Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017

MODUL : Boiler

PEMBIMBING : Ir. Dwi Nirwantoro, M.T.

Tanggal Percobaan : 22 September 2016


Tanggal Penyerahan : 28 September 2016
(Laporan)

Oleh :

Kelompok : 1 dan 2
Nama : 1.Abdul Kholik NIM 141411001
2.Aldi Muhamad R. NIM 141411002
3. Arif Imanuddin NIM 141411003
4. Ayu Nurpitriani NIM 141411005
5. Citha Amelia NIM 141411006
Kelas : 3-A D-3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada umumnya, di industri selalu menggunakan uap dalam setiap prosesnya.
Boiler merupakan alat yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap yang
bertekanan, uap yang dihasilkan dialirkan ke alat-alat yang memerlukannya. Banyak
peralatan industri yang memerlukan uap dalam prosesnya. Contohnya stirer tank reactor
dan heat exchager.
Suatu proses yang terjadi memiliki efisiensi yang berbeda-beda, termasu pada
boiler. Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan
efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja atau tingkat unjuk kerja boiler atau ketel uap
yang didapatkan dari perbandingan antara energi yang dipindahkan ke atau diserap oleh
fluida kerja didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar (Ilmi, t.t).
Efisiensi yang kecil akan membuat industri mengalami kerugian terutama dalam hal
keuangan. Sebaliknya, jika efisiensinya besar, maka industri pun akan mendapatkan
keuntungan yang besar, terutama dalam hal keuangannya.
Salah satu cara meminimalasi kerugian industri, maka dilakukan analisa efisiensi
boiler dan mengatasi permasalahan yang menyebabkan efisiensinya menjadi kecil. Salah
satu cara yang paling efektif yaitu dengan menghitung efisiensi fuel-to-steam. Efisiensi
tersebut menekankan pada efisiensi bahan bakar, selain itu juga memerhatikan adanya
kerugian akibat adanya perpindahan panas radiasi dan konveksi.

1.2. Tujuan Percobaan


a. Menghitung efisiensi fuel-to-steam
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Boiler


Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana/wadah yang di dalamnya berisi air atau
fluida lain untuk dipanaskan. Energi panas dari fluida tersebut selanjutnya digunakan untuk
berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas ruangan, mesin uap, dan lain
sebagainya. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi
kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida
kerja.
Bejana bertekanan pada boiler umumnya menggunakan bahan baja dengan
spesifikasi tertentu yang telah ditentukan dalam standard ASME (The ASME Code Boilers),
terutama untuk penggunaan boiler pada industri-industri besar. Dalam sejarah tercatat
berbagai macam jenis material digunakan sebagai bahan pembuatan boiler seperti tembaga,
kuningan, dan besi cor. Namun bahan-bahan tersebut sudah lama ditinggalkan karena alasan
ekonomis dan juga ketahanan material yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan industry
(Onny, 2016).
Panas yang diberikan kepada fluida di dalam boiler berasal dari proses pembakaran
dengan berbagai macam jenis bahan bakar yang dapat digunakan, seperti kayu, batubara,
solar/minyak bumi, dan gas. Dengan adanya kemajuan teknologi, energi nuklir pun juga
digunakan sebagai sumber panas pada boiler.

2.2 Jenis-Jenis Boiler


a. Pot Boiler atau Haycock Boiler
Merupakan boiler dengan desain paling sederhana dalam sejarah. Mulai
diperkenalkan pada abad ke 18, dengan menggunakan volume air besar tapi hanya bisa
memproduksi pada tekanan rendah. Boiler ini menggunakan bahan bakar kayu dan batubara.
Boiler jenis ini tidak bertahan lama penggunaannya karena efisiensinya yang sangat rendah.

b. Fire-Tube Boiler (Boiler Pipa-Api)


Pada perkembangan selanjutnya muncul desain bari boiler yakni boiler pipa-api.
Boiler ini terdapat 2 bagian di dalamnya, yaitu sisi tube/pipa dan sisi barrel/tong. Pada
sisi barrel berisi fluida/air, sedangkan sisi pipa merupakan tempat terjadinya pembakaran.
c. Boiler Pipa Api

Gambar 2.1 Penampakan bagian dalam boiler jenis pipa api


Sumber: (Onny, 2016)

Boiler pipa-api biasanya memiliki kecepatan produksi uap air yang rendah, tetapi
memiliki cadangan uap air yang lebih besar.

d. Water-Tube Boiler (Boiler Pipa-Air)


Sama seperti boiler pipa-api, boiler pipa-air juga terdiri atas bagian pipa dan barrel.
Tetapi sisi pipa diisi oleh air sedangkan sisi barrel menjadi tempat terjadinya proses
pembakaran. Boiler jenis ini memiliki kecepatan yang tinggi dalam memproduksi uap air,
tetapi tidak banyak memiliki cadangan uap air di dalamnya.

e. Boiler Pipa-Air

Gambar 2.2 Penampakan bagian dalam boiler jenis pipa air


Sumber: (Onny, 2016)
f. Kombinasi Boiler Pipa-Api dengan Pipa-Air Firebox
Boiler jenis ini merupakan kombinasi antara boiler pipa-api dengan pipa-air.
Sebuah fireboxdidalamnya terdapat pipa-pipa berisi air, uap air yang dihasilkan mengalir ke
dalan barrel dengan pipa-api didalamnya. Boiler jenis ini diaplikasikan pada beberapa kereta
uap, namun tidak terlalu populer dipergunakan (Onny, 2016).

2.3 Komponen Utama Boiler dan Fungsinya


a. Tungku Pengapian (Furnace)
Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan
menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui pipa yang
telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran. Proses
perpindahan panas pada furnace terjadi dengan tiga cara:
1. Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau gas
yang akan menempel pada dinding tube sehingga panas tersebut akan diserap oleh fluida
yang mengalir di dalamnya.
2. Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa yang
menerima panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
3. Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan molekul-
molekul air sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air.
Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan
ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung dari sumber
panas yang diterima oleh tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian
atas, panas yang diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama. Jadi,
fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas yang terbuang dari ruang
pemanasan pertama, agar energi panas yang terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar,
dan untuk mengontrol panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak
mengalami penurunan panas secara berlebihan.
b. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat
terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air dengan
perbandingan antara 50% air dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh
uap, maka dipasangi sekat-sekat, air yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air
yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.

c. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam
drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan
lanjutan menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260C sampai 350C.
Dengan suhu tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan
turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.

d. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang
digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara
yang akan dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu
udara normal (suhu luar) yaitu 38C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara
tersebut akan meningkat menjadi 230C sehingga sudah dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap air dapat menganggu
proses pembakaran.

e. Dust Collector (Pengumpul Abu)


Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada pada
aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang. Keuntungan menggunakan alat
ini adalah gas hasil pembakaran yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu.
Alasannya tidak lain karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta
bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat akibat adanya
gesekan abu maupun pasir.
f. Pengatur Pembuangan Gas Bekas
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan) melalui
dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap. Damper pengatur gas asap
diatur terlebih dahulu sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar
damper dibuka maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.

g. Safety Valve (Katup pengaman)


Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi batas
yang telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup pengaman uap basah dan
katup pengaman uap kering. Safety valve ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum
yang telah ditentukan. Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm kuadrat,
sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg per cm kuadrat.

h. Gelas Penduga (Sight Glass)


Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk mengetahui
ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengontrolan ketinggian
air dalam ketel selama boiler sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara
berkala untuk menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat
dibaca.

i. Pembuangan Air Ketel


Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas.
Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh
sederhananya ialah munculnya busa yang dapat menganggu pengamatan terhadap gelas
penduga. Untuk mengeluarkan air dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang
terpasang pada drum atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah melewati batas yang telah
ditentukan.
2.4 Boiler DK 500, Nomor Mesin 19510013 Al
2.4.1 Deskripsi
Vertikal Steam Boiler DK 500 dengan merk DANKONG merupakan boiler dengan
efisiensi tinggi yang dapat memproduksi uap hanya dalam waktu 5 menit saja (PT. Taland
Utama Karisma Perkasa, 2015).
1. Dankong boiler dapat memproduksi uap dengan kandungan air sangat rendah dan dapat
digunakan pada industry yang memerlukan panas dan uap
2. Dankong boiler dilengkapi dengan instrument pengaman mekanik dan sistem automasi
elektrik sesuai prosedur dan klasifikasi boiler
3. Hemat ruangan dan bahan bakar dibandingkan dengan boiler jenis horisontal

2.4.2 Burner
Dankong boiler menggunakan burner jenis monoblock dengan sistem pembakaran 3
fase. Penggunaan burner pada jenis ini untuk memudahkan para pelanggan dalam
perawatan. Burner merupakan alat pembangkit api bahan bakar gas (gas burner).
Penyalaam api pertama dilakukan oleh dua buahelektroda ber-tegangan tinggi yang
berasal dari trafo ignition. Udara dihasilkan dari blower dihembuskan menuju combustion
head melalui sisi nozzle. Kemudian udara tersebut dicampurkan dengan bahan bakar yang
keluar dari nozzle. Kemudia udara yang telah bercampur bahan bakar tersebut menyentuh
api pada ujung elektroda sehingga terjadi api (PT. Taland Utama Karisma Perkasa, 2015).

2.4.3 Panel control

Gambar 2.3 Panel control


Sumber: (PT. Taland Utama Karisma Perkasa, 2015)
Panel control merupakan pusat pengendali Dankong boiler. Pada panel ini terdapat
beberapa saklar dan lampu untuk mengoperasikan burner dan water feed pump secara
otomatis. Pada panel control juga terdapat instrument dan indicator yang berfungsi untuk
mengatur, memantau serta mengendalikan Dankong boiler (PT. Taland Utama Karisma
Perkasa, 2015).
Panel control dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan operator dalam
mengoperasikan Dankong boiler.

2.4.4 Safety device


a. Safety valve
b. Electrical water level control
c. Pressure switch
d. Sight glass (level indicator)
e. Automatic burner controls
f. Autometic blowdown (optional)
g. Chymney temperature control
h. Pressure gauge
i. Pilot lamp indicator
j. Alarm

2.4.5 Cara kerja dankong boiler


a. Soft water (air yang telah melewati softener) masuk ke dalam ketel melalui water feed
pump sampai batas air di dalam ketel dicapai
b. Setelah air didalam ketel cukup maka burner akan menyala dan membakar pipa-pipa
dalam ketel sehingga air dalam ketel berubah menjadi uap
c. Uap tersebut ditampung didalam header atas kemudian dialirkan ke proses melalui
steam separator. Separator berfungsi untuk mengambat air yang terbawa oleh uap,
sehingga uap yang keluar dari separator mempunyai kandungan air yang sangat rendah
d. Setelah tekanan yang diinginkan tercapai maka secara otomatis burner akan mati dan
menyala kembali setelah tekanan turun
2.5 Efisiensi Boiler
Efisiensi boiler adalah sebuah besaran yang menunjukkan hubungan antara supply
energi masuk ke dalam boiler dengan energi keluaran yang dihasilkan oleh boiler. Namun
demikian, efisiensi pada boiler dapat didefinisikan ke dalam tiga cara yaitu:
a. Efisiensi Pembakaran
b. Efisiensi Termal
c. Efisiensi Bahan Bakar-Uap Air (Fuel-to-Steam)

2.5.1 Efisiensi pembakaran


Efisiensi Pembakaran Boiler secara umum menjelaskan kemampuan sebuah burner
untuk untuk membakar keseluruhan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar
(furnace) boiler. Efisiensi tipe ini dihitung dari jumlah bahan bakar yang tidak terbakar
bersamaan dengan jumlah udara sisa pembakaran (excess air). Pembakaran boiler dapat
dikatakan efisien apabila tidak ada bahan bakar yang tersisa di ujung keluaran ruang bakar
boiler, begitu pula dengan jumlah udara sisa.

Gambar 2.4 Hal-hal yang terjadi pada saat boiler beroperasi


Sumber: (Onny, 2016)

Untuk mendapatkan efisiensi pembakaran yang tinggi, burner dan ruang bakar
boiler harus didesain seoptimum mungkin. Di sisi lain perbedaan penggunaan jenis bahan
bakar juga mempengaruhi efisiensi pembakaran. Diketahui bahwa bahan bakar cair dan
gas (seperti LNG dan HSD) menghasilkan efisiensi pembakaran yang lebih tinggi jika
dibandingkan bahan bakar padat seperti batubara.
Menghitung efisiensi pembakaran boiler tidaklah sulit, kita hanya perlu mengurangi
jumlah total energi panas yang dilepas oleh pembakaran dengan energi panas yang lolos
melewati stack(cerobong asap), dibagi dengan total energi panas.

dimana,
: Efisiensi pembakaran boiler (%)
: Energi panas total hasil pembakaran (kalori; Joule)
: Energi panas lolos melewati cerobong asap (kalori; Joule)

Satu-satunya yang sulit dari efisiensi pembakaran adalah bagaimana mengejar angka
yang paling optimal. Efisiensi pembakaran ditandai dengan terbakarnya keseluruhan
bahan bakar di ruang bakar. Sedangkan parameter kontrol yang digunakan untuk
memastikan keseluruhan bahan bakar terbakar, adalah jumlah udara sisa pembakaran
(excess air) yang keluar melalui stack. Semakin banyak jumlahexcess air yang keluar
melewati cerobong asap, maka semakin kecil pula kemungkinan jumlah bahan bakar yang
belum terbakar bisa melewati cerobong asap. Namun juga, semakin banyak jumlah excess
air yang lolos melewati cerobong asap, jumlah energi panas yang lolos terbawa oleh udara
sisa tersebut juga semakin banyak. Maka dari itu ada angka optimum dari besaran excess
air, sehingga didapatkan efisiensi pembakaran boiler yang paling optimal (Onny, 2016)..

Gambar 2.5 Kurva pengaruh excess bahan bakar dan udara


Sumber: (Onny, 2016)
Nampak pada ilustrasi grafik di atas bahwa semakin tinggi jumlah udara (oksigen)
yang lolos melewatistack, maka akan semakin kecil jumlah bahan bakar termasuk karbon
monoksida yang belum terbakar sempurna. Namun juga seperti yang telah kita bahas di
atas, semakin tinggi jumlah excess air maka grafik efisiensi pembakaran kembali turun,
tidak lain hal ini dikarenakan energi panas yang ikut lolos dengan udara sisa tersebut.
Maka dapat dipastikan ada nilai paling optimum dari excess air sehingga didapatkan
efisiensi pembakaran paling baik. Sebagai gambaran saja, nilai excess air optimum untuk
pembakaran gas alam adalah 5 hingga 10%, bahan bakar cair di angka 5 hingga 20%, dan
15 hingga 60% untuk pembakaran batubara (Onny, 2016).

2.5.2 Efisiensi termal


Efisiensi Termal Boiler menunjukkan bagaimana performa boiler dalam hal
fungsinya sebagai heat exchanger. Perhitungan efisiensi ini akan menunjukkan seefektif
apa perpindahan energi panas dari proses pembakaran bahan bakar ke air. Namun
perhitungan efisiensi ini tidak terlalu akurat, karena ia tidak memperhitungkan kerugian
panas radiasi maupun konveksi yang tidak terserap oleh air. Selain itu, perhitungan
efisiensi termal boiler tidak bisa digunakan untuk analisa ekonomis, sebab perhitungan ini
tidak memperhatikan secara teliti jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Atas dasar inilah
kita tidak akan membahas lebih dalam mengenai perhitungan efisiensi termal boiler
(Onny, 2016).

2.5.3 Efisiensi bahan bakar-uap air (fuel-to-steam)


Satu cara yang dianggap paling efektif untuk mengetahui performa boiler secara
lebih presisi adalah dengan menghitung Efisiensi Fuel-to-Steam-nya (biasa pula disebut
dengan efisiensi bahan bakar). Selain memperhatikan efektifitas boiler sebagai heat
exchanger (efisiensi termal), perhitungan efisiensi bahan bakar boiler juga memperhatikan
adanya losses (kerugian) akibat adanya perpindahan panas radiasi dan konveksi. Efisiensi
bahan bakar boiler memperhatikan dengan sangat teliti jumlah konsumsi bahan bakar yang
digunakan, sehingga sangat tepat digunakan sebagai bahan analisa ekonomis boiler.
Adapun rumusan sederhana untuk menentukan efisiensi bahan bakar adalah sebagai
berikut.
dimana,
: Efisiensi bahan bakar boiler (%)
: Energi panas total yang diserap uap air (kalori; Joule)
: Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar (kalori; Joule)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Daftar alat dan bahan yang digunakan
Alat Bahan
1. Kompresor 1. Air
2. Tangki penyimpan air 2. Bahan bakar boiler
3. Boiler DK 500 dengan nomor mesin
19510013 Al beserta alat ukurnya
(1 set)

3.2. Skema Kerja

Katup gas LPG dibuka (3 tabung)

Sumber listrik dinyalakan

Boiler dioperasikan

Dicatat ketinggian volume feed boiler setiap 1 jam

Dicatat tekanan steam keluar setiap 1 jam

Dihitung jumlah bahan bakar yang digunakan

Gambar 3.1 Skema kerja


BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan


a. Volume air umpan
Tabel 4.1 Volume penggunaan air umpan

Waktu Volume air yang


Tinggi Tinggi Luas penampang Volume air
digunakan
(jam) (cm) (m) (m2) (m3)
(m3)
0 113,0 1,130 1,0160
1 109,0 1,090 0,9796 0,0364
2 93,0 0,930 0,8987 0,8358 0,1438
3 78,5 0,785 0,7055 0,1303
4 71,5 0,715 0,6426 0,0629
Total 0,3734

Keterangan:
Diameter tangki sebesar 107 cm = 1,07 m

b. Tekanan steam keluar


Tabel 4.2 Tekanan steam keluar
Waktu (jam) Tekanan (psig)
1 70,00
2 50,00
3 84,00
4 63,00
Rata-rata 66,75

c. Konsumsi bahan bakar


Tabel 4.3 Konsumsi bahan bakar
Massa bahan
Massa kosong Massa awal Massa akhir
Tabung bakar yang
(kg) (kg) (kg)
digunakan (kg)
1 41,86 83,35 74,20 9,15
2 40,32 82,00 72,90 9,10
3 41,33 83,20 73,60 9,60
Total 27,85
4.2 Pengolahan Data
b. Menghitung efisiensi fuel-to-steam
1. Menghitung kalor yang dilepas dari pembakaran LPG
Diketahui :
HHVLPG = 49930 kJ/kg
Massa LPG yang digunakan = 27,85 kg

Q1 = mtotal x HHV
= 27,85 kg x 49930 kJ/kg
= 1390550,5 kJ

2. Penentuan energi yang diterima steam


Asumsi : Air feed boiler semuanya teruapkan menjadi steam maka massa steam sama
dengan massa air umpan boiler
Diketahui :
= 1000 kg/m3
Cp air = 4.1855 kJ/kg K
= 2257 kJ/kg
Psteam rata-rata = 66,75 = 4,6 bar T = 148,7 oC

mfeed = V x
= 0,3734 m3 x 1000 kg/m3
= 373,4 kg
Q2 = Qsensibel + Qlaten
= m (Cp T + )
= 373,4 kg [4,2 kJ/kg K x (148,7 - 25) C + 2257 kJ/kg ]
= 373,4 kg [(4,2 kJ/kg K x 123,7 K) + 2257 kJ/kg ]
= 1036760,036 kJ

1036760,036 kJ
Efisiensi = x 100% = x 100% = 74,56%
1390550,5 kJ
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap pengoperasian steam boiler DK
500 dengan nomor mesin 19510013 Al untuk mengetahui efisiensi bahan bakar (fuel-to-
steam). Rata-rata tekanan steam yang dihasilkan pada praktikum adalah 66,75 psig atau
sekitar 4,69 kg/cm2, dimana tekanan kerja maksimal boiler DK 500 adalah 8 kg/cm2.
Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi
kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas sehingga energi panas
tersebut berpindah ke fluida kerja yang menyebabkan fluida kerja berubah fasa menjadi
uap/steam. Steam yang dihasilkan pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas ke suatu proses pada unit peralatan lain di laboratorium Pilot Plant. Sistem
boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam yang ditampung di dalam tangki penampungan berdiameter 1,07 meter. Air
yang digunakan harus memiliki kesadahan rendah atau murni. Jika air dididihkan sampai
menjadi steam, volumenya akan meningkat 1600 kali.
Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan
bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Bahan bakar yang digunakan pada
boiler di Laboratorium Pilot Plant adalah 3 tabung gas LPG. Sistem steam mengumpulkan
dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem perpipaan ke
titik pengguna.
Boiler yang digunakan di Laboratorium Pilot Plant yaitu boiler jenis water tube boiler
dan memiliki kapasitas 500 kg/jam. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas LPG
membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Water tube Boiler memiliki sifat Forced,
induced dan balanced draft untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan memungkinkan
untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi. Hal ini terlihat pada cerobong yang tidak
mengeluarkan asap hitam yang menunjukkan bahwa pembakaran dalam boiler berlangsung
relative sempurna karena sifat-sifat tadi yang ditunjang dengan bahan bakar gas LPG.
Efisiensi boiler didefinisikan sebagai persen energi (panas) masuk yang digunakan
secara efektif pada steam yang dihasilkan. Terdapat dua metode pengkajian efisiensi Boiler
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pada praktikum ini efisiensi boiler
ditentukan dengan metode langsung. Metode langsung dilakukan dengan menentukan energi
yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung
dalam bahan bakar Boiler. Metode ini dikenal juga sebagai metode input-output karena
metode ini hanya memerlukan keluaran (steam) dan input (panas bahan bakar) untuk evaluasi
efisiensi.
Dari hasil praktikum, didapatkan efisiensi bahan bakar (fuel-to-steam) sebesar
74,56%, nilai ini sebenarnya sudah relatif besar. Namun, beberapa hal yang menyebabkan
efisiensi kurang dari 100% menurut praktikan disebabkan karena adanya energy (energy
panas) yang hilang dan adanya kerak di dalam boiler. Kerak sendiri dapat terbentuk karena
adanya pengotor (berupa senywawa sadah) di air umpan boiler.

5.2 Simpulan
a. Efisiensi fuel-to-steam yang dihasilkan oleh boiler DK 500 dengan nomor mesin
19510013 Al selama 4 jam dan mengkonsumsi 27,85 kg bahan bakar LPG adalah sebesar
74,56%
DAFTAR PUSTAKA

Ilmi, t.t. Analisis Efisiensi Sistem Pembakaran pada Boiler di PLTU Unit III PT. BJB UP
Gresik dengan Metode Stastical Process Control (SPC).
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12709-Paper.pdf. [28 September
2016].
Onny. 2016. Pengertian Boiler (Ketel Uap). http://artikel-teknologi.com/pengertian-boiler-
ketel-uap/. [Diakses pada tanggal 28 September 2016].

____. 2016. Cara Menghitung Efisiensi Boiler. http://artikel-teknologi.com/cara-menghitung-


efisiensi-boiler/. [Diakses pada tanggal 28 September 2016].

PT. Taland Utama Karisma Perkasa. 2015. Steam Boiler http://pttaland.com/steam-


boiler/steam-boiler.html [Diakses pada tanggal 28 September 2016].

Anonim. 2015. Fungsi Boiler Serta Komponen Utamanya. http://www.prosesindustri.com/


2015/01/pengertian-boiler-serta-komponen.html. [28 September 2016].
LAMPIRAN

Gambar 1. Boiler yang digunakan

Gambar 2. Spesifikasi boiler


Gambar 3. Tangki penampung air

Anda mungkin juga menyukai