Anda di halaman 1dari 11

Laporan praktikum

Agrogeologi dan Mineralogi Tanah

BATUAN PIROKLASTIK

NUR HIJRAH
G 111 15 076
KELOMPOK 1
NUR ISRA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme


(erupsi) gunung berapi. Aktivitas vulkanisme yang bersifat eksplosif, yaitu akibat
gunung merapi, dimana bahan piroklastik (dapat berupa magma, runtuhan kepudan,
dan dinding gunung api) dilemparkan keluar dari kepudan dengan tekanan yang
tinggi sehingga menjadi hancur di udara akibat perbedaan temperatur yang berubah
secara drastis. Material ini sebagian jatuh sekitar lereng gunungapi dan sebagian
lagi yang berukuran lebih ringan ditransportasikan oleh angin atau gas dan dibawa
ketempat tertentu, kemudian terendaapkan melalui tubuh air (sungai, rawa, danau
dan lain-lain). Sedangkan aktivitas vulkanisme bersifat effusive yaitu aktivitas
gunung api dimana bahan piroklastik tidak lagi dilemparkan keluar dengan tekanan
yang tinggi, tetapi berganti dengan lava yang keluar kepermukaan dengan tekanan
yang rendah tetapi dengan temperatur yang tinggi. Lava ini kemudian oleh
perbedaan temperatur akhirnya mengalami pembekuan di permukaan membentuk
batuan ekstrusif (Bachrul dan Asmita, 2012).
Tekstur dan struktur batuan merupakan hal yang paling penting dalam proses
pelapukan batuan piroklastik. Butiran partikel yang menyusun batuan piroklastik
dari ukuran besar hingga sangat halus akan membentuk pori dalam tubuh batuan.
Adanya pori membuat cairan, utamanya air mudah masuk ke dalam tubuh batuan
sehingga proses pelapukan kimia pada batuan berjalan dua arah yaitu dari arah luar
dan arah dalam tubuh batuan. Hal ini yang membuat batuan piroklastik lebih mudah
mengalami pelapukan dibanding batuan beku (Bachrul dan Asmita, 2012).
Penamaan batuan sangat penting dan penamaan ini harus adanya standarisasi,
berdasakan tipe batuan dan sifat-sifatnya. Dalam penamaan batuan harus ada
keseragaman pemberian nama, sehingga klasifikasi batuan harus subyektif
mungkin dengan berdasarkan fakta-fakta yang diamati. (Graha, 1987). Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui lebih lanjut
tentang batuan Piroklastik serta memahami karakteristik batuan piroklastik yang
meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan piroklastik.
1.2 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengidentifikasi beberapa batuan piroklastik,


dapat membedakan jenis-jenis batuan piroklastik dan kandungan mineral
penyusunnya. Sedangkan kegunaannya adalah agar mahasiswa mampu mengetahui
beberapa jenis batuan piroklastik, kandungannya dan cara penamaan.
II. METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu

Pelaksanaan Praktikum Mineral bertempat di laboratorium Fisika Tanah,


Depatemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Pada hari
Rabu, 27 September, 2017, pukul 08.00 WITA sampai selesai.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, lembar kerja dan LUP.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel batuan piroklastik.

2.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut:


1. Melakukan pengamatan batuan yang mewakili setiap jenis dan golongan batuan
piroklastik.
2. Mengamati warna mineral, yaitu warna segar/utama dan warna lapuk/yang
menyertai. Warna batuan dipengaruhi oleh dominasi kandungan mineral yang
terdapat dalam batuan, sedangkan warna lapuk dihasilkan dari hasil interaksi
antara mineral penyusun batuan dengan media pelapukan.
3. Mengamati tekstur batuan dengan bantuan LUP, yaitu
a. Tekstur klastik kasar jika ukuran butir berada pada kisaran >0,5 mm
b. Tekstur klastik halus jika ukuran butir berada pada kisaran <0,5 mm- <0,25
mm
4. Mengamati komponen batuan piroklastik, yaitu:
a. Fragmen
b. Maktris
c. Semen
5. Mengamati sortasi (pemilahan) atau tingkat keseragaman butir (ukuran) yaitu:
a. Sortasi baik (Well sorted)
b. Sortasi sedang (Medium sorted)
c. Sortaso jelek (Poorly Sorted)
6. Mengamati porositas yaitu kemampuan batuan menyerap cairan berhubungan
erat dengan ukuran butir batuan.
7. Mengamati permeabilitas yaitu kemampuan batuan melewatkan cairan
berhubungan erat dengan ukuran butir batuan.
8. Mengamati kemas yaitu hubungan antar butir pada batuan
a. Kemas tertutup (Fragmen saling bersentuhan)
b. Kemas terbuka (fragmen tidak saling bersentuhan dan megambang dalam
matriks)
9. Mengamati struktur batuan yaitu
a. Struktur berlapis (stratified)
b. Struktur tidak berlapis (non stratified)
10. Menentukan nama batuan berdasarkan tabel klasifikasi penamaan batuan
menurut Wentworth dan Williams (1932), Twenhofel (1950) dan Fisher (1961)
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Identifikasi Beberapa Batuan Piroklastik
No Jenis Warna Tekstur Sortasi Kemas Roun Porositas Perme Ukura Struktur Komposisi Komposisi Nama
Batuan dness abilitas n Butir Mineral Kimia Batuan
Lapuk Segar
Kuning Baik
Tidak Block
32 Klastik Kehijau Ungu Kasar Buruk Tertutup Baik Lambat 18 SiO2 Lapilli
Berlapis Kristal
an
Coklat Mem
Coklat Debu Tufa halus
29 Klastik Kemera Halus Baik Tertutup udar Buruk Cepat Berlapis CaCo3
Muda Gelas berlapis
han
-
Abu- 0.5<0.2 Tidak Lapilli
30 Klastik Hitam Halus Baik Tertutup Baik Lambat SiO2 Tufa kasar
Abu 5 Berlapis Pasir

Hijau - Debu Tufa kasar


31 Klastik Krem Halus Baik Tertutup Buruk Cepat Berlapis SiO2
Tua Gelas berlapis
- Tidak
33 Klastik Jingga Krem Kasar Jelek Terbuka Baik Lambat 14 Apilli Pasir SiO2 Aglomerat
Berlapis
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017.
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dimana terdapat 6 batuan


piroklastik yang diamati. Batuan piroklastik dapat dilihat dari sifat fisiknya seperti
tekstur. Tekstur ialah kenampakan ukuran butir mineral atau partikel dalam tubuh
batuan. Piroklastik terbagi menjadi klastik kasar dan klastik halus. Perbedaan
ukuran butir partikel mengakibatkan batuan piroklastik memiliki sortasi, kemas,
porositas dan permeabilitas yang berbeda. Yang tergolong klastik kasar ialah Lapili
sedangkan yang tergolong klastik halus adalah Coarse asti, dan fine ash. Selain itu
struktur adalah kenampakan hubungan antara butir partikel didalam tubuh batuan
piroklastik. Hubungan ini terlihat dari gradasi butiran ataupun warna butiran akibat
waktu pengendapan dimana hal ini ditunukkan dengan terbentuknya perlapisan
batuan.
Hasil identifikasi beberapa jenis batuan digolongkan kedalam klastik halus
dan klastik kasar dimana klastik kasar pertama yaitu lapilli (Silikat) dengan warna
lapuk kuning kehijauan dengan warna segar ungu, tekstur kasar, sortasi buruk,
kemas tertutup, Roundness baik, porositas baik, permeabilitas lambat, ukuran butir
18 mm, struktur tidak berlapis, komposisi mineral block Kristal dan komposisi
kimia SiO2. Keduan yaitu agromerat dengan warna lapuk jingga dengan warna segar
krem, tekstur kasar, sortasi jelek, kemas terbuka, Roundness tidak diketahui,
porositas baik, permeabilitas lambat, ukuran butir 14 mm, struktur tidak berlapis,
komposisi mineral lapilli pasir dan komposisi kimia SiO2.
Sedangkan klastik kasar yang pertama yaitu tufa halus berlapis dengan
warna lapuk coklat muda dengan warna coklat kemerahan, tekstur halus, sortasi
baik, kemas tertutup, Roundness baik, porositas baik, permeabilitas cepat, ukuran
butir belum diketahui, struktur berlapis, komposisi mineral debu gelas dan
komposisi kimia CaCo3. Kedua tufa kasar dengan warna lapuk hitam dengan warna
segar abu-abu, tekstur halus, sortasi baik, kemas tertutup, Roundness belum
diketahui, porositas baik, permeabilitas lambat, ukuran butir 0,5<0,25, struktur dak
berlapis, komposisi mineral lapilli pasir, dan komposisi kimia SiO2. Ketiga yaitu
tufa kasar berlapis dengan warna lapuk krem dengan warna segar hijau tua, tekstur
halus, sortasi baik, kemas tertutup, Roundness belum diketahui, porositas buruk,
permeabilitas cepat, ukuran butir tidak dapat diukur, struktur berlapis, komposisi
mineral debu glass dan komposisi kimia SiO2. Hal ini sesuai dengan dengan
pendapat (Bachrul dan Asmita, 2012) bahwa tekstur batuan piroklastik terbagi atas
dua yaitu klastik kasar dan klastik halus dimana klastik kasr yaitu jika ukuran butir
dari partikel penyusun batuan piroklastik berukuran > 2mm sedangkan klastik halus
ika ukuran butir dari partikel penyusun batuan piroklastik berukuran 2 0,0625 mm
dimana ukuran butiran juga digunakan untuk memberikan penamaan pada batuan
piroklastik.
Batuan piroklastik dengan kandungan silika ialah lapili, coarse asti fine ash
dengan komposisi material block. Sedangkan piroklastik dengan kandungan
karbonat ialah fine ash dengan komposisi material debu glass. Menurut Ibrahim dan
Asmita (2015) potensi lahan untuk batuan piroklastik sangat subur. Karena tekstur
batuan piroklastik yang berbutir membuat batuan ini mudah melapuk dan bersolum
dalam. Namun jika topografi berbukit atau berlereng maka proses pencucian akan
intensif sehingga kation-kation logamnya akan hilang dan tanah dapat menjadi
masam. Tanah dengan bahan induk piroklastik cocok untuk tanaman hortikultura
dan tanaman pangan.
Batuan piroklastik mengandung banyak minerals seperti olivin, piroksin
yang kaya akan unsur hara yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Selain itu, tanah
yang berasal dari batuan piroklastik memiliki solum yang dalam. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Ibrahim ( 2012) bahwa tekstur batuan piroklastik yang berbutir
membuat batuan ini lebih muda mengalami pelapukan sehingga proses
pembentukan tanah akan berjalan lebih cepat dan menghasilkan solum tanah yang
dalam.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pengamatan batuan piroklastik dilakukan dengan menentukan jenis batuan,


warna lapuk dan segar batuan, tekstur, sortasi, kemas, roundness, porositas,
permeabilitas, ukuran butir, struktur, komposisi mineral, komposisi kimia dan nama
batuan.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan pengamatan batuan piroklastik dibutuhkan waktu


yang lebih lama untuk lebih mengenal dan mengetahui lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Bachrul dan Asmita, Ahmad. 2012. Agrogeologi dan Mineralogi Tanah.
Makassar: Program Hibah Penulisan Buku Ajar Tahun 2012, Universitas
Hasanuddin.
Ibrahim, Bachrul dan Asmita, Ahmad. 2015. Agrogeologi dan Mineralogi Tanah.
Makassar: Program Hibah Penulisan Buku Ajar Tahun 2012, Universitas
Hasanuddin.
Graha,D. S. .1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova. Bandung
LAMPIRAN

Lapilli Tufa halus berlapis Tufa Kasar Tufa kasar berlapis

Aglomerat Boom Block

Gambar 4. Sampel Batuan Piroklastik

Anda mungkin juga menyukai