Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya, suatu produk bermutu apabila dapat
memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen atas suatu produk (Bustami, 2011). Dalam pelayanan kesehatan, mutu
pelayanan yang berkualitas adalah fokus utamanya. Mutu pelayanan kesehatan menurut
Institute of Medicine (IOM) ialah suatu langkah ke arah peningkatana pelayanan kesehatan
yang baik untuk individu maupun populasi sesuai dengan keluaran (outcome) kesehatan yang
diharapkan dan sesuai dengan pengetahuan professional terkini. Pemberian layanan kesehatan
harus mencerminkan ketepatan dari penggunaan pengetahuan terbaru secara ilmiah, klinis,
teknis interpersonal, manual kognitif, organisasi dan unsur-unsur manajemen pelayanan
kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan berbanding lurus terhadap kepuasan pelanggan yang
dalam pelayanan kesehatan adalah pasien itu sendiri (Muninjaya, 2011). Pelayanan kesehatan
yang berkualitas merupakan harapan terbesar bagi setiap konsumen kesehatan.
Seperti halnya orang memilih restoran, aspek kualitas menjadi hal penting yang
diperhatikan. Begitu juga dengan memilih pelayanan kesehatan dengan keragaman produk
jasa yang ditawarkan, konsumen akan menuntut adanya standar kualitas. Belum maksimalnya
pelayanan kesehatan di Indonesia terlihat dari data terakhir SDKI 2012, terjadi peningkatan
AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Bandingkan dengan Kamboja yang sudah
mencapai 208 per 100.000 kelahiran hidup, Myanmar sebesar 130 per 100.000 kelahiran
hidup, Nepal sebesar 193 per 100.000 kelahiran hidup, India sebesar 150 per 1 100.000
kelahiran hidup, Bhutan sebesar 250 per 100.000 kelahiran hidup, Bangladesh sebesar 200
per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan kini Indonesia sudah tertinggal dengan Timur Leste
dalam pencapaian AKI, dimana AKI Timor Leste mencapai 300 per 100.000 kelahiran hidup.
Bila melihat target MDGs 2015 untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan AKI
mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi 359 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2012 maka akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mencapai target penurunan
AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO 2013 dan SDKI 2012).
Untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia seperti yang tertulis pada Undang-
Undang (UU) Kesehatan nomor 36/2009 bahwa pemerintah diberikan tanggungjawab untuk
menyediakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat.
Begitu pula dengan UU Rumah sakit nomor 44/2009 yang secara tegas menyatakan
bahwa mutu pelayanan dan keselamatan pasien merupakan dasar dan tujuan dalam
penyelenggaraan rumah sakit. Peraturan-peraturan ini merupakan gambaran pentingnya
sebuah pelayanan kesehatanan yang aman dan berkualitas yang harus disiapkan sebagai
bagian dari sistem kesehatan. Pada saat ini, kualitas pelayanan kesehatan memasuki era
patient safety sebagai fokus utamanya. Keselamatan pasien sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia. Pelayanan kesehatan yang tidak aman dan tidak berkualitas akan
meningkatkan terjadinya mordibitas dan mortalitas serta beban financial bagi sistem
kesehatan dan masyarakat. Patient safety adalah bagian dari konsep patient centered care.
Konsep patient centered care (pelayanan berpusat kepada pasien) sudah diterapkan
banyak rumah sakit di negara maju. Konsep patient centered care sebagai filosofi dalam
memberikan pelayanan kedokteran merupakan pendekatan yang bisa dilakukan karena dalam
pendekatan ini terjadi hubungan timbal balik antara penyedia pekayanan dan pasien sehingga
akan meminimalkan konflik yang selama ini timbul sebagai akibat kurangnya komunikasi
dan informasi. Patient centered care dapat dipraktekkan dalam segala tahapan usia dan
berbagai macam latar belakang (Kusumaningrum, 2009) Konsep patient centered care
sebenarnya sudah ada dari dulu namun penerapannya masih sangat susah dilaksanakan oleh
banyak rumah sakit di Indonesia. Menurut The Institute for Patient-Familly Centered Care,
2007 patient centered care adalah pendekatan yang inovatif untuk perencanaan, pemberian
pelayanan kesehatan, dan evaluasi pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang
saling menguntungkan antara pasien, tenaga kesehatan, keluarga dan penyedia layanan
kesehatan. Konsep patient centered care mempunyai 4 inti yaitu 1. Martabat dan Respek, 2.
Berbagi informasi, 3. Partisipasi Pasien dan Keluarga, 4. Kolaborasi / kerjasama. 4 aspek
dalam konsep inti patient centered care ini jika diterapkan secara mendalam dan baik maka
akan tercapai mutu pelayanan kesehatan yang baik dalam suatu rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Di Bali, beberapa rumah sakit telah menerapkan konsep patient centered care. Salah
satunya yaitu RSUP Sanglah Denpasar. RSUP Sanglah sudah mendapat banyak penghargaan
di tingkat Asia dan telah terakreditasi JCI (Joint Committee International) dalam hal
pelayanan kesehatan (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia, 2013). Akreditasi JCI adalah
pengakuan dari tim akreditasi untuk rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan
yang mengutamakan keselamatan pasien. Konsep patient centered care inilah yang mendasari
tercapainya keselamatan pasien dan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Terakreditasinya
RSUP Sanglah Denpasar oleh JCI belum cukup menunjukkan adanya pemerataan pelayanan
kesehatann yang berkualitas di Provinsi Bali, dilihat dari jumlah rumah sakit pemerintah dan
non-pemerintah di Provinsi Bali yaitu 42 rumah sakit (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013)
RSU BMC Bangli yang termasuk rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
The Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan Patient-Centered Care adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang menciptakan hubungan kerjasama yang baik diantara praktisi
kesehatan, pasien, dan keluarganya (jika diperlukan) untuk menjamin bahwa keputusan yang
dibuat menghormati keinginan pasien, kebutuhan pasien, pilihan pasien, menjamin pasien
mendapatkan pengetahuan serta mendukung pasien untuk mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri (Shaller, D, 2007).
Patient centered care mendukung keterlibatan aktif dari pasien dan keluarga mereka
dalam desain model perawatan baru dan dalam pengambilan keputusan tentang pilihan
individu untuk pengobatan. IOM (Institute of Medicine) mendefinisikan perawatan pasien
berpusat sebagai: ". Memberikan perawatan yang menghormati dan responsif terhadap
preferensi pasien individu, kebutuhan, dan nilai-nilai, dan memastikan bahwa nilai-nilai
pasien memandu semua keputusan klinis"
1. perawatan pasien berpusat juga salah satu tujuan menyeluruh dari advokasi kesehatan,
selain sistem medis yang lebih aman, dan keterlibatan pasien yang lebih besar dalam
pemberian layanan kesehatan dan desain.
2. Mengingat bahwa pemangku kepentingan non-konsumen sering tidak tahu apa hal
yang paling untuk pasien mengenai kemampuan mereka untuk sembuh dan tetap baik,
3. perawatan yang benar-benar berpusat pada pasien tidak dapat dicapai tanpa
keterlibatan pasien aktif pada setiap tingkat desain perawatan dan implementasi.
2.2 TUJUAN
Tujuan dalam Patient centered care terkait dengan komunikasi adalah memperbaiki
sistem perawatan kesehatan dengan menggunakan komunikasi dan teknologi informasi serta
mempersiapakan petugas yang ingin melakukan perubahan terhadap lingkungan perawatan
kesehatan karena sistem kesehatan terbaru abad ke 21 mempunyai target meningkatkan
sistem perawatan baik dalam struktur maupun proses dalam merubah lingkungan perawatan
kesehatan.
2.3 KOMPONEN
http://perawatnunung.blogspot.co.id/2015/04/patient-centered-care.html