Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 02 No. 02 Juni 2013 Halaman 86 - 94


Kus Winarno, dkk.: Evaluasi Kebijakan Pembangunan Puskesmas Pembantu
Artikel Penelitian

EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PUSKESMAS PEMBANTU


DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
POLICY EVALUATION OF DEVELOPING AUXILIARY HEALTH CENTER
IN CENTRAL KALIMANTAN PROVINCE

Kus Winarno1, Mubasysyir Hasanbasri2, Deni Kurniadi Sunjaya3


1
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT Salah satu strategi adalah dengan mendekatkan sarana


Background: The objective of health development is improving pelayanan kesehatan kepada masyarakat yaitu dengan
community health status through increasing public access to pembangunan pustu didaerah terpencil di seluruh Kabupaten /
health services. One of strategy is by supporting facilities for Kota di Propinsi Kalimantan Tengah. Propinsi Kalimantan Tengah
health service by developing auxiliary health center for all dengan jumlah penduduk sebanyak 1.958.428 jiwa, terdiri dari
remote dis trict at Central Kalimantan Province. Central 14 Kabupaten / Kota, 1348 desa, memiliki 805 pustu. Ini berarti
Kalimantan Province with 1,9 million of population, consisted hanya sebesar 59% atau setengah jumlah des a yang
of 14 district, 1348 villages, 805 auxiliary health center. It means mempunyai sarana pelayanan kesehatan berupa pustu.
that only 59% village have facilities for health service such as Tujuan Penelitian: Tujuan umum penelitian ini untuk
auxiliary health center. mengetahui bagaimana proses perumusan dan implementasi
Objectives: This research aimed to know how formulation kebijakan pembangunan puskesmas pembantu yang
process and implementation of policy of developing auxiliary menggunakan dana APBD I di Propinsi Kalimantan Tengah.
health center by using provincial funds. Metode: Rancangan penelitian adalah studi kasus deskriptif
Method: It was descriptive case study using mainly method dengan analisis data kualitatif. Subjek penelitian adalah
qualitative designed by semi structured in-depth interview and stakeholder pada level propinsi dan kabupaten terpilih. Penelitian
document study. Research subject is stakeholder at level ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah
province and chosen district. This research executed in dan satu kabupaten terpilih.
Province Public Health Service of Central Kalimantan and one Hasil: Pembangunan Pustu di Propinsi Kalimantan Tengah
chosen district. merupakan realisasi dari Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan
Result: Development of secondary health center in Central Tengah Nomor 12 dan 13 Tahun 2005 tentang RPJPD dan
Kalimantan Province is the realization of Central Kalimantan RPJMD. Konsep awal penganggaran pembangunan pustu ini,
Province local decree number 12 and 13 year 2005 fulfilment direncanakan dengan mekanisme Tugas Pembantuan, namun
on RPJPD and RPJMD. Initially, the budgeting concept was mekanisme ini tidak di setujui. Kebijakan ini merupakan program
planned by Tugas Pembantuan mechanism, but this mechanism top down pemerintah propinsi. Masalah-masalah yang terjadi
was not agreed. This scheme was a top down program from dalam pelaksanaan adalah 1). monitoring 2). rekanan tidak
province government. Problems occurred in the implementation melapor 3). lokasi sangat jauh 4). satuan harga tidak sama 5).
are 1). Bad monitoring, 2). Lack of reporting by developer, 3). pemenuhan tenaga 6). peralatan tidak sesuai dengan tenaga.
Remote location of, 4). Varieties in cost of production, 5). Evaluasi dilaksanakan, hanya menyangkut masalah kemajuan
Shortage health care workforce, 6). Equipments unmatched fisik. Secara umum terjadi peningkatan alokasi dana DAK di
the need of health care provider. Evaluation is executed, but masing-masing kabupaten/kota.
only concerning physical progress problem. In the meantime, Kesimpulan: Pembangunan Pustu di Provinsi Kalimantan
there was increased allocation of DAK fund in each district. Tengah yang dananya berasal dari APBD I, tidak diperlukan
Conclusion: Development of auxiliary health center in Central oleh Kabupaten/Kota. Tidak ada agenda yang melatarbelakangi
Kalimantan Province which funded by province fund, is not pembangunan puskesmas pembantu di Propinsi Kalimantan
required by distric t. There was no agenda surrounding Tengah. Peran stakeholder dalam penyusunan agenda setting
development of auxiliary health center. The role of stakeholder kebijakan ini hanya bersifat normatif.
in compilation of agenda setting for this policy was only a
normative role. Kata Kunci: Kebijakan pembangunan puskesmas pembantu,
evaluasi kebijakan, desentralisasi
Key word. Auxiliary health center polic y, evaluation,
decentralization, central Kalimantan PENGANTAR
Visi yang tercantum dalam Rencana Strategis
ABSTRAK
Latar Belakang: Sasaran pembangunan kesehatan adalah
(Renstra) Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Te-
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat melalui ngah adalah mewujudkan masyarakat berparadigma
peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. sehat untuk mempercepat peningkatan derajat

86 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

kesehatan masyarakat secara berkelanjutan. Untuk Tabel 2. Lokasi Pembangunan Pustu


mencapai visi tersebut salah satu strateginya adalah KAB/KOTA
Tahun 2006 Tahun 2007
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan masyara- DESA/PUSTU DESA/PUSTU
Palangka Raya Takaras
kat melalui peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas Tanjung Pinang
puskesmas hingga daerah terpencil. Hal ini dijabar- Pulang Pisau Garantung Pandawei
kan dalam program Upaya Kesehatan Masyarakat Dandang
Kapuas Anjir Mambulau Anjir Palambang
(UKM) yang ditujukan untuk meningkatkan jumlah, Lunuk Ramba
pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan me- Barito Timur Muara Tuwu Jatus
lalui puskesmas dan jaringannya meliputi puskes- Pulau Patai
Barito Selatan Muara Ripung Danau Masura
mas pembantu, puskesmas keliling dan bidan. Pro- Parapak
pinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah Barito Utara Payang Ara Karamuan
153.564 km2 mempunyai jumlah penduduk seba- Walur
Gunung Mas Rabauh Taja Urap
nyak 1.958.428 jiwa, terdiri dari empat belas Kabu- Katingan Kampung Keramat Tumbang Lahang
paten/Kota, 1348 desa, 143 puskesmas, 805 pustu1. Seruyan Sei Undang Suka Makmur
Lamandau Sei Mentawa Tangga Batu
Tabel 1: Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten/Kota Sukamara Sei Baru Sarang
Ktw. Barat Sidorejo Kumai Hulu
Luas Jumlah Ada Tdk Ada
Kabupaten/Kota Natai Baru
Wilayah Desa Pustu Pustu
Keruing
Kotawaringin Barat 10.759 78 75 3
Kotawaringin Timur 16.496 150 98 52 Ktw. Timur Tanah Putih Tumbang Batu
Murung Raya Danau Usung Kolam
Kapuas 14.999 183 120 63
Barito Selatan 8.830 78 52 26 Sumber: Sub Dinas Bina Yankes Dinkes Prop. Kalteng 2007
Barito Utara 8.300 101 68 33
Sukamara 3.827 32 26 6
Lamandau 6.414 82 43 39 Anggaran adalah suatu rencana yang disusun
Seruyan 16.404 91 39 52 secara sistematik yang meliputi seluruh kegiatan
Katingan 17.800 152 55 97 lembaga, yang dinyatakan dalam unit moneter dan
Pulang Pisau 8.997 84 41 43
Gunung Mas 10.804 101 63 38 berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan da-
Barito Timur 3.834 68 41 27 tang. Anggaran juga dimaksudkan sebagai pernyata-
Murung Raya 23.700 118 41 77 an mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
Palangka Raya 2.400 30 43 13
Jumlah Propinsi 153.564 1.348 805 543
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan da-
lam ukuran finansial2. Anggaran adalah suatu pende-
Sumber: Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah 2006 katan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan
tanggung jawab manajemen didalam perencanaan
Sejak tahun 2006 Anggaran Pendapatan Belanja koordinasi dan pengawasan3.
Daerah (APBD) Propinsi Kalimantan Tengah mem- Sistem anggaran negara, meliputi: a) pengang-
biayai pembangunan puskesmas pembantu untuk garan tradisional, yaitu sistem anggaran tradisional
daerah terpencil di empat belas kabupaten/kota. (line-item budgeting system) adalah sistem anggaran
Pada tahun 2006 dibangun pustu sebanyak dua puluh yang berdasarkan obyek pengeluaran, dengan titik
dua unit di empat belas kabupaten/kota, tahun 2007 berat pada segi pelaksanaan dan pengawasan ang-
dilanjutkan dengan tiga belas pustu. Proses bagai- garan, b) penganggaran kinerja, disebut juga dengan
mana rencana dan anggaran pembangunan pustu performance budgeting system, merupakan penyem-
tersebut ada, berawal dari kunjungan anggota DPRD purnaan dari sistem anggaran tradisional, yang me-
ke sejumlah desa di Propinsi Kalimantan Tengah nekankan pada manajemen anggaran yaitu dengan
dalam rangka reses. Pada saat itu ditemukan bebe- memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan
rapa desa yang tidak mempunyai sarana pelayanan pelaksanaan anggaran dan c) penganggaran pro-
kesehatan berupa puskesmas pembantu. Sehingga gram, merupakan gabungan dari kedua sistem di
pada saat diselenggarakannya forum SKPD, muncul atas, lebih menekankan pada segi perencanaan ang-
usulan untuk menambah anggaran di SKPD Dinas garan dan bukan pada pengendalian anggaran4.
Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah untuk Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergan-
pembangunan puskesmas pembantu tersebut. tung pada beberapa kondisi: 1) Besarnya pendapat-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013 87


Kus Winarno, dkk.: Evaluasi Kebijakan Pembangunan Puskesmas Pembantu

an daerah yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana anggaran publik dan aktivitas agen eksekutif yang
Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah terorganisasi dan evaluasi kebijakan publik yang di-
(PAD), 2) Kemampuan dinas kesehatan menyusun lakukan oleh lembaga pemerintah sendiri, konsultan
program dan anggaran yang realistis, 3) Visi Pemda di luar pemerintah, pers dan masyarakat, yang dapat
dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan digambarkan sebagai berikut :
dalam konteks pembangunan daerah relatif terhadap
kesehatan, dan 4) Kemampuan Dinas Kesehatan un-
tuk melakukan advokasi kepada pemda dan DPRD5.
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam peng-
anggaran adalah: 1) penetapan tujuan, 2) pengeva-
luasian sumber-sumber daya yang tersedia, 3) ne-
goisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai
angka anggaran, 4) persetujuan akhir, dan 5)
pendistribusian anggaran yang disetujui.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelengga-
raan otonomi daerah dimana faktor-faktor tersebut
sekaligus sebagai faktor yang sangat menentukan
prospek otonomi daerah untuk masa mendatang.
Faktor pertama yang menentukan prospek otonomi
daerah adalah manusia sebagai subyek penggerak
dalam penyelengaraan otonomi daerah. Faktor ma-
nusia ini haruslah baik dalam pengertian moral mau-
pun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur peme-
rintah daerah yang terdiri dari kepala daerah dan
DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah
yang merupakan lingkungan tempat aktivitas peme- Gambar 1. Proses / Siklus Kebijakan Publik
rintah daerah dilaksanakan. Kemampuan aparatur
pemerintah daerah merupakan suatu faktor yang me- Kebijakan publik harus mampu memecahkan
nentukan apakah suatu daerah dapat atau mampu masalah publik. Masalah publik harus dirumuskan
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri menjadi masalah kebijakan dengan baik dan benar.
dengan baik atau tidak. Tahapan mendifinisikan masalah tersebut di sebut
Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh agenda setting. Lebih lanjut ditegaskan bahwa kon-
pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan6, disi masyarakat yang tidak didefinisikan sebagai
kebijakan publik adalah apa yang dibuat dan dilaku- masalah dan alternatif solusi tidak pernah diusulkan,
kan oleh pemerintah, bukan swasta7. Kebijakan se- tidak akan pernah menjadi isu kebijakan. Agenda
bagai sebuah rationale sebuah manifestasi dari pilih- setting merupakan kegiatan membuat masalah pu-
an yang penuh pertimbangan. Sebuah kebijakan ada- blik menjadi masalah kebijakan. Agenda adalah sua-
lah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun ba- tu istilah yang pada umumnya digunakan untuk
sis rasional untuk melakukan atau tidak melakukan menggambarkan suatu isu yang dinilai oleh publik
suatu tindakan. Proses kebijakan publik meliputi be- perlu diambil tindakan.
berapa hal yaitu: identifikasi masalah kebijakan, dila- Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah
kukan melalui: a) identifikasi yang menjadi tuntutan cara yang dilakukan agar sebuah kebijakan menca-
(demands) atas tindakan pemerintah, b) penyusunan pai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijak-
agenda (agenda setting) adalah memfokuskan an publik, maka ada dua pilihan lagkah yang ada
perhatian atas keputusan apa yang akan diputuskan yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk
terhadap masalah publik tertentu, c) perumusan program-program atau melalui formulasi kebijakan
kebijakan (policy formulation) merupakan tahapan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut. Kebijak-
pengusulan rumusan kebijakan melalui inisiasi dan an publik dalam bentuk Undang-Undang atau Pera-
penyusunan usulan kebijakan, d) pengesahan ke- turan Daerah adalah jenis kebijakan publik yang me-
bijakan (legitimating of policies) adalah pengesah- merlukan kebijakan publik penjelas atau sering
an kebijakan melalui tindakan politik oleh partai diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan9.
politik, kelompok penekan, presiden dan kongres, Evaluasi kebijakan menurut Dunn10, berkenaan
dan e) implementasi kebijakan (policy implementa- dengan informasi yang diperoleh mengenai nilai atau
tion) adalah implementasi kebijakan melelui birokrasi manfaat suatu kebijakan. Dalam mengevaluasi suatu

88 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

kebijakan ada beberapa indikator yang perlu diguna- dan alat atau fasilitas lain. Pemikiran ini dapat dijadi-
kan yaitu: effektifitas, effisiensi, kecukupan, pemera- kan sebagai dasar untuk melihat potensi yang meru-
taan, responsivitas dan ketepatan. pakan input dari suatu kebijakan.
Perencanaan adalah proses kerja terus menerus Peran pemerintah dalam reformasi pelayanan
yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat kesehatan adalah sebagai regulator, sumber pembia-
pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan se- yaan, agen pembaharu dan bahkan sebagai pembe-
cara sistematik, melakukan prakiraan-prakiraan de- li12. Peranan kunci yang diharapkan adalah menetap-
ngan menggunakan segala pengetahuan yang ada kan dan merumuskan standar-standar, mengawasi
tentang masa depan, mengorganisir secara sistema- secara teknis, mendifinisikan paket-paket pemeliha-
tik segala upaya yang dipandang perlu untuk melak- raan kesehatan secara tepat dan mengawasi dengan
sanakan segala keputusan yang telah ditetapkan peraturan agar terjadi efisiensi pelayanan kesehatan.
serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan kepu- Salah satu resiko kebijakan desentralisasi bahwa
tusan tersebut dengan membandingkan hasil yang kemungkinan pemerintah daerah tidak memprioritas-
dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui kan sektor kesehatan. Konteks pembangunan, sek-
pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang tor kesehatan kurang menarik perhatian pemerintah
telah disusun secara teratur dan baik. lokal. Kebijakan desentralisasi diskenariokan akan
Perencanaan adalah suatu proses menganalisis mengurangi anggaran pemerintah untuk sektor kese-
dan memahami sistem yang dianut, merumuskan hatan, maka diperlukan ada rencana yang matang
tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, dalam sistem kesehatan daerah berkenaan dengan
memperkirakan segala kemampuan yang dimiliki, peranan institusi pemerintah13.
menguraikan segala kemungkinan yang dapat dila- Menurut Peraturan Pemerintah No. 25/2000 se-
kukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bagaimana diperbaharui dengan Peraturan Pemerin-
menganalisa efektivitas dari berbagai kemungkinan tah No. 38/2007 bahwa peran pemerintah sebagai
tersebut, menyusun perkiraan selengkapnya dari ke- regulator dalam pelayanan kesehatan. Masalah po-
mungkinan yang terpilih, serta mengikat dalam suatu kok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
sistem pengawasan yang terus menerus sehingga penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang
dapat tercapai hubungan yang optimal antara rencana didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkut-
yang dihasilkan dengan sistem yang dianut. an dengan menggunakan potensi sumberdaya ma-
Stakeholder adalah individu atau kelompok di nusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara
dalam atau diluar organsiasai yang dapat mempe- lokal. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan
ngaruhi kinerja organisasi. Analisis stakeholder pen- inisiatif-inisiatif dari daerah dalam proses pemba-
ting dalam model partisipasi strategis, yang akan ngunan. Maka sangat penting untuk melihat poten-
membantu memprediksi langkah-langkah stake- si stakeholder terhadap setiap kebijakan yang akan
holder secara politik maupun ekonomi yang dapat dilaksanakan.
mendukung atau menghambat suatu proyek. Anali-
sis stakeholder yang lengkap harus mengidentifi- BAHAN DAN CARA PENELITIAN
kasi kebutuhan organisasi dari stakeholder yang Rancangan penelitian adalah studi kasus
beragam11. deskriptif dengan analisis data kualitatif. Pendekatan
Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam anali- studi kasus digunakan karena tujuan penelitian ini
sis stakeholder adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi adalah untuk mempelajari perumusan dan implemen-
pihak yang berkepentingan, 2) Pemahaman tuntutan tasi kebijakan pembangunan puskesmas pembantu
masing-masing pihak yang berkepentingan terhadap di Propinsi Kalimantan Tengah secara mendalam.
organisasi, 3). Rekonsiliasi tuntutan-tuntutan dan Stakeholder pada level propinsi yang terdiri dari
penetapan prioritas atas mereka, dan 4). Koordinasi DPRD yang membidangi masalah perencanaan dan
tuntutan-tuntutan ini dengan elemen-elemen lain dari penganggaran, Kepala Dinas Kesehatan propinsi,
organisasi. Berkaitan dengan kebijakan, bahwa se- Kasubdin Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehat-
cara umum kebijakan mempunyai dua tujuan uta- an Propinsi, Kepala Sub Dinas Bina Program Dinas
ma yaitu regulasi dan alokasi. Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah dan Ketua
Tindakan regulatif adalah tindakan yang diran- Bappeda Propinsi Kalimantan Tengah sedangkan
cang untuk menjamin kepatuhan pelaksanaan ter- stakeholder ditingkat kabupaten adalah kepala dinas
hadap standar atau prosedur, misalnya tindakan yang kesehatan kabupaten terpilih, kepala seksi perenca-
dilakukan badan pengendali atau badan pengawas. naan dan kepala Bappeda Kabupaten dan kepala
Tindakan alokatif adalah tindakan yang membu- desa atau tokoh masyarakat dimana puskesmas
tuhkan masukan yang berupa uang, waktu, personil pembantu tersebut dibangun.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013 89


Kus Winarno, dkk.: Evaluasi Kebijakan Pembangunan Puskesmas Pembantu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pustu hanya untuk memenuhi indikator yang telah
Pembangunan Pustu di Propinsi Kalimantan Te- ditetapkan dalam kinerja Dinas Kesehatan Propinsi
ngah merupakan realisasi dari Peraturan Daerah Pro- Kalimantan Tengah. Meskipun dana untuk sektor
pinsi Kalimantan Tengah No. 12/2005 tentang RPJPD kesehatan cenderung naik dari tahun ke tahun.
Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2006-2025, pro-
gram yang diusulkan sudah mengacu pada visi dan Tabel 5. Persentase Program UKM menurut Tahun
misi Propinsi Kalimantan Tengah yang tertuang Tahun Program UKM Jumlah APBD % thd APBD
2006 6.208.369.200 22.041.432.406 28,2
didalam RPJPD dan RJMD. 2007 3.020.453.987 16.805.536.306 17,9
Skala prioritas program dan besaran anggaran 2008 4.906.654.500 24.404.924.900 20,1
harus didukung dengan data program yang lengkap. 2009 2.000.000.000 21.619.594.999 9,3
Kesiapan pelaksanaan proyek bukan hanya ditentu- Sumber: Profil Dinas Kesehatan Prop. Kalteng
kan oleh kelayakan finasial dan teknis saja, akan
tetapi dibutuhkan dukungan moralitas lembaga ek- Kegiatan ini merupakan program top down dari
sekutif, legislatif, dan masyarakat dalam memberikan pemerintah propinsi ke pemerintah kabupaten/kota.
manfaat terhadap pembangunan di daerah. Kebijakan Kegiatan ini dilaksanakan sepenuhnya oleh Dinas
kesehatan, secara umum dibuat untuk meningkat- Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah, mulai peren-
kan status kesehatan masyarakat dan mendekatkan canaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasinya.
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelelangan dilaksanakan di propinsi, dilaksanakan
Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah, oleh panitia yang dibentuk dengan Surat Kepala
menangkap ide ini. Perencanaan untuk tahun 2006, Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah, yang
melalui Program Peningkatan Upaya Kesehatan Ma- terdiri dari unsur pelaksana program dan unsur tehnis
syarakat, pengadaan, peningkatan dan perbaikan yang berasal dari Dinas Pemukiman dan Prasarana
sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya, Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah. Pelelangan
dimunculkan kegiatan pembangunan puskesmas dilaksanakan dengan metode pelelangan umum.
pembantu untuk kabupaten/kota. Pembangunan pus- Hasil wawancara mendalam dengan beberapa
kesmas pembantu ini dikemas dalam satu paket responden menunjukkan masalah-masalah banyak
beserta peralatannya. terjadi dalam pelaksanaan pembangunan pustu ter-
Konsep awal penganggaran pembangunan pus- sebut, diantaranya adalah: 1) monitoring, 2) rekanan
tu ini, direncanakan dengan mekanisme Tugas Pem- yang tidak melapor, 3) lokasi yang sangat jauh, 4)
bantuan yang artinya dana propinsi diserahkan ke satuan harga yang tidak sama, 5) pemenuhan tena-
kabupaten. Kabupaten melaksanakan kegiatan mulai ga, dan 6) peralatan yang tidak sesuai dengan tenaga
dari lelang pekerjaan tersebut sampai dengan pelak- yang ada.
sanaan pekerjaan dan proses evaluasi. Mekanisme Pada tahun 2007 dicanangkan program PM2L,
ini tidak disetujui oleh Biro Keuangan Pemda Propinsi Mamangun tuntang Mahaga Lewu, dalam bahasa
Kalimantan Tengah dengan alasan bahwa selama keseharian adalah membangun dan memelihara de-
ini belum ada mekanisme seperti ini. Penyerahan dana sa, dicanangkan oleh Gubernur Kalimantan Tengah.
ke kabupaten dalam bentuk Tugas Pembantuan dari Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah
propinsi dianggap belum lazim dilaksanakan. Propinsi Kalimantan Tengah dalam percepatan
pembangunan perdesaan dengan mensinergikan
Tabel 4. Realisasi Pembangunan Pustu Propinsi program pembangunan serta mendorong partisipasi
Menurut Tahun
masyarakat di Kalimantan Tengah.
Jumlah Realisasi
Tahun yang Pagu Dana Fisik
Evaluasi yang dilaksanakan, hanya menyangkut
Rp (% ) masalah kemajuan fisik pembangunan berupa lapor-
dibangun
2006 22 Unit 5.069.500.000 5.004.997.510 99 100 an penyerapan anggaran masing-masing program
2007 13 Unit 3.020.453.987 2.799.213.725 93 100
2008 13 Unit 2.960.380.900 2.764.517.470 93 100
dan berdasarkan laporan yang disampaikan oleh kon-
2009 8 Unit 1.200.000.000 - - - sultan pengawas yang ditunjuk oleh propinsi. Eva-
luasi belum sampai pada adanya dokumen yang me-
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah nunjukkan proses evaluasi secara keseluruhan.
Fungsi pengawasan lainnya berada di inspektorat
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa trend peng- propinsi, pengawasan yang dilakukan oleh inspek-
alokasian dana dan jumlah yang dibangun untuk pem- torat ini bersifat detective, dilaksanakan pada tahap
bangunan pustu cenderung menurun dari tahun ke pelaksanaan mulai dari proses lelang, pelaksanaan
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan kegiatan sampai dengan pertanggungjawaban

90 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

keuangan, dengan membandingkan antara yang tif. Hal ini berarti desentralisasi daerah otonomi bu-
seharusnya terjadi dengan yang sungguh terjadi. kan hanya mendelegasikan wewenang atau pembagi-
Pengawasan dilakukan tiap triwulan dengan meme- an pendapatan antara keuangan pusat dan daerah,
riksa dokumen pertanggungjawaban APBD. namun lebih pada bagaimana desentralisasi mampu
Dana Dana Alokasi Khusus (DAK) pada empat meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.
belas kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Tengah Salah satu hal penting untuk dipersiapkan adalah
telah membangun baru pustu-pustu diwilayahnya. memastikan dapat tersusunnya program yang ter-
Data tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa, tahun arah dan terpadu, mantap dan menyeluruh dalam pe-
2006, 3 dari 14 kabupaten/kota yang tidak mengang- manfaatan biaya pembangunan untuk meningkatkan
garkan dana untuk pembangunan pustu baru melalui kesejahteraan publik sesuai dengan kewenangan
dana DAK, tahun 2007 sama seperti tahun sebelum- yang dimiliki4.
nya. Pada tahun 2008, lima kabupaten/kota tidak Tidak ada agenda yang dibangun secara khusus
menganggarkan pembangunan pustu baru. Secara dalam menetapkan kebijakan pembangunan pustu
umum terjadi peningkatan alokasi dana DAK di ma- ini. Namun demikian jika dilihat dari proses perenca-
sing-masing kabupaten/kota. Hal ini terkait dengan naan di dinas kesehatan, dimana dalam dua tahun
program peningkatan fisik di kabupaten/kota yang terakhir ini, dinas kesehatan tidak mengusulkan ang-
penggunaannya sudah ditetapkan dari pemerintah garan untuk pembangunan pustu ini namun akhirnya
pusat. Keadaan seperti ini, membuat kabupaten/ tetap muncul dalam dokumen DPA-SKPD tahun
kota merasa enggan untuk mengurusi pembangunan berjalan di Dinas Kesehatan. Hal ini menunjukkan
pustu yang berasal dari propinsi. bahwa terjadi tarik ulur dalam proses pengalokasian
Tabel 6 menunjukkan bahwa secara umum ke- dana untuk pembangunan pustu ini. Diduga ada set-
mampuan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk ting politik di dalam munculnya dana pembangunan
membangun pustu baru meningkat dari tahun keta- pustu tersebut. Kemauan politik, juga sangat berpe-
hun, meskipun ada kabupaten tidak mengalokasikan ngaruh dalam penyusunan dan perencanaan kebijak-
anggaran pembangunan tersebut, dengan rata-rata an daerah, terutama para penentu kebijakan anggar-
satu unit sebesar Rp120.000.000,00 maka pada ta- an dan para pengambil keputusan didaerah yang
hun 2008, rata-rata kemampuan kabupaten/kota terdiri dari eksekutif dan legislatif.
untuk membangun puskesmas baru berkisar antara Suatu isu akan mendapat perhatian bila meme-
lima sampai dengan dua belas unit. nuhi beberapa kriteria, yaitu: 1) bila suatu isu telah
Kebijakan desentralisasi merupakan salah satu melampaui proporsi suatu krisis dan tidak dapat ter-
kebijakan yang mendapat perhatian besar dalam lalu lama didiamkan, 2) suatu isu akan mendapat
rangka memajukan pelayanan kesehatan kepada perhatian bila isu tersebut mempunyai sifat partikula-
masyarakat. Potensi dan permasalahannya, pelak- ritas, dimana isu tersebut menunjukkan dan mendra-
sanaan desentralisasi yang digulirkan selama ini per- matisir isu yang lebih besar, 3) mempunyai aspek
lu mendapatkan masukan-masukan yang konstruk- emosional dan mendapat perhatian media massa

Tabel 6: Bangun Baru Pustu dan Total DAK per Kabupaten


Jumlah Dana DAK per tahun
2008 2007 2006
Kabupaten
Bangun Bangun Bangun
Baru Total DAK % Baru Total DAK % Baru Total DAK %
Ktw. Barat 0 12.426.793 0 11.279.000 0 0 5.790.000 0
Ktw. Timur 0 2.636.130 0 109.000 2.230.000 5 436.636 6.450.000 6
Kapuas 2.372.472 16.073.000 15 2.045.250 13.533.000 15 708.000 7.020.030 10
Barito Utara 1.080.000 7.189.380 15 7.262.000 0 0 4.750.000 0
Barito Selatan 807.727 9.583.676 8 981.818 7.619.000 13 166.981 5.079.999 3
Barito Timur 600.000 7.674.000 8 166.981 5.584.500 3 447.927 4.509.999 10
Gunung Mas 0 8.006.000 0 750.000 6.023.000 12 1.170.392 4.649.999 25
Sukamara 0 8.162.999 0 6.151.999 0 741.818 4.590.000 16
Murung Raya 1.180.868 7.148.000 17 2.495.000 7.148.000 35 376.363 3.030.000 12
Lamandau 0 5.507.000 0 221.832 5.507.000 4 316.800 4.580.000 7
Seruyan 605.000 11.039.000 5 430.000 9.008.000 5 120.000 4.510.000 3
Pulang Pisau 0 2.431.862 0 2.194.800 9.565.000 23 739.630 6.900.000 10
Katingan 1.485.000 9.788.000 15 2.100.000 8.660.000 24 1.623.600 4.940.000 32
P. Raya 0 6.971.999 0 742.050 6.972.000 11 0 5.810.000 0
Jumlah 8.131.067 114.637.841 7 12.236.731 106.542.499 11 6.848.147 72.610.029 9,4
Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah, (2008)

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013 91


Kus Winarno, dkk.: Evaluasi Kebijakan Pembangunan Puskesmas Pembantu

karena faktor human interset, 4) mendorong muncul- hingga soal penyusunan program kegiatan. Tentu
nya pertanyaan menyangkut kekuasaan, legitimasi saja tidak berarti bahwa implementasi kebijakan ini
dan masyarakat, dan 5) isu tersebut sedang menjadi hanya memiliki sisi kejelekan semata karena dalam
trend atau sedang diminati masyarakat14. praktiknya, beberapa daerah juga menampilkan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah beberapa contoh kebijakan atau program yang patut
cara yang dilakukan agar sebuah kebijakan menca- diteladani15.
pai tujuannya. Proses implementasi kebijakan Peme- Hasil wawancara mendalam menggambarkan
rintah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah tentang bahwa peran stakeholder dalam penyusunan dan pe-
pembangunan puskesmas pembantu di kabupaten/ laksanaan pembangunan puskesmas pembantu di
kota belum berjalan lancar karena lebih dominannya Propinsi Kalimantan Tengah, sangat beragam, na-
faktor yang kurang mendukung dalam proses imple- mun pada prinsipnya mendukung.
mentasi kebijakan tersebut. Sebagian besar informan menyatakan dukung-
Proses implementasi banyak aktor yang terlibat annya dalam setiap jenjang administratif sesuai de-
dalam penentuan pilihan-pilihan mengenai alokasi ngan kewenangannya. Dinas Kesehatan Propinsi
sumber publik tertentu serta banyak pihak yang ber- Kalimantan Tengah sebagai leading sector, peran-
usaha untuk mempengaruhi keputusan-keputusan annya sangat menentukan keberhasilan dalam im-
tersebut. Aktor-aktor tersebut akan terlibat secara plementasi kebijakan ini. Dinas Kesehatan Propinsi
intens atau tidak akan ditentukan oleh muatan pro- Kalimantan Tengah berkepentingan untuk mengkoor-
gram dan bagaimana bentuk pengadministrasiannya. dinasi dan mensinergikan semua stakeholder yang
Persoalan implementasi kebijakan yang muncul terlibat dalam implementasi kegiatan ini, dengan
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa isu. Isu- membuat petunjuk tehnis dan petunjuk pelaksanaan
isu yang muncul mulai dari bias dalam memahami untuk pelaksanaan kegiatan. Peran dan arahan
desentralisasi, dekonsentrasi dan sentralisasi, per- masing-masing stakeholder pada penyusunan dan
soalan kelembagaan pemerintah daerah, kapsitas pelaksanaan kebijakan ini pada berbagai tingkatan
aparat pemerintah daerah, hubungan eksekutif dan dapat dilihat pada Tabel 7, dibawah ini:
legislatif, persoalan penyalahgunaan kekuasaan,

Tabel 7. Peran Stakeholder


Peran
Stakehoder
Penyusunan Pelaksanaan
Komisi C Memberikan arahan terhadap program secara Monitoring selama pelaksanaan berdasarkan
DPRD keseluruhan di Dinas Kesehatan, menentukan laporan penyerapan anggaran per triwulan
anggaran
Dinkes Merencanakan, koordinasi dengan semua Melaksanakan pelelangan, menyelesaikan
Propinsi stakeholder terkait administrasi, pengawasan terhadap pelaksanaan
Dinas PU Memberikan panduan tehnis dalam perencanaan, Sebagai unsir tehnis baik dalam pelelangan
Propinsi menyangkut satuan harga dan tehnis konstruksi maupun dalam pelaksanaan
Bappeda Menyetujui penganggaran, telaah terhadap dokumen Memantau pelaporan, berkaitan dengan
Propinsi RKA-SKPD yang diusulkan penyerapan anggaran APBD secara keseluruhan
Biro Keuangan Menyetujui anggaran, sinkronisasi anggaran Pelaporan penyerapan anggaran, penyelesaian
pembayaran terhadap rekanan
Bawasda Memberikan telaahan terhadap perencanaan, Melaksanakan pemeriksaan baik secara fisik dan
Propinsi berkenaan dengan pembangunan pustu administrasi, terhadap pelaksanaan
Dinkes Usulan lokasi, pemenuhan tenaga, perencanaan Menetapkan lokasi, menempatkan tenaga,
Kab/Kota biaya operasional menyediakan biaya operasional
LSM Membantu memberikan usulan, terlibat dalam Pengawasan, sebagai alat kontrol terhadap
musrenbang tingkat propinsi kebijakan publik
Camat Koordinasi dengan kepala dinas kesehatan Pengawasan,
kabupaten, penyiapan lokasi
Kepala Desa Menyiapkan lokasi pembangunan Pengawasan, berita acara penyerahan,
memantau pemanfaatan
Masyarakat Menyiapkan lokasi pembangunan Pengawasan, pemanfaatan

92 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Peran stakeholder menunjukkan bahwa: 1) ke- KESIMPULAN DAN SARAN


putusan dalam menentukan program ditentukan, dan Kesimpulan
yang menentukan adalah pejabat pada level atas, Pembangunan puskesmas pembantu di Provinsi
meskipun proses penyusunan program pada forum Kalimantan Tengah yang dananya berasal dari APBD
SKPD propinsi mengakomodir kepentingan masyara- I, tidak diperlukan oleh Kabupaten/Kota. Dana untuk
kat dan sebagai alat justifikasi, 2) birokrasi terdepan pembangunan maupun rehabilitasi sarana pelayanan
dan terbawah cenderung kurang kreatif dan inovatif- kesehatan yang berasal dari DAK masing-masing
nya begitu rendah, 3) tingkat rakorbang, Bappeda kabupaten dan APBD II. Dana anggaran yang dise-
sebagai koordinator pelaksana rakorbang dan koordi- diakan sebaiknya untuk peningkatan program.
nator proses APBD, harus tunduk dan patuh pada Tidak ada agenda yang melatarbelakangi pem-
kepala daerah dan pada akhirnya kepala daerah ha- bangunan puskesmas pembantu di Propinsi Kali-
rus tunduk kepada DPRD. Stakeholder yang terlibat mantan Tengah, namun faktor politik lebih terlihat
selama ini mendominasi yakni legislatif dan ekse- dalam penyusunan agenda kebijakan ini. Peraturan
kutif. baku/formula dalam pengalokasian dana untuk pem-
Masyarakat dan multisektoral harus mampu me- bangunan puskesmas pembantu melalui APBD I di
mahami pembangunan yang berwawasan kesehatan. Propinsi Kalimantan Tengah. Alokasi ini lebih berda-
Masyarakat dan multisektor harus mampu mema- sar pada komitmen politik kepala daerah dan DPRD.
hami perencanaan, pembangunan wilayah dan pe- Sehingga tidak ada target untuk berapa lama peng-
laksanaannya dengan mempertimbangkan dampak alokasian dana tersebut. Sedangkan dalam imple-
positif dan negatif terhadap kesehatan baik perorang- mentasi kebijakannya masih banyak menemui ma-
an, keluarga dan masyarakat. Pembangunan mem- salah-masalah dalam pelaksanaannya dan tidak se-
butuhkan pemberdayaan, kerjasama lintas sektoral jalan dengan kebijakan kabupaten. Dinas Kesehatan
dan profesionalisme yang merupakan kunci dalam Propinsi Kalimantan Tengah kurang siap dan tidak
pengejawantahan paradigma sehat. mempunyai petunjuk tehnis dalam melaksanakan
Stakeholder dapat dikelompokkan sebagai kegiatan tersebut.
pihak yang dipengaruhi, atau yang memiliki pengaruh Peran stakeholder dalam penyusunan agenda
baik aktif maupun pasif terhadap pengambilan ke- setting kebijakan ini hanya bersifat normatif. Artinya
putusan atau proses pelaksanaan. Stakeholder da- keputusan dalam menentukan apa yang akan diker-
pat berupa individu-individu organisasi, kelompok indi- jakan masih dilakukan oleh pejabat pada level atas
vidu dalam organisasi atau jaringan individu/kelompok dan hanya menerima keputusan yang telah ada.
seperti aliansi. Stakeholder merupakan individu atau
kelompok yang dapat mempengaruhi dan atau dipe- Saran
ngaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu, se- Agar dilakukan review kembali berkaitan dengan
hingga segi kekuatan dan kepentingan relatif stake- pengalokasian anggaran untuk pembangunan pus-
holder terhadap issue dapat dipahami sebagai peran. kesmas pembantu. Dana yang disediakan untuk

Tabel 8: Kekuatan Stakeholder Dalam Kegiatan Pembangunan Pustu


Perumusan Implementasi Evaluasi
Stakehoder
Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Lemah
Propinsi
DPRD xxx xxx xxx
Dinkes xxx xxx xxx
Dinas PU xxx xxx xxx
Bappeda xxx xxx xxx
Biro Keuangan xxx xxx xxx
Bawasda xxx xxx xxx
LSM xxx xxx xxx
Kabupaten
DPRD xxx xxx xxx
Dinkes xxx xxx xxx
Dinas PU xxx xxx xxx
Bappeda xxx xxx xxx
Bawasda xxx xxx xxx
LSM xxx xxx xxx
Camat xxx xxx xxx
Kepala Desa xxx xxx xxx
Masyarakat xxx xxx xxx

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013 93


Kus Winarno, dkk.: Evaluasi Kebijakan Pembangunan Puskesmas Pembantu

pembangunan puskesmas pembantu disarankan Pembangunan sektor Kesehatan di Tingkat


untuk menambah alokasi pada masing-masing pro- Kabupaten/Kota dalam Era Otonomi Daerah,
gram, sehingga hal ini dapat lebih meningkatkan Kampus UI Depok, Jakarta, 2001.
cakupan program. 6. Widodo D, Analisis Kebijakan Publik, Konsep
Dinas Kesehatan sebagai sektor yang bertang- dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik,
gung jawab terhadap masalah kesehatan di Propinsi Bayu Media, Malang, 2007.
Kalimantan Tengah, agar membuat panduan dan peta 7. Suharto E, Analisis Kebijakan Publik, Panduan
anggaran khususnya untuk pembangunan puskes- Praktis Mengkaji Masalah Dan Kebijakan
mas pembantu, sehingga untuk itu tidak terjadi over- Sosial, Alfabeta, Bandung, 2005.
lap dalam pengalokasian dana dimaksud. 8. Parsons W, Public Policy, Pengantar Teori dan
Memberikan advokasi kepada stakeholder Praktik Analisis Kebjakan, Kencana Prenada
terkait untuk meyakinkan bahwa dana yang ada di Media Group, Jakarta, 2005.
masing-masing kabupaten sudah cukup untuk 9. Wahab SA, Pengantar, Analisis Kebijakan Pu-
pembangunan pustu. Dana yang ada bisa dialihkan blik, Unit Pelaksanan Tehnis, Penerbitan Uni-
dan dialokasikan untuk program-program lain yang versitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2008.
bersifat promotif dan preventif. 10. Dunn WN, Pengantar Analisis Kebijakan Pu-
blik, Gadjah Mada University Press, Yogyakar-
REFERENSI ta, 2000.
1. Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah, 11. Atkinson AA, John H, Waterhause, Robert B,
Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah Well A, Stakeholder Aproach to Strategic Per-
Tahun 2007, Kalimantan Tengah, 2007. formance Measurment, Sloan Management
2. Karim AG, Kompleksitas Persoalan Otonomi Review/ Spring, New York, 1997.
Daerah di Indonesia, Jurusan Ilmu Pemerintahan, 12. Trisnantoro L, Kebutuhan Akan Reformasi Pela-
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universi- yanan Kesehatan dalam Perspekstif Sejarah,
tas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2003. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 1998;
3. Widjaja HAW, Otonomi Daerah dan Daerah 01(02):59-63.
Otonom, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007. 13. Trisnantoro L, (2001), Perubahan Sistem Kese-
4. Trisnantoro L, Desentralisasi Kesehatan di In- hatan Wilayah Akibat Kebijakan Desentralisasi,
donesia dan Perubahan Fungsi Pemerintah Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 2001;
2001-2003 Apakah Merupakan Periode Uji Coba, 04(02):93-100
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 14. Lester JP, Stewart JJr, Public Policy, An Evolu-
2005. tionary Approach, Wadsworth/Thomson Learn-
5. Gani A, Alternatif Pembiayaan Kesehatan Dalam ing, Belmont USA, 2002.
Otonomi Daerah, Makalah di Presentasikan 15. Dwiyanto A, Reformasi Birokrasi Publik di Indo-
pada Seminar Nasional Kebijakan Pembiayaan nesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijak-
an, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2003.

94 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 2 Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai