Anda di halaman 1dari 8

TUGAS NEUROBEHAVIOUR

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN ISOLASI SOSIAL

KELOMPOK 3:

RAHMIANA HELDAYANTI

RATIH SAPUTRI

RATIH MAGFIRA

MUDA RESKI

NINING RAHMADANI

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. YOLA YOLANDA M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN/ IIB

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas askep ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.Dalam askep ini berisi tentang untuk melengkapi ASKEP DENGAN
PASIEN ISOLASI SOSIAL tugas-tugas makalah yang telah diberikan.

Apabila dalam makalah ini dijumpai banyak kekurangan, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya mengingat penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan,dimana segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia pasti memiliki
kekurangan.Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaannya masalah ini,dan juga penulis berharap semoga askep
ini dapat bermamfaat bagi masyarakat dan para penggunanya.

Padang, 24 november 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. defenisi........................................................................
B. macam-macam pemeriksaan mengineal
C. metode pemeriksaan meningeal

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif


dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.
Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji
apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
atau tidak. Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan
status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan keperawatan.

Dalam Pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya menggunakan cara-cara yang


sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pengkajian fisik keparawatan pada dasarnya dikembangkan berdasarkan model
keperawatan yang terfokus pada respons pasien terhadap adanya masalah kesehatan atau
dengan kata lain pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosis fisik yang
secara umum perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Dalam
integrated care pathway, batasan ini sering menjadi tidak kelas sehingga membutuhkan
kesepakatan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Para perawat spesialis di
beberapa negara maju juga dituntut tidak hanya mampu memformulasikan masalah
keperawatan, tetapi juga masalah kesehatan yang lebih kompleks termasuk masalah yang
hanya dapat diselesaikan secara kolaboratif, mendeteksi kemungkinan komplikasi, dan
merencanakan terapi. Hal ini membuat lingkup pengkajian keperawatan menjadi lebih luas.

B.Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan meningeal


B. Macam-macam pemeriksaan Tanda Ransangan meningeal

C. Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pemeriksaan tanda


ransang mengineal
b. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari tentang Tanda Kernig pada
rangsangan selaput otak (meningeal sign).
c. Mahasiswa dapat melakukan tindakan tentang Tanda Kernig pada
rangsangan selaput otak (meningeal sign) secara mandiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Derinisi

Meningeal adalah tanda-tanda adanya perangsangan selaput otak. Terjadi oleh


karena infeksi (meningitis), zat kimia (bahan kontras), darah (perdarahan subarachnoid /
SAH), atau invasi neoplasma (meningitis carcinomatosa). Yang perlu di perhatikan pada
pemeriksaan ini adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus dimana pada
pemeriksaan fisik di dapatkan kekakuan leher tetapi tidak ada proses patologis di daerah
selaput otak.

B. Macam-macam Pemeriksaan Meningen dan Langkah-langkahnya

Pemeriksaan meningen atau meningeal sign terdiri dari :

1. Kaku Kuduk

merupakan kaku pada saat flesi buka kaku saat ekstensi atau rotasi. Kaki kuduk
positif bila terdapat tahanan saat fleksi kepala atau dagu tidak dapat menyentuh dada
karena tahanan tersebut. Pemeriksaan Meningeal sign yang paling peka yaitu pemeriksaan
kaku kuduk. Ketika melakukan pemeriksaan kaku kuduk bisa dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan Brudzinski I caranya adalah:

a. Pasien tidur terlentang pada alas yang datar tanpa bantal


b. Pemeriksa berdiri di kanan penderita
c. Tangan kiri pemeriksa dibawah kepala, tangan kanan di atas dada agar tidak
terangkat
d. Ayunkan kepala kepala pasien kekiri kekanan untuk memastikan supaya leher
benar-benar relaksasi.
e. Kemudian fleksikan leher sampai menyentuh dagu.

2. Kernig

Pada pemeriksaan ini langkahlangkahnya sebagai berikut :

a. Minta pasien untuk tidur terlentang


b. Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90)dengan tubuh, tungkai atas dan
bawah pada posisi tegak lurus pula.
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai
membentuk sudut lebih dari 135 terhadap paha.
d. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135,
karena nyeri atau spasme otot hamstring / nyeri sepanjang N.Ischiadicus,
sehingga panggul ikut flesi dan juga bila terjadi fleksi involuter pada lutut
kontralateral maka dikatakan Kernig sign positif.
3. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)

1) Memposisikan pasien tidur terlentang dengan kedua tangan dan kaki diliruskan
serta berikan bantal bila ada
2) Memutar kepala pasien ke samping kanan kiri serta menoleh ke kanan kiri apakah
ada tahanan untuk mengecek adanya gejala ekstrapiramidal atau spasme otot
selain tanda meningeal
3) Memegang kepala penderita dengan tangan kiri dan kanan, kemudian
memfleksikan kepala dagu penderita ke arah sternum/ dada penderita apakah
ada tahanan atau nyeri di leher. Pada kondisi normal dagu dapat menyentuh
dada
4) Kaku kuduk (+) : jika dagu tidak dapat menyentuh dada
5) Brudzinski (+) : jika bersamaan dengan pemeriksaan kaku kuduk terlihat fleksi
sejenak pada tungkai bawah

4. Brudzinski II

1) Memposisikan pasien tidur terlentang dengan kedua tangan dan kaki diliruskan
serta berikan bantal bila ada
2) Memfleksikan salah satu kaki lurus pada sendi panggul maksimal
3) Brudzinski tungkai II(+) : jika terlihat adanya fleksi kaki kontralateral (yang tidak
mengalami parese)

5. Brudzinski III (Brudzinskis Check Sign)

1) Memposisikan pasien tidur terlentang dengan kedua tangan dan kaki diliruskan
serta berikan bantal bila ada
2) Menekan kadua pipi atau infra orbita pasien dengan kedua tangan pemeriksa
3) Brudzinski III(+) : jika bersamaan dengan pemeriksaan terdapat fleksi pada kedua
lengan

6. Brudzinski IV (Brudzinskis Symphisis Sign)

1) Memposisikan pasien tidur terlentang dengan kedua tangan dan kaki diliruskan
serta berikan bantal bila ada
2) Menekan tulang pubis penderita dengan tangan pemeriksa
3) Brudzinski IV(+) : jika bersamaan dengan pemeriksaan terlihat fleksi pada kedua
tungkai bawah

Bila salah satu positif maka dikatakan meningeal sign positif meskipun pada pemeriksaan
yang lain negatif. Biasanya di mulai dengan pemeriksaan kaku kuduk, bila positif berarti
meningeal sign positif (paling peka). Bila negatif maka dapat di konfirmasi dengan
pemeriksaan yang lain seperti Kernig, Brudzinski.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Meningeal adalah tanda-tanda adanya perangsangan selaput otak. Terjadi oleh


karena infeksi (meningitis), zat kimia (bahan kontras), darah (perdarahan subarachnoid /
SAH), atau invasi neoplasma (meningitis carcinomatosa). Yang perlu di perhatikan pada
pemeriksaan ini adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus dimana pada
pemeriksaan fisik di dapatkan kekakuan leher tetapi tidak ada proses patologis di daerah
selaput otak.

Macam-macam Pemeriksaan Meningeal sebagai berikut:

1. Kaku Kuduk
2. Kernig
3. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
4. Brudzinski II
5. Brudzinski III (Brudzinskis Check Sign)
6. Brudzinski IV (Brudzinskis Symphisis Sign)
DAFTAR PUSTAKA

Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online)

diakses 4 november 2017.

Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC

Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.

www.scrbd.pemeriksaan fisik tanda rangsang meningeal


www.scrbd.metode pemeriksaan tanda ransangan meningeal

Anda mungkin juga menyukai