PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Tanaman ini berkeping satu yang termasuk famili Palmae, genus Elaeis berasal
dari bahasa Yunani, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu
tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menanam tanaman kelapa sawit pertama kali di
pantai Guinea (Kataren, 2005). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim
tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22320 C. Salah satu produksi
kelapa sawit adalah minyak sawit mentah atau yang sering disebut dengan CPO (Crude Plam
Oil) (Wordpress, 2005). Kementrian Pertanian Indonesia pada tahun 2010 mencatat luas
seluruh perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 7.824.623 ha dan luas perkebunan sawit di
Sumatera Barat 325.206 ha dengan jumlah pabrik kelapa sawit sebanyak 26 unit. Data
Statistik Perkebunan juga mencatat produksi CPO Indonesia sebanyak 19.844.900 ton dengan
produksi CPO Sumatera Barat adalah 928.456 ton. Luasnya lahan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia khususnya daerah Sumatera Barat serta produksi CPO yang cukup tinggi sangat
memudahkan untuk mencari bahan baku untuk proses pemurnian minyak kelapa sawit
(Sipayung, 2012). Tingginya angka produksi CPO Indonesia maka industri minyak kelapa
sawit terus melakukan perbaikan mutu agar cemaran logam yang terkandung dalam minyak
sawit dapat diperkecil jumlahnya dan tidak melewati Standar Nasional Indonesia (SNI)
(Simarmata, 1998).
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati
lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponen yang terkandung
di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam seperti kandungan asam palmitat yang
tinggi yaitu sekitar 40%. Dari aspek kesehatan kandungan kolestrolnya lebih rendah. Saat ini,
banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit dengan
kandungan kolestrol yang rendah (Winarno, 1999). Kemajuan bidang produksi pada tingkat
perkebunan sawit dan teknologi pada tingkat industri, perlu didukung dengan kemajuan
dalam bidang pengolahan dan pemasaran. Untuk penggunaan dalam berbagai macam
makanan, minyak sawit terlebih dahulu dimurnikan sehingga memenuhi syarat sebagai
minyak makan. Perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan terhadap minyak yang akan
dimurnikan dikenal dengan proses pemisahan gum atau yang sering disebut degumming.
Adanya gum dalam minyak makan akan mengurangai keefektifan adsorben dalam menyerap
warna, pada netralisasi akan mengurangi rendemen trigleserida karena gum akan menambah
partikel emulsi dalam minyak. Dengan kualitas minyak yang dihasilkan dan dapat menekan
kerusakkan minyak lebih lanjut terutama komponen nutrisi yang baik dalam minyak.
(Sumarna, 2006).
Proses degumming yang paling banyak digunakan adalah proses menggunakan asam
pekat. Asam pekat yang biasa digunakan pada proses degumming adalah asam phospat
(H3PO4), asam chlorida (HCl). Pengaruh yang ditimbulkan oleh zatzat tersebut adalah
1
mengumpulkan dan mengendapkan zat zat seperti fosfotida, gum dan resin yang terdapat
dalam minyak mentah. Akan tetapi asamasam yang biasa digunakan cendrung tidak sebaik
H2S04 dalam mengurangi cemaran logam. Penghilangan seluruh kadungan kotoran pada
minyak tidak mungkin dilakukan, akan tetapi kandungan logam dapat diturunkan (Sumarna,
2006). Di dalam minyak sawit juga terdapat logamlogam berat yang akan berdampak buruk
bagi kesehatan bila terkonsumsi. Logam-logam berat yang terkandung dalam minyak sawit
berasal dari tanah dan pupuk yang digunakan selama proses penanaman pohon sawit, serta
mesin yang digunakan pada proses pengolahan yang berbahan dasar logam dikhawatirkan
mengalami migrasi pada minyak sawit (Jatmika, 1996).
Kelas : Angiospermae
Ordo : Palmales
Family : Palmaceae
Subfamily : Palmine
Genus : Elaeis
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian Vegetatif dan bagian
Generatif. Bagian tanaman sangat penting diketahui karena akan berkaitan dengan berbagai
hal dibidang agronomi, pemulih, perlindungan tanaman, pemupukan, peramalan produksi,
dan sebagainnya. Bagian tanaman yang perlu diketahui adalah akar, batang, daun, bunga dan
buah serta kecambah.
a. Akar (Radix)
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu
juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi. Sistem perakaran merupakan sistem serabut terdiri dari
dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartemer. Akar kuarttemer diasumsikan sebagai
akar absorsiutama. Sistem perakaran yang aktif berada pada kedalaman 5-35 cm.
Pertumbuhan dan percabangan akar dapat dipacu bila konsentrasi hara cukup besar. Akar
aktif yang tinggi terjadi pada gawangan dimana daun-daun pelepah ditumpuk dan
mengalami dekomposisi. Akar berfungsi untuk : menunjang struktur batang, menyerap
unsur hara dan air, dan sebagai salah satu alat respirasi.
2
b. Batang (Caulis)
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur
12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa. Batang lurus dan tidak bercabang. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40
60 cm, tetapi pada pangkalnyamembesar. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun
tua sampai umur 11 15 tahun. Batang yang telah tua akan tampak karena pangkal
pelepah sudah mulai rontok. Pertambahan tinggi batang 55- 75 cm/tahun. Panjang buku
batang (internode) 14 33 mm.
c. Daun (Folium)
Daunnya merupakan daun yang majemuk. Berwarna hijau tua dan pelapah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya
saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. bentuk daunnya termasuk majemuk
menyirip, tersusun rozet pada ujung batang. Daun pertama yang keluar pada bibit
berbentuk lance-late, kemudian muncul bifurcate dan akhirnya pinnate. Pangkal
pelepah daun atau petiole adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya
helaian daun dan terdiri atas rachis basis tangkai daun (petiolus), duru- duri (spine),
helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo
folii), dan daging daun (intervenium). Jumlah pelepah daunyang terbentuk dalam 1
tahun dapat mencapai 20-30 helai. Letak pelepah membentuk putaran spiral kanan atau
kiri, tetapi kebanyakan berputar ke kanan. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9
meter, terdiri dari anak daun 125 200 pasang dengan panjang 1-1,2 meter dan lebar
tengah kurang lebih 6 cm.
Lanceolate : Daun yang pertama sekali keluar dan berupa helaian yang utuh
Bifurcate : Bentuk daun dan yang sudah terpecah tetapi bagian ujung belum
terbuka
Pinnate : Bentuk yang sudah sempurna arah anak daun ke atas dan ke bawah
d. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat
jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai
tetua jantan.
3
e. Buah
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga
sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan
sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai
kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA,
free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri
dari tiga lapisan:
Endosperm : Biji
Embrio : Lembaga
Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600
buah. Tanaman normal akan menghasilkan 2022 tandan per tahun. Jumlah tandan
buah pada tanaman tua sekitar 1214 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25
35 kg. Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa
sawit dibagi menjadi 3 yakni :
o Dura,
o Pisifera, dan
o Tenera.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari
tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati
fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80%
4
perikarp dan 20% persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam
perikarp sekitar 34 - 40 persen.Buah terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a. Costarica
b. Londsum
c. Marihat
Tujuan dari Praktik Uji Kompetensi ini secara khusus adalah untuk menambah
dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan khusus dalam melakukan budidaya
tanaman Kelapa Sawit. Adapun tujuan umum dari Praktik Uji Kompetensi ini antara
lain :
Untuk mengenal dan memahami usaha budidaya tanaman Kelapa Sawit serta
aspek dan dinamika kegiatannya.
Melatih dan meningkatkan etos kerja siswa.
Melatih siswa untuk menyesuaikan diri dengan perusahaan atau industri.
Untuk menimbulkan dan mengembangkan rasa percaya diri.
Menetapkan disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas masing-
masing.
5
Menumbuh kembangkan semangat dan jiwa wirausaha.
Sebagai salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi oleh siswa sebelum
mengikuti pelaksanaan UN/UAS.
Mengumpulkan data untuk keperluan siswa dan sekolah.
Siswa mampu memahami, menetapkan serta mengembangkan pelajaran yang
diperoleh dari sekolah dan dalam rangka penerapan didunia usaha.
Penyusunan laporan dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah
yang sesuai dengan program study yang dipilih oleh siswa itu sendiri.
Menambah pembendaharaan perpustakaan sekolah serta untuk menigkatkan
pengetahuan siswa angkatan selanjutnya.
1.3.2 Manfaat
a) Untuk mengetahui teknik budidaya kelapa sawit yang baik dan benar
b) Diharapkan bisa membedakan bibit yang baik dan yang kurang baik
c) Diharapkan bisa menerapkan budidaya tanaman kelapa sawit yang baik, dan
berpotensi.
6
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Proses Pelaksanaan
Waktu kegiatan pada pre nursery dilakukan pada tanggal 23 mei 2015 s/d 11 juni
2015 yang bertempatkan di Desa Nuangan, sedangkan kegiatan pemindahan ke main
nursery dilaksanakan pada tanggal 5 september yang bertempatkan di lahan pembibitan
SMK-N 1 BULIK TIMUR.
Sabit
Pulpen
Gembor
Cangkul
Buku
Penggaris
Gunting
Camera
Knap sake
2.1.2.2 Bahan
Pupuk NPK
Pupuk Urea
Air
Tanah lapisan atas (top soil)
7
Alasan lain diperlukannya pembibitan yaitu keadaan kecambah kelapa
sawit yang mudah diserang insecta, tikus, dan hama lain. Selain itu bahan
tanaman memerlukan ketegakan habitusnya sehingga tidak miring atau roboh
serta pembibitan diperlukan untuk memperpendek waktu antara persiapan
lapangan dan penanaman pertama sehingga begitu lahan siap tanam bibit
sudah siap untuk ditanam. Pembibibitan juga dimaksudkan untuk
mendapatkan bibit kelapa sawit yang bermutu tinggi.
8
b) Pemeliharaan pembibitan
9
- Kantong kecambah dikeluarkan dari kotak secara hati-hati dan ditempatkan dalam
baki dangkal berisi air agar kecambah tetap dingin.
- Kantong dibuka dan diperciki dengan air untuk mempertahankan kelembaban.
- Lakukan seleksi benih agar benih yang ditanam betul-betul hanya yang berkualitas
baik.
- Kecambah yang patah, busuk, dan abnormal tidak boleh ditanam. Disamping itu,
dapat dilakukan uji kualitas melalui pendekatan uji bobot jenis dengan cara
memasukkan seluruh benih dari setiap kantong ke dalam ember yang berisi air
bersih.
- Benih yang kurang baik akan mengambang sehingga mudah memisahkannya.
- Buat lobang di permukaan tanah dalam kantong plastik dengan jari atau kayu
sedalam sekitar 4 cm tepat ditengah.Tanam kecambah dengan posisi sedimikian
rupa sehingga calon akar (radikula, bagian ujungnya tumpul) mengarah tegak
lurus ke bawah dan caln tunas atau plmula, berbentuk runcing ke arah atas, lalu
tutupi dengan tanah secara hati-hati sehingga sedikit di bawah permukaan tanah,
Sebagai pedoman, tempurung paling atas berada sekitar 1 - 1,5 cm di bawah
permukaan tanah.
- Memperlihatkan susunan kantong plastik yang sudah ditanami benih sawit.
- Penanaman dilakukan menurut kelompok kantong kecambah dan diberi label
sesuai dengan label yang terdapat pada kemasannya.
- Lakukan penyiraman secara hati-hati agar tanah dalam kantong plastik tidak
terbongkar.
- Periksa setiap hari untuk memastikan bahwa tidak ada benih yang terbuka atau
terangkat ke permukaan tanah dalam kantong plastik.
2) Pembibitan Utama (Main Nursery)
o Rapikan kembali areal yang telah disipakan sebelumnya, terutama pembersihan
gulma, perbaikan saluran drainase, dan pemeriksaan fasilitas pengairan.
o Dua minggu sebelum pemindahan bibit dari pembibitan pendahuluan, seluruh
kantong plastik untuk pembibitan utama sudah disiapkan.
o Siapkan media berupa tanah lapisan atas (top soil) untuk pengisian kantong plastik
sebanyak 5-10 kg/kantong. Tanah diayak dengan menggunakan ayakan atau
diremas- remas menggunakan tangan. Penyiapan media ini sebaiknya mulai
dilakukan 6 - 8 Minggu sebelum jadwal pindah-tanam ke kantong plastik besar,
agar seluruh persiapan selesai tepat sesuai jadwal.
o Tanah yang telah diayak dicampur rata dengan pupuk kompos 3 banding 1.
o Siapkan kantong plastik ukuran 5 kg yang dilubangi 3 baris mulai dari bagian
tengah ke bawah dengan jarak antar lubang 2 cm, lalu diisi dengan media tanam
yang telah disiapkan hingga 2 cm dari bibir atas kantong.
10
o Kantong plastik yang telah terisi tanah, disusun dengan baik di areal pembibitan
sesuai dengan ajir yang sudah ditancapkan sebelumnya. Usahakan agar semua
kantong berdiri tegak supaya bibit tidak tumbuh miring.
3) Pemindahan Bibit Ke Pembibitan Utama
o Pemindahan bibit dari pembibitan pendahuluan dilakukan setelah bibit berumur 3
4 bulan, atau pada saat daun bibit sudah mencapai 4-5 helai daun.
o Sehari sebelum dipindahkan, bibit harus disiram sampai seluruh tanah dalam
kantong plastik jenuh agar tanah pada perakaran tetap lembab dan tidak terganggu
selama proses pemindahan.
o Pengangkutan bibit untuk diecer ke dekat kantong plastik besar dilakukan sesuai
dengan nomor kelompoknya agar tidak tercampur antar kelompok.
o Lubang tanam pada kantong plastik besar harus dibuat sesuai ukuran kantong
plastik kecil kemudian diberi pupuk kompos sebanyak 5 g /polibag.
o Bibit dipindahkan dengan cara mengiris melingkar pada bagian dasar kantong
hingga tersisa sepertiga lingkaran, lipat potongan alas kantong ke atas sisi bagian
yang tidak teriris, masukkan dalam lobang tanam dalam kantong plastik besar,
lalu tutup dengan tanah. Cabut kantong plasik ke atas melalui bibit kemudian
lanjutkan penutupan tanah sambil tekan dengan jari hingga rata dengan
permukaan tanah bibit.
o Bibit harus segera disiram setelah pemindahan selesai.
2. Pemupukan
Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh
cepat dan subur. Pupuk yang diberikan pada waktu di pre nursery adalah pupuk
organik, sedangkan pupuk yang diberikan pada saat di main nursery adalah pupuk
NPK 15-15-15-10 dengan cara ditaburkan pada sekeliling bibit sawit dengan jarak
berkisar antara 5cm dari pangkal bibit sawit.
3. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan minimal 2 kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan
lebih dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus
bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus menggunakan gembor
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
Kebutuhan air siraman + 2 liter/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.
4. Penyiangan
11
Gulma yang tumbuh dalam polybag dan ditanah antara polybag harus
dibersihkan, cara membersihkannya bisa dengan cara manual (dicabut), atau bisa
juga dengan menggunakan bahan kimia dengan cara menyemprotkannya pada gulma
tersebut, tetapi hanya gulma yang tumbuh di luar polybag atau disekeliling polybag
yang bisa dilakukan dengan cara penyemprotan, penyiangan gulma harus dilakukan
2-3 kali dalam satu minggu, atau sesuai dengan pertumbuhan gulma.
Gejala:
1. Pada bagian tengah atau ujung daun berupa bintik
terang yang selanjutnya melebar menjadi kuning dan
cokelat gelap
2. Mengalami nekrosis kuning yang memanjang sejajar
tulang daun.
Pengendalian:
12
PENYAKIT BERCAK DAUN
Faktor Pendorong:
Gejala:
1. Gejala awal terdapat bercak kuning pada daun muda
yang sudah membuka, bercak membesar, agak lonjong
dengan panjang 7-8 mm berwarna cokelat terang
dengan tepi kuning, bagian tengah kadang berminyak
2. Gejala akhir bercak menyatu sehingga terjadi nekrosis
pada daun, daun mongering, rapuh dan berwarna
cokelat muda
Pengendalian:
6. Gulma
Klasifikasi Rumput Malela (Brachiaria mutica):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Gramineae
Famili : Graminales
Genus : Brachiaria
Spesies : Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf
13
Akar serabut (radix adventica), keluar dari pangkal batang, jumlahnya
banyak dan hampir sama besar, memiliki banyak rambut-rambut halus.
2. Batang
Bagian terbawah tumbuh menjalar dengan panjang 100-400 cm, bagian
teratas tumbuh tegak. Buku-buku batang ditumbuhi rambut halus yang
panjang, batang berwarna hijau pucat.
3. Daun
Helai daun segar, berbentuk garis atau garis-lanset, permukaan daun
berambut jarang. Warna helai daun hijau muda dan tepinya merah ungu.
Ukuran panjangnya 10-30 cm, dan lebarnya 5-25 cm.
4. Bunga
Merupakan bunga majemuk. Tumbuh di ujung batang/cabang. Sumbu
utama persegi, panjangnya 15-25 cm.
5. Buah
Berbentuk bulat telur, ujung runcing, berwarna hijau, dan sangat kecil.
6. Biji
Berukuran kurang lebih 3 mm, berbentuk bulat panjang, ujung runcing,
warnanya hijau bercorak ungu. Biji barada didalam buahnya.
2.2 Variabel Pengamatan
Setelah dilakukan pengamatan pada tanaman kelapa sawit tersebut maka dapat
disimpulkan mengenai bagaimana pertumbuhan yang dialami tanaman kelapa sawit pada
waktu pengamatan dan penelitian.
Pada umumnya, tinggi tanaman setiap minggu nya (saat penelitian) pasti selalu
mengalami pertumbuhan yang sistematis. Tetapi tidak semua tanaman tumbuh dan besar
dengan seragam, karena setiap tanaman per polybag mempunyai kemampuan yang
berbeda untuk mendapatkan unsur hara dan sinar matahari. Ada beberapa hal yang
menyebabkan tanaman tidak tumbuh seragam karena bisa disebabkan oleh pertumbuhan
gulma yang berbeda per polybag, karena semakin banyak gulma yang tumbuh di polybag
maka semakin besar pula persaingan yang dialami antara tanaman inti dengan gulma,
persaingan yang lain juga bisa disebabkan karena adanya persainagan
dalammendapatkan makanan, sinar matahari, pupuk, air, dan unsur hara, sehingga hal
yang mungkin tetap untuk menghindari hal tersebut adalah melakukan penyiangan pada
setiap minggunya atau melakukan perawatan yang lebih maksimal lagi.
Kelembaban tanah yang berbeda antara polybag satu dengan polybag yang lainnya
juga bisa menjadi penyebab tanaman tidak tumbuh secara maksimal atau tidak seragam,
atau karena sinar matahari tidak rata mengenai tanaman saat pagi hari sehingga dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada umumnya. Sehingga hal-hal
tersebut tidak hanya menjadi penyebab tidak seragamnya pertumbuhan tanaman, namun
juga dapat menimbulkan terserangnya tamanan oleh penyakit yang sering menjadi
penghambat dalam pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Meskipun mungkin penyakit
yang menyerang tidak terlalu serius bagi pertumbuhan tanaman, namun tanaman tersebut
juga harus tetap mendapatkan perlakuan yang rutin dan tepat pula, agar tidak
menyebabkan masalah serius yang timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kelapa sawit.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulisan laporan Uji Kompetensi pun merupakan wujud dari pertanggung jawaban
yang dilakukannya pada saat Uji Kompetensi melalui sebuah laporan.
3.2 Saran
Ada beberapa saran dan kritik yang perlu diperhatian demi kesempurnaan
pelaksanaan Uji Kompetensi yang selanjutnya :
1. Hendaknya fasilitas dan peralatan yang dipakai pada pelaksanaan Uji Kompetensi
lebih memadai dan dipersiapkan dengan baik.
2. Pelaksanaan Uji Kompetensi sebaiknya lebih diperhatikan agar tidak terganggu
pelajaran yang waktunya bersamaan dengan Uji Kompetensi.
3. Waktu yang diberikan untuk persiapan proyek tugas akhir agar ditambah,
sehingga peserta diklat lebih siap dalam menghadapi proyek tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y, Widyastuti, Yustina Erna, Satyawibawa, Iman, Hartono, Rudi. 2002. Seri
Agribisnis Kelapa Sawit Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta.
16