Dalam perkembangannya, HAM atau hak asasi manusia telah menjadi isu yang sah
dan sangat kontroversial dalam hubungan internasional. Dalam kaitan ini, HAM sering
digunakan negara-negara Barat atau negara penguasa sebagai alat tekanan politik terutama
terhadap negara-negara berkembang. Hak Asasi Manusia yang absolut dan universal, tetapi
berbeda tentang bagaimana mereka harus melaksanakannya. Pelanggaran terhadap HAM juga
kerap terjadi pada level internasional yang seharusnya HAM itu dilindungi oleh sebuah
piagam internasional yang berlaku secara universal.
Akhir-akhir ini terjadi krisis HAM di Mesir, dimana kekejaman militer Mesir
terhadap warga pendukung terkudeta presiden Mesir yaitu Muhammad Mursi masih terus
berlangsung hingga sekarang. Kekejaman militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Fattah
Al-Sisi tidak memandang siapa targetnya, anak kecil dan perempuan, bahkan warga negara
lain yang mendukung Mursi ikut merasakannya. Tragedi Mesir ini berawal dari kudeta yang
dilakukan oleh militer Mesir terhadap Muhammad Mursi yang merupakan presiden sah
Mesir, yang untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir telah menang secara demokrasi
melalui pemilihan umum. Tekanan politik tersebut kemudian berkembang menjadi krisis
HAM. Intervensi pihak Barat atau bangsa lain-pun terindikasi tidak dapat dipisahkan.
Sampai saat ini, belum ada tindakan nyata dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
ataupun Mahkamah Internasional atau International Criminal Court (ICC) terkait tragedi
tersebut. Padahal, hampir keseluruhan dari pelanggaran HAM berat telah dilakukan oleh
militer terhadap warga Mesir. ICCPR (International Covenant on Civil and Political Rights)
dan Universal Declaration of Human Rights atau lebih dikenal dengan DUHAM telah
diabaikan. Peran Mahkamah Internasional juga dipertanyakan keberadaannya dalam tragedi
ini. Bahkan, tragedi yang terjadi di Mesir telah menjadi sebuah peristiwa yang tertutup dari
mata dunia, hingga media massa sekuler jarang, bahkan bungkam untuk tidak
mengangkatnya sebagai pelanggaran berat HAM. Hal ini membuktikan bahwa penegakan
HAM dalam hubungan internasional terkesan hanyalah sebuah utopia atau mimpi belaka.
Keywords : HAM, DUHAM, ICCPR, Politik, Muhammad Mursi, Jenderal Al-Sisi, Mesir
HAM telah berkembang menjadi sebuah isu yang panas dalam dunia internasional,
dimana pelanggaran HAM tersebut telah menjadi suatu pelumas bagi negara penguasa
untuk segera menggapai kepentingannya. Tidak heran, kalau pemikiran atau teori realisme
yang menyatakan bahwa national interest merupakan alasan utama tiap negara dalam
melaksanakan hubungan internasional adalah terbukti menjadi teori yang paling benar. Hal
ini dibuktikan oleh fenomena atau realita.
Sejarah telah mencatat banyak tentang upaya pencegahan terhadap pelanggaran HAM
di level internasional, misalnya dengan dibuatnya Magna Charta (1215), Bill of Rights
(1688), USs Declaration of Independence (1776), dan Universal Declaration of Human
Rights yang dibuat setelah usainya Perang Dunia ke-2. Namun di era sekarang ini, upaya
tersebut hanyalah sebatas dalam bentuk piagam atau tulisan semata karena fungsinya tidak
terealisasikan secara semestinya. Maka, yang perlu dipermasalahkan adalah jika dunia
Pengakuan HAM oleh masyarakat dunia mencapai puncaknya ketika ditandai dengan
munculnya Universal Declaration of Human Rights oleh PBB pada tanggal 10 Desember
1948.1 Sebelumnya, Perang Dunia telah membawa korban jiwa dan harta yang tidak terhitung
jumlahnya. Oleh karena itu, tanggal 10 Desember ini di peringati sebagai hari HAM sedunia.
Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
menetapkan daftar hak asasi manusia yang mutlak. Oleh karena itu, hak asasi manusia lebih
dari sekedar perjanjian semata. Deklarasi ini menjelaskan bagaimana hak-hak di dalamnya
tidak dapat ditegakkan, melainkan lebih mewakili suatu standar umum keberhasilan HAM
untuk semua bangsa dan negara. Di antara hak-hak ini mencakup hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa atau diperbudak, dan diperlakukan tidak adil. Deklarasi ini juga memberikan
kebebasan berfikir, berekspresi, dan beragama. Hak-hak budaya ditata termasuk hak untuk
menikah, pendidikan, pekerjaan, makanan, dan perlindungan. Adapun istilah deklarasi itu
adalah hanya sebuah resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum yang dalam perspektif
hukum merupakan dokumen yang tidak mengikat. Pengeculiannya, semenjak deklarasi
tersebut diadopsi, hal itu telah tumbuh menjadi faktor utama dalam hukum internasional.
Bahkan, banyak hak-hak dalam Deklarasi membentuk dasar bagi banyak peraturan regional
hak asasi manusia, seperti halnya Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa, Piagam Sosial
Eropa, Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat, dan Kesepakatan
Helsinki. 2
Setelah delapan tahun sejak dibentuknya, hak-hak dalam Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia tersebut dipisah menjadi dua kovenan atau perjanjian terpisah, yaitu yang
pertama adalah International Covenant on Civil and Political Rights atau Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR) dan yang kedua adalah International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights atau Kovenan Internasional tentang Hak
1
Diambil dari catatan mata kuliah HAM dalam HI oleh Dosen Pengampu Drs. Tri Cahya Utama, MA pada
tanggal 16 Oktober 2013
2
Sejarah Singkat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dari
http://hamblogger.org/sejarah-singkat-deklarasi-universal-hak-asasi-manusia/, diakses pada 15 Oktober 2013.
Yang akan dibahas pada makalah ini adalah Kovenan Internasional tentang Hak sipil
dan Politik atau International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR), karena
mengingat tragedi yang terjadi di Mesir adalah krisis HAM, politik dan pelanggaran HAM
berat, yaitu genosida atau pembunuhan massal terhadap warga sipil.
Tersingkirnya Presiden Hosni Mubarak lewat revolusi rakyat dukungan militer pada
tahun 2011, ternyata tidak segera menciptakan Mesir yang aman, damai, dan tenteram.
Pertarungan antara 3 kekuatan politik besar di Mesir, yaitu Islam dengan gerakan Ikhwanul
Muslimin, sisa-sisa mantan rezim Mubarak dengan kekuatan militer, dan gerakan demokratik
dengan pemain utamanya Front Penyelamat Nasional. Ketiga kekuatan ini pernah bersatu
untuk menumbangkan rezim Mubarak, tetapi akhirnya berselisih lagi.
Krisis HAM yang terjadi di Mesir berawal dari drama konspirasi politik dan
pemberontakan yang dilakukan oleh gerakan Tamarod (pemberontakan). Kemudian
dilanjutkan melalui kudeta atau penggulingan oleh militer Mesir yang dipimpin oleh Jenderal
Abdul Fattah Al-Sisi terhadap Presiden Muhammad Mursi yang terpilih secara sah dan
melalui pemilihan umum yang legal-konstitusional. Tentunya, hal ini terjadi di Mesir untuk
pertama kalinya dimana rezim sebelumnya, yaitu rezim Husni Mubarak yang kejam dan
dikendalikan oleh Militer selama 30 tahun. Husni Mubarak sendiri mundur pada 11 Februari
2011 dikarenakan gerakan demonstrasi massif oleh rakyat Mesir untuk mendapatkan kembali
hak-hak mereka. Sebelumnya, demonstrasi rakyat terjadi karena protes rakyat terhadap rezim
Mubarak yang otoriter militeristik yang banyak merampas hak-hak rakyat, sehingga Husni
Mubarak mundur dari jabatan Presiden pada Februari 2011, diikuti oleh mundurnya
intervensi militer dalam politik.
Muhammad Mursi terpilih sebagai presiden Mesir 30 Juni 2012 lalu setelah
memenangi pilpres dengan perolehan 13,2 juta suara (51,7 persen), mengalahkan Ahmad
3
Diambil dari catatan mata kuliah HAM dalam HI oleh Dosen Pengampu Drs. Tri Cahya Utama, MA pada
tanggal 16 Oktober 2013
Tak heran, jika banyak yang mendukungnya karena merasa puas atas
kepemimpinannya dan politik lugas yang diterapkannya, dan tak heran pula, jika banyak
pihak yang merasa terancam dengan prestasi-prestasi gemilang yang diraihnya. Akan tetapi,
tidak banyak pihak dan media massa yang mengangkat prestasi Muhammad Mursi tersebut
sehingga krisis politik ini bisa disebut sebagai kejahatan terselubung diatas Hak Asasi
Manusia Internasional. Pihak militer Mesir oleh Jenderal Al-Sisi yang seharusnya menurut
kepada pemimpin negara dan membela rakyat, telah berubah menjadi brutal demi
kepentingannya dan menjadi sekelompok pembunuh. Hingga saat ini, belum ada tindakan
nyata dari PBB ataupun Mahkamah Internasional terkait tragedi neo-genosida yang terjadi di
Mesir tersebut.
Maka, apa yang terjadi di Mesir adalah pertarungan ideologi yang kasat mata antara
kelompok Islam melawan kelompok sekuler-liberal yang dibantu oleh berbagai pihak yang
sejak awal membenci tindakan Mursi. Muhammad Mursi dikenal bersikap tegas dan keras
4
Muslim Brotherhood candidate Morsi wins Egyptian Presidential election, dari
http://www.foxnews.com/world/2012/06/24/egypt-braces-for-announcement-president/, diakses pada 15
Oktober 2013.
5
Ikhwanul Muslimin merupakan salah satu gerakan Islam yang dipelopori oleh salah satu politisi Islam modern,
yaitu Hasan Al-Banna
6
Dikutip dari perkataan Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Dunia Islam (PKTTDI) Universitas
Muhammadiyah Jakarta, Hery Sucipto dalam www.republika.co.id, diakses pada 15 Oktober 2013
Sejak pihak Barat atau kelompok sekuler-liberal muak dengan tindakan Mursi
tersebut, intervensi mereka diwakilkan oleh pihak militer Mesir Al-Sisi yang merupakan
teman atau bagian dari kelompok mereka. Sejarah sebelumnya juga telah menunjukkan
bahwa kekuatan politik Islam selalu diwaspadai, dicurigai, dimarginalisasi, dan ketika Islam
menang harus dilikuidasi sampai ke akar-akarnya. Seperti contohnya yaitu kemenangan
politik Islam di Aljazair dan Palestina secara demokrasi, yang kemudian digoyang dan di
boikot oleh pihak Barat atau Eropa.
Bukan hanya tragedi kudeta yang terjadi di Mesir, genosida dan pembunuhan massal
juga dilakukan kepada para demonstran pro-Mursi yang menginginkan kepemimpinan Mursi
kembali di kepresidenan. Partai pendukung Mursi, yakni Ikhwanul Muslimin dilenyapkan
satu persatu anggotanya, bahkan ada yang dibakar, dibunuh ketika sedang beribadah, serta
Mesjid pun dihancurkan. Yang lebih parah lagi adalah media massa, khususnya media
sekuler yang seharusnya membuka mata dunia secara jujur tentang konflik berdarah ini malah
berfungsi sebaliknya dibawah perintah pihak yang membenci Mursi, membenci Ikhwanul
Muslimin, dan tentunya membenci dengan ditetapkannya syariat Islam di Mesir.8
7
Sunni berarti Ahlus Sunnah wal Jamaah atau bisa dikenal sebagai pemeluk agama Islam yang berlandaskan
ajaran atau sunnah Nabi Muhammad SAW dan pendapat para ahli agama.
8
Bersumber dari Muhammad Hisyam Miftahuddin, salah satu mahasiswa PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) di
Mesir
Menurut Philipe C. Schmitter dan Terry Lynn, demokrasi merupakan bentuk suatu
sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggungjawab atas tindakan-tindakan
mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara langsung melalui
kompetisi dengan para wakil mereka yang telah terpilih. Sedangkan menurut Henry. B.
Mayo, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukan
bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala berdasarkan atas
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan.9
9
Mochtar, M. Akil. 2005. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Pontianak. Hal. 2
10
Sedarmayanti. 2003. Good Governance. Bandung: Mandar Maju. Hal. 2
Demokrasi dan Hak Asasi Manusia memiliki hubungan yang sangat erat dimana harus
adanya keseimbangan diantara keduanya, dan proses ini hanya bisa dicapai dengan adanya
good governance atau pemerintahan yang baik. Demokrasi sebagai suatu sistem politik di
suatu negara akan berlangsung sempurna jika Hak Asasi ini dijunjung tinggi didalamnya,
baik antara rakyat dan pemimpin ataupun sebaliknya, maupun antara sesama rakyat.
Sebagai tambahan saja, bahwa demokrasi juga ditolak oleh sebagian elite di negara
Muslim, karena diragukannya efektivitas demokrasi bagi kepentingan masyarakat, terutama
masyarakat bawah, sebagaimana juga dikeluhkan oleh para ahli Barat semisal Huntington,
Aristoteles, dan Robert Dahl. Misalnya efektivitas demokrasi terhadap keutuhan bangsa,
karena demokrasi dipandang melahirkan kekacauan sosial (keamanan yang tidak stabil),
clean governance yang tidak kunjung tiba, karena antara lain merajalelanya politik uang dan
koronisme akibat politik balas budi terhadap mereka yang berjasa dalam pemilihan presiden
11
Ibid. Hal. 7
Pada tragedi Mesir ini, Muhammad Mursi telah sah secara demokrasi menjadi seorang
presiden dan telah menerapkan beberapa karakteristik good governance, yaitu kerakyatan dan
juga telah menjunjung tinggi HAM dengan segudang prestasi yang telah diraihnya. Mursi
telah membuktikan penegakan HAM antara presiden dan rakyatnya melalui good
governance. Tetapi, tindakan Mursi tidak diindahi dan malah digulingkan oleh militer Mesir
yang dipimpin oleh Jenderal Al-Sisi demi kepentingan pihak militer tersebut. Bukan hanya
itu, demokrasi tersebut juga dihancurkan dengan pembunuhan massal yang dilakukan militer
terhadap pembela Mursi atau warga sipil. Apa yang terjadi di Mesir tersebut membuktikan
bahwa demokrasi yang menjanjikan tatanan politik dan sosial menjadi lebih baik malah
berdampak sebaliknya. Tragedi Mesir merupakan bukti terburuk penegakan HAM dalam
sejarah demokrasi, dimana demokrasi merupakan produk kuat dari Barat.
Pada tahun 1951, Majelis Umum PBB meminta kepada Komisi HAM PBB untuk
merancang Kovenan tentang hak sipil dan politik yang memuat sebanyak mungkin ketentuan
pasal yang akan menetapkan bahwa semua rakyat mempunyai hak untuk menentukan nasib
sendiri. Dan pada akhirnya, Majelis Umum PBB melalui Resolusi No.2200 A (XXI)
mengesahkan ICCPR atau International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik), dan Optional Protocol to the International
Covenant on Civil and Political Rights (Opsional Protokol Kovenan Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik) secara bersama-sama pada 16 Desember 1966 dan berlaku pada 23
Maret 1976.
12
Kamil, Sukron. 2013. Pemikiran Politik Islam Tematik. Jakarta: Kencana. Hal. 93
Hak sipil merupakan hak kebebasan dasar yang dimiliki manusia sebagai hakikat
keberadaanya. Sedangkan hak politik adalah mutlak dan dilindungi oleh negara manapun.
Berikut akan diuraikan hak-hak sipil dan politik dalam ICCPR secara umum.14
Adapun diantara hak-hak yang tercantum dalam ICCPR, hak-hak yang tidak dapat
diperlunakkan, berikut akan diuraikan hak-hak yang tidak dapat diperlunakkan tersebut.15
13
Kasim, Ifdhal. 2001. Hak-hak Sipil dan Politik, dari http://icjr.or.id/mengenal-kovenan-internasional-hak-sipil-
dan-politik/, diakses pada 15 Oktober 2013
14
Mengenal Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, dari http://icjr.or.id/mengenal-kovenan-internasional-
hak-sipil-dan-politik/, diakses pada 15 Oktober 2013
15
Diambil dari catatan mata kuliah HAM dalam HI oleh Dosen Pengampu Drs. Tri Cahya Utama, MA pada
tanggal 16 Oktober 2013
Cairo Declaration On Human Rights in Islam atau Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi
Manusia dalam Islam (CDHRI) adalah deklarasi negara-negara anggota Organisasi
Konferensi Islam (OKI) yang diadopsi di Kairo, Mesir pada tahun 1990, yang memberikan
gambaran tentang perspektif Islam tentang HAM dan menegaskan syariat atau ketentuan
Islam sebagai sumber sendiri. CDHRI bertujuan untuk menjadi pedoman bagi negara-negara
anggota Organisasi Konferensi Islam di bidang HAM. Deklarasi ini biasanya dilihat sebagai
respon atas dibentuknya DUHAM pada tahun 1948, yang dianggap tidak memperhitungkan
aspek budaya dan agama di suatu negara-negara Islam atau mayoritas muslim.17
CDHRI dimulai dengan melarang diskriminasi ras, agama, keyakinan, dan status
sosial. Kemudian Deklarasi ini juga menjamin untuk tidak ikut berperang bagi wanita dan
anak-anak, melindungi yang sakit dan tawanan perang dengan menjamin keselamatannya dan
memberi makan, menjamin hak privasi suatu keluarga, serta menjaga hak anak untuk
dilindungi oleh orang tuanya. Sistem dan hak politik, ekonomi, budaya, dan sosial harus
ditentukan semuanya berdasarkan syariat Islam.
Meskipun secara umum isi dari CDHRI mirip dengan isi DUHAM yang
menggunakan bahasa yang universal, namun juga banyak kritik terhadap CDHRI oleh
beberapa negara, hal ini dikarenakan syariat Islam yang dikira merusak kesetaraan orang dan
kebebasan berekspresi dan agama dengan menerapkan pembatasan pada hampir setiap hak
16
Hak atas praduga tidak bersalah mengartikan bahwa seseorang yang masih dianggap tersangka tidak dapat
dinyatakan bersalah begitu saja, hanya keputusan hukum yang bisa menyatakan orang itu bersalah atau tidak
17
Wikipedia, The Cairo Declaration on Human Rights in Islam, dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Cairo_Declaration_on_Human_Rights_in_Islam, diakses pada 16 Oktober 2013
Mantan Presiden Muhammad Mursi atau Mursi saja, memiliki nama lengkap
Muhammad bin Muhammad Mursi bin Isya Al Ayyath. Dalam bahasa Arab, mursi berarti
teguh, bisa juga berarti mendamaikan. Dalam ejaan Inggris sering ditulis Morsi.
Mursi lahir tanggal 8 Agustus 1951 di sebuah desa bernama Al Adwah, di sebelah
utara Kairo, Mesir. Mursi adalah anak tertua dari 5 bersaudara. Ayahnya merupakan seorang
petani, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Istri Mursi bernama Najla Ali
Mahmud, dan dikaruniai 5 orang anak. Mereka adalah Ahmad (dokter), Syaima, Usamah
(pengacara), Umar (sarjana ekonomi), dan Abdullah (masih kuliah). Dua anaknya lahir di
Amerika dan mendapat kewarganegaraan Amerika, karena alasan kelahiran.
Mursi meraih gelar sarjana teknik dari Universitas Kairo di tahun 1975, kemudian
meraih gelar master di universitas yang sama, dan pada tahun 1982 meraih gelar Ph.D di
bidang teknik material dari University of Southern California, Amerika. Beliau juga menjadi
asisten profesor di California State University, Nortridge, pada tahun 1982-1985. Di tahun
1985, Mursi kembali ke Mesir dan menjadi Kepala Departemen Teknik, Universitas Zagazig,
dan menjadi seorang profesor di bidang teknik sampai tahun 2010. Pada tanggal 18 Maret
2013 setelah menjadi Presiden Mesir, Mursi mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari
University of Science and Technology (NUST), Pakistan, karena kontribusi Mursi dalam
mendorong perdamaian dan harmoni dunia, dan memperkuat kerjasama bilateral antarnegara
Muslim, khususnya Pakistan. 18
18
Waskito, AM. 2013. Air Mata Presiden Mursi. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. Hal 1
Selama satu tahun menjabat sebagai presiden Mesir, Mursi telah banyak
menggoreskan prestasi gemilang yang dilakukannya demi kepentingan rakyat Mesir. Hal ini
tentu berbeda dengan rezim Husni Mubarak dimana intervensi dan kekuasaan dipegang oleh
militer. Tindakan Mursi ini memperoleh dukungan dari sebagian besar rakyat Mesir, dan juga
kecaman dari pihak yang merasa dirugikan olehnya, yaitu golongan minoritas yang tidak
ingin Islam berkuasa, pihak militer yang ingin berkuasa kembali, dan pihak luar yang merasa
terancam kepentingannya. Mursi melakukan politik smart and cool dalam bersikap kepada
Amerika dan Israel. Hingga Perdana Menteri Israel mengatakan, Sikap Mursi jauh lebih
berbahaya daripada Nuklir nya Iran. Bahkan Obama menilai, Hubungan AS dengan Mesir
bukan hubungan sahabat bukan pula musuh.
Berikut akan diuraikan secara umum mengenai prestasi Mursi dalam memperbaiki
Mesir selama kepemimpinannya.20
19
Ibid. Hal 2
20
Waskito, AM. 2013. Air Mata Presiden Mursi. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. Hal 5
Disamping prestasi diatas, Mursi juga menorehkan beberapa tindakan yang patut
diberi apresiasi oleh warga Mesir dan warga negara lain, khususnya bagi yang beragama
Islam. Disebut khususnya Islam karena mengingat bahwa masyarakat Islam merupakan
mayoritas, dan Mesir aslinya merupakan negara Islam. Berikut adalah tindakan-tindakan
Mursi tersebut selama 100 hari kepemipinannya.21
1. Penghapusan utang 40.000 petani yang memiliki utang di bawah 10.000 pounds
(30 Juta) yang di masa Mubarak ditangkapi dan dijebloskan ke Penjara.
2. Investasi 270 Milyar dollar yang ditanam di Mesir, hanya dalam 1 bulan Mursi
berkuasa.
3. Mursi mengembalikan hak Mesir dengan menguasai gurun Sinai yang di masa
Husni Mubarak, 70 % lalulintas udara dan darat dikuasai Israel.
4. Selama 100 hari memimpin, Mursi tidak menerima gaji selama menjadi Presiden.
5. Penjualan khamar dilarang, dan itu tidak mengganggu pariwisata Mesir.
6. Penampilan di pantai dibatasi, hari Jumat diliburkan, dan turis wanita dan pria
dipisahkan.
7. Mursi memelopori pemisahan kepentingan antara kepentingan pribadi, keluarga,
partai dengan kepentingan negara. Saat diundang Raja Saudi, keluarga Mursi
dengan uang pribadinya menggunakan pesawat Egypt Air dan tidak menggunakan
pesawat kepresidenan.
8. Jika patokan nya adalah mengutip ayat Al-Quran dan Hadits, maka Mursi adalah
Presiden pertama yang mengutip ayat-ayat Al-Quran dan Hadits di depan Sidang
Umum PBB.
9. Jika patokan nya adalah masalah protokoler, maka Mursi adalah Presiden yang
membiarkan jalanan tetap lalu lalang saat ia melintas dan membiarkan masjid
terbuka saat ia sedang melaksanakan shalat.
10. Di Mesir, masjid saat ini dibuka 24 jam untuk kepentingan jamaah setelah di Era
Husni Mubarak, masjid-masjid di Mesir ditutup 1 jam setelah shalat wajib.
21
Dakwatuna dari http://www.dakwatuna.com/2013/07/05/36232/presiden-dengan-rangkaian-prestasi-
gemilang-itu-di-kudeta-militer/#axzz2hplFG41O, diakses pada 15 Oktober 2013.
Krisis HAM yang terjadi di Mesir ditandai dengan terjadinya konspirasi politik, dan
dilanjutkan melalui kudeta oleh militer Mesir yang dipimpin Jenderal Abdul Fattah Al-Sisi
terhadap Muhammad Mursi pada 3 Juli 2013. Kemudian berlanjut kepada konflik berdarah
antara pihak militer Mesir dan para demonstran pendukung terkudeta Presiden Mursi yang
masih berlanjut hingga sekarang. Jika mendalami tentang penyebab konflik berdarah antara
pihak Militer Mesir dan warga sipil yang menyebabkan ribuan warga terbunuh dan puluhan
ribu luka-luka ini, kita akan mengetahui bahwa kudeta militer oleh Jenderal Al-Sisi ini
sebenarnya merupakan aib besar bagi sistem politik demokrasi, dimana seharusnya
demokrasi tersebut menekankan kepada kerakyatan. Dan jika kudeta seperti ini berlangsung,
maka rakyat Mesir bisa saja kehilangan kepemipinan sipil untuk seterusnya.
22
Waskito, AM. 2013. Air Mata Presiden Mursi. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. Hal 6
Ironis sekali, ketika Mursi dengan segudang prestasi yang diraihnya ditolak oleh
gerakan Tamarod (pemberontakan) yang kemudian diekspose oleh media sekuler yang
menyatakan kebohongan bahwa pemberontakan tersebut adalah keinginan rakyat. Dan
kemudian memberikan peluang kepada militer Mesir untuk melakukan kudeta dengan alasan
bahwa Pemerintahan Mursi menyebabkan kehancuran dan pemberontakan. Kemudian para
demonstran pendukung Mursi yang terdiri dari Ikhwanul Muslimin dan rakyat Mesir
dianggap mengancam Militer dan dibinasakan, khususnya gerakan Ikhwanul Muslimin.
Banyak kritik dan respon Dunia mengenai peristiwa kudeta di Mesir. Salah satu tokoh
Islam dari Khourtoum Sudan, yaitu Dr. Hasan Turabi mengecam keras kueta ini, dia berkata,
Tindakan militer telah memberangus kaum Islamis secara semena-mena. Ini adalah kudeta
terhadap konstitusi, terhadap legitimasi. Dia (Mursi) adalah pemimpin pertama yang terpilih
secara demokratis. Dia mengeluarkan sebuah konstitusi yang rakyat inginkan. Dia juga
berkata bahwa yang mengkudeta Mursi hanya percaya pada demokrasi untuk diri mereka
sendiri, bukan untuk orang lain.24
Bukan hanya tokoh Islam, tokoh-tokoh politik Eropa juga mengecam aksi kudeta
tersebut. Mereka menyebut bahwa kudeta tersebut merupakan kemunduran besar dalam
demokrasi yang baru saja tumbuh di Mesir, mengingat bahwa rezim otoriter militeristik telah
melanda Mesir sejak tahun 1952. Catherine Aston, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa
mengatakan, Saya sangat mengutuk semua tindakan kekerasan, menawarkan belasungkawa
saya kepada keluarga korban, dan mendesak aparat keamanan untuk melakukan segala daya
mereka, untuk melindungi kehidupan dan kesejahteraan warga Mesir. Lebih jauh Catherine
23
Ibid. Hal 23
24
Reaksi Tokoh Dunia Islam atas Kudeta Presiden Mursi, Sumber situs Voa-Islam.com, edisi 5 Juli 2013
Selain itu, William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris, mengatakan,Situasi ini
jelas berbahaya dan kita memanggil semua pihak untuk menahan diri dan menghindari
kekerasan. Inggris tidak mendukung intervensi militer sebagai cara untuk menyelesaikan
sengketa dalam sistem demokrasi. Menurutnya, Inggris juga meminta semua pihak bergerak
maju dan menunjukkan kepemimpinan dan visi yang diperlukan, untuk memulihkan dan
memperbarui transisi demokrasi Mesir. Sangat penting bagi mereka untuk merespon
keinginan kuat dari orang-orang Mesir untuk kemajuan yang lebih cepat di bidang ekonomi
dan politik, kata Hague.
Sementara Guido Westerwalle, Menteri Luar Negeri Jerman, menyebut kudeta militer
sebagai kemunduran besar dalam proses demokrasi,Ini merupakan kemunduran besar bagi
demokrasi di Mesir. Sangat mendesak agar Mesir segera kembali secepat mungkin pada
tatanan Konstitusional. Kami menyerukan kepada semua pihak untuk meninggalkan
kekerasan. Kami akan melihat perkembangan di Mesir. Dan kemudian membuat keputusan
politik kita. Penahanan politik dan sikap represif harus dihindari dan segera kembali ke jalan
demokrasi.25
Kecaman juga datang dari rakyat Indonesia, khususnya mahasiswa. Pada hari Jumat,
16 Agustus 2013 lalu, Aliansi Mahasiswa Indonesia Peduli Kemanusiaan menyerukan Aksi
Solidaritas untuk Mesir. Aksi dimulai pada pukul 09.00 WIB disekitar Bundaran Hotel
Indonesia. Disana para mahasiswa menyuarakan agar kasus pelanggaran kemanusiaan dan
demokrasi di Mesir agar segera di hentikan. Mahasiswa melanjutkan aksi hingga ke Masjid
Istiqlal. Setelah melaksanakan ibadah Sholat Jumat, aksi damai solidaritas rakyat Mesir
dilanjutkan dengan berjalan menuju ke Kedutaan Besar Amerika Serikat di jalan Medan
Merdeka Selatan. Disana, mahasiswa kembali meyuarakan serta mengutuk perbuatan militer
Mesir yang telah membunuh banyak manusia dan menciderai makna dari demokrasi.Berikut
akan dipaparkan mengenai alasan aksi tersebut.
25
Respon Dunia Mengenai Kudeta Militer di Mesir, sumber situs Muslimcommunity.com, edisi 5 Juli 2013
Selain kecaman, terdapat juga pernyataan seorang aktivis Kristen Koptik sekaligus
pendiri Gerakan Kristen Koptik Anti-Kudeta, Romy Jan yang menulis sebuah surat terbuka
yang ditujukan untuk Presiden Mursi setelah persidangan yang terjadi (4/11/2013). Dalam
suratnya itu, Romy menyebut Presiden Mursi sebagai simbol kebebasan, kemuliaan, dan
keteguhan di dunia modern ini. Dan dia juga mengatakan bahwa dia telah salah menilai
Mursi dan Ikhwanul Muslimin, kemudian dia ingin pemilu diulangi kembali sehingga dia
bisa mendukung dan memilih Mursi sebagai presiden.
Berdasarkan berbagai pernyataan dan berbagai kecaman oleh Dunia diatas, dapat
disimpulkan bahwa apa yang terjadi di Mesir merupakan krisis HAM dan krisis politik yang
layak dibenci dan layak diadili oleh Mahkamah Internasional.
Berikut ini, penulis akan memaparkan mengenai berbagai macam pelanggaran hukum
dan HAM yang terjadi pada tragedi Mesir mengacu kepada isi Piagam PBB, ICCPR dan
hukum atau perjanjian internasional lainnya, yaitu:
26
http://inilah.com/read/detail/2044344/diadili-presiden-morsi-melawan-seperti-singa , diakses pada 12
November 2013, pukul 04.34
Dunia sudah mengecam dan mengutuk hancurnya demokrasi dan kebrutalan yang
dilakukan di oleh militer Mesir. Namun, hingga sekarang belum ada tindakan nyata dari PBB
dan Mahkamah Internasional terkait ini. Adanya kecurigaan terhadap keterlibatan AS dalam
konflik Mesir tidak dapat dipungkiri menurut berbagai fakta yang terjadi.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari fraksi PKS Almuzzammil Yusuf, mengatakan
bahwa AS adalah pihak yang paling bertanggungjawab dibalik pembantaian yang tidak
manusiawi terhadap rakyat Mesir. Selama ini, militer Mesir adalah mitra strategis AS di
Timur Tengah untuk melindungi kepentingan strategis Israel melalui bantuan keuangan,
persenjataan dan pendidikan militer. Bantuan pemerintah Amerika Serikat kepada Mesir
termasuk lima terbesar di dunia. Pemerintah Amerika mensuplai 1,3 milyar US dolar per
tahun untuk jenderal-jenderal Mesir sejak 1987. Amerika juga mensuplai 1200 tank Abraham
27
Pelanggaran Hak Asasi Manusia dari
http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/11/28/pelanggaran-hak-asasi-manusia-genosida/,
diakses pada 20 Oktober 2013
28
Kusumaatmadja, Mochtar. Agoes, Etty R. 2002. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumni. Hal.107.
Agenda utama AS, kata Muzzammil, adalah untuk menjaga sekutunya, Israel di
Timur Tengah agar terlindungi dari bahaya Arab Spring yang terjadi di Mesir dan menjaga
kepentingan strategis AS di Terusan Suez. Jadi, tergulingnya Presiden Mursi bagi AS adalah
untuk mengembalikan kemitraan strategis Israel-Mesir yang pernah terbina di masa Rezim
Mubarak.
Menurut politisi PKS asal Lampung ini, pernyataan pemerintah Amerika Serikat atas
upaya pencegahan kekerasan, pemulihan pemerintah sipil dan mengembalikan proses
demokrasi dan tentara kembali ke barak hanyalah basa basi. Kutukan pemerintah Amerika
Serikat atas kekerasan di Mesir tidak mengurangi dukungan pemerintah Amerika Serikat atas
militer Mesir untuk membantai rakyat Mesir. ujarnya.
Dengan jumlah korban pembantaian di Mesir lebih besar dan diliput oleh media masa
secara massif, seharusnya AS memberi sanksi Militer Mesir lebih dari sanksi AS terhadap
TNI dalam peristiwa penembakan yang menewaskan 250 jiwa yang disebut sebagai
Pembantaian Santa Cruz. Tindakan TNI tersebut telah menjadikan Indonesia diberikan
sanksi penghentian bantuan dana, pelatihan militer dan embargo senjata oleh Pemerintah AS.
Jika tidak berikan sanksi kepada Militer Mesir, AS kembali menunjukan standar gandanya
kepada dunia internasional, paparnya.29
Dari pernyataan diatas, kita dapat mengetahui bahwa Amerika Serikat mempunyai
standar ganda HAM yang mana itu menyangkut kepentingannya. AS seharusnya mampu
menyelesaikan konflik yang terjadi di Mesir, mengingat bahwa AS adalah salah satu negara
superpower yang mempunyai wewenang besar di PBB. Sikap AS yang diam ini menciptakan
29
http://www.beritadewan.com/kejahatan-militer-mesir-layak-dibawa-ke-mahkamah-internasional/ diakses
pada 20 Oktober 2013
30
Diambil dari catatan mata kuliah HAM dalam HI oleh Dosen Pengampu Drs. Tri Cahya Utama, MA pada
tanggal 16 Oktober 2013
Demokrasi dan good governance di Mesir dirusak oleh gerakan Tamarod yang
memberontak terhadap pemerintahan Mursi dan dilanjutkan dengan kudeta dan kejahatan
kemanusiaan oleh pihak militer yang beralaskan bahwa pemerintahan Mursi menyebabkan
pemberontakan oleh rakyat Mesir. Padahal, pemberontakan itu sendiri dilakukan oleh
gerakan Tamarod yang oknumnya berasal dari pihak berkepentingan yang membenci Mursi.
Sedangkan, hampir keseluruhan dari warga menyukai Mursi sebagai pemimpin dan mengakui
prestasi yang diraih olehnya. Konspirasi politik ini kemudian menyebabkan konflik berdarah
antara pro-Mursi dan kontra-Mursi. Belum adanya tindakan nyata dari PBB dan ICC
kemudian perlahan membuktikan adanya standar ganda mereka dalam menyelesaikan konflik
internasional dan menegakkan kedamaian di dunia.
Adapun saran dari penulis mengenai apa yang terjadi di Mesir adalah sebagai berikut:
1. ICC segera berlaku adil dengan menghakimi Abdul Fattah Al-Sisi, pihak militer yang
berada dibawahnya, dan juga pihak-pihak yang terbukti melakukan intervensi didalam
genosida terhadap warga sipil Mesir, termasuk media massa sekuler.
2. PBB segera mengambil kebijakan dengan mengembalikan hak-hak penduduk Mesir
dan mengembalikan jabatan Mursi sebagai presiden Mesir, dimana kembalinya
pemerintahan Mursi merupakan kemauan dari warga Mesir itu sendiri, karena hakikat
demokrasi adalah kerakyatan.
3. PBB membuat suatu lembaga netral hukum internasional dan HAM yang mampu
berfungsi secara adil dan universal, bukan berdasarkan kepentingan pihak tertentu.
Waskito, AM. 2013. Air Mata Presiden Mursi. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Ishiyama, John. T. 2013. Breuning, Marijke. Politic Science. University of North Texas.
Kuncahyono, Trias. 2013. Tahrir Square: Jantung Revolusi Mesir. Jakarta: Kompas.
Syukur, Yanuardi. 2013. Presiden Mursi. Kisah Ketakutan Dunia pada Kekuatan Ikhwanul
Muslimin. Jakarta: Hayyun Media.
Catatan mata kuliah HAM dalam HI oleh Dosen Pengampu Drs. Tri Cahya Utama, MA
Mochtar, M. Akil. 2005. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Pontianak.
http://www.dakwatuna.com/2013/08/18/38159/wanita-dan-anak-ikut-jadi-korban-militer-
mesir-langgar-ham-internasional/#axzz2hjDVxLPp, diakses pada 15 Oktober 2013.
http://www.theguardian.com/world/2012/jun/18/mohamed-morsi-muslim-brotherhood-egypt,
Reaksi Tokoh Dunia Islam atas Kudeta Presiden Mursi, Sumber situs Voa-Islam.com, edisi 5
Juli 2013
Respon Dunia Mengenai Kudeta Militer di Mesir, sumber situs Muslimcommunity.com, edisi
5 Juli 2013
http://inilah.com/read/detail/2044344/diadili-presiden-morsi-melawan-seperti-singa , diakses
pada 12 November 2013, pukul 04.34