PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penyusun dapat menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
diagnosa medis Thyfus Abdominalis melalui pendekatan proses keperawatan
sesuai standar keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah menyusun Laporan ini, kelompok diharapkan mampu:
a) Menjelaskan konsep dasar penyakit Thyfus Abdominalis mulai dari
pengertian, penyebab, pathofisiologi/pathways, tanda dan gejala,
pemeriksaan penunjang , penatalaksanaan dan komplikasi.
b) Melakukan pengkajian pada klien dengan diagnose medis Thyfus
Abdominalis.
c) Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan diagnose medis
Thyfus Abdominalis
d) Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan diagnose medis
Thyfus Abdominalis
e) Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnose medis
Thyfus Abdominalis
f) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnose medis
Thyfus Abdominalis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa yang mempunyai
ciri- ciri sebagai berikut :
a. Basil garam negatif yang begerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
b. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu, antigen O
(somatiik yang terdiri zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella),
dan antigen Vi dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap
ketiga macam antigen tersebut.(Nursalam dkk, 2005).
c. Selain itu penyakit tipus abdomnalis juga bias didukung oleh faktor-faktor
antara lain : pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang
relative rendah, penyediaan air bersih yang tidak memadai. Keluarga
dengan hygiene sanitasi yang rendah, pemasalahan pada identifikasi dan
pelaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosis yang pasti,
pebogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya
serta belum tersedianya vaksin yang efektif, aman dan murah (Panyakit
dalam Soegeng Soegijanto, 2002).
Salmonella Thyposa
2.1.4 Komplikasi
1) Komplikasi Intra Intestine
a) Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi
melena dapat disertai nyeri perut dengan tanda- tanda renjatan.
b) Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya
dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai
peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga
peritonium, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di
antara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang di buat
dalam keadaan tegak
c) Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang.
2) Komplikasi Extra Intestine
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu
meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain- lain. Terjadi karena infeksi
skunder, yaitu bronkopneumonia. (Ngastiyah, 2005).
2.1.5 Prognosis
Umumnya prognosis typhus abdominalis pada adalah baik, asal klien
cepat berobat. Mortalitas pada klien yang dirawat adalah 6%. Prognosis
menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinik yang berat seperti:
a) Demam tinggi (hipertireksia) atau febris continue
b) Kesadaran sangat menurun
c) Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis,
perforasi.
2.3 PATOFISIOLOGI
Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman yang
terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan
limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh limfe
masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES)
terutama hati dan limpa.
Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak
difagosit berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali
masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian
kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya
kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan
menyebabkan reinfeksi usus.
Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin
ini merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat
termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.
Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut
monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem,
instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh
makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang
dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama
dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan
organ yang terinfeksi.
Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang
hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada dinding
ileum terjadi ulkus yang dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi intestinal.
Bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut. (Arif Mansjoer, 2001).
Kasus Pemicu
Nn. MW MRS dengan keluhan panas tinggi naik turun, susah makan dan
nyeri tenggorokan. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan S=38,5C, N=84x/menit,
TD=120/80 mmHg, RR=32x/menit, adanya nyeri tekan perut sebelah kanan
bawah, lidah kotor dan di dapatkan dari pemeriksaan darah lengkap diperoleh
widal 1/200.
3.1 Pengkajian
LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IDENTITAS
Identitas anak Identitas Penanggung jawab
Nama : Nn. MW Nama : Ny. R
Umur : 20th Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Probolinggo
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : Probolinggo
Sumber informasi : Klien dan keluarga
4. Sistem Persyarafan B3
a. GCS : apatis (E=3 V=5 M=5)
b. Keluhan pusing : ya Masalah Keperawatan :
c. Pupil : Isokor Resiko cidera
d. Sclera/Konjunctiva : normal
e. Gangguan pandangan : tidak
f. Gangguan pendengaran : tidak
g. Gangguan penciuman : tidak
5. Sistem perkemihan B4
a. Kebersihan : Bersih
b. Produksi urine : 1500ml/hari
c. Kandung kemih : Masalah Keperawatan : tidak
Membesar : tidak ada
6. Sistem pencernaan B5
a. Lidah : kotor
Masalah Keperawatan :
b. Mukosa : kering - Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Tenggorokan tubuh
- Gg. Rasa nyaman nyeri
Sakit menelan (-)
Pembesaran tonsil (-)
d. Abdomen : nyeri (+)
e. Peristaltik : 29 x/menit
f. BAB : 3x/hari, Konsistensi cair
g. Diet : cair
h. Nafsu makan : menurun Frekuensi: 2x/hari
i. Porsi makan : habis porsi
Lain-lain: -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter Hasil/satuan Nilai normal Interpretasi
Hemoglobin 13,8 g/dl 12-14 Normal
Leukosit 11.100/l 4000 11.000 Tinggi
Diff count
- Limfosit - 46 % - 20-40 - Tinggi
- Monosit - 7% - 2-8 - Normal
Trombosit 179.000/ l 150.000 400.000 Normal
2. Uji Widal
a. Widal O = 1/200
b. Widal H = 1/160
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Bakteremia Gg. Keseimbangan suhu
- Klien mengatakan tubuh (Hiperthermi)
badannya terasa panas. Kuman mengeluarkan
endotoxin
Do :
Keadaan umum : Merangsang sintesa dan
Bibir tampak kering dan pelepasan zat pirogen
pecah-pecah, klien oleh leukosit
tampak berkeringat
banyak. Menstimulasi pusat
TTV : termoregulator
S :38,5 0C
Pemeriksaan fisik : Peningkatan suhu tubuh
Akral panas
Pemeriksaan darah rutin: Gg. Keseimbangan suhu
Leukosit 11.100/l tubuh (Hiperthermi)
Limfosit 46 %
Uji widal
Widal O = 1/200
Widal H = 1/160
Ds : Akumulasi sel tifoid di Perubahan nutrisi
- Klien mengatakan mual ileum terminal sbg tempat kurang dari kebutuhan
dan muntah setiap kali infeksi utama tubuh
makan
- Klien mengatakan tidak HCl meningkat
nafsu makan
Mual, muntah
Do :
Keadaan umum Anoreksia
Klien tampak lemah
Pemeriksaan fisik Perubahan nutrisi kurang
Lidah kotor dari kebutuhan tubuh
Hanya mampu
menghabiskan porsi
makan
Pola makan 2x sehari
BB turun dari 50 kg
menjadi 47 kg
Senin, 26 Diagnosa 2 1. Jelaskan pada klien 1. Meningkatkan 1. Menjelaskan pada S : Klien mengatakan
Maret Tujuan : dan keluarga pengetahuan klien klien dan keluarga nafsu makan
2012 Dalam waktu 3x24 jam tentang manfaat tentang nutrisi tentang manfaat meningkat dan tidak
mampu makanan/nutrisi. sehingga motivasi makanan/nutrisi. mual lagi
mempertahankan 2. Kaji pola dan nafsu untuk makan 2. Mengkaji pola dan O :
kebutuhan nutrisi makan klien meningkat. nafsu makan klien - Klien
adekuat. 3. Anjurkan klien 2. Mengetahui pola 3. Menganjurkan menghabiskan
untuk dan kebiasaan klien untuk porsi makan
Criteria hasil : menghabiskan 1 makan klien dapat menghabiskan 1 yang di
Klien mengatakan porsi makanan menentukan porsi makanan sediakan
nafsu makan dengan cara di intervensi dengan cara di - Klien tidak
meningkat dan makan sedikit- selanjutnya makan sedikit- tampak lemah
tidak mual sedikit dan diberi 3. Menghindari sedikit dan diberi - BB 49,5 kg
jeda. refluks makanan. jeda. A : Masalah teratasi
Mampu 4. Anjurkan klien 4. Memberi rasa 4. Menganjurkan P : Hentikan
menghabiskan untuk melakukan segar dan klien untuk intervensi
porsi makan yang di perawatan mulut bertujuan untuk melakukan
sediakan sebelum dan menjaga perawatan mulut
Tidak tampak sesudah makan kebersihan sebelum dan
lemah 5. Dorong tirah baring sehingga timbul sesudah makan
BB meningkat dan atau keinginan untuk 5. Mendorong tirah
pembatasan makan baring dan atau
aktivitas selama fase 5. Menurunkan pembatasan
sakit akut kebutuhan aktivitas selama
6. Kolaborasi : Beri metabolik untuk fase sakit akut
nutrisi sesuai diit mencegah 6. Memberi nutrisi
bubur saring + tinggi penurunan kalori sesuai diit bubur
kalori tinggi protein. dan simpanan saring + tinggi
7. Kolaborasi : Berikan energi. kalori tinggi
antasida 3x1 dan vit. 6. Meningkatkan protein.
B komplek 3x1. asupan nutrisi dan 7. Memberikan
mencegah antasida 3x1 dan
perforasi usus vit. B komplek 3x1.
7. Antasida
mengurangi rasa
mual dan muntah.
Vit. B komplek
memenuhi
kebutuhan
vitamin dan
meningkatkan
nafsu makan
BAB IV
KESIMPULAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif
Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel
fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. Bakteri
tersebut terdapat pada air atau makanan yang terkontaminasi oleh manusia pembawa
bakteri tersebut. Bakteri tersebut menyebar pada manusia sekitarnya.
Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap
oleh sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah
bakteriemi II.
Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal
(patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas,
instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll.
Imunulogi humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi
mencegah melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM
dan IgG untuk memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi
untuk membunuh Salmonalla intraseluler
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zaidin (2002), Dasar-dasar keperawatan professional, Widia Medika. Jakarta.
Aru .W. Sudoyo (2007), Ilmu Penyakit Dalam, Departemen, Jakarta
Diagnosa (2007). Nanda (NIC & NOC). EGC: Jakarta
Isti Handayaningsih (2009). Dokumentasi Keperawatan DAR Sari Buku Keperawatan.
Jogjakarta
Mansjoer Arif (2002) Kapita Selekta Kedokteran, Media Auskullapius. FK-UI Jakarta.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Noer Sjaifoellah (2004) Ilmu Penyakit Dalam. EGC: Jakarta
Nursalam (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Salemba Media, Surabaya.
Nursalam (2005) Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (Perawat dan Bidan), Salemba
Medika. Jakarta.
Suarli (2009) Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Erlangga. Jakarta.
Syaifudin, Drs. H.(2006) Anatomi fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. EGC.Jakarta.
Tambayong, Jan (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.