Walaupun system musculoskeletal dapat diinfeksi oleh berbagai macam agen, tetapi
yang paling banyak disebabkan oleh infeksi bakteri. Staphylococcus aureus, Streptococcus,
dan Haemophilus influenza adalah yang paling umum menyebabkan osteomielitis hematogen
pada anak-anak. Organisme bakteri yang jarang menyebabkan osteomielitis termasuk
Borrelia burgdorferi (penyakit Lyme), Mycobacterium tuberculosis, Brucella, dan bakteri
anaerob Clostridium dan Bacteroides. Organisme yang tidak biasa menyebabkan infeksi
secara umum tetapi bersimbiosis dengan penyakit immunocomprimesed seperti jamur
(Blastomyces, Cryptococcus, Histoplasma, Sporotrichum, dan Coccidioidomycoses) dan
atipikal mikobakteri (kansasii, avium-intracellulare, fortuitum, triviale, dan scrofulaceum).
Peningkatan populasi immunocompromised karena penyebab iatrogenik (misalnya,
transplantasi organ) dan penyakit lain (misalnya, AIDS dan rheumatoid arthritis) telah
meningkatkan spektrum bakteri yang dapat menyebabkan infeksi muskuloskeletal. Beberapa
bukti bahkan menunjukkan bahwa penyakit Paget merupakan manifestasi lambat suatu
infeksi tulang.
1. Staphylococus Aureus
Staphylococus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah anggur
dan kokus yang berarti benih bulat. Kuman ini sering ditemukan sebagai kuman flora
normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Dapat menjadi penyebab infeksi
terbaik pada manusia . Beberapa jenis kuman ini dapat membuat enterotoksin yang dapat
menyebabkan keracunan makanan. Kuman ini dapat diasingkan dari bahan-bahan klinik,
carriers, makanan dan dari lingkungan.
Staphylococus Aureus
Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada manusia.
Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya
penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan
abses. Diameter kuman ini antar 0,8 1,0 mikron. Kuman ini tidak bergerak, tidak
berspora dan positif gram.
Metabolit Kuman :
Staph. Aureus membuat 3 macam metabolit yang bersifat :
1. Non toksin
2. Eksotoksin
3. Enterotoksin
Non Toksin.
Yang termsuk metabolit nontoksin ialah antigen permukaan, koagulasa, hialuronidasa
fibrinolisin, gelatinasa, proteasa, lipasa, tributirinasa, fosfatasa dan katalasa.
a. Antigen Permukaan
Antigen ini berfungsi antara lain mencegah serangan oleh faga, mencegah reaksi
koagulasa dan mencegah fagositosis.
b. Koagulasa
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat karena factor
koagulasa reaktif di dalam serum. Faktor ini bereaksi dengan koagulasa dan
menghasilkan suatu esterase yang dapat membangkitkan aktivitas penggumpalan,
sehingga terjadi deposit fibrin pada permukaan sel kuman yang dapat menghambat
fagositosis.
c. Hialuronidasa
Enzim ini terutama dihasilkan oleh jenis koagulosa positif. Penyebaran kuman
dipermudah dengan adanya enzim ini, oleh karena itu enzim ini juga disebut sebagai
spreading factor.
d. Fibrinolisin
Enzim ini dapat melisiskan pembekuan darah yang sedang meradang, sehingga
bagian-bagian dari bekuan yang penuh kuman terlepas dan menyebabkan terjadinya
lesi metastatic di lain tempat.
e. Gelatinasa dan Proteasa
Gelatinasa adalah suatu enzim yang dapat mencairkan gelatin. Protease dapat
melunakkan serum yang telah diinpisasikan (diuapkan airnya) dan menyebabkan
nekrosis jaringan termasuk jaringan tulang.
f. Lipasa dan Tributirinasa
Lipasa terutama dihasilkan oleh jenis koagulasa positif, tetapi tidak mempunyai
peranan yang khas.
g. Fosfatasa, lisosim dan penisilinasa
h. Katalasa.
Eksotoksin
Terdiri dari :
a. Alfa hemolisin
b. Beta hemolisin
c. Delta hemolisin
d. Leukosidin
e. Sititioksin
f. Toksin eksfoliatif
Enterotoksin
Toksin ini penyebab keracunan makanan, terutama yang terdiri dari hidrat arang dan
protein. Masa tunas antara 2-6 jam dengan keluhan yang timbul secara mendadak
yaitu mual, muntah, diare. Kadang bias terjadi kolaps senhingga disebut kolera.
1. Streptococus
Streptokokus adalah kelompok besar dan beraneka ragam dari kokus gram positif
yang tumbuh secara berpasangan atau berantai. Sebagian merupakan flora normal,
sebagian lain berkaitan dengan infeksi penting pada manusia. Streptococcus pyogenes
(Streptokokus group A) adalah organisme yang diketahui dapat menimbulkan beraneka
ragam penyakit pada manusia. S. pyogenes tersebar secara luas pada manusia; sebagian
menjadi asymptomatic carrier. S.pyogenes berkolonisasi di tenggorokan dan kulit
manusia dan membentuk mekanisme virulensi yang kompleks untuk melawan sistem
pertahanan tubuh. S.pyogenes dapat menyebabkan infeksi superfisial atau sistemik
berdasarkan toksin dan respon imun yang memerantarai mekanisme timbulnya penyakit.
Penyakit yang umum disebabkan oleh bakteri ini adalah faringitis bakterial dan impetigo.
Selain itu S. pyogenes juga berkaitan dengan infeksi sistemik dan invasif khususnya
bakterimia, sepsis, infeksi jaringan lunak dalam seperti erisipelas, selulitis, dan fasciitis
nekrotik. Manifestasi yang lebih jarang yaitu miositis, osteomielitis, septic arthritis,
pneumonia, meningitis, endokarditis, perikarditis, dan infeksi neonatal berat akibat
transmisi intrapartum. Komplikasi nonsupuratif dapat terjadi berupa poststreptococcal
glomerulonephritis dan acute rheumatic fever, yang terjadi setelah infeksi faringitis dan
infeksi kulit akibat S.pyogenes. Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi untuk
menegakkan diagnosis dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan mikroskopis, kultur dan
identifikasi biokimia, deteksi antigen serta antibodi. Terapi menggunakan penisilin G atau
penisilin V. Pada penderita yang alergi penisilin, erythromicin,azitromycin,clarithromycin
biasanya efektif.
2. Haemophilus influenza
Bakteri H. influenzae pertama kali ditemukan oleh Richard Pfeiffer (1892) ketika
sedang terjadi wabah influenza. H. influenzae disalah artikan sebagai penyebab influenza
sampai tahun 1933, ketika etiologi virus flu menjadi jelas.
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala klinis yang disebabkan penyakit ini cukup banyak, tergantung letak
infeksi dan jenis penyakit yang disebabkannya. Anak-anak mungkin memiliki gejala
klinis yang berbeda tiap pribadi, namun jika disimpulkan, gejala klinis tersebut adalah
Irritability (kekurangan makanan dan nutrisi saat bayi, demam (pada bayi prematur
temperaturnya dibawah normal), sakit kepala, muntah, sakit di leher, sakit di punggung,
posisi badan yang tidka biasa, kepekaan terhadap cahaya, epiglottitis, dyspnoea (sulit
bernafas), dysphagia (sulit menelan), septic arthritis, cellulitis, pneumonia, sepicaemia,
osteomyelitis, bacteramia, dan empyema. Kasus Hib jarang terjadi pada bayi di bawah 3
bulan atau di atas 6 tahun. Biasanya terjadi pada umur 4-18 bulan.