Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geoposisi (silang) Indonesia diantara dua samudera dan dua benua, selain
dinilai sangat strategis dalam perspektif (geo) politik global, tetapi ia dapat berubah
menjadi "kritis" jika pemerintah tidak memanfaatkan faktor geopolitical leverage
dimaksud. Tak boleh dipungkiri, sekurang-kurangnya ada beberapa hal yang harus
dicatat sebagai titik strategis, yaitu selain sebagai sumber raw material bagi negara-
negara (industri) maju, Indonesia merupakan pasar yang tak pernah kenyang karena
faktor demografi. la juga merupakan tempat memutar ulang kelebihan kapital bagi
negara-negara industri, selain lintasan Sealane of Communication/SLOC, jalur
distribusi minyak, gas, barang dan jasa yang tak pernah sepi.
Yang paling dahsyat sesungguhnya adalah choke points pada selat-selat dan
perairan Indonesia , namun justru point ini yang tak pernah dibahas, diberdayakan
apalagi diundang-undang (UU)-kan. Sekurang-kurangnya, dari tujuh selat strategis
dunia, empat harusnya limadiantaranya berada di Indonesia. Artinya, bila Indonesia
menutup beberapa selatnya dengan alasan kepentingan nasionalnya terganggu, maka
bakal heboh dunia.Ini bahan/materi bargaining yang dahsyat pada forum diplomasi
baik tingkat global maupun regional.
Sedang titik kritis yang mutlak harus disadari bersama adalah, jika Indonesia
lemah baik sebagai bangsa maupun negara, selain ia cuma dijadikan buffer zone
(penyangga) bagi negara-negara imperialis kapitalis karena faktor-faktor strategis di
atas. Juga yang rawan dari perspektif kritis tadi, pertama, kita berbatasan dengan 3
negara asing di daratan dan 10 negara lain di lautan. Cukup banyak frontier batas
imajiner pengaruh pusat terhadap rakyatnya di perbatasan yang mutlak harus dikelola
secara konseptual. Jika tidak, wilayah-wilayah perbatasan bisa lepas satu
persatu.Terpisahnya Timor Timor, Sipadan dan Ligitan adalah bukti nyata
kelemahan pusat dalam mengelola frontier. Kedua, selain dikelilingi oleh 13
pangkalan militer Amerika (AS), negeri ini juga diputari oleh Five Power Defence

1
Arrangement (FPDA) yang meliputi Inggris, Australia, Malaysia dan Singapore,
selain ada pula ANZUS (Amerika, New Zealand dan Australia) dan lainnya. Inilah
points strategis dan kritis yang melekat pada takdir geopolitik Indonesia. Kita hari
ini, masih digaduhkan oleh persoalan-persoalan hilir, hal yang tidak produktif untuk
tujuan, cita-cita dan kepentingan nasional Rl.
Mengingat kebijakan poros maritime dunia masih baru, kajian konfherensif
tentang kajian tersebut juga masih sedikit. Kajian poros maritim dunia yang relevan
dari Proceeding AIIHI seperti berikut.
Badan Pengkajian dan pengembangan kebijakan (BP2K) Kementrian luar
negeri Republik Indonesia memfokuskan pandangan pada aspek diplomasi maritime
yang memiliki 3 dimensi yaitu dimensi kedaulatan, keamanan dan kesejahteraan.
Diplomasi ekonomi kelautan diharapkan dapat berkontribusi dalam pembangunan
kelautan Indonesia untuk mewujudkan poros maritim dunia yang diterjemahkan
sebagai pusat kegiatan ekonomi regional dan global dengan memanfaatkan sumber-
sumber dan aktifitas kelautan.
Sejak dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014 Presiden Joko Widodo
menggambarkan pembangunan visi konsep poros maritim dunia kedalam 5 pilar,
seperti diketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan 2/3 bahagian atau
70% luas wilayahnya terdiri atas lautan. Deklarasi Juanda pada tahun 1957
mmemasukan laut serta pulau-pulau terluar sebagai wilayah territorial yang semulah
hanya sebatas 3 mil dari garis pantai. Namun dengan konsep kepulauan (archipelagic
state) laut bahagian dalam ikut menjadi laut teritirial, walau jaraknya lebih dari 3 mil
dan pada tahun 1985 saat Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 wilayah territorial
berubah menjadi 12 mil serta ZEE berjarak 200 mil dari garis pantai, dan pada tahun
2017 seluruh pulau terdaftar di PBB sebanyak 17.466 Pulau yang pada tahun 2014
hanya terdaftar 13.466 Pulau, diharapkan batas maritim Negara akan terselesaikan
pada tahun 2019.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana budaya maritim di Indonesia?
2. Bagaimana peningkatan ekonomi maritim Indonesia?
3. Bagaimana konektivitas maritim Indonesia?
4. Apa kebijakan diplomasi maritim Indonesia?
5. Bagaimana langkah kemanan maritim Indonesia menghadapai era Globalisasi
dan ancaman Global?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana budaya maritime di indonesia
2. Mengetahui sistem peningkatan ekonomi maritim indonesia
3. Mengetahui konektivitas maritime Indonesia
4. Mengetahui apa kebiajakan diplomasi maritim indonesia
5. Mengetahui bagaimana langka keamanan maritim Indonesia di era Global.

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil penulisan Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarakat
tentang pengetahuan atas potensi-potensi maritim nusantara, batas wilayah, dan
bagaimana memanfaatkan potensi tersebut untuk mensejahterakan rakyat Indonesia.

3
BAB II
ISI

2.1 BudayaMaritim
Para ahli sejarah bangsa Eropa pernah melontarkan ungkapan sebetulnya nenek
moyang bangsa Indonesia adalah mereka yang datang dari Asia Tenggara
(Indochina/Yunan) dalam dua gelombang migrasi besar-besaranmelalui laut, yakni
pada 5000 tahun SM dan pada 2000 tahun SM, dan dalam perjalanantersebut sumber
penghidupan mereka hanya berasal dari laut. Peninggalan prasejarah seperti Cadas
Gua di pulau-pulau Muna, Seram dan Arguni yang diperkirakan berasal dari 1000
tahun SM dipenuhi dengan lukisan perahu-perahu layar pada waktu itu. Juga dengan
ditemukannya beberapa artefak suku Aborigin di Australia yang diperkirakan berasal
dari 2500 tahun SM ternyata memiliki kemiripan dengan yang ditemukan di pulau
Jawa.
Fakta tersebut memperlihatkan adanya indikasi bahwa jauh sebelum
gelombang manusia dari Indochina datang ke Indonesia, nenek moyang bangsa-
bangsa Nusantara sudah memiliki hubungan dengan suku Aborigin di Australia
melalui laut.Peninggalan prasejarah bekas kerajaan Merina yang didirikan oleh
perantau dari Nusantara ditemukan juga di Madagaskar. Hal ini menunjukkan, bahwa
nenek moyang penduduk Nusantara pada masa itu telah memiliki teknologi
pembuatan perahu bercadik dan perahu layar yang mampu mengarungi samudera
dengan medan yang sangat berat.
Jejak prasejarah bercirikan istilah maritim juga ditemukan di wilayah rumpun
bahasa Austronesia, di mana pengaruh istilah maritim bahasa Nusantara terasa sangat
kuat dibandingkan dengan pengaruh rumpun bahasa lainnya.Bertolak dari bukti
prasejarah nusantara itu memberikan indikasi bahwa nenek moyang bangsa
Nusantara adalah asli pelaut dan pengembara, dan sejak ribuan tahun sebelum
Masehi sudah mampu menghadapi gelombang besar melewati samudera Pasifik dan
samudera Hindia.Fakta sejarah ini memperlihatkan bahwa bangsa nusantara adalah
pelaut-pelaut ulung yang jejak kebudayaannya masih dapat diikuti sampai sekarang.

4
Pada jaman pengaruh Hindu-Budha mulai menyebar di kepulauan Nusantara,
kerajaan-kerajaan Nusantara pun melakukan kegiatan maritim aktif, baik intra insular
ataupun ekstra insular, hingga ke India dan Cina.Kepulauan Nusantara waktu itu
merupakan wilayah yang kaya dengan komoditas perdagangan, dan geoposisinya
merupakan posisi silang dimana terdapat jaringan komunikasi dan transportasi
maritim (misalnya; rute Cina -Taruma -India), ditandai dengan ditemukannya artefak
Cina dan India di Situs Batu Jaya Karawang.Kerajaan Sriwijaya berjaya berdasarkan
visi kemaritimannya yang menguasai jaringan transportasi dagang, jaringan
komoditas dan jaringan pelabuhan terutama di sekitar Selat Malaka.
Selain itu pemerintahan maritimnya kuat dan efektif serta tercatat sebagai
pemerintahan dengan kekuatan laut yang diperhitungkan. Di Jawa, kerajaan Hindu
Majapahit mencapai puncak kejayaannya pun berdasarkan visi maritimnya. Wilayah
kekuasaannya merupakan sebaran kerajaan bawahan yang memiliki pelabuhan dan
komoditas dagang vital terutama beras. Kapal-kapal dan pelaut-pelaut Jawa tercatat
dalam kronik-kronik di mancanegara (Sukodaya - Thailand dan Pegu - Myanmar)
sebagai manifestasi kejayaan negara maritim Majapahit yang juga menjadi pusat
budaya dan peradaban di Nusantara.Selain itu kekuatan maritimnya merupakan
modal dasar untuk melakukan kolonisasi, ekspansiitu kekuatan maritimnya
merupakan modal dasar untuk melakukan kolonisasi, ekspansi dan penetrasi budaya
di zaman tersebut.
Sementara itu, kerajaan dan kesultanan Islam pesisir utara Jawa, Demak -
Bintara, Tuban, Lasem dan Jepara melanjutkan tradisi maritim Majapahit sekaligus
menyebarkan (prolifikasi) agama Islam dan menantang keberadaan kekuatan maritim
Portugis yang mulai merajalela di Nusantara karena dorongan dinamika lingkungan
ekonomi strategis (direbutnyaKonstantinopel oleh TurkiOsmani yang mengakibatkan
terganggunya perdagangan komoditas rempah-rempah dan barang mewah dari Asia).
Di masa yang bersamaan, Banten pun berkembang menjadi kekuatan maritim yang
mengendalikan wilayah barat Nusantara dan mengendalikan perdagangan lada.Reran
kekuatan maritim Demak digantikan oleh Mataram yang sampai abad ke - XVII
masih dapat diperhitungkan sebagai negara maritim.Perubahan visi pemerintahan dan

5
kekalahan dalam persaingan melawan VOC (kompeni dagang Hindia Timur)
membuat Mataram kemudian menjadi lemah dan bervisi darat.
Abad ke-XVII ditandai juga dengan berjayanya kerajaan maritim Aceh yang
melanjutkan tradisi Sriwijaya menjadi kekuatan maritim yang mengendalikan alur
laut perdagangan di sekitar Selat Malaka sampai awal abad ke-XVIII sebelum
kemudian tidak lagi sanggup bersaing dengan kekuatan maritim imperialis barat
Belanda dan Inggris. Di kepulauan Nusantara bagian Timur, KesultananMakasar dan
konfederasi kerajaan etnis Bugis (Bone, Sawito, Luwu, Tanete dan lain-lain) yang
berwawasan Maritim menjadi dua kekuatan yang mengendalikan wilayah
perdagangan dan wilayah komoditas. Sifat diaspora (penyebaran) kedua kelompok
etnis ini membuat mereka hadir dimana-mana dan dapat mempertahankan budaya
Maritimnya hingga sekarang, meskipun kedua kerajaan tersebut juga tidak sanggup
menghadapi kekuatan maritim imperialis Barat (VOC maupun Belanda).
Lebih timur lagi, Kesultanan Ternate dan Tidore, yang menguasai sumber
komoditas sangat penting seperti rempah-rempah, mengendalikan pula
perdagangan dan jaringan transportasi serta komunikasi Wilayah Timur
Nusantara.Tradisi insularitas kedua kesultanan ini sangat terlihat dan merupakan
salah satu ciri pemahaman geostrategi 'perfect isolation' di Kepulauan Nusantara.
Jika rakyat Indonesia ingin mendapat porsi lebih dari manfaat perekonomian
berbasis maritim di Indonesia, maka budaya dan sikap mentalnya terhadap maritim
harus berubah. Maritim merupakan bagian integral dari identitas dan potensi
kemakmuran masyarakat Indonesia. Karakter maritim yang berciri dinamis, egaliter,
dan pantang menyerah perlu terus ditumbuhkembangkan. Pemerintah pun perlu
menyediakan pendidikan berwawasan maritim dengan mencetak sumber daya
manusia yang terampil dalam mendukung aktivitas maritim, seperti: pelayaran,
pelabuhan, penanganan peti kemas, asuransi pelayaran, peramalan cuaca, dan
sebagainya.
Apabila ini terus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan, bukan
tidak mungkin bangsa Indonesia akan kembali menemukan jati dirinya dalam dua-

6
tiga generasi ke depan sebagai bangsa maritim. Perubahan sikap mental ini harus
diprogramkan melalui pendidikan formal dan informal. Pembangunan karakter
bangsa secara sengaja merupakan bentuk perubahan sosial yang direkayasa
(engineered), Perubahan tersebut membutuhkan proses penanaman nilai melalui jalur
pendidikan formal dan informal, serta tuntunan keteladan dari para tokoh masyarakat
yang berpengaruh. Waktu yang dibutuhkan dalam proses sosial ini tergantung dari
komitmen seluruh komponen masyarakat untuk berubah ke arah yang hendak dituju.
Komitmen tersebut biasanya akan mendapat tantangan dari sebagian masyarakat
yang merasa dirugikan dengan adanya perubahan dari zona nyaman yang saat ini
dinikmatinya.
Faktor kepemimpinan masyarakat menjadi satu elemen penting untuk
melakukan perubahan sosial. Jika belajar dari sejarah, terutama terkait keruntuhan
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, diperlukan pemimpin yang mampu mengarahkan
masyarakat ke arah yang lebih baik. Mencetak calon pemimpin harus diupayakan
melalui program pengembangan kepemimpinan dan proses regenerasi kepemimpinan
berkesinambungan. Para calon pemimpin bangsa tidak saja dituntut untuk dapat
memahami pengetahuan pada tataran strategis, namun juga memiliki sikap mental
yang cerdas, berani, visioner, arif, bijaksana, dan berwawasan maritim; serta
mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok. Terlebih lagi
dalam konteks ASEAN, pemimpin Indonesia harus mampu juga menjadi pemimpin
yang dapat diterima dan dihormati oleh negara-negara ASEAN. Tanpa adanya
regenerasi kepemimpinan, maka eksistensi suatu bangsa akan terancam.
Aspek budaya lain yang turut mendukung visi Poros Maritim Dunia adalah
perubahan orientasi pembangunan dari Jawa-sentris menuju keluar-Jawa. Perlu
dibangun budaya baru yang memiliki kecenderungan memindahkan segala kegiatan
sosial-budaya yang memungkinkan untuk keluar- Jawa. Kegiatan sosial-budaya
tersebut dapat berupa pusat kegiatan politik nasional, pelayaran, perdagangan,
industri, perikanan, pertanian, pendidikan, penelitian, kesehatan, kesenian, dan
bahkan pertahanan keamanan keluar-Jawa, agar di daerah baru nanti pusat-pusat
kegiatan tersebut dapat menjadi penggerak roda perekonomian daerah. Sudah sejak

7
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, pusat sosial-budaya terus terpaku di pulau
Jawa. Rencana Presiden Soekarno untuk memindahkan ibu kota ke Kota
Palangkaraya merupakan pandangan visioner dengan nilai nasionalisme yang tinggi.
Sudah saatnya pemerataan pembangunan ekonomi Indonesia dikondisikan untuk
lebih menyebar ke luar Jawa. Perlu kemauan para elit politik nasional untuk bergerak
dari zona nyaman menuju kesejahteraan sosial yang lebih merata. Jika dikaitkan
dengan visi Poros Maritim Dunia, perubahan budaya keluar-Jawa harus
diprioritaskan pada pembangunan sentra pertumbuhan ekonomi yang berada di
pesisir pantai. Pesisir pantai memiliki keuntungan akses dengan kota-kota pelabuhan
lain yang lebih maju melalui jalur laut. Sentra- sentra ekonomi baru ini akan menjadi
pusat kegiatan sosial- budaya baru di Indonesia yang dilengkapi dengan prasarana
pelabuhan laut besar yang memadai agar proses transformasi pembangunan dapat
terakselerasi lebih cepat.
Kalau zaman dahulu leluhur bangsa Indonesia dapat tampil sedemikian hebat
sebagai kerajaan maritim, seharusnya bangsa Indonesia sekarang ini bisa mengulangi
sejarah tersebut dengan menjadi kekuatan maritim modern. Dengan kondisi mental
bangsa yang dianggap jauh dari mentalitas bangsa besar, revolusi mental menjadi hal
penting. Revolusi mental itu diartikan sebagai proses perubahan sosial (dengan
penuh kesadaran) menuju ke jati diri yang dituju sebagai bangsa maritim yang kuat.
2.2 Ekonomi Maritim
Untuk menjadi Poros Maritim Dunia, prasarana ekonomi maritim harus
dibangun secara optimal. Infrastruktur seperti sarana-prasarana pelabuhan, kapal
angkut/penumpang, alat navigasi pelayaran juga harus dibangun. Ada banyak sekali
pulau atau pelabuhan tradisional di Indonesia-seperti Pulau Sabang, Pulau Batam,
Pulau Bintan, Pulau Natuna, Kota Merak, Kota Cilacap, Kota Bitung, Kota Palu,
Kota Kupang, Pulau Morotai dan Kota Sorong-yang sebenarnya sangat cocok
dikembangkan menjadi deep sea portatau global transhipment portseperti Singapura.
Pengembangan sistem transportasi antarpulau yang bertumpu pada jalur darat, selain
berpotensi mendegradasi kualitas lingkungan hidup Indonesia, juga tidak banyak
menjawab persoalan transportasi barang yang efektif.

8
Motif dibalik fokus politik internasional di kawasan Indo-Pasifik tidak lepas
dari motif ekonomi, yaitu: freedom of navigation,akses kepada sumber daya alam,
dan akses kepada pasar. Motivasi ekonomi itu sudah melebur ke dalam kepentingan
nasional masing-masing negara, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan.
Motivasi tersebut berimbas ke urusan politik manakala hasil interaksi politik
berujung pada blokade atau pengepungan atas aktivitas ekonomi, seperti yang terjadi
di Korea Utara dan Iran (diblokade oleh Amerika Serikat dan sekutunya). Korea
Utara memiliki masalah dengan Amerika Serikat terkait perang dengan Korea
Selatan yang didukung Amerika Serikat dan kepemilikan senjata nuklir. Sedangkan
Iran bermasalah karena dugaan kepemilikan persenjataan nuklir yang mengancam
kepentingan Amerika Serikat (di mana secara historis, rezim Shah Iran yang
dijatuhkan pada tahun 1980-an adalah rezim yang didukung pemerintah AS).
Jika sumber daya tersebut adalah minyak, tentu dibutuhkan pelabuhan yang
mampu disandari kapal tanker besar yang membutuhkan kedalaman hingga 20 meter.
Kemudian terdapat pipa penyerap muatan minyak untuk didistribusikan ke tanki
penampung. Minyak mentah tersebut harus diproses di kilang minyak untuk menjadi
produk akhir berupa bahan bakar. Oleh karena itu, untuk mampu menangani muatan
minyak mentah, pemerintah perlu merencanakan pembuatan kilang-kilang minyak di
beberapa pelabuhan di Indonesia. Sudah saatnya Indonesia memiliki kedaulatan atas
kilang minyak di wilayah Indonesia.
Lima tahun kedepan pemerintah jokowi menargetkana akn membangun 24
pelabuhan sebagai infrastruktur pendukung tol laut. Tertuang dalam rencana
pembangunan jangka menenga nasional 2015-2019, program tol laut ini menjadi
bahagian penting pelayaran maritime dunia. apalgi presiden cina Xi Jinping akan
membangun kembali jalur pelayaran sutra modern abad XXI. Program ini penting
untuk meningkatkan integrasi dan konektivitas antar wilayah, sehingga bisa
mengurangi biaya logistik dan membangun pendidikan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi kemaritiman.
Kekayaan laut tersebut mencakup ikan pelagis besar atau ikan yang hidup
dipermukaan laut seperti tongkol, tuna, cakalang, pelagis kecil atau jenis kembung,

9
lemuru, laying, serta ikan demersal atau jenis ikan yang hidup di dasar laut seperti
kakap urisi dan bawal. Perairan laut cina selatan merupakan wilayah dengan total
potensi perikanan terbesar, yakni mencapai 1,05 Juta Ton dengan komposisi ikan
terbanyak pelagis kecil 59%, demersal 35% dan pelagis besar 6%. Selat Makassar
menyimpan potensi kedua sebanyak 929.000 Ton, yang terdiri dari atas pelagis kecil
65%, pelagis besar 21% dan demeral 9%. Wilayah lain yang memiliki sumber daya
perikanan terbanyak berikutnya adalah laut Arafura sebanyak 855.000 Ton, laut Jawa
836.000 Ton dan teluk Tomini 595.000 Ton, kemudian diikuti samudera hindia
dibarat sumatera sebanyak 565.000 Ton dan samudera hindia sisi selatan pulau jawa
sebanyak 491.000 Ton. Wilayah perariran dengan potensi perikanan lebih kecil
dikisaran 300.000 Ton adalah laut Sulawesi, laut Banda, Selat malaka dan samudera
Pasifik.
Dengan potensi perikanan yang melimpah tersebut, pemerintah enargetkan
produksi terus meningkat hingga mencapai 6,9 Juta ton pada 2019, naik dari
produksi dari 2015 sebesar 6,2 juta ton, selain itu pemerintah berupaya menjadikan
ikan sebagai produk pangan utama sebagai masyarakat yang ditunjukan dari
peningkatan komsumsi ikan nasional, dari 40,9 Kg Kapita/Tahun menjadi 54,4 Kg
kapita/Tahun. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menyiapkan dua langka
startegis yaitu pemberantasan penangkapan wilayah nasional dan transipment dilaut
atau penenggelaman kapal pencuri ikan. Langka selanjutnya di bidang usaha dan
investasi yang terdiri atas penyediaan kapal dan alat tangkap, penebaran beni ikan,
pembangunan cold storage, serta pembagunan pasar ikan terintegrasi.
2.3 Konektivitas Maritim
Jika melihat peta rute pelayaran internasional di atas, ada satu rute gemuk yang
melewati Selat Malaka; dan dua rute sedang yang melewati Selat Sunda dan Laut
Sulawesi. Indonesia perlu berencana untuk harus mampu mengimbangi Singapura
dalam memanfaatkan satu rute gemuk dan dua rute sedang itu. Seluruh pelabuhan
strategis di rute-rute tersebut perlu didukung oleh sumber listrik yang memadai agar
kapal- kapal dapat bersandar di sejumlah pelabuhan. Penting juga untuk dikaji
mengenai penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir yang sangat efisien untuk

10
lokasi kepulauan seperti Indonesia.
Selain perspektif ke luar, perlu dikaji rute-rute pelayaran yang ideal untuk
mendistribusikan kebutuhan transportasi domestik. Rute-rute pelayaran tersebut
hendaknya dibangun dengan mempertimbangkan komoditas unggulan yang di-
kapalkan dari daerah terdekat. Diperlukan perbaikan atas sistem hub and spokeyang
ada, dengan memperhatikan masukan dari pelaku ekonomi yang terlibat dalam
pelayaran domestik tersebut. Pelibatan investor swasta, baik lokal maupun asing
sangat dibutuhkan untuk menyediakan berbagai jenis kapal kargo untuk
menyesuaikan dengan jenis komoditas yang diangkut Rute pelayaran domestik ini
harus mengoptimalkan konektivitas orang dan barang di seluruh pusat perekonomian
di Indonesia, baik yang sudah berkembang, maupun yang sedang dikembangkan.
Jika melihat rencana pembangunan lima deep sea portdi Kuala Tanjung, Jakarta,
Surabaya, Makassar, dan Sorong, ada beberapa wilayah di Indonesia yang belum
terjangkau dengan rute pelayaran pendukung (lihat gambar 4.2), seperti di wilayah
Pontianak dan sekitarnya, Bengkulu, Sumatra Barat, bagian barat Sumatra Utara,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Gorontalo.
Dalam kondisi di atas (manakala dukungan pemerintah pusat memiliki
keterbatasan), maka peran paradiplomasipemerintah daerah diperlukan untuk
mempromosikan pembangunan infrastruktur transportasi maritim di daerahnya.
Pemerintah daerah dengan otoritas yang diberikan pemerintah pusat, dapat mengatur
terwujudnya investasiasing ke daerahnya. Hal ini pun sejalan dengan kebijakan
sejumlah negara maju yang memiliki program bantuan luar negeri (foreign
aid)kepada negara-negara berkembang. Ketika diplomasi pemerintah pusat kesulitan
mengurus seluruh kepentingan nasional sehingga rincian kepentingan subnasional
dan atau lokal tercecer dan terabaikan, maka paradiplomasi pemerintah daerah
diharapkan dapat menjembatani hal tersebut dengan merujuk kepada perbandingan
antara politik luar negeri dengan politik dalam negeri mengenai fungsi perbantuan
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Tujuan dilakukannya diplomasi di
dunia internasional adalah untuk memenuhi ataupun memperjuangkan kepentingan
nasional Indonesia.

11
2.4 Diplomasi Maritim
Dalam diplomasi maritim, ada empat hal yang perlu dijadikan panduan, yaitu
perlunya selalu mempertajam dan memprioritaskan kepentingan nasional Indonesia;
menentukan stratakepentingan; perlunyamemperjuangkan kepentingan ASEAN, di
mana Indonesia menganggap dirinya sebagai pemimpin alamiah ASEAN; perlunya
mengupayakan solusi menang-menang dari masalah sengketa an- tarnegara anggota
ASEAN dan pihak lain di luar ASEAN, seperti dengan kekuatan besar (Amerika
Serikat, China, India, dan Jepang). Meski begitu, keempat panduan ini dapat saja
memiliki potensi konflik satu sama lain. Sehingga perlu ada prioritas dari
keempatnya, dan prioritas yang paling rasional adalah mengedepankan kepentingan
nasional Indonesia dahulu, kepentingan daerah Indonesia, kemudian ASEAN, dan
baru kepentingan kekuatan-kekuatan besar.
Kepentingan nasional yang menonjol saat ini adulah penegakan hukum atas
penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, dan sengketa wilayah. Pemerintah telah
melakukan tindakan yang cukup tegas dalam menangani illegal fishing.Namun yang
perlu diatur lagi adalah mengenal kebijakan bilateral Indonesia dengan sejumlah
negara tetangga menyangkut penangkapan ikan tradisional lintas batas, Penangkapan
ikan tradisional ini memiliki kaitan sejarah dan budaya yang perlu diakomodir
negara-negara terkait, termasuk Indonesia.
Masalah penyelundupan (illicit trafficking) masih merupakan ancaman serius
bagi Indonesia dan negara-negara dl sekitar. Penyelundupan ini meliputi
penyelundupan narkoba (drug trafficking), penyelundupan manusia (people
smuggling),penyelundupan komoditi (seperti minyak, batu bara, ikan, dan
sebagainya), dan bajak laut yang merugikan negara dari segi politik, ekonomi,
maupun sosial. Namun dengan sedemikian luasnya perairan di Indonesia, diperlukan
sistem pengawasan yang komprehensif agar mampu mendeteksi, mencegat, dan
menindak potensi penyelundupan dengan cepat.
Menurut Waluyo, hingga saat ini, masih terdapat beberapa permasalahan
perbatasan Indonesia dengan kesepuluh negara tetangga yang belum tuntas
diselesaikan.Sengketa perbatasan ini akari selalu menjadi ganjalan bagi ASEAN

12
untuk dapat menyelesaikan masalah lain dengan pihak di luar ASEAN dan bagi
negara-negara yang terkait sengketa, sebelum potensi ekonominya dapat
dieksploitasi dan diolah. Perlu ada resolusi sengketa yang bersifat kreatif seperti
pembentukan zona pembangunan bersama (joint development zone) di wilayah
sengketa oleh negara-negara terkait agar semua pihak dapat memperoleh manfaat
bersama secara adil.
Selain itu, hal yang perlu ditanamkan dalam menyelesaikan masalah perbatasan
adalah dengan selalu mengacu pada hukum internasional yang berlaku dan
diratifikasi oleh negara- negara bersengketa (UNCLOS). Di samping menggunakan
rujukan sejarah dalam mempertahankan argumen, UNCLOS merupakan satu-satunya
acuan hukum yang berlaku saat ini untuk menyelesaikan masalah perbatasan
maritim. Peran Indonesia sebagai pemimpin alamiah ASEAN harus dipertahankan
dengan membantu negara anggota yang mengalami kesulitan. Kasus sengketa antara
Filipina dan Vietnam dengan China di Laut China Selatan harus menjadi prioritas
agenda politik Indonesia melalui forum ASEAN. Vietnam dan Filipina sendiri sudah
mengambil langkah untuk mempererat hubungan bilateral masing-masing negara
dengan Amerika Serikat. Hal ini secara tidak langsung menurunkan kredibilitas
ASEAN pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, sebagai pihak yang
seharusnya dapat membantu mencari solusi atas sengketa di Laut China Selatan.
Di lain pihak, kepentingan kekuatan besar di Indo- Pasifik harus disikapi
sedemikian rupa agar Indonesia dapat memperoleh manfaat nyata. Pemerintah China
menyediakan dana untuk menunjang program Jalur Sutra Maritim senilai US$ 40-50
miliar. Hal serupa juga mungkin ditawarkan oleh Amerika Serikat, Jepang, dan India.
Dituntut keterampilan diplomasi tingkat tinggi yang mampu memberi Indonesia
manfaat dari setiap peluang. Namun perlu disadari, situasi geopolitik di Indo- Pasifik
masih didominasi oleh supremasi hegemoni Amerika; Serikat dan sekutunya. Salah
satu agenda aliansi AS adalah melakukan containment strategyterhadap China di
bidangj politik dan keamanan. Posisi Indonesia sendiri berada tepat dq tengah
negara-negara sekutu dan mitra strategis AS. Karena itu Indonesia perlu mengkaji
dengan cermat langkah yangj paling menguntungkan dalam menghadapi kekuatan

13
aliansi AS tersebut. Kebijakan politik luar negeri bebas-aktif perlu dimaknai dengan
lebih cerdas, arif dan bijaksana. Bebas- aktif seharusnya diartikan sebagai kebebasan
Indonesia untuk membangun alignmentdengan negara mana pun atau memilih untuk
non-align. Bukan hanya non-align saja.
Namun pilihan akhir harus berdasarkan kajian seksama dari dinamika
geopolitik regional dan global. Pensakralan non-alignmentsebagai politik bebas-aktif
Indonesia pada situasi apa pun (tidak peduli dinamika struktur keamanan yang
berlangsung) harus dihindari. Pakistan dan Thailand merupakan contoh negara yang
mendemonstrasikan politik luar negeri yang sangat dinamis. Di satu sisi, mereka
sekutu pertahanan AS, namun di sisi lain mereka juga membangun ketnitraan
strategis dengan China dalam bidang ekonomi dan industri pertahanan. Kedua negara
mungkin bukan contoh diplomasi ideal, namun setidaknya diplomasi keduanya dapat
menginspirasi bagaimana diplomasi Indonesia dapat dimainkan.
2.5 Keamanan Maritim
Secara definisi, menurut Shicun, W. dan Keyuan, Z.keamanan maritim adalah
hal yang menyangkut keamanan navigasi (di laut), penanggulangan kejahatan
transnasional meliputi bajak laut dan terorisme maritim, serta pencegahan dan
resolusi konflik (maritim). Dalam konteks hubungan internasional, keamanan selalu
dikaitkan dengan kerawanan (;vulnerability) suatu negara yang dijadikan pihak
eksternal sebagai kesempatan untuk membuat masalah atas negara tersebut. Jika
negara tersebut kekuatan pertahanannya lemah, ada kerawanan atas negara itu untuk
diserang oleh negara lain yang lebih kuat; atau jika negara tersebut terletak di lokasi
yang strategis-berbatasan dengan chokepoint yang padat kepentingan-maka negara
yang tidak stabil atau tidak mampu menegakkan keamananan maritim akan
mengundang negara negara berkepentingan, biasanya greatpowersdansuperpower,
untuk hadir atas nama keamanan nasional mereka. Demikian pula jika negara
tersebut lemah dalam pengawasan di lain, negara tersebut memiliki kerawanan untuk
dirugikan oleh nelayan asing (illegal fishing), penyelundup (baik orang maupun
barang), perompak (pirate), dan teroris maritim.
Bagi Indonesia yang memiliki posisi geografis yang begitu strategis, yang

14
berada di salah satu jalur perdagangan paling sibuk di dunia dan ditopang kekayaan
alam yang berlimpah, akan menyebabkan banyak negara ingin terlibat dengan
Indonesia. Misalnya saja, teori domino yang menjadi pedoman Amerika Serikat pada
era Perang Dingin yang menyebabkan negara itu terlibat dalam konflik di Vietnam.
Situasi tersebut j menekankan betapa pentingnya hal itu bagi blok Barat; bahwa
dengan jatuhnya Vietnam ke blok Komunis, maka negara-negara lain pun akan ikut
jatuh, dan puncaknya adalah jatuhnya Indonesia ke tangan komunis. Apabila itu
sampai terjadi akan berdampak pada keamanan sea lines ofcommunication yang
memiliki nilai strategis saat itu dalam memutus life linemusuh.
Pasca Perang Dingin, Indonesia menj adi negara yang sangat diperhitungkan
dan kerja samanya pun sangat diinginkan negara lain. Dengan semakin
meningkatnya persaingan antar negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan
China, yang berebut pengaruh di kawasan Indo-Pasifik, maka Indonesia harus
memperhatikan perkembangan situasi dan kondisi internasional dan bereaksi
sepatutnya untuk menanggulangi ancaman yang mungkin muncul dari pertikaian
tersebut. Sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudra, Indonesia memiliki
kewajiban untuk membangun kekuatan pertahanan maritim. Hal ini diperlukan bukan
saja untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim Indonesia, tetapi juga sebagai
bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menjaga keselamatan pelayaran dan
keamanan maritim.
Jika mengkaji tentang keamanan, maka secara otomatis juga harus mengkaji
tentang kerawanan (sebagai lawan dari keamanan). Setidaknya ada tiga faktor
domestik yang menyebabkan kerawanan di laut, yakni: rendahnya pengawasan atau
dikenal dengan istilah maritime domain awareness(MDA) yaitu kesadaran domain
maritim. Konsepsi MDA ini terus diangkat Amerika Serikat supaya negara-negara,
terutama yang berbatasan, dan/atau berdaulat dengan rute strategis, mau bekerja
sama dalam membagi informasi maritim untuk mengurangi risiko macetnya lalu
lintas perdagangan maritim, rendahnya kemampuan penindakan terhadap oknum,
dan tingginya potensi penyelundupan di laut. Minimnyapengawasan akan memberi
oknum kesempatan melakukan aksi pelanggaran hukum. Tanpa penindakan yang

15
tegai (seperti penindakan secara tebang-pilih) akan menyebabkan oknum tidak jera
untuk melakukan pelanggaran hukum lagi. Padahal, potensi ekonomi di laut yang
tinggi akan menarik perhatian berbagai pihak untuk mengeksploitasinya.
Perairan Indonesia terdiri atas lautan di antara pulau- pulau besar (perairan
nusantara) yang sangat luas. Hal itu membutuhkan postur dan doktrin pertahanan
maritim yang sesuai dengan karakter khas tersebut, yang membedakan dengan
doktrin pertahanan maritim negara lain pada umumnya. Untuk Indonesia, perairan
nusantara membutuhkan patroli kapal-kapal besar yang mampu mengarungi laut
yang jauh dari pantai. Kalau angkatan laut negara lain membutuhkan blue water
navyuntuk forward deploymentataupun strategic forward defense-,maka untuk
Indonesia, kapal-kapal perang besar digunakan untuk patroli (forwardpresence)tidak
hanya di laut luar (dekat perbatasan), namun juga di perairan nusantara.
Kemampuan pertahanan Indonesia perlu terus ditingkatkan sehingga minimal
tidak terlalu jauh dan dapat menyelaraskan diri dengan dinamika perkembangan ling-
kungan strategis yang terus berubah. Pemerintah Indonesia perlu mengkaji
keuntungan dan risiko dari doktrin strategic forward defense(SFD) demi
meningkatkan kemampuan pertahanan Indonesia. Bagi negara yang tingkat stabilitas
keamanan dalam negerinya masih labil, maka strategi Defense-in-Depth (DiD) masih
sangat relevan. Kekuatan matra darat menjadi leading sectorstrategi DiD dalam
bentuk operasi teritorial, namun bagi negara yang tingkat stabilitas keamanan dan
perekonomiannya sudah mapan, maka kepentingan nasionalnya lebih didominasi
pada upaya perlindungan dirinya dari ancaman luar serta mengamankan sejumlah
sumber daya yang berada di perbatasan (yang jauh dari center of gravity)dan/atau
menghalau ancaman sebelum ancaman masuk ke wilayah negaranya.
Doktrin SFD menjadi lebih mungkin dilakukan karena setidaknya empat hal,
yaitu : (1) evolusi doktrin dan teknologi yang memungkinkan terjadinya intervensi
yang lebih efektif; (2) transformasi sistem pertahanan yang menyebabkan revolusi
bentuk perang; (3) kemajuan teknologi siluman dan kecepatan tindakan yang
meningkatkan daya tawar dan projeksi kekuatan; dan (4) perkembangan teknologi
yang memungkinkan kekuatan maritim menggabungkan kemampuan ofensif,

16
defensif dan logistik di laut untuk mendukung serangan koalisi dari laut, darat, dalam
laut dan udara melalui network centric warfare.Kekuatan matra laut dan udara lebih
relevan untuk menjadi leading sectorstrategi SFD. Telah disadari bahwa stabilitas
keamanan dalam negeri dan perekonomian Indonesia cenderung menguat. Sehingga
sudah saatnya Indonesia menerapkan dua strategi sekaligus, yaitu DiD (dengan TNI
AD sebagai leading sectordengan operasi teritorialnya) dan SFD (dengan TNI AL
dan TNI AU secara bersama-sama menjadi leading sector-nyu). Dengan penerapan
kedua strategi tersebut, diharapkan pertahanan Indonesia akan semakin kokoh dalam
menghadapi ancaman tradisional maupun non tradisional.
Sebagai negara kepulauan besar, doktrin militer pun perlu memberi perhatian
lebih kepada operasi amfibi dan lintas udara serta pertahanan pantai/pesisir dan
pertahanan udara. Aset-aset angkatan laut dan udara perlu direncanakan sedemikian
rupa untuk dapat melakukan operasi amfihi dan operasi lintas udara secara masif,
tanpa mengabaikan surveillanceruang udara di atas perairan kita. Tidak secara
kebetulan jika Rusia memiliki doktrin militer yang memberi perhatian khusus pada
kedua operasi tersebut. Alutsista untuk kedua operasi seperti itu juga khusus, seperti
tank amfibi dengan senjata kaliber besar yang dapat diterjunkan dari pesawat (air
drop) dan bisa menembak saat sedang berenang di laut; juga hovercraftraksasa yang
mampu membawa 500 pasukan, tiga main battle tank (MBT) dan sepuluh
armouredpersonel carrier(APC). Hovercraftdapat melewati medan rawa dan karang,
manakala moda transportasi lain tidak mampu melewatinya. Kondisi geografis
Indonesia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau, akan membuat operasi amfibi menjadi
keniscayaan bagi operasi militer TNI. Operasi amfibi yang dimaksud terkait dengan
upaya proyeksi kekuatan militer Indonesia ke wilayah yang (mungkin) diinvasi
militer asing. Luasnya wilayah Indonesia akan membuat sulit militer Indonesia untuk
mendistribusikan kekuatan militer secara merata dan memadai ke seluruh penjuru
nusantara.
Wilayah perairan Indonesia yang sangat luas akan sulit untuk diamanankan
sepenuhnya. Sehingga perlu adanya, prioritas. Daerah-daerah menjadi prioritas
tentunya adalah sejumlah daerah yang memenuhi salah satu atau lebih unsur berikut

17
ini: (1) memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi, baik dari sumber daya alam
maupun pariwisata; (2) memiliki lokasi yang strategis di dalam rute pelayaran dunia
dan regional; dan (3) memiliki potensi sengketa/konflik perbatasan dengan negara
tetangga. Dengan doktrin SFD, orientasi pertahanan lebih mawas ke luar. Namun
strategi SFD memerlukan biaya yang besar. Hanya sejumlah kecil negara besar saja
yang sudah melakukannya, yaitu : AS, Inggris, Perancis, Rusia, Jepang, dan
Australia (negara lain yang akan bergabung tentunya China dan India).
AS yang membangun traktat dan aliansi dengan sejumlah negara di Asia dan
Eropa, memiliki pangkalan aju di sejumlah negara dan pulau-pulau di dua samudra
(seperti Guam dan Diego Garcia). AS juga memiliki sebelas kapal induk yang
dioperasikan di dua samudra. Kapal selam nuklir AS juga mengusung rudal jelajah
berhulu nuklir yang mampu menjangkau seluruh wilayah di dunia. Sedangkan
Inggris memprioritaskan konsentrasi aset militer ekpedisionernya pada wilayah
Samudra Hindia (terutama untuk meng- cover wilayah di Timur Tengah) dengan
membentuk Naval Task Group 03. Inggris juga akan memiliki kapal induk yang
dilengkapi dengan F-35B. Sedangkan Perancis juga memprioritaskan pada Samudra
Hindia dengan kehadirannya di Reunion, Tromlein dan Mayotte. Perancis memiliki
kapal induk yang dilengkapi dengan Rafale-M. Jepang dengan Japanese Maritime
Self Defense Forces (JMSDF) berupaya untuk muncul keluar wilayahnya dengan
tujuan untuk menghalau ancaman berupa terorisme, pembajakan dan pencemaran
formula yang paling sesuai bagi Indonesia dalam menetapkan lokasi terbaik bagi
penempatan pangkalan besar TNI AL.
Dalam dimensi maritim pada keamanan regional di Indo* Pasifik, postur
pertahanan yang efektif terpusat pada kekuatan maritim {seapower) dan kekuatan
udara (airpower). Hal ini sejalan dengan pendapat Prabhakar yang yang dituangkan
ke dalam enam alasan.
Pertama, karena dampak dari transformasi pertahanan dan peningkatan
teknologi militer, atau dikenal dengan istilah Revolution in Military Affairs (RMA).
Kekuatan laut danudara dipandang sebagai kekuatan primer dan kekuatan efektif
untuk penangkalan serta proyeksi kekuatan. Dalam konteks transformasi pertahanan

18
di Indo-Pasifik, postur militer yang efektif lebih difokuskan pada platform
pengangkut logistik cepat, wahana siluman, serangan presisi, aerial early warning
(AEW), dan persenjataan terpadu dengan kekuatan laut yang menyediakan wahana
mobilitas dan serangan; serta kekuatan udara untuk misi pengintaian dan
penyerangan. Kekuatan darat (land, power)akan dikerahkan manakala unsur
kekuatan udara dan laut musuh sudah dapat dilumpuhkan.
Kedua, adanya kehadiran kekuatan laut asing di kawasan Samudra Hindia,
Laut China Selatan, dan Pasifik Timur terutama dari angkatan laut Amerika Serikat,
Australia, China, India, Jepang, Prancis, dan Inggris menyebabkan peningkatan
kebutuhan interoperabilitas antara kekuatan laut negara di kawasan dan kekuatan
maritim asing tersebut. Kekuatan laut di kawasan terdorong melakukan modernisasi
kekuatan agar mampu bersinergi dengan kekuatan asing. Khusus untuk kekuatan
Amerika Serikat, kekuatan dari Angkatan Laut AS (US Navy-danbukan dari US Air
Force) yang bersifat expeditionary forcesdiproyeksikan menjadi kekuatan
penyeimbang (balancer) di kawasan. Angkatan Laut AS menempatkan sebagian
besar dari 11 armada kapal induknya untuk wilayah barat AS (yang meliputi
kawasan Indo-Pasifik) di bawah komando US Pacific Command.
Ketiga, modernisasi kekuatan militer China juga berdampak pada kebutuhan
untuk memodernisasi kekuatan pertahanan di kawasan Asia Tenggara. Kekuatan
militer China (PLA) memiliki kekuatan laut yang berdaya tempur jarak jauh
(expeditionary forces),baik untuk kekuatan permukaan maupun kapal selam
nuklirnya. Angkatan Laut China telah mengoperasi sebuah kapal induk (kelas
Liaoning) yang diperkuat dengan pesawat tempur buatan sendiri, yaitu Shenyang J-
15 (tiruan Sukhoi Su-33 yang dirancang khusus untuk mampu terbang-landas dari/ke
kapal induk). Adalah hal logis jika kekuatan pertahanan negara-negara di Indo-
Pasifik dibangun untuk menghasilkan daya tangkal bagi kekuatan militer China yang
asertif dan semakin besar.
Keempat, isu global atas perang melawan terorisme juga membuat kekuatan
militerdi Indo-Pasifik menyiapkan diri dalam menghadapi konflik asimetris dan
berintensitas rendah. Peran pasukan khusus yang didukung elemen laut dan udara

19
dianggap sebagai cara terbaik memerangi terorisme dan insurjensi. Dibutuhkan
alutsista khusus untuk mendukung operasi konter-insurjensi seperti: helikopter
serang ringan, pesawat counter-insurgency (COIN), helikopter serbu (yang
dipersenjatai kanon), perahu cepat bersenjata, UAV taktikal, dan sebagainya.
Kelima, peran Amerika Serikat (AS) di kawasan Indo- Pasifik cenderung
semakin besar. AS terus menawarkan kerja sama dan penjualan persenjataan ke
negara-negara di kawasan untuk mempererat hubungannya dengan negara-negara di
Indo-Pasifik dalam memerangi terorisme dengan penekanan pada interoperabilitas
dan proses transformasi pertahanan. Amerika Serikat telah mengumumkan Filipina
dan Thailand sebagai mitra aliansi non-NATO pada bulan Oktober 2003. Sementara
AS dan Indonesia telah membentuk kerja sama yang dinamakan Comprehensive
Partnership Arrangement (CPA) di tahun 2010. CPA dapat dimanfaatkan sebagai
koridor untuk memfasilitasi transfer dan penjualan perangkat keras (dari AS ke
Indonesia). Yang perlu untuk disadari bahwa peran AS di kawasan terlalu penting
dan berisiko untuk diabaikan.

Terakhir, munculnya peran dan relevansi baru dari aliansi regional dan bilateral
di Indo-Pasifik antara AS danFive Powers Defense Arrangement (FPDA). FPDA
telah menemukan landasankerja sama baru dari kerja sama kekuatan laut dan udara
Australia, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, dan Inggris dalam menyatukan
kekuatan dan sumber daya untuk memerangi terorisme. Sementara landasan awal
dalam mengimbangi Indonesia secara formal belum berubahJ Landasan awal FPDA
ini dapat menjadi ganjalan bagi kerja sama negara-negara anggota FPDA dengan
Indonesia. FPDAj adalah bekas peninggalan Perang Dingin. Eksistensi aliansi itu
hingga saat ini, yang awalnya dibentuk karena didorong untuk menahan Indonesia,
seharusnya sudah tidak relevan lagi. Jika memang negara anggota FPDA tidak
menganggap Indonesia sebagai ancaman, seharusnya aliansi ini sudah dibubarkan
(atau setidaknya mengikutsertakan Indonesia dalam keanggotaan FPDA).
Dari uraian di atas, dalam konteks Poros Maritim Dunia, penekanan kekuatan
pertahanan maritim akan mengarah pada pembangunan postur kekuatan matra laut

20
dan udara. Sedangkan kekuatan matra darat memiliki peran strategis sebagai
kekuatan pertahanan pesisir dan pertahanan lapis dalam atas lokasi-lokasi strategis
aspek kemaritiman, seperti pelabuhan laut, pembangkit listrik, jalur utama
transportasi darat; selain tugas pokoknya menjaga keutuhan wilayah daratan
Indonesia secara umum. Penetapan peran angkatan darat ini memiliki nilai yang
strategis untuk Indonesia, karena garis pantai Indonesia sangatlah panjang. Sehingga
tugas pertahanan pesisir sudah selayaknya disandang kepada angkatan darat yang
memiliki jumlah personil yang paling banyak jika dibandingkan dengan angkatan
lain. Doktrin pertahanan pesisir yang membutuhkan sistem persenjataan khusus pun
perlu untuk lebih dikaji secara mendalam.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspek budaya lain yang turut mendukung visi Poros Maritim Dunia adalah
perubahan orientasi pembangunan dari Jawa-sentris menuju keluar-Jawa. Perlu
dibangun budaya baru yang memiliki kecenderungan memindahkan segala kegiatan
sosial-budaya yang memungkinkan untuk keluar- Jawa. Kegiatan sosial-budaya
tersebut dapat berupa pusat kegiatan politik nasional, pelayaran, perdagangan,
industri, perikanan, pertanian, pendidikan, penelitian, kesehatan, kesenian, dan
bahkan pertahanan keamanan keluar-Jawa, agar di daerah baru nanti pusat-pusat
kegiatan tersebut dapat menjadi penggerak roda perekonomian daerah. Sudah sejak
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, pusat sosial-budaya terus terpaku di pulau
Jawa.
Jika Indonesia ingin menjadi Negara yang berdaulat eknomi dan sosial,
struktrur ekonomi yang telah terbentuk harus diubah dan ditransformasikan dengan
inofasi kemudahan pajak yang akan membantu para pelaku usaha ekonomi mikro
untuk berkembang dengan lebih baik, dengan demikian ekonomi dalam konteks
kemajuan ekonomi lebih mampu bertahan maka Negara dituntut untuk dapat
memprluas fungsinya dalam persoalan ekonomi yang dihadapi rakyatnya. Dengan
demikian Negara perlu bahkan harus melakukan intervensi dalam persoalan sosial
ekonomi guna menjamin terciptanya kesejahteraan bersama dalam rakyatnya.
Ketika diplomasi pemerintah pusat kesulitan mengurus seluruh kepentingan
nasional sehingga rincian kepentingan subnasional dan atau lokal tercecer dan
terabaikan, maka paradiplomasi pemerintah daerah diharapkan dapat menjembatani
hal tersebut dengan merujuk kepada perbandingan antara politik luar negeri dengan
politik dalam negeri mengenai fungsi perbantuan pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat. Tujuan dilakukannya diplomasi di dunia internasional adalah
untuk memenuhi ataupun memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia.

22
Kebijakan politik luar negeri bebas-aktif perlu dimaknai dengan lebih cerdas,
arif dan bijaksana. Bebas- aktif seharusnya diartikan sebagai kebebasan Indonesia
untuk membangun alignmentdengan negara mana pun atau memilih untuk non-align.
Bukan hanya non-align saja. Namun pilihan akhir harus berdasarkan kajian seksama
dari dinamika geopolitik regional dan global. Pensakralan non-alignmentsebagai
politik bebas-aktif Indonesia pada situasi apa pun (tidak peduli dinamika struktur
keamanan yang berlangsung) harus dihindari. Pakistan dan Thailand merupakan
contoh negara yang mendemonstrasikan politik luar negeri yang sangat dinamis.
Poros Maritim Dunia, penekanan kekuatan pertahanan maritim akan mengarah
pada pembangunan postur kekuatan matra laut dan udara. Sedangkan kekuatan matra
darat memiliki peran strategis sebagai kekuatan pertahanan pesisir dan pertahanan
lapis dalam atas lokasi-lokasi strategis aspek kemaritiman, seperti pelabuhan laut,
pembangkit listrik, jalur utama transportasi darat; selain tugas pokoknya menjaga
keutuhan wilayah daratan Indonesia secara umum. Penetapan peran angkatan darat
ini memiliki nilai yang strategis untuk Indonesia, karena garis pantai Indonesia
sangatlah panjang. Sehingga tugas pertahanan pesisir sudah selayaknya disandang
kepada angkatan darat yang memiliki jumlah personil yang paling banyak jika
dibandingkan dengan angkatan lain. Doktrin pertahanan pesisir yang membutuhkan
sistem persenjataan khusus pun perlu untuk lebih dikaji secara mendalam.

3.2 Saran
Untuk mencapai kedaulatan maritim nusantara, maka dipelukan langka
strategis dari pemerintah serta masyarakata agar berpatisipasi aktif dalam mejaga dan
pengelolaan sumber daya Alam yang berkaitan dengan potensi laut dan batas Negara,
untuk kesejahteraan warga Negara.
Karena pentingnya budaya maritim Indonesia serta letak Indonesia yang berada
diposisi silang transportasi laut dunia, maka Indonesia seharusnya bisa berperan
penting dalam sistem kelautan duniaa secara luas.

23
DAFTAR PUSTAKA
Bakrie Connie Rahakundini, Defending Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2014
Kementrian Pertahanan Republik Indonesia, Buku Putih Perthanan Indonesia,
Jakarta, 2015
Ritonga Rajab, Kesadaran baru maritime, Biografi Laksamana TNI Dr. Marsetio,
Jakarta, 2016
Sudarsono Juwono, Politik, Ekonomi,dan Pertahanan, Erlangga, Yogyakarta, 2004
Suropati Untung Dkk, Arungi samudera bersama sang naga, PT. Elex Media
Computindo, Jakarta, 2016

24

Anda mungkin juga menyukai