Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Tanaman ini berkeping satu yang termasuk famili Palmae, genus Elaeis berasal
dari bahasa Yunani, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu
tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menanam tanaman kelapa sawit pertama kali di
pantai Guinea (Kataren, 2005). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim
tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22320 C. Salah satu produksi
kelapa sawit adalah minyak sawit mentah atau yang sering disebut dengan CPO (Crude Plam
Oil) (Wordpress, 2005). Kementrian Pertanian Indonesia pada tahun 2010 mencatat luas
seluruh perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 7.824.623 ha dan luas perkebunan sawit di
Sumatera Barat 325.206 ha dengan jumlah pabrik kelapa sawit sebanyak 26 unit. Data
Statistik Perkebunan juga mencatat produksi CPO Indonesia sebanyak 19.844.900 ton dengan
produksi CPO Sumatera Barat adalah 928.456 ton. Luasnya lahan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia khususnya daerah Sumatera Barat serta produksi CPO yang cukup tinggi sangat
memudahkan untuk mencari bahan baku untuk proses pemurnian minyak kelapa sawit
(Sipayung, 2012). Tingginya angka produksi CPO Indonesia maka industri minyak kelapa
sawit terus melakukan perbaikan mutu agar cemaran logam yang terkandung dalam minyak
sawit dapat diperkecil jumlahnya dan tidak melewati Standar Nasional Indonesia (SNI)
(Simarmata, 1998).
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati
lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponen yang terkandung
di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam seperti kandungan asam palmitat yang
tinggi yaitu sekitar 40%. Dari aspek kesehatan kandungan kolestrolnya lebih rendah. Saat ini,
banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit dengan
kandungan kolestrol yang rendah (Winarno, 1999). Kemajuan bidang produksi pada tingkat
perkebunan sawit dan teknologi pada tingkat industri, perlu didukung dengan kemajuan
dalam bidang pengolahan dan pemasaran. Untuk penggunaan dalam berbagai macam
makanan, minyak sawit terlebih dahulu dimurnikan sehingga memenuhi syarat sebagai
minyak makan. Perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan terhadap minyak yang akan
dimurnikan dikenal dengan proses pemisahan gum atau yang sering disebut degumming.
Adanya gum dalam minyak makan akan mengurangai keefektifan adsorben dalam menyerap
warna, pada netralisasi akan mengurangi rendemen trigleserida karena gum akan menambah
partikel emulsi dalam minyak. Dengan kualitas minyak yang dihasilkan dan dapat menekan
kerusakkan minyak lebih lanjut terutama komponen nutrisi yang baik dalam minyak.
(Sumarna, 2006).
Proses degumming yang paling banyak digunakan adalah proses menggunakan asam
pekat. Asam pekat yang biasa digunakan pada proses degumming adalah asam phospat
(H3PO4), asam chlorida (HCl). Pengaruh yang ditimbulkan oleh zatzat tersebut adalah

1
mengumpulkan dan mengendapkan zat zat seperti fosfotida, gum dan resin yang terdapat
dalam minyak mentah. Akan tetapi asamasam yang biasa digunakan cendrung tidak sebaik
H2S04 dalam mengurangi cemaran logam. Penghilangan seluruh kadungan kotoran pada
minyak tidak mungkin dilakukan, akan tetapi kandungan logam dapat diturunkan (Sumarna,
2006). Di dalam minyak sawit juga terdapat logamlogam berat yang akan berdampak buruk
bagi kesehatan bila terkonsumsi. Logam-logam berat yang terkandung dalam minyak sawit
berasal dari tanah dan pupuk yang digunakan selama proses penanaman pohon sawit, serta
mesin yang digunakan pada proses pengolahan yang berbahan dasar logam dikhawatirkan
mengalami migrasi pada minyak sawit (Jatmika, 1996).

