A. Latar Belakang
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan,saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan.
Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan,
ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas.Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistim pelayanan kesehatan.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan
dalam aspek keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi keperawatan,
pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan
penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti
makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang
diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga
kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya
kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas maka
Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya
Manajemen Keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu
memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin
profesi kesehatan dan non kesehatan. Perawat memberikan pelayanan dan asuhan
menggunakan suatu sistem management of nursing care delivery (Woke,1990).
Dalam studinya, Woke menyebutkan manajemen pelayanan keperawatan di
rumah sakit terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain, karena sasaran yang
ingin dicapai ialah pasien. Pelayanan keperawatan di berbagai negara relatif sama,
hanya saja di Indonesia memiliki keunikan tersendiri mengingat faktor
kemajemukan pendidikan perawat Nurachmah, 2000).
Kemajemukan ini membawa dampak pada tidak konsistennya sistem
pelayanan keperawatan. Fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat
di sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Salah satu fungsi manajemen ialah
directing dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisor adalah 1) Kepala ruang
rawat (Karu). Karu bertanggung jawab dalam supervisi keperawatan kepada
pasien. Karu merupakan ujung tombak tercapai tidaknya tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Ia bertanggungjawab mengawasi perawat pelaksana
dalam melakukan praktik keperawatan. 2) Pengawas perawatan. Pengawas
bertanggung jawab terhadap supervisi pelayanan keperawatan pada areanya yaitu
beberapa Karu yang ada pada Unit Pelaksana Fungsional (UPF).
Pengawasan dan Pengendalian merupakan proses akhir dari proses
manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan pengendalian
saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama dalam perencanaan.
Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang menjadi acuan,
diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan kinerja, keuangan, dan
lain sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu dilakukan
pengawasan apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai dengan standar
atau tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu dilakukan
pengendalian sehingga kembali sesuai standar yang berlaku.
B. Landasan Teori
1. Definisi Supervisi
Supervisi adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dgn rencana, perintah,
tujuan/kebijakan yang telah ditentukan (Mc Farland, 1988 dalam Harahap, 2004).
Selain itu Swansburg (1999) juga mendefinisikan supervisi sebagai segala usaha
untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan
tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
menghargai potensi tiap individu, mengembangkan potensi tiap individu, dan
menerima tiap perbedaan.
Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam
berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala
bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Namun pada dasarnya
seorang supervisor harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan kerja
b. Kontrol terhadap pekerjaan
c. Memecahkan Masalah
d. Memberikan umpan balik terhadap kinerja
e. Melatih (coaching) bawahan
f. Membuat dan memelihara atmosfir kerja yang inovatif
g. Mengelola waktu
h. Berkomunikasi secara informal
i. Mengelola diri sendiri
j. Mengetahui sistem manajemen perusahaan
k. Konseling karir
l. Komunikasi dalam pertemuan resmi
2. Tujuan Supervisi Keperawatan
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan jumlah
sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh
karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan
arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran
dan mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada pemberian
pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Arwani,-2004).
Tujuan dalam supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah
peningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil
akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan kualitas
layanan (Muncul-Wiyana,2008).
3. Karakteristik Supervisi Keperawatan
Dalam keperawatan, supervisi yang baik apabila memiliki karekteristik :
a. Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan yang sesungguhnya.
b. Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada.
c. Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala.
d. Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau
penanggung jawab yang ditunjuk).
e. Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.
4. Prinsip Supervisi Keperawatan
Menurut Keliat (1993) prinsip supervisi keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi RS.
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan hubungan
antar manusia, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan dan kebijakan dan uraian tugas standar.
d. Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
e. Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi, falsafah,
tujuan dan rencana yang spesifik untuk mencapai tujuan.
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif,
merangsang kreativitas dan motivasi.
5. Teknik Supervisi
a) Langsung
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam melakukan
supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan petunjuk dari supervisor tidak
dirasakan sebagai suatu perintah, selain itu umpan balik dan perbaikan dapat
dilakukan langsung saat ditemukan adanya penyimpangan.
Supervisi cara langsung dapat dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung.
Pada supervisi secara langsung seorang supervisor dapat terlibat kegiatan secara
langsung agar proses pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
sutu perintah. Pada kondisi ini, umpan balik dan perbaikan dapat sekaligus
dilakukan tanpa bawahan merasakan sebagai suatu beban. Proses supervisi
langsung dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan secara
mandiri tindakan keperawatan didampingi supervisor. Selama proses supervise,
supervisor dapat memberikan dukungan, reinforcement, dan petunjuk, kemudian
supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi untuk menguatkan yang
telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan memperbaiki segala sesuatunya
yang dianggap masih kurang. Agar pengarahan, petunjuk dan reinforcement
efektif maka harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pengarahan harus
lengkap tidak terputus dan bersifat partial, mudah dipahami mengggunakan kata-
kata yang tepat, menggunakan alur yang logis, dan jangan terlalu kompleks.
b) Tidak Langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan
sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan. Cara ini
biasanya dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Cara tidak
langsung ini memungkinkan terjadinya salah pengertian (misunderstanding) dan
salah persepsi (mispersepsi) karena supervisor tidak melihat secara langsung
tindakan-tindakan yang dilakukan.
6. Elemen Proses Supervisi
a. Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan
mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
b. Fakta empirik di lapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan
menetapkan kesenjangan
c. Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki
7. Supervisor Keperawatan
C. Langkah-langkah
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang telah
ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik
dalam manajemen maupu asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar
profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk pengawasan berjenjang
dilakukan-sebagai-berikut:
a. Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap
kepala ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana.
b. Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat
Pelaksana.
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Kegiatan Rutin Supervisor
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya
(bittel,a987) adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Pertukaran Shift (15-30 menit)
Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
Mengecek jadwal kerja
2. Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit)
Mengecek personil yang ada
Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
Mengatur pekerjaan
Mengidentifikasi kendala yang muncul
Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3. Sepanjang Hari Dinas (6-7 jam)
Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi
atau memberikan latihan sesuai kebutuhannya.
Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera membantu
apabila diperlukan
Mengecek pekerjaan rumah tangga
Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk
personil baru.
Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal-hal
yang terkait.
Mengatur jam istirahat personil
Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara
memudahkannya.
Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional
Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.
4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15 menit.
Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti : Keterlambatan
pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya.
5. Sebelum Pulang
Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk memecahkan
persoalan tersebut keesokan harinya.
Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya,
kecukupan material dan peralatannya.
Lengkapi laporan harian sebelum pulang
Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang memperlajari di rumah
sebelum pergi bekerja kembali.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas
masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruangan materi
supervisi adalah kemampuan manejerial dan kemampuan dalam asuhan
keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di
timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana
disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan kepeawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf
maka perlu disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf
yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi.
D. Kesimpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan
di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan
pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugasnya secara
efektif-dan-efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan
dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi,
kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Dari berbagai Sumber
Diposkan oleh Oechay di 16.2
SUPERVISI KEPERAWATAN
Filed under: Uncategorized Meninggalkan komentar
SUPERVISI KEPERAWATAN
2. 1 Pengertian
2. 2 Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada klien dan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan perawat
dalam melaksanakan tugas.
2. 3 Prinsip Supervisi
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.
2. 4 Pelaksana Supervisi
1. Kepala Ruangan :
2. Pengawas perawatan :
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala ruangan yang ada
di instalasinya.
2. 5 Alur Supervisi
2. 6 Langkah-langkah Supervisi
1. Pra supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
f) Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan Perawat
Associate
2. Manajemen anggaran
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja,
tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan
tepat. Kegegalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan
keperawatan.
2. Area Supervisi.
3. Cara Supervisi
a) Langsung.
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
DAFTAR PUSTAKA
https://lasida.wordpress.com/2012/01/24/supervisi-keperawatan/