Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

ASAL-USUL PERKAWINAN
(Studi Perkara : Nomor 367/PID.B/2014/PN.PDG.)

ARTIKEL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

REZA OKVA MARWENDI


1310012111089

Bagian Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2017

Reg. No.18/skrip/PID-02/FH/1-2017

1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA

PERSETUJUAN ARTIKEL/JURNAL

Nama : Reza Okva Maewendi


Nomor : 1310012111089
Program Kekhususan : Hukum Pidana
Judul Skripsi : Penerapan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Asal-Usul
Perkawinan
(Studi Perkara : Nomor 367/PID.B/2014/PN.PDG.)

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing untuk di upload ke website

2
APPLICATION OF CRIMINAL ACTORS ON CRIME ORIGIN OF MARRIAGE
(Case Study: No 367/Pid.B/2014/PN.PDG)

Reza Okva Marwendi1, Syafridatati1, Yansalzisatry1


1
Study Program law, Faculty Law. Bung Hatta of University
Email : rezaokpa@gmail.com

ABSTRACT

Origins of marriage a criminal offence provided for in Article 279 of the PENAL CODE. In
the case of no. 367/PID. B/2014/PN. PDG, JW do Polygamy with TW without the permission
of the first wife of Ha. Polygamy is civil, but the author will see from the side of the criminal.
Formulation of the problem: 1. How is the application of the criminal origin of the
perpetrators of criminal acts against marriage in the case number 367/pid.
b/2014/URpn.pdg.? 2. What are the consideration of judges in meting out criminal sanctions
against the perpetrators of such criminal acts?. This type of research using methods of
juridical normative, the data source in the form of secondary data composed of primary legal
materials, legal materials, legal materials tertiary secondary, techniques of data collection
through the study of the document. The data were analyzed qualitatively. The results of the
studies: 1. The application of the criminal defendant, namely criminal trial, and the
defendant's deed has fulfilled the elements of article 279 of the PENAL CODE paragraph (1)
2. Judges in meting out the verdict, considering the things that relieve and incriminating not
based on the PENAL CODE, but based on the jurisprudence, and criminal trials were
dropped by the judge satisfies the elements of article 14 (a) of the CRIMINAL CODE, by
using the combined theories commonly used in Indonesia in dropping the verdict criminal.
Keywords: The application of, criminal, criminal act, marriage

Pendahuluan memiliki seorang wanita, dan seorang wanita


Menurut Undang-undang No 1 Tahun hanya boleh memiliki seorang pria. Pasal 3
1974 tentang perkawinan, Perkawinan ayat (2) Undang-Undang Perkawinan,
adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria memberikan kesempatan bagi pria untuk
dengan seorang wanita sebagai suami istri memiliki istri lebih dari seorang (poligami)
dengan tujuan untuk membangun keluarga jika memenuhi syarat dan alasan. Untuk bisa
yang bahagia dan kekal berdasarkan berpoligami, maka suami harus memperoleh
Ketuhanan Yang Maha Esa. izin dari pengadilan di daerah tempat
Salah satu asas yang ada di dalam tinggalnya. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang
Undang-Undang perkawinan adalah asas Perkawinan menjelaskan lebih lanjut bahwa
monogami, yaitu asas monogami longgar. pengadilan hanya akan memberikan izin
Ini diatur dalam pasal 3 ayat 1,2. Pasal 3 ayat kepada si suami untuk beristri lebih dari satu
(1) Undang-Undang Perkawinan yang jika ; Istri tidak bisa melaksanakan
menyatakan bahwa seorang pria hanya boleh kewajibannya sebagai istri, Istri menderita

1
cacat badan atau penyakit yang sulit dengan penjara paling lama lima tahun.
disembuhkan, Istri tidak dapat melahirkan Berdasarkan putusan nomor
keturunan, namun suami dapat berpoligami 367/PID.B/2014/PN.PDG JW dijatuhkan
apabila memenuhi syarat-syarat yang diatur hukuman penjara 8 bulan dengan hukuman
dalam Pasal 5 Undang-Undang Perkawinan percobaan 1 tahun, sedangkan TW dihukum
yaitu adanya izin istri, adanya kepastian penjara 6 bulan dengan hukuman percobaan
bahwa suami dapat menjamin keperluan 10 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk
hidup istri-istri dan anak-anak mereka, melihat bagaimana penerapan pidana dan
adanya jaminan suami bersikap adil terhadap pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
istri-istri dan anak-anak mereka. Jika alasan putusan terhadap perkara tersebut Penelitian
dan syarat tidak terpenuhi maka pengadilan ini untuk melihat bagaimana penerapan
tidak memberikan izin terhadap pria untuk pidana terhadap perkara tersebut dengan
berpoligami. judul Penerapan Pidana Terhadap
Pada tahun 2007 JW dan HA telah Pelaku Tindak Pidana Asal-usul
melakukan perkawinan berdasarkan Perkawinan (Studi Perkara No
peraturan perundang-undangan yang berlaku, 367/Pid.B./2014/PN.PDG).
dengan ddikeluarkan surat nikah oleh KUA Berdasarkan uraian latar belakang
Koto Tangah Padang Kemudian pada tahun masalah diatas, maka permasalahan pokok
2014 JW tinggal serumah dengan TW yang yang ingin diajukan untuk dibahas dalam
langsung diketahui oleh istri pertama yaitu penelitian ini adalah:
Hernita, dan berdasarkan keterangan RT 1. Bagaimanakah penerapan pidana
dinyatakan bahwa mereka telah melakukan terhadap pelaku tindak pidana asal-usul
perkawinan sehingga HA melaporkan perkawinan pada perkara No.
suaminya ke Polsek Lubuk Kilangan dengan 367/Pid.B/2014/PN.PDG ?
tuduhan melakukan poligami. 2. Bagaimanakah pertimbangan hakim
Berdasarkan putusan pengadilan dalam menjatuhkan putusan terhadap
Negeri Padang dinyatakan bahwa mereka tindak pidana asal-usul perkawinan
terbukti melakukan kejahatan asal-usul pada perkara No
perkawinan sebagaimana yang diatur dalam 367/PID.B./2014/PN.PDG?
Pasal 279 ayat (1) KUHP yang menyatakan Berdasarkan batasan masalah yang
bahwa barang siapa mengadakan perkawinan dikaji, maka dapat ditarik tujuan penelitian
padahal mengetahui bahwa perkawinan atau yang hendak dicapai oleh peneliti sebagai
perkawinan-perkawinannya yang telah ada berikut:
menjadi penghalang untuk itu diancam

2
1. Untuk mengetahui penerapan pidana 2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
terhadap tindak pidana asal-usul Pidana (KUHAP),
perkawinan dalam Putusan No. 3) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
367/pid.B/2014/PN.PDG. tentang Perkawinan (Undang-Undang
2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Perkawinan).
dalam menjatuhkan putusan terhadap 4) Undang-undang No 48 tahun 2009
tindak pidana asal-usul perkawinan tentang Kekuasaan Kehakiman,
dalam putusan No. 5) Peraturan Pemerintah No 5 tahun
367/pid.B/2014/PN.PDG. 1975 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No 1 tahun 1974 tentang
Metode Penelitian
Perkawinan,
1. Jenis penelitian
6) Putusan Pengadilan Negeri Padang
Jenis penelitian yang digunakan
No 367/Pid.B/2014PN.PDG.
adalah penelitian yuridis normatif yaitu
b. Bahan hukum sekunder
penelitian yang datanya diperoleh dari hasil
Bahan hukum sekunder, yakni bahan
penelitian perpustakaan dengan cara meneliti
pustaka yang memberikan penjelasan tentang
bahan pustaka atau bahan sekunder.
bahan primer, yang terdiri atas : Jurnal yang
2. Sumber Data
berkaitan dengan penelitian, Buku dan
Sumber data yang digunakan adalah
literatur yang berkaitan dengan penelitian.
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
c. Bahan hukum tersier
dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang
Bahan hukum tersier, yakni bahan-
berhubungan dengan objek penelitian,
bahan yang memberikan informasi tentang
skripsi, tesis, disertasi dan peraturan
bahan hukum primer dan sekunder, yaitu
perundangan-undangan dan putusan
kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia, dan
pengadilan. Data sekunder tersebut dapat
lain-lain.
dibagi menjadi:
3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer
Teknik pengumpulan data yang
Bahan hukum primer adalah bahan
digunakan penulis adalah studi kepustakaan
hukum yang mengikat terdiri dari peraturan
atau studi dokumen. Studi kepustakaan yaitu
perundang-undangan yang terkait dengan
pengumpulan data yang dilakukan dengan
objek penelitian. Bahan hukum primer yang
membaca dan mengambil kesimpulan
penulis pergunakan dalam skripsi ini adalah:
mengenai, undang-undang, putusan hakim,
1) Kitab Undang-Undang Hukum
jurnal, buku-buku yang berkaitan dengan
Pidana (KUHP),

3
pokok-pokok masalah yang digunakan untuk KUHP menjelaskan bahwa kejahatan tindak
menyusun skripsi ini. pidana asal-usul perkawinan dikenakan
4. Teknik Analisis Data hukuman maksimal 5 (lima) tahun penjara.
Teknik analisis data adalah upaya Menurut analisis penulis, JW dan TW
atau cara untuk mengolah data menjadi terbukti melakukan tindak pidana asal-usul
informasi sehingga karakteristik data tersebut perkawinan, dengan melihat unsur-unsur
bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi sebagai berikut:
permasalahan. Setelah semua data 1. Unsur tindak pidana asal-usul perkawinan
terkumpul kemudian dianalisis dengan Pasal 279 ayat 1 ke-1 KUHP
teknik kualitatif kemudian disajikan secara a. Unsur objektif
deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, Unsur subjektif merupakan unsur
dan menggambarkan sesuai dengan yang berada di dalam diri si pelaku, dimana
permasalahan yang diteliti. pelaku sadar terhadap perbuatan yang ia
lakukan, sehingga pelaku dapat dimintakan
Hasil dan pembahasan
pertanggungjawaban secara hukum. Dalam
1. Penerapan Pidana Terhadap Pelaku
Kasus perkara No 367/PID.B/2014/PN.PDG
Tindak Pidana Asal-usul Perkawinan
pada Perkara Nomor terdakwa JW sadar melakukan poligami
367/PID.B/2014.PN.PDG
dengan TW tanpa izin dari HA. Hal ini dapat
Untuk mengetahui bahwa penerapan dilihat dalam keterangan terdakwa I yang
pidana terhadap perkara nomor terungkap dalam persidangan, yang
367/PID.B/2014.PN.PDG, maka akan dilihat menyatakan bahwa:
terlebih dahulu bentuk dakwaan jaksa 1) JW mengerti sebabnya dihadapkan ke
penuntut umum: persidangan ini karena melakukan
a) Menyatakan para terdakwa terbukti poligami.
bersalah melakukan tindak pidana 2) JW menikah dengan HA adalah tanggal 7
poligami Desember tahun 2007 di Koto Tangah
b) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Padang secara resmi dan terdaftar di
JW 1 tahun penjara, dan terdakwa Tw KUA.
8 bulan penjara. 3) JW bisa tinggal serumah dengan TW
c) Barang bukti berupa akta nikah BJ tersebut adalah karena JW sudah menikah
1141 hari Jumat tanggal 7 Desember siri dengan TW pada tanggal 26 Februari
tahun 2007 2014 di Lubuk Alung Pariaman.
Tindak pidana asal-usul perkawinan
diatur dalam Pasal 279 KUHP. Pasal 279

4
4) Pada saat JW menikah siri dengan TW oleh KUA Koto Tangah Padang No. 1141
tersebut, tidak ada meminta izin kepada tanggal 7 Desember 2007. JW telah memiliki
istrinya HA. istri, tetapi belum bercerai, dan ia
Selanjutnya keterangan mengetahui tidak boleh melakukan
Terdakwa II TW menyatakan bahwa: perkawinan untuk kedua kalinya, hal ini
1) TW mengetahui JW telah mempunyai istri dapat dibuktikan dengan keterangan
sah yaitu HA. Setahu TW, JW tidak ada terdakwa I yang menyatakan JW kenal
meminta izin kepada istrinya yang dengan seorang perempuan yang bernama
bernama HA. HA karena ia adalah istri dari JW dengan
b. Unsur subjektif dibuktikan akta nikah yang dicatat oleh KUA
1) Barang siapa Koto Tangah. Dari keterangan terdakwa
Unsur barangsiapa adalah siapa tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua
saja yang dapat dijadikan sebagai subjek terdakwa telah terbukti melakukan kejahatan
hukum dari suatu perbuatan pidana. asal-usul perkawinan sebagaimana diatur
Dalam kasus ini dapat dilihat ketika dalam Pasal 279 ayat (1) ke-1 KUHP dan
hakim menanyakan kepada JW dan TW, para terdakwa dijatuhkan pidana percobaan,
dimana para terdakwa membenarkan dimana terdakwa I dijatuhkan percobaan 1
identitasnya sebagaimana identitas para tahun, dan terdakwa II 10 bulan
terdakwa dalam surat dakwaan jaksa 2. Pertimbangan Hakim dalam
Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap
penuntut umum
Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Asal-
2) Unsur mengadakan perkawinan padahal usul Perkawinan pada Perkara No
367/PI.B/2014/PN.PDG
mengetahui bahwa perkawinan atau
Sebelum hakim menjatuhkan
perkawinan-perkawinannya yang telah
putusan, maka akan dilihat dahulu ha-hal
ada menjadi penghalang yang sah untuk
yang memberatkan dan meringankan para
itu.
terdakwa:
Bahwa pernikahan tersebut
a. Hal-hal yang memberatkan terdakwa
dilaksanakan di Qadhi Nikah yang tidak
Hal yang memberatkan dalam perkara ini
resmi atau yang tidak ditunjuk oleh pejabat
ialah terdakwa dengan sengaja melakukan
yang berwenang untuk itu unsur ini
perkawinan siri tanpa adanya izin dari
menyatakan bahwa pernikahan siri yang
istri pertama.
telah dilakukan oleh JW dengan TW, terjadi
b. Hal-hal yang meringankan terdakwa
tanpa seizin dari saksi HA, dimana saksi HA
1) Para terdakwa bersikap sopan
masih berstatus sebagai istri sah dari JW
yang dibuktikan dengan surat dikeluarkan

5
2) Para terdakwa mempunyai tanggungan putusannya dengan menggunakan KUHP,
keluarga terhadap 3 (tiga) orang anak- tetapi mempertimbangkan dalam putusannya
anak yang masih dalam pendidikan hal-hal yang meringankan pidana yang ada
3) Para terdakwa menyesali atas dalam praktik, seperti para terdakwa bersikap
perbuatanya sopan dan mengakui perbuatannya, para
4) Para terdakwa belum pernah dihukum terdakwa mempunyai tanggungan keluarga
Berdasarkan KUHP ada 3 (tiga) hal terhadap tiga orang anak-anaknya, para
yang memberatkan pidana, menjadi terdakwa menyesali perbuatannya, dan para
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan terdakwa belum pernah dihukum
putusannya : Menurut Adami Chazawi dalam
a. Sedang memangku suatu jabatan Pasal 14a KUHP ditentukan bahwa hakim
b. Residive atau pengulangan dapat menetapkan pidana dengan bersyarat
c. Gabungan atau samenloop dalam putusan pemidanaan, apabila :
Kemudian di dalam KUHP juga ada 3 1. Hakim menjatuhkan pidana penjara paling
(tiga) hal yang meringankan pidana, menjadi lama satu tahun.
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan Artinya pidana bersyarat itu hanya
putusannya: ditetapkan untuk pemidanaan bagi
1. Percobaan perkara-perkara yang lebih ringan,
2. Belum dewasa dipertimbangkan oleh hakim sebagai
3. Membantu cukup adil(dari sudut pembalasan) jika
Samping itu, ada beberapa hal yang dijatuhi pidana yang lebih ringan dengan
meringankan pidana yang tidak diatur dalam pidana penjara paling tinggi satu tahun,
undang-undang tetapi ada dalam dan tidak untuk pidana penjara yang lebih
yurisprudensi, adapun hal yang meringankan dari satu tahun.
tersebut, yaitu: Usia muda, Belum pernah 2. Hakim menjatuhkan pidana kurungan
dihukum, Mengaku terus terang, Menyesali (bukan kurungan pengganti denda
perbuatannya, Keluarga dan lingkungan yang maupun kurungan pengganti perampasan
rusak, Masih bekerja/kuliah, Berlaku sopan, barang)
Usia lanjut dan fisik lemah, Menanggung 3. Hakim menjatuhkan pidana denda,
tanggungan anak dengan ketentuan, sebagai berikut :
Dari ketentuan mengenai hal-hal yang a. Apabila benar-benar ternyata
meringankan pidana tersebut, di dalam pembayaran denda atau perampasan
perkara ini hakim tidak mempertimbangkan barang yang ditetapkan dalam
hal-hal yang meringankan pidana dalam

6
keputusan itu menimbulkan keberatan 2. Teori gabungan yang mempertahankan
yang sangat bagi terpidana tertib masyarakat
b. Apabila pelaku tindak pidana yang 3. Teori gabungan yang memposisikan
dijatuhi denda bersyarat itu bukan seimbang antara pembalasan dan
berupa pelanggaran yang pertahananan tertib masyarakat.
berhubungan dengan pendapatan Bila dilihat hukuman percobaan yang
negara. dijatuhkan kepada para terdakwa dengan
Dari kasus di atas menurut penulis, syarat tertentu, serta dikembalikannya para
penjatuhan pidana percobaan oleh hakim terdakwa ke masyarakat, sebagai contoh agar
kepada para terdakwa, sudah sesuai dengan masyarakat tidak melakukan perbuatan
teori penjatuhan pidana percobaan yang poligami illegal, ini menunjukkan bahwa
terdapat dalam Pasal 14 (a) KUHP, salah teori gabungan yang digunakan ialah
satu syaratnya yaitu hakim tidak boleh seimbang antara pembalasan dan pertahanan
menjatuhkan pidana pokok lebih dari 1 (satu) tertib masyarakat yang terdapat pada poin
tahun, dari putusan tersebut diketahui ketiga.
hukuman pokok yang dijatuhkan kepada JW hukuman yang dijatuhkan kepada para
adalah 8 (delapan) bulan penjara dan TW terdakwa adalah jauh lebih rendah dari
adalah 6 (enam) bulan penjara, sehingga hukuman maksimal yang telah ditetapkan
pidana percobaan yang dijatuhkan oleh undang-undang, karena para terdakwa
hakim sudah tepat bila dilihat dari hukuman dibebaskan dari hukuman penjara dengan
pokok yang terdapat dalam kasus tersebut. syarat para terdakwa tidak boleh melakukan
Kemudian kalau dilihat dari segi teori suatu tindak pidana dikemudian hari yang
pemidanaan, menurut penulis teori yang dinyatakan bersalah oleh putusan hakim,
dipakai adalah teori gabungan. Teori dalam waktu selama 1 (satu) untuk JW dan
gabungan menjelaskan bahwa selain 10 (sepuluh) bulan untuk TW. Putusan
menjatuhkan pidana, juga memberikan efek pidana percobaan yang dijatuhkan oleh
jera bagi pelaku serta memberikan hakim menurut penulis lebih pantas dari
pendidikan dan perlindungan terhadap pada hukuman penjara, karena tujuan
masyarakat dan terpidana. Bila dilihat dari dijatuhkan hukuman pidana, berdasarkan
penggabungan antara teori absolut dan teori asas kemanfaatan, jika dijatuhkan pidana
relatif, maka teori gabungan dibagi menjadi penjara maka akan banyak yang mengalami
tiga bentuk yaitu: penderitaan terutama bagi anak-anak mereka
1. Teori gabungan yang menitikberatkan yang masih membutuhkan pendidikan.
pada pembalasan

7
Simpulan tidak melakukan poligami secara ilegal
Berdasarkan hasil penelitian dan karena perbuatan ini memberikan efek yang
pembahasan yang telah diuraikan di atas, buruk bagi anak dan keluarganya, serta
maka penulis menarik kesimpulan sebagai masyarakat.
berikut:
Ucapan terima kasih
1. Penerapan pidana dalam perkara No
Dalam penyusunan skripsi ini penulis
367/PID.B/PN.PDG ialah pidana
banyak mendapat bantuan dan bimbingan
percobaan atau pidana bersyarat,
dari berbagai pihak, untuk itu pada
dengan masa percobaan 1 (satu) tahun
kesempatan ini, penulis menyampaikan
untuk JW, dan 10 (sepuluh) bulan
banyak terima kasih kepada Ibu
penjara. Pidana percobaan yang
Syafridatati,S.H.,M.H. selaku Pembimbing I
dijatuhkan oleh hakim kepada JW dan
dan Ibu Yansalzisatry, S.H., M.H. selaku
TW telah memenuhi syarat-syarat yang
pembimbing II yang telah banyak membantu
terdapat dalam Pasal 14 (a) KUHP.
dan memberikan nasehat maupun saran
2. Pertimbangan hakim dalam
dalam menyelesaikan skripsi ini.
menjatuhkan sanksi pidana
Selanjutnya penulis mengucapkan
berdasarkan hal meringankan pidana
terimakasih kepada :
seperti terdakwa bersikap sopan dan
1. Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H., M.H.
mengakui perbuatanya di persidangan,
selaku Dekan Fakultas Hukum
para terdakwa belum pernah dihukum,
Universitas Bung Hatta Padang.
serta terdakwa menyesali atas
2. Ibu Dr. Sanidjar Pebrihariati, S.H.,
perbuatanya. Selain itu hal yang
M.H. selaku Wakil Dekan Fakultas
memberatkan pidana dalam kasus ini
Hukum Universitas Bung Hatta
ialah para terdakwa dengan sengaja
Padang.
melakukan kejahatan asal-usul
3. Ibu Yetisma Saini, S.H., M.H. selaku
perkawinan hal ini dibuktikan dengan
Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
terdakwa I sadar masih memiliki ikatan
Hukum Universitas Bung Hatta
pernikahan dengan HA dan terdakwa II
Padang.
mengetahui bahwa terdakwa I masih
4. Ibu Dr. Uning Pratimaratri, S.H., M.H.
memiliki istri yang sah.
selaku Penasehat Akademik.
Saran 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum
Penulis menyarankan agar Universitas Bung Hatta.
masyarakat terutama para terdakwa untuk

8
6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Lilik Mulyadi, 2006, Hukum Acara Pidana
Normatif, Teoritis, Praktik, dan
Hukum Universitas Bung Hatta.
Permasalahanya, Cetaka Pertama,
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis P.T. Alumni
menyadari bahwa masih jauh dari
M Ali Zaidan, Asas Legalitas dalam Hukum
kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala Pidana Indonesia, Jurnal Yuridis,
Vol. 2, No. 3, Juli 2004
kerendahan hati, penulis sangat
mengharapkan masukan baik berupa kritik M.Yahya Harahap, 2006, Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan
dan saran yang membangun demi perbaikan
KUHAP; Pemeriksaan Sidang
dimasa yang akan datang. Terakhir penulis Pengadilan, Banding, Kasasi, dan
Peninjauan Kembali,Cetakan
sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat
kedelapan, Edisi Kedua, Sinar
bagi penulis dan bagi pembaca pada Grafika, Jakarta
umumnya.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2005.
Teori-teori dan Kebijakan Pidana,
DAFTAR PUSTAKA Alumni. Bandung.1988.

A. Buku-buku P.A.F. Lamintang, 1990, Dasar-dasar


Hukum Pidana Indonesia, Cetakan
Adam Chazawi, 2007, Pelajaran Hukum Kedua, Sinar Baru, Bandung
Pidana, Edisi Ketiga, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta R. Abdoel Jamali, 2006, Pengantar Hukum
Abdul Rahman Ghazali, 2008, Fiqih Indonesia, Edisi Revisi, PT
Munakahat, Kencana, Jakarta RajaGrafindo Persada, Jakarta

Andi Hamzah, 2013, Hukum Acara Romli Atmasasmita, 1995, Kapita Selekta
Pidana Indonesia, Cetakan Hukum Pidana dan Kriminologi,
Ketujuh, Edisi Kedua, Sinar Bandung, Bandar Maju
Grafika, Jakarta,
Roeslan Saleh, 1978, Stelsel Hukum Pidana,
Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aksara Baru, Jakarta,
2005, Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, Balai Rusli Muhammad, 2006, Potret Lembaga
Pustaka, Edisi Ketiga, Cetakan Pengadilan Indonesia, PT
Keempat, RajaGrafindo Persada, Jakarta

Hilman Hadikusuma, 1990, Hukum S.M. Amin, 1971, Hukum Acara Pengadilan
Perkawinan Indonesia, Mandar Negeri, Pradnja Paramita, Jakarta
Maju, Bandung
Salim HS, 2006, Pengatar Hukum Perdata
K.Wantjik Saleh, 1982, Hukum Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta
Perkawinan Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta Soerjono Soekanto dkk, 2013, Penelitian
Hukum Normatif, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta

9
Suharto, 2002, Hukum Pidana Materil, Undang-undang No. 1 Tahun 1946 tentang
Cetakan Kedua, Edisi Kedua, Hukum Pidana
Sinar Grafika, Jakarta
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Teguh Prasetyo, 2010, Hukum Perkawinan
Pidana,Edisi Revisi, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta Undang-undang No 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana
Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum Pidana
1, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Undang-undang No 16 Tahun 2004 tentang
Jakarta, kejaksaan Republik Indonesia
Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Zainuddin Ali, 2013, Metode Penelitian kekuasaan kehakiman
Hukum, Cetakan ke Empat, Sinar
Grafika, Jakarta

B. Undang-undang

10

Anda mungkin juga menyukai