1.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit nama latinnya adalah Elaeis Guenennsis Jacq. Elaeis berasal
dari kata Elaion dalam bahasa yunani yang artinnya minyak, guennensis berasal dari kata
guinea yaitu pantai Afrika dan Jacq berasal darisingkatan Jacquin seseorang botani (Anonim
1996).

Taksonomi tanaman kelapa sawit :

Kelas : Angiospermae

Ordo : Palmales

Family : Palmaceae

Subfamily : Palmine

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis Guenennsis Jacq

Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian Vegetatif dan bagian
Generatif. Bagian tanaman sangat penting diketahui karena akan berkaitan dengan berbagai
hal dibidang agronomi, pemulih, perlindungan tanaman, pemupukan, peramalan produksi,
dan sebagainnya. Bagian tanaman yang perlu diketahui adalah akar, batang, daun, bunga dan
buah serta kecambah.

a. Akar (Radix)

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu
juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi. Sistem perakaran merupakan sistem serabut terdiri dari
dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartemer. Akar kuarttemer diasumsikan sebagai
akar absorsiutama. Sistem perakaran yang aktif berada pada kedalaman 5-35 cm.
Pertumbuhan dan percabangan akar dapat dipacu bila konsentrasi hara cukup besar. Akar
aktif yang tinggi terjadi pada gawangan dimana daun-daun pelepah ditumpuk dan
mengalami dekomposisi. Akar berfungsi untuk : menunjang struktur batang, menyerap
unsur hara dan air, dan sebagai salah satu alat respirasi.

2
b. Batang (Caulis)

Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur
12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa. Batang lurus dan tidak bercabang. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40
60 cm, tetapi pada pangkalnyamembesar. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun
tua sampai umur 11 15 tahun. Batang yang telah tua akan tampak karena pangkal
pelepah sudah mulai rontok. Pertambahan tinggi batang 55- 75 cm/tahun. Panjang buku
batang (internode) 14 33 mm.

Fungsi batang adalah :

Struktur pendukunh daun, bunga dan buah


Sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar keatas
Mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke atas
Sebagai organ penimbun zat makanan

c. Daun (Folium)

Daunnya merupakan daun yang majemuk. Berwarna hijau tua dan pelapah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya
saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. bentuk daunnya termasuk majemuk
menyirip, tersusun rozet pada ujung batang. Daun pertama yang keluar pada bibit
berbentuk lance-late, kemudian muncul bifurcate dan akhirnya pinnate. Pangkal
pelepah daun atau petiole adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya
helaian daun dan terdiri atas rachis basis tangkai daun (petiolus), duru- duri (spine),
helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo
folii), dan daging daun (intervenium). Jumlah pelepah daunyang terbentuk dalam 1
tahun dapat mencapai 20-30 helai. Letak pelepah membentuk putaran spiral kanan atau
kiri, tetapi kebanyakan berputar ke kanan. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9
meter, terdiri dari anak daun 125 200 pasang dengan panjang 1-1,2 meter dan lebar
tengah kurang lebih 6 cm.

Lanceolate : Daun yang pertama sekali keluar dan berupa helaian yang utuh
Bifurcate : Bentuk daun dan yang sudah terpecah tetapi bagian ujung belum
terbuka
Pinnate : Bentuk yang sudah sempurna arah anak daun ke atas dan ke bawah

d. Bunga

Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat
jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai
tetua jantan.

3
e. Buah

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga
sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan
sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai
kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA,
free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri
dari tiga lapisan:

Eksoskarp : Bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

Mesoskarp : Serabut buah

Endoskarp : Cangkang pelindung inti

Endosperm : Biji

Embrio : Lembaga

Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600
buah. Tanaman normal akan menghasilkan 2022 tandan per tahun. Jumlah tandan
buah pada tanaman tua sekitar 1214 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25
35 kg. Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa
sawit dibagi menjadi 3 yakni :

o Dura,
o Pisifera, dan
o Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga


dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-
besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak
memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan
buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit
unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang
buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase
daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat
mencapai 28% (Sastrosayono, 2003).

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari
tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati
fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80%

4
perikarp dan 20% persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam
perikarp sekitar 34 - 40 persen.Buah terdiri dari tiga lapisan, yaitu :

1. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.


2. Mesoskarp, terdiri dari serabut dan daging buah. Serabut terdiri dari tenunan-
tenunan serat yang keras dan sel-selnya terdapat tenunan sel yang lunak dan
serabut buah.
3. Endoskarp, cangkang pelindung inti.
Berdasarkan ketebalan kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai
berikut :
Dura : memiliki cangkang tebal dan daging buah tipis
Tenera : memiliki cangkang buah agak tipis dan daging buah tebal
Pisifera : memiliki cangkang yang sangat tipis, daging buahnya tebal dan bijinya
kecil

Dari hasil persilangan dura dan pisifera ( D X P ) menghasilkan beberapa jenis


tanaman kelapa sawit diantaranya sebagai berikut :

a. Costarica
b. Londsum
c. Marihat

1.3 Tujuan dan Manfaat Pembuatan Laporan


1.3.1 Tujuan

Adapun maksud dan tujuan yang diselenggarakan kegiatan Uji Kompetensi di


SMKN 1 Bulik Timur adalah sebagai penjabaran dan materi kurikulum dan aplikasi
sistem link dan match (hubungan dan persaingan) bagi sekolah kejuruan dan dunia
kerja. Disamping itu Uji Kompetensi dimaksudkan untuk menyiapkan lulusan yang
mampu dan kompeten dibidangnya. Tujuan dari Uji Kompetensi adalah mengukur
lulusan yang mampu dan terampil dalam memahami, menganalisis, memecahkan dan
merumuskan masalah sehingga siswa setelah lulus dapat mengisi dan menciptakan
peluang kerja baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Tujuan dari Praktik Uji Kompetensi ini secara khusus adalah untuk menambah
dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan khusus dalam melakukan budidaya
tanaman Kelapa Sawit. Adapun tujuan umum dari Praktik Uji Kompetensi ini antara
lain :

Untuk mengenal dan memahami usaha budidaya tanaman Kelapa Sawit serta
aspek dan dinamika kegiatannya.
Melatih dan meningkatkan etos kerja siswa.
Melatih siswa untuk menyesuaikan diri dengan perusahaan atau industri.
Untuk menimbulkan dan mengembangkan rasa percaya diri.
Menetapkan disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas masing-
masing.

5
Menumbuh kembangkan semangat dan jiwa wirausaha.

Tujuan penyusunan laporan praktik uji kompetensi setelah selesai


melaksanakan praktrik uji kompetensi, siswa diwajibkan membuat laporan tertulis
sebagai salah satu hasil dari praktik yang telah dikerjakan. Adapun tujuannya diantara
lain :

Sebagai salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi oleh siswa sebelum
mengikuti pelaksanaan UN/UAS.
Mengumpulkan data untuk keperluan siswa dan sekolah.
Siswa mampu memahami, menetapkan serta mengembangkan pelajaran yang
diperoleh dari sekolah dan dalam rangka penerapan didunia usaha.
Penyusunan laporan dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah
yang sesuai dengan program study yang dipilih oleh siswa itu sendiri.
Menambah pembendaharaan perpustakaan sekolah serta untuk menigkatkan
pengetahuan siswa angkatan selanjutnya.

1.3.2 Manfaat
a) Untuk mengetahui teknik budidaya kelapa sawit yang baik dan benar
b) Diharapkan bisa membedakan bibit yang baik dan yang kurang baik
c) Diharapkan bisa menerapkan budidaya tanaman kelapa sawit yang baik, dan
berpotensi.

6
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Proses Pelaksanaan

2.1.1 Waktu dan Tempat

Waktu kegiatan pada pre nursery dilakukan pada tanggal 23 mei 2015 s/d 11 juni
2015 yang bertempatkan di Desa Nuangan, sedangkan kegiatan pemindahan ke main
nursery dilaksanakan pada tanggal 5 september yang bertempatkan di lahan pembibitan
SMK-N 1 BULIK TIMUR.

