaman dalam menyusun laporan carilah
contoh laporan penelitian tindakan kelas, cermati dan diskusikan
apakah isi dan makna dari tiap-tiap bagian dalam laporan tersebut .
D. Lembar Kegiatan
Langkah Kegiatan
Bacalah dengan cermat masing-masing komponen dalam teori
cara menyusun laporan penelitian tindakan kelas, kemudian
mulailah mengidentifikasi isi dari masing-masing bagian
tersebut.
Hasil
Hasil bahasan dari laporan penelitian tindakan kelas yang
sudah ada.
E. Rangkuman
Secara umum sistematika suatu laporan terdiri dari 3 bagian pokok,
yaitu pembuka, inti, dan penutup. Baguan pembuka terdiri dari judul,
halaman judul, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, daftar lampiran. Bagian inti terdiri dari pendahuluan, kajian
pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan,
simpulan dan saran, semuanya disajikan secara lengkap. Bagian
penutup berisi daftar pustaka dan lampiran.
F. Tes Formatif 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat
1. Laporan penelitian tindakan kelas memuat antara lain
A. judul, abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, penutup.
B. judul, abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, penutup, daftar
pustaka.
C. judul, abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian,
hasil dan pembahasan, riwayat hidup, penutup, simpulan dan
saran, daftar pustaka.
Penelitian Tindakan Kelas 10-41

D. judul, abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian,


hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, daftar pustaka.
2. Gambaran umum mengenai substansi sebuah laporan dapat
ditemukan pada
A. kata pengantar.
B. abstrak.
C. pendahuluan.
D. hasil penelitian
3. Kajian pustaka merupakan bagian penting dari laporan penelitian,
sebab berisi
A. daftar buku-buku, jurnal, internet dan yang lainnya.
B. informasi yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.
C. teori-teori serta hasil penelitian pada topik yang sama yang
sudah pernah dilakukan oleh orang lain maupun yang belum
dilakukan.
D. uraian teori dan temuan penelitian yang relevan yang
digunakan sebagai dasar dalam pemilihan pendapat dan
pelaksanaan penelitian.
4. Pada bagian metode penelitian pada umumnya penulis menyajikan
A. teori penelitian.
B. rencana penelitian.
C. hasil penelitian.
D. temuan penelitian.
5. Penyajian hasil penelitian dapat dilakukan dengan cara
A. naratif.
B. gambar.
C. diagram, tabel, analisis, sintesis, kualitatif.
D. naratif, gambar, grafik, diagram, dan tabel.
6. Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan penelitian adalah
A. buku yang pernah dibaca.
B. jurnal yang pernah dibaca.
10-42 Penelitian Tindakan Kelas

C. buku yang dirujuk dalam naskah laporan.


D. buku yang dirujuk pada naskah proposal.
7. Pada bagian saran yang ditulis adalah tindak lanjut
A. berdasarkan hasil penelitian
B. berdasarkan kajian teori.
C. dari penelitian sebelumnya.
D. dari penelitian yang serupa.
8. Dalam pembahasan yang dibahas adalah
A. kajian teori.
B. hasil penelitian
C. metode penelitian.
D. simpulan.
9. Salah satu bagian dari metode penelitian adalah
A. subjek penelitian.
B. objek penelitian
C. populasi.
D. sampel.
10. Salah satu yang bukan bagian dari metode penelitian adalah
A. subjek penelitian.
B. sampel penelitian.
C. lokasi penelitian.
D. rencana penelitian.
Jawablah,
1. Jelaskan apa yang perlu ditulis dalam hasil penelitian.
2. Jelaskan apa yang perlu ditulis dalam pembahasan.
3. Jelaskan apa yang perlu ditulis pada simpulan dan saran.
Penelitian Tindakan Kelas 10-43

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 Tes Formatif 3
1. D 1. D 1. D
2. A 2. C 2. B
3. B 3. B 3. D
4. B 4. D 4. B
5. C 5. D 5. D
6. B 6. B 6. C
7. A 7. A 7. A
8. B 8. C 8. B
9. C 9. C 9. A
10. D 10.D 10.B

GLOSARIUM

CAR Nama lain untuk PTK


Empiris Kegiatan dalam penelitian teramati oleh indra
manusia
Kolaboratif Upaya kerjasama untuk memecahkan masalah
PTK Penelitian dengan melakukan tindakan tertentu
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas secara profesional
PIPS Nama lain untuk PTK
Rasional Kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara
yang masuk akal
Self evaluatif Kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara
kontinu
10-44 Penelitian Tindakan Kelas

siklus Kegiatan yang terdiri dari 4 tahap yaitu


perencanaan, implementasi, observasi dan
evaluasi, refleksi
tindakan Kegiatan tertentu untuk memperbaiki pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas 10-45

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi


Aksara.
Depdiknas, 1999, Penelitian Tindakan ( Action Research), Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. 2006. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan


Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah. Jakarta:
Dirjendikti.

Isaac S& Michael B William, 1981, Handbook in Research and Evaluation,


San Diego California: Edits.

Makalah Pelatihan Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas Lembaga


Penelitian Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono, 1997, Statistika untuk Penelitian, Bandung: AlFABETA.


10-46 Penelitian Tindakan Kelas

CONTOH PROPOSAL PTK

USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN


SISWA PADA MATERI POKOK SEGIEMPAT DENGAN
MENDAYAGUNAKAN ALAT PERAGA DAN SERANGKAIAN
PERTANYAAN KOGNITIF DI SMP SUKAMAJU SEMARANG

Oleh
Endang Retno W
Riza Arifudin
Muhamat

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
JANUARI 2005
Penelitian Tindakan Kelas 10-47

HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( CLASSROOM ACTION RESEARCH)

1. Judul Penelitian Upaya Meningkatkan Pemahaman


Siswa Pada Materi Pokok
Segiempat dengan Mendaya
gunakan Alat Peraga dan
Serangkaian Pertanyaan Kognitif di
SMP Sukamaju Semarang
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat dan golongan dan
NIP
d. Fakultas/Jurusan
e. Institut/Universitas
f. Alamat rumah:
Nomor telepon/HP:
Email
3. Jumlah Aggota Peneliti 2 orang
4. Lama Penelitian 8 bulan
5. Biaya yang diperlukan
a. Sumber dari Depdiknas
b. Sumber lain
Jumlah

Semarang, 12
Oktober 2005
Mengetahui Ketua Peneliti
Dekan

(...............) (.............)

Menyetujui Mengetahui
10-48 Penelitian Tindakan Kelas

Ketua Lembaga Penelitian UNNES Kepala Sekolah


SMP Sukamaju
Semarang

(.................) (................)
Penelitian Tindakan Kelas 10-49

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


A. JUDUL PENELITIAN
Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Pokok
Segiempat dengan Mendayagunakan Alat Peraga dan Serangkaian
Pertanyaan Kognitif di SMP Sukamaju Semarang
B. BIDANG KAJIAN
Desain dan strategi pembelajaran, alat peraga.
C. PENDAHULUAN
Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMP di Semarang
mengatakan bahwa sebagian besar siswa SMP kurang aktif didalam
pembelajaran matematika, siswa belum terbiasa untuk
mengungkapkan pendapatnya sendiri, bahkan menemukan sendiri
jawaban dari masalah yang dihadapi juga belum terbiasa. Selain itu
masih ada siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika,
dan juga tidak suka terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan informasi dari guru kelas VII SMP Sukamaju
Semarang terdapat sekitar 60 % siswa masih belum aktif dalam
pembelajaran matematika, siswa masih belum terbiasa untuk berani
mengemukakan pendapat dan idenya. Kenyataan juga menunjukkan
bahwa dalam materi segiempat hasil yang dicapai selama ini masih
kurang dari yang diharapkan, karena rata-rata hasil belajar untuk luas
bangun datar masih kurang dari 7 (tujuh), sedangkan KKM untuk
pelajaran Matematika disekolah tersebut adalah 7,00.
Materi segiempat diperlukan dalam mempelajari materi yang lain,
terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan sehari hari. Selain itu
materi ini juga diperlukan untuk mempelajari materi berikutnya, seperti
luas tabung, kerucut, volum balok, volum prisma dan yang lainnya.
Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru
belum berhasil untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan
hasil kolaborasi antara guru kelas dan dosen, sampailah pada suatu
10-50 Penelitian Tindakan Kelas

kesimpulan bahwa pada umumnya dalam belajar materi pokok


tertentu guru selalu memberikan contoh-contoh soal yang lebih
banyak didominasi oleh guru dan siswa tinggal mencatat apa yang
telah ditulis oleh guru. Tetapi begitu sampai permasalahan luas
segiempat siswa tidak mudah untuk menemukan rumus luas, apalagi
dalam menyelesaikan soal cerita yang terkait dengan luas bangun
datar. Selain itu selama ini soal yang diberikan oleh guru adalah soal
yang diambil dari buku cetakan, padahal soal yang ada dalam buku
tidak semuanya kontekstual sehingga ada kemungkinan siswa
mengalami kesalahan dalam menginterpretasikan soal cerita tersebut.
Hal ini sesuai dengan temuan Movsshovits dan Zaslavsky (1987)
bahwa salah satu kategori kesalahan yang dilakukan oleh siswa
adalah kesalahan menginterpretasikan bahasa.
Kurang mampunya siswa menemukan rumus luas bangun
segiempat, serta menyelesaikan soal cerita yang terkait dengan luas
segiempat kemungkinan akan berakibat kurangnya siswa memahami
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan matematika. Adanya permasalahan tersebut
dapat diduga bahwa pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Hall
ini juga sesuai dengan penelitian Outhred & Michelmore (2000) bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk
memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut perlu
adanya suatu penelitian yang menerapkan suatu strategi pembelajaran
tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal tentang luas bangun datar. Pada penelitian ini
akan difokuskan pada siswa kelas VIIA dengan materi pokok
segiempat.
Penelitian Tindakan Kelas 10-51

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat
dirumuskan permasalahan sebagi berikut: apakah menerapkan
pembelajaran dengan mendayagunakan alat peraga dan serangkaian
pertanyaan kognitif pada materi pokok segiempat dapat meningkatkan
keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VII A di SMP Sukamaju
Semarang.
2 Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan
dilakukan kegiatan sebagai berikut. Untuk memecahkan masalah
dalam pembelajaran akan digunakan alat peraga. Alat peraga akan
dibuat bersama oleh tim peneliti yang digunakan untuk menerangkan
tentang sifat dan luas segiempat.
Langkah berikutnya peneliti akan menggunakan strategi
pembelajaran dengan memberikan serangkaian pertanyaan kognitif, di
mana dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar
akademik, kemampuan komunikasi, dan pengembangan keterampilan
sosial.
Untuk menanamkan materi segiempat dimulai dengan
menggunakan alat peraga dan diikuti dengan serangkaian
pertanyaan-pertanyaan kognitif yang membantu siswa dalam
memahami materi segiempat. Begitu juga dalam memahami soal-soal
tentang segiempat selalu dengan menggunakan serangkaian
pertanyaan kognitif.

