Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak. Kekurangan atau
defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah. Di dunia, defisiensi besi
terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia
sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang
dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang
mengalami defisiensi besi tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para penulis.
Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi:
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia megaloblastik
3. Anemia hipopalstik
4. Anemia hemolitik
Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi besi, yang
merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil.
Dalam makalh ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta asuhan
keperawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian dari Defisiensi Besi ?
2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ?
4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi &
Imunologi yang berjudul Askep Anemia Defisiensi Besi . Tujuan khusus penulisan makalah
ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis
ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling
sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan
nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa kira-
kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari selama
15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan
untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu untuk
mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus direabsorbsi
setiap hari.
Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar
berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di antaranaya
menderita ADB.
ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena
defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku
(kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian
besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan tubuh
terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau gangguan mental yang lainnya yang dapat
berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus
dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada tahap awal
kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika kekurangan berlanjut
kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan hemoglobin akan
terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi.
Anemia yang disebabkan kekurangan besi untuk sintesa Hemoglobin.
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan
yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
2.2 Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak
baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis

2.3 Patofisiologi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi semakin
menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila
kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang. Sehingga
menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan
ini disebut iron deficien erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer,
sehingga disebut iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel
serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku epitel mulut dan faring,
serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe
mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit
mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
1. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
2. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan menimbulkan
simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
3. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok
4. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat kompensasi
adalah:
Peningkatan curah jantung dan pernafasan
Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, redistribusi aliran
darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering di
kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar
pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan
kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan
merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran
mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi
pada SS
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10
g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila
kadar Hb turun <> 100 g/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah
sebagai berikut :
a. Koilorikia Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan
menjadi cekung seperti sendok.
b. Atrofi papilla lidah Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
2.5 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan
sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg besi
elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai adalah
ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop).
Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6 mg besi
elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan
selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2
Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat
menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb
tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini
mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan :
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang
sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC
dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat
aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan
kadar Hb < style="font-weight: bold;">II.
2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum
Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari
hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)

Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta
memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat
diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat
secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan
pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak
dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
4. Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada masa awal
kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi
sampai usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang
kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan,
memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian PASI (susu
formula) yang mengandung besi.
2.6 Komplikasi
1.Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
2.Daya konsentrasi menurun
3.Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.
2.7 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Defisiensi Besi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan
arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1) Anamnesa
a. Identitas Pasien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing.
c. Riwayat Kesehatan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien dulu pernah
kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi
besi yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja
Toleransi terhadap latihan rendah
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Takikardia/taipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
Ataksia, tubuh tidak tegak
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan)
Riwayat endokarditis infektif kronis
Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda :
TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural
Disritmia Abnormalitas EKG, misl. depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T
: takikardia
Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB)
Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)
dan dasar kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan);
kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)
Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)
Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)
c. Integritas Ego
Gejala :
Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal : penolakan transfuri darah
Tanda :
Depresi

d. Eliminasi
Gejala :
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB)
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine

Tanda :
Destensi abdomen
e. Makanan/Cairan
Gejala :
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB)
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah dispepsia, anoreksia
Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat tanah liat dan
sebagainya (DB)
Tanda :
Lidah tampak merah daging/halus 9AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12.
Membran mukosa kering pucat
Turgor kulit : Buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB)
Stomatis dan glositis (status defisiensi)
Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)
f. Higiena
Tanda :
Kurang bertenaga, penampilan tak rapih
g. Neurosensori
Gejala :
Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki (AP): KLAUD
Sensasi menjadi dingin
Tanda :
Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis
Mental tak mampu berespon lambat dan dangkal
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP)
Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis
(AP)
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB)
i. Pernapasan
Gejala :
Riwayat TB, abses paru
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda :
Takipnea, ortopnea dan dispnea
j. Keamanan
Gejala :
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis. Benzen, insektisida, fenilbutazon, naftalen
Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan
Riwayat kanker, terapi kanker
Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Tanda :
Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis (aplastik)
k. Seksualitas
Gejala :
Perubahan aliran menstruasi, mis. Menoragin atau amenore (DB)
Hilang libido (pria dan wanita)
Impoten
Tanda :
Serviks dan dinding vagina pucat
3. Pemeriksaan SADT
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat hipokrom, mikrositik,
kadang ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk pensil/ pencil cell. Jumlah retikulosit
rendah sebanding dengan derajat anemia.
4. Pemeriksaan Fisik
Anemis, tidak disertai ikterus.
Organomegali dan limphadenopati
Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
jantung
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke jaringan
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, tidak mau makan
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen deng kebutuhan
miokard
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah

C. NCP
NO Diagnosa tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Klien akan Kaji keluhan nyeri, Nyeri pada anemia
nyaman nyeri b.d menunjukan lokasi dan lamanya membuat hipoksia
penurunan O2 ke kebutuhan Oksigen (skala 0-10). dan dapat
jaringan terpenuhi menimbulkan infark.
KH: Observasipetunjuk Petunjuk non verbal
Menunjukkan nyeri non verbal. yang dapat
postur badan rileks. Misal: denggan membantu
Bebas bergerak. bergerak, ekspresi mengevaluasi nyeri
Mampu istirahat wajah. dan keefektifan
dengan tepat. terapi.

Biarkan anak Meningkatkan


mengambil posisi kenyamanan dan
yang nyaman misal resiko terjadinya
gunakan posisi cedera menurunkan
miring, tinggikan nyeri dan
kepala sedikit pada meningkatkan
tempat tidur tanpa kenyamanan.
menggunakan bantal.

Lakukan pijatan Membantu
lokal hati-hati pada menurunkan
area luka. tegangan otot.

Lakukan kompres Hangat


hangat, basah untuk menyebabkan
sendi yang vasodilatasi,
sakit/nyeri meningkatkan
sirkulasi. Dingin
menyebabkan
vasokontriksi.
2. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Observasi adanya Merencanakan
berhubungan dengan tindakan tanda kerja fisik intervensi yang tepat.
kelemahan umum keperawatan (dispnea, sesak nafas,
selama 1 x 24 jam Untuk mencegah
kunang-kunang,
kelelahan.
diharapkan klien keletihan.
Meningkatkan
melaporkan Antisipasi dan bantu
peningkatan istirahat dengan
dalam aktifitas
intoleransi aktifitas. kehidupan tenang serta
sehari-
mencegah kebosanan
hari.
dan menarik diri.
KH : Beri pengalihan
Menunjukkan Untuk mendorong
aktifitas bermain.
pernafasan normal. kepatuhan pada
kebutuhan istirahat.
Mendapatkan

istirahat yang Pilih teman sekamar
cukup. Untuk pertukaran
yang sesuai dengan
TD dalam keadaan usia dan minat yang udara ug optimal.
normal sama. Untuk menentukan

Pertahankan posisi nilai dasar

fowler tinggi perbandingan selama


periode aktifitas.
Ukur tanda vital
selama istirahat
3. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan Berikan susu pada Terlalu banyak
kebutuhan asuhan bayi sebagai minum susu, akan
berhubungan dengan keperawatan makanan suplemen menurunkan
anoreksia, mual, selama 1 x 24 jam setelah makanan masukan makanan
muntah, tidak mau diharapkan anak padat diberikan. padat.
makan mendapatkan Sajikan makanan Mengurangi resiko
kebutuhan nutrisi sedikit tapi sering penurunan terjadi
yang tepat. dari pada 3 kali muntah.
KH : dalam porsi besar.
Berat badan anak Instruksikan keluarga Untuk memenuhi
kembali normal. untuk memberikan kebutuhan nutrisi dan
Anak mendapatkan asupan makanan suplemen yang
suplemen yang yang cukup dan dibutuhkan oleh
dibutuhkan missal suplemen (Fe). tubuh.
(Fe) Dorong klien untuk
Tidak mengalami makan semua Klien mungkin hanya
tanda malnutrisi. makanan atau makan sedikit karena
makanan tambahan. kehilangan minat
pada makanan serta
Berikan pilihan
mengalami mual.
makanan yang
Makanan yang
mereka sukai.
mereka makan pasti
Ukur masukan diet
dihabiskan.
harian dengan jumlah
Memberikan
kalori.
informasi tentang
kebutuhan
pemasukan atau
defisiensi.

4. Pola nafas tidak Setelah dilakukan- Auskultasi bunyi- Indikasi dema paru,
efektif b.d Ketidak perawatan selama nafas. sekunder akibat
seimbangan suplai 2x24jam tidak dekompensasi
oksigen deng terjadi perubahan jantung.
kebutuhan miokard pola nafas dg k.h: - Curiga gagal
TD: 120/80mmHg kongestif/kelebihan
Suhu : 37 C - Kaji adanya edema. volume cairan
HR : 60 x/i - Agar
RR: 20x/i memaksimalkan
ekpansi paru
- Posisikan pasien- Memenuhi
pada keadaan semi kebutuhan oksigen
fowler - Diuretik bertujuan
untuk menurunkan
- Berikan oksigen volume plasma dan
sesuai indikasi menurunkan retensi
cairan dijariangan,
- Kolaborasi sehingga
pemberian diuretik. menurunkan resiko
terjadi edema paru
5. Resiko tinggi Setelah dilakukan Tingkatkan cuci Mencegah terjadinya
terjadinya infeksi tindakan tangan yang baik kontaminasi
berhubungan dengan keperawatan oleh pemberi bakterial.
sistem pertahanan selama 1 x 24 jam perawatan dan klien. Menurunkan resiko
tubuh mampu untuk Pertahankan teknik infeksi bakteri.
mengidentifikasi aseptik ketat pada Menurunkan resiko
perilaku untuk prosedur perawatan. kerusakan kulit atau
mencegah Berikan perawatan jaringan.
menurunkan kulit. Untuk
infeksi. Lindungi klien dari meminimalkan
KH : kontak dengan pemejanan pada
Klien dan keluarga. individu yang organisme infektif
Kliwn tidak terinfeksi. Adanya bukti infeksi
menunjukkan bukti Pantau suhu. dan membutuhkan
infeksi. pengobatan.
6. Resiko perdarahan Setelah diberikan Awasi nadi, TD, dan Peningkatan nadi
b/d penurunan faktor asuhan CVP bila ada. dengan penurunan
pembekuan darah keperawatan TD dan CVP dapat
selama 24 jam menunjukkan
diharapkan anak kehilangan volume
dapat mnurunkan Catat perubahan darah sirkulasi,
resiko perdarahan. mental atau tngkat memerlukan evaluasi
KH : kesadaran lanjut.
Mempertahankan Perubahan dapat
homeastasis dengan menunjukkan
tanpa perdarahan. Dorong perbahan perfusi
Menunjukkan menggunakan sikat jaringan serebral
perilaku penurunan gigi halus sekunder terhadap
resiko perdarahan. hipoolemia,
hipoksemia.
Pada adanya
Gunakan jarum kecil
gangguan faktor
untuk injeksi, tekan pembekuan, trauma
lebih lama pada minimal dapat
bagian bekas menyebabkan
suntikan. perdarahan mukosa.
Meminimalkan
Hindarkan kerusakan jaringan,
penggunaan produk menurunkan resiko
yang mengandung perdarahan/hematom
aspirin a
kolaborasi Koagulasi
Awasi Hb/Ht dan memanjang,
faktor pembekuan berpotensi untuk
resiko perdarahan.
Berikan obat sesuai
indikasi. Vitamin Indikator anemia,
tambahan (contoh: perdarahan aktif/
vit K, D, C) terjadinya komplikasi
(contoh: KID)
Menungkatkan
sintesis protombin
dan koagulasi
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS :
Ny.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit
kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan
berkurang dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak
napas, dan klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak
pucat, pada sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien tampak melengkung
seperti sendok.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 110/70 mmHg, Suhu : 350 C, HR :
89x/i, RR : 25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.

A. PEN DS : Nafsu makan menurun, Gangguan nutrisi


GK Klien mengatakan nafsu makan mual kurang dari
AJI berkurang, mual kebutuhan tubuh.
AN Klien mengatakan sebelum
sakit BB nya 50 Kg
DS : DO :
Klien Klien tampak pucat
men klien tampak lemas
gata BB 50 Kg
kan
dada
nya
nyeri
,
sesa
k
nafa
s
Klien
men
gata
kan
sesa
k
napa
s dan
lema
s,
cepa
t
lelah
pada
saat
bera
ktivi
tas
Klien
men
gata
kan
nafs
u
mak
an
berk
uran
g
Klien
men
gata
kan
berat
bada
n
sebel
um
sakit
50
Kg

DO :
Klien
tamp
ak
puca
t,
kuku
pasie
n
tamp
ak
mele
ngku
ng
TD :
110/
70
Suhu
: 350
C
HR :
89x/i
RR :
25x/i
BB :
45
Kg

B. AN
ALI
SA
DA
TA
NO SIGN & SYMTOMP ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Penurunan O2 ke Gangguan rasa
Klien Mengatakan nyeri jaringan. nyaman nyeri
Do :
Klien Tampak meringis
TD : 110/70mmHg
HR : 89x/i
RR : 25x/i
2
3 DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
Klien Mengatakan sesak nafas antara suplai oksigen aktifitas
dan lemas, cepat lelah pada (pengiriman) dan
Saat beraktifitas. kebutuhan.
DO :
Klien Tampak Pucat
Klien tampak lemah
HR : 89x/i
RR : 25x/i
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan
yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak
baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis

3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta :

EGC

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to

Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.

Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York;

Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.

Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1.

Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html

Anda mungkin juga menyukai