2.1.2 Alat dan Bahan Praktek


2.1.2.1 Alat

Sabit
Pulpen
Gembor
Cangkul
Buku
Penggaris
Gunting
Camera
Knap sake

2.1.2.2 Bahan

Pupuk NPK
Pupuk Urea
Air
Tanah lapisan atas (top soil)

2.1.3 Kegiatan Utama


1. Persiapan Bibit
a) Sistem pembibitan

Pembibitan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan


perkembangan tanaman. Pembibitan diperlukan karena tanaman kelapa sawit
memerlukan perhatian yang tetap dan kontinyu pada umur 1 1,5 tahun pertama.
Produksi awal dilapangan berkorelasi nyata dengan luas daun pada periode TBM,
suatu keadaan yang sangat ditentukan oleh keadaan pembibitan yang baik.

7
Alasan lain diperlukannya pembibitan yaitu keadaan kecambah kelapa
sawit yang mudah diserang insecta, tikus, dan hama lain. Selain itu bahan
tanaman memerlukan ketegakan habitusnya sehingga tidak miring atau roboh
serta pembibitan diperlukan untuk memperpendek waktu antara persiapan
lapangan dan penanaman pertama sehingga begitu lahan siap tanam bibit
sudah siap untuk ditanam. Pembibibitan juga dimaksudkan untuk
mendapatkan bibit kelapa sawit yang bermutu tinggi.

Dalam membangun pembibitan diperlukan persiapan sarana lahan,


pemilihan bahan tanaman, pemilihan sistem pembibitan serta teknis agronomi
yang mencakup teknik pelaksanaan, pengawasan san pertimbangan kendala
yang akan dihadapi.

Faktor utama dalam perencanaan dan pengelolaan pembibitan


dilakukan atas dasar sebagai berikut :

a. Pemusatan pembibitan yang permanen di satu tempat dengan pembibitan


yang tersebar di bebarapa tempat.
b. Pembibitan dilakukan di lapangan (tanah) dengan pembibitan yang
dilakukan di Polibag
c. Pembibitan sistem polibag satu tahap dengan sistem polibag dua tahap.

Dalam menentukan alternatif sistem yang akan digunakan tersebut


akan mempertimbangkan segi keuntungan dan kerugiannya. Sebagai contoh
pembibitan yang permanen akan menghasilkan bibit yang relatif lebih bagus
dibanding yang terpencar, namun akan diperlukan biaya pengangkutan yang
lebih besar dibanding pembibitan yang terpencar. Sedangkan untuk
Pembibitan satu tahap polibag akan menghemat biaya namun kualitas bibit
sisitem ini akan akan kurang bagus bila dibanding polibag 2 tahap. Pada sistem
polbag 2 tahap dpat dilakukan sortir atas bibit-bibit yang kurang bagus pada
saat pemindahan bibit ke polibag kedua.

8
b) Pemeliharaan pembibitan

Pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan


keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang
unggul sekalipun tidak akan bisa mengekspresikan keunggulan dan semuanya
akan sia-sia. Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke
lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit
meliputi penyiraman, penyiangan, pengawasan dan seleksi, serta pemupukan.

Pembibitan Pendahuluan (Pre Nursery) dan Pembibitan Utama (Main Nursery)

1) Pembibitan Pendahuluan (Pre Nursery)


Pembibitan pendahuluan dapat dilakukan menanam kecambah diatas
bedengan atau di dalam polybag kecil.
Bedengan dibuat dengan cara meninggikan permukaan tanah atau membuat
parit drainase pembatas selebar 50 cm dan dalam 15 20 cm sedemikian rupa
sehingga terbentuk bedengan berukuran lebar yang dapat memuat 10-12 polybag dan
panjang 2-3 m. Dalam Selanjutnya, diberi naungan dengan tiang 2 m dan atap dari
pelepah daun kelapa sawit atau daun alang- alang yang sudah kering sedemikian rupa
hingga intensitas cahaya sekitar 40%. Dapat juga menggunakan paranet yang
meloloskan cahaya 40 % tetapi biayanya menjadi mahal. Siapkan polybag berukuran
2 kg dengan lobang di bidang alas dan keliling sisi bagian bawah, lalu isi dengan
tanah lapisan atas (top soil), kemudian susun rapat di bedengan. Agar kantong plastik
tidak rebah, diberi penahan dari papan atau belahan bambu. Siram tanah dalam
kantong palstik setiap hari selama 2 3 hari sebelum penanaman kecambah supaya
tanah agak memadat.
Penanaman Kecambah

9
- Kantong kecambah dikeluarkan dari kotak secara hati-hati dan ditempatkan dalam
baki dangkal berisi air agar kecambah tetap dingin.
- Kantong dibuka dan diperciki dengan air untuk mempertahankan kelembaban.
- Lakukan seleksi benih agar benih yang ditanam betul-betul hanya yang berkualitas
baik.
- Kecambah yang patah, busuk, dan abnormal tidak boleh ditanam. Disamping itu,
dapat dilakukan uji kualitas melalui pendekatan uji bobot jenis dengan cara
memasukkan seluruh benih dari setiap kantong ke dalam ember yang berisi air
bersih.
- Benih yang kurang baik akan mengambang sehingga mudah memisahkannya.
- Buat lobang di permukaan tanah dalam kantong plastik dengan jari atau kayu
sedalam sekitar 4 cm tepat ditengah.Tanam kecambah dengan posisi sedimikian
rupa sehingga calon akar (radikula, bagian ujungnya tumpul) mengarah tegak
lurus ke bawah dan caln tunas atau plmula, berbentuk runcing ke arah atas, lalu
tutupi dengan tanah secara hati-hati sehingga sedikit di bawah permukaan tanah,
Sebagai pedoman, tempurung paling atas berada sekitar 1 - 1,5 cm di bawah
permukaan tanah.
- Memperlihatkan susunan kantong plastik yang sudah ditanami benih sawit.
- Penanaman dilakukan menurut kelompok kantong kecambah dan diberi label
sesuai dengan label yang terdapat pada kemasannya.
- Lakukan penyiraman secara hati-hati agar tanah dalam kantong plastik tidak
terbongkar.
- Periksa setiap hari untuk memastikan bahwa tidak ada benih yang terbuka atau
terangkat ke permukaan tanah dalam kantong plastik.
2) Pembibitan Utama (Main Nursery)
o Rapikan kembali areal yang telah disipakan sebelumnya, terutama pembersihan
gulma, perbaikan saluran drainase, dan pemeriksaan fasilitas pengairan.
o Dua minggu sebelum pemindahan bibit dari pembibitan pendahuluan, seluruh
kantong plastik untuk pembibitan utama sudah disiapkan.
o Siapkan media berupa tanah lapisan atas (top soil) untuk pengisian kantong plastik
sebanyak 5-10 kg/kantong. Tanah diayak dengan menggunakan ayakan atau
diremas- remas menggunakan tangan. Penyiapan media ini sebaiknya mulai
dilakukan 6 - 8 Minggu sebelum jadwal pindah-tanam ke kantong plastik besar,
agar seluruh persiapan selesai tepat sesuai jadwal.
o Tanah yang telah diayak dicampur rata dengan pupuk kompos 3 banding 1.
o Siapkan kantong plastik ukuran 5 kg yang dilubangi 3 baris mulai dari bagian
tengah ke bawah dengan jarak antar lubang 2 cm, lalu diisi dengan media tanam
yang telah disiapkan hingga 2 cm dari bibir atas kantong.

10
o Kantong plastik yang telah terisi tanah, disusun dengan baik di areal pembibitan
sesuai dengan ajir yang sudah ditancapkan sebelumnya. Usahakan agar semua
kantong berdiri tegak supaya bibit tidak tumbuh miring.
3) Pemindahan Bibit Ke Pembibitan Utama
o Pemindahan bibit dari pembibitan pendahuluan dilakukan setelah bibit berumur 3
4 bulan, atau pada saat daun bibit sudah mencapai 4-5 helai daun.
o Sehari sebelum dipindahkan, bibit harus disiram sampai seluruh tanah dalam
kantong plastik jenuh agar tanah pada perakaran tetap lembab dan tidak terganggu
selama proses pemindahan.
o Pengangkutan bibit untuk diecer ke dekat kantong plastik besar dilakukan sesuai
dengan nomor kelompoknya agar tidak tercampur antar kelompok.
o Lubang tanam pada kantong plastik besar harus dibuat sesuai ukuran kantong
plastik kecil kemudian diberi pupuk kompos sebanyak 5 g /polibag.
o Bibit dipindahkan dengan cara mengiris melingkar pada bagian dasar kantong
hingga tersisa sepertiga lingkaran, lipat potongan alas kantong ke atas sisi bagian
yang tidak teriris, masukkan dalam lobang tanam dalam kantong plastik besar,
lalu tutup dengan tanah. Cabut kantong plasik ke atas melalui bibit kemudian
lanjutkan penutupan tanah sambil tekan dengan jari hingga rata dengan
permukaan tanah bibit.
o Bibit harus segera disiram setelah pemindahan selesai.

2. Pemupukan

Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh
cepat dan subur. Pupuk yang diberikan pada waktu di pre nursery adalah pupuk
organik, sedangkan pupuk yang diberikan pada saat di main nursery adalah pupuk
NPK 15-15-15-10 dengan cara ditaburkan pada sekeliling bibit sawit dengan jarak
berkisar antara 5cm dari pangkal bibit sawit.

3. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan minimal 2 kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan
lebih dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus
bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus menggunakan gembor
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
Kebutuhan air siraman + 2 liter/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.

4. Penyiangan

Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dilakukan setiap 1


minggu sekaligus untuk menggemburkan permukaan tanah dalam kantong plastik
sehingga memudahkan air siraman meresap. Gulma di antara kantong plastik bibit
juga disiangi secara manual. Tidak dibenarkan menggunakan herbisida karena dapat
merusak daun bibit.

11
Gulma yang tumbuh dalam polybag dan ditanah antara polybag harus
dibersihkan, cara membersihkannya bisa dengan cara manual (dicabut), atau bisa
juga dengan menggunakan bahan kimia dengan cara menyemprotkannya pada gulma
tersebut, tetapi hanya gulma yang tumbuh di luar polybag atau disekeliling polybag
yang bisa dilakukan dengan cara penyemprotan, penyiangan gulma harus dilakukan
2-3 kali dalam satu minggu, atau sesuai dengan pertumbuhan gulma.

5. Hama dan Penyakit

Secara umum gangguan hama di pembibitan tidak serius. Gangguan penyakit


pada pembibitan awal umumnya disebabkan cendawan daun dan penyakit fisiologis
karena kekurangan salah satu unsur hara. Secara umum, gangguan penyakit dan
hama dapat dicegah dengan pengelolaan lingkungan yang baik seperti pengaturan
naungan, pengendalian gulma yang disertai monitoring yang baik. Pengendalian
dilakukan jika timbul gejala dan cenderung meningkat dengan pestisida biologis atau
kimiawi. Fungisida yang digunakan adalah TOPSIN 500 SC dengan dosis 2 ml,
berbahan aktif metil tiofanat 500 g/l.
Penyakit Busuk Daun
Penyebab : cendawan Botryodiplodia spp, Melanconium elaedis dan
Glomerellayang menyebar melalui angin maupun percikan air siraman atau hujan.
Menyerang bibit > 2 bulan.
Faktor Pendorong:

1. Jarak tanam yang terlalu rapat ( < 90 cm )


2. Kelembaban terlalu tinggi (penyiraan berlebih)
3. Nanungan yang berlebihan

Gejala:
1. Pada bagian tengah atau ujung daun berupa bintik
terang yang selanjutnya melebar menjadi kuning dan
cokelat gelap
2. Mengalami nekrosis kuning yang memanjang sejajar
tulang daun.

Pengendalian:

a) Mengurangi penyiraman dan naungan pada saat PN sehingga mengurangi


kelembaban
b) Memperjarang bibit hingga 90 cm atau lebih
c) Isolasi: Pisahkan bibit yang terserang dari yang sehat
d) Pangkas daun bibit yang terserang ringan lalu daunnya dibuang jauh
e) Pengendalian Secara Kimia Semprot menggunakan fungisda Thiram dengan
konsentrasi 0,1 0,2% dengan rotasi 7 10 hari atau Thibenzol dengan rotasi 10
14 hari.

12
PENYAKIT BERCAK DAUN

Penyebab: cendawan Curvularia, Cochliobolus, Drechslera dan Pestalotiopsis


yang menyerang daun pada umur 2 10 bulan.

Faktor Pendorong:

1) Jarak tanam bibit teralu rapat ( < 90 cm )


2) Kelembaban berlebih akibat naungan dan penyiraman berlebih
3) Sanitasi bibit dari gulma yang terlambat khususnya gulma Gramineae

Gejala:
1. Gejala awal terdapat bercak kuning pada daun muda
yang sudah membuka, bercak membesar, agak lonjong
dengan panjang 7-8 mm berwarna cokelat terang
dengan tepi kuning, bagian tengah kadang berminyak
2. Gejala akhir bercak menyatu sehingga terjadi nekrosis
pada daun, daun mongering, rapuh dan berwarna
cokelat muda
Pengendalian:

a) Memperjarang bibit hingga 90 cm atau lebih


b) Mengurangi penyiraman bibit sementara waktu dan sebaiknya menggunakan gembor
c) Isolasi: Pisahkan bibit yang sakit dari bibit yang sehat
d) Daun bibit yang terserang ringan dipangkas, lalu dibuang jauh dari bibit
e) Pengendalian Secara Kimia
Menggunakan fungisida berbahan aktif: Difenokonazol, contohnya Score 0,1 0,2 %
atau 15 30 cc/tangki 15 liter dengan rotasi (hari): 3-3-3-7-7-14
(Artinya 3 rotasi pertama tiap 3 hari, selanjutnya 2 rotasi tiap 7 hari kemudian tiap 14
hari sekali)
f) Musnahkan bibit yang terserang berat

6. Gulma
Klasifikasi Rumput Malela (Brachiaria mutica):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Gramineae
Famili : Graminales
Genus : Brachiaria
Spesies : Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf

Morfologi Rumput Malela (Brachiaria mutica):


1. Akar

13
Akar serabut (radix adventica), keluar dari pangkal batang, jumlahnya
banyak dan hampir sama besar, memiliki banyak rambut-rambut halus.
2. Batang
Bagian terbawah tumbuh menjalar dengan panjang 100-400 cm, bagian
teratas tumbuh tegak. Buku-buku batang ditumbuhi rambut halus yang
panjang, batang berwarna hijau pucat.
3. Daun
Helai daun segar, berbentuk garis atau garis-lanset, permukaan daun
berambut jarang. Warna helai daun hijau muda dan tepinya merah ungu.
Ukuran panjangnya 10-30 cm, dan lebarnya 5-25 cm.
4. Bunga
Merupakan bunga majemuk. Tumbuh di ujung batang/cabang. Sumbu
utama persegi, panjangnya 15-25 cm.
5. Buah
Berbentuk bulat telur, ujung runcing, berwarna hijau, dan sangat kecil.
6. Biji
Berukuran kurang lebih 3 mm, berbentuk bulat panjang, ujung runcing,
warnanya hijau bercorak ungu. Biji barada didalam buahnya.
2.2 Variabel Pengamatan
Setelah dilakukan pengamatan pada tanaman kelapa sawit tersebut maka dapat
disimpulkan mengenai bagaimana pertumbuhan yang dialami tanaman kelapa sawit pada
waktu pengamatan dan penelitian.
Pada umumnya, tinggi tanaman setiap minggu nya (saat penelitian) pasti selalu
mengalami pertumbuhan yang sistematis. Tetapi tidak semua tanaman tumbuh dan besar
dengan seragam, karena setiap tanaman per polybag mempunyai kemampuan yang
berbeda untuk mendapatkan unsur hara dan sinar matahari. Ada beberapa hal yang
menyebabkan tanaman tidak tumbuh seragam karena bisa disebabkan oleh pertumbuhan
gulma yang berbeda per polybag, karena semakin banyak gulma yang tumbuh di polybag
maka semakin besar pula persaingan yang dialami antara tanaman inti dengan gulma,
persaingan yang lain juga bisa disebabkan karena adanya persainagan
dalammendapatkan makanan, sinar matahari, pupuk, air, dan unsur hara, sehingga hal
yang mungkin tetap untuk menghindari hal tersebut adalah melakukan penyiangan pada
setiap minggunya atau melakukan perawatan yang lebih maksimal lagi.
Kelembaban tanah yang berbeda antara polybag satu dengan polybag yang lainnya
juga bisa menjadi penyebab tanaman tidak tumbuh secara maksimal atau tidak seragam,
atau karena sinar matahari tidak rata mengenai tanaman saat pagi hari sehingga dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada umumnya. Sehingga hal-hal
tersebut tidak hanya menjadi penyebab tidak seragamnya pertumbuhan tanaman, namun
juga dapat menimbulkan terserangnya tamanan oleh penyakit yang sering menjadi
penghambat dalam pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Meskipun mungkin penyakit
yang menyerang tidak terlalu serius bagi pertumbuhan tanaman, namun tanaman tersebut
juga harus tetap mendapatkan perlakuan yang rutin dan tepat pula, agar tidak
menyebabkan masalah serius yang timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kelapa sawit.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Setelah pelaksanaan kompetensi dan dilanjutkan dengan pembuatan laporan, adalah


suatu evaluasi dan gambaran tentang Uji Kompetensi. Maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Uji Kompetensi merupakan kegiatan yang sangat penting, karena dapat mengetahui
sejauh mana keahlian peserta diklat pada paket keahlian yang dipilihnya. Selain itu peserta
diklat juga dapat melatih mental dan kepercayaan diri melalui kegiatan tersebut.

Penulisan laporan Uji Kompetensi pun merupakan wujud dari pertanggung jawaban
yang dilakukannya pada saat Uji Kompetensi melalui sebuah laporan.

3.2 Saran

Ada beberapa saran dan kritik yang perlu diperhatian demi kesempurnaan
pelaksanaan Uji Kompetensi yang selanjutnya :

1. Hendaknya fasilitas dan peralatan yang dipakai pada pelaksanaan Uji Kompetensi
lebih memadai dan dipersiapkan dengan baik.
2. Pelaksanaan Uji Kompetensi sebaiknya lebih diperhatikan agar tidak terganggu
pelajaran yang waktunya bersamaan dengan Uji Kompetensi.
3. Waktu yang diberikan untuk persiapan proyek tugas akhir agar ditambah,
sehingga peserta diklat lebih siap dalam menghadapi proyek tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y, Widyastuti, Yustina Erna, Satyawibawa, Iman, Hartono, Rudi. 2002. Seri
Agribisnis Kelapa Sawit Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta.

Manurung, G. M. E. 2007. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Makalah Workshop


Pelatihan Petani Sektor Perkebunan, PKPP UNRI. Pekanbaru.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai