Anda di halaman 1dari 5

ANTAGONISME ANTARA KAPANG ANTAGONIS T. viride DAN T.

atroviride
DENGAN KAPANG PATOGEN C. gloeosporioides

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikologi
yang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd
dan Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si

Oleh:
Kelompok 5
Offering GHI-P / S1 Biologi 2015

Ainun Sayyidah Zakiyah (150342601320)


Fitria Maulita (150342606010)
Lely Rindiyanti F.T.P (150342607238)
Mastika Marisahani Ulfah (150342607507)
Ratna Suryaningtya Sari (150342606547)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2017
ANTAGONISME ANTARA KAPANG ANTAGONIS T. viride DAN T. atroviride
DENGAN KAPANG PATOGEN C. gloeosporioides

A. Topik
Antagonisme antara kapang antagonis T. viride dan T. atroviride dengan kapang
patogen C. Gloeosporioides.

B. Tanggal dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Hari/Tanggal: Rabu, 8 November 2017 - Kamis, 9 November 2017
Pukul : 09.00 WIB - selesai
Tempat : Labolatorium Mikrobiologi O5. 305 Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Malang.

C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengamati aktivitas antagonisme antar kapang antagonis T. viride dan T.
atroviride dan kapang patogen C. gloeosporioides.
2. Untuk mengukur daya antagonisme beberapa spesies kapang antagonis T. viride
dan T. atroviride dan kapang patogen C. gloeosporioides.

D. Dasar Teori
Tanah merupakan tempat hidup tumbuhan dan berbagai jenis organisme lain
termasuk kapang. Aktiftas mikroorganisme dalam tanah seperti kapang mampu
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Menurut
manfaatnya, kapang terdiri atas kapang merugikan dan kapang yang menguntungkan.
Beberapa jenis kapang menyebabkan penyakit pada tanaman sehingga produktivitas
atau pertumbuhannya terhambat. Kapang ini disebut sebagai kapang patogen. Selain
kapang patogen terdapat jenis kapang yang mampu menghambat pertumbuhan kapang
patogen yakni kapang antagonis. (Hastuti, 2014)
Proses kapang antagonis untuk menghambat pertumbuhan kapang patogen
merupakan definisi antagonisme. Menurut Schubert et al. (2008) kapang antagonis
dapat menghambat pertumbuhan kapang patogen melalui 3 cara yakni
mikroparasitisme, antibiosis, serta kompetisi. Mikroparasitisme dilakukan oleh
kapang antagonis dengan cara membelitkan hifanya pada hifa kapang patogen. Selain
membelit, hifa kapang antagonis juga dapat menembus hifa kapang patogen atau
menempel pada hifa kapang patogen sehingga sel-sel hifa kapang patogen mengalami
lisis atau mengalami kekurangan nutrisi akibat dari penyerapan nutrisi dari hifa yang
dilakukan oleh hifa kapang antagonis. Pada antibiosis, kapang antagonis mampu
menghasilkan antibiotic yang mampu menghancurkan sel-sel kapang patogen
sehingga pertumbuhan kapang patogen terhambat. Sedangkan kompetisi merupakan
perebutan tempat hidup dan nutrisi dilingkungan antara kapang antagonis dan kapang
patogen.
Terdapat beberapa jenis kapang yang merugikan bagi tanaman seperti
Colletotrichum gloeosporioides. C. gloeosporioides termasuk dalam ordo
Melanconiales dan merupakan kelompok kapang patogen tular tanah yang dapat
menyebabkan tanaman budidaya seperti bercak coklat pada cabai. Menurut Alberida
et. al (2014) kapang C. gloeosporioides merupakan kapang parasit fakultatif dengan
konidia bersel satu dengan bentuk oval memanjang dan berukuran panjang 10-15 m
serta diameter 5-7 m. Konidium C. gloeosporioides tidak berwarna dan bersel 1.
Konidiofor yang dimiliki berbentuk sederhana.
Daya antagonisme antar spesies kapang berbeda tergantung jenis kapang
antagonis yang digunakan (Hastuti, 2014). Diantara jenis kapang patogen yang adalah
jenis kapang Trichoderrma spp. Penggunaan kapang Trichoderma spp. sering
digunakan sebagai agen pengendali hayati kapang patogen tanpa memunculkan
dampak negativ pada lingkungan (Puerwantisari, 2009). Lone (2012) menyatakan
bahwa Trichoderma spp. mampu menghasilkan senyawa trichodermin, trichodermol,
arzianolide serta enzim glucanase dan kitinase. Enzim tersebut digunakan untuk
menghancurkan dinding sel hifa kapang patogen dengan cara mendegradasi
polisakarida serta zat kitin penyusun sel hifa kapang patogen. Trichoderma spp. juga
membentuk senyawa gliotoksin dan viridin yang yang mampu menghambat
pertumbuhan kapang patogen. (Cook dan Baker, 1983). Mekanisme penghambatan
kapang Trichoderma spp. terhadap kapang patogen dengan mekanisme parasitisme
baik membelit, menempel maupun menembus dengan bantuan enzim yang dimiliki
(Ozbay, 2004). Menurut Djafarudin, (2000) kapang Trichoderma spp. memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat karena mampu memanfaatkan bahan organik dalam
tanah dengan baik sehingga lebih unggul untuk menguasai ruang dan tempat.
Jenis Trichoderma spp. yang sering digunakan adalah Trichoderma viride dan
Trichoderma atroviride. Tichoderma viride memiliki warna koloni hijau dan memiliki
hifa yang bersekat serta bercabang membentuk miselium. Melalui miselium ini akan
diproduksi berjuta-juta spora yang menyebabkan kapang T. viride memiliki daya
kompetitif yang tinggi (Kim et al. 2009). Sedangkan kapang Trichoderma atroviride
memiliki koloni yang menyerupai beludru dengan warna hijau hialin. Menurut
Barnett & Hunter (1972) konidia dari kapang ini berwarna hijau tua, berdinding halus
dan berbentuk subglobose. Kapang Trichoderma spp. yang digunakan untuk meneliti
daya antagonisme kapang perlu dibiakkan dalam sebuah medium. Medium yang
digunakan adalah medium PDA (Potato Dextrose Agar). PDA (Potato Dextrose Agar)
adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di laboratorium karena memiliki
pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang
membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk
pertumbuhan antara 25-30 C (Cappucino, 2014).

E. Alat dan Bahan


F. Prosedur Kerja
G. Data Hasil Pengamatan
H. Analisis Data
I. Pembahasan
J. Diskusi
K. Kesimpulan
L. Daftar Rujukan
Alberida, H., Eliza, & Lova, R. N. 2014. Pengaruh Minyak Atsiri Terhadap
Pertumbuhan Colletotrichum gloeosporioides (Penz). Sacc. Penyebab
Penyakit Antraknosa Buah Pepaya (Carica Papaya L.) Secara In Vitro. Jurnal
Saintek, 4 (1) : 57-64.
Barnett, H.L & Hunter, B.B. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Third
Edition. Minnesota: Burgee Publishing Company
Cappuccino, J.G. & Sherman N. (2014). Manual Laboratorium Biologi. Jakarta,
Indonesia.
Cook, R.J. dan H.K. Baker. 1983. The Nature and Practise of Biological Control of
Plant Pathogens. APS, St. Paul, Minnesota. 433 pp.
Djafaruddin. 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hastuti, Utami S. 2014. Penuntun Praktikum Mikologi. Malang: UMM Press.
Kim, W. G., Hong, S. K. & Lee, Y. K. 2009. Occurrence of Anthracnose on Highbush
Blueberry Caused by Colletotrichum Species in Korea. Mycobiology. 37(4):
310-312.
Lone, M.A., Mohd. R.W., dan Subzar A.S. 2012. Antagonistic Potentiality of
Trichoderma harzianum Against Cladosporium spherospermum, Aspergillus
niger and Fusarium oxysporum. Journal of Biology, Agriculture and
Healthcare ISSN 2224-3208 (Paper) ISSN 2225-093X Vol 2, No.8, 2012.
Ozbay, Nusret dan Newman, Steven E. 2004. Biological Control with Trichoderma
spp. with Emphasis on T. harzianum. Pakistan Journal of Biological Sciences,
7 (4), 478-484.
Purwantisari, Susiana dan Hastuti, Rini Budi. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen
Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman
Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. BIOMA, Juni
2009 ISSN: 1410-8801, Vol. 11, No. 1, Hal. 24-32. Semarang: Biologi,
FMIPA, Undip.
Schubert M., Siegfried Fink, dan Francis W.M.R. Schwarze. 2008. Invitro Screening
Of An Antagonistic Trichoderma Strains Againts Wood Decay Fungi.
Arboricultural Journal. Vol. 31, 227-248.

Anda mungkin juga menyukai