Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SCREW PRESS


AP-12 PADA PTPN V PKS SEI PAGAR

Oleh:

Anjananda Vitodi
NIM : 1207121278

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Akhir Kerja Praktek dengan judul :

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SCREW PRESS


AP-12 PADA PTPN V PKS SEI PAGAR
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Anjananda Vitodi
1207121278
Program Studi Sarjana Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau,
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing Kerja Praktek,

Dodi Sofyan Arief, ST., MT.


NIP.19781202 200801 1 007

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Mesin Ketua Prodi Studi Sarjana Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Riau Fakultas Teknik Universitas Riau

Dr. Awaludin Martin, ST., MT. Asral, ST., M.Eng., Ph.D.


NIP. 197203012000031003 NIP.197203051998021001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT yang mana
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara V yang berjudul Perawatan Dan
Perbaikan Srew Press Pada PTPN V PKS Sei Pagar dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan. Laporan ini juga disusun untuk memenuhi syarat yang
telah ditetapkan oleh Kurikulum dan Program Studi Srata 1 Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Riau.

Pada penulisan laporan kerja praktek ini penulis membahas mengenai proses
perawatan screw press selama penulis melaksanakan Kerja Praktek di PKS PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar.

Pelaksanaan kerja praktek ini dapat berjalan dengan baik atas berkat bantuan
yang telah diberikan oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesehatan dan kesempatan yang baik.
2. Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral maupun materil.
3. Bapak Faisal selaku pembimbing kerja praktek yang telah memberikan masukan-
masukan dan pengarahan selama melakukan kerja praktek.
4. Bapak Dodi Sofyan Arief, ST., MT. selaku dosen pembimbing kerja praktek yang
telah memberikan masukan-masukan dan pengarahan.
5. Bapak Iwan Kurniawan, ST., MT. selaku dosen koordinator kerja praktek yang
telah memberikan masukan-masukan dan pengarahan.
6. Bapak Asral, ST., M.Eng., Ph.D. selaku ketua Prodi S1 Teknik Mesin yang telah
memberikan izin melakukan kerja praktek.
7. Serta kepada seluruh staf staf masing-masing dapartement di PT. Perkebunan
Nusantara V, Sei Pagar.
8. Serta kepada seluruh teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan kerja praktek ini.

ii
Pada penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak terdapat kesalahan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya dapat
membangun guna kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Akhir kata
dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Pekanbaru, September 2017

Anjananda Vitodi
NIM. 1207121278

DAFTAR ISI

iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 2
1.5 Sistematika Penulisan 3
2.1 Profil Perusahaan 1
2.1.1 Struktur Organisasi dan Ketenaga Kerjaan 1
2.2 Proses Pengolahan Sawit Pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar 3
2.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station) 4
2.2.3 Stasiun Penebahan (Thresing Station) 11
2.2.4 Stasiun Press (Press Station) 14
2.2.5 Stasiun Pemurnian (Clarification Station) 16
2.2.6 Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station) 22
2.2.7 Unit Pengolahan Air (Water Treatment) 27
2.2.8 Boiler 29
2.2.9 Unit Power Plant (Kamar Mesin) 29
2.2.10 Pengolahan limbah 30
2.3 Maintenance (Perawatan) 31
2.3.1 Jenis Jenis Perawatan (Maintenance) 31
2.3.2 Ruang lingkup maintenance 32
2.3.3 Tahap Tahap Dalam Pemeliharaan 33
3.1 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek 35

iv
BAB IV TUGAS KHUSUS.........................................................................................37
4.1 Pengumpulan Data 37
4.2 Screw Press 37
4.2.1 Pengertian Screw Press 37
4.2.2 Bagian Utama Screw Press 38
4.2.3 Cara Kerja Screw Press 42
4.2.4 Tipe Screw Press 43
4.3 Perawatan Screw Press 43
4.4 Perbaikan Screw Press 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................48
BAB VI KESIMPULAN.............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................50
LAMPIRAN..................................................................................................................51

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Dan Ketenaga Kerjaan..............................................1


Gambar 2. 2 Jembatan Timbang....................................................................................5
Gambar 2. 3 Sortasi Pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar................................5
Gambar 2. 4 Loading Ramp pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar...................7
Gambar 2. 5 Lori pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar....................................7
Gambar 2. 6 Sistem hydrolic pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar..................8
Gambar 2.7 Capstan pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar...............................8
Gambar 2.8 Transfer Carriage pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar...............9
Gambar 2.9 Sterilizer pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar..............................9
Gambar 2.10 Kurva Perebusan sistem tiga puncak (triple peak)................................11
Gambar 2.11 Lori diangkut oleh Hoisting crane.........................................................12
Gambar 2.12 Hopper Auto Feeder pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar.....12
Gambar 2.13 Thresher pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar.........................13
Gambar 2.14 Empty bunch conveyor pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar...13
Gambar 2.15 Incenerator pada PT. Perkebunan NusantaraV Sei Pagar.....................14
Gambar 2.16 Digester pada PT. Perkebunan NusantaraV Sei Pagar..........................15
Gambar 2.17 Screw Press pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar....................15
Gambar 2.18 Sand Trap Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar..............16
Gambar 2.19 Vibro double deck pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar.........17
Gambar 2.20 Crude Oil Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar...............17
Gambar 2.21 Vertical Continous Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar.18
Gambar 2.22 Oil Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar..........................18
Gambar 2.23 Vacuum Dryer pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar................19
Gambar 2.24 Storage Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar..................19
Gambar 2. 25 Sludge Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar...................20

vi
Gambar 3. 1 Flowchart Penyusunan Laporan35Gambar4.1
ScrewPress................................................................................................37
Gambar 4. 2 Bagian Utama Screw Press (Www.Academi.Edu.Com)........................38
Gambar 4. 3 Inlet Screw Press.....................................................................................38
Gambar 4. 4 Casing Screw Press................................................................................39
Gambar 4. 5 Worm Screw............................................................................................39
Gambar 4. 6 Press Cage..............................................................................................40
Gambar 4. 7 Hydraulic Double Cone..........................................................................40
Gambar 4. 8 Gearbox Screw Press..............................................................................41
Gambar 4. 9 Motor Listrik Screw Press......................................................................41
Gambar 4. 10 Cara Kerja Screw Press.........................................................................42
Gambar 4. 11 Bearing..................................................................................................44
Gambar 4. 12 Sistem Hidrolik Screw Press................................................................45
Gambar 4. 13 V-belt.....................................................................................................45
Gambar 4. 14 Press Cage............................................................................................46
Gambar 4. 15 Screw Worm....................................................................................................46

DAFTAR TABEL

i
Tabel 2.1 Kriteria Persyaratan Mutu Dan Komposisi Panen Yang Ideal PKS..............6
Tabel 2.2 Tahapan Perebusan Sistem Triple Peak........................................................10
Tabel 4.1 Kekurangan Tekanan Pada Sistem Hidroulik..............................................45
Tabel 4.2 Screw Worm Sering Patah............................................................................49

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sawit merupakan salah satu hasil perkebunan yang memiliki peranan
penting dalam menambah devisa Negara. Di Indonesia salah satu provinsi
penghasil sawit terbesar adalah Riau yang dikelola oleh PT. Perkebunan
Nusantara V berlokasi di daerah Riau terletak di daerah Sei Pagar.
Pada pabrik kelapa sawit, terdapat berbagai macam unit mesin yang
digunakan untuk mengolah buah tandan sawit (TBS) menjadi CPO (Crude Palm
Oil) dan Kernel (palm kernel). Salah satu diantara mesin-mesin tersebut yang
sangat kritikal adalah screw press, dimana CPO yang merupakan produk utama
pabrik kelapa sawit dihasilkan dengan menggunakan screw press. Buah sawit
yang sudah direbus selanjutnya ditekan dengan screw press, sehingga diperoleh
minyak mentah sawit yang dikenal dengan CPO. Pada PT.Perkebunan Nusantara
V Sei Pagar terdapat 4 unit Digester dan 4 unit Screw Press yang di produksi oleh
PT. Apindowaja Ampuh persada pada tahun 2012 yang digunakan untuk
pengolahan sawit.
Dalam operasionalnya terdapat beberapa kendala pada screw press. Hal ini
berakibat langsung terhadap terhentinya proses produksi CPO pada pabrik
pengolahan sawit. Diantara permasalahan yang terjadi pada screw press adalah
screw yang sudah aus, screw yang patah, serta terjadi kerusakan pada Press Cage
screw conveyor. Umumnya permasalahan yang terjadi pada press screw ini
disebabkan oleh gesekan yang terjadi screw press dengan fiber dan nut pada
proses pengolahan buah sawit. Disamping itu juga disebabkan oleh pengoperasian
alat yang tidak sesuai prosedur serta umur masa pakai peralatan yang sudah
melewati batas.

Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan pada screw press ketika proses


pengolahan buah kelapa sawit, maka kondisi screw press harus dijaga agar selalu
berada dalam keadaan siap untuk beroperasi. Salah satu usaha yang dapat

1
dilakukan adalah dengan melakukan perawatan secara periodik dan berkala. Pada
studi lapangan kali ini akan dibahas tentang bagaimana cara perawatan yang
dilakukan terhadap screw press serta perbaikan apabila terjadi kerusakan pada
peralatan tersebut.

1.2 Tujuan
Ada pun tujuan dilaksanakannya studi lapangan pada PT.Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui prinsip kerja dari mesin screw press AP-12.
b. Mengetahui masalah yang sering terjadi pada mesin screw press AP-12.
c. Mengetahui tentang cara perawatan mesin screw press AP-12 pada
PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar.
d. Memahami cara perbaikan screw press AP-12 yang mengalami kegagalan.

1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari proses pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai
berikut:
1. Memperoleh pengalaman dan pembelajaran tentang kondisi dunia kerja di
PT.Perkebunan Nusantara V.
2. Memperoleh ilmu pengetahuan tentang proses pengolahan buah sawit menjadi
CPO dan kernel.
3. Mengenal beberapa peralatan utama dan pendukung pada proses pengolahan
buah sawit menjadi CPO dan Kernel.
4. Mengetahui cara perawatan yang dilakukan terhadap screw press AP-12.
5. Mengetahui cara perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada
screw press AP-12.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan Kerja Praktek (KP) ini adalah
sebagai berikut :
Waktu : 4 September 2017 30 september 2017
Tempat: PKS PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar,

2
yang berlokasi di Jl.Hang Tuah, Perhentian Raja,
Kabupaten Kampar,Riau.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan laporan ini ada beberapa bab yang dirangkum dari bagian
awal sampai bagian akhir :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, manfaat, metode kerja praktek,
waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek serta sistematika penulisan
laporan.
Bab II Tinjauan Umum
Bab ini berisikan tentang tinjauan umum tentang Proses Pengolahan dan
Teori-teori yang mendukung tentang topik khusus kerja praktek.
Bab III Metodologi Kerja praktek
Bab ini berisikan tentang metodologi yang di gunakan untuk laporan kerja
praktek.
Bab IV Pembahasan
Bab ini berisikan tentang tugas khusus yang dilakukan selama kerja
praktek.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan
penulis kepada pembaca.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar merupakan salah satu perusahaan
badan usaha milik negara (BUMN) yang mengelola perkebunan sawit serta
pengolahan buah sawit menjadi CPO dan Kernel. PT.Perkebunan Nusantara V
berlokasi Jl.Hang Tuah, Perhentian Raja, Kabupaten Kampar,Riau.
PT. Perkebunan Nusantara V mengolah tandan buah sawit (TBS) yang
berasal dari kebun masyarakat yang dikelola perusahaan (kebun plasma) serta dari
pihak ketiga yang berasal dari luar perusahaan. Selanjutnya CPO dan kernel yang
diproduksi oleh PT.Perkebunan Nusantara V dikirim ke PT. SAN di pelabuhan
Dumai, PT. BKR dan PT. Inti Benua. Sementara kompos yang merupakan sampah
sisa proses produksi dikirim ke Pekanbaru dan Jakarta.

2.1.1 Struktur Organisasi dan Ketenaga Kerjaan

Berikut ini merupakan struktur organisasi dan Ketenaga Kerjaan yang


terdapat pada PTPN V PKS Sei. Pagar dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi dan Ketenaga Kerjaan

1
Struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar
didasarkan pada pemberian tugas, wewenang dan tanggung jawab jelas. Pada
posisi teratas pada PT. Perkebunan Nusantara V diduduki oleh seorang Manager
yang bertanggung jawab mengelola perusahaan supaya mempu berproduksi sesuai
dengan target yang telah ditentukan. Dalam menjalankan tugas manager dibantu
oleh tiga orang staff yang bertanggung jawab atas operasional perusahaan pada
untuk masing-masing bidangnya. Disamping itu staff juga berfungsi menjaga
efesiansi proses produksi pada perusahaan.

Merupakan salah satu badan usaha milik swasta yang memiliki struktur
organisasi yang baik. Struktur Organisasi yang baik adanya pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Perusahaan ini dipimpin oleh seorang
manager yang bertanggung jawab menjalankan tugas perusahaan serta mengawasi
jalannya perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya Manager dibantu oleh tiga
staf. Selanjutnya masing-masing staf dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
dua orang Mandor yang bertugas mengatur dan mengawasi kerja operator
menjalankan tugasnya di unit masing-masing. Adapun susunan organisasi
ketenaga kerjaan pada pada PT. Perkebunan Nusantara V adalah sebagai berikut :

a. Manager : 1 orang
b. Asisten teknik : 1 orang
c. Asisten pengolahan : 2 orang
d. KTU : 1 orang

Disamping struktur organisasi ketenaga kerjaan, pada PT. Perkebunan


Nusantara V juga terdapat Organisasi Buruh yang berfungsi untuk mendekatkan
hubungan silaturahmi antara sesama karyawan seperti manager, staf dan karyawan
lainnya. Dengan adanya organisasi buruh ini diharapkan tercipta lingkungan kerja
yang nyaman dan harmonis. Ada pun organisasi buruh pada PTPN V Sei Pagar
adalah sebagai berikut:

1. Organisasi Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN).


Organisasi ini berfungsi menjalin kemitraan antara karyawan dengan pihak
managemen perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menjembatani permasalahan
yang terjadi antara karyawan dengan pihak managemen perusahaan.

2
2. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3)
Organisasi ini bertujuan mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan, kebakaran maupun kerusakan pada peralatan mesin. Penerapan K3
ini dilakukan dengan pemasangan rambu-rambu dan pemberian alat pelindung
diri (APD) seperti helm safety, sepatu dan sarung tangan.

3. Organisasi Keagamaan.
Dalam organisasi keagamaan ini juga dibentuk suatu badan ke rohanian
untuk menyelenggarakan kegiatan yang bersifat keagamaan baik dikebun
maupun dilingkungan PKS. Salah satu kegiatan rutin yang sering dilakukan
adalah wirid pengajian setiap 2 kali sebulan dimasing-masing komplek
perumahan. Disamping itu juga sering dilakukan wirid akbar untuk seluruh
komplek, serta penyelengaraan peringatan hari besar besar keagamaan.
4. Organisasi Keolahragaan.
Organisasi ini meliputi organisasi keolahragaan pada cabang sepakbola,
bola voli, bulu tangkis dan tenis meja. Untuk menunjang kegiatan keolahragaan
pihak perusahaan telah menyediakan fasilitas berupa lapangan dan peralatan
lain yang dibutuhkan.

2.2 Proses Pengolahan Sawit Pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar


Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil
(CPO) dan kernel pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar melalui beberapa
tahapan proses pengolahan. Kualitas minyak sawit yang dihasilkan sangat
ditentukan oleh perlakuan terhadap Tandan Buah Segar (TBS), dimulai dari proses
panen dikebun, transportasi ke pabrik, hingga proses pengolahannya. Buah sawit
yang dikirim ke pabrik adalah buah yang memiliki tingkat kematangan yang baik.
Hal ini bertujuaan agar CPO yang diproduksi memiliki mutu yang baik, sehingga
memiliki nilai jual yang tinggi. Disamping itu juga agar biaya produksi yang
digunakan juga menjadi minimal dan limbah yang dihasilkan juga sedikit.
Dalam proses produksi CPO dibutuhkan unit pendukung untuk operasional
pabrik seperti pengolahan air (water treatmen), penghasil uap dan tenaga listrik
(boiler dan Power plant), serta pengolahan limbah (Effluent Treatment).

3
Disamping itu untuk menjaga mutu CPO yang dihasilkan dibutuhkan unit
penjamin mutu (quality assurance).

Pada pabrik kelapa sawit pengolahan TBS menjadi CPO dan KPO melalui
beberapa tahapan proses, diantaranya adalah :
1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)
2. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)
3. Stasiun Penebahan (Thresing Station)
4. Stasiun Pengempaan (Press Station)
5. Stasiun Pemurnian (Clarification Station)
6. Stasiun Pengolahan inti (Kernel Plant Station)
7. Stasiun Pembangkit (Power suply)
8. Stasiun Water Treament
9. Stasiun Pengolahan Limbah
10. Stasiun Boiler

2.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)


Stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat penerimaan TBS yang
berasal dari kebun. Pada stasiun ini dapat diketahui berapa jumlah produksi TBS
setiap harinya. Mutu TBS harus benar-benar diperhatikan sebelum TBS diolah pada
tahapan berikutnya, agar dihasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas yang
diinginkan. Stasiun penerimaan buah meliputi:
1. Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Weight Bridge (jembatan timbang) berfungsi untuk menimbang TBS yang masuk
ke dalam pabrik. Setiap truk yang membawa TBS terlebih dahulu harus
ditimbang pada jembatan timbang. Setelah itu, truk kosong yang keluar dari
lokasi pabrik harus ditimbang kembali sehingga jumlah TBS yang masuk ke
pabrik dapat diketahui beratnya. Jembatan Timbang dapat di lihat pada Gambar
2.2.

4
Gambar 2. 2 Jembatan Timbang

Perhitungan berat kelapa sawit yang masuk dengan menggunakan truck dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

Netto = Brutto Tara......................................................... (2.1)


Keterangan ,
Netto : Berat isi (kg)
Brutto : Berat Kotor (kg)
Tara : Berat Bersih (kg)
2. Sortasi
Sortasi adalah suatu kegiatan pemilihan berdasarkan kriteria matang TBS yang
masuk, sehingga buah sawit yang masuk ke pabrik pengolahan harus disortir
terlebih dahulu seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Sortasi Pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

5
Adapun kriteria sortasi buah sawit yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Berat tandan minimum 6 kg/jenjang
2. Panjang tangkai maksimal 2,5 cm
3. TBS masak normal warna daging buah merah
4. TBS berondolan harus dalam kondisi kering
5. Tidak boleh ada sampah
6. Fraksi buah harus berada pada fraksi 1-5, untuk fraksi 00,0 dan 6 akan
dipulangkan kembali.
Kriteria ideal sortasi TBS yang masuk di PT. Perkebunan Nusantara V Sei Garo
diperlihatkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1Kriteria persyaratan mutu dan komposisi panen yang ideal PKS

Buah luar komposisi panen


Fraksi Kematangan 3. L
membrondol ideal
o
Fraksi 00 Sangat mentah Tidak Ada Tidak Boleh Ada
Fraksi 0 Mentah 0 - 12,5 % Tidak Boleh Ada a
Fraksi 1 Kurang Matang 12,50 % - 25 % Max. 20 % d
Fraksi 2 3 Matang 25 % - 75 % Min. 68 %
i
Fraksi 4 5 Kelewat Matang 75 % - 100 % Min. 12 %
n
g Ramp
Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum BS
masuk ke tangki perebusan. Loading Ramp dirancang dengan kemiringan 45o
untuk membantu meluncurnya buah dari ramp ke lori. Lantai loading ramp
dibuat dari baja plat dengan jarak 5 mm dengan tujuan agar sampah-sampah
dan pasir yang terbawa bersama dengan TBS terbuang dan jatuh kebawah.
Loading ramp dilengkapi dengan pintu hidrolik yang berguna untuk
memasukkan TBS ke dalam lori. Loading ramp pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Garo diperlihatkan pada Gambar 2.4.

6
Gambar 2. 4 Loading Ramp pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

4. Lori

Lori adalah wadah yang digunakan untuk membawa TBS dari loading ramp ke
steriliser. Dinding lori dibuat berlubang agar uap dapat masuk melalui celah-
celah TBS sehingga perebusan dapat berlangsung secara merata. Sedangkan
lubang lori bagian bawah berfungsi sebagai saluran keluarnya air kondensat
dari dalam lori. Jumlah lori yang ada pada pabrik sawit PTPN V sekitar 100
unit dengan kapasitas masingmasing lori adalah 2500 Kg seprti diperlihatkan
pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Lori pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

5. Sistem hydrolic

Pintu loading ramp bekerja secara hidrolic yang digerakkan oleh pompa
hydrolic. Satu pompa hydrolic menggerakkan 2 pintu pada masing-masing sisi
loading ramp. Satu loading ramp mempunyai dua buah pompa hydrolic untuk
menggerakkan 20 pintu pada loading ramp. Sistem hydrolic pada
PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar, diperlihatkan pada Gambar 2.6.

7
Gambar 2. 6 Sistem hydrolic pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

6. Capstan
Capstan adalah alat untuk menarik rangkaian lori baik lori kosong maupun lori
berisi TBS. Capstan digerakkan oleh motor listrik dengan perantaraan
transmisi roda gigi. Capstan dijalankan dengan cara melilitkan tali nilon secara
teratur. Capstan pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar, diperlihatkan
pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Capstan pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

7. Transfer Carriage
Transfer Cariage berfungsi untuk memindahkan rangkaian lori yang telah
berisi TBS ke railtrack menuju rebusan seperti dierlihatkan pada Gambar 2.8.
Transfer cariage bergerak diatas rel dan dapat memuat tiga buah lori.

8
Gambar 2.8 Transfer Carriage pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

2.2.2 Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)


Lori yang telah terisi TBS kemudian dimasukkan kedalam perebusan
(sterilizer) seperti diperlihatkan pada Gambar 2.9. Pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar terdapat 3 unit sterilizer dengan masing-masing dapat
memuat 11 unit lori. Tujuan dari perebusan (sterilisasi) buah sawit adalah :
a. Mencegah kenaikan asam lemak bebas (FFA)
b. Mengurangi kadar air dalam buah

Gambar 2.9 Sterilizer pada PT.Perkebunan Nusantara V Sei Pagar


c. Memudahkan brondolan lepas dari tandan pada proses threshing
d. Melunakkan daging buah agar mudah dilumat di Digester
e. Memudahkan lepasnya inti dari cangkang.
f. Untuk mempermudah proses pemecahan cangkang
g. Mematikan enzim lipase di dalam buah

9
Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari Back Pressure Vessel
(BPV) selama 85 - 90 menit, dengan tekanan 2,8 - 3 kg/cm2. Sistem perebusan
yang digunakan adalah sistem triple peak seperti yang diperlihatkan pada Tabel
2.2 .

Tabel 2. 2 Tahapan Perebusan Sistem Triple Peak


Waktu Tekanan Valve
Tahap Inlet Keterangan
(menit) (kg/cm2) Kondensat Exhaust
I 5 0 B B T Buang udara
II 3 1,5 B T T Puncak pertama
Menurunkan
tekanan puncak
III 2 0 T B B pertama
Memasukan
steam puncak
IV 6 2 B B T kedua
Menurunkan
tekanan puncak
V 2 0 T B B kedua
Memasukan
steam puncak
VI 7 3 B T T ketiga
Menahan steam
VII 46 3 T T T puncak ketiga
VIII 4 1,8 T B T Buang kondensat
IX 10 0 T B B Buang steam
Mengeluarkan
X 13 0 T T B buah masak
Keterangan: B = Buka, T = Tutup
Sedangkan kurfa perebusan buah sawit tiga tingkat (triple peak) diperlihatkan
pada Gambar 2.10.

10
II

Gambar 2.10 Kurva Perebusan sistem tiga puncak (triple peak)

Untuk mendapatkan hasil perebusan yang sempurna, ada hal-hal yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah :
1. Tekanan Uap dan Lama Perebusan
Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan kualitas hasil perebusan.
Perebusan yang terlalu lama menyebabkan berkurangnya minyak pada
brondolan.

2. Pembuangan Udara dan Air Kondensat.


Apabila udara dalam rebusan tidak dikeluarkan secara sempurna maka akan
terjadi pencampuran udara dan uap. Sehingga mengakibatkan terjadinya
pemindahan panas dari uap ke dalam buah tidak sempurna.

2.2.3 Stasiun Penebahan (Thresing Station)

Stasiun penebahan merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahkan


brondolan buah dari tandannya. Stasiun ini terdiri dari beberapa peralatan
diantaranya adalah:

1. Hoisting Crane
Hoisting crane digunakan untuk mengangkat dan menuangkan buah yang telah
direbus kedalam hopper auto feeder. Selanjutnya didistribusikan ke thresher
oleh bunch conveyor. Hoisting Crane dapat mengangkut 1 buah lori per unit.
Maksimum angkat dari hoisting crane ini adalah 5 ton. Hoisting Crane pada
PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.11.

11
Gambar 2.11 Lori diangkut oleh Hoisting crane

2. Hopper Auto Feeder


Hopper auto feeder digunakan untuk menampung dan mengarahkan buah yang
sudah direbus pada sterilizer hingga masuk ke thresher. Hopper auto feeder ini
digerakkan oleh motor listrik dengan perantaraan transmisi roda gigi untuk
mereduksi putaran. Hopper auto feeder dibuat miring dengan sudut tertentu
agar buah dapat meluncur masuk ke conveyor dan buah dapat diarahkan masuk
kedalam thresher. Hopper auto feeder pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei
Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Hopper Auto Feeder pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

3. Thresher
Buah rebus dari sterilizer didistribusikan ke thresher melalui hopper auto
feeder untuk selanjutnya dipisahkan antara berondolan dengan tandannya.
Proses pemipilan atau pemisahan dilakukan di dalam drum berputar (rotary
drum thresher) dengan kapasitas maksimum 30 ton/jam. Pemipilan buah

12
dilakukan dengan prinsip bantingan di dalam drum berputar. Didalam drum
terdapat 9 buah sudusudu dengan jarak masing-masing sudu 120o. Dengan
bantuan sudu-sudu ini, janjangan akan terangkat keatas dan kemudian jatuh.
Hal ini terjadi berulang-ulang sehingga brondolan lepas. Thresher pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Thresher pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

4. Conveyor Under Thresher


Conveyor ini digunakan untuk untuk mendistribusikan berondolan yang jatuh
dari thresher ke bottom cross conveyor.

5. Empty Bunch Conveyor


Tandan kosong dari thresher jatuh ke horizontal empty bunch conveyor.
Selanjutnya diangkat menuju incinerator untuk menjadi dibakar atau menjadi
pupuk. Empty Bunch Conveyor pada PT. Perkebunan NusantaraV Sei Pagar
diperlihatkan pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Empty bunch conveyor pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

13
6. Bottom Cross Conveyor

Bottom cross conveyor ini digunakan untuk mendistribusikan berondolan dari


conveyor under thereser ke bucket elevator.

7. Fruit Bucket Elevator

Fruit bucket elevator digunakan untuk mendistribusikan berondolan dari


bottom cross conveyor ke Digester melalui top cross conveyor.

8. Incenerator

Incinerator digunakan untuk membakar tandan kosong yang dibawa oleh


empty bunch conveyor menjadi pupuk. Incenerator pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Incenerator pada PT. Perkebunan NusantaraV Sei Pagar

2.2.4 Stasiun Press (Press Station)

Stasiun press adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan minyak dari


buah dengan cara melumat dan mem-press. Tujuan utama proses pressan adalah
untuk mengeluarkan minyak dari buah. Alat utama yang digunakan pada stasiun
ini meliputi :
1. Digester
Fungsi digester untuk melumatkan buah dan mempermudah proses
pengempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging

14
buah dengan tingkat kerugian minyak yang sekecilkecilnya. Digester pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Digester pada PT. Perkebunan NusantaraV Sei Pagar

2. Screw Press
Screw press merupakan alat yang berfungsi memeras atau mengempa buah
yang sudah dilumatkan oleh digester dengan tujuan untuk mengeluarkan
minyak dari serat serat daging buah. Screw Press terdiri dari dua batang ulir
dengan arah putaran ulir berlawanan yang berada dalam tabung saringan (press
cage). Putaran batang ulir digerakkan dengan motor listrik daya 30 HP. Pada
ujung tabung saringan tempat ampas keluar dipasang Cone yang jarak
renggangannya menggunakan tekanan hidraulik. Tekanan yang digunakan 40
60 bar. Screw press pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan
pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Screw press pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

15
2.2.5 Stasiun Pemurnian (Clarification Station)

Stasiun pemurnian adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit.


Minyak kasar yang berasal dari screw press didistribusikan ke stasiun pemurnian
untuk diproses lebih lanjut. Sehingga dapat dipisahkan minyak dari kotoran dan
air. Proses pemisahan tersebut dilakukan dengan sistem pengendapan. Dari stasiun
pemurnian juga dapat diminimalisir jumlah kadar minyak jumlah minyak yang
terbuang bersama limbah cair.

Pada proses pemurnian terdapat beberapa peralatan yang digunakan,


diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sand Trap Tank (Tangki Pemisah Pasir)


Sand Trap Tank adalah alat ini digunakan untuk memisahkan pasir pada cairan
minyak kasar yang berasal dari screw press. Dalam proses pengendapan pasir,
cairan minyak kasar harus dipanaskan dengan cara menginjeksikan uap. Sand
trap tenk pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada
Gambar 2.18.

Gambar 2.18 Sand Trap Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

2. Vibro double deck


Vibro double deck adalah vibrating screnn (pengayak getar) yang berfungsi
untuk memisahkan kotoran yang masih terbawa oleh minyak dari sand trap
tank. Pada pengayak getar ini digunakan 2 jenis mesh, yaitu mesh 20 dan mesh
30. Vibro double deck pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar
diperlihatkan pada Gambar 2.19.

16
Gambar 2.19 Vibro double deck pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

3. Crude Oil Tank (Tangki Minyak Kasar)


Crude oil tank berfungsi untuk menampung dan mengendapkan partikel-
partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Dalam mempercepat
o
proses pemisahan, temperatur minyak dijaga antara 9095 C dengan
menginjeksikan steam. Kadar minyak didalam tangki ini adalah sebesar 30 - 40
%, kadar air adalah sebesar 40 50 %, dan kadar NOS 10 15 %. Crude oil
tenk pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar
2.20.

Gambar 2.20 Crude Oil Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

4. Vertical Continous Tank (VCT)


Vertical continous tank adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak
dari sludge dan kotoran dengan cara pengendapan. Proses pengendapan
dilakukan dengan bantuan panas yang berasal dari steam. Pada awal proses
dilakukan dengan injeksi langsung. Setelah suhu proses tercapai yaitu sekitar

17
90 - 95 oC, pemanasan dilakukan dengan sistem coil. Untuk mempertahankan
suhu tetap berada pada temperatur kerjanya, sistem pemanasan dengan coil
dilengkapi dengan steam trap. Vertical continous tenk pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.21.

Gambar 2.21 Vertical Continous Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei
Pagar

5. Oil Tank
Oil tank adalah tempat penampungan minyak yang berasal dari VCT. Pada oil
tank minyak diendapkan kotoran-kotoran halus menumpuk kebagian bawah
tank. Selanjutnya kotoran yang lebih halus dialirkan ke float tank dan Minyak
dikirim ke vacuum dryer. Diusahakan agar suhu tangki tetap pada 90 0C supaya
terjaga ke encerannya. Sistem pemanasan dilakukan dengan pipa spiral yang
dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2. Adapun kapasitas tangki ini adalah 25
ton. Oil tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada
Gambar 2.22.

Gambar 2.22 Oil Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

18
6. Vacum Dryer
Vacuum dryer adalah alat yang berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam
minyak hingga batas maksimum 0,15 % .Uap air yang terkandung dalam
minyak akan terhisap pada tekanan dibawah atmosfir dengan menggunakan
pompa vakum. Kondisi vakum dijaga pada tekanan 0,8 bar. Proses
pemvakuman dilakukan dengan bantuan pompa air. Vacuum dryer pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.23.

Gambar 2.23 Vacuum Dryer pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

7. Storage Tank
Storage Tank berfungsi sebagai tempat penimbunan CPO sementara sebelum
dikirim ke konsumen. Temperatur storage tank dijaga sekitar 4555 oC dengan
cara memanaskannya dengan coil supaya minyak tidak membeku. Storage tank
pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.24.

Gambar 2.24 Storage Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

19
8. Sludge Tank
Sludge tank merupakan tempat penampungan sludge yang berasal dari VCT.
Didalam tangki ini dilakukan pemanasan dengan menggunakan steam untuk
menjaga suhu 90 - 95 0C agar sludge tidak membeku. Selanjutnya sludge
dipisahkan dari kotorannya dengan menggunakan ayak getar. Sludge tank pada
PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.25.

Gambar 2. 25 Sludge Tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

9. Buffer Tank
Buffer tank merupakan alat yang digunakan untuk menampung sludge yang
berasal dari ayakan getar. sludge tersebut selanjutnya dikirim ke sludge
separator. Kondisi operasi buffer tank adalah pada temperatur 90 - 95 oC.
Buffer tenk pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada
Gambar 2.26.

Gambar 2.26 Buffer tank pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

20
10. Sludge Separator
Sludge Separator merupakan alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak
dari sludge, kotoran dan air dengan gaya sentrifugal. Fraksi padat dengan
berat jenis yang lebih berat akan terlempar ke dinding bowl dan selanjutnya
dialirkan ke fat pit melalui nozzle. Sedang minyak akan keluar melalui
saluran yang berbeda dan dialirkan ke reclaimed oil tank. Dari ROT
selanjutnya minyak dikirimka ke VCT. Sludge separator pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlikan pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27 Sludge separator pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

11. Fat Pit


Fat Pit berfungsi sebagai tempat pengambilan sisah minyak yang terakhir
hasil blowdown dari stasiun klarifikasi. Pengambilan minyak dilakukan
dengan systemover flow (aliran limpah). Fat pit pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.28.

Gambar 2.28 Fat Pit pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

21
2.2.6 Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station)
Unit ini bertujuan memisahkan campuran antara cangkang, fiber dan inti
sawit yang keluar dari screw press. Selain itu tujuan stasiun kernel adalah :
1. Tujuan utamanya adalah mengektraksikan inti (kernel) dari nut.
2. Sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut :
Kehilangan losses yang minimum pada semua tingkatan pemisahan.
Kualitas kernel yang dapat diterima di pasar.
Kapasitas stasiun yang dapat dicapai.
Pengoperasian yang fleksibel dan perawatan, serta kontrol yang mudah
dilakukan.
Kebutuhan daya yang lebih rendah.
Pemakaian air dan produksi limbah yang minimal.
Kebersihan lingkungan kerja.
Adapun urutan proses pengolahan adalah sebagai berikut :

a. Cake Breaker Conveyor (CBC)


CBC adalah suatu alat yg berbentuk screw yang bertujuan untuk
menghantarkan Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan
biji. Ampas tersebut masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk
gumpalan. Cake breaker conveyor pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar
diperlihatkan pada Gambar 2.29.

Gambar 2.29 Cake breaker conveyor pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

22
b. Depericarper
Depericarper berfungsi untuk memisahkan fibre dan nut melalui hisapan
blower. Fibre akan dihisap blower dan masuk ke dalam fibre cyclone kemudian
melalui fiber shell conveyor dihantar ke boiler sebagai bahan bakar, sedangkan
nut yang lebih berat akan masuk ke polishing drum. Depericarper pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Garo diperlihatkan pada Gambar 2.30.

Gambar 2.30 Depericarper pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

c. Nut Polishing Drum


Nut polishing drum suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan serabut yang
masih melekat pada nut. Alat ini berbentuk drum berputar dan berlubang
dengan putaran 21 rpm. Nut polishing drum pada PT. Perkebunan Nusantara V
Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.31.

Gambar 2.31 Nut polishing drum pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

23
d. Nut Hopper

Nut hopper alat yang berfungsi untuk penimbunan nat sebelum masuk ke
ripple mill. Penimbunan dilakukan dengan tujuan untuk memanaskan nut
secara alamiah untuk mengurangi kadar air dalam biji, sehingga nut lebih
mudah dipecah didalam ripple mill. Nut hopper pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.32.

Gambar 2.32 Nut hopper pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

e. Ripple mill

Ripple mill adalah suatu alat pemecah biji,sehingga biji terdiri dari cangkang
(shell) dan inti (kernel). Ripple mill terdiri dari dua bagian yaitu rotating rotor
dan stasionary plate. Pemecahan nut dilakukan dengan cara menggilas nut
dengan rotor pada stasionary plate. Setelah nut pecah, campuran pecahan (shell
dan kernel) tersebut jatuh pada cracked mixture conveyor untuk dikrim ke
Light Tenera Dust Separation (LTDS I ). Repple mill pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.33.

24
Gambar 2.33 Ripple mill pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

f. Light Tenera Dust Separation (LTDS I)


LTDS yaitu suatu alat pemisahan cangkang dengan biji berdasarkan atas
perbedaan berat jenis dengan kemampuan hisapan blower. Dengan adanya
hisapan blower ini campuran akan terbagi menjadi 3 bagian :
1. Shell yang lebih ringan akan terhisap dan masuk ke shell hopper untuk
digunakan sebagai bahan bakar boiler.
2. Nut yang lebih berat tidak dapat terhisap sehingga jatuh kelantai melalui

kolom separator, ditampung dan dikembalikan ke nut silo.


3. Inti dan sebagian cangkang akan masuk ke LTDS II, inti akan jatuh masuk
ke kernel distributing conveyor. Sedangkan cangkang dan inti pecah yang
masih tersisa akan masuk ke hidrocyclone.

g. Light Tenera Dust Separation ( LTDS II)

Bentuk dan prinsip kerjanya sama dengan LTDS I, alat ini berfungsi untuk
membersihkan inti dari cangkang dan inti pecah. LTDS I & LTDS II pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 2.34.

25
(a)

(b)

Gambar 2.34 Light Tenera Dust Separation (LTDS)


(a) LTDS 1
(b) LTSD II

h. Hydro Cyclone
Hydro Cyclone yaitu suatu alat yang berfungsi untuk pemisahan cangkang, inti
utuh dan inti pecah. Proses pemisahan terjadi karena adanya perbedaan berat
jenis antara inti dengan cangkang dengan bantuan larutan CaC03 (caulin).
Hydro cyclone pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada
Gambar 2.35.

Gambar 2.35 Hydro Cyclone pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

26
i. Kernel Silo
Kernel silo adalah suatu alat yang berfungsi mengurangi kadar air pada inti.
Proses pengeringan dilakukan dengan memberikan temperature yang berbeda-
beda pada tiap tingkatnya, tingkat atas memiliki temperature 60 oC, tingkat
tengah memiliki temperature 70 oC, dan tingkat bawah memiliki temperature
50 oC. Kernel selo pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan
pada Gambar 2.36.

Gambar 2.36 Kernel silo pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar

2.2.7Unit Pengolahan Air (Water Treatment)

Water treatment merupakan unit pengolahan air yang bersumber dari air
sungai untuk keperluan boiler dan keperluan perumahan karyawan. Unit
pengolahan air bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan dan mineral-mineral
didalam air yang dapat mengakibatkan korosi pada pipa. Pemanfaatan air yang
tidak jernih atau air yang mengandung bahan mineral dapat mengakibatkan
kerusakan boiler seperti timbulnya kerak-kerak pada pipa. Adapun tahapan yang
dilalui dalam pengolahan air yaitu:

1. RawWater
Raw water merupakan tempat penampungan air yang berasal dari sungai. Raw
water berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel seperti : lumpur, pasir,
dan tanah.
2. Water.Clarifier.Tank.
Water clarifier tank merupakan tempat pencampuran air yang telah
diinjeksikan dengan bahan kimia soda ash ( Na2SO4) dan tawas. Soda ash

27
(Na2SO4) berfungsi untuk menetralkan Ph dan tawas berfingsi untuk mengikat
partikel-partikel yang terikat pada air.
3. Water Basin.
Water basin berfungsi sebagai tempat penampungan dan pengendapan
sementara sebelum dialirkan ke sand filter.
4. Sand.Filter.
Sand filter berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang tidak mengendap
pada water basin. Sand filter berbentuk tabung silinder yang diisi dengan tiga
bahan penyaring yang berbeda, seperti : pasir, ijuk, dan batu. Dilengkapi juga
dengan tekanan pompa. Jika tekanan pada Sand filter terlalu tinggi, berarti
telah banyak kotoran yang terdapat pada permukaan pasir sehingga
penyaringan menjadi tersumbat. Untuk mengembalikan fungsi sand filter dapat
dilakukan dengan cara membersihkan sand filter dengan mengganti bahan
penyaring.
5. Tower.Tank.
Tower tank adalah tempat penampungan air setelah melalui proses penjernihan
dan disalurkan untuk air umpan boiler , air proses dan perumahan karyawan.
6. Air.Umpan.Boiler.
Air hasil pengolahan pada water treatment tidak langsung dipergunakan
sebagai umpan boiler. Karena air tersebut masih mengandung mineral dan gas
terlarut seperti oksigen yang dapat menyebabkan korosi pada pipa boiler.
Proses umpan boiler terdiri dari :
a. Cation.Exchange
Cation berfungsi untuk mengurangi kesadahan air yang disebabkan oleh
garam-garam (Ca2+), magnesium (Mg2+) yang terkandung didalam air,
mengurangi alkalinity pada air yang disebabkan adanya kandungan senyawa
garam alkali, beserta mengurangi padatan tersuspensi yang dapat
menyebabkan kerak pada boiler.
b. Degasifier.
Degasifier berfungsi untuk menghilangkan gas karbondioksida dan oksigen
yang dapat merusak pipa masuk ke boiler.
c. Anion.Exchange.

28
Anion berfungsi menghilangkan mineral bermuatan negarif (-) yang terdapat
dalam air seperti silica, phosphatedan chloride. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:

R-H+ + Cl- R-Cl + H+

Jika resin telah jenuh maka dilakukan regenerasi dengan penambahan


NaOH sehingga resin aktif kembali sebagai penukar ion. Penukaran anion
menggunakan ion hidroksida (OH). Reaksi yang terjadi di penukar anion
adalah :

H2SO4 + R(OH)2 R(S04) + 2H2O

H2Si03 + R(OH)2 R(HsiO3)2 + 2H2O

H2C03 + R(OH)2 R(HCO3) + 2H2O

HCl + R(OH)2 R(Cl) + H2O

d. Demint.Tank.
Demint tank merupakan tanki persediaan air sebelum digunakan di Boiler.
Pada demint tank diakukan pemanasan dengan suhu 700C. Pemanasan
bertujuan untuk mengurangi beban pemanasan pada vacum dearator.
e. Vacum.Dearator
Vacum dearator berfungsi untuk mengurangi oksigen dan karbondioksida yang
masih terlarut pada air dengan pemanasan 70-900C agar tidak terjadi korosi
pada pipa boiler.

2.2.8 Boiler
Boiler merupakan suatu bejana yang berisi air berfungsi untuk
menghasilkan steam dengan sistim pembakaran. Boiler yang digunakan pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar adalah boiler pipa api. Bahan bakar yang
digunakan yaitu fibre dan shell yang dihasilkan dari unit pengolahan kernel. Suhu
boiler maksimal adalah 2250C dengan kapasitas 2 ton/jam.Boiler dilengkapi
dengan safety control yaitu gelas penduga yang berfungsi untuk mengintrol level

29
air di dalam drum. Steam yang dihasilkan boiler digunakan untuk menggerakkan
turbin dan proses pengolahan.

2.2.9 Unit Power Plant (Kamar Mesin)


Unit power plant adalah unit yang memanfaatkan, menampung dan
membagi energi dari boiler berupa steam dan membangkitkan energi listrik yang
berasal dari turbin uap dan genset. Unit power plant merupakan penghasil energi
listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik proses produksi dan
penerangan. Fungsi power plant adalah :
Untuk membangkitkan listrik dari generator turbin steam dan genset.
Untuk pendistribusian keperluan proses produksi dan perumahan.
Untuk menampung dan mendistribusikan steam bekas konsumsi turbin yang
ditampung di BPV (back pressure vessel).
Alat-alat utama yang terdapat di unit power pant adalah :
a. Diesel.Engine.(Genset).
Diesel Engine merupakan mesin yang menghasilkan energi lstrik yang
berbahan bakar solar untuk pengerak peralatan sebelum turbin uap
dioperasikan.
b. Steam.Turbin.(turbin.uap).
Steam turbin merupakan mesin yang berbahan bakar steam yang berasal dari
boiler yang dirubah kedalam bentuk energi mekanik. Alat-alat yang terdapat
pada turbi uap adalah :
Governour
Governour berfungsi untuk menstabilkan steam dan menentukan baik
buruknya kinerja turbin.
Generator
Generator berfungsi membagi arus ke panel induk.
Pipa.Kondensat.
Pipa kondensat berfungsi untuk membuang air sisa pengolahan agar tidak
ada air saat turbin dijalankan.
c. Panel.Induk
Panel induk digunakan sebagai pusat setiap unit proses yang mempunyai

30
ampere metere diseluruh unit proses pabrik yang berfungsi untuk mengetahui
beban pada saat pengolahan.
d. Back.Pressure.Vessel.(BPV).
Back pressure vessel merupakan sebuah tabung yang berfungsi menyimpan
steam kemudian disalurkan keseluruh unit proses yang membutuhkan dipabrik
agar dapat menggunakan steam sesuai dengan kebutuhan.

2.2.10 Pengolahan limbah

Limbah sisa proses pengolahan kelapa sawit dapat menimbulkan


pencemaran, sehingga harus diolah untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan. Pengolahan limbah pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar
terdiri dari :
1. Pengolahan.limbah.padat.
Tandan kosong (empity bunch), fibre dan shell merupakan jenis limbah padat
yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah berupa tandan
kosong diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan fibre dan shell digunakan
sebagai bahan bakar boiler, abu hasil pembakaran fibre dan shell digunakan
untuk pupuk.
2. Pengolahan.Limbah.Cair.
Limbah cair pada proses pengolahan kelapa sawit berasal dari unit perebusan
dan unit pemurnian minyak. Limbah cair akan ditampung di fat pit untuk
mengutip minyak, setelah itu limbah ditampung dikolam limbah. Pada kolam-
kolam limbah dilakukan proses perombakan secara aerobic dan anaerobic.
Setelah proses tersebut imbah siap untuk dibuang ke lingkungan dan
dipompakan untuk penyiraman kompos.

2.3 Maintenance (Perawatan)


Perawatan (Maintenance) adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
berkala dengan tujuan mencegah kerusakan yang akan terjadi dan agar kondisi
suatu alat tetap pada kondisi semula (normal) (Rifasiro, 2009). Disamping itu
perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem pada kondisinya
agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia kegunaan
mesin, dan menekan failure sekecil mungkin. Manajemen perawatan dapat

31
digunakan untuk membuat sebuah kebijakan mengenai aktivitas perawatan,
dengan melibatkan aspek teknis dan pengendalian manajemen ke dalam sebuah
program perawatan. Pada umumnya, semakin tingginya aktivitas perbaikan dalam
sebuah sistem, kebutuhan akan manajemen dan pengendalian di perawatan
menjadi semakin penting.
Berdasarkan waktu kegiatan pemeliharaan pada screw press terbagi
menjadi tiga yaitu:
1. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance)
2. Pemeliharaan rutin ( routine maintenance )
3. Pemeliharaan preventif ( preventif maintenance )

2.3.1 Jenis Jenis Perawatan (Maintenance)


Perawatan pada mesin dapat terbagi menjadi dua, yaitu perawatan
terencana dan perawatan tidak terencana.secara jelas dapat diuraikan dengan
beberapa bagian diantaranya sebagai brikut:
1. Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang sudah diatur pelaksanaannya
sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan.
2. Perawatan mencegah yaitu perawatan yang dilakukan dengan interpal waktu
tertentu untuk meniadakan kemungkinan terjadinya gangguan pada mesin.
3. Perawatan koreksi yaitu yaitu perawatan yang dilakukan untuk mengambalikan
kondisi mesin pada kondisi standar yang dapat berupa reperasi atau penyetelan
bagian bagian komponen mesin.
4. Running maintenance adalah perawatan yang dilakukan sementara mesin pada
saat beroprasi.
5. Shut down maintenance adalah perawatan yang dilakukan pada saat mesin
tidak beroprasi.
6. Break down maintenance adalah perawatan yang dilakukan saat mesin bener-
bener dimatikan karena rusak tetapi kerusakan tersebut sudah diperkirakan
sebelumnya.
7. Perawatan tidak direncanakan adalah jenis perawatan yang tidak terorganisir
atau tidak sesuai rencana dan belum di perkirakan sebelumnya
8. Emergency maintenance adalah jenis perawatan yang tidak terorganisir,
dilakukan terhadap kerusakan yang belum diperkirakan dan mesin sama sekali
mati karena ada kerusakan atau ada kelainan dan tidak mungkin dapat terus
dioprasikan.
2.3.2 Ruang lingkup maintenance

32
Berdasarkan sifat pemeliharaan fasilitas, jenis kegiatan pemeliharaan di
bagi dua yaitu:
1. Pemeliharaan tidak terencana ( unplanned maintenance )
2. Pemeliharaan yang terencana ( planned maintenance )
Pemeliharaan yang terencana dapat di kelompokan menjadi dua bagian yaitu:
1. Pemeliharaan pencegahan
Pemeliharaan pencegahan yaitu pemeliharaan yang dilakukan pada selang
waktu yang telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya,dan dimaksud untuk
mencegah menurunnya fungsi fasilitas produksi secara keseluruhan.

Kegiatan pencegah dapat berupah kegiatan:


1. Inspeksi yaitu kegiatan pemeriksaan kondisi awal dari fasilitas
(lihat,dengar,rasa)
2. Pemeliharaan berjalan (running maintenance) yaitu kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan tanpa pemghentian kerja atau oprasi suatu
fasilitas ( penyelesaian dan plumas )
3. Pengantian komponen minor yaitu kegiatan pengantian sebagian
komponen kecil.
4. Pemeliharaan berhenti (shut down maintenance) yaitu kegiatan
pemeliharaan hanya dapat dilakukan pada saat suatu fasilitas tidak
berkerja.
2. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance)
Pemeliharaan korektif yaitu pemeliharaan yang berupa penggantiaan
komponen dari suatu fasilitas yang tidak berfungsi. Yang termaksut pemeliharaan
korektif yaitu:
a. Reperasi minor yairu merupakan aktifitas perbaikan kecil yang bukan
ditemukan saat inspeksi ( contoh mesin mati pada saat mesin sedang beroprasi)
b. Overhaul terencana (scheduled downtime) yaitu kegiatan perbaikan beberapa
bagian dari suatu fasilitas secara serentak.

2.3.3 Tahap Tahap Dalam Pemeliharaan


Adapun tahap atau langkah langkah pemeliharaan dan perbaikan pada
peralatan produksi atau banguna adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan

33
Seluruh kegiatan pemeliharaan preventive maintenance dituangkan dalam
bentuk rencana tahunan yang dikenal sebagai program pemeliharaan tahunan
meliputi :
Tahunan berlakunya program
Tempat pelaksanaan program
Jenis kegiatan yang dilakukan
Frekwensi plaksanaan kegiatan
Kenapa rencana di mulainnya suatu kegiatan

Penyusunan program mingguan merupakan penjabaran dari program tahunan


untuk memudahkan pelaksanaannya, hal yang utama dalam program mingguan
adalah kesepakatan kerja antara bagian pemelihara dengan bagian produksi.
Oprasi kesepakatan ini berupa ketentuan kapan mesin atau alat masuk daftar
program mingguan dapat disediakan oleh bagian produksi oprasi.

2. Tahap Pelaksanaan
Dimna semua rencana kegiatan yang tertuang dalam program mingguan
dimonitor pelaksanaannya,sehingga akan diproleh data-data pelaksanaan yang
merupakan masukan untuk pengendalian.dokumen data mingguan merupakan
dokumen yang memuat data plaksanaan kegiatan. Dalam dokumen ini bias
diketahui berapa jam kerja yang dihabiskan untuk pekerjaan :
Inspeksi
Pemeliharaan korektif
Pemeliharaan darurat
Pekerjaan permodalan
Pekerjaan engineering

Pekerjaan produksi

3. Tahap Evaluasi Dan Analisa


Pada tahap ini dilakukan evaluasi dan analisa data-data dari elaksanaan yang
diproleh. Untuk itu diproleh beberapa dokumen yaitu:
Analisis tentang kerja
Analisis pemeliharaan darurat
Analisis kelompok alat
Analisis alat kritis

34
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek


Pelaksanaan program Kerja Praktek (KP) ini dilakukan dalam beberapa
tahapan proses. Mulai dari proses studi literatur, pencarian tugas khusus
penyelesaian tugas khusus tersebut. Keseluruhan proses saling berketaitan
dilakukan dan dapat dilihat pada diagram Gambar 3.1 dibawah ini :

35
Gambar 3. 1 Flowchart Penyusunan Laporan

1. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahap awal dalam pelaksanaan Kerja Praktek. Studi
literatur dilakukan dengan cara memahami informasi dari teori yang berkaitan
dengan topik khusus dan penyelesaian laporan serta mempelajari buku-buku
yang berkaitan dengan batasan masalah yang akan dibahas dan pencarian
artikel yang berhubungan dengan pengkajian.
2. Mencari Topik Permasalahan di Perusahaan
Satu masalah khusus yang ada di perusahaan yang akan menjadi pembahasan
utama dan dibahas untuk mengetahui bagaimana cara kerja preventive

36
maintenance dan equipment apa saja yang di harus dilakukan perawatan. Pada
kasus ini, objek penelitian yang akan dibahas yaitu Preventive Maintenance
Pada Screw Press AP-12 Pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar.
3. Pengumpulan Data
Tahapan selanjutnya adalah pembuatan laporan melalui pengumpulan data
yang diawali dengan peninjauan ke lokasi tempat terjadi masalah, kemudian
dilakukan pencatatan.
4. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari lokasi pabrik kemudian dibuat cara kerjanya
dalam melakukan preventive maintenance screw press AP-12 yang menjadi
topik khusus pada laporan ini.
5. Kesimpulan dan Saran
Rangkuman dari uraian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya dan akan
diberikan suatu rekomendasi terhadap kekurangan ataupun masukan-masukan
terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Pengumpulan Data

Pada Kerja Praktek (KP) ini penulis melakukan pengamatan pada


perawatan dan perbaikan ScrewPress AP-12 di PT. Perkebunan Nusantara V Sei
Pagar. Pada Mesin Screw Press ini dilakukan beberapa perawatan agar tidak

37
mengalami kerusakan yang cepat. Screw press ini berfungsi sebagai pemisah
antara minyak dan daging buah (brondolan).

4.2 Screw Press


4.2.1 Pengertian Screw Press
Screw press adalah suatu alat yang terdapat pada pabrik kelapa sawit yang
yang berada pada unit pengempaan. Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak
dari daging buah dengan cara pengepresan. Worm Screw, press cage adalah salah
satu komponen utama pada mesin pengekstraksi minyak mentah kelapa sawit
(Crude Palm Oil). Kapasitas kerja screw press dihitung dalam bentuk TBS/jam.
Screw press pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada
Gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Screw Press

4.2.2 Bagian Utama Screw Press

Bagian-bagian alat screw press diperlihatkan pada Gambar 4.2.

38
Gambar 4. 2 Bagian Utama Screw Press (Www.Academi.Edu.Com)

1. Inlet
Inlet terpasang di bagian atas casing screw press yang berfungsi sebagai tempat
masuknya berondolan sawit yang telah mengalami proses pelumatan dan
pencincangan dari yang berasal dari digester. Inlet pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4. 3 Inlet Screw Press

2. Casing

39
Casing screw press terbuat dari plat mild steel minimal 10 mm berbentuk kotak
dengan dilengkapi pintu sebelah kanan, kiri dan atas. Dibagian atas ada 2 pintu
yaitu pintu yang berfungsi untuk melihat kondisi press silinder serta pintu
penghubung screw press dengan corong umpan dari digester atau yang disebut
dengan inlet. Casing pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan
pada Gambar 4.4.

Gambar 4. 4 Casing Screw Press

3. Worm screw
Worm screw terdapat di dalam press silinder pada mesin screw press. Worm
screw Terbuat dari baja tuang dengan ukuran tertentu tergantung kepada
kapasitas bahan olahan yang dapat dilakukan oleh screw press. Satuan
kapasitas kerja screw press adalah ton/ jam. Worm screw pada PT. Perkebunan
Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4. 5 Worm Screw

40
4. Press cage
Press cage terdapat di dalam casing mesin screw press. Alat tersebut terbuat
dari plat baja yang diperkuat dengan tulangan plat mild steel setebal 8 mm.
Press silinder dapat juga disebut sebagai saringan, dimana alat ini akan
menyaring fiber daging buah sawit agar tidak terbawa ke cairan minyak yang
mengalami pengepresan. Press cage pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei
Pagar diperlihatkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4. 6 Press Cage

5. Hydraulic Double Cone


Hydraulic double cone terdapat di depan casing screw press. Alat ini berfungsi
untuk memberikan tekanan yang berlawanan arah dengan daya dorong double
screw. Akibat tekanan yang berasal dari hydraulic double cone maka minyak
akan keluar dari fiber yang ditekan melalui press cage. Hydraulic double cone
pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 4.7.

(a) (b)

Gambar 4. 7 Hydraulic Double Cone


(a) Sistem Hidrolik
(b) Double Cone Mesin Screw Press

41
6. Gearbox
Gearbox terdapat dibagian belakang body screw press. Pada gearbox terdapat
primary dan secondary screw yang dihubungkan dengan gear agar putaran
double screw saling berlawanan arah. Di sisi gearbox terdapat tabung sight
glass untuk melihat level pelumas. Disamping itu di sisi luar dilengkapi dengan
lubang dibagian atas untuk melihat kondisi bantalan. Gearbox pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Gearbox Screw Press

7. Motor Listrik
Motor listrik berfungsi sebagai sumber penggerak mesin pada screw press.
Motor ini selanjutnya dihugungkan dengan gearbox agar putaran pada motor
dapat direduksi sesuai dengan putaran pada screw press. Motor listrik pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 4.9.

Gambar 4. 9 Motor Listrik Screw Press

42
4.2.3 Cara Kerja Screw Press

Gambar 4. 10 Cara Kerja Screw Press

Fungsi screw press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang
dan dilumatkan dalam digester. Akibat proses pemerasan ini minyak kasar dapat
dipisahkan dari berondolan tersebut. Proses kerja yang terjadi pada screw press
diawali dengan memasukkan buah sawit yang berasal dari digester ke dalam feed
screw conveyor. Selanjutnya feed screw conveyor mendorong buah sawit tersebut
masuk kedalam mesin pengempa (twin Screw press). Dengan adanya tekanan
screw dan ditahan oleh cone, maka buah sawit mengalami proses pengempaan
sehingga minyaknya keluar dari buah. Minyak yang dihasilkan oleh mesin press
dialirkan ke oil vibrating scren dan kemudian dialirkan ke crude oil tank untuk
diproses lebih lanjut. Sedangkan serabut dan biji buah sawit yang masih
mengandung 4% minyak dialirkan ke cake breaker conveyor untuk proses
selanjutnya.

Pengoperasian screw press diawali dengan menghidupkan motor listrik


melalui tombol pada panel. Motor listrik memiliki daya 22 Kw dan putaran 1465
rpm. Selanjutnya putaran motor ditransmisikan melalui pulley dan sabuk menuju
gearbox. Pada gearbox putaran motor direduksi menjadi 12 rpm. Selanjutnya
putaran tersebut ditransmisikan ke screw press dengan bantuan roda gigi. Roda
gigi pada gearbox berkontak langsung roda gigi yang ada pada masing-masing
screw press. Hal ini menyebabkan putaran screw press menjadi berlawanan arah
antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan arah putaran screw press ini

43
selanjutnya menyebabkan buah sawit yang masuk kedalam press cage mengalami
proses pengempaan sehingga minyak yang terdapat dalam buah sawit terpisah dari
ampasnya. Agar memudahkan proses penyaringan, minyak hasil proses
pengampaan dicampur dengan air panas yang dimasukkan melalui press cage
sehingga keketalan minyak jadi berkurang dan mudah untuk dialirkan.
Pada bagian depan screw press terdapat dua buah konus yang digerakkan
dengan bantuan sistem hidrolik dengan tekanan 40-50 Bar. Gerakan konus
tersebut berupa gerakan maju mundur sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan.
Tujuanya adalah untuk meningkatkan daya tekan pada saat proses pengepresan
sehingga minyak yang dihasilkan menjadi maksimal.

4.2.4 Tipe Screw press


Screw press memiliki tiga tipe berbeda yang umumnya digunakan dalam
PKS yaitu Speichim, Usine de wecker dan stork. Ketiga jenis screw press ini
mempunyai efisiensi pengempaan yang berbeda-beda. Alat kempa Speichim
memiliki feed screw, sehingga kontinyuitas dan jumlah bahan yang masuk
konstan. Kontiunyuitas adonan yang masuk kedalam Screw press mempengaruhi
volume adonan sawit didalam press cage. Jika volume adonan dalam press cage
tidak penuh maka tekanan adonan menjadi berkurang sehingga oil losses yang
terjadi dalam ampas sawit akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik kelapa
sawit lebih memilih screw press yang menggunakan feed screw, karena pengisian
press cage yang lebih efektif. Selain itu juga dalam melakukan proses
pengempaan tekanan yang di berikan tidak terlalu besar sehingga oil losses yang
terdapat pada ampas sawit tidak terlalu tinggi.

4.3 Perawatan Screw Press


Adapun perawatan beberapa komponen kritikal screw press yang
dilakukan pada PKS PT. Perkebunan Nusantara V Sei Pagar adalah sebagai
berikut :
1. Perawatan bantalan (bearing)
Bearing adalah suatu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
elemen pada sebuah mesin yang berputar. Pada bearing pada mesin screw press
dilakukan setiap 100 jam, yaitu dengan memberikan pelumasan (grease).

44
Pelumasan ini dilakukan pada saat mesin tidak bekerja. Salah satu bearing
yang dilakukan perawatan diperlihatkan pada Gambar 4.11.

Gambar 4. 11 Bearing

2. Perawatan sistem hidroulik


Perawatan hidrolik dilakukan fokus pada pengecekan kebocoran yang terjadi
pada hose dan sambungannya. Disamping itu untuk mencegah kebocoran hose
dan sambungannya maka hose sistem hidrolik dibersihkan secara berkala.
Karena dengan bocor nya hose dapat menurunkan teknan yang yang dihasilkan
oleh konus. Hal ini mengakibatkan unjuk kerja mesin screw press jadi tidak
maksimal, sehingga minyak yang dihasilkan juga tidak maksimal. Selain
kebocoran yang menyebabkan tekanan hidrolik berkurang diperlihatkan oleh
Tabel 4.1
Tabel 4.1 KekuranganTekanan Pada Sistem Hidrolik

NO Disebabkan Cara mengatasi


1 Minyak jenuh akibat Hentikan sejenak agar memberikan waktu
gelembung udara untuk mengendapkan udara sebelum
pompa hidrolik dihidupkan kembali.
2 Minyak hidrolik bercampur Minyak hidrolik diganti.
dengan air

3 Pompa hidrolik sudah rusak Pompa diganti baru.

4 Saringan hidrolik tersumbat Gantiseal kit.


Saringan minyak diganti baru.

45
Disamping perawatan hose pada sistem hidrolik juga dilakukan pengantian oli
setiap setahun sekali. Bentuk sistem hidrolik screw press diperlihatkan pada
Gambar 4.12.

Gambar 4. 12 Sistem Hidrolik Screw Press

3. Perawatan sistem transmisi V-belt.


Perawatan pada sistem transmisi V-belt dilakukan adalah untuk melihat
ketegangan pemasangan V-belt. Apabila V-belt kendor dapat menyebabkan
terjadinya slip, sehingga daya yang ditransmisikan dari motor ke mesin tidak
maksimal. Akibatnya mesin tidak bisa bekerja secara maksimal. Disamping itu
agar memperpanjang umur pemakaian V-belt, maka harus dilumasi setiap
seminggu sekali. Sistem transmisi V-belt diperlihatkan pada Gambar 4.13.

Gambar 4. 13 V-belt

4. Perawatan press cage (pelat saringan minyak).

Perawatan ini dilakukan dengan cara membuka dan membersihkan lubang-


lubang saringan yang mengalami penyumbatan. Penyumbatan press cage
disebabkan oleh pecahan dari cangkang buah sawit yang terlalu kecil. Press

46
cage wajib diganti apabila lubang-lubang saringan tersebut sudah mengalami
penyumbatan yang sangat besar dan tidak dapat dilakukan Pembersihan lagi.
Penggatian pada press cage dilakukan 1 tahun sekali. Press cage pada PT.
Perkebunan Nusantara V Sei Pagar diperlihatkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4. 14 Press Cage

4.4 Perbaikan Screw Press


1. Perbaikan worm screw yang sudah aus dan rusak
Perbaikan dan perawatan yang dilakukan pada worm screw yang sudah aus
adalah dengan melakukan rebuild yaitu penambahan logam kebagian yang
mengalami keausan dengan cara pengelasan seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4.15. Aus pada worm screw disebabkan gesekan akibat fiber. Cara
mengatasi keausan pada worw screw adalah dengan menambah ketebalannya,
yaitu dengan cara mengelaskan plat pada permukaan worm screw yang sudah
ada. Disamping itu untuk mencegah keausan worm screw juga dapat dilakukan
dengan meningkatkan kekerasan (hardening) permukaan material worm screw
dengan sistem heat treatment.

Gambar 4. 15 Screw Worm

47
2. Penggantian screw worm.
Penggantian worm screw pada mesin screw press dapat dilakukan dengan cara
berikut ini:
Membuka lock nut yang berada pada bagian tengah screw worm dengan
menggunakan kunci inggeris atau kunci monyet.
Arah putaran motor dibalik dengan cara menukar posisi kabel sumber arus
positif menjadi negatif dan sebaliknya. Setelah itu motor dihidupkan,
akibatnya lock nut akan terlepas.
Tarik worw screw satu persatu sehingga keduanya lepas dari main shaft.
Setelah kedua worw screw lepas, tarik kedua-duanya keluar secara
bersamaan dari press cage.
3. Worw screw sering patah
Akibat gesekan dengan fiber dan tekanan yang tinggi pada saat proses
pengempaan maka dapat menyebabkan worm screw menjadi patah. Disamping
itu masih ada beberapa penyebab yang lain yang menyebabkan screw press
patah seperti yang disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Worw screw sering patah

NO Disebabkan Cara mengatasi


1 Ada asing seperti batu, besi Pasangkan penangkal besi seperti
yang masuk ke dalam press Magnetik Trap pada jalur sebelum buah
cage masuk ke digester.
Periksa settingan pegas pada overload
relay agar trip pada saat beban
berlebihan
2 Buah sisa olahan lama yang Kosongkan buah dalam press cage pada
mengeras,tidak dibersihkan saat mesin berhenti operasi.
pada saat mesin akan Selalu bersihkan sisa olahan lama.
dioperasikan.
3 Treated lock Nut kendor Sebelum beroperasi, periksa
kekencangan Treated Lock Nut.

48
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menjaga screw press selalau berada dalam kondisi siap beroperasi dan
mempunyai unjuk kerja yang maksimum maka diperlukan perawatan secara berkala
pada masing-masing komponen kritikalnya. Adapun beberapa perawatan yang
dilakukan terhadap komponen screw press adalah sebagai berikut :

1. Bearing dilakukan perawatan setiap hari, yaitu dengan memberikan plumas


(grease) pada saat mesin tidak broprasi.
2. Hidrolic cylinder dilakukan setiap satu minggu sekali, yaitu pembersihan pada
selang-selang aliran hidrolik ke screw press.
3. V-belt dilakukan perawatan setiap satu minggu sekali, yaitu pengecekan
ketegangan v-belt dan melakukan pelumasan pada v-belt yang aus akibat gesekan.
4. Press cage dilakukan perawatan setahun sekali yaitu membersikan lubang-lubang
saringan yang mengalamai penyumbatan yang disebabkan oleh pecahan dari
cangkang buah sawit yang yang terlalu kecil.
5. Worm screw dilakukan pengantian Akibat gesekan dengan fiber dan tekanan yang
tinggi pada saat proses pengempaan maka dapat menyebabkan worm screw
menjadi patah. Selain fiber ada juga benda keras atau besi yang masuk kedalam
press cage dan buah sisa olahan lama yang mengeras tidak dibersihkan pada saat
mesin tidak dioprasikan.
6. Perbaikan yang biasa dilakukan pada worm screw yaitu melakukan rebuild dengan
penambahan logam, yaitu dengan cara mengelaskan plat pada permukaan worm
screw yang sudah ada. Disamping itu untuk mencegah keausan worm screw juga
dapat dilakukan dengan meningkatkan kekerasan (hardening) permukaan material
worm screw dengan sistem heat treatment.

BAB VI

KESIMPULAN

49
Dari perawatan mesin screw press pada PT. Perkebunan Nusantra V Sei Pagar
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perawatan Screw Press harus benar-benar terjadwal sehingga kerusakan pada
mesin press ini dapat diminimalisir.
2. Penggantian komponen-komponen pada mesin press sangat rumit untuk itu pada
saat membuka dan memasang komponen harus sesuai dengan manual book yang
telah tersedia.
3. Pengecekan kebocoran pada pipa hidrolik harus benar-benar teliti, karena disinilah
proses losses pada minyak sering terjadi disebabkan tekanan yang dihasilkan pada
sistim hidrolik tidak maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

50
Afriza Rifasiro, 2009, Maintenanace digester dan screw press di PT. Perkebunan
Nusantara V PKS Sei Intan, Laporan Kerja Praktek, Universitas Riau,
Pekanbaru.

PT.Sempurna Jaya Laju, Instalasion, Operation, maintenance Manual & Park List
Book. Laju Sempurna jaya, Medan, Indonesia.

Admi Aksa Reysca, 2013, Corrective Maintenance & Analisis Keausan Worm Screw
Press Ap-17 Pada PT. Perkebunan Nusantara V Pks Sei Galuh, Laporan Kerja
Praktek, Universitas Riau, Pekanbaru.

www.academi.edu.com diakses pada tanggal 3 maret 2015, pukul 20.00 WIB

Ruben Novian, 2010, Corrective Maintenance Worm screw Press Dengan Kapasitas
Olah 10 Ton Buah Sawit/Jam Menggunakan Analisa Kegagalan. Universitas
Sumatra Utara.

Oktarian Derik, 2014, Perawatan Screw Press pada PT. Perkebunan Nusantara V Sei
Galuh. Laporan Kerja Praktek, Universitas Riau, Pekanbaru.

51
LAMPIRAN

52
LAMPIRAN A

Gambar A-1 Spesifikasi Screw Press

53
LAMPIRAN B

Gambar B-1 Bagian bagian screw press

54
55
56

Anda mungkin juga menyukai