Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Menurut Helmi ZN. 2011 dalam jurnal Gde Rastu Adi Mahartha, dkk.
Manajemen fraktur pada muskuloskeletal, Fraktur merupakan istilah dari
hilangnya kontinuitas tulang baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya
disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur lengkap atau tidak lengkap
ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan tulang, serta jaringan lunak
di sekitar tulang.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Terputusnya kontinitas tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa
(M. Clevo & Margareth, 2012).
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun
luar. Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi
seperti malunion, delayed union, nounion dan infeksi tulang (Bucholz RW, Dkk.
2006).
Fraktur tulang humerus adalah adanya diskontinuitas atau hilangnya struktur
dari humerus yang terbagi atas:
1. Fraktur suprakondilar humerus
2. Fraktur interkonditer humerus
3. Fraktur batang humerus
4. Fraktur kolum humerus
Berdasarkan bentuk patah tulangnya, komplet, yaitu garis fraktur menyilang
atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang biasanya tergeser, inkomplet,
meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang, fraktur kompresi, yaitu
fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan tulang lain avulsi, yaitu
fragmen tulang tertarik oleh ligament, communited (segmental), fraktur dimana
tulang terpecah menjadi beberapa bagian. simple, fraktur dimana tulang patah dan
kulit utuh, fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah
berjauhan dari tempat yang patah, fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang
patah, posisi pada tempatnya yang normal, fraktur komplikata, yaitu tulang yang
patah menusuk kulit dan tulang terlihat (Nayagam S. Principles of Fractures, 2010
dalam Gde Rastu Adi Mahartha, dkk. Manajemen fraktur pada muskuloskeletal).

B. ETIOLOGI
Menurut buku M. Clevo & Margareth, 2012 etiologi terjadinya fraktur terdiri dari:
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan..
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
4. Fraktur patologik
Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti
vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum.
C. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini
merupakan dasar penyembuhan tulang (M. Clevo & Margareth, 2012).

D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
Secara umum tanda dan gejala fraktur yang terjadi biasanya seperti menurut M.
Clevo & Margareth, tahun 2012 :
1. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah
terjadi menambanh rasa nyeri patah tulang terjadi spasme otot
2. Bengkak dan nyeri tekan: edema muncul secara cepat dari lokasi dan
ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstermitas yang tidak aalami
5. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
6. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
7. Tenderness/keempukan
8. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
9. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
10. Pergerakan abnormal
11. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
12. Krepitas

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis untuk fraktur menurut Arif Manjoer, 2002 :
1. Anamnesis
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci
kapan terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah
trauma, dan posisi pasien atau ektrermitas yang bersangkutan.
2.Pemeriksaan umum
Dicari kemungkinan komplikasi syok pada fraktur multipel, fraktur pelvis,
fraktur terbuka tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi
3.Pemeriksaan suatu lokasi
Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang:
a.Look cari apakah terdapat deformitas, functio leasa (kehilangan fungsi), lihat
juga ukuran panjang ekstermitas kiri dan kanan
b.Feel: apakah terdapat nyeri tekan
c.Move mencari krepitasi, nyeri bila digerakkan, seberapa jauh gangguan fungsi.
4.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan radiologi untuk
memastikan arah fraktur yang terjadi.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi awal
a.Kerusakan arteri: pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cianosis bagian distal, hematoma yang lebar dan
dingin pada ekstermitas

b.Kompartement syndrom
Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,
dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
c.Fat embolism syndrom
Yang paling sering terjadi pada fraktur tulang panjang. Terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk kealiran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, tachypnea, demam
d.Infeksi: jika sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
e.Avaskuler nekrosis
Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang
f.Shock: karena kehilangan banyak darah

H. PENATALAKSANAAN
1.Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis
a.Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
dengan manipulasi dan traksi manual.
b.Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
c.Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat
fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam
yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
2.imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai trejadi penyatuan.
3.Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah dilakukan
reduksi dan imobilisasi (Arif, 2000).

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, pemeriksaanfisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhanutama
b. Riwayatkesehatan / penyakit sekarang
c. Riwayatkesehatan / penyakit dahulu
d. Riwayatkesehatan / penyakit keluarga
e. Riwayat tumbuh kembang (usia 2 tahun)
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
5. Pemeriksaan penunjang

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
K. INTERVENSI
1. Dx : Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
a) Tujuan dan Kriteria hasil : tanda-tanda kecemasan hilang, melakukan
penurunan cemas, melaporkan tidak ada kecemasan, mampu
menunjukkan rasa nyaman dan tenang
b) Intervensi
1) Kaji tingkat kecemasan
2) Ajarkan teknik relaksasi
3) Berikan informasi tentang prosedur tindakan dengan jelas
4) Anjurkan keluarga klien untuk menemani klien
c) Rasional
1) Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
2) Mengurangi cemas klien
3) Agar klien paham tentang prosedur tindakan
4) Agar klien dapat lebih tenang
2. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
a) Tujuan dan kriteria hasil : mampu mengontrol nyeri, melaporkan
bahwa nyeri berkurang, mampu mengenali nyeri, mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
b) intervensi
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2) Observasi ketidaknyamanan klien
3) Ajarkan klien teknik relaksasi
4) Mengurangi nyeri dengan cara farmakologi
5) Evaluasi kontrol nyeri
c) Rasional
1) Mengetahui status nyeri klien secara komprehensif
2) Mengetahui tingkat kenyamanan klien
3) Mengurangi nyeri
4) Mengurangi nyeri dengan menggunakan obat
5) Mengetahui status nyeri klien secara terkini
DAFTAR PUSTAKA

Adi Mahartha Gde Rastu, Dkk. 2013. Manajemen Fraktur Pada Trauma
Muskuloskeletal. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14484&val=970 diakses
senin 28-12-2-15 (12:20)
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
Mansjoer Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Price S.A, Wilson L.M. 2006. Patofifisiologi Konsepklinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer. 2001 .Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth. Jakarta:
EGC
Wilkinson Mjudith, Ahern R. 2011. Buku Saku Diangnosa Keperawatan Edisi
9Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai