Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


DASAN AGUNG MATARAM

Aan Dwi Sentana1, Mardiatun1


1
Jurusan Keperawatan Poltekes kemenkes Mataram

Abstrak
Pemberian teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tekanan darah, berarti
telah memberikan penanganan alternatif pada pasien secara non farmakologi
selain pengkonsumsian obat-obatan medika-mentosa dan dapat memberikan
pengajaran pada pasien dalam mengatasi tekanan darah tinggi pada pasien
hipertensi. Tujuan umum penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh teknik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Tujuan Khusus adalah mengidentifikasi tekanan darah pasien sebelum dilakukan
teknik relaksasi napas dalam pada pasien hipertensi, mengidentifikasi tekanan
darah pasien sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam pada pasien
hipertensi, membuktikan pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain penelitian Quasi
eksperiment : pretest-posttest control group design. Satu kelompok perlakuan
terdiri dari 16 orang diberikan relaksasi napas dalam dalam selama 8 hari, satu
kelompok yang terdiri dari 16 orang sebagai kontrol. Sampel dipilih dengan cara
consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur tekanan
darah sebelum dan setelah diberikan intervensi. Uji statistik yang digunakan
adalah Paired T-Test. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan yang
signifikan pada tekanan darah sistole sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi pada kelompok perlakuan dengan nilai p < 0,05 yaitu p = 0,001
dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai p > 0,05 yaitu p = 0,358 dan
ada perubahan yang signifikan pada tekanan darah diastole sebelum dan sesudah
perlakuan dengan nilai p < 0,05 yaitu p=0.0065 dibandingkan dengan p > 0,05
yaitu p = 0,44375 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi napas dalam
dapat menurukan tekanan darah baik sistole dan diastole karena pada keadaan
relaksasi mengakibatkan penurunan rangsangan emosional dan penurunan pada
rangsangan pada area pengatur fungsi kardiovaskular seperti pada hipothalamus
posterior dan nukleus perifornikel sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Mengingat besarnya pengaruh teknik relaksasi maka dianjurkan pasien hipertensi
agar petugas kesehatan mengajarkan teknik relaksasi. Hal tersebut untuk
membantu untuk mengontrol tekanan darah sehingga membantu mempercepat
kesembuhan dan menurukan biaya perawatan.
Kata Kunci: Hipertensi, Tekanan darah, Teknik relaksasi

Abstract
At patient hypertension have happened the make-up of nerve respon of simpatis
then make-up of blood pressure technique of relaxation happened degradation of

173
nerve activity of simpatis so that cause venous vasodilatation so that situation
become relax become degradation of blood pressure.
Target of this research is to Analyse influence of technique of relaxation to
degradation of blood pressure at hypertension patient in Publick Health Dasan
Agung Mataram. Design in research is Quasi experiment ( pre test and post test
control group design). Big of sample 32 responder, taken pursuant to criterion of
inclution. used by Sampling technique is cosecutive. Independent variable of this
research is technique of relaxation and variable its him is degradation of blood
pressure. Data collecting use blood pressure observation. Data analysis use
statistical test of t-test paired.
Result showed that indicated the existence influence of technique relaxation to
degradation of blood pressure at hypertension patient, test blood pressure meaning
value paired t-test of systole p=0.001 for group intervention and p = 0,358 for
group control., blood pressure of diastole p=0,0065 for group intervention and p =
0,44375 for group control. Technique of relaxation proven can degrade good
blood pressure systole and diastole. At clinic test at hypertension patient, they
who conduct tardy exhalation during 15 minute per its day in the reality can
degrade blood pressure 10-15 poin.

Keywords: Hypertension, Blood pressure, Technique of relaxation

Pendahuluan obat sesuai anjuran, memantau


tekanan darah dan melakukan
Hipertensi merupakan faktor resiko,
perubahan pola hidup (seperti olah
primer yang menyebabkan penyakit
raga, mengurangi konsumsi garam
jantung dan stroke. Pada umumnya
dan meningkatkan konsumsi buah
penderita hipertensi hampir tidak
dan sayuran) (Viera & Jamieson,
merasa dirinya sakit, namun
2007). Disisi lain perawat berperan
hipertensi merupakan penyakit yang
besar dalam penanggulangan
berbahaya karena organ tubuh
hipertensi melalui pendekatan non
terganggu di satu bidang yang amat
farmakologi. Intervensi yang
penting yaitu peredaran darah.
termasuk dalam pendekatan non
Hipertensi bahkan sering terabaikan
farmakologis salah satunya adalah
karena tidak ada keluhan dan bila
dengan teknik relaksasi nafas dalam,
sudah mengeluh biasanya terlambat
namun ditatanan pelayanan
sehingga hipertensi sering disebut
intervensi ini jarang dilakukan atau
sebagai silent killer (Beevers, D.G.,
mungkin tidak pernah dilakukan.
2002)).
Berdasarkan hasil studi
Sebenarnya hipertensi dapat
pendahuluan yang dilakukan oleh
dikontrol bila faktor resiko hipertensi
peneliti pada akhir bulan Desember
mampu dikendalikan. Pengendalian
2012 di Puskesmas Dasan Agung,
ini meliputi upaya pemeliharaan
dari 12 pasien hipertensi yang telah
kesehatan oleh petugas dan
melakukan kunjungan ulang, 7
pemeliharaan kesehatan mandiri oleh
pasien (58 %) diantaranya masih
individu yang bersangkutan. Upaya
berada dalam kondisi tekanan
pengendalian ini melalui perawatan
darahnya masih tinggi walaupun
diri hipertensi meliputi: meminum

174
sudah melakukan diet yang benar, Aktivitas relaksasi bernafas
berolah raga, keteraturan minum yang dalam secara rutin akan dapat
obat dan pengontrolan tekanan darah membantu mengatur tekanan darah.
secara rutin serta 12 pasien hipertensi Para ahli menyimpulkan dengan
(100 %) tidak pernah melakukan melakukan pernafasan yang lambat
teknik relaksasi napas dalam. selama beberapa menit sehari, sudah
Disamping itu juga kasus hipertensi cukup dapat membantu seseorang
berdasarkan rekam medis di PKM menurunkan tekanan darahnya.
Dasan Agung juga mengalami Penanganan melalui metode
peningkatan kasus serta urutan 10 farmakologi seperti penggunaan
penyakit terbanyak juga mengalami obat-obatan di antaranya jenis-jenis
peningkatan tingkatan. Jumlah kasus obat diuretik, blocker, calcium
hipertensi tahun 2010 sebanyak 1828 channel blockers, atau angiotensin
penderita dan urutan 8 dari sepuluh converting enzym inhibitor dapat
besar penyakit terbanyak, sedangkan menimbulkan berbagai efek samping
tahun 2011 kasus hipertensi yaitu menaikan kadar acidum uricum
sebanyak 2336 dan urutan ke 7 dari dalam darah, hiperkalemi,
sepuluh besar penyakit terbanyak. meningkatkan pacuan terhadap
Dampak yang ditimbulkan oleh susunan saraf simpatis sehingga
hipertensi dapat menyebabkan mengakibatkan naiknya curah
frustasi, konflik dan krisis karena jantung dan bertambahnya denyut
penyakit yang tidak segera sembuh. jantung (Benson, 2004).
Stres dapat menimbulkan perubahan- Teknik relaksasi dipercaya
perubahan yang meliputi tekanan dapat menurunkan tekanan darah.
darah yang meninggi, denyut jantung Ada tiga hal utama yang diperlukan
yang lebih cepat, irama pernafasan dalam relaksasi yaitu posisi yang
yang lebih cepat, karena tepat, pikiran beristirahat, lingkungan
metabolisme atau tingkat yang tenang. (Priharjo, 1996).
pembakaran dalam tubuh yang Konsep dasar pada relaksasi pada
dipercepat dan aliran darah ke dalam hakekatnya merupakan cara relaksasi
otot lengan dan kaki meningkat yang diperlukan untuk menurunkan
(Benson, 2004). ketegangan otot yang dapat
Pada penderita hipertensi memperbaiki denyut nadi, tekanan
sudah terjadi peningkatan respon darah dan pernafasan.( Martha D,
saraf simpatis, kemudian terjadi 1995)
pengeluaran norepinefrin pada ujung Teknik Relaksasi dengan
saraf yang dapat meningkatkan bernafas yang dalam secara rutin
frekuensi denyut jantung dan akan dapat membantu mengatur
vasokonstriksi perifer yang tekanan darah. Bernafas lambat
selanjutnya menimbulkan adalah mengurangi frekuensi
peningkatan tekanan darah. Pada bernafas 16-19 kali dalam satu menit
keadaan stress respon saraf simpatis menjadi 10 kali atau kurang. Pada uji
meningkat sehingga peningkatan klinik pada pasien hipertensi, mereka
aktivitas saraf simpatis ini juga yang melakukan pernafasan lambat
mengeluarkan norepinefrin yang selama 15 menit per harinya selama
dapat meningkatkan tekanan darah 2 bulan ternyata dapat menurunkan
secara intermitten. tekanan darah 10-15 poin. Hal ini
tidak diduga ternyata dapat menjadi

175
pengganti diet, olahraga ataupun sebesar 32 responden dengan rincian
obat-obatan. Bernafas dalam dan 16 orang kelompok kontrol dan 16
lambat merupakan tindakan relaksasi orang kelompok perlakuan diberikan
sehingga pembuluh darah mengalami relaksasi napas dalam yang diperoleh
dilatasi (William F.G, 2003). secara consecutive sampling.
Relaksasi merupakan Pengumpulan data
pengaktifan dari saraf parasimpatis menggunakan instrument yang
yang menstimulasi turunnya semua berupa observasi (pre test dan post
fungsi yang dinaikkan oleh sistem test). Pre test dilakukan untuk
saraf simpatis, dan menstimulasi mengetahui tekanan darah pada
naiknya semua fungsi yang pasien yang berobat ke Puskesmas
diturunkan oleh saraf simpatis. Dasan Agung. Kemudian peneliti
Masing-masing saraf parasimpatis memberikan intervensi teknik
dan simpatis saling berpengaruh relaksasi nafas selama 15 menit.
maka dengan bertambahnya salah Setelah diberikan intervensi
satu aktivitas sistem yang satu akan kemudian dilakukan post test berupa
menghambat atau menekan fungsi pengukuran tekanan darah pada klien
yang lain (Utami, 1993). Latihan yang dilakukan setiap hari selama 8
yang teratur melancarkan peredaran hari Kemudian semua data yang
darah kemudian tekanan darah terkumpul di catat dalam lembar
menjadi normal. Seperti diketahui, pengumpulan data.
pembuluh darah yang tersumbat
membuat tekanan darah meninggi, Hasil
sehingga berisiko gangguan jantung. Gambaran umum responden pada
Adapun Pemberian teknik relaksasi penelitian ini, dilihat berdasarkan
nafas dalam untuk menurunkan umur dan jenis kelamin. Adapun
tekanan darah, berarti telah distribusi responden berdasarkan
memberikan penanganan alternatif umur dan jenis kelamin adalah
pada pasien secara non farmakologi sebagai berikut:
selain pengkonsumsian obat-obatan a. Jenis kelamin
medika-mentosa dan dapat Distribusi Responden
memberikan pengajaran pada pasien Berdasarkan Jenis kelamin
dalam mengatasi tekanan darah
tinggi pada pasien hipertensi. Tabel 1 Distribusi Responden
Berdasarkan latar belakang dan Berdasarkan Jenis kelamin di PKM
fenomena di atas, peneliti tertarik Dasan Agung Mataram Tahun 2013.
untuk melakukan penelitian tentang N Jenis Kelompok Kelompo
pengaruh pemberian teknik relaksasi o Kelamin Perlakuan k Kontrol
nafas dalam terhadap tekanan darah n % n %
pada pasien hipertensi 1 Laki-laki 3 19 5 32
2 Perempuan 13 81 11 68
T o t a l 16 100 16 100
Metode
Dalam penelitian ini digunakan Dari Tabel 1 dapat diketahui
jenis penelitian Quasi eksperiment bahwa jenis kelamin responden
dengan rancangan pretest posttest terbanyak baik pada kelompok
control group design. Pada perlakuan sebanyak 13 orang (81
rancangan ini terdapat kelompok %), dan kelompok kontrol
kontrol. Sampel pada penelitian ini

176
sebanyak 11 orang (68 %) adalah sebanyak 11 orang (69 %) dan
jenis kelamin perempuan. kelompok kontrol kelompok
b. Distribusi responden berdasarkan umur 45-55 tahun sebanyak 10
Pendidikan orang (63 %).
d. Jenis pekerjaan
Tabel 2 Distribusi Responden Pengelompokan data berdasarkan
Berdasarkan Pendidikan di PKM jenis pekerjaan dapat dilihat pada
Dasan Agung Mataram Tahun tabel berikut :
2013. Tabel 4 Distribusi Responden
N Pendidikan Kelompok Kelompok Berdasarkan Pekerjaan di PKM
o Perlakuan Kontrol Dasan Agung Mataram Tahun
n % n % 2013.
1 Tidak 5 31 2 13
N Pekerjaan Kelompok Kelompok
Sekolah
o Perlakuan Kontrol
2 SD 4 25 6 38
3 SMP 1 6 3 19 n % n %
4 SMA 4 25 5 31 1 Tidak 13 81 2 64
5 PT 2 13 0 0 Bekerja
2 Pensiunan 1 6 6 0
Total 16 100 16 100
3 Petani 2 13 3 12
4 Wiraswasta 0 0 5 12
Berdasarkan Tabel 2 dapat 5 Lain 0 0 0 12
diketahui bahwa pendidikan Total 16 100 16 100
responden terbanyak pada
kelompok perlakuan sebanyak 5 Berdasarkan Tabel 3.4 dapat
orang (31%) adalah tidak diketahui bahwa pekerjaan
bersekolah dan pada kelompok responden terbanyak baik pada
kontrol sebanyak 6 orang ( 38 %) kelompok perlakuan sebanyak 13
adalah pendidikan SD orang (81 %) dan pada kelompok
c. Umur kontrol sebanyak 10 orang (64
Pengelompokan data berdasarkan %) adalah tidak bekerja.
umur responden dapat dilihat pada e. Lama mengidap Hipertensi
tabel berikut : Pengelompokan data berdasarkan
lama mengidap Hipertensi dapat
Tabel 3 Distribusi Responden dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan Umur di PKM Dasan
Agung Mataram Tahun 2013. Tabel 5 Distribusi Responden
N Usia Kelompok Kelompok Berdasarkan Lama mengidap
o Perlakuan Kontrol Hipertensi di PKM Dasan Agung
n % n % Mataram Tahun 2013.
1 15-44 1 6 0 0
No Lama Kelompok Kelompok
tahun
mengidap Perlakuan Kontrol
2 4555 4 25 10 63
Hipertensi n % n %
tahun
1 0-1 tahun 6 38 9 57
3 56-74 11 69 6 37
2 1-2 tahun 2 12 2 12
tahun
3 2-3 tahun 2 12 2 12
Total 16 100 16 100
4 3-4 tahun 4 26 1 7
5 > 5 tahun 2 12 2 12
Berdasarkan Tabel 3 dapat
Total 16 100 16 100
diketahui bahwa kelompok umur
56-74 tahun, responden terbanyak
pada kelompok perlakuan

177
Berdasarkan Tabel 5 dapat Tabel 7 Tabel Paired t-test Sistole
diketahui bahwa lama mengidap Kelompok kontrol pada pasien
hipertensi responden terbanyak Hipertensi di PKM Dasan Agung
baik pada kelompok perlakuan Mataram tahun 2013
sebanyak 6 orang (38 %) dan Paired t-test
pada kelompok kontrol sebanyak Hari Kontrol
9 orang (57 %) adalah 0-1 tahun. Mean pre Mean Signifika
post nsi
Pada bab ini akan diuraikan P
tentang tekanan darah sebelum dan Hari 1 151,5625 150,8125 p=0,626
sesudah dilakukan tindakan Hari 2 149,1250 147,6250 p =0,343
relaksasi. Hari 3 145,7500 141,5625 p =0,007
a. Pengaruh teknik relaksasi Hari 4 143,5625 143,2500 p =0,864
Hari 5 143,7500 142,5000 p =0,333
terhadap penurunan tekanan darah Hari 6 142,8750 140,6250 p =0,153
pada pasien Hipertensi. Hari 7 140,1250 142,2500 p =0,084
Hari 8 143,1250 142,3125 p =0,454
Tabel 6 Uji Paired t-test Sistole Mean p=0,358
teknik relaksasi pada pasien
Hipertensi di PKM Dasan Agung Berdasarkan hasil Paired t-test
Mataram tahun 2013 terhadap mean tekanan darah sistole
Paired t-test awal dengan tekanan darah sistole
Perlakuan menit 30 kelompok kontrol
Hari Mean pre Mean Signifika menunjukan bahwa tidak tampak
post nsi adanya perbedaan yang signifikan
P
Hari 1 161,2500 156,8750 p =0,004
dengan nilai p>0.05 yaitu p = 0,358.
Hari 2 158,1250 154,0625 p =0,003 kecuali hanya pada hari ke 3 tampak
Hari 3 151,3750 146,4375 p =0,001 adanya perbedaan signifikan dengan
Hari 4 145,1250 135,0625 p =0,000 nilai p< 0,05 yaitu p = 0,007.
Hari 5 143,2500 133,1250 p =0,000
Hari 6 140,3750 133,0625 p =0,000
Hari 7 140,6250 132,6250 p =0,001
Tabel 8 Tabel Paired t-test Diastole
Hari 8 137,6250 126,5000 p =0,000 teknik relaksasi pada pasien
Mean p =0,001 Hipertensi di PKM Dasan Agung
Mataram tahun 2013
Berdasarkan hasil Paired t- Paired t-test
test terhadap mean tekanan darah Hari Kontrol
Mean pre Mean Signifika
sistole awal dengan tekanan darah post nsi
sistole menit 30 pasca perlakuan P
menunjukan bahwa tampak Hari 1 101,0000 96,2500 p=0.018
adanya perbedaan yang signifikan Hari 2 95,1250 90,0000 p=0.010
dengan nilai p <0.05 yaitu p = Hari 3 99,7500 88,7500 p=0.004
Hari 4 91,8750 86,2500 p=0.001
0,001. Hari 5 91,0000 84,7500 P= 0,000
Hari 6 89,3750 85,3750 p=0.019
Hari 7 90,2500 82,5000 p=0.000
Hari 8 90,3750 83,7500 p=0.000
Mean p=0.0065

Berdasarkan hasil Paired t-test


terhadap mean tekanan darah
diastole awal dengan tekanan darah

178
diastole menit 30 pasca perlakuan sistole sebelum dan sesudah
menunjukan bahwa tampak adanya dilakukan teknik relaksasi pada
perbedaan yang signifikan dengan kelompok perlakuan dengan
nilai p<0.05 yaitu p = 0,0065. nilai p < 0,05 yaitu p = 0,001
dibandingkan dengan
Tabel 9 Tabel Paired t-test Diastole kelompok kontrol dengan nilai
kelompok kontrol pada pasien p > 0,05 yaitu p = 0,358.
Hipertensi di PKM Dasan Agung Teknik relaksasi memberi efek
Mataram tahun 2013 langsung berupa penurunan
tekanan darah sistole mulai
Paired t-test hari pertama dan penurunan
Hari Kontrol semakin nyata pada hari
Mean Mean Signifikansi berikutnya. Selain karena efek
pre post P
Hari 1 96,0000 95,9375 p=0.969
obat farmakologis yang
Hari 2 91,1875 93,0000 p=0.321 dikonsumsi pasien, kondisi
Hari 3 94,3750 88,7500 p=0.001 demikian terjadi karena teknik
Hari 4 89,5000 88,7500 p=0.609 relaksasi terjadi perangsangan
Hari 5 89,1250 90,6250 p=0.418 dari berbagai area dalam
Hari 6 90,5000 91,0000 p=0.728
Hari 7 86,8750 91,5625 p=0.034
hipothalamus menimbulkan
Hari 8 91,9375 91,3750 p=0.470 efek neurogenik pada sistem
Mean p=0.44375 kardiovaskuler seperti
peningkatan atau penurunan
Berdasarkan hasil Paired t-test tekanan arteri serta
terhadap mean tekanan darah peningkatan dan penurunan
diastole awal dengan tekanan darah denyut jantung. Pada teknik
diastole menit 30 pasca perlakuan relaksasi terjadi penurunan
menunjukan bahwa tidak tampak aktivitas saraf simpatis
adanya perbedaan yang signifikan sehingga menyebabkan
dengan nilai p>0.05 yaitu p = vasodilatasi pembuluh darah
0,44375 kecuali pada hari ke-3 yang sehingga keadaan menjadi
menunjukan p=0.001 rileks. Keadaan rileks ini dapat
mempengaruhi HPA axis,
Pembahasan hipotalamus (CRF menurun),
pituitari (ACTH menurun) dan
Setelah dilakukan uji analisa data
medula katekolamin yang
dan menguji hasil penelitian dengan
mengakibatkan penurunan
menggunakan uji statistic Paired t-
tekanan darah. Hasil penelitian
test diperoleh hasil yang cukup
ini juga didukung oleh hasil
bervariasi yang memerlukan
penelitian yang dilakukan
pembahasan tentang penurunan
Kurnia ( 2010) menyatakan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
bahwa teknik relaksasi napas
A. Penurunan tekanan darah Pasien
dalam dapat menurunkan
Hipertensi tekanan darah systole dengan
a. Penurunan tekanan darah hasil uji statistik p systolik
Sistole =0,000 < p = 0,005.
Berdasarkan uji statistic paired Relaksasi dengan
t-test ada perbedaan yang mengatur frekuensi pernafasan
signifikan pada tekanan darah antara 8-12 kali per menit

179
memberi pengaruh berupa penurunan pada rangsangan
menurunnya konsumsi pada area pengatur fungsi
oksigeen oleh sel-sel tubuh dan kardiovaskular seperti pada
meningkatnya kadar CO2 hipothalamus posterior dan
plasma. Peningkatan kadar nukleus perifornikel.
CO2 plasma merangsang Penurunan rangsangan pada
refleks baroreseptor, yang hipothalamus posterior akan
kemudian menurunkan dapat menurunkan tekanan
aktivitas simpatis pada jantung darah, sedangkan
(menurunkan kontraktilitas perangsangan pada area
miokard) sehingga mengurangi preoptik menimbulkan efek
stroke volume dan menurunkan penurunan tekanan arteri dan
tekanan sistole. Praktek teknik frekuensi denyut jantung yang
relaksasi yang diberikan mulai dijalarkan melalui pusat
hari pertama dirawat di rumah kardiovaskular diregio retikular
sakit kepada pasien hipertensi, dari medula dan pons.
memberikan efek yang Relaksasi pernafasan memberi
bermakna terhadap perubahan respon melawan
sistole pada hari berikutnya. massdischarge (pelepasan
Latihan relaksasi yang impuls secara massal) pada
diberikan tiap hari secara respon stres dari sistem saraf
berturut-turut sedikitnya sekali simpatis. Kondisi ini ndapat
sehari bersama terapi menurunkan tahanan perifer
farmakologis telah total akibat penurunan tonus
memberikan efek yang baik vasokonstriksi
terhadap perubahan sistole arteriol.(Benson,2004). Hasil
pasien hipertensi. penelitian ini juga didukung
b. Perubahan Tekanan Darah oleh hasil penelitian yang
Diastole. dilakukan Kurnia (2010)
Berdasarkan uji statistic paired menyatakan bahwa teknik
t-test ada perubahan yang relaksasi napas dalam dapat
signifikan pada tekanan darah menurunkan tekanan darah
diastole sebelum dan sesudah diastole dengan hasil uji
perlakuan dengan nilai p < 0,05 statistik p diastole =0,000 < p =
yaitu p=0.0065 dibandingkan 0,005.
dengan p > 0,05 yaitu p = c. Pengaruh teknik relaksasi
0,44375. Selain akibat Terhadap Penurunan tekanan
pengaruh obat yang darah.
dikonsumsi, pasien Berdasarkan uji paired t-test
menyatakan lebih rileks. menunjukan bahwa teknik
Kondisi rileks memberikan relaksasi menyebabkan
pengaruh pada relaksasi otot penurunan tekanan darah yang
polos vaskuler sehingga signifikan.
arteri/arteriol mampu Kajian diatas
vasodilatasi optimal. Pada menunjukan bahwa teknik
keadaan relaksasi relaksasi yang diberikan
mengakibatkan penurunan kepada pasien hipertensi
rangsangan emosional dan bersama pengobatan

180
farmakologis memberikan efek Kesimpulan
penurunan tekanan darah lebih Bahwa teknik relaksasi yang
dini dibandingkan pasien yang diberikan kepada pasien hipertensi,
hanya mendapatkan dapat menurukan tekanan darah baik
pengobatan antihipertensi. sistole dan diastole dengan nilai p <
Relaksasi merupakan 0,05 yaitu p = 0,001 dibandingkan
pengaktifan dari saraf dengan kelompok kontrol dengan
parasimpatis yang nilai p > 0,05 yaitu p = 0,358 untuk
menstimulasi turunnya semua sistole dan dengan p > 0,05 yaitu p =
fungsi yang dinaikkan oleh 0,44375 untuk diastole.
sistem saraf simpatis, dan
menstimulasi naiknya semua Saran
fungsi yang diturunkan oleh
saraf simpatis. Masing-masing Mengingat besarnya pengaruh teknik
saraf parasimpatis dan simpatis relaksasi maka dianjurkan pasien
saling berpengaruh maka hipertensi yang mengalami tekanan
dengan bertambahnya salah darah tinggi agar perawat
satu aktivitas sistem yang satu mengajarkan teknik relaksasi napas
akan menghambat atau dalam. Hal tersebut untuk membantu
menekan fungsi yang mempercepat kesembuhan dan
lain.(Utami, 1993). menurukan biaya perawatan
Latihan yang teratur
melancarkan peredaran darah Daftar Pustaka
kemudian tekanan darah 1. Beevers, D.G (2002). Tekanan
menjadi normal. Seperti Darah. Jakarta: Dian Rakyat.
diketahui, pembuluh darah 2. Benson, H (2004). Benson
yang tersumbat membuat
Relaxation.http//www.uua.org/ga/
tekanan darah meninggi,
sehingga berisiko gangguan ga03/2031.htm.
jantung. Pada kondisi relaksasi 3. Kurnia, E. (2010) Pengaruh
seseorang berada pada keadaan pemberian relaksasi terhadap
sadar namun rileks, tenang, tekanan darah di Puskesmas
mengistirahatkan pikiran, otot- Kediri, Jurnal STIKES RS. Baptis
otot rileks, mata tertutup dan Kediri Volume 4 No. 1
pernafasan teratur. Keadaan ini
4. Martha, D (1995). Panduan
mengurangi rangsangan dari
luar. Perangsangan dari Relaksasi dan Reduksi Stres.
berbagai area dalam EGC, Jakarta.
hipothalamus menimbulkan 5. Nursalam (2003), Konsep dan
efek neurogenik pada sistem Penerapan Metodologi Penelitian
kardiovaskuler seperti Ilmu Keperawatan, Salemba
peningkatan atau penurunan
Media, Jakarta.
tekanan arteri serta
peningkatan dan penurunan 6. Sugiono (2010) Statistik
denyut jantung. Penelitian, Rhineka Cipta, Jakarta
7. Utami, M.S., (1993). Prosedur
Relaksasi. Fakultas Psikologi
UGM, Yogyakarta.

181
8. Viera, A.J., & Jamieson, B., 2007.
How Effective Hypertension Self
Care Intervention, Diakses 27
Februari 2011, Journal of Family
Practice,Vol 56, No 3, March
2007, diakses 24 Februari 2011,
<http://findarticles.com/p/articles/
mi_m0689/is_3_56/ai_n27182980
/pg_2/ >.
9. William, F.G. (2003) Buku Ajar
Fisiologi
Kedokteran.EGC,Jakarta.

182

Anda mungkin juga menyukai