Anda di halaman 1dari 10

ICRA

Infection Control Risk Assesment

2015
PENILAIAN RISIKO INFEKSI RUMAH SAKIT

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu tugas dari TIM PPI adalah mengidentifikasi praktik-praktik pengontrolan

infeksi yang tidak aman dan berisiko, serta membuat rekomendasi tindakan pencegahan yang

efektif biaya dan membantu fasilitas kesehatan untuk membuat prioritas. Tujuan ini dapat

tercapai dengan menerapkan konsep manajemen risiko.

Risiko adalah kemungkinan untuk terjadinya kesalahan atau kehilangan. Manajemen

risiko merupakan pendekatan proaktif yang bertujuan untuk mencegah atau meminimalisasi

terjadinya kerusakan. Masalah yang potensial diidentifikasi dan potensinya untuk menimbulkan

kerusakan dinilai. Kemudian dibuat rencana tindakan (aksi) untuk menurunkan kecenderungan

masalah menjadi meningkat atau membatasi kerusakan yang diakibatkan. Dalam PPI risiko dapat

berupa suatu agen biological yang berpotensi menyebabkan infeksi atau suatu mekanisme yang

membuat transmisi agen infeksius terjadi.

Manajemen risiko dapat dibagi menjadi 4 tahap penting yaitu:

1. Identifikasi risiko

2. Analisis risiko

3. Pengontrolan risiko

4. Monitoring risiko

Setelah risiko diidentifikasi, kecenderungan akibat terhadap pasien harus diperkirakan.

Hal ini dapat diperoleh dengan menganalisis 4 pertanyaan kunci, yaitu:

1. Mengapa infeksi terjadi?

2. Seberapa sering infeksi terjadi? (tabel 1)

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


3. Apakah kecenderungan akibat yang terjadi jika tindakan yang sesuai tidak diambil? (tabel

2)

4. Berapakah biaya untuk mencegahnya?

Tabel 1: Probabilitas risiko


Rating Probabilitas Keterangan
4 1 : 10 hampir pasti atau sangat mungkin terjadi
3 1 : 100 Kemungkinan besar akan terjadi (highly probable)
2 1 : 1000 Mungkin untuk kadang-kadang terjadi (possible)
1 1 : 10000 Jarang dan tidak diperkirakan terjadi (rare)

Tabel 2: Severity Rating


Rating Deskripsi Keterangan
20 30 High atau major Efek besar terhadap pasien yang dapat menyebabkan
kematian atau konsekuensi jangka panjang
10 19 Moderate Efek sedang yang dapat menyebabkan konsekuensi
jangka pendek
19 Low risk atau minor Efek minimal dengan tanpa atau konsekuensi minimal

Setelah semua informasi mengenai severity, frekuensi dan biaya pencegahan didapatkan,
prioritas aksi dapat dibuat dengan menghitung rating risiko dengan cara berikut:

Risk rating = Severity x Frekuensi (probabilitas) x Biaya pencegahan

Rating risiko dengan skor yang paling tinggi menjadi perhatian segera. Menghitung rating

risiko membantu TIM PPI mengerti konsekuensi sebenarnya dari insiden yang tidak diharapkan

dan membantu TIM PPI menentukan prioritas dengan cara paling efektif (gambar 1).

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


Berdasarkan hal ini TIM PPI RS Hosana Medica Cikarang Baru membuat Manajemen Risiko

seperti pada tabel 3 di bawah ini.

Gambar 1. Membuat Prioritas

A. PLEBITIS

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa TIM PPI menetapkan masalah phlebitis menjadi prioritas

utama yang akan menjadi fokus program. Berdasarkan data surveilans tahun 2016, Rata-rata

angka phlebitis adalah 7,12, melebihi standar yaitu 3. Batas atas dan bawah 3 sigma

adalah 12,05 dan 2,18. Bila dilihat data per bulan, setiap bulan selalu melebihi standar

kecuali bulan Maret dan pada bulan Januari melebihi 3 sigma. Pada bulan Maret angka

phlebitis berada di bawah standard dan di bawah 3 sigma, namun angka phlebitis kembali

naik pada bulan-bulan berikutnya. Karena rata-rata angka phlebitis adalah 7,12 atau 7,12 :

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


1000 atau 1 : 140, maka berdasarkan tabel 1 yaitu probabilitas risiko frekuensi phlebitis berada

pada rating 3 (1 : 100) atau highly probable.

Plebitis tidak menimbulkan dampak yang berat atau membahayakan jiwa. Infeksi ini

bersifat lokal, namun dapat menjadi pintu masuk terjadinya sepsis atau IADP terkait pemasangan

kateter intravaskuler yang mengancam jiwa. Selain itu phlebitis dirasakan nyeri oleh pasien dan

menyebabkan pasien harus dipasang infus di tempat lain, sehingga dapat berdampak buruk

terhadap kepuasan pasien. Oleh karena itu, berdasarkan tabel 2 severity rating, dampak phlebitis

dimasukkan dalam kategori moderate yaitu efek sedang yang dapat menyebabkan konsekuensi

jangka pendek, dengan nilai 15.

Plebitis dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:

Tindakan yang tidak aseptis saat pemasangan

Tindakan yang tidak aseptis saat pemasukan obat-obatan melalaui intravaskuler line.

Iritasi saat penyuntikan obat misalnya karena pengenceran obat yang tidak benar, kecepatan

penyuntikan yang tidak sesuai., dll.

Ketidaksesuaian antara kateter iv dengan diameter pembuluh darah vena

Pergerakan yang berlebihan pada daerah insersi kateter iv

Berdasarkan Guidelines for the Prevention of Intravascular Catheter-Related Infections

tahun 2011 dari CDC salah satu cara untuk menurunkan infeksi terkait pemasangan kateter

intravaskular adalah dengan pembentukan IV team dan sosialisasi serta pengujian kompetensi

pemasangan kateter intravaskuler secara terus menerus. Oleh karena itu untuk mengontrol hal

tersebut TIM PPI membuat beberapa kegiatan yaitu:

Workshop infus

Diskusi panel mengenai phlebitis

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


Revisi SPO terkait

Dari segi biaya semua tindakan untuk mengontrol angka phlebitis membutuhkan biaya

yang rendah. Dibandingkan risiko yang lain phlebitis memiliki angka frequency x severity yang

tertinggi yaitu 3 x 15 = 45. Jadi sesuai dengan gambar 1 penentuan prioritas maka risiko phlebitis

adalah high priority.

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


NO RISIKO FREQUENCY SEVERITY CONTROL Frequenc COST PRIORITY
yX
Severity
1 Plebitis Data: Jan-Des 2011 Infeksi bersifat Pembentukan 3 x 15 = Rendah High priority
Rata-rata 7,12, melebihi local, namun dapat IV team 45
standar yaitu 3, menjadi pintu Revitalisasi tim
Batas atas dan bawah 3 masuk terjadinya phlebitis
sigma adalah 12,05 dan IADP Revisi SPO
2,18 Dampak buruk terkait
Setiap bulan selalu melebihi terhadap kepuasan Sosialisasi
standar kecuali bulan Maret pasien). ulang tindakan
Bulan Jan melebihi 3 sigma aseptik
Bulan Maret di bawah (moderate = 15) khususnya
standard dan di bawah 3, pemasangan
namun angka phlebitis infuse
kembali naik pada bulan-
bulan berikutnya.

(highly probable = 3)

2 VAP Data: Jan-Des 2011 Infeksi berat Revisi SPO 2 x 20 = Rendah Intermediate
Rata-rata 2,67, dibawah terkait 40 priority
standar yaitu 10 (high atau major = 20) Sosialisasi
Batas atas dan bawah 3 ulang
sigma adalah 21,46 dan
2,67
Bulan Feb dan Mei

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


melebihi standar 10,
namun dalam batas 3
sigma.

(Possible = 2)

3 ISK Data: Jan-Des 2011 Infeksi sedang, dapat Revisi SPO 2 x 15 = Rendah Intermediate
Rata-rata 1,47, dibawah menjadi urosepsis terkait 30 priority
standar yaitu 1,5 Sosialisasi
Batas atas dan bawah 3 (moderate = 15) ulang tindakan
sigma adalah 8,11 dan aseptik
0 khususnya
Desember: melebihi pemasangan
standar 1,5 dan 3 kateter
sigma

(Possible = 2)

4 Dekubitu Data: Jan-Des 2011 Infeksi sedang Revisi SPO 2 x 15 = Rendah Intermediate
s Rata-rata 0,629%, terkait 30 priority
dibawah standar yaitu (moderate = 15) Sosialisasi
1,5% ulang
Batas atas dan bawah 3 pencegahan
sigma adalah 3,051% dan dekubitus
0%
Bulan Agust melebihi
standar
Bulan Okt melebihi

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


standard an batas atas 3
sigma

(Possible = 2)

5 IADP Data: Jan-Des 2011 Infeksi berat Revisi SPO 1 x 25 = Rendah Intermediate
Rata-rata 0,15, dibawah terkait 25 priority
standar 3 (high atau major = 25) Sosialisasi
Batas atas dan bawah 3 ulang tindakan
sigma adalah 0,869 dan aseptic
0 khususnya
Setiap bulan selalu di pemasangan
bawah standar infuse
Terdapat masing-masing
satu kejadian di bulan Jan,
April, Juni, Nov.

(Rare = 1)
6 ILO Data: Jan-Des 2011 Infeksi berat Sosialisasi ulang 1 x 20 = Rendah Low priority
Rata-rata 0,075%, tindakan aseptik 20
dibawah standar yaitu (high atau major = 20)
1,5%
Batas atas dan bawah 3
sigma adalah 0,78 % dan
0%
Setiap bulan selalu di
bawah standar dan dalam
batas 3 sigma

TIM PPI RSIA ANANDA 2016


(Rare = 1)

TIM PPI RSIA ANANDA 2016

Anda mungkin juga menyukai