MODUL : Boiler
Oleh :
Kelompok : 1 dan 2
Nama : 1.Abdul Kholik NIM 141411001
2.Aldi Muhamad R. NIM 141411002
3. Arif Imanuddin NIM 141411003
4. Ayu Nurpitriani NIM 141411005
5. Citha Amelia NIM 141411006
Kelas : 3-A D-3 Teknik Kimia
Boiler pipa-api biasanya memiliki kecepatan produksi uap air yang rendah, tetapi
memiliki cadangan uap air yang lebih besar.
e. Boiler Pipa-Air
c. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam
drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan
lanjutan menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260C sampai 350C.
Dengan suhu tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan
turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.
d. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang
digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara
yang akan dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu
udara normal (suhu luar) yaitu 38C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara
tersebut akan meningkat menjadi 230C sehingga sudah dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap air dapat menganggu
proses pembakaran.
2.4.2 Burner
Dankong boiler menggunakan burner jenis monoblock dengan sistem pembakaran 3
fase. Penggunaan burner pada jenis ini untuk memudahkan para pelanggan dalam
perawatan. Burner merupakan alat pembangkit api bahan bakar gas (gas burner).
Penyalaam api pertama dilakukan oleh dua buahelektroda ber-tegangan tinggi yang
berasal dari trafo ignition. Udara dihasilkan dari blower dihembuskan menuju combustion
head melalui sisi nozzle. Kemudian udara tersebut dicampurkan dengan bahan bakar yang
keluar dari nozzle. Kemudia udara yang telah bercampur bahan bakar tersebut menyentuh
api pada ujung elektroda sehingga terjadi api (PT. Taland Utama Karisma Perkasa, 2015).
Untuk mendapatkan efisiensi pembakaran yang tinggi, burner dan ruang bakar
boiler harus didesain seoptimum mungkin. Di sisi lain perbedaan penggunaan jenis bahan
bakar juga mempengaruhi efisiensi pembakaran. Diketahui bahwa bahan bakar cair dan
gas (seperti LNG dan HSD) menghasilkan efisiensi pembakaran yang lebih tinggi jika
dibandingkan bahan bakar padat seperti batubara.
Menghitung efisiensi pembakaran boiler tidaklah sulit, kita hanya perlu mengurangi
jumlah total energi panas yang dilepas oleh pembakaran dengan energi panas yang lolos
melewati stack(cerobong asap), dibagi dengan total energi panas.
dimana,
: Efisiensi pembakaran boiler (%)
: Energi panas total hasil pembakaran (kalori; Joule)
: Energi panas lolos melewati cerobong asap (kalori; Joule)
Satu-satunya yang sulit dari efisiensi pembakaran adalah bagaimana mengejar angka
yang paling optimal. Efisiensi pembakaran ditandai dengan terbakarnya keseluruhan
bahan bakar di ruang bakar. Sedangkan parameter kontrol yang digunakan untuk
memastikan keseluruhan bahan bakar terbakar, adalah jumlah udara sisa pembakaran
(excess air) yang keluar melalui stack. Semakin banyak jumlahexcess air yang keluar
melewati cerobong asap, maka semakin kecil pula kemungkinan jumlah bahan bakar yang
belum terbakar bisa melewati cerobong asap. Namun juga, semakin banyak jumlah excess
air yang lolos melewati cerobong asap, jumlah energi panas yang lolos terbawa oleh udara
sisa tersebut juga semakin banyak. Maka dari itu ada angka optimum dari besaran excess
air, sehingga didapatkan efisiensi pembakaran boiler yang paling optimal (Onny, 2016)..
Boiler dioperasikan
Keterangan:
Diameter tangki sebesar 107 cm = 1,07 m
Q1 = mtotal x HHV
= 27,85 kg x 49930 kJ/kg
= 1390550,5 kJ
mfeed = V x
= 0,3734 m3 x 1000 kg/m3
= 373,4 kg
Q2 = Qsensibel + Qlaten
= m (Cp T + )
= 373,4 kg [4,2 kJ/kg K x (148,7 - 25) C + 2257 kJ/kg ]
= 373,4 kg [(4,2 kJ/kg K x 123,7 K) + 2257 kJ/kg ]
= 1036760,036 kJ
1036760,036 kJ
Efisiensi = x 100% = x 100% = 74,56%
1390550,5 kJ
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap pengoperasian steam boiler DK
500 dengan nomor mesin 19510013 Al untuk mengetahui efisiensi bahan bakar (fuel-to-
steam). Rata-rata tekanan steam yang dihasilkan pada praktikum adalah 66,75 psig atau
sekitar 4,69 kg/cm2, dimana tekanan kerja maksimal boiler DK 500 adalah 8 kg/cm2.
Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi
kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas sehingga energi panas
tersebut berpindah ke fluida kerja yang menyebabkan fluida kerja berubah fasa menjadi
uap/steam. Steam yang dihasilkan pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas ke suatu proses pada unit peralatan lain di laboratorium Pilot Plant. Sistem
boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam yang ditampung di dalam tangki penampungan berdiameter 1,07 meter. Air
yang digunakan harus memiliki kesadahan rendah atau murni. Jika air dididihkan sampai
menjadi steam, volumenya akan meningkat 1600 kali.
Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan
bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Bahan bakar yang digunakan pada
boiler di Laboratorium Pilot Plant adalah 3 tabung gas LPG. Sistem steam mengumpulkan
dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem perpipaan ke
titik pengguna.
Boiler yang digunakan di Laboratorium Pilot Plant yaitu boiler jenis water tube boiler
dan memiliki kapasitas 500 kg/jam. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas LPG
membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Water tube Boiler memiliki sifat Forced,
induced dan balanced draft untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan memungkinkan
untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi. Hal ini terlihat pada cerobong yang tidak
mengeluarkan asap hitam yang menunjukkan bahwa pembakaran dalam boiler berlangsung
relative sempurna karena sifat-sifat tadi yang ditunjang dengan bahan bakar gas LPG.
Efisiensi boiler didefinisikan sebagai persen energi (panas) masuk yang digunakan
secara efektif pada steam yang dihasilkan. Terdapat dua metode pengkajian efisiensi Boiler
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pada praktikum ini efisiensi boiler
ditentukan dengan metode langsung. Metode langsung dilakukan dengan menentukan energi
yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung
dalam bahan bakar Boiler. Metode ini dikenal juga sebagai metode input-output karena
metode ini hanya memerlukan keluaran (steam) dan input (panas bahan bakar) untuk evaluasi
efisiensi.
Dari hasil praktikum, didapatkan efisiensi bahan bakar (fuel-to-steam) sebesar
74,56%, nilai ini sebenarnya sudah relatif besar. Namun, beberapa hal yang menyebabkan
efisiensi kurang dari 100% menurut praktikan disebabkan karena adanya energy (energy
panas) yang hilang dan adanya kerak di dalam boiler. Kerak sendiri dapat terbentuk karena
adanya pengotor (berupa senywawa sadah) di air umpan boiler.
5.2 Simpulan
a. Efisiensi fuel-to-steam yang dihasilkan oleh boiler DK 500 dengan nomor mesin
19510013 Al selama 4 jam dan mengkonsumsi 27,85 kg bahan bakar LPG adalah sebesar
74,56%
DAFTAR PUSTAKA
Ilmi, t.t. Analisis Efisiensi Sistem Pembakaran pada Boiler di PLTU Unit III PT. BJB UP
Gresik dengan Metode Stastical Process Control (SPC).
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12709-Paper.pdf. [28 September
2016].
Onny. 2016. Pengertian Boiler (Ketel Uap). http://artikel-teknologi.com/pengertian-boiler-
ketel-uap/. [Diakses pada tanggal 28 September 2016].