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pembelajaran
dengan mendayagunakan alat peraga dan dikuti dengan serangkaian
10-52 Penelitian Tindakan Kelas

pertanyaan kognitif pada materi segiempat siswa kelas VII A SMP


Sukamaju Semarang, sehingga dapat diketahui: apakah pembelajaran
dengan mendayagunakan alat peraga dan serangkaian pertanyaan
kognitif dapat meningkatkan keaktivan belajar dan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal pada materi pokok segiempat.
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan.
(1) Siswa dapat meningkat kemampuannya dalam menyelesaikan soal
sifat dan luas segiempat dan soal cerita yang terkait dengan
segiempat.
(2) Dengan menjadi tim penelitian, maka akan membantu guru untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran.
(3) Menghasilkan alat peraga yang menarik yang dapat digunakan
dalam jangka panjang.
(4) Memberikan suatu contoh model pembelajaran dengan
mengunakan serangkaian pertanyaan kognitif.
(5) Menumbuhkan minat guru untuk memecahkan masalah melalui
penelitian tindakan kelas.
(6) Meningkatkan hubungan kerja sama antara LPTK dan Sekolah
Dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

G. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Menurut Peaget (Hastuti, 1995) proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan
umurnya. Penjenjangan ini sifatnya hirarkhi, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan/tahapan. Tahap atau tingkat yang dimaksud
adalah.
a. Tingkat sensori motor (0-2 tahun), rabaan dan gerak merupakan
hal-hal yang penting dalam pengalamannya dan ia belajar
berdasarkan pengalamannya itu, berpikir dengan perbuatannya.
Penelitian Tindakan Kelas 10-53

Mereka belajar mengkoordinasi persepsi dan fungsi motoriknya


untuk mengenal dunianya.
b. Tingkat pre-operasional (2-7), tahap di mana anak mulai
menggunakan lambang-lambang. Kemampuan melambangkan
tampak pada kegiatan bermain. Keterampilan-keterampilan mulai
tunbuh dengan baik dan faktor ini dapat mendorong anak terampil,
menggunakan bahasa, mereka mulai belajar menalar dan
membentuk konsep.
c. Tingkat operasi kongkrit (7-11 tahun), tahap di mana pengerjaan-
pengerjaan logis dapat dilakukan dengan bantuan benda-benda
konkret. Pengamatan dan pikiran memperlihatkan kemajuan. Anak
mampu mengkonversi angka, benda terutama yang kongkret.
Kekongkretan ini membantu guru dan siswa memahami makna
kata.
d. Tingkat operasi formal (11 tahun- dewasa), pengerjaan logis dapat
dilakukan tanpa bantuan benda-benda konkret. Pada tingkat ini
anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan hipotik,
mereka mampu menalar secara sistematik dan mampu menarik
kesimpulan.
Pendapat Peaget ini didukung oleh Bruner yang menyatakan
bahwa usia SD untuk mendapatkan daya tangkap dan serapnya
meliputi ingatan, pemahaman dan penerapan masih memerlukan
mata dan tangan (Tim PKG, 1988:1).
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran matematika SMP menurut
Dirjendikdasmen (1993) antara lain: (1) dalam menyajikan topic-topik
baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana menuju
tahapan yang lebih kompleks, dari yang dekat kepada anak menuju
lingkungan yang lebih luas; (2) pengalaman-pengalaman sosial anak
dan penggunaan benda-benda konkrit perlu dilakukan guru untuk
membantu pemahaman anak-anak; (3) setiap langkah dalam
10-54 Penelitian Tindakan Kelas

pembelajaran hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik


untuk menghindari terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak.
Melalui berbagai kegiatan untuk mempelajari konsep matematika
dengan alat peraga, siswa akan aktif dan asyik bekerja, sehingga
dengan aktivitas tersebut akan menimbulkan motivasi belajar. Hal ini
sangat menguntungkan siswa, terutama bagi siswa yang daya
abstraksinya kurang tajam. Dengan pengalaman seperti ini akan
memberikan pesan dan kesan yang cukup mendalam dan sulit
dilupakan.
2. Media Pembelajaran
Salah satu komponen yang penting di dalam pendekatan sistem
untuk pendidikan dan kegiatan pembelajaran adlah pemilihan dan
penggunaan media pembelajaran. Media adalah sarana yang dapat
dipergunakan oleh guru untuk membagi tanggung jawab di dalam
menyerahkan informasi atau isi kepada siswa.
Dalam arti yang luas media dapat berupa orang, bahan, atau
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang sama memungkinkan
siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Media
adalah sebagai sumber belajar yang penting dalam kegiatan
pembelajarn, karena mampu berkomunikasi dengan siswa untuk
menyampaikan informasi atau pesan.
Ada beberapa cara menggolongkan jenis-jenis media, antara lain
adalah sebagai berikut: (1) benda sebenarnya, dalam hal ini untuk
mempermudah pemahaman siswa tentang suatu hal tertentu, maka
siswa perlu diajak untuk melihat benda yang sebenarnya; (2) penyajian
verbal, kategori ini meliputi bahan cetak seperti buku teks, buku kerja;
(3) penyajian grafik, meliputi hal-hal seperti grafik, chart, peta, gambar
yang dibuat dengan maksud untuk mengkomunikasikan suatu ide; (4)
gambar diam; (5) gambar bergerak; (6) gambar bergerak disertai
suara, dalam hal ini seperti bentuk film.
Penelitian Tindakan Kelas 10-55

Dalam menggunakan media ada beberapa faktor yang perlu


diperhatikan, antara lain adalah: (a) kecocokan; (b) tingkat kesulitan;
(c) biaya; (d) ketersediaan; (e) mutu teknis. Tanpa mempertimbangkan
hal-hal tersebut, maka kiranya tidak dapat dikatakan pemilihan media
dengan baik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemilihan media
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya suatu
pandangan mengenai bagaimana kegunaan media di dalam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arief S
Sadiman dkk (1989) pemilihan media harus dikembangkan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada
dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat hkasnya
(karakteristiknya) media yang bersangkutan.

3. Alat Peraga Matematika


Alat peraga matematika adalah bagian dari media pembelajaran
yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran
matematika. Menurut Rusefendi (1989) gunanya alat peraga adalah:
(1) supaya siswa lebih besar minatnya dalam belajar matematika; (2)
supaya siswa dapat dinantu daya tiliknya sehingga lebih mengerti dan
labih besar daya ingatnya; (3) supaya siswa dapat melihat hubungan
anatara ilmu yang dipelajarinya dengan alam sekitar.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dengan menggunakan alat
peraga diharapakan minat anak dalam belajar matematika akan
meningkat sehingga siswa menyukai pelajaran matematika. Selain itu
belajar matematika apabila menggunakan alat peraga membuat siswa
tetap mengingatnya, sehingga lebih mudah memahaminya.
Alat peraga matematika juga merupakan alat yang dapat
digunakan untuk kegiatan yang menyenangkan dan dapat menunjang
tercapainya tujuan instruksional dalam pengajaran matematika.

4. Serangkaian Pertanyaan Kognitif.


10-56 Penelitian Tindakan Kelas

a. Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom telah banyak menuntun dalam rangka
menetapkan tujuan pembelajaran, khususnya jenjang kemampuan
kognitif. Jenjang kemampuan siswa dapat diperinci dan ditetapkan
sebagai pencapaian dari pembelajaran. Menurut Suharsimi (1995) satu
di antara tiga taksonomi dari Bloom adalah kemampuan kognitif.
Keenam dari kemampuan kognitif tersebut adalah.
Pengetahuan (knowledge), jenjang yang paling rendah dalam
kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang
bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses,
pengingatan terhadap suatu pola, struktur. Dalam hal ini tekanan
utama adalah pada pengenalan kembali fakta, konsep, proses dan
pola.
Pemahaman ( comprehension ), jenjang setingkat di atas
pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi
secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk
penyajian yang berbeda, mengorganisasikan secara singkat
tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksplorasikan.
Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada sitiasi yang
baru.
Analisis. Jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama
kemampuan siswa dalam memisah-misah terhadap suatu materi
menjadi bagian-bagian yang membentuknya
Sintesis, jenjang yang satu tingkat lebih sulit dari analisis. Jenjang
ini meliputi kemampuan anak untuk menempatkan bagian menjadi
satu sehingga membentuk satu kesatuan yang koheren.
Evaluasi, jenjang ini meliputi kemampuan siswa dalam
pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat
tentang nilai, ide, materi dan lain- lain.
Untuk siswa Sekolah Dasar pada umumnya paling tinggi
hanya sampai pada kemampuan yang keempat.
Penelitian Tindakan Kelas 10-57

b. Algoritma
Menurut Rinaldi (2001) Algoritma berisi urutan langkah-langkah
penyelesaian masalah. Adapun definisi Algoritma adalah urutan
langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara
sistematis. Langkah-langkah tersebut harus logis, ini berarti nilai
kebenarannya harus dapat ditentukan, benar atau salah, karena
langkah-langkah yang tidak benar dapat memberikan hasil yang
salah. Langkah-langkah yang tidak logis tidak akan dapat
digunakan dalam pemecahan masalah.
Oleh karena itu pertanyaan kognitif yang dimaksud adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa sehingga siswa
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Serangkaian
pertanyaan kognitif yang dimaksud adalah algoritma (urutan langkah-
langkah logis dan sistematis) pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada siswa dalam menyelesaikan masalah. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat mengukur perilaku ingatan, pemahaman, aplikasi,
maupun analisis seperti yang dikemukakan oleh Bloom, sehingga
pertanyaan-pertanyaan tersebut menuntun dan sekaligus menuntut
siswa untuk dapat menyelesaikan masalah.
10-58 Penelitian Tindakan Kelas

Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Winarti, ER (2001) menyatakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah,I dkk (2004) juga
mengatakan bahwa pembelajaran matematika dengan memanfaatkan alat
peraga di Sekolah Dasar dapat meningkatkan hasil belajar dan juga minat
belajar terhadap pelajaran matematika.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan apa yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini
adalah: Apabila dalam pembelajaran matematika materi pokok segiempat
mendayagunakan alat peraga dan serangkaian pertanyaan kognitif, maka
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Sukamaju dapat
ditingkatkan.

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Sukamaju Semarang
dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII A sebanyak 45 siswa.
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus yang masing masing
siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, implementasi, observasi
dan evaluasi, refleksi.

(1) Siklus 1
Siklus pertama direncanakan dalam dua kali pertemuan yang
masing-masing pertemuan dilaksanan dalam 2 jam pertemuan.
Adapun tahapan pada siklus pertama adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut
(kegiatan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan dosen).
Menyusun rencana pembelajaran untuk materi sifat-sifat dan luas
jajar genjang, sifat-sifat dan luas belahketupat.
Penelitian Tindakan Kelas 10-59

Membuat alat peraga jajargenjang dan belahketupat.


Membentuk kelompok-kelompok siswa (direncanakan dalam satu
kelompok terdiri dari 5 siswa), dengan menunjuk seorang siswa
sebagai ketuanya.
Menyiapkan penghargaan yang akan diberikan kepada masing-
msing kelompok
Menyiapkan soal pemecahan masalah tentang materi jajar genjang
dan belah ketupat.
Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes, pedoman
observasi untuk siswa, pedoman observasi untuk guru , dan
pedoman wawancara.
b. Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun.
Pelaksanaan tidak mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan
materi berjalan sesuai dengan kurikulum yang sudah berlaku di
Sekolah tersebut. Pada tahap ini model pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dilaksanakan, pada saat latihan siwa
dibentuk kelompok dengan nama kelompok tertentu kemudian masing-
masing kelompok dberi serangkaian pertanyaan-pertanyaan kognitif
yang dapat menuntun dan menuntut siswa dam menyelesaikan
masalah.

c. Observasi dan Evaluasi.


Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada
akhir siklus pertama diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi,
hasil wawancara dan hasil tes, maka tahap berikutnya dapat
dilaksanakan.
d. Refleksi
10-60 Penelitian Tindakan Kelas

Setelah hasil observasi, wawancara, dan hasil tes dianalisis


secara kolaboratif oleh semua anggota penelitian, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasil.
Apabila hasil belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus kedua.
(2) Siklus 2
Siklus kedua dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang
belum baik dan berakhir pada siklus pertama. Adapun tahapan pada
siklus kedua juga sama dengan tahapan yang ada pada siklus 1.
Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus 1.
a. Perencanaan
Menyusun rencana pembelajaran untuk materi sifat-sifat dan luas
layang-layang, sifat-sifat dan luas trapesium.
Menyiapkan alat peraga layang-layang dan trapesium.
Memperbaiki bentuk kelompok-kelompok siswa.
Menyiapkan penghargaan yang akan diberikan kepada masing-
msing kelompok
Memperbaiki bentuk soal pemecahan masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari.
Memperbaiki bentuk pertanyaan-pertanyannya
Memperbaiki instrumen penelitian yang berupa tes, pedoman
observasi untuk siswa, pedoman observasi untuk guru, dan
pedoman wawancara.
b. Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan akan dilaksanakan seuai dengan jadwal yang dibuat.
Pelaksanaan tidak mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan
materi berjalan sesuai dengan kurikulum yang sudah ada di
Sekolah. Pelaksanaan pembelajaran diadakan perbaikan sesuai
dengan hasil pada siklus sebelumnya.
c. Observasi dan Evaluasi.
Penelitian Tindakan Kelas 10-61

Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat


implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada
akhir siklus kedua diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi,
hasil wawancara dan hasil tes, maka tahap berikutnya dapat
dilaksanakan.
d. Refleksi
Setelah hasil observasi, wawancara, dan hasil tes dianalisis
secara kolaboratif oleh semua anggota penelitian, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasil.
Apabila hasil belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus ketiga.

Secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut.

Perencanaan Implementasi Evaluasi dan


Siklus 1 Analisis
Penyempurnaan
Implem Siklus 2 Ev dan Analisis

Refleksi

(4) Indikator Keberhasilan


Berdasarkan refleksi awal siswa di SMP Sukamaju rata-rata hasil
belajar matematika sebelum penelitian ini dilakukan adalah 6,00,
sedangkan keaktivan siswa 50%.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata hasil belajar
siswa pada materi pokok segiempat minimal 7,00, 75 % siswa minimal
memperoleh hasil belajar 7,00, 85% siswa tuntas dan keaktivan siswa
rata-rata 75 %.
10-62 Penelitian Tindakan Kelas

I. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian ini dirancang dalam bentuk bar-chart
sebagai berikut.
Bulan ke
No Jenis Kegiatan
Mrt Apr Mei Jn Jl Ag Sep Okt
1 Persiapan , Perijinan
2 Mempersiapkan Alat
Peraga
3 Peresiapan
Rencana
Pembelajaran
4 Implementasi siklus
pertama
5 Pelaksanaan siklus
kedua
6 Pelaksanaan siklus
ketiga
7 Pembuatan Laporan
sementara
8 Seminar dan
pembuatan Laporan

J. BIAYA PENELITIAN
1. Honorarium
2. Biaya operasional
3. Biaya pembelian ATK
4. Lain-lain

K. PERSONALIA PENELITIAN
Ketua Peneliti
Nama dan gelar lengkap :
Jenis Kelamin :
Pangkat/Gol/NIP :
Jabatan :
Bidang Keahlian :
Fakultas/Program Studi :
Waktu yang disediakan : 10 jam per minggu
Anggota Peneliti 1
Anggota Peneliti 2
Penelitian Tindakan Kelas 10-63

DAFTAR PUSTAKA

Arief S Sadiman dkk. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.

Dirjen Dikdasmen. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual


Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas.

Hidayah, I 2004. Uji Coba Penerapan Alat Perga Matematika dalam


Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Laporan Penelitian

Movshovits, Nitsa & Zaslavsky, orit. 1987. An Empirical Classification


Model for error in High School Mathematics. Journal for
Research in Mathematics Education. 18. 3-14.

Muslimin Ibrahim dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:


University Press.

Outhred, L. N & Mitchelmore, M.C. 2000. Young Childrens Intuitive


Understanding of Rectangular Area Measurement. Journal for
Research in Mathematics Education. 31. 144-167.

Rinaldi, M. 2003. Algoritma dan Pemrograman. Bandung: Informatika.

Silberman, Mel, 2001. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran


Aktif. (terjemahan Sarjuli dkk): Yogyakarta: Yappendis.

Winarti, ER. 2004. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan


Menggunakan Alat Peraga. Laporan Penelitian.
10-64 Penelitian Tindakan Kelas

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Riwayat Hidup Ketua Peneliti


Nama dan gelar lengkap :
Jenis Kelamin :
Pangkat/Gol/NIP :
Jabatan Fungsional :
Bidang Keahlian :
Fakultas/Program Studi :
Riwayat Pendidikan
Penelitian Tindakan yang pernah dilakukan antara lain adalah

Riwayat Hidup Anggota Peneliti 1


Riwayat Hidup anggota Peneliti 2
BUKU AJAR

STATISTIK
9-2 Penulisan Karya Ilmiah
Penulisan Karya Ilmiah 9-3

BAB I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Buku Ajar mengenai Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi
materi pembelajaran tentang penulisan artikel ilmiah, jenis dan struktur
artikel ilmiah, artikel hasil pemikiran, artikel hasil penelitian, format
tulisan, serta praktik penulisan artikel ilmiah. Secara garis besar, buku
ajar ini mengantarkan peserta PLPG untuk memahami materi-materi
tersebut di atas, namun demikian peserta juga diminta untuk
menyusun draft penulisan artikel ilmiah di bidang kompetensi masing-
masing. Hal ini mempunyai tujuan agar setelah pelaksanaan
matapelajaran ini peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam
menyusun artikel ilmiah yang siap dimasukkan ke dalam jurnal ilmiah
yang tidak maupun terakreditasi.
Buku ajar Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mempunyai
standar kompetensi dasar (1) mengenal penulisan artikel ilmiah; (2)
mengenal perbedaan penulisan artikel ilmiah yang konseptual dan
yang non konseptual; (3) mengenal format penulisan artikel ilmiah; dan
(4) menyusun draft artikel ilmiah. Buku ajar ini mempunyai hubungan
dengan buku ajar yang terutama adalah penelitian tindakan kelas.
Karena standar kompetensi penelitian tindakan kelas adalah (1)
mengenal metode penelitian tindakan kelas; (2) mengenal format
laporan penelitian tindakan kelas, (3) menyusun draft proposal
penelitian tindakan kelas. Jelas bahwa kompetensi dasar kedua mata
pelajaran ini akan bersngkut paut, pada saat peserta PLPG
berkeinginan untuk menuliskan hasil penelitian tindakan kelas ke
dalam jurnal penelitian pendidikan.
9-4 Penulisan Karya Ilmiah

B. Petunjuk Pembelajaran
Peserta PLPG harus selalu aktif mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Peserta PLPG aktif berdiskusi dengan pelatih,
menanyakan hal-hal yang belum dipahami, selanjutnya mendiskusikan
dengan teman lainnya. Di samping itu, peserta pelatihan mencermati
contoh-contoh yang telah disajikan oleh pelatih dan yang tersaji di
dalam buku ajar ini. Kemudian peserta PLPG harus belajar menyusun
suatu draft artikel ilmiah yang selaras dengan format yang tersaji di
dalam buku ajar ini. Hasil draft itu selanjutnya digunakan untuk
memenuhi tugas mata pelajaran ini, serta dimintakan pendapat dari
pelatih. Saran-saran dari pelatih yang belum dipahami perlu
ditanyakan kembali kepada pelatih jika perlu meminta perbandingan
dengan artikel yang telah termuat di dalam jurnal.

C. Kompetensi dan Indikator


1. Peserta mempunyai kemampuan dalam memahami kriteria
penulisan artikel ilmiah;
2. Peserta mempunyai kemampuan dalam memahami jenis dan
struktur artikel ilmiah;
3. Peserta mempunyai kemampuan dalam memahami artikel
penulisan hasil pemikiran konseptual;
4. .Peserta mempunyai kemampuan dalam memahami artikel
penulisan hasil penelitian;
5. Peserta mempunyai kemampuan dalam memahami format
penulisan enumeratif;
6. Peserta mempunyai kemampuan dalam memahami format
penulisan esai;
7. Peserta mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam
menyusun draft artikel ilmiah.
BAB II. KEGIATAN BELAJAR I
JENIS DAN STRUKTUR ARTIKEL ILMIAH

A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR


Karya ilmiah tentu sudah merupakan bacaan yang sangat
akrab dengan peserta PLPG. Sebagai guru, bapak dan ibu sudah
sering membaca berbagai artikel, baik yang bersifat populer, ilmiah
populer maupun yang memang benar-benar merupakan karya ilmiah.
Berbekal pengalaman bapak dan ibu dalam memahami artikel ilmiah,
bapak dan ibu akan mengkaji bentuk, sifat dan struktur karya tulis
ilmiah. Berkaitan uraian di atas, maka setelah menyelesaikan kegiatan
berlajar pertama ini, bapak dan ibu diharapkan mempunyai
kemampuan dalam:
1. Menjelaskan sifat artikel ilmiah;
2. Menjelaskan sikap ilmiah;
3. Menjelaskan bentuk, struktur dan sifat-sifat artikel ilmiah
4. Menjelaskan perbedaan artikel hasil pemikian konseptual dengan
hasil penelitian

B. URAIAN MATERI
Sesuai dengan namanya, artikel ilmiah yang dimuat dalam
jurnal diharapkan memenuhi kriteria sebagai sebuah karya ilmiah.
Kriteria ini adalah cerminan sifat karya ilmiah yang berupa norma dan
nilai yang berakar pada tradisi ilmiah yang diterima secara luas dan
diikuti secara sungguh-sungguh oleh para ilmuwan. Oleh karena itu,
penerbitan ilmiah secara inherent harus menampilkan sifat-sifat dan
ciri-ciri khas karya ilmiah tersebut yang mungkin tidak selalu harus
dipenuhi di dalam jenis penerbitan yang lain. Pertama, penerbitan
ilmiah bersifat objektif, artinya isi penerbitan ilmiah hanya dapat
dikembangkan dari fenomena yang memang exist, walaupun kriteria
9-2 Penulisan Karya Ilmiah

eksistensi fenomena yang menjadi fokus bahasannya dapat berbeda


antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu yang lain.
Selain objektif, sifat lain karya ilmiah adalah rasional. Rasional
menurut Karl Popper adalah tradisi berpikir kritis para ilmuwan. Oleh
karena itu, penerbitan ilmiah juga membawa ciri khas ini yang
sekaligus berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal-balik
yang berkaitan dengan masalah yang dipersoalkan. Lain daripada itu,
karena jurnal merupakan sarana komunikasi yang berada di garis
depan dalam pengembangan IPTEKS, ia juga mengemban sifat
pembaharu dan up-to-date atau tidak ketinggalan jaman.
Selanjutnya, dalam menulis artikel ilmiah penulis hendaknya
juga tidak mengabaikan komponen sikap ilmiah yang lain seperti
menahan diri (reserved), hati-hati dan tidak over-claiming, jujur, lugas,
dan tidak menyertakan motif-motif pribadi atau kepentingan-
kepantingan tertentu dalam menyampaikan pendapatnya. Semua
sikap di atas, dilengkapi dengan keterbukaan dalam menyebutkan
sumber bahan yang menjadi rujukannya, juga dipandang sebagai
upaya penulis untuk memenuhi etika penulisan ilmiah.
Artikel ilmiah mempunyai bentuk, struktur, dan sifat-sifat
tertentu. Oleh karena itu, penulisannya harus mengikuti pola, teknik,
dan kaidah-kaidah tertentu juga. Pola dan teknik penulisan artikel
ilmiah ini relatif konsisten diikuti oleh penerbitan ilmiah pada umumnya
yang biasa dikenal sebagai jurnal atau majalah ilmiah. Walaupun
demikian, setiap majalah ilmiah biasanya memiliki gaya selingkung
yang berusaha dipertahankan konsistensinya sebagai penciri dan
kriteria kualitas teknik dan penampilan majalah yang bersangkutan.
Gaya selingkung itu secara rinci mungkin berbeda antara satu majalah
ilmiah dan majalah ilmiah yang lain, tetapi biasanya semuanya masih
mengikuti semua pedoman yang berlaku secara umum. Sementara itu
kaidah-kaidah penulisan artikel ilmiah diharapkan diikuti oleh para
penulis artikel sebagaimana sikap ilmiah diharapkan diikuti oleh para
Penulisan Karya Ilmiah 9-3

ilmuwan atau kode etik profesi oleh para profesional dalam bidangnya
masing-masing. Dalam perspektif tertentu pemenuhan kaidah-kaidah
penulisan artikel ilmiah ini dapat dipandang sebagai etika yang harus
dipenuhi oleh para penulis artikel.
Sesuai dengan tujuan penerbitannya, majalah ilmiah pada
umumnya memuat salah satu dari hal-hal berikut: (1) kumpulan atau
akumulasi pengetahuan baru, (2) pengamatan empirik, dan (3)
gagasan atau usulan baru (Pringgoadisurjo, 1993). Dalam praktik hal-
hal tersebut akan diwujudkan atau dimuat di dalam salah satu dari dua
bentuk artikel, yaitu artikel hasil pemikiran atau artikel non penelitian
dan artikel hasil penelitian. Ada beberapa jurnal yang hanya memuat
artikel hasil penelitian, misalnya Journal of Research in Science
Teaching yang terbit di Amerika Serikat dan Jurnal Penelitian
Kependidikan terbitan Lembaga Penelitian Unversitas Negeri Malang.
Akan tetapi sebagian jurnal biasanya memuat kedua jenis artikel: hasil
pemikiran dan hasil penelitian. Selain itu, seringkali majalah ilmiah juga
memuat resensi buku dan obituari. Pemuatan artikel hasil penelitian,
artikel hasi pemikiran, resensi dan obituari ini sejalan dengan
rekomendasi Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (2000). Di
dalam tulisan ini pembahasan akan dibatasi pada struktur dan anatomi
dua jenis artikel saja yaitu artikel hasil pemikiran dan artikel hasil
penelitian.

C. LEMBAR KEGIATAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat tulis;
b. Laptop
c. LCD proyektor;
d. Buku teks tentang teknik menulis karya ilmiah.
9-4 Penulisan Karya Ilmiah

2. Langkah Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Persiapan
Sebelum pembelajaran dimulai, 5 menit Mempersiapkan
Fasilitator perlu melakukan persiapan alat dan bahan
yaitu mempersiapkan semua
peralatan dan bahan yang diperlukan
dalam pembelajaran

2. Kegiatan Awal/Pendahuluan
2.1 Berdoa bersama untuk 5 menit Curah
mengawali pembelajaran; pendapat,
2.2 Presensi peserta pelatihan, ceramah
jika ada yang tidak masuk pemecahan
karena sakit misalnya, maka masalah
peserta diajak berdoa kembali
agar teman yang sakit dapat
segera sembuh dan
berkumpul untuk bersekolah
kembali;
2.3 Fasilitator menyampaikan
tujuan pembelajaran yang
akan dikembangkan;
2.4 Selanjutnya fasilitator
menyajikan bentuk, struktur
dan sifat karya tulis ilmiah.
3. Kegiatan Inti
3.1 Fasilitator memberikan ceramah 35 Metode
tentang pengertian sifat artikel menit pemberian
ilmiah; tugas dan
Penulisan Karya Ilmiah 9-5

3.2 Fasilitator memberikan ceramah pendampingan


tentang sikap ilmiah;
3.3 Fasilitator memberikan ceramah
tentang bentuk dan struktur artikel
ilmiah
3.4 Fasilitator berdiskusi dengan
peserta pelatihan;
3.5 Sharing dalam kelas mengenai
sikap ilmiah, sifat, bentuk, dan
struktur artikel ilmiah;
3.6 Fasilitator menekankan kembali
kesimpulan yang tepat.
4. Kegiatan Akhir
4.1 Fasilitator bersama-sama 10 Refleksi
dengan peserta mengadakan menit
refleksi terhadap proses
pembelajaran hari itu, tentang
beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dari sikap
ilmiah, sifat, bentuk, dan
struktur artikel ilmiah;
4.2 Fasilitator memberi
kesempatan peserta untuk
mengungkapkan pengalaman
setelah dilakukan sharing;
4.3 Berdoa bersama-sama
sebagai menutup pelatihan
9-6 Penulisan Karya Ilmiah

3. Hasil
a. Peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam menjelaskan
kembali secara terurai mengenai sifat artikel ilmiah;
b. Peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam menjelaskan
kembali secara terurai mengenai karakter sikap ilmiah; yang
selanjutnya mempunyai kecenderungan positif jika dihadapkan
pada kasus plagiariasme misalnya;
c. Peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam menjelaskan
kembali secara terurai mengenai bentuk, dan struktur karya tulis
ilmiah.

D. RANGKUMAN
Artikel ilmiah mempunyai bentuk, struktur, dan sifat-sifat
tertentu. Oleh karena itu, penulisannya harus mengikuti pola, teknik,
dan kaidah-kaidah tertentu juga. Pola dan teknik penulisan artikel
ilmiah ini relatif konsisten diikuti oleh penerbitan ilmiah pada umumnya
yang biasa dikenal sebagai jurnal atau majalah ilmiah. Walaupun
demikian, setiap majalah ilmiah biasanya memiliki gaya selingkung
yang berusaha dipertahankan konsistensinya sebagai penciri dan
kriteria kualitas teknik dan penampilan majalah yang bersangkutan.
Gaya selingkung itu secara rinci mungkin berbeda antara satu majalah
ilmiah dan majalah ilmiah yang lain, tetapi biasanya semuanya masih
mengikuti semua pedoman yang berlaku secara umum. Sementara itu
kaidah-kaidah penulisan artikel ilmiah diharapkan diikuti oleh para
penulis artikel sebagaimana sikap ilmiah diharapkan diikuti oleh para
ilmuwan atau kode etik profesi oleh para profesional dalam bidangnya
masing-masing. Dalam perspektif tertentu pemenuhan kaidah-kaidah
penulisan artikel ilmiah ini dapat dipandang sebagai etika yang harus
dipenuhi oleh para penulis artikel.
Penulisan Karya Ilmiah 9-7

F. TES FORMATIF
1. Tes Obyektif
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat
1. Aspek-aspek yang menentukan karakteristik karya tulis, kecuali
a. sikap penulis
b. panjang tulisan
c. struktur sajian
d. penggunaan bahasa
2. Struktur sajian suatu karya tulis ilmiah pada umumnya terdiri dari
a. pendahuluan, inti (pokok pembahasan), dan penutup
b. pendahuluan, abstrak, bagian inti, simpulan
c. abstrak, pendahuluan, bagian inti, simpulan
d. abstrak, bagian inti, penutup
3. Bagian penutup suatu karya tulis ilmia, pada umumnya menyajikan
tentang
a. rangkuman dan tindak lanjut
b. simpulan umum
c. rekomendasi penulis
d. simpulan dan saran
4. Substansi suatu karya tulis ilmiah dapat mencakup berbagai hal,
dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks.
Berikut ini adalah contoh-contoh subatansi karya tulis ilmiah, kecuali
a. pendidikan
b. kebudayaan
c. pemulung
d. informatika
5. Dalam karya tulis ilmiah, penulis bersikap netral, obyektif, dan tidak
memihak. Sikap ini sesuai dengan hakikat karya tulis ilmiah yang
merupakan kajian berdasarkan pada, kecuali
a. fakta atau kenyataan
b. argumentasi
9-8 Penulisan Karya Ilmiah

c. teori yang diakui kebenarannya


d. data empirik/hasil penelitian
6. Keobyektifan penulis karya tulis ilmiahdicerminkan dalam gaya
bahasa yang bersifat
a. resmi
b. baku
c. impersonal
d. personal
7. Komponen suatu karya tulis ilmiah bervariasi sesuai dengan jenis
karya tulis ilmiah dan tujuan penulisannya, namun pada umumnya
semua karya tulis ilmiah mempunayi komponen
a. daftar pustaka
b. abstrak
c. daftar tabel
d. lampiran
8. Berikut ini adalah ciri-ciri suatu karya tulis ilmiah, kecuali
a. memaparkan bidang ilmu tertentu
b. merupakan deskripsi suatu kejadian
c. menggunakan gaya bahasa resmi
d. disajikan secara sistematis
9. Di antara judul berikut, yang manakah yang paling sesuai untuk
judul karya tulis ilmiah?
a. senjata makan tuan
b. kumbang cantik pengisap madu
c. pengaruh gizi pada pertumbuhan anak
d. pengaruh obat bius yang menghebohkan
10 Untuk membedakan karya tulis ilmiah dan karya tulis bukan ilmiah,
. seseorang dapat mengkaji berbagai aspek tulisan. Salah satu aspek
yang dapat digunakan sebagai pembeda adalah
a. sistematika tulisan
b. panjang tulisan
Penulisan Karya Ilmiah 9-9

c. ragam bahasa yang digunakan


d. pengarang

2. Tes Uraian
1. Setelah membaca uraian di atas, coba bapak dan ibu simpulkan
bagaimana caranya mengenal karakteristik karya tulis ilmiah.
Jelaskan mengapa bapak dan ibu menyimpulkan seperti itu?
2. Sebutkan aspek-aspek yang dapat menggambarkan karakteristik
suatu karya tulis ilmiahdan berikan penjelasan singkat untuk setiap
aspek. Berdasarkan uraian itu, coba simpulkan karakteristik karya
tulis ilmiah!
3. Secara umum, struktur sajian suatu karya tulis ilmiah terdiri dari
bagian awal, inti, dan bagian penutup. Coba jelaskan deskripsi
masing-masing bagian dan apa bedanya dengan struktur sajian
karya non ilmiah?
BAB III. KEGIATAN BELAJAR II
ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN DAN HASIL PENELITIAN

A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR


Pada kegiatan belajar yang kedua ini akan dibahas bagaimana
menentukan kelayakan ide untuk dituangkan ke dalam tulisan serta
struktur tulisan konseptual. Pembahasan mengenai materi ini akan
bermanfaat pada saat bapak dan ibu menulis artikel konseptual. Di
samping itu akan dibahas juga teknik menulis karya tulis ilmiah atas
dasar hasil penelitian. Berkaitan uraian di atas, maka setelah
menyelesaikan kegiatan berlajar kedua ini, bapak dan ibu diharapkan
mempunyai kemampuan dalam:
1. Menjelaskan pembuatan judul karya tulis yang bersifat konseptual
maupun atas dasar hasil penelitian;
2. Menjelaskan abstrak dan kata kunci karya tulis yang bersifat
konseptual maupun atas dasar hasil penelitian;
3. Menjelaskan penulisan pendahuluan karya tulis yang bersifat
konseptual maupun atas dasar hasil penelitian
4. Menjelaskan penulisan metode karya tulis yang bersifat konseptual
maupun atas dasar hasil penelitian;
5. Menjelaskan penulisan hasil penelitian karya tulis yang bersifat
konseptual maupun atas dasar hasil penelitian;
6. Menjelaskan penulisan pembahasan karya tulis yang bersifat
konseptual maupun atas dasar hasil penelitian
7. Menjelaskan penulisan simpulan dan saran karya tulis yang bersifat
konseptual maupun atas dasar hasil penelitian;
8. Menjelaskan penulisan daftar pustaka karya tulis yang bersifat
konseptual maupun atas dasar hasil penelitian
Penulisan Karya Ilmiah 9-11

B. URAIAN MATERI
1. Atikel Hasil Pemikiran
Artikel hasil pemikiran adalah hasil pemikiran penulis atas suatu
permasalahan, yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dalam upaya
untuk menghasilkan artikel jenis ini penulis terlebih dahulu mengkaji
sumber-sumber yang relevan dengan permasalahannya, baik yang
sejalan maupun yang bertentangan dengan apa yang dipikirkannya.
Sumber-sumber yang dianjurkan untuk dirujuk dalam rangka
menghasilkan artikel hasil pemikiran adalah juga artikel-artikel hasil
pemikiran yang relevan, hasil-hasil penelitian terdahulu, di samping
teori-teori yang dapat digali dari buku-buku teks.
Bagian paling vital dari artikel hasil pemikiran adalah pendapat
atau pendirian penulis tentang hal yang dibahas, yang dikembangkan
dari analisis terhadap pikiran-pikiran mengenai masalah yang sama
yang telah dipublikasikan sebelumnya, dan pikiran baru penulis
tentang hal yang dikaji, jika memang ada. Jadi, artikel hasil pemikiran
bukanlah sekadar kolase atu tempelan cuplikan dari sejumlah artikel,
apalagi pemindahan tulisan dari sejumlah sumber, tetapi adalah hasil
pemikiran analitis dan kritis penulisnya.
Artikel hasil pemikiran biasanya terdiri dari beberapa unsur
pokok, yaitu judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan,
bagian inti atau pembahasan, penutup, dan daftar rujukan. Uraian
singkat tentang unsur-unsur tersebut disampaikan di bawah ini.

a. Judul
Judul artikel hasil pemikiran hendaknya mencerminkan dengan
tepat masalah yang dibahas. Pilihan kata-kata harus tepat,
mengandung unsur-unsur utama masalah, jelas, dan setelah disusun
dalam bentuk judul harus memiliki daya tarik yang kuat bagi calon
pembaca. Judul dapat ditulis dalam bentuk kalimat berita atau kalimat
tanya. Salah satu ciri penting judul artikel hasil pemikiran adalah
9-12 Penulisan Karya Ilmiah

bersifat provokatif, dalam arti merangsang pembaca untuk membaca


artikel yang bersangkutan. Hal ini penting karena artikel hasil pemkiran
pada dasarnya bertujuan untuk membuka wacana diskusi,
argumentasi, analisis, dan sintesis pendapat-pendapat para ahli atau
pemerhati bidang tertentu. Perhatikan judul-judul artikel di bawah ini,
dan lakukan evaluasi terhadap judul-judul tersebut untuk melihat
apakah kriteria yang disebutkan di atas terpenuhi.
Membangun Teori melalui Pendekatan Kualitatif (Forum Penelitian
Kependidikan Tahun 7, No. 1)
Repelita IV: A Cautious Development Plan for Steady Growth
(Kaleidoscope International Vol. IX No.1)
Interpreting Students and Teachers Discourse in Science Classes:
An Underestimated Problem? (Journal of Research in Science
Teaching Vol. 33, No.2.)

Di dalam contoh-contoh judul di atas seharusnya tercermin ciri-


ciri yang diharapkan ditunjukan oleh artikel hasil pemikiran seperti
provokatif, argumentative, dan analitik.

b. Nama Penulis
Untuk menghindari bias terhadap senioritas dan wibawa atau
inferioritas penulis, nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar
akademik atau gelar profesional yang lain. Jika dikehendaki gelar
kebangsawanan atau keagamaan boleh disertakan. Nama lembaga
tempat penulis bekerja sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika
penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis utama saja yang
dicantumkan disertai tambahan dkk. (dan kawan-kawan). Nama
penulis lain ditulis dalam catatan kaki atau dalam catatan akhir jika
tempat pada catatan kaki atau di dalam catatan akhir jika tempat pada
catatan kaki tidak mencukupi.
Penulisan Karya Ilmiah 9-13

c. Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak artikel hasil pemikiran adalah ringkasan dari artikel yang
dituangkan secara padat; bukan komentar atau pengantar penulis.
Panjang abstrak biasanya sekitar 50-75 kata yang disusun dalam satu
paragraf, diketik dengan spasi tunggal. Format lebih sempit dari teks
utama (margin kanan dan margin kiri menjorok masuk beberapa
ketukan).
Dengan membaca abstrak diharapkan (calon) pembaca segera
memperoleh gambaran umum dari masalah yang dibahas di dalam
artikel. Ciri-ciri umum artikel hasil pemikiran seperti kritis dan provokatif
hendaknya juga sudah terlihat di dalam abstrak ini, sehingga (calon)
pembaca tertarik untuk meneruskan pembacaannya.
Abstrak hendaknya juga disertai dengan 3-5 kata kunci, yaitu
istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang
terkait dengan ranah permasalahan yang dibahas dalam artikel. Jika
dapat diperoleh, kata-kata kunci hendaknya diambil dari tresaurus
bidang ilmu terkait. Perlu diperhatikan bahwa kata-kata kunci tidak
hanya dapat dipetik dari judul artikel, tetapi juga dari tubuh artikel
walaupun ide-ide atau konsep-konsep yang diwakili tidak secara
eksplisit dinyatakan atau dipaparkan di dalam judul atau tubuh artikel.
Perhatikan contoh abstrak dan kata-kata kunci berikut ini.

Abstract: Theory Generation through Qualitative Study. A


qualitative study is often contrasted with its quantitative
counterpart. These two approaches are more often inappropriately
considered as two different schools of thought than as two
different tools. In fact these two approaches serve different
purposes. A qualitative study takes several stage in generating
theories. Business transaction pattern and market characteristic,
for example, can be investigated through qualitative study, while
their tendencies, frequencies, and other related quantitative
values can be more appropriately investigated through
quantitative study.

Key words: qualitative study, quantitative study, theory development


9-14 Penulisan Karya Ilmiah

d. Pendahuluan
Bagian ini menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian
pembaca dan memberikan acuan (konteks) bagi permasalahan yang
akan dibahas, misalnya dengan menonjolkan hal-hal yang
kontroversial atau belum tuntas dalam pembahasan permasalahan
yang terkait dengan artikel-artikel atau naskah-naskah lain yang telah
dipublikasikan terdahulu. Bagian pendahuluan ini hendaknya diakhiri
dengan rumusan singkat (1-2 kalimat) tentang hal-hal pokok yang akan
dibahas dan tujuan pembahasan. Perhatikan tiga segmen bagian
pendahuluan dalam contoh di bawah ini.

Partisipasi masyarakat merupakan unsur yang paling


penting sekali bagi keberhasilan program pendidikan. Catatan
sejarah pendidikan di negara-negara maju dan dikelompok-
kelompok masyarakat yang telah berkembang kegiatan
pendidikan menunjukan bahwa keadaan dunia pendidikan
mereka sekarang ini telah dicapai dengan partisipasi
masyarakat yang sangat signifikan di dalam berbagai bentuk.
Di Amerika Serikat dalam tingkat pendidikan tinggi dikenal
apa yang disebut Land-Grant Universities...dst.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli yang
berkaitan dengan menurunnya partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pendidikan. Sebagian ahli berpendapat
bahwa sistem politik yang kurang demokratis dan budaya
masyarakat paternalistik telah menyebabkan rendahnya
partisipasi. Sementara itu penulis-penulis lain lebih memfokus
pada faktor-faktor ekonomi...
Dari kajian terhadap berbagai tulisan dan hasil penelitian
disebutkan di muka terlihat masih terdapat beberapa hal yang
belum jelas benar atau setidak-tidaknya masih menimbulkan
keraguan mengenai sebab-sebab menurunnya mutu
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan.
Dalam artikel-artikel ini akan dibahas kemungkinan-
kemungkinan menurunnya partisipasi masyarakat tersebut
berdasarkan analisis ekonomi pendidikan. Diharapkan,
dengan analisis ini kekurangan analisis terdahulu dapat
dikurangi dan dapat disusun penjelasan baru yang lebih
komprehensif.
Penulisan Karya Ilmiah 9-15

Di dalam petikan bagian pendahuluan di atas dapat dilihat alur


argumentasi yang diikuti penulis untuk menunjukan masih adanya
perbedaan pandangan tentang menurunnya partisipasi masyarakat di
dalam pengembangan pendidikan. Tinjauan dari berbagai sudut
pandang telah menghasilkan kesimpulan yang beragam, yang
membuka kesempatan bagi penulis untuk menampilkan wacana
penurunan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan
dari sudut pandang yang lan.

e. Bagian Inti
Isi bagian ini sangat bervariasi, lazimnya berisi kupasan,
analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, dan pendirian atau sikap
penulis mengenai masalah yang dibicarakan. Banyaknya subbagian
juga tidak ditentukan, tergantung kepada kecukupan kebutuhan
penulis untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Di antara sifat-sifat
artikel terpenting yang seharusnya ditampilkan di dalam bagian ini
adalah kupasan yang argumentatif, analitik, dan kritis dengan
sistematika yang runtut dan logis, sejauh mungkin juga berciri
komparatif dan menjauhi sikap tertutup dan instruktif. Walaupun
demikian, perlu dijaga agar tampilan bagian ini tidak terlalu panjang
dan menjadi bersifat enumeratif seperti diktat. Penggunaan subbagian
dan sub-subbagian yang terlalu banyak juga akan menyebabkan
artikel tampil seperti diktat. Perhatikan contoh-contoh petikan bagian
inti artikel berikut ini.

Science earns its place on the curriculum because there is


cultural commitment to the value of the knowledge and the
practices by which this body of ideas has been derived.
Hence, any consideration of the theoretical implementation
must start by attempting to resolve the aims and intentions of
this cultural practice(Dari Osborne, 1996:54).
9-16 Penulisan Karya Ilmiah

Dalam situasi yang dicontohkan di atas perubahan atau


penyesuaian paradigma dan praktik-praktik pendidikan
adalah suatu keharusan jika dunia pendidikan Indonesia tidak
ingin tertinggal dan kehilangan perannya sebagai wahana
untuk menyiapkan generasi masa datang ironisnya, kalangan
pendidikan sendiri tidak dengan cepat mengantisipasi,
mengembangkan dan mengambil inisiatif inovasi yang
diperlukan, walaupun kesadaran akan perlunya perubahan-
perubahan tertentu sudah secara luas dirasakan. Hesrh dan
McKibbin (1983:3) menyatakan bahwa sebenarnya banyak
pihak telah menyadari perlunya inovasi(Dari Ibnu, 1996:2)

John Hassard (1993) suggested that, Unlike modern


industrial society, where production was the cornerstone, in
the post modern society simulation structure and control
social affairs. We, at witnesses, are producing simulation
whitin discorses. We are fabricating words, not because we
are falsyfaying data, or lying about what we have learned,
but because we are constructing truth within a shifting, but
always limited discourse. (Dari Ropers-Huilman, 1997:5)

Di dalam contoh-contoh bagian inti artikel hasil pemikiran di atas


dapat dilihat dengan jelas bagian yang paling vital dari jenis artikel ini
yaitu posisi atau pendirian penulis, seperti terlihat di dalam kalimat-
kalimat: (1) Hence, any consideration of the theoretical base of science
and its practical implementation must start by, (2) Dalam situasi yang
dicontohkan di atas perubahan atau penyesuaian paradigma dan
praktek-praktek pendidikan, adalah suatu keharusan jika, (3)We
are fabricating words not because , or lying about, butdan
seterusnya.

f. Penutup atau Simpulan


Penutup biasanya diisi dengan simpulan atau penegasan
pendirian penulis atas masalah yang dibahas pada bagian
sebelumnya. Banyak juga penulis yang berusaha menampilkan segala
apa yang telah dibahas di bagian terdahulu, secara ringkas. Sebagian
penulis menyertakan saran-saran atau pendirian alternatif. Jika
memang dianggap tepat bagian terakhir ini dapat dilihat pada berbagai
Penulisan Karya Ilmiah 9-17

artikel jurnal. Walaupun mungkin terdapat beberapa perbedaan gaya


penyampaian, misi bagian akhir ini pada dasarnya sama: mengakhir
diskusi dengan suatu pendirian atau menyodorkan beberapa alternatif
penyelesaian. Perhatiakan contoh-contoh berikut.

Konsep pemikiran tentang Demokrasi Ekonomi pada


prinsipnya adalah khas Indonesia. menurut Dr. M. Hatta
dalam konsep Demokrasi Ekonomi berlandaskan pada tiga
hal, yaitu: (a) etika sosial yang tersimpul dalam nilai-nilai
Pancasila; (b) rasionalitas ekonomi yang diwujudkan dengan
perencanaan ekonomi oleh negara; dan (c) organisasi
ekonomi yang mendasarkan azas bersama/koperasi.

Isu tentang pelaksanaan Demokrasi Ekonomi dalam


sistem perekonomian Indonesia menjadi menarik dan ramai
pada era tahun 90-an. Hal tersebut terjadi sebagai reaksi atas
permasalahan konglomerasi di Indonesia. Perlu diupayakan
hubungan kemitraan yang baik antara pelaku ekonomi dalam
sistem perekonomian Indonesia. Pada saat ini nampak sudah
ada political will dari pemerintah kita terhadap kegiatan
ekonomi berskala menengah dan kecil. Namun demikian
kemampuan politik saja tidak cukup tanpa disertai keberanian
politik. Semangat untuk berpihak pada pengembangan usaha
berskala menengah dan kecil perlu terus digalakkan,
sehingga tingkat kesejahteraan seluruh msyarakat dapat
ditingkatkan.

(Dari Supriyanto, 1994:330-331)

if, as has been discussed in this article, argumentation


has a central role play in science and learning about science,
then its current omission is a problem that needs to be
seriously addressed. For in the light of our emerging
understanding of science as social practice, with rhetoric and
argument as a central feature, to continue with current
approaches to the teaching of science would be to
misrepresent science and its nature. If his pattern is to
change, then it seems crucial that any intervention should pay
attention not only to ways of enhancing the argument skills of
young people, but also improving teachers knowledge,
awareness, and competence in managing student
participation in discussion and argument. Given that, for good
or for ill, science and technology have ascended to ascended
to a position of cultural dominance, studying the role of
9-18 Penulisan Karya Ilmiah

argument in science offers a means of prying open the black


box that is science. Such an effort would seem well advised-
both for science and its relationship with the public, and the
public and its relationship with science.

(Dari Driver, Newton & Osborne, 2000:309)

g. Daftar Rujukan
Bahan rujukan yang dimasukan dalam daftar rujukan hanya
yang benar-benar dirujuk di dalam tubuh artikel. Sebaliknya, semua
rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh artikel harus tercatat di
dalam daftar rujukan. Tata aturan penulisan daftar rujukan bervariasi,
tergantung gaya selingkung yang dianut. Walaupun demikian, harus
senantiasa diperhatikan bahwa tata aturan ini secara konsisten diikuti
dalam setiap nomor penelitian.

2. Artikel Hasil Penelitian


Artikel hasil penelitian sering merupakan bagian yang paling
dominan dari sebuah jurnal. Berbagai jurnal bahkan 100% berisi artikel
jenis ini. Jurnal Penelitian Kependidikan yang diterbitkan oleh
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, misalnya, dan Journal
of Research in Science Teaching; termasuk kategori jurnal yang
semata-mata memuat hasil penelitian. Sebelum ditampilkan sebagai
artikel dalam jurnal, laporan penelitian harus disusun kembali agar
memenuhi tata tampilan karangan sebagaimana yang dianjurkan oleh
dewan penyunting jurnal yang bersangkutan dan tidak melampaui
batas panjang karangan. Jadi, artikel hasil penelitian bukan sekadar
bentuk ringkas atau pengkerdilan dari laporan teknis, tetapi
merupakan hasil kerja penulisan baru, yang dipersiapkan dan
dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap menampilkan secara
lengkap semua aspek penting penelitian, tetapi dalam format artikel
yang jauh lebih kompak dan ringkas daripada laporan teknis aslinya.
Penulisan Karya Ilmiah 9-19

Bagian-bagian artikel hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal


adalah judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci, bagian
pendahuluan, metode, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan
saran, dan daftar rujukan.

a. Judul
Judul artikel hasil penelitian diharapkan dapat dengan tepat
memberikan gambaran mengenai penelitian yang telah dilakukan.
Variabel-variabel penelitian dan hubungan antar variabel serta
informasi lain yang dianggap penting hendaknya terlihat dalam judul
artikel. Walaupun demikian, harus dijaga agar judul artikel tidak
menjadi terlalu panjang. Sebagaimana judul penelitian, judul artikel
umumnya terdiri dari 5-15 kata. Berikut adalah beberapa contoh.

Pengaruh Metode Demonstrasi Ber-OHP terhadap Hasil Belajar


Membuat Pakaian Siswa SMKK Negeri Malang (Forum Penelitian
Kependidikan Tahun 7, No.1).
Undergraduate Science Students Images of the Nature of Science
(Research presented at the American Educational Research
Association Annual Conference, Chicago, 24-28 March 1997).
Effect of Knowledge and Persuasion on High-School Students
Attitudes towards Nuclear Power Plants (Journal of Research in
Science Teaching Vol.32, Issue 1).

Jika dibandingkan judul-judul di atas, akan sgera tampak


perbedaannya dengan judul artikel hasil pemikiran, terutama dengan
terlihatnya variabel-variabel utama yang diteliti seperti yang
diperlihatkan pada judul yang pertama dan ketiga.
9-20 Penulisan Karya Ilmiah

b. Nama Penulis
Pedoman penulisan nama penulis untuk artikel hasil pemikiran
juga berlaku untuk penulisan artikel hasil penelitian.

c. Abstrak dan Kata Kunci


Dalam artikel hasil penelitian abstrak secara ringkas memuat
uraian mengenai masalah dan tujuan penelitian, metode yang
digunakan, dan hasil penelitian. Tekanan terutama diberikan kepada
hasil penelitian. Panjang abstrak lebih kurang sama dengan panjang
artikel hasil pemikiran dan juga dilengkapi dengan kata-kata kunci (3-5
buah). Kata-kata kunci menggambarkan ranah masalah yang diteliti.
Masalah yang diteliti ini sering tercermin dalam variable-variabel
penelitian dan hubungan antara variable-variabel tersebut. Walaupun
demikian, tidak ada keharusan kata-kata kunci diambil dari variabel-
variabel penelitian atau dari kata-kata yang tercantum di dalam judul
artikel.

Contoh abstrak:
Abstract: The aim of this study was to asses the readiness of
elementary school teachers in mathematic teaching, from the
point of view of the teacher mastery of the subject. Forty two
elementary school teachers from Kecamatan Jabung,
Kabupaten Malang were given a test in mathematic which
was devided in to two part, arithmatics and geometry. A
minimum mastery score of 65 was set for those who would be
classified as in adequate readiness as mathematics teachers.
Those who obtained scores of less than 65 were classified as
not in adequate readiness in teaching. The result of the study
indicated that 78,8% of the teachers obtained scores of more
than 65 in geometry. Sixty nine point five percent of the
teachers got more than 65 arithmetic, and 69,5% gained
scores of more than 65 scores in both geometry and
arithmetics.

Key words: mathematic teaching, teaching readiness,


subject mastery.
Penulisan Karya Ilmiah 9-21

d. Pendahuluan
Banyak jurnal tidak mencantumkan subjudul untuk
pendahuluan. Bagian ini terutama berisi paparan tentang permasalaha
penelitian, wawasan, dan rencana penulis dalam kaitan dengan upaya
pemecahan masalah, tujuan penelitian, dan rangkuman kajian teoretik
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kadang-kadang juga
dimuat harapan akan hasil dan manfaat penelitian.
Penyajian bagian pendahuluan dilakukan secara naratif, dan
tidak perlu pemecahan (fisik) dari satu subbagin ke subbagian lain.
Pemisahan dilakukan dengan penggantian paragraf.

e. Metode
Bagian ini menguraikan bagaimana penelitian dilakukan. Materi
pokok bagian ini adalah rancangan atau desain penelitian, sasaran
atau target penelitian (populasi dan sampel), teknik pengumpulan data
dan pengembangan instrumen, dan teknik analisis data. Sub-
subbagian di atas umumnya (atau sebaiknya) disampaikan dalam
format esei dan sesedikit mungkin menggunakan format enumeratif,
misalnya:

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


pendekatan kualitatif dengan rancangan observasi
partisipatori. Peneliti terjun langsung ke dalam keidupan
masyarakat desa, ikut serta melakukan berbagai aktivitas
sosial sambil mengumpulkan data yang dapat diamati
langsung di lapangan atau yang diperoleh dari informan
kunci. Pencatatan dilakukan tidak langsung tetapi ditunda
sampai peneliti dapat mengasingkan diri dari anggota
masyarakat sasaran. Informasi yang diberikan dari informan
kunci diuji dengan membandingkannya dengan pendapat
nara sumber yang lain. Analisis dengan menggunakan
pendekatan...

Rancangan eksperimen pretest-posttest control group


design digunakan dalam penelitian ini. Subjek penelitian
dipilih secara random dari seluruh siswa kelas 3 kemudian
9-22 Penulisan Karya Ilmiah

secara random pula ditempatkan ke dalam kelompok


percobaan dan kelompok control. Data diambil dengan
menggunakan tes yang telah dikembangkan dan divalidasi
oleh Lembaga Pengembangan Tes Nasional. Analisis data
dilakukan dengan...

f. Hasil Penelitian
Bagian ini memuat hasil penelitian, tepatnya hasil analisis data.
Hasil yang disajikan adalah hasil bersih. Pengujian hipotesis dan
penggunaan statistik tidak termasuk yang disajikan.
Penyampaian hasil penelitian dapat dibantu dengan
penggunaan tabel dan grafik (atau bentuk/format komunikasi yang
lain). Grafik dan tabel harus dibahas dalam tubuh artikel tetapi tidak
dengan cara pembahasan yang rinci satu per satu. Penyajian hasil
yang cukup panjang dapat dibagi dalam beberapa subbagian

Contoh:
Jumlah tulisan dari tiga suku ranah utama yang dimuat di dalam
berbagai jurnal, dalam kurun waktu satu sampai empat tahun dapat
dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi Jumlah Tulisan dari Tiga Suku Ranah Pendidikan


Sains yang Dimuat dalam Berbagai Jurnal antara Januari
1994-Juli 1997

Suku ranah 1994 1995 1996 1997 Jumlah


Konsep 7 7 13 6 32
Sci. Literacy 5 3 14 6 28
Teori & Pengaj. 2 12 1 5 20
Jumlah 3 suku 80
ranah
Lain-lain 46
Penulisan Karya Ilmiah 9-23

Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa frekuensi pemunculan artikel


dari tiga suku ranah tersebut di atas jauh melebihi suku-suku ranah
yang lain, yaitu 80:46. hal ini menunjukan bahwa...dst.

g. Pembahasan
Bagian ini merupakan bagian terpenting dari artikel hasil
penelitian. Penulis artikel dalam bagian ini menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian dan menunjukan bagaimana temuan-temuan
tersebut diperoleh, mengintepretasikan temuan, mengaitkan temuan
penelitian dengan struktur pengetahuan yang telah mapan, dan
memunculkan teori-teori baru atau modifikasi teori yang telah ada.

Contoh:
Dari temuan penelitian yang diuraikan dalam artikel ini
dapat dilihat bahwa berbagai hal yang berkaitan dengan
masalah kenakalan remaja yang selama ini diyakini
kebenarannya menjadi goyah. Kebenaran dari berbagai hal
tersebut ternyata tidak berlaku secara universal tetapi
kondisional. Gejala-gejala kenakalan remaja tertentu hanya
muncul apabila kondisi lingkungan sosial setempat
mendukung akan terjadinya bentuk-bentuk kenalan terkait.
Hal ini sesuai dengan teori selektive cases dari Lincoln
(1987:13) yang menyatakan bahwa...

h. Simpulan dan Saran


Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian mengenai hasil
penelitian dan pembahasan. Dari kedua hal ini dikembangkan pokok-
pokok pikiran (baru) yang merupakan esensi dari temuan penelitian.
Saran hendaknya dikembangkan berdasarkan temuan penelitian.
Saran dapat mengacu kepada tindakan praktis, pengembangan teori
baru, dan penelitian lanjutan.
9-24 Penulisan Karya Ilmiah

i. Daftar Rujukan
Daftar rujukan ditulis dengan menggunakan pedoman umum
yang juga berlaku bagi penulis artikel nonpenelitian.

3. Penutup
Perbedaan dasar antara artilkel hasil pemikiran dan artikel hasil
penelitian terletak pada bahan dasar yang kemudian dikembangkan
dan dituangkan ke dalam artikel. Bahan dasar artikel hasil pemikiran
adalah hasil kajian atau analisis penulis atas suatu masalah. Bagian
terpenting dari artikel jenis ini adalah pendirian penulis tentang
masalah yang dibahas dan diharapkan memicu wahana baru
mengenai masalah tersebut. Artikel hasil penelitian, dilain pihak,
dikembangkan dari laporan teknis penelitian dengan tujuan utama
untuk memperluas penyebarannya dan secara akumulatif dengan hasil
penelitian peneliti-peneliti lain dalam memperkaya khasanah
pengetahuan tentang masalah yang diteliti.
Perbedaan isi kedua jenis artikel memerlukan struktur dan
sistematika penulisan yang berbeda untuk menjamin kelancaran dan
keparipurnaan komunikasi. Walaupun demikian, dipandang tidak perlu
dikembangkan aturan-aturan yang terlalu mengikat dan baku,
sehingga gaya selingkung masing-masing jurnal dapat
terakomodasikan dengan baik di dalam struktur dan sistematika
penulisan yang disepakati.
Satu hal yang harus diupayakan oleh penulis, baik untuk artikel
hasil pemikiran ataupun artikel hasil penelitian, adalah tercapainya
maksud penulisan artikel tersebut, yaitu komunikasi yang efektif dan
efisien tetapi tetap mempunyai daya tarik yang cukup tinggi. Selain itu,
kaidah-kaidah komunikasi ilmiah yang lain seperti objektif, jujur,
rasional, kritis, up to date, dan tidak arogan hendaknya juga
diusahakan sekuat tenaga untuk dapat dipenuhi oleh penulis.
Penulisan Karya Ilmiah 9-25

C. LEMBAR KEGIATAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat tulis;
b. Laptop
c. LCD proyektor;
d. Buku teks tentang teknik menulis karya ilmiah.

2. Langkah Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Persiapan
Sebelum pembelajaran dimulai, 5 menit Mempersiapkan
Fasilitator perlu melakukan persiapan alat dan bahan
yaitu mempersiapkan semua
peralatan dan bahan yang diperlukan
dalam pembelajaran

2. Kegiatan Awal/Pendahuluan
2.1 Berdoa bersama untuk 5 menit Curah
mengawali pembelajaran; pendapat,
2.2 Presensi peserta pelatihan, ceramah
jika ada yang tidak masuk pemecahan
karena sakit misalnya, maka masalah
peserta diajak berdoa kembali
agar teman yang sakit dapat
segera sembuh dan
berkumpul untuk bersekolah
kembali;
2.3 Fasilitator menyampaikan
tujuan pembelajaran yang
akan dikembangkan;
9-26 Penulisan Karya Ilmiah

2.4 Selanjutnya fasilitator


menyajikan artikel ilmiah
dalam bentuk hasil pemikiran
konseptual dan hasil
penelitian.
3. Kegiatan Inti
3.1 Fasilitator memberikan ceramah 35 Metode
tentang pengertian penulisan menit pemberian
karya tulis ilmiah hasil pemikiran tugas dan
konseptual pendampingan
3.2 Fasilitator memberikan ceramah
tentang penulisan karya tulis
ilmiah hasil penelitian;
3.3 Fasilitator berdiskusi dengan
peserta pelatihan;
3.4 Sharing dalam kelas mengenai
karya tulis ilmiah hasil pemikiran
konseptual;
3.5 Sharing dalam kelas mengenai
karya tulis ilmiah hasil penelitian
3.6 Fasilitator menekankan kembali
kesimpulan yang tepat.
4. Kegiatan Akhir
Fasilitator bersama-sama dengan 10 Refleksi
peserta mengadakan refleksi menit
terhadap proses pembelajaran
hari itu, tentang beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian;
Fasilitator memberi kesempatan
peserta untuk mengungkapkan
Penulisan Karya Ilmiah 9-27

pengalaman setelah dilakukan


sharing;
Berdoa bersama-sama sebagai
menutup pelatihan

3. Hasil
a. Peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam menjelaskan
kembali secara terurai mengenai penulisan karya tulis ilmiah
hasil pemikiran;
b. Peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam menjelaskan
kembali secara terurai mengenai penulisan karya tulis ilmiah
hasil penelitian;

D. RANGKUMAN
Perbedaan dasar antara artilkel hasil pemikiran dan artikel hasil
penelitian terletak pada bahan dasar yang kemudian dikembangkan
dan dituangkan ke dalam artikel. Bahan dasar artikel hasil pemikiran
adalah hasil kajian atau analisis penulis atas suatu masalah. Bagian
terpenting dari artikel jenis ini adalah pendirian penulis tentang
masalah yang dibahas dan diharapkan memicu wahana baru
mengenai masalah tersebut. Artikel hasil penelitian, dilain pihak,
dikembangkan dari laporan teknis penelitian dengan tujuan utama
untuk memperluas penyebarannya dan secara akumulatif dengan hasil
penelitian peneliti-peneliti lain dalam memperkaya khasanah
pengetahuan tentang masalah yang diteliti.
Perbedaan isi kedua jenis artikel memerlukan struktur dan
sistematika penulisan yang berbeda untuk menjamin kelancaran dan
keparipurnaan komunikasi. Walaupun demikian, dipandang tidak perlu
dikembangkan aturan-aturan yang terlalu mengikat dan baku,
sehingga gaya selingkung masing-masing jurnal dapat
9-28 Penulisan Karya Ilmiah

terakomodasikan dengan baik di dalam struktur dan sistematika


penulisan yang disepakati.
Satu hal yang harus diupayakan oleh penulis, baik untuk artikel
hasil pemikiran ataupun artikel hasil penelitian, adalah tercapainya
maksud penulisan artikel tersebut, yaitu komunikasi yang efektif dan
efisien tetapi tetap mempunyai daya tarik yang cukup tinggi. Selain itu,
kaidah-kaidah komunikasi ilmiah yang lain seperti objektif, jujur,
rasional, kritis, up to date, dan tidak arogan hendaknya juga
diusahakan sekuat tenaga untuk dapat dipenuhi oleh penulis.

F. TES FORMATIF
1. Tes Obyektif
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat

1. Artikel dapat dikelompokkan menjadi


a. artikel laporan dan artikel rujukan
b. artikel konseptual dan artikel teoritis
c. artikel hasil telaahan dan artikel teoritis
d. artikel hasil laporan dan artikel hasil telaahan
2. Dari sudut ide, salah satu dari empat faktor yang harus
diperhatikan untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang berkualitas
tinggi adalah
a. kelayakan ide untuk dipublikasikan
b. wacana tentang ide yang sedang berkembang
c. kesiapan ide untuk didiskusikan
d. persamaan persepsi para ahli di bidang yang sama
3. Tulisan analisis konseptual terdiri dari
a. judul, abstrak, data, pembahasan, dan referensi
b. judul, abstrak, pendahuluan, diskusi, referensi
c. judul pendahuluan, diskusi, kesimpulan referensi
Penulisan Karya Ilmiah 9-29

d. judul, pendahuluan, temuan, pembahasan, referensi


4. Dalam suatu artikel konseptual, bagaimana teori/konsep yang
ditawarkan dapat berkontribusi dalam peta pengetahuan dimuat
pada bagian
a. abstrak
b. pendahuluan
c. diskusi
d. referensi
5. Referensi memuat semua rujukan yang
a. pernah dibaca penulis
b. perlu dibaca pembaca
c. dimuat dalam badan tulisan
d. diperlukan dalam pengembangan tulisan
6. Salah satu dari tiga pertanyaan yang harus dijawab di bagian
pendahuluan adalah berikut ini
a. apa inti teori/konsep yang dibahas?
b. mengapa konsep itu dibahas?
c. Apa kesimpulan yang dapat ditarik?
d. Apa tindak lanjut yang perlu dilakukan?
7. Salah satu hal yang harus dihindari pada saat menulis hasil
penelitian adalah
a. menjelaskan partisipan
b. menulis masalah yang sudah pernah dibahas
c. memecah satu penelitian menjadi beberapa artikel
d. melaporkan korelasi yang dibahas dalam penelitian
8. Pemilihan penggunaan kata dan kalimat yang tidak provokatif
dalam laporan atau artikel merupakan salah satu contoh upaya
untuk menjaga kualitasdari aspek
a. panjang tulisan
b. nada tulisan
c. gaya tulisan
9-30 Penulisan Karya Ilmiah

d. bahasa tulisan
9. Rekomendasi untuk judul adalah
a. 8-10 kata
b. 10-12 kata
c. 12-15 kata
d. 15-30 kata
10. Dalam suatu laporan atau artikel hasil penelitian, kontribusi
penelitian dapat dilihat di bagian
a. pendahuluan
b. metode
c. hasil
d. diskusi

2. Tes Uraian
1. Jelaskan mengapa abstrak merupakan bagian terpenting dalam
laporan dan artikel penelitian
2. Sebut dan jelaskan perbedaan karya tulis ilmiah hasil pemikian
dan hasil penelitian!
3. Carilah salah satu artikel hasil penelitian, telaah unsur-unsur yang
terdapat pada artikel itu!
BAB IV. KEGIATAN BELAJAR III
PRAKTIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR


Pada kegiatan belajar kedua telah disajikan bagaimana teknik
menulis karya tulis ilmiah yang bersifat hasil pemikiran dan hasil
penelitian. Pada kegiatan belajar yang ketiga ini berisi mengenai
latihan peserta PLPG dalam menulis karya tulis ilmiah baik yang
bersifat hasil pemikiran maupun hasil penelitian. Dengan demikian
peserta PLPG diharapkan mempunyai keterampilan dalam menyusun
karya tulis ilmiah yang dapat dikirimkan kepada pengelola jurnal
penelitian pendidikan (JIP). Pada kesempatan ini akan dicontohkan
beberapa petunjuk bagi penulis ilmu pendidikan. Oleh karena itu,
indikator kegiatan belajar ketiga ini adalah:
1. mengenal format penulisan enumeratif;
2. mengenal format penulisan esay;
3. membuat karya tulis ilmiah baik yang bersifat hasil pemikiran
maupun hasil penelitian.

B. URAIAN MATERI
1. Mengenai Format Tulisan
Semua bagian artikel yang dibicarakan di atas ditulis dalam
format esai. Penggunaan format esai dalam penulisan artikel jurnal
bertujuan untuk menjaga kelancaran pembacaan dan menjamin
keutuhan ide yang ingin disampaikan. Dengan digunakannya format
esai diharapkan pembaca memperoleh kesan seolah-olah
berkomunikasi langsung, dan secara aktif berdialog dengan penulis.
Bandingkan dua format petikan berikut:
9-32 Penulisan Karya Ilmiah

Format Enumeratif
Sesuai dengan lingkup penyebaran jurnal yang
bersangkutan maka record ISSN dilaporkan kepada pihak-pihak
berikut:
(a) International Serials Data System di Paris untuk jurnal
internasional
(b) Regional Center for South East Asia bagi wilayah Asia
Tenggara, dan
(c) PDII-LIPI untuk wilayah Indonesia.

Format Esei
Setiap record ISSN dilaporkan kepada internasional
Serial Data System yang berkedudukan di Paris. Untuk
kawasan Asia Tenggara dilaporkan melalui Regional Center
for South East Asia dan untuk wilayah Indonesia dilaporkan
kepada PDII-LIPI.

Di dalam hal-hal tertentu format enumeratif boleh digunakan,


terutama apabila penggunaan format enumeratif tersebut benar-benar
fungsional dan tidak tepat apabila diganti dengan format esei seperti
dalam menyatakan urutan dan jadwal. Jika format esai masih dapat
digunakan penandaan sejumlah elemen dapat dilakukan dengan
format esei bernomor, seperti (1), (2), (3)., dan seterusnya.

2. Petunjuk bagi Penulis Ilmu Pendidikan

a. Naskah diketik spasi ganda pada kertas kuarto sepanjang


maksimal 20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk cetakan
(print out) komputer sebanyak 2 eksemplar beserta disketnya.
Berkas (file) pada naskah pada disket dibuat dengan program olah
kata WordStar, WordPerfect atau MicroSoft Word.
b. Artikel yang dimuat meliputi hasil penelitian dan kajian analitis-
kritis setara dengan hasil penelitian di bidang filsafat kependidikan,
teori kependidikan, dan praktik kependidikan.
c. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format
Penulisan Karya Ilmiah 9-33

esai, disertai judul (heading), masing-masing bagian, kecuali


bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Peringkat
judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua
judul bagian dicetak tebal atau tebal miring), dan tidak
menggunakan angka/nomor bagian.
PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, RATA DENGAN TEPI
KIRI)
Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Rata dengan Tepi Kiri)
Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Miring, Rata dengan tepi Kiri)
d. Sistematika artikel setara hasil penelitian: judul; nama penulis
(tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata); kata-kata
kunci; pendahuluan (tanpa sub judul) yang berisi latar belakang
dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dibagi ke
dalam subjudul-subjudul); penutup atau kesimpulan; daftar rujukan
(berisi pustaka yang dirujuk saja).
e. Sistematika artikel hasil penelitian: judul, nama penulis (tanpa
gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata) yang berisi tujuan,
metode, dan hasil penelitian; kata-kata kunci; pendahuluan (tanpa
sub judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan
tujuan penelitian; metode; hasil; pembahasan; kesimpulan dan
saran; daftar rujukan (berisi pustaka yang dirujuk saja).
f. Daftar Rujukan disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh
berikut dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Anderson, D.W., Vault, V.D. & Dickson, C.E. 1993. Problems and
Prospects for the Decades Ahead: Competency based Teacher
Education. Berkeley: McCutchan Publishing Co.
Hanurawan, F. 1997. Pandangan Aliran Humanistik tentang Filsafat
Pendidikan Orang Dewasa. Ilmu Pendidikan: Jurnal Filsafat,
Teori, dan Praktik Kependidikan, Tahun 24, Nomor 2, Juli 1997,
hlm. 127-137.
9-34 Penulisan Karya Ilmiah

Huda, N. 1991. Penulisan Laporan Penelitian untuk Jurnal. Makalah


disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen
PTN dan PTS di malang Angkataan XIV, Pusat Penelitian IKIP
MALANG, Malang, 12 Juli.

g. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti


ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,
Disertasi, Makalah, Artikel dan Laporan Penelitian (Universitas
Negeri Malang, 200). Artikel berbahasa Indonesia mengikuti
aturan tentang penggunaan tanda baca dan ejaan yang dimuat
dalam Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel berbahasa Inggris
menggunakan ragam baku.
h. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dilakukan oleh
penyunting dan/atau melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam
bentuk cetak-coba tidak dapat ditarik kembali oleh penulis.
i. Penulis yang artikelnya dimuat wajib memberi kontribusi biaya
cetak minimal sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
perjudul. Sebagai imbalannya, penulis menerima nomor bukti
pemuatan sebanyak 2 (dua) eksemplar dan cetak lepas sebanyak
5 (lima) eksemplar yang akan diberikan jika kontribusi biaya cetak
telah dibayar lunas.

C. LEMBAR KEGIATAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat tulis;
b. Laptop
c. LCD proyektor;
d. Buku teks tentang teknik menulis karya ilmiah
e. Kamera digital
Penulisan Karya Ilmiah 9-35

2. Langkah Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Persiapan
Sebelum pembelajaran dimulai, 5 menit Mempersiapkan
Fasilitator perlu melakukan persiapan alat dan bahan
yaitu mempersiapkan semua
peralatan dan bahan yang diperlukan
dalam pembelajaran

2. Kegiatan Awal/Pendahuluan
2.1 Berdoa bersama untuk mengawali 5 menit Curah
pembelajaran; pendapat,
2.2 Presensi peserta pelatihan, jika ceramah
ada yang tidak masuk karena pemecahan
sakit misalnya, maka peserta masalah
diajak berdoa kembali agar teman
yang sakit dapat segera sembuh
dan berkumpul untuk bersekolah
kembali;
2.3 Fasilitator menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dikembangkan;
2.4 Selanjutnya fasilitator menyajikan
petunjuk bagi penulis ilmu
pendidikan
3. Kegiatan Inti
Fasilitator memberikan 130 Metode
ceramah tentang format menit pemberian
penulisan karya tulis ilmiah; tugas dan
Fasilitator memberikan pendampingan
9-36 Penulisan Karya Ilmiah

ceramah tentang salah satu


contoh petunjuk bagi penulis ilmu
pendidikan ;
Fasilitator berdiskusi dengan
peserta pelatihan;
Sharing dalam kelas mengenai
karya tulis ilmiah hasil pemikiran
konseptual;
Sharing dalam kelas mengenai
karya tulis ilmiah hasil penelitian;
Fasilitator memberikan tugas
menyusun karya tulis ilmiah baik
dalam bentu pemikiran maupun
hasil penelitian.
4. Kegiatan Akhir
4.1 Fasilitator bersama-sama dengan 10 Refleksi
peserta mengadakan refleksi menit
terhadap proses pembelajaran
hari itu, tentang beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian;
4.2 Fasilitator memberi kesempatan
peserta untuk mengungkapkan
pengalaman setelah dilakukan
sharing;
4.3 Berdoa bersama-sama sebagai
menutup pelatihan

3. Hasil
a. Peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam dalam menyusun
karya tulis ilmiah dalam bentuk hasil pemikiran;
Penulisan Karya Ilmiah 9-37

b. Peserta PLPG mempunyai kemampuan dalam dalam menyusun


karya tulis ilmiah dalam bentuk hasil penelitian.

D. RANGKUMAN
1. Artikel (hasil penelitian) memuat:
Judul
Nama Penulis
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Kata-kata kunci
Pendahuluan (tanpa sub judul, memuat latar belakang masalah
dan sedikit tinjauan pustaka, dan masalah/tujuan penelitian)
Metode
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uaraian saja)
2. Artikel (setara hasil penelitian) memuat:
Judul
Nama Penulis
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Kata-kata kunci
Pendahuluan (tanpa subjudul)
Subjudul
Subjudul sesuai dengan kebutuhan
Subjudul
Penutup (atau Kesimpulan dan Saran)
Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja)
9-38 Penulisan Karya Ilmiah

E. TES FORMATIF
Peserta PLPG ditugasi menyusun karya tulis ilmiah dengan cara
memilih salah satunya yaitu hasil pemikiran konseptual atau hasil
penelitian. Tugas ini sifatnya individual. Fasilitator memberikan
bimbingan dan pendampingan pada saat peserta PLPG menyusun
karya tulis ilmiah. Tugas dapat ditulis menggunakan komputer atau
tulis tangan. Ruangan bebas, tidak harus terkekang di dalam kelas.
Penulisan Karya Ilmiah 9-39

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Kegiatan Belajar 1 Kegiatan Belajar 2


1. b 1. c
2. a 2. a
3. d 3. b
4. c 4. c
5. b 5. c
6. b 6. a
7. a 7. c
8. b 8. b
9. c 9. b
10. a 10. d
DAFTAR PUSTAKA

Ditbinlitabmas Ditjen Dikti Depdikbud. 2000. Instrumen Evaluasi untuk


Akreditasi Berkala Ilmiah. Ditbinlitabmas Dikti, LIPI, Ikapindo, dan
Kantor Menristek: Jakarta.

Direktorat Profesi Pendidik, 2008. Sistematika Penulisan Laporan KTI On-


line. Depdiknas: Jakarta.

Saukah, A. dan Waseso, G.M. 2001. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah.
Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press): Malang.

Wardani, I.G.A.K. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Penerbit Universitas


Terbuka: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai