Anda di halaman 1dari 6

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)

Volume 1, Nomor 1, Mei 2013

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK SPONS


Ianthella basta TERHADAP LARVA Artemia salina L.

Ni Wayan Sri Sukmarianti1*, Ni Made Suaniti1 , I Made Dira Swantara1


1
Program Magister Kimia Terapan, Universitas Udayana, Bali
*
Email : sukmaariesgirl@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas dari ekstrak spons Ianthella
basta terhadap larva Artemia salina dan senyawa yang terkandung dalam isolat toksik tersebut.
Metode yang digunakan sebagai uji pendahuluan adalah Brine Shrimp Lethality (BST). Dari
hasil uji BST diperoleh bahwa ekstrak kloroform spons Ianthella basta bersifat paling toksik
dengan nilai LC50 22,39 ppm. Selanjutnya ekstrak kloroform ini dipisahkan dan dimurnikan
dengan kromatografi kolom menggunakan eluen kloroform : etilasetat : n-heksana (7:2:1)
sehingga diperoleh 4 fraksi. Fraksi yang paling toksik adalah fraksi C (FC) dengan LC50 35,36
ppm. Berdasarkan hasil GC-MS, diduga senyawa yang terkandung dalam isolat toksik spons
Ianthella basta adalah senyawa metil heksadekanoat dan asam heksadekanoat.

Kata kunci: Ianthella basta, uji toksisitas, aktivitas antikanker

ABSTRACT: The main purpose of this research is to determine the toxicity of extracts sponge
Ianthella basta against Artemia salina larvae and to identify the chemical compounds contained
in those toxic isolates. The preliminary test of the anticancer activity has conducted by Brine
Shrimp Letalithy (BST) test. The results showed that the chloroform extract was the most toxic
with LC50 value of 22,39 ppm. Futher, the cloroform extract was separated and purified by
coloumn chromatography using eluent of solvent mixture of chloroform : ethyl acetate : n-
hexane by 7 : 2 : 1 and 4 fractions were obtained. The most toxic fraction was the fraction C
with LC50 value of 35,36 ppm. Based on the GC-MS results, the toxic isolate is allegedly
containing chemicals compound of hexadecanoic methyl ester and hexadecanoic acid.

Keywords: Ianthella basta, toxicity test, anticancer activity

1. PENDAHULUAN sel kanker tanpa mencederai sel-sel yang


Kanker merupakan penyebab kematian normal. Penanganan kanker umumnya
ketiga di negara-negara berkembang setelah menggabungkan pembedahan dan radiasi
dengan pengobatan kemoterapi [2]. Obat-obat
penyakit kardiovaskular dan infeksi. Menurut
tersebut di atas memberikan efek samping
perkiraan WHO, pada tahun 2015 berupa mual, muntah, rambut rontok, iritasi
diperkirakan ada 9 juta orang meninggal kandung kemih (sistitis) disertai terdapatnya
karena kanker dan tahun 2030 diperkirakan darah dalam air kemih. Hal ini mendorong
meningkat menjadi 11,4 juta kematian karena peneliti-peneliti untuk mengeksplorasi
kanker. Jumlah penderita kanker setiap tahun senyawa-senyawa bioaktif antikanker dari
juga meningkat mencapai 6,25 juta orang dan bahan-bahan alam sehingga efek sampingnya
bisa lebih kecil dan harganyapun lebih
dua pertiganya berasal dari negara
terjangkau [3].
berkembang seperti Indonesia [1]. Indonesia merupakan negara
Sampai saat ini belum ditemukan obat kepulauan terbesar di dunia, yang terletak di
kanker yang ideal, yang menghancurkan sel- kawasan tropis merupakan salah satu negara
14
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 1, Nomor 1, Mei 2013

dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi diisolasi senyawanya. Selanjutnya fraksi


(megabiodiversity) salah satunya adalah yang paling toksik diidentifikasi senyawanya.
spons. Jumlah spesies spons di Indonesia
diperkirakan sebanyak 830 spesies [4].
Dengan banyaknya spesies spons tersebut 2. PERCOBAAN
semakin besar peluang untuk ditemukannya 2.1 Bahan dan Peralatan
senyawa-senyawa bioaktif. Spons Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
mensintesis metabolit sekunder (senyawa
adalah Spons Ianthella basta yang diperoleh
bioaktif) yang bersifat toksik untuk alat
pertahanan diri melawan bakteri, fungi, dan dari Flores, Nusa Tenggara Timur, larva
virus [5]. Artemia salina L. yang digunakan saat uji
Beberapa penelitian tentang toksisitas. Bahan-bahan kimia yang dalam
bioaktivitas antikanker dari biota laut telah derajat p.a dan teknis yang telah didestilasi
banyak dilaporkan. Rasyid (2009) [6] antara lain etanol, n-heksana, etilasetat,
melaporkan bahwa spons Cryptotethia crypta kloroform, silika gel GF254, silika gel 60,
berpotensi sebagai obat antikanker. Dari hasil
DMSO, kalsium klorida anhidrat (CaCl2).
penelitiannya, Puji et al. (2005) [7]
mengungkapkan bahwa spons Petrosia.sp Alat-alat yang digunakan dalam
juga potensial sebagai antikanker. Selain itu, penelitian ini adalah : seperangkat alat gelas,
beberapa penelitian tentang uji sitotoksisitas penguap putar vakum, seperangkat alat
dari spons juga telah banyak dilaporkan. Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
Setyowati et al. (2007) [8] melaporkan bahwa seperangkat alat kromatografi kolom,
dari hasil uji sitotoksik terhadap sel myeloma seperangkat alat Kromatografi Gas-
menunjukkan bahwa ekstrak kloroform spons
Kaliapsis sp aktif terhadap sel myeloma dan Spektroskopi Massa (GC-MS), lampu UV
noda-noda KLT yang diperoleh potensial 254 dan 366 nm, kertas saring, pipet mikro,
sebagai senyawa sitotoksik dengan aktivitas timbangan elektronik, oven, dan blender.
tertinggi pada noda 1 dengan harga LC50
sebesar 0,28 g/mL. Selain itu ekstrak 2.2 Metode
metanol Crella papilata dilaporkan memiliki
aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadap sel 2.2.1 Ekstraksi dan Partisi
tumor HeLa dan Mieloma. Trianto (2005) [9] Spons Ianthella basta sebanyak 500 gram
melaporkan bahwa hasil uji antikanker diekstraksi secara maserasi dengan etanol
ekstrak spons Haliclona sp memberikan LC sampai terendam. Setiap 24 jam filtratnya
50 sebesar 8,16 g/mL, sedangkan ekstrak disaring dan ampasnya dimaserasi lagi
spons Agelas nakamurai sebesar 4,50 g/mL.
dengan etanol. Ekstraksi dilakukan sampai
Uji pendahuluan untuk senyawa yang
bersifat antikanker umumnya menggunakan diperkirakan semua metabolit terekstrak.
uji toksisitas terhadap larva Artemia salina L. Semua filtrat etanol diuapkan menggunakan
Jika dalam uji tersebut suatu bahan penguap putar vakum (rotary vacuum
mempunyai LC50 lebih kecil dari 1000 ppm evaporator) sampai menghasilkan ekstrak
maka bahan tersebut berpotensi sebagai kasar (crude extract) etanol. Sebanyak kira-
antikanker. kira 5 gram crude ekstrak etanol dilarutkan
dalam campuran air etanol (7:3) sampai
Pada uji pendahuluan telah dilakukan
uji toksisitas menggunakan larva Artemia semua larut. Ekstrak air etanol ini selanjutnya
salina.L terhadap beberapa ekstrak spons dipartisi dengan menggunakan n-heksan (15
Ianthella basta. Ekstrak kloroform x50mL). Ekstrak n-heksan (EH)
menunjukkan toksisitas paling tinggi, dikumpulkan. Ekstrak air yang mengandung
selanjutnya ekstrak tersebut dimurnikan dan etanol diuapkan etanolnya sampai bebas
etanol lalu dipartisi dengan menggunakan

15
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 1, Nomor 1, Mei 2013

kloroform (15x50mL). Kemudian ekstrak sebanyak 500L, 50L, dan 5L, kemudian
kloroform (EK) dan ekstrak air (EA) masingmasing dimasukkan ke dalam tabung
dikumpulkan. Ketiga ekstrak (EH, EK, dan reaksi dan pelarutnya diuapkan. Setelah
EA) diuapkan menggunakan penguap putar kering, maka ke dalam masing-masing
vakum sehingga diperoleh ekstrak kental EH, tabung reaksi tadi dimasuki 50L
EK dan EA. dimetilsulfoksida, 1 mL air laut, dan 10 ekor
larva. Kemudian ditambahi air laut sampai
2.2.2 Pemisahan
volumenya 5 mL sehingga dicapai
Pemisahan dengan teknik kromatografi
konsentrasi ekstrak 1000 ppm, 100 ppm, dan
kolom menggunakan fasa diam silika gel 60
10 ppm. Konsentrasi 0 ppm juga dibuat
(70-230 mesh ASTM) dan fasa geraknya
sebagai kontrol tanpa penambahan ekstrak.
menggunakan eluen campuran kloroform
Masing-masing tabung reaksi ditutup dengan
etil asetat n-heksan (7:2:1) Sebanyak
aluminium foil yang berlubang kecil-kecil.
kurang lebih 0,9 gram sampel dilarutkan
Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan
dalam eluen kemudian dimasukkan ke dalam
terhadap kematian larva Artemia salina.
kolom dengan hati-hati sambil kran dibuka
Jumlah larva yang mati dicatat, kemudian
dengan kecepatan alir 1 mL/menit. Eluen
dilakukan analisis data untuk mencari
secara terus-menerus dialirkan ke dalam
konsentrasi kematian (LC50).
kolom sampai terjadi pemisahan. Setiap 2
mL eluat ditampung dalam satu botol
penampung. Elusi dihentikan setelah
3. HASIL dan PEMBAHASAN
diperkirakan semua komponen keluar dari
kolom. Setiap botol eluat dilihat pola 3.1 Ekstraksi dan Partisi
nodanya pada plat kromatografi lapis tipis. Spons Ianthella basta sebanyak 500 gram
Eluat yang memiliki pola pemisahan noda diekstraksi secara maserasi dengan etanol
yang sama digabungkan sehingga diperoleh sampai terendam. Setiap 24 jam filtratnya
beberapa fraksi. Fraksi-fraksi yang diperoleh disaring dan ampasnya dimaserasi lagi
diuji toksisitasnya. Fraksi yang paling toksik dengan etanol. Ekstraksi dilakukan sampai
akan diuji kemurniannya. diperkirakan semua metabolit terekstrak.
Semua filtrat etanol diuapkan menggunakan
penguap putar vakum (rotary vacuum
2.2.3 Uji Toksisitas dengan Metode BSLT evaporator) sampai menghasilkan ekstrak
Uji toksisitas dengan larva A. salina kasar (crude extract) etanol.
Leach mengikuti metode Meyer (1982) [10]. Ekstrak kasar etanol sebanyak 5 gram
Media untuk larva dibuat dengan menyaring dilarutkan dalam etanol:air (3:7), lalu
air laut secukupnya. Air laut dimasukkan dipartisi dengan 15x50 mL n-heksan. Lapisan
dalam akuarium yang dibagi menjadi dua n-heksan dipisahkan dan dievaporasi,
bagian, yaitu satu bagian dibuat gelap dengan sehingga menghasilkan ekstrak n-heksan
cara ditutup dengan kertas hitam dan bagian (EH) sebanyak 0,75 gram. Residunya
yang lain dibiarkan terbuka. Telur A. salina (ekstrak etanol-air) diuapkan etanolnya
diletakkan secukupnya pada bagian yang menggunakan penguap putar vakum sampai
gelap dan dibiarkan selama 48 jam sehingga etanolnya habis, lalu dipartisi dengan
telur menetas dan siap digunakan untuk kloroform (15x50mL). Lapisan kloroformnya
pengujian. Seberat 20 mg ekstrak dilarutkan dipisahkan lalu diuapkan sehingga diperoleh
dengan 2 mL etanol. Larutan diambil ekstrak kloroform (EK) sebanyak 0,98 gram.

16
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 1, Nomor 1, Mei 2013

Ekstrak airnya diuapkan sehingga diperoleh 3.2 Pemisahan dan Pemurnian


ekstrak air (EA) sebanyak 2,71 gram. Ketiga Pada proses kromatografi kolom, fase
ekstrak (EH, EK dan EA) diuji toksisitasnya diam yang digunakan adalah silica gel 60
terhadap larva Artemia Salina, diperoleh sebanyak 24 gram, fase gerak yang
hasil seperti Tabel 1. digunakan adalah campuran pelarut
kloroform : etilasetat : n-heksana (7:2:1),
sedangkan sampel (ekstrak kloroform) yang
Tabel 1. Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Spons digunakan sebanyak 0,9 gram. Eluat
Ianthella basta Terhadap Larva ditampung setiap 2 mL sehingga dihasilkan
Artemia salina L. 102 botol eluat. Setelah dilakukan
pendeteksian noda dengan KLT maka
No C larva mati % LC50
(ppm) kematian (ppm) berdasarkan kesamaan pola nodanya
I II III
diperoleh empat fraksi yaitu FA-FD dengan
Ekstrak n-heksan
berat berturut-turut 0,19 gram, 0,13 gram,
1 0 0 0 0 0
0,11 gram, dan 0,18 gram
2 10 0 2 0 3,00
>1000 Selanjutnya keempat fraksi hasil
3 100 2 3 2 17,00
4 1000 3 4 3 49,00
kromatografi kolom diuji toksisitasnya
Ekstrak kloroform terhadap larva Artemia Salina L, ditunjukkan
1 0 0 0 0 0 pada Tabel 2.
2 10 4 4 2 29,00
22,39 Tabel 2. Hasil Uji Toksisitas F5 Terhadap
3 100 9 9 8 88,00
4 1000 10 9 10 98,00 Larva Artemia salina Leach
Ekstrak air C larva mati
% LC50
1 0 0 0 0 0 Fraksi (pp
I II III kematian (ppm)
m)
2 10 2 4 4 23,00
41,69 0 0 0 0 0
3 100 6 5 6 66,00
10 0 0 1 2,00
4 1000 9 10 10 98,00 A 501,12
100 4 3 3 23,00
1000 5 4 5 61,00
Berdasarkan hasil uji toksisitas ketiga 0 0 0 0 0
ekstrak tersebut diperoleh bahwa ekstrak B
10 1 1 2 7,00
151,36
kloroform dan air memberikan nilai LC50 100 5 4 5 43,00
yang kurang dari 1000 ppm, sehingga dapat 1000 6 8 8 83,00
dikatakan bahwa ekstrak kental kloroform 0 0 0 0 0
dan air dari spons Ianthella basta bersifat C
10 0 2 2 11,00
35,36
toksik terhadap larva Arthemia salina L. Jika 100 9 9 8 79,00
suatu sampel mempunyai nilai LC50 di bawah 1000 8 9 9 93,00
1000 ppm maka sampel tersebut dikatakan 0 0 0 0 0
bersifat sitotoksik (toksik tehadap sel) 10 2 4 2 20,00
D 36,31
(Meyer, 1982)[10]. Ekstrak n-heksana 100 7 6 7 72,00
memberikan nilai LC50 >1000 ppm. Hal ini 1000 10 10 9 98,00
disebabkan karena perlakuan konsentrasi
yang diberikan (10,100,dan 1000 ppm) Berdasarkan hasil uji toksisitas pada
terlalu rendah sehingga tidak dapat Tabel 2, diperoleh bahwa semua fraksi nilai
membunuh 50 % dari larva Artemia salina L. LC50 nya kurang dari 1000 ppm. Namun
demikian, fraksi C mempunyai nilai LC50
paling kecil. Selanjutnya fraksi tersebut

17
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 1, Nomor 1, Mei 2013

diidentifikasi senyawa apa saja yang diisolasi dari benalu teh yaitu oktadeka-
terkandung didalamnya. 8,10,12-trinoat teruji secara in vivo dan in

3.3 Identifikasi Isolat Toksik (FC)


Identifikasi isolat toksik dilakukan Tabel 3 Senyawa yang Diduga dari Puncak
dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi FD Ekstrak Spons Ianthella basta
Massa (GC-MS). Hasil kromatografi gas- Peak M+ tR % Senyawa yang diduga
spektroskopi massa isolat toksik FC spons (menit) area
1 270 32,64 1,91 Metil heksadekanoat
memperlihatkan adanya 4 puncak seperti
terlihat pada Gambar 1. 2 256 33,48 23,48 Asam dekanoat

3 - 36,951 28,42 Belum dapat


diidentifikasi
4 - 55,89 46,19 Belum dapat
diidentifikasi

vitro bekerja menghambat invasi sel kanker


sehingga sel tidak mengalami metastasis [11].
Winarno (2009) juga melaporkan bahwa
asam oktadeka-8,10,12-triunoat memiliki
aktivitas antiproliferasi terhadap empat jenis
galur sel kanker manusia, yaitu sel HeLa,
Gambar 1. Kromatogram FC ekstrak leukemia THPI, karsinoma paru-paru A549,
kloroform spons Ianthella basta dan limfoma HUT78 [12].
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
diduga bahwa senyawa yang memberikan
Masing-masing puncak diidentifikasi
sifat toksik pada fraksi C adalah
lebih lanjut dengan spektrometer massa,
metilheksadekanoat. Dugaan ini didukung
dimana setiap senyawa memiliki pola
oleh hasil penelitian Kumar et al. (2010)
fragmentasi massa yang spesifik. Identifikasi
yang dalam penelitiannya menjelaskan
dilakukan dengan membandingkan spektrum
bahwa metil heksadekanoat memiliki
massa dengan senyawa-senyawa yang sudah
aktivitas sebagai antioksidan [13].
diketahui dan terprogram dalam database
GC-MS, sehingga dapat diduga senyawa-
senyawa penyusun spons Ianthella basta.
Dari 4 puncak yang diperoleh, hanya 2 4. KESIMPULAN
puncak saja (puncak 1 dan 2) yang dapat 1) Isolat (FC) dari ekstrak spons Ianthella
dianalis. Sedangkan 2 puncak yang lainnya basta memiliki sifat toksik terhadap
(yaitu puncak 3 dan 4) tidak dapat dianalisis larva Artemia Salina Leach dengan
karena tidak sesuai dengan database yang nilai LC50 sebesar 35,36 ppm.
disediakan. Untuk menganalisis puncak 3 dan 2) Senyawa yang teridentifikasi dalam
4 diperlukan spektra pendukung yang lainnya
Isolat toksik (FC) dari ekstrak spons
seperti IR, 1H NMR, dan 13C NMR. Hasil
analisis spektrum massa berdasarkan Ianthella basta adalah asam
database WILLEY229 dapat dilihat pada heksadekanoat dan metil
Tabel 3. heksadekanoat.
Beberapa penelitian sebelumnya, 3) Dari senyawa yang teridentifikasi,
menjelaskan bahwa senyawa turunan dari senyawa yang diduga memiliki sifat
asam karboksilat memiliki sifat antikanker. toksik adalah metil heksadekanoat.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ohashi dilaporkan bahwa senyawa aktif yang

18
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 1, Nomor 1, Mei 2013

5. UCAPAN TERIMA KASIH : Potensial Pengembangan sebagai


Pada kesempatan ini, penulis Antikanker, Majalah Farmasi Indonesia.
mengucapkan terimakasih kepada semua 16(1), 58-62.
[8] Setyowati,E.P., Jenie, U.A., Sudarsono,
pihak yang telah membantu penelitian ini.
Kardono, B., Rahmat, R., Meiyanto, E.,
6. DAFTAR PUSTAKA 2007, Isolasi Senyawa Sitotoksik Spons
Kaliapsis, Fakultas Farmasi, Universitas
[1] Pariman, 2012, Guided Imagery (Sebuah
Gajah Mada, Yogyakarta
Pendekatan Psikosintesis) untuk
[9] Trianto, A., Ambariyanto, 2005, Isolasi
Penurunan Depresi pada Penderita
Senyawa Antikanker Leukemia dari
Kanker, Fakultas Psikologi, Universitas
Sponge Agelas nakamurai dan
Diponegoro, Semarang.
Haliclona.sp, Fakultas Perikanan dan
[2] Abeloff, M., Arnitage J., Niederhuber J.,
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.
Kastan M., dan McKenna W. 2004.
[10]Meyer, F., Putnam, Jacobsen N., dan Mc.
Clinical Oncology 3rd ed. Elsevier
Laughlin. 1982. Brine Shrimp: A
Churchill Livingstone: Philadelphia.
Convenient General Bioassay for Active
[3] Ixora, 2007. Antikanker yang alami.
Lant Constituents. Plant Medica 45.
http:/www.ixoranet.com/index.p.hp.diaks
es pada tanggal 21 Mei 2012. [11] Ohashi, Kazuyoshi, Hendig Winarno,
[4] Sujatmiko, W., 2000, Inventarisasi Jenis Matsuko Mukao, Hirotaka Shibuya.
Spons Disekitar Perairan Pulau Lombok 2003. Preparation and Cancer Cell
dan Garam Di Pulau Sumbawa Nusa Invasion Inhibitory Effects of C-16
Tenggara Barat, Kerjasama : Yayasan Alkynic Fatty Acid. Chem. Pharm. Bull.
Rinjani Bahari, Badan Pengkajian dan 51 (4) 463 - 466 (2003).
Penerapan Teknologi, Badan [12]Winarno, Hendig. 2009.
Perencanaan dan Pembangunan Propinsi Antiproliferative Activity of Octadeca-
Nusa Tenggara Barat 8,10,12-trynoic Acid Agains Human
[5] Gudbjarnason, S. 1999. Bioactive Marine Cancer Cell Lines. Berita-Biologi 9(4)-
Natural Products.Ritfiskideiddal. April 2009. p-p 343 - 348.
16:107110. [13] Kumar, P. Praveen, S. Kumaravel and C.
[6] Rasyid,A., 2009, Senyawa-senyawa Lalitha. 2010. Screening of Antioxidant
Bioaktif dari Spons, Oseana, Volume Activity, Total Phenolic and GC-MS
XXXIV, Nomor 2. study of Vitex negundo. African Journal
[7] Puji, A., Gemini, A., Mae Sri, H.W., of Biochemistry Research Vol. 4(7), pp.
Subagus, W., 2005, Uji Sitotoksik 191 - 195, July 2010.
Senyawa Alkaloid dari Spons Petrosia sp

19

Anda mungkin juga menyukai