Anda di halaman 1dari 5

BAB I

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

A. Pengertian
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan
rupture annulus (cincin luar diskus) sehingga nukleus pulposus menonjol (
mengalami herniasi) dan menekan akar sarafspinal, menimbulkan nyeri dan
mungkin deficit neurologic. Sebagian besar terjadi antara L4 dan L5, menekan
akar saraf L5 atau antara L5 dan S1 (Sylvia A. Price, 2006, dalam Nurarif dan
Kusuma, 2015).
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis spinalis
melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus
invertebralis/diskogenik (Muttaqin, 2008).
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan yang
diakibatkan oleh penonjolan nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus
(cincin fibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan kompresi dari akar-akar
syaraf. Herniasi dapat terjadi di lumbal, lumbosakral, regio skapula, regio
servukal, dan berbagai kolumna vertebralis (Batticaca, 2008).
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dan predisposisi hernia nukleus pulposus (HNP) menurut
Batticaca (2008) adalah sebagai berikut:
a. Presipitasi
1) Pekerjaan dan aktifitas : duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang atau benda berat, sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada
vibrasi yang konstan seperti supir
2) Olahrga yang tidak teratur
Mulai latihan setelah lama tidak latihan, latihan yang berat dalam
jangka waktu yang lama.
3) Merokok
Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4) Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi mengangkat dan lain-
lain.
b. Predisposisi
1) Trauma
2) Degenerasi yang berkaitan dengan proses penuaan dan malformasi
kongenital. Herniasi dapat berkembang dari beberapa bulan sampai
tahunan, menyebabkan gejala-gejala akut dan kronis
2. Patofisiologi
Patofisiologi HNP menurut Muttaqin (2008) yaitu :
Pada tahap pertama robeknya anulus fibrosus itu bersifat
sirkumenferensial. Oleh karena adanya gaya traumatis yang berulang,
robekkan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Jika hal ini
telah terjadi, maka resiko herniasi nukleus pulposus hanya menunggu
waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya prepitasi itu dapat diasumsikan
seperti gaya traumatis ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset
mengangkat benda berat.
Penonjolan (herniasi) nukleus pulposus dapat ke arah korpus vertebrata
diatas atau dibawahnya. Dapat juga menonjol langsung ke kenalis
vertebralis. Penonjolan sebagaian nukleus pulposus ke dalam korpus
vertebrata dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmori. Robekan sirkumferensial dan radial padaanulus fibrosus diskus
intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmori merupakan
kelainan yang mendasari low back pain subkronik aatau kronik yang
kemudian disusul oleh sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskialgia
atau skiatika. Penonjolan nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti
bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan
arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal itu terjadi tempat
penjebolan di sisi lateral. Jika tempat herniasinya di tengah-tengah, tidak
ada radiks yang terkena. Selain itu, karena pada tingkat 1.2 dan terus ke
bawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi,herniasi di garis tengah
tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna arterior. Setelah terjadi
hernia nukleus pulposus sisa diskus intervertebralis mnengalami lisis,
sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan
menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine. Sedangkan
HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada punggung
bawah, ditengah-tengah antara bokong dan betis, belakang tumit, dan
telapak kaki. Di tempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi
jari ke V kaki berkurang dan refleks achiles negatif. Pada HNP lateral L
4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan dipunggung bawah, bagian latera
bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan
ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patea negatif. Sensibilitas pada
dermaton yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik HNP menurut satyanegara (2010) dalam nurarif dan
kusuma (2015) adalah sebagai berikut :
a. HNP Lumbal
1) Terjadi pada area L5-S1 dan L4-L5 dan yang jarang terjadi pada
L3-L4
2) Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam periode beberapa
minggu sampai beberapa tahun)
3) Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik (saraf
iskhiadikus)
4) Sifat nyeri biasanya menghebat karena faktor-faktor pencetus
seperti gerakan pinggang, batuk, mengejan, berdiri atau duduk
untuk jangka waktu yang lama
5) Nyeri berkurang bila istirahat berbaring
6) Sering mengeluh kesemutan (parestesia),baal atau bahkan kekuatan
otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat
7) Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda spasme otot
paravertebrata lumbal dan terbatasnya gerakan pinggang
8) Tes laseque (mengangkat tungkai lurus keatas) hasil positif .
penyebaran nyeri ke bawah lutut jika kaki dinikkan sampai 45o dari
posisi terlentang (menunjukkan keterlibatan akar saraf
lumbosakral). Nyeri pada sudut yang lebih kecil menunjukkan
semakin buruknya kondisi
9) Defisit neurologis : penurunan atau hilangnya reflek akhiles dan
lutut, menurunnya sensasi raba atau tusuk pada distribusi
dermatom, penurunan atau hilangnya kekuatan motorik kelompok
otot-otot tertentu.
b. HNP Servikal
1) Umumnya terjadi pada usia dekade 3 dan 4
2) Lokasi diarea parasentral unilateral karena pada area tersebut
annulus fibrosis adalah yang terlemah serta ligamennya tipis.
3) Pada c6 akan menimbulkan parestesia serta baal pada daerah
distribusi persyarafan juga dapat kelemahan otot biseos dan
penurunan reflex bisebs
4) Pada C6-C7 menyebabkan iritasi radiks C7 dan menampilkan
gejala hiperalgesia serta parestesia jari tengah
5) Penurunan reflex triseps
6) Central Cord Sindrom ditandain kelumpuhan akut atau tidak nyeri
terutama pada ekstremitas atas dinama bagian distal lebih berat
daripada bagian proksimal
7) Brown sequard Syndrome yang menampilkan hemiseksi medual
spinalis, dimana terjadi kelemahan motorik serta sensorik
(proprioseptif)
8) Anterior Cord Syndrome yang menampilkan gejala gangguan 2/3
bagian anterior medulla spinalis
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik HNP menurut Nuratif dan Kusuma (2015)
adalahsebagai berikut :
a. Pemeriksaan klinik, pada punggung, tungkai dan abdomen
pemeriksaan rekal dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada
pelvis
b. Pemeriksaan Radiologis
1) Foto Polos
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebrata lumbal dan panggul
(sendi sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya
penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan
vertebra yang tidak stabil (spondililistesis).
2) Pemakaian kontras, foto rontgen dengan memakai zat kontras
terutama pada pemeriksaan miolegrafi rasikuografi, diskografi
serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal
3) MRI: merupakan pemeriksaan non-insvasif, dapat memberikan
gambaran perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta
herniasi
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan kelinan-kelainan pada
saluran kencing
2) Pemeriksaan darah yaitu laju endap darah dan hitung diferensial
untuk menyingkirkan adanya tumor ganas, infeksidan penyakit
reumatik

Selain pemeriksaan diagnostik HNP diatas pemeriksaan lain menurut


Bararah dan Jauhar (2013) adlah sebagai berikut :

a. CT Scan lumbosakral dapat memperlihatkan letak diskus protusion.


b. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan
pemeriksaan fisik sebelum pembedahan

Anda mungkin juga menyukai