A. Pengobatan
Melihat penyebab dan tingkat keparahan dari rasa sakit, ada berbagai pengobatan untuk
gangguan muskuloskeletal. Untuk nyeri ringan bisa mendapatkan obat pereda nyeri yang
dijual bebas, seperti ibuprofen atau paracetamol. Obat-obatan seperti obat anti-inflamasi
(NSAID) dapat digunakan untuk mengobati peradangan dan nyeri. Untuk sakit yang lebih
parah, mungkin perlu penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan memerlukan resep
dari dokter. Untuk nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan, terapi fisik dapat membantu
menghindari kerusakan lebih lanjut dan mengontrol rasa sakit. Terapi manual, atau
mobilisasi, dapat digunakan untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang
belakang.
Pengobatan lain mungkin termasuk:
1. Teknik relaksasi.
2. Suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi.
3. Penguatan otot dan latihan peregangan.
4. Perawatan chiropractic.
5. Terapi pijat.
Bagaimana cara mengontrol gangguan muskuloskeletal, yaitu dengan mengontrol
gangguan muskuloskeletal dengan mengelola faktor risiko Anda dan mencegah cedera.
Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu:
1. Letakkan benda yang sering digunakan dekat dengan Anda dan mudah diraih untuk
menghindari peregangan berlebih pada lengan Anda.
2. Gunakan mesin pembantu sebisa mungkin, seperti menggunakan troli dan bukan
menjinjing tas belanja jika memang belanjaan Anda banyak, atau menggunakan alat-
alat listrik bukan alat-alat tangan.
3. Menggunakan desain alat yang berbeda yang menurunkan kekuatan dan mudah
digenggam.
4. Beristirahat singkat saat melakukan kegiatan yang berulang, atau dalam jangka
panjang.
5. Jika Anda perlu duduk untuk waktu yang lama, gunakan kursi yang empuk.
6. Mengatur meja kerja Anda secara efektif, seperti menempatkan pulpen dan telepon di
sebelah kiri atau kanan tergantung pada posisi tangan.
7. Pertimbangkan menggunakan head set untuk ponsel jika Anda sering membuat
panggilan telepon.
8. Batasi mengangkat beban yang berat.
Sistem muscuskeletal penting terkait fungsi lokomotorik / gerak anggota badan. Secara
fisiologis, sistem musculoskeletal membutuhkan zat / nutrisi untuk menjalankan
metabolismenya dan mengalami proses metabolisme dan melakukan adaptasi sel / jaringan
terhadap apapun aksi yang mempengaruhinya. Ada kalanya akibat aksi-reaksi tersebut
sistem musculoskeletal membutuhkan terapi menggunakan obat-obatan. Tujuan utama dari
program pengobatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari pasien.
3. Untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
Obat (yang biasa digunakan) pada sistem muskuloskeletal antara lain Vitamin, Mineral,
Analgetik, Antiinflamasi, Antibiotik, Antineoplastik (sitostatika).
1. Penguat tulang
a. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
berbagai reaksi metabolisme dan mempertahankan kesehatan. Sumber bahan
makanan dan obat. Vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A, D, E, K.
Vitamin D
1) Sumber : minyak ikan, ragi, jamurdan provitamin D yang disintesa kulit oleh
sinar ultraviolet sinar matahari (terutama pagi hari) diubah menjadi Vit D.
2) Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta mempertahankan fungsi
neuromuscular.
3) Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang : penyakit Rakhitis
(pada anak / bayi) dan osteomalasia (pada dewasa).
b. Mineral
1) Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolisme berupa :
7 dalam jumlah banyak dan 6 trace elements ( Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn ).
2) Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang , Sumber
: susu, telur Dipengaruhi oleh vitamin D. Penyimpanan : tulang . Pengaturan
metabolismenya oleh hormon paratiroid.
3) Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang
pangkal paha. Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut:
Konsumsi kalsium:
600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20 tahun.
800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun.
Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan osteoporosis, Anda
memerlukan dosis kalsium sebanyak 1,2 gram per hari dan vitamin D
sebanyak 20 mikrogram.
4) Bisphosphonate
Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini biasa
diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan
memperlambat laju sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa
bisphosphonate berbeda seperti alendronate, etidronate, ibandronate,
risedronate, dan asam zolendronic.
5) Strontium ranelate
Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam air.
Obat ini bisa menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak
cocok. Strontium ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang
yang baru (osteoblasts) dan menekan kinerja sel-sel peluruh tulang.
c. Obat-obatan yang Bersifat Hormon
1) Selective estrogen receptor modulators (SERMs)
SERMs adalah obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko
retak, terutama pada tulang punggung. Satu-satunya bentuk SERMs yang
tersedia untuk pengobatan osteoporosis adalah raloxifene, garam hidroklorida.
Raloxifene dikonsumsi tiap hari dalam bentuk tablet.
2. Penetral zat
a. Obat urikosonik
1) Probenesid Obat yang membantu pengeluaran asam urat lewat urine
Alopurinol, menurunkan hiperurisemia dan membantu menghambat produksi
asam urat. obat ini hanya untuk diminum pada saat serangan nyeri sudah
mereda. Jika diminum pada saat serangan asam urat terjadi, dikhawatirkan akan
menyebabkan kristal asam urat justru akan menyebar ke jaringan tubuh lainnya.
2) Obat anti-rematik modifikasi-penyakit (DMARDs)
DMARDs (diseas-modifying anti-rheumatic drugs) adalah perawatan tahap
awal yang diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid
arthritis, serta mencegah kerusakan permanen pada persendian dan jaringan
lainnya. Kerusakan pada ligamen, tulang, dan tendon akibat efek sistem
kekebalan tubuh saat menyerang persendian dapat dihambat oleh DMARDs.
Beberapa DMARDs yang bisa digunakan adalah :
a) Hydroxychloroquine,
b) Methotrexate,
c) Sulfasalazine,
d) Leflunomide.
3. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran. Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi
suhu tubuh. Obat analgetik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda
secara kimia. Obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping. Untuk mengatasi rasa nyeri, pasien memerlukan obat antinyeri
yang cukup kuat. Pereda nyeri sekelas parasetamol biasanya tidak cukup kuat untuk
melawan nyeri akibat asam urat. Karena cara kerjanya hanya meredakan nyeri dan
radang, obat kelompok ini sama sekali tidak berurusan dengan kristal asam uratnya.
Dan karena khasiatnya meredakan nyeri, obat-obat ini biasa juga diresepkan untuk
rematik jenis lain.
Beberapa obat yang sering diberikan untuk mengurangi nyeri :
a) Diklofenak
b) Piroksikam
c) Meloksikam
d) Ketoprofen,
e) Tinoridin
f) Ibuprofen,
g) Naproxen,
h) Diclofenac,
4. Antiinflamasi
Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau
pembengkakan. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS).
a) Kolkisin, untuk menghentikan serangan akut yang diberikan setiap jam pada awal
serangan nyeri hebat hilang. Obat ini bukan golongan pereda nyeri melainkan
antiradang. Termasuk obat sangat keras karena punya banyak efek buruk
misalnya muntah dan diare. Batas keamanannya juga sangat sempit, kelebihan
dosis sedikit saja bisa berefek fatal. Karena itu, gunakan hanya sesuai petunjuk
dokter. Contoh merek dagang: Recolfar.
b) Turunan asam salisilat : Aspirin, salisilamid,diflunisal.
c) Turunan 5-pirazolidin : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
d) Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
e) Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.
f) Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
g) Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
Obat anti inflmasi steroid contohnya adalah Kortikosteroid. Untuk menghilangkan
radang, dokter mungkin akan meresepkan kortikosteroid seperti prednisolon,
deksametason, dsb. Obat ini memiliki banyak efek samping. Karena itu pastikan Anda
mengonsumsinya sesuai dengan petunjuk dokter. Baca juga Bab Kortikosteroid.
5. Antibiotika
Segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan
penyakit infeksi. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus
satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Berbeda dengan
desinfektan, desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak
wajar bagi kuman untuk hidup.
Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
a) Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide
dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
b) Inhibitor transkripsi & replikasi, mencakup golongan Quinolone, misal: rifampicin,
actinomycin D, nalidixic acid;
c) Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin,
chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
d) Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e) Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomycin, tunicamycin; dan
f) Antimetabolit, misalnya passerine.
Pemberian AB :
a) Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai
kadar puncak obat dalam darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan
dimulai dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral.
b) Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t) obat. Bila t pendek, maka
frekuensi pemberiannya sering.
c) Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati &
menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala
penyakit lenyap.
6. Antineoplastik (sitostatika /kemoterapi)
Kemoterapi (Eng: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan
penyakit. Dalam penggunaan modern, istilah ini hampir merujuk secara khusus kepada
obat sitostatik yang digunakan untuk melawan kanker (antineoplastik). Kemoterapi
untuk kanker.
a) Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama khususnya
untuk membunuh sel kanker. Mengkombinasikan obat yang memiliki mekanisme
aksi yang berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan pengrusakan dari sel
kanker & mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten
terhadap salah satu jenis obat.
b) Prinsip antikanker : Membunuh sel yang sedang dalam proses membelah diri.
c) Klasifikasi Obat Antikanker :
1) Alkilasi polifungsional, contoh : busulfan, cyclophosphamide,
mecchlorethamine, melphalan, thiotepa.
2) Antimetabolit, contoh : azazitidine, cytarabine, fluorouracil, mercaptopurine,
methotrexate, thioguanine
3) Alkaloid tanaman, contoh : vincristine, vinblastine, paclitaxel
4) Antibiotik, contoh : dactinomycin, daunorubicin, doxorubicin, licamycin,
mitomycin
5) Agen hormonal
6) Lain-lain: asparaginase, hydroxyurea, mitoxantrone
8. Osteomielitis
a) Infeksi akut tulang yg dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen). Lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau
reduksi bedah
b) Penyebab Bakteri merupakan penyebab utama osteomielitis Jamur, virus dan
mikroorganisme lain juga dapat berperan
c) Terapi Antibiotik dapat diberikan pada individu yg mengalami patah tulang atau
luka tusuk pada jaringan lunak yg mengelilingi suatu tulang sebelum tanda infeksi
timbul Amoxicillin, Ampicillin, Asam klavulanat
9. Osteoporosis
a) Penyakit dimana kehilangan tulang, biasanya meningkat pada wanita yang lebih
tua, ras kulit putih, nulipar. Manifestasi klinis nyeri tulang, gerakan menurun,
patahan patologis.
b) Perawatan osteoporosis berfokus pada pencegahan terjadinya keretakan, serta
pemberian obat untuk menguatkan tulang
c) Pencegahan osteoporosis akan memberikan Anda infomasi tentang olahraga-
olahraga sederhana yang dapat Anda lakukan.
d) Terapi:
Kalsium dan suplemen vitamin D
Bisphosphonate
Strontium ranelate
Obat-obatan yang Bersifat Hormon
Terapi peng gantian hormone
Daftar Pustaka